pengaruh perbaikan kursi kerja terhadap keluhan

101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJAAN MENJAHIT DI DESA SAWAHAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Dasri Wulandari R.0207017 PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Upload: vuongdat

Post on 12-Jan-2017

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJAAN

MENJAHIT DI DESA SAWAHAN KECAMATAN

JUWIRING KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Dasri Wulandari

R.0207017

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

Page 2: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 24 Juni 2011

Dasri Wulandari

R0207017

Page 4: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PRAKATA

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhammdulillah, tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain

Puji Syukur, tiada tempat berserah diri dan bersujud syukur selain kepada Allah

SWT sebagai gambaran rasa bahagia ketika petunjuk-Nya telah membimbing

setiap langkah perjalanan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, berbekal

iman, ikhtiar, dan tawakal maka tersusunlah laporan skripsi dengan judul

”Pengaruh Perbaikan Kursi Kerja Terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada

Pekerjaan Menjahit di Desa “X” Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten”.

Penulisan skripsi ini dalam rangka menyelesaikan tugas akhir serta sebagai

salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV

Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya tanpa bantuan dari

berbagai pihak penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku Ketua Program D.IV

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Periode Sebelum 16 Juni 2011.

3. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni

2011 – 16 Juni 2015.

4. Bapak Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg. selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan

masukan dalam skripsi ini.

7. Bapak H. Juwanda S.E selaku Kepala Desa “X” yang telah banyak membantu

selama penelitian ini.

8. Bapak Sardi selaku Ketua RW 06 Desa “X” yang telah banyak membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu yang telah membesarkan penulis dengan cucuran keringatnya,

membimbing dengan penuh rasa kasih sayang, dorongan dan do’a demi

Page 5: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kesuksesan penulis. Tidak ada kata yang bisa penulis ucapkan, tidak ada

perbuatan yang sanggup penulis berikan untuk membalas segala cinta dan

pengorbanan yang mereka berikan.

10. Danang Supriyadi selaku kakak tercinta yang selalu mengalah kepada

adiknya, yang selalu memberikan perhatian, do’a dan dorongan kepada

penulis untuk selalu bersemangat dalam proses penyelesaian study.

11. Sahabat dan rekan penulis Nia, Wulan, Shinta, Nurwidya, Lina, Novi, Huzna

dan Aning yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.

12. Teman-teman angkatan 2007 di Program D.IV Kesehatan Kerja dan semua

pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penulisan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat

bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan Do’a

semoga skripsi ini mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Esa dan bermanfaat.

Wabillahitaufiq Walhidayah,

Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Surakarta, 24 Juni 2011

Penulis

Dasri Wulandari

Page 6: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

PRAKATA ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6

B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 36

C. Hipotesis ...................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 39

C. Populasi dan Subjek Penelitian ................................................... 39

D. Teknik Sampling ......................................................................... 40

E. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 40

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 42

G. Desain Penelitian ......................................................................... 48

H. Instrumen Penelitian.................................................................... 49

Page 7: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I. Teknik Analisis Data................................................................ ... 52

BAB IV HASIL

A. Gambaran Proses Produksi ......................................................... 54

B. Observasi kursi tidak ergonomis dalam pekerjaan menjahit ...... 57

C. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 57

D. Hasil pengukuran lingkungan kerja ............................................ 61

E. Hasil pengukuran kursi kerja dan anthropometri ........................ 64

F. Hasil pengukuran keluhan muskuloskeletal ................................ 70

G. Hasil persentase keluhan pada masing-masing bagian otot-otot

skeletal......................................................................................... 72

BAB V PEMBAHASAN

A. Gambar proses produksi .............................................................. 74

B. Karakteristik subjek penelitian .................................................... 75

C. Pengukuran lingkungan kerja ...................................................... 77

D. Analisa Anthropometri dan Kursi Kerja ..................................... 79

E. Keluhan sistem Muskuloskeletal................................................. 81

F. Persentase Keluhan Muskuloskeletal .......................................... 82

G. Hasil analisa perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan

sesudah perbaikan kursi kerja ..................................................... 83

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ..................................................................................... 86

B. Saran ............................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88

LAMPIRAN

Page 8: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Beberapa dimensi tubuh yang berguna untuk perancangan tempat

duduk .............................................................................................. 15

Tabel 2. Hasil uji normalitas data dengan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test untuk umur. .............................................................. 58

Tabel 3. Identitas Umur Tenaga Kerja Laki-laki Bagian Penjahitan di

Desa “X” Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten ........................ 58

Tabel 4. Data denyut jantung dari tenaga kerja dibagian penjahitan di desa

“X” kecamatan Juwiring kabupaten Klaten sebelum perlakuan .... 59

Tabel 5. Data denyut jantung dari tenaga kerja dibagian penjahitan di desa

“X” kecamatan Juwiring kabupaten Klaten sesudah perlakuan ..... 60

Tabel 6. Hasil uji wilcoxon tentang perbedaan denyut jantung sebelum

dan sesudah perlakuan.................................................................... 60

Tabel 7. Hasil uji Normalitas data dengan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test untuk Percepatan Getaran Mekanis Mesin Dinamo

Sebelum dan Sesudah Perlakuan. ................................................... 61

Tabel 8. Data Pengukuran Getaran Mekanis pada Mesin Jahit Sebelum

Perlakuan di Bagian Penjahitan di Desa “X” Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten ........................................................................... 61

Tabel 9. Data Pengukuran Getaran Mekanis pada Mesin Jahit Sesudah

Perlakuan di Bagian Penjahitan di Desa “X” Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten ........................................................................... 62

Tabel 10. Hasil Uji Wilcoxon tentang Getaran Mekanis Sebelum dan

Sesudah Perlakuan. ........................................................................ 62

Tabel 11. Data Hasil Pengukuran Mikroklimat untuk Area Kerja di Bagian

Penjahitan di Desa “X” Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten

sebelum perlakuan.. ........................................................................ 63

Page 9: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 12. Data Hasil Pengukuran Mikroklimat untuk Area Kerja di Bagian

Penjahitan di Desa “X” Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten

sesudah perlakuan.. ........................................................................ 63

Tabel 13. Hasil Uji Wilcoxon tentang Mikroklimat Sebelum dan Sesudah

Perlakuan ........................................................................................ 63

Tabel 14. Hasil uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test untuk Anthropometri .............................................................. 64

Tabel 15. Data pengukuran Anthropometri Subjek penelitian di Bagian

Penjahitan di Desa “X” Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten .. 65

Tabel 16. Hasil uji Normalitas Data dengan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test untuk Kursi Kerja Sebelum perbaikan .................... 67

Tabel 17. Data Pengukuran Kursi Kerja di Bagian Penjahitan di Desa “X”

Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Sebelum Perbaikan ......... 67

Tabel 18. Data Anthropometri untuk Perbaikan Kursi Kerja......................... 68

Tabel 19. Perhitungan Total Skor Keluhan Muskuloskeletal Tenaga Kerja di

bagian Penjahitan di Desa “X” Kecamatan Juwiring Kabupaten

Klaten ............................................................................................. 70

Tabel 20. Hasil Analisa Pre test Sebelum dan Pre test Sesudah Perlakuan

dengan Uji Wilcoxon ...................................................................... 71

Tabel 21. Hasil Analisa Post test Sebelum dan Sesudah perlakuan dengan

Uji Wilcoxon................................................................................... 71

Tabel 22. Hasil Analisa Beda nilai Pre test dan Post test Sebelum dan

Sesudah Perlakuan dengan Uji Wilcoxon ....................................... 71

Tabel 23. Persentase Keluhan pada Masing-masing Bagian Otot-otot

Skeletal Tenaga Kerja di Bagian Penjahitan di Desa “X”

Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten pada Post test Sebelum

Perbaikan Kursi .............................................................................. 72

Page 10: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 24. Persentase Keluhan pada Masing-masing Bagian Otot-otot

Skeletal Tenaga Kerja di Bagian Penjahitan di Desa “X”

Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Sesudah Perbaikan

Kursi .............................................................................................. 73

Page 11: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kursi Kerja yang tidak ergonomis .............................................. 3

Gambar 2. Dimensi-dimensi anthropometri yang digunakan dalam

perancangan kursi........................................................................ 15

Gambar 3. Sistem skeletal ............................................................................. 24

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran......................................................... 36

Gambar 5. Struktur Hubungan Antara Variabel ........................................... 41

Gambar 6. Contoh kursi kerja yang tidak ergonomis ................................... 42

Gambar 7. Kursi Ergonomis ......................................................................... 43

Gambar 8. Bagan Desain Penelitian ............................................................. 48

Gambar 9. Anthropometer Shet .................................................................... 49

Gambar 10. Meteran gulung ........................................................................... 50

Gambar 11. Proses Pembuatan pola pada kain ............................................... 54

Gambar 12. Proses Pemotongan dengan gunting potong mesin (a) dan

gunting potong manual (b) .......................................................... 55

Gambar 13. Proses Penjahitan ........................................................................ 55

Gambar 14. Proses Pemasangan Kancing ....................................................... 56

Gambar 15. Proses Penyetrikaan .................................................................... 56

Gambar 16. Penggunan kursi tidak ergonomis ............................................... 57

Gambar 17. Kursi sebelum perbaikan (tidak ergonomis) ............................... 66

Gambar 18. Kursi sesudah perbaikan (kursi ergonomis) ................................ 69

Page 12: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Nordic Body Map

Lampiran 3. Gambar Kegiatan Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala Desa “X”

Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian dari Ketua RW 06 Desa “X”

Page 13: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Dasri Wulandari, R0207017, 2011. PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA

TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJAAN MENJAHIT DI

DESA “X” KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN.

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh perbaikan kursi kerja

terhadap pekerjaan menjahit di Desa “X” Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan

rancangan penelitian one gruop pre test and post test design. Teknik sampling yang

digunakan adalah random sampling. Random Sampling berarti pemilihan sekelompok subjek

melalui restriksi yang diperoleh melalui kriteria inklusi dan eksklusi. Dalam penelitian ini

jumlah populasi sebanyak 31 tenaga kerja laki-laki. Pemilihan subjek penelitian

menggunakan teknik random sampling dengan restriksi sehingga didapatkan sampel yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 15 orang. Pengambilan data dilakukan

dengan pengukuran Anthropometri, pengukuran kursi kerja sebelum perbaikan, pemberian

kursi ergonomis sesuai anthropometri tenaga kerja dan penggunaan kuesioner nordic body

map untuk mengetahui keluhan otot-otot skeletal. Teknik pengolahan dan analisis data

dilakukan dengan uji statistik nonparametrik-wilcoxon tes dengan menggunakan program

komputer SPSS versi 16.0.

Hasil analisis perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah perlakuan dengan

menggunakan uji wilcoxon diperoleh hasil nilai p value 0,001(p value 0,001 < 0,01) yang

bermakna sangat signifikan, ini berarti ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah perbaikan

kursi kerja. Sesudah perbaikan kursi kerja rerata (X) ± SD total score keluhan

muskuloskeletal menjadi berkurang dari 65.1 ± 3.1 menjadi 41.3 ± 3.8. Jadi perbedaan

keluhan muskuloskeletalnya adalah 23.8 (36.6%).

Simpulan dari penelitian ini dapat menggambarkan bahwa ada pengaruh perbaikan kursi

kerja terhadap keluhan muskuloskeletal pada pekerjaan menjahit di Desa “X” Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten. Untuk pencegahan keluhan muskuloskeletal dapat dilakukan

dengan menggunakan kursi kerja yang ergonomis seperti dalam penelitian ini.

Kata Kunci :Anthropometri, kursi Ergonomis, Kursi Non Ergonomis, Keluhan

Muskuloskeletal

ABSTRACT

Page 14: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dasri Wulandari, R0207017, 2011. THE EFFECT OF WORK SEAT IMPROVEMENT

ON THE MUSCULOSKELETAL COMPLAINTS IN SEWING TASK IN “X” VILLAGE

OF JUWIRING SUBDISTRICT OF KLATEN REGENCY.

The objective of research is to find out and to study the effect of work seat improvement on

the musculoskeletal complaints in sewing task in “X” Village of Juwiring Subdistrict of

Klaten Regency.

The research method employed in this study was a Quasi Experiment with one group pre-test

and post-test design. The sampling technique used was random sampling. Random sampling

means the selection of a group of subject through restriction obtained with inclusion and

exclusion criteria. In this research, the population number was 31 male workers. The subject

was done using random sampling with restriction so that 15 workers qualifying the inclusion

and exclusion were obtained as the sample. The data collection was done using

Anthropometry measurement, the work seat measurement before reparation, the

administration of ergonomic seat according to the worker’s anthropometry and the use of

Nordic body map questionnaire to find out the musculoskeletal complaints. Technique of

processing and analyzing data used was nonparametric statistic test-wilcoxon test using SPSS

version 16.0 computer software.

The result of analysis on the difference of musculoskeletal complaints before and after the

treatment using wilcoxon test shows p value of 0.001 (P Value 0.001 < 0.01) means very

significant that there is a value difference before and after the work seat improvement. After

the work seat reparation the average (X) ± SD total score of musculoskeletal complaints

decreases from 65.1 ± 3.1 to 41.3 ± 3.8. So the difference of musculoskeletal complaints is

23.8 (36.6%).

The conclusion can be drawn that there is an effect of work seat improvement on the

musculoskeletal complaints in sewing task in “X” Village of Juwiring Subdistrict of Klaten

Regency. To prevent the musculoskeletal complaints, the ergonomic work seat in this

research can be used.

Keywords: Anthropometry, ergonomic seat, non-ergonomic seat, musculoskeletal

complaints.

Page 15: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan

sebagai unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Karena tenaga

kerja mempunyai hubungan dengan perusahaan dan mempunyai kegiatan

usaha yang produktif. Disamping itu tenaga kerja sebagai suatu unsur yang

langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kemajuan teknologi

dibidang industri, sehingga sewajarnya kepada mereka diberikan

perlindungan pemeliharaan kesehatan dan pengembangan terhadap

kesejahteraan atau jaminan nasional (Suma’mur, 1996).

Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja. Kursi yang baik

akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan membantu

menghindari ketidaknyamanan. Pilihan kursi yang nyaman dapat diatur dan

memiliki penyangga punggung (Wasi, 2005).

Rancangan sebuah kursi kerja harus didasarkan pada data

antropometrik yang dipilih dengan tepat, karena jika tidak maka akan muncul

keraguan bahwa hasil rancangan tersebut akan dapat menciptakan

kenyamanan bagi pemakainya. Saat menentukan ukuran kursi, aspek-aspek

anthropometri harus dihubungkan dengan kebutuhan biomekanika yang

terlibat. Stabilisasi tubuh bukan hanya melibatkan landasan duduk saja, tetapi

juga kaki, telapak kaki, punggung yang juga bersandar pada bagian lain

1

Page 16: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

permukaan kursi. Jika karena perancangan antropemetrik yang tidak tepat dan

terbentuk suatu kursi yang tidak memungkinkan pemakainya untuk

menyandarkan punggung atau kakinya pada permukaan, maka ketidakstabilan

tubuh akan meningkat dan tenaga otot tambahan akan diperlukan untuk

menjaga keseimbangan. Makin besar tingkat tenaga atau kontrol otot yang

diperlukan, makin besar pula kelelahan fisik dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan (Panero, dkk, 2003).

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan

dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan

pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan dan kerusakan inilah yang biasanya

diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera

pada sistem muskuloskeletal (Tarwaka, 2004).

Di desa Sawahan Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten merupakan

salah satu daerah yang terdapat industri yang berupa penjahitan. Di dalam

kegiatannya penjahit konveksi di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring,

Kabupaten Klaten untuk menghasilkan produk masih menggunakan tenaga

manusia, berdasarkan survey awal di tempat kerja terdapat kursi yang tidak

ergonomis yaitu kursi tanpa sandaran, lebar dan tinggi kursi yang tidak sesuai

dengan anthropometri tenaga kerja. Dari hasil wawancara setelah bekerja

terhadap 10 orang tenaga kerja yang menggunakan kursi tidak ergonomis

(tidak ada sandaran punggung, lebar dan tinggi kursi tidak sesuai

Page 17: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

anthropometri), 10 dari mereka merasakan keluhan pada sistem

muskuloskeletal terutama di bagian pantat, bahu, leher, punggung.

Gambar 1 Kursi kerja yang tidak ergonomis

Sumber : Data Primer 2011

Dari uraian di atas terlihat ada beberapa masalah ergonomi, yang

menjadi masalah utama dan perlu segera dilakukan perbaikan adalah masalah

kursi kerja yang tidak sesuai dengan anthropometri penjahit. Masalah

ergonomi tersebut apabila tidak segera diperbaiki, tentunya akan dapat

memberikan beban tambahan dan dapat menimbulkan keluhan

muskuloskeletal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dalam upaya

mengatasi masalah yang muncul. Untuk maksud tersebut dilakukan penelitian

berupa perbaikan-perbaikan kursi kerja yang disesuaikan dengan

anthropometri tenaga kerja. Dengan perbaikan-perbaikan ini diharapkan dapat

menurunkan gangguan sistem musculoskeletal.

Kebenaran uraian di atas tentu perlu dibuktikan melalui penelitian.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Perbaikan Kursi Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada

Pekerjaan Menjahit di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten

Klaten”.

Page 18: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu

“Apakah ada Pengaruh Perbaikan Kursi Kerja terhadap Keluhan

Muskuloskeletal pada Pekerjaan Menjahit di Desa Sawahan Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh Perbaikan Kursi kerja pada Pekerjaan

Menjahit di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.

b. Untuk mengetahui tingkat keluhan muskulosekeletal pada Pekerjaan

Menjahit di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.

2. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Perbaikan Kursi Kerja terhadap

Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerjaan Menjahit di Desa Sawahan

Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada Pengaruh

Perbaikan Kursi Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada

Pekerjaan Menjahit di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten

Klaten.

Page 19: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam

melakukan penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah khususnya

mengenai masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan

keselamatan kerja.

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan pustaka di Program Studi Kesehatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam

pengembangan ilmu Kesehatan Kerja Khususnya di dalam

pekerjaan menjahit.

c. Bagi Tenaga Kerja

Sebagai pengetahuan tambahan bagi tenaga kerja tentang

tempat kerja yang ergonomis sehingga dapat menghindari keluhan-

keluhan akibat tempat kerja yang tidak ergonomis.

d. Bagi Industri yang Bersangkutan

Sebagai pengetahuan bagi pengusaha untuk memberikan

kursi kerja yang ergonomis bagi pekerjanya dalam melakukan

kegiatan produksi.

Page 20: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ergonomi

a. Pengertian Ergonomi

Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa ergonomi berasal

dari bahasa Yunani yaitu ”ergon” (kerja) dan ”nomos” (hukum) atau

yang berarti ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum kerja.

Dengan demikian ergonomi adalah suatu sistem yang berorientasi

kepada disiplin ilmu, yang sekarang diterapkan pada hampir semua

aspek kehidupan atau kegiatan manusia (Tarwaka, 2010).

Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan

informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan

karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan, suatu

sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapai dengan efektif, aman

dan nyaman (Sutalaksana, 2006).

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu

seperti antropologi, biometrika, faal kerja, higiene perusahaan dan

kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika.

Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja

yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya. Dalam hal ini,

diperlukan kerja sama diantara peneliti dan tehnisi serta ahli tentang

6

Page 21: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

pemakaian alat-alat dengan pengukuran, pencatatan dan pengujiannya.

Perbaikan kondisi-kondisi kerja buruk dan tanpa perencanaan biasanya

mahal, maka usaha sebaiknya dimulai dari perencanaan oleh semua

team ergonomi yang memungkinkan proses, mesin-mesin dan hasil

produksi yang memenuhi persyaratan. Program ergonomi meliputi

penentuan problematik, percobaan untuk pemecahan, penerapan hasil

percobaan dan pembuktian efektivitas namun dalam prakteknya sering

menggunakan pendekatan trail and error (Suma‟mur, 2009).

Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja, baik pada sektor

modern, maupun pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor

modern, penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata

kerja dan perencanaan kerja yang tepat adalah syarat penting bagi

efesiensi dan produktivitas kerja yang tinggi (Santoso, 2004).

b. Aspek Ergonomi

Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu

diperhatikan, antara lain :

1) Faktor manusia

Penataan dalam sistem kerja menuntut faktor manusia

sebagai pelaku/pengguna menjadi titik sentralnya. Pada bidang

rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design (HCD)

atau perancangan berpusat pada manusia. Perancangan dengan

prinsip HCD, berdasarkan pada karakter-karakter manusia yang

akan berinteraksi dengan produknya. Sebagai titik sentral maka

Page 22: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

unsur keterbatasan manusia haruslah menjadi patokan dalam

penataan suatu produk yang ergonomis.

Ada beberapa faktor pembatas yang tidak boleh dilampaui

agar dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu : faktor

dari dalam (internal factors) dan faktor dari luar (external factor).

Tergolong dalam faktor dari dalam (internal factors) ini adalah

yang berasal dari dalam diri manusia seperti : umur, jenis kelamin,

kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh. Sedangkan faktor dari luar

(external factor) yang dapat mempengaruhi kerja atau berasal dari

luar manusia, seperti : penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial

ekonomi dan adat istiadat.

2) Faktor Anthropometri

Anthropometri yaitu pengukuran yang sistematis terhadap

tubuh manusia, terutama seluk beluk baik dimensional ukuran dan

bentuk tubuh manusia. Antropometri yang merupakan ukuran

tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana

kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh penggunanya. Ukuran alat

kerja menentukan sikap, gerak dan posisi tenaga kerja, dengan

demikian penerapan antropometri mutlak diperlukan guna

menjamin adanya sistem kerja yang baik.

Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh

penggunanya. Jika alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja

akan merasa tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja

Page 23: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

yang dapat menimbulkan kelelahan kerja atau gejala penyakit otot

yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang tidak

alamiah.

3) Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya

terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan

produktivitas kerja, selain SOP (Standard Operating Procedures)

yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja,

misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan

tangannya harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja

ukuran baku oleh orang yang memiliki ukuran tubuh yang lebih

tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan

berpengaruh terhadap hasil kerjanya.

4) Faktor Pengorganisasian Kerja

Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja,

waktu istirahat, kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan

tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola

pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama

untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8 (delapan) jam/hari

diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat

dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakkan

kerja shift. Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan, karena

Page 24: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dapat menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja serta

meningkatnya angka kecelakaan kerja dan sakit (Tarwaka, 2010).

c. Prinsip Ergonomi

Ergonomi memiliki beberapa prinsip-prinsip yang digunakan

sebagai pegangan dalam pembuatan alat-alat kerja atau fasilitas kerja,

prinsip-prinsip ergonomi sebagai berikut :

1) Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,

susunan, ukuran dan penempatan alat-alat petunjuk, cara harus

melayani mesin.

2) Ukuran-ukuran antropometri terpenting sebagai dasar ukuran-ukuran

dan penempatan alat-alat industri :

Pekerjaan duduk ukurannya :

a) Tinggi duduk

b) Panjang lengan atas

c) Panjang lengan bawah dan tangan

d) Jarak lekuk lutut dan garis punggung

3) Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Tinggi dataran duduk yang dapat diukur dengan papan kaki

yang sesuai dengan tinggi lutut sedangkan paha dalam keadaan

datar.

b) Papan tolak punggung yang tingginya data diukur dan menekan

pada punggung.

c) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm

Page 25: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4) Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi

sekecil-kecilnya (Suma‟mur, 2009).

2. Anthropometri

a. Pengertian Anthropometri

Anthropometri adalah suatu studi tentang pengukuran yang

sistematis dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi

bentuk dan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam klasifikasi dan

perbandingan antropologis (Tarwaka, 2010).

Penerapan anthropometri adalah merupakan penggunaan data

anthropometri di dalam desain dan pemanfaatannya di dalam suatu

varietas yang sangat luas, dari yang sangat sederhana seperti

membuat kursi kerja sampai kepada hal yang sangat kompleks

dengan melibatkan teknologi tinggi.

b. Anthropometri untuk perancangan kursi kerja

Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan

sirkulasi yang baik dan akan membantu menghindari

ketidaknyamanan. Pilihan kursi yang nyaman dapat diatur dan

memiliki penyangga punggung (Wasi, 2005). Tinggi bangku

dirumitkan oleh interaksi dengan tinggi tempat duduk. Desain kursi

sesuai dengan kriteria agar permukaan kerja tetap dibawah siku

seperti bagian sebelumnya (Nurmianto, 2003).

Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang

digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan

Page 26: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia

dan lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif pada manusia tersebut.

Dampak negatif bagi manusia tersebut akan terjadi baik dalam waktu

jangka pendek maupun jangka panjang. Bekerja pada kondisi yang

tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain:

nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan kerja (Santoso, 2004).

Antropometri merupakan ilmu yang berhubungan dengan

dimensi-dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi disini dibagi

menjadi kelompok statistik dan ukuran presentil. Jika seratus orang

berdiri berjajar dari yang terkecil sampai yang terbesar dalam suatu

ukuran atau urutan, hal ini akan bisa diklasifikasikan dari satu

presentil sampai seratus presentil. Laki-laki 2,5 presentil berarti

bahwa desain tersebut berdasarkan seri dari dimensi yang berkisar

2,5% dari sistem yang digunakan dalam suatu populasi. Jadi 50

presentil berarti bahwa 50% dari populasi akan cocok juga pada

sistem yang berdasarkan pengukuran-pengukuran, ini tentu saja

termasuk 2,5 presentil sebelumnya (Manuaba, 1996).

Agar rancangan tersebut nantinya dapat sesuai dengan

dimensi tubuh manusia yang akan menggunakannya, maka prinsip-

prinsip yang harus diambil dalam aplikasi data antropometri tersebut

ditetapkan dahulu prinsip perancangan produk bagi individu dengan

ukuran tubuh ekstrim, dimana rancangan produk dibuat agar dapat

Page 27: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

memenuhi dua sasaran produk, yaitu : dapat sesuai untuk ukuran

tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu

besar atau kecil bila dibandingkan dengan ukuran rata-ratanya, dan

tetap dapat digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain,

yaitu mayoritas dari populasi yang ada. Secara umum aplikasi data

antropometri untuk perancangan produk atau fasilitas kerja akan

menetapkan nilai persentil 95 untuk dimensi minimum dan persentil

5 untuk dimensi maksimum (Sanders, 1991).

Sebuah kursi yang secara antropometri benar, belum tentu

nyaman. Jika rancangan suatu tempat duduk tidak memperhatikan

sama sekali hal-hal yang berkenaan dengan dimensi-dimensi

manusia dan besar tubuhnya, tidaklah aneh bila rancangan tersebut

tidak nyaman (Panero,dkk, 1979).

Menurut Nurmianto (2003) berkaitan dengan aplikasi data

antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk

ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa sarana/ rekomendasi yang

bisa diberikan sesuai langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh

mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan

rencana tersebut.

2) Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan

tersebut, dalam hal ini perlu juga diperhatikan apakah harus

Page 28: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menggunakan data dimensi tubuh statis ataukah data dimensi

tubuh dinamis.

3) Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,

diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan

produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “segmentasi

pasar” seperti produk mainan anak-anak, peralatan rumah

tangga untuk wanita dan lain-lain.

4) Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah

rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim,

rentang ukuran yang fleksibel (adjustabel) ataukah ukuran rata-

rata.

5) Pilih prosentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th

ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.

6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan

selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data

antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan

tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan

seperti halnya tambahan ukuan akibat tebalnya pakaian yang

harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan

lain-lain.

c. Pertimbangan Antropometri

Sehubungan dengan sulitnya merumuskan kenyamanan

duduk dan fakta bahwa duduk merupakan suatu aktifitas dinamik,

Page 29: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

maka pendekatan antropometri bagi rancangan tempat duduk

merupakan suatu tantangan. Sebuah rancangan harus didasarkan

pada data antropometri yang terpilih dengan tepat. Jika tidak, akan

muncul keraguan bahwa hasil rancangan tersebut dapat

menciptakan kenyamanan bagi pemakainya. Dimensi-dimensi

antropometri yang penting bagi suatu perancangan tempat duduk

ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2 Dimensi-dimensi antropometri yang dibutuhkan bagi

perancangan kursi (Tarwaka, 2010).

Tabel 1. Beberapa dimensi tubuh yang berguna untuk perancangan tempat

duduk.

Pengukuran Pria

Persentil

5 (cm) 50 (cm) 95 (cm)

A Tinggi

Popliteal.

36.5 40.0 45.7

B Panjang

Buttock-

Popliteal

42.7 38.4 52.2

C Tinggi bahu

duduk

55.9 60.2 65.1

D Lebar pinggul 30.7 34.0 37.4

E Lebar bahu 41.9 46.5 51.1

Sumber : Tarwaka 2010

A B

C

D

E

Page 30: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika

tersedia nilai rata-rata dan standar deviasi dari suatu distribusi normal.

Adapun distribusi normal ditandai dengan nilai rata-rata dan standar

deviasi. Sedangkan presentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa

persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan

atau lebih rendah dari data tersebut. Misalnya, 95% populasi adalah sama

dengan atau lebih rendah dari 95 presentil, 5% dari populasi.

Standar Pengukuran Dimensi Anthropometri Statis Posisi Duduk :

a. Kepala adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai ujung kepala.

Subjek diukur dengan posisi duduk tegak lurus. Contoh aplikasi :

Ruang bebas gerak yang diperlukan antara alas duduk sampai objek

yang dapat menghalangi yang berada di atas kepala. Faktor koreksi : 1

cm untuk pakaian tebal yang dapat mengganjal pantat, variabel lain

seperti topi adalah 2,5 cm dan helm adalah 3,5 cm.

b. Tinggi mata adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai sudut mata

dalam. Subjek diukur dengan posisi duduk tegak lurus dan mata

menghadap lurus ke depan. Contoh aplikasi : Sama dengan untuk

tinggi mata berdiri. Faktor koreksi : 1 cm untuk pakaian tebal yang

dapat mengganjal pantat.

c. Tinggi Bahu adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai titik tengah

bahu. Subjek diukur dengan posisi duduk tegak lurus. Contoh aplikasi:

Seputar pusat rotasi anggota tubuh bagian atas dan merupakan titik

Page 31: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tulang bahu. Faktor koreksi : 1 cm untuk pakaian tebal yang dapat

mengganjal pantat.

d. Tinggi siku adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai titik bawah

siku duduk. Subjek diukur dengan posisi duduk tegak lurus, kedua

lengan atas lurus ke bawah di samping badan dan siku ditekuk

membentuk sudut 90 derajat. Contoh aplikasi : menentukan ketinggian

sandaran tangan merupakan data referensi yang penting untuk

ketinggian letak keyboards, daskboards, tinggi permukaan landasan

kerja pada berbagai pekerjaan lainnya.

e. Tinggi pinggang adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai ruas

pinggang (titik tengah lumbar). Subjek di ukur dengan posisi duduk

tegak lurus. Faktor koreksi : 1 cm untuk pakaian tebal yang dapat

mengganjal pantat.

f. Tinggi pinggul adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai tulang

pinggang paling atas. Subjek diukur dengan posisi duduk tegak lurus.

Faktor koreksi : 1 cm untuk pakaian tebal yang dapat mengganjal

pantat.

g. Panjang Buttock-Lutut adalah jarak horizontal dari titik belakang

pantat sampai titik depan lutut. Subjek diukur dengan posisi duduk

tegak lurus, lekuk lutut membentuk sudut 90 derajat. Contoh aplikasi :

Ruang bebas gerak antara titik belakang pantat dengan benda yang

dapat menghalangi di depan lutut. Faktor koreksi : 2 cm untuk pakaian

tebal yang dapat mengganjal pantat.

Page 32: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

h. Panjang Buttock-Popliteal (panjang tungkai atas) adalah jarak

horizontal dari titik belakang pantat sampai lekuk lutut atau sudut

Popliteal. Subjek diukur dengan posisi duduk tegak lurus, lekuk lutut

membentuk sudut 90 derajat. Contoh aplikasi : Menentukan tentang

kedalaman duduk maksimal yang dapat diterima.

i. Tinggi telapak kaki-lutut adalah jarak vertikal dari lantai sampai titik

bagian atas lutut dengan posisi duduk tegak lurus, lekuk lutut

membentuk suduk 90 derajat. Contoh aplikasi : Ruang bebas gerak

yang diperlukan untuk akses atau masuk di bawah meja kerja. Faktor

koreksi : Pemakaian sepatu untuk laki-laki ±2,5 cm dan wanita ±4 cm.

j. Tinggi Telapak kaki-Popliteal (Panjang Tungkai Bawah) adalah jarak

vertikal dari lantai sampai lekuk lutut. Subjek diukur dengan posisi

duduk tegak lurus, lekuk lutut membentuk sudut 90 derajat. Contoh

aplikasi : Dimensi jangkauan untuk menentukan ketinggian duduk

maksimal yang masih dapat diterima. Faktor koreksi : Pemakaian

sepatu untuk laki-laki ± 2,5 cm dan wanita ± 4 cm.

k. Panjang Kaki adalah jarak pararel sepanjang kaki diukur dari tumit

bagian paling belakang sampai ujung jari kaki paling panjang. Contoh

aplikasi : Ruang bebas gerak untuk kaki, untuk mendesain pedal, alat

kontrol yang dioperasikan oleh kaki dan lain-lain. Faktor koreksi :

Pemakaian sepatu untuk laki-laki ± 3 cm dan wanita ± 4 cm.

l. Tebal paha adalah jarak vertikal dari alas duduk sampai bagian atas

paha. Subjek diukur dengan posisi duduk tegak lurus, lekuk lutut

Page 33: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

membentuk sudut 90 derajat. Contoh aplikasi : Ruang bebas gerak

yang diperlukan antara tempat duduk dengan ujung bawah meja atau

benda-benda yang dapat menghalangi lainnya (Tarwaka,2010).

3. Desain kursi

Esensi dasar dari evaluasi ergonomi dalam proses perancangan

desain adalah sedini mungkin mencoba memikirkan kepentingan manusia

agar bisa terakomodasi dalam setiap kreativitas dan inovasi sebuah „man

made object’ (Sritomo, 2008). Fokus perhatian dari sebuah kajian

ergonomis akan mengarah ke upaya pencapaian sebuah perancanganan

desain suatu produk yang memenuhi persyaratan ‘fitting the task to the

man’ (Grandjean, 1988), sehingga setiap rancangan desain harus selalu

memikirkan kepentingan manusia, yakni perihal keselamatan, kesehatan,

keamanan maupun kenyamanan. Sama seperti yang diungkapkan Sritomo

(2008), desain sebelum dipasarkan sebaiknya terlebih dahulu dilakukan

kajian/evaluasi/pengujian yang menyangkut berbagai aspek teknis

fungsional, maupun kelayakan ekonomis seperti analisis nilai, reliabilitas,

evaluasi ergonomis, dan marketing.

Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja. Kursi yang

baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan

membantu menghindari ketidaknyamanan. Pilihan kursi yang nyaman

dapat diatur dan memiliki penyangga punggung (Wasi, 2005). Tinggi

bangku dirumitkan oleh interaksi dengan tinggi tempat duduk. Desain

Page 34: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

kursi sesuai dengan kriteria agar permukaan kerja tetap di bawah siku

seperti bagian sebelumnya (Nurmianto, 2003).

Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada

lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia lingkungan tersebut.

Apabila tidak ergonomis akan dapat menimbulkan berbagai dampak

negatif pada manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan

terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Bekerja

pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah

antara lain: nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan kerja (Santoso, 2004).

Perancangan tempat kerja untuk pekerjaan duduk lebih sulit,

karena dalam perancangan ini selain harus memperhitungkan tinggi

bangku (meja) kerja juga interaksinya dengan tinggi tempat duduk.

Misalnya jika kita merancang dengan kriteria agar permukaan tempat kerja

tetap di bawah siku, maka sering kali rancangan tersebut tidak nyaman

pada ruang untuk lutut. Untuk menjamin cukupnya ruang bagi lutut orang

dewasa, maka direkomendasikan mengambil presentil 95 dari ukuran-

ukuran telapak kaki sampai puncak lutut dan menambahkan dengan

kelonggaran-kelonggarannya (Pramono, 2003).

a. Kursi Ergonomis

Kursi hendaknya memakai sandaran punggung dan pinggang

(Grandjean, 1988). Sebuah kursi yang baik dapat mendukung pekerja

dengan posisi kerja yang nyaman dan mempermudah perubahan posisi

Page 35: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

tubuh yang sering terjadi (OSH, 1998). Menurut Suma‟ mur (2009),

ukuran-ukuran kursi adalah :

1) Tinggi kursi 40 cm – 48 cm (sedikit lebih pendek dari tinggi

popliteal)

2) Kedalaman kursi 40 cm (lebih pendek dari jarak Popliteal– pantat)

3) Lebar kursi 40 cm – 44 cm (lebih lebar dari lebar pinggul)

Penerapan ergonomis dalam pembuatan kursi dimaksudkan

untuk mendapatkan sikap tubuh yang ergonomis dalam bekerja. Sikap

ergonomi ini diharapkan efesiensi kerja dan produktivitas meningkat.

Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan

relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak

menimbulkan penekanan pada begian tubuh yang dapat mengganggu

sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut. Dalam

mendesain kursi kerja yang ergonomis harus memenuhi kriteria-

kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan

berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia. Sesuai

dengan norma-norma ergonomi yang telah disepakati pada lokakarya

penyusunan norma-norma ergonomi di tempat kerja tanggal 13-16 juli

1987 sebagai berikut :

1) Tinggi Tempat Duduk

Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas bagian depan atas

tempat duduk. Kriteria yang di usulkan : tinggi alas duduk harus

Page 36: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

sedikit lebih pendek dari panjang tekuk lutut sampai ke telapak

kaki. Ukuran yang diusulkan adalah 34-38 cm.

2) Panjang alas duduk

Diukur dari pertemuan garis Proyeksi permukaan depan sandaran

tempat duduk permukaan atas alas duduk sampai garis punggung.

Ukuran yang diusulkan adalah 36 cm.

3) Lebar tempat duduk

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang, harus lebih besar

dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44 - 48 cm.

4) Sandaran pinggang

Kriteria: Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah

ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.

5) Sandaran tangan

Kriteria : Jarak antara tepi kedua sandaran lebih lebar dari lebar

pinggul dan tidak melebihi bahu. Tinggi sandaran tangan adalah

setinggi siku. Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan

atas. Ukuran yang diperkenankan :

a) Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan adalah 46 - 48

cm

b) Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk

c) Panjang sandaran tangan adalah 21 cm

d) Sudut alas duduk Kriteria : Alas duduk harus sedemikian rupa

sehingga memberikan kemudahan bagi pekerja untuk

Page 37: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

melaksanakan pemilihan-pemilihan gerakan dan posisi. Ukuran

yang diusulkan adalah horisontal untuk pekerjaan-pekerjaan

yang tidak memerlukan sedikit membungkuk kedepan alas

duduk miring ke belakang 3 - 5 derajat (Sarwono, 2002).

b. Kursi Non Ergonomis

Selain kursi ergonomi dapat pula kursi yang tidak ergonomis

(kursi yang tidak sesuai dengan anthropometri tenaga kerja), adapun

kriteria-kriterianya adalah sebagai berikut :

1) Kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar sehingga bagian

depan terlalu ke depan sehingga pekerja akan memajukan posisi

duduknya dan menyebabkan bagian punggung tidak dapat

bersandar.

2) Kursi yang terlalu dan tidak dilengkapi dengan sandaran pinggang

tidak dapat dimanfaatkan oleh karena mereka harus duduk maju ke

depan agar dapat melakukan pekerjaannya. Ruang antara alas

duduk dan tepi bawah meja terlalu sempit sehingga menyebabkan

paha pekerja tertekan.

3) Sandaran pinggang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gerakan

bahu dan tangan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman.

(Panero, dkk. 2003).

Penggunaan kursi tidak ergonomi dapat menyebabkan

timbulnya keluhan nyeri pada pinggang. Di Amerika akibat nyeri

pinggang ini sebuah perusahaan merugi hingga jutaan dollar, untuk

Page 38: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mengurangi timbulnya keluhan nyeri pinggang maka diberikan kursi

yang ergonomi (kursi dengan desain yang sesuai dengan antropometri

pekerja) (Samara, 2003).

4. Keluhan Muskuloskeletal

Upper extremity

Lower extremity

Gambar 3 Sistem Skeletal

Sumber : Adjeng, 2008.

Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-

bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan

sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis

secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan

keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan

hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan

Page 39: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

musculoskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam Tarwaka 2010).

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu :

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada

saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut

akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa

sakit pada otot masih terus berlanjut (Tarwaka, 2010).

Otot-otot skeletal merupakan otot-otot sadar dimana kita dapat

mengendalikan/memerintahkannya untuk melakukan sesuatu. Bersama-

sama otot skeletal dan tulang memberikan kekuatan dan tenaga pada

tubuh. Pada banyak kasus, otot skeletal ini melekat pada salah satu ujung

tulang. Otot-otot ini menekan seluruh bagian sendi dan lantas melekat lagi

pada ujung tulang yang lain. Otot-otot skeletal melekat pada tulang dengan

bantuan tendon. Tendon adalah semacam cord yang terbuat dari material

kuat dan bekerja sebagai penghubung khusus antara tulang dan otot.

Tendon ini juga melekat dengan bagus sehingga saat kita menggerakkan

salah satu otot kita, tendon dan tulang akan bergerak bersama pula. Otot

skeletal ini muncul dalam banyak bentuk dan ukuran yang berbeda yang

membuat mereka mampu melakukan banyak pekerjaan. Otot-otot ini yang

melakukan pekerjaan paling besar dan paling berat adalah otot-otot di

Page 40: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

punggung dekat pinggang kita yang memungkinkan kita berdiri tegak.

Otot-otot ini juga memberikan tenaga pada saat kita mendorong atau

menarik sesuatu. Otot-otot di dekat leher dan bagian atas punggung kita

tidak begitu besar namun mampu melakukan sesuatu yang sangat

mengagumkan: menahan beban saat kepala kita berputar, bergerak ke kiri

kanan dan ke atas serta ke bawah. Bahkan otot-otot inilah yang mampu

menahan posisi kepala agar tetap berada di atas (Adjeng, 2008).

Studi tentang Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi

menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot

rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,

punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot

skeletal tersebut adalah Low Back Pain (LBP) yang banyak dialami oleh

pekerja adalah otot bagian pinggang (Tarwaka, 2004).

Faktor Penyebab Keluhan pada Sistem Muskulosekeletal :

a. Kesalahan dan lamanya waktu duduk

Sakit pinggang terjadi karena kesalahan dan lamanya waktu

duduk. Saat bekerja tubuh dituntut untuk berada dalam posisi yang

sama untuk waktu yang lama terutama pekerja dalam bidang

manufaktur. Jika kondisi tidak nyaman terjadi, maka tubuh akan

tertekan dan berakibat timbulnya sakit pinggang atau pegal-pegal.

Page 41: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

b. Pengaruh kursi kerja

Kursi yang ergonomic adalah kursi yang dapat diatur agar

sesuai dengan kondisi badan baik tinggi maupun sandaranya. Hal ini

akan membuat bagian belakang tubuh seseorang merasakan rileks

sebab terdapat sandaran untuk menopang bagian punggungnya. Jika

kursi terlalu tinggi kita dapat menggunakan bantalan atau pijakan

untuk kaki agar kaki kita tidak menggantung. Kita juga dapat

menggunakan kursi yang empuk dengan meletakkan busa pada letak

dudukan. Ini akan menyebabkan pinggang kita merasakan nyaman.

Terakhir jika kita menggunakan kursi yang memiliki sandaran tangan

kita harus memperhatikan bentuk sandaran itu agar posisi tangan tidak

ketinggian. Dalam bekerja faktor tempat duduk sangat penting karena

dengan tempat duduk yang nyaman kita akan dapat bekerja dengan

baik dan sehat. (Suma‟mur, 2009).

Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal antara lain

sebagai berikut :

a. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering

dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut

pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat,

mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot

yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan

Page 42: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot,

bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

b. Aktivitas Berulang

Aktivitas Berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara

terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar,

angkat-angkut dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot

menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa

memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

c. Sikap Kerja Tidak alamiah

Sikap Kerja Tidak alamiah adalah sikap kerja yang

menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi

alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu

membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi

bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh, maka semakin tinggi pula

risiko terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal Sikap kerja tidak

alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat

kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996;

Waters & Anderson,1996 & Manuaba, 2000).

Page 43: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Adapun faktor penyebab sekunder antara lain :

a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai

contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot

tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan

alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri

otot menetap (Tarwaka, 2010).

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi

otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah

tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul

rasa nyeri otot (Suma‟mur, 1982) dalam Tarwaka 2010.

c. Mikroklimat

Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat

menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga

gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot

menurun (Astrand & Rodhl,1977;Pulat, 1992;Wilson & Corlett, 1992)

dalam (Tarwaka,2010). Demikian juga dengan paparan udara yang

panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar

menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan

termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan

tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang

cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen ke otot. Sebagai

Page 44: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot

menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi

penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot

(Suma‟mur, 1982;Grandjean,1993) dalam Tarwaka 2010

Beberapa faktor internal penyebab keluhan otot-otot skeletal, yaitu :

a. Umur

Chaffin (1979) dan Guo, dkk. (1995) menyatakan bahwa pada

umumnya keluhan otot skeletal mulai pertama dirasakan pada umur 35

tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan

bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya,

kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya

keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2004). Sebagai contoh, Betti‟e, dkk

1989 dalam Tarwaka 2010 telah melakukan studi tentang kekuatan

statik otot untuk pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai dengan

diatas 60 tahun. Penelitian difokuskan untuk otot lengan, punggung

dan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot

maksimal terjadi pada saat umur antara 20 - 29 tahun, selanjutnya terus

terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya umur.

b. Jenis kelamin

Beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan

bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot.

Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita

memang lebih rendah daripada pria. Astrand, dkk (1997) menjelaskan

Page 45: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan

otot pria, sehingga daya tahan otot priapun lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita. Hasil penelitian Betti‟e, dkk (1989) menunjukkan

bahwa rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari

kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Chiang, dkk. (1993), Bernard,

dkk. (1994), Heles, dkk. (1994) dan johanson (1994) yang menyatakan

bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3.

Dari uraian tersebut, maka jenis kelamin perlu dipertimbangkan dalam

mendesain beban tugas (Tarwaka, 2004).

c. Kesegaran Jasmani

Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada

seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup

waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam kesehariannya

melakukan pekerjaan yang memerlukan pergerahan tenaga yang besar,

di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir

dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga

sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH

yang dikutip dari hasil penelitian Cady, dkk. (1979) menyatakan

bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko

terjadinya keluhan adalah 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah

3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga

diperkuat Betti‟e, dkk (1989) yang menyatakan hasil penelitian

Page 46: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

terhadap para penerbang menunjukkan bahwa kelompok penerbang

dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko yang

sangat kecil terhadap risiko cedera otot.

Dari uraian di atas dapat digarisbawahi bahwa, tingkat

kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya

keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan bertambahnya

aktivitas fisik (Tarwaka, 2004).

d. Kondisi Kesehatan

Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun

1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan

(jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan

bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut

sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) tahun 1975 sebagai berikut : sehat adalah suatu kondisi yang

terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.

Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal, yaitu :

a. Lama kerja/waktu kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan efesiensi dan

produktivitasnya. Lamanya seorang bekerja sehari baik pada

umumnya 6 – 8 jam. Dalam Seminggu orang hanya bisa bekerja

dengan baik selama 40 - 50 jam. Lebih dari itu kecenderungan

timbulnya hal-hal yang negatif. Makin panjang waktu kerja, makin

besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah

40 jam kerja. Seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung

Page 47: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

kepada berbagai faktor. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa

pengurangan jam kerja dari delapan jam lebih seperempat ke delapan

jam disertai meningkatnya efesiensi kerja dengan kenaikan

produktivitas 3 sampai 10%. Kecenderungan ini lebih terlihat pada

pekerjaan yang dilakukan dengan tangan (Suma,mur, 1991).

b. Tekanan melalui fisik (beban kerja)

Beban kerja pada suatu waktu tertentu mengakibatkan

berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada

makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh

suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga

oleh tekanan–tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu

masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut–larut

mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan

klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini kerap muncul

ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja, misalnya

berupa perasaan kebencian yang bersumber dari perasaan emosi

(Sugeng, dkk, 2002). Sejumlah orang kerapkali menunjukkan gejala

seperti berikut :

1) Meningkatnya ketidakstabilan jiwa

2) Depresi

3) Kelesuan umum seperti tidak bergairah kerja

4) Meningkatnya sejumlah penyakit fisik

Page 48: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

5. Hubungan Perbaikan Kursi Kerja terhadap Keluhan

Muskuloskeletal

Pekerjaan menjahit adalah suatu pekerjaan yang dilakukan

dengan duduk, sedangkan duduk tidak lepas dari peralatan kerja (kursi

kerja). Antara manusia dengan peralatan kerja harus diatur

kesesuaiannya dengan ilmu ergonomi (Sutalaksana, 2000). Aspek

dalam penerapan ergonomi antara lain : faktor manusia, anthropometri,

sikap tubuh dalam bekerja, faktor pengorganisasian kerja. Ergonomi

juga memiliki beberapa prinsip-prinsip yang digunakan sebagai

pegangan dalam pembuatan alat-alat kerja (kursi kerja) yang termasuk

didalamnya adalah anthropometri untuk perancangan kursi kerja.

Penggunaan kursi tidak ergonomi dapat menyebabkan

timbulnya keluhan nyeri pada pinggang. Di Amerika akibat nyeri

pinggang ini sebuah perusahaan merugi hingga jutaan dollar, untuk

mengurangi timbulnya keluhan nyeri pinggang maka diberikan kursi

yang ergonomi (kursi dengan desain yang sesuai dengan antropometri

pekerja) (Samara, 2003).

Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi

yang baik dan akan membantu menghindari ketidaknyamanan. Pilihan

kursi yang nyaman dapat diatur dan memiliki penyangga punggung

(Wasi, 2005). Penerapan ergonomis dalam pembuatan kursi

dimaksudkan untuk mendapatkan sikap tubuh yang ergonomis dalam

bekerja. Sikap ergonomi ini diharapkan efesiensi kerja dan

Page 49: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

produktivitas meningkat. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa

sehingga memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai

untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh

yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian

tersebut.

Dalam perancangan kursi kerja agar rancangan tersebut

nantinya dapat sesuai dengan dimensi tubuh manusia yang akan

menggunakannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil dalam

aplikasi data antropometri tersebut ditetapkan dahulu prinsip

perancangan produk bagi individu dengan ukuran tubuh ekstrim.

Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk

atau fasilitas kerja akan menetapkan nilai persentil 95 untuk dimensi

minimum dan persentil 5 untuk dimensi maksimum (Sanders, 1991).

Dimensi tubuh yang diukur antara lain : tinggi duduk, tinggi bahu

duduk, lebar bahu, lebar pinggul, panjang tungkai atas, panjang

tungkai bawah.

Selain kursi kerja ada faktor penyebab keluhan muskuloskeletal

yang lain meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara

lain : Umur, jenis kelamin, kesegaran jasmani. Sedangkan faktor

eksternal meliputi lama/waktu kerja, beban kerja, dan fakor lingkungan

kerja (getaran mekanis dan mikroklimat).

Page 50: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran

Faktor internal :

1. Jenis kelamin

2. Umur

3. Kesegaran jasmani

4. Kondisi Kesehatan

Kursi Tidak Ergonomis

Terjadi keluhan Muskuloskeletal

Faktor eksternal :

1. Lama waktu kerja

2. Beban kerja

3. Lingkungan kerja.

a. Getaran

b. Mikroklimat

Kerja dengan posisi tidak alamiah

atau posisi duduk terlalu dipaksakan

Penimbunan asam laktat

Tidak ada kesesuaian antara kursi kerja

dengan anthropometri tenaga kerja

Jenis Pekerjaan Menjahit

Pekerjaan dengan

posisi duduk

Penekanan pada bagian tubuh tertentu

Sirkulasi darah terganggu

Pasokan oksigen berkurang

Page 51: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Hipotesis

Ada Pengaruh Perbaikan Kursi Kerja terhadap Keluhan

Muskuloskeletal pada Pekerjaan Menjahit di Desa Sawahan Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten.

Page 52: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen yang artinya penelitian

tidak mungkin untuk dapat mengendalikan semua variabel luar, sehingga

perubahan yang terjadi bukan sepenuhnya akibat dari perlakukan. Pendekatan

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik one

group pre test and post test design, yaitu suatu penelitian yang dilakukan

untuk menilai satu kelompok saja secara utuh (Taufiqurohman, 2004).

Rancangan penelitian ini adalah one group pre test and post tes

design. Pada penelitian ini, peneliti melakukan treatment yaitu melakukan

perbaikan pada kursi kerja sesuai dengan anthropometri pekerja kemudian

dinilai pengaruhnya pada pengujian kedua.

O X O

1 2

O1 : Sebelum diberi perbaikan, sebagai kontrol (pre test dan post test)

O2 : Setelah diberi perbaikan (pre test dan post test)

X : Diberi perlakuan berupa perbaikan kursi kerja sesuai dengan

anthropometri subjek penelitian (intervensi)

38

Page 53: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di home industri penjahitan di desa Sawahan

kecamatan Juwiring, Klaten pada bulan Maret-Mei 2011. Jadwal ada dalam

lampiran 1.

C. Populasi dan Subjek Penelitian

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah penjahit yang tinggal di

Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten yang pekerjaannya

menjahit pakaian dengan jumlah populasi laki-laki sebanyak 31 orang.

Subjek adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut dengan penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi

sasaran dan akan diwakili oleh subjek di dalam penyelidikan/berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi :

a. Jenis kelamin : laki-laki

b. Umur : 35 - 55 tahun

c. Lama kerja 8 jam per hari (7 jam kerja dan 1 jam istirahat)

d. Jenis pekerjaan menjahit

2. Kriteria Eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian

b. Jenis kelamin perempuan

c. Sedang sakit

d. Lama kerja lebih dari 8 jam (ada jam lembur)

Page 54: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan

restriksi. Menurut Murti (2006), restriksi yaitu metode untuk membatasi

subjek penelitian menurut kriteria tertentu pada populasi target (populasi

sasaran), maka diperoleh populasi sumber (populasi yang merupakan

himpunan subjek dari populasi sasaran yang digunakan sebagai sumber

pencuplikan subjek penelitian). Selanjutnya dilakukan random sampling

sehingga diperoleh sampel penelitian. Dalam penelitian ini jumlah populasi

sebanyak 31 orang pekerja laki-laki. Dengan random sampling didapatkan

subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 15 orang.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh atau

menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat, dan merupakan

variabel pengaruh yang paling diutamakan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini adalah perbaikan kursi kerja.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah

karena adanya pengaruh dari variabel bebas. Dalam penelitian ini adalah

keluhan muskuloskeletal.

Page 55: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Variabel Pengganggu

Variabel penggangu adalah variabel yang secara teoritis

berpengaruh terhadap variabel terikat, namun tidak diingini pengaruhnya.

Dalam penelitian ini ada 2 variabel pengganggu.

a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, umur, lama kerja,

jenis pekerjaan.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : getaran, mikroklimat,

kesegaran jasmani, kondisi kesehatan, beban kerja.

Berdasarkan Identifikasi variabel penelitian maka dapat

digambarkan seperti bagan dibawah ini :

Gambar 5. Struktur Hubungan Antara Variabel

Variabel Bebas :

Perbaikan kursi kerja

Variabel terikat :

Keluhan muskuloskeletal

Variabel Penganggu

terkendali :

a. Jenis kelamin

b. Umur

c. Lama kerja

d. Jenis pekerjaan

Variabel Penganggu

tidak terkendali :

1. Getaran

2. Mikroklimat

3. Kesegaran jasmani

4. Kondisi kesehatan

5. Beban Kerja

Page 56: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Perbaikan Kursi Kerja

Perbaikan kursi kerja artinya melakukan perbaikan pada kursi kerja

yang semula tidak ergonomis menjadi egonomis sesuai dengan kriteria-

kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dengan berpedoman pada

ukuran-ukuran antropometri.

Untuk melakukan usaha perbaikan kursi kerja, membutuhkan data dari :

a. Kursi kerja

Kursi kerja adalah tempat duduk tenaga kerja dalam

menjalankan pekerjaan menjahit. Dalam penelitian ini ada 2 jenis kursi

kerja yaitu :

1) Kursi tidak Ergonomis

Kursi tidak ergonomis adalah kursi dengan bahan dari

plastik seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Contoh kursi kerja yang tidak ergonomis

Sumber : Data Primer 2011

Alat ukur : Meteran gulung

Satuan : cm

Page 57: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Skala Pengukuran : Nominal

2) Kursi Ergonomis

Kursi ergonomis adalah kursi yang mempunyai 4 kaki,

tinggi kursi sesuai anthropometri tenaga kerja (tidak terlalu rendah

maupun terlalu tinggi), panjang alas dan lebar alas sesuai

anthropometri tenaga kerja serta mempunyai sandaran punggung.

Dalam penelitian ini digunakan desain kursi yang sesuai

anthropometri tenaga kerja seperti pada gambar 7.

Gambar 7. Kursi Ergonomis

Sumber : Data Primer 2011

Keterangan :

a. Tinggi Kursi (50 persentile tinggi popliteal)

b. Panjang alas duduk (95 persentile panjang buttock-popliteal)

c. Lebar alas duduk (95 persentile lebar pinggul)

d. Tinggi sandaran punggung (50 persentile tinggi bahu)

e. Lebar sandaran punggung (95 persentile lebar bahu)

b

d

c

a

e

Page 58: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Alat ukur : Meteran gulung

Satuan : cm

Skala Pengukuran : Nominal

b. Anthropometri

Anthropometri merupakan pengukuran unsur tubuh manusia

pada penjahit yang berkaitan dengan kursi kerja. Anthropometri yang

diukur disini adalah anthropometri tenaga kerja penjahitan di desa

Sawahan kecamatan Juwiring, Klaten.

Alat ukur : Anthropometer shet

Satuan : cm

Skala Pengukuran : Nominal

2. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Keluhan

Muskulosekeletal.

Definisi : Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-

bagian otot skeletal (pegal-pegal) yang dirasakan oleh

tenaga kerja bagian penjahitan mulai dari keluhan

sangat ringan sampai sangat sakit pada saat penelitian

dilakukan. Cara pengisian Kuesioner Nordic Body Map

dengan cara memegang dan menanyakan tiap bagian

otot sekeletal kepada subjek penelitian.

Alat ukur : Kuesioner Nordic body map

Satuan : 28 - 112 (Skor)

Page 59: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Skala pengukuran : Ordinal

Skoring pada kuesioner ini sebagai berikut :

Tidak sakit : 1 (apabila tidak ada rasa nyeri atau keluhan otot-otot

skeletal pada bagian tubuh tertentu).

Agak sakit : 2 (apabila timbul rasa nyeri atau keluhan otot-otot

skeletal pada bagian tubuh tertentu, tetapi gejala yang

timbul tidak terlalu parah dan masih dapat menjalankan

pekerjaan).

Sakit : 3 (apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot

skeletal pada bagian tubuh tertentu dan terasa sakit untuk

beraktifitas).

Sakit sekali : 4 (apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot

skeletal yang amat sangat sakit pada bagian tubuh

tertentu dan mengganggu dalam beraktifitas).

3. Variabel Pengganggu

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kriteria atau ciri-ciri biologis yang

membedakan antara laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini

yang menjadi subjek adalah laki-laki.

Alat ukur : Wawancara dan kartu identitas pekerja

Satuan : Laki-laki/Perempuan

Skala Pengukuran : Nominal

Page 60: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

b. Umur

Umur adalah perhitungan waktu yang dihitung dari tahun

kelahiran sampai hari pada tahun saat dilakukan penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi subjek adalah tenaga kerja yang berumur

35 - 55 tahun.

Alat ukur : Wawancara dan kartu identitas diri

Satuan : Tahun

Skala Pengukuran : Nominal

c. Lama Kerja

Lama kerja adalah jumlah waktu kerja tiap harinya pada

pekerjaan menjahit. Dalam penelitian ini lama kerjanya 8 jam per hari

(7 jam kerja dan 1 jam istirahat).

Alat ukur : Wawancara

Satuan : Jam

Skala Pengukuran : Nominal

d. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah pekerjaan yang diselesaikan oleh

tenaga kerja.

Alat ukur : Wawancara dan observasi

Skala Pengukuran : Nominal

Satuan :Menjahit/memotong/menyetrika/memasang kancing

Page 61: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

e. Beban Kerja

Beban Kerja adalah kemampuan tubuh untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan.

Alat Ukur : Perabaan pada nadi tangan.

Satuan : Denyut/menit

Skala : Nominal

f. Getaran Mekanis

Getaran mekanis adalah getaran yang dihasilkan oleh mesin

jahit yang dijalankan oleh dinamo.

Alat ukur : Vibration Meter

Satuan : m/s2 (percepatan)

Skala : Nominal

g. Mikroklimat

Mikroklimat adalah paparan suhu panas di area kerja bagian

penjahitan dengan mengukur suhu kering (DB), suhu basah (WB),

suhu globe (TG) dan Index Suhu Basah dan Bola (ISBB) dalam

ruangan.

Alat ukur : Quest Temp

Satuan : Celcius

Skala : Nominal

Page 62: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

G. Desain Penelitian

Random sampling

Pretest

Post test

Pretest

Post test

Gambar 8. Bagan Desain Penelitian

Populasi

31 orang laki-laki

Jenis kelamin laki-laki, umur 35

– 55 tahun, lama kerja 8 jam

(7jam kerja, 1jam istirahat), jenis

pekerjaan menjahit.

Pemberian Kursi

Ergonomis

Sebelum Perbaikan (O1)

Muskuloskeletal

Subjek

15 orang

Setelah Perbaikan (O2)

Muskuloskeletal

Wilcoxon

Kuesioner

Nordic Body Map

Kuesioner

Nordic Body Map

Perbaikan

Intervensi

Adaptasi

1 minggu

Page 63: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Anthropometer shet

Anthropometer shet adalah alat untuk mengukur dimensi tubuh

manusia baik pada posisi duduk maupun pada posisi berdiri dengan satuan

cm.

Gambar 9. Anthropometer Shet

Sumber : Data Primer 2011

Cara Kerja:

a. Pasang stik A dengan stik bertanda huruf A dan B, tetapi pilih yang

bertanda A dengan A, B dengan B dan seterusnya.

b. Pasang jarum pengukur dengan cara memasukkannya pada lubang

jarum pengukur yang ada pada stik A dengan arah jarum ke dalam.

Page 64: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

c. Ukur bagian tubuh yang diingikan sesuai dengan norma ergonomi

pengukuran anthropometri kemudian catat hasilnya.

2. Meteran Gulung

Meteran Gulung adalah alat untuk mengukur kursi kerja dengan

satuan cm.

Gambar 10. Meteran gulung

Sumber : Data Primer 2011

Cara Kerja:

a. Tekan penahan ukuran dan tahan untuk membebaskan gulungan

meteran.

b. Setelah ukuran bisa digerakkan, pasang lis meteran yang ada pada

ujung meteran dan taruh pada tepi ujung kursi kerja yang akan diukur

lalu tarik meteran kearah berlawanan.

c. Ukur bagian yang diingikan, kemudian kunci dengan melepas penahan

gulungan meteran dan catat hasilnya.

3. Kuesioner Nordic Body Map

Kuesioner Nordic Body Map berupa lembaran berisi pertanyaan-

pertanyaan yang dikirim pada responden yang telah dipilih, dengan

Page 65: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

harapan akan dikembalikan, kemudian dinilai dengan skoring sehingga

dapat digolongkan tentang keluhan muskuloskeletalnya dengan kriteria

tidak sakit (28 - 49), agak sakit (50 - 70), sakit (71 - 91), sakit sekali (92 -

112). Kuesioner Nordic Body Map dapat dilihat di Lampiran 2.

4. Quest temp

Quest temp adalah suatu termometer yang dilengkapi dengan

sensor listrik (baterai) yang lengkap untuk mengukur kelembaban nisbi,

panas, radiasi dan mengetahui lama pendinginan hanya dengan menekan

tombol sesuai dengan apa yang akan diukur. Pilih satuannya dalam °C

atau °F. Lihat dan catat hasilnya.

5. Vibration meter

Vibration meter adalah alat untuk mengukur kecepatan getaran

pada mesin jahit dengan satuan cm/detik. Amati dan catat hasilnya.

6. Perlengkapan alat tulis

Perlengkapan alat tulis digunakan untuk penulisan data yang diambil.

7. Kamera

Untuk pengambilan gambar sebagai data pendukung.

I. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya bagaimana

proses mengolah data menjadi informasi yang benar yang dapat digunakan

untuk menjawab tujuan penelitian. Agar analisis menghasilkan informasi

Page 66: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

yang benar, ada empat tahapan dalam mengolah data, yaitu (Sumardiyono,

2010) :

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi

kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap dan jelas

jawaban dari responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, dan

konsistensi.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

berbentuk angka/bilangan. Kegunaan koding adalah mempermudah

kita pada saat analisis data dan juga pada saat entry data.

c. Processing

Setelah data dikoding, maka langkah selanjutnya melakukan

entry data dari kuesioner ke dalam program komputer. Salah satu paket

program yang digunakan adalah SPSS for Window.

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji

statistik Non Parametrik-Wilcoxon test dengan menggunakan program

komputer SPSS versi 16.0, dengan Interpretasi hasil sebagai berikut :

a. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

Page 67: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

b. Jika p value > 0,01 tetapi 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

(Riwidikdo, 2008).

Page 68: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Proses Produksi

Daerah Juwiring Kabupaten Klaten merupakan daerah Sentra

Industri Kecil Konveksi yang mana dalam kegiatannya tersebut adalah

bergerak di bidang penjahitan. Banyak desa di kecamatan Juwiring yang

mendirikan home industri salah satunya adalah home industri penjahitan

pakaian. Desa Sawahan merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan

Juwiring yang mana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai penjahit.

Jumlah penduduk laki-laki yang bekerja di home industri penjahitan ada 31

orang. Dalam membuat pakaian prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan pola pada kain

Langkah pembuatan pola pada kain adalah dengan cara

meletakkan kain lembaran diatas meja kemudian kertas pola ditaruh

diatas kain tersebut lalu digaris dengan menggunakan bolpoin sesuai

dengan bentuk kertas pola tersebut.

Gambar 11. Proses Pembuatan pola pada kain

Sumber : Data Primer 2011

54

Page 69: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

2. Pemotongan

Sesudah proses pembuatan pola selesai maka dilakukan

pemotongan pada kain, pemotongan dilakukan dengan menggunakan

gunting potong. Gunting potong yang digunakan ada dua jenis yaitu

gunting potong mesin dan gunting potong manual. Penggunaan gunting

potong disesuaikan dengan tebal tipisnya tumpukan kain yang akan

dipotong, jika tebal menggunakan gunting potong mesin dan jika tipis

menggunakan gunting potong manual.

Gambar 12. Proses Pemotongan dengan gunting potong mesin (a) dan

gunting potong manual (b)

Sumber : Data Primer 2011

3. Penjahitan

Penjahitan pakaian merupakan proses lanjutan sesudah kain

selesai dipotong. Pada proses penjahitan menggunakan mesin jahit yang

dijalankan dengan mesin dinamo.

Gambar 13. Proses Penjahitan

Sumber : Data Primer 2011

a b

55

Page 70: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

4. Pemasangan Kancing

Pemasangan kancing dilakukan secara manual dengan

menggunakan tenaga manusia dalam pemasangannya.

Gambar 14. Proses Pemasangan Kancing

Sumber : Data Primer 2011

5. Penyetrikaan

Proses penghalusan pakaian dengan menggunakan setrika.

Gambar 15. Proses Penyetrikaan

Sumber : Data primer 2011

56

Page 71: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

B. Observasi Kursi Tidak Ergonomis dalam Pekerjaan Menjahit

Dalam menjahit tenaga kerja menggunakan kursi seperti gambar 16.

le Gambar 16. Penggunaan Kursi Tidak Ergonomis

Sumber : Data Primer 2011

Seperti terlihat dalam gambar 16 kursi terbuat dari bahan plastik, lebar

kursi lebih sempit dari lebar pinggul, panjang kursi lebih pendek dari panjang

buttock-popliteal, tinggi kursi juga tidak sesuai dengan tinggi popliteal

sehingga terjadi penekanan pada otot-otot pantat dan paha, kursi tersebut juga

tidak dilengkapi dengan sandaran punggung sehingga tidak ada tempat untuk

bersandar yang mengakibatkan posisi punggung melengkung dan bisa

menyebabkan penekanan pada otot tengkuk. Dalam pekerjaan menjahit

tenaga kerja bekerja selama 8 jam sehari dengan 7 jam kerja dan 1 jam

istirahat sehingga dengan penggunaan kursi kerja tersebut selama 7 jam kerja

bisa dimungkinkan terjadinya keluhan muskuloskeletal.

C. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan pengamatan dari kartu identitas diri tenaga kerja

pada tanggal 13 Maret 2011 terhadap 15 subjek penelitian di bagian

57

Page 72: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten

didapatkan hasil bahwa semuanya berjenis kelamin laki-laki.

2. Umur

Berdasarkan wawancara dan kartu identitas diri tenaga kerja pada

tanggal 13 Maret 2011 dengan 15 orang subjek penelitian dibagian

penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten

diperoleh sebaran umur sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data dengan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test untuk Umur

Variabel Mean SD Asymp. Sig. (2 tailed) Umur 43.2 5.2 0.963

Sumber : Hasil Uji SPSS

Tabel 3. Identitas Umur Tenaga Kerja Laki-laki Bagian Penjahitan di

Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.

No Nama Umur (Tahun) 1 A 37

2 B 40

3 C 36

4 D 42

5 E 44

6 F 50

7 G 39

8 H 38

9 I 45

10 J 43

11 K 47

12 L 55

13 M 44

14 N 48

15 O 40

Rata-rata

SD

Range

43,2

5,2

36 – 55

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13 Maret 2011

Berdasarkan sebaran data pada Tabel 3 tentang umur diperoleh

rerata (X) ± SD adalah 43,3 tahun ± 5,2.

58

Page 73: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3. Lama Kerja

Berdasarkan wawancara pada tanggal 13 Maret 2011 terhadap 15

orang subjek penelitian didapatkan hasil bahwa seluruh subjek dalam

penelitian ini lama kerjanya 8 jam (7 jam kerja dan 1 jam istirahat).

4. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan wawancara dan observasi terhadap 15 tenaga kerja

didapatkan hasil bahwa seluruh tenaga kerja bekerja menjahit pakaian.

5. Beban Kerja

Berdasarkan pengukuran denyut jantung dari 15 tenaga kerja

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Data Denyut Jantung dari Tenaga Kerja di Bagian Penjahitan di

Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Sebelum

Perlakuan :

No Nama Denyut Jantung

(denyut/menit)

1 A 102

2 B 105

3 C 104

4 D 107

5 E 108

6 F 103

7 G 102

8 H 101

9 I 108

10 J 110

11 K 105

12 L 103

13 M 102

14 N 106

15 O 107

Rata-rata 104.9

SD 2.7

Sumber : Hasil Pendataan 2011

59

Page 74: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 5. Data Denyut Jantung dari Tenaga Kerja di Bagian Penjahitan

di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten

Sesudah Perlakuan :

No Nama Denyut Jantung

(denyut/menit)

1 A 101

2 B 104

3 C 105

4 D 103

5 E 107

6 F 104

7 G 103

8 H 102

9 I 105

10 J 110

11 K 108

12 L 107

13 M 105

14 N 106

15 O 107

Rata-rata 105

SD 2.4 Sumber : Hasil Pendataan 2011

Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon tentang Perbedaan Denyut Jantung

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Variabel N (X) denyut/min SD P Value

Denyut Jantung Sebelum

Perlakuan

15 104.9 2.7 0.831

Denyut Jantung Sesudah

Perlakuan

105 2.4

Sumber : Hasil Uji SPSS

60

Page 75: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

D. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja

1. Getaran Mekanis

Berdasarkan pengukuran Getaran Mekanis pada Mesin Jahit di

bagian penjahitan didapatkan hasil seperti pada tabel berikut :

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data dengan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test untuk Percepatan Getaran Mekanis Mesin

Dinamo Sebelum dan Sesudah perlakuan.

Variabel Mean SD Asymp. Sig. (2 tailed)

mesin

dinamo

sebelum

perlakuan

5.1 0.2 0.911

mesin

dinamo

sesudah

perlakuan

4.9 0.2 0.948

Sumber : Hasil uji SPSS

Tabel 8. Data Pengukuran Getaran Mekanis pada Mesin Jahit Sebelum

Perlakuan di Bagian Penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten

No Nilai Percepatan

(m/s2)

Lama

Pajanan

NAB

1 5.3 7 Jam 4 m/s2

2 4.7 7 Jam 4 m/s2

3 4.8 7 Jam 4 m/s2

4 5.2 7 Jam 4 m/s2

5 4.8 7 Jam 4 m/s2

6 4.9 7 Jam 4 m/s2

7 4.8 7 Jam 4 m/s2

8 5 7 Jam 4 m/s2

9 5.1 7 Jam 4 m/s2

10 5 7 Jam 4 m/s2

11 5.1 7 Jam 4 m/s2

12 5.3 7 Jam 4 m/s2

13 5.2 7 Jam 4 m/s2

14 5.3 7 Jam 4 m/s2

15 5.4 7 Jam 4 m/s2

Rata-rata : 5,1 m/s2

SD : 0,2

Sumber : Hasil Pendataan pada tanggal 11 Mei 2011

61

Page 76: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Berdasarkan sebaran data pada tabel 8 tentang getaran mekanik

sebelum perlakuan maka diperoleh rerata (X) ± SD adalah 5,1m/s2 ± 0,2.

Tabel 9. Data Pengukuran Getaran Mekanis pada Mesin Jahit Sesudah

Perlakuan di Bagian Penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten

No Nilai Percepatan

(m/s2)

Lama

Pajanan

NAB

1 4,7 7 Jam 4 m/s2

2 4,6 7 Jam 4 m/s2

3 4,8 7 Jam 4 m/s2

4 4,9 7 Jam 4 m/s2

5 5,2 7 Jam 4 m/s2

6 5,1 7 Jam 4 m/s2

7 5,3 7 Jam 4 m/s2

8 4,6 7 Jam 4 m/s2

9 4,7 7 Jam 4 m/s2

10 5 7 Jam 4 m/s2

11 4,9 7 Jam 4 m/s2

12 5,1 7 Jam 4 m/s2

13 5,2 7 Jam 4 m/s2

14 5,3 7 Jam 4 m/s2

15 4,8 7 Jam 4 m/s2

Rata-rata : 4,9 m/s2

SD : 0,2

Sumber : Hasil Pendataan pada tanggal 19 Mei 2011

Berdasarkan sebaran data pada Tabel 9 tentang getaran mekanik

sesudah perlakuan maka diperoleh rerata (X) ± SD adalah 4,9 m/s2

± 0,2.

Tabel 10. Hasil Uji Wilcoxon tentang Getaran Mekanis Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel N X SD P Value Getaran Mekanis Sebelum Perlakuan 15 5.1 0.2 0.211

Getaran Mekanis Sesudah Perlakuan 4.9 0.2

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan Data Hasil Uji Statistik Non Parametrik-Wilcoxon

Tes pada Tabel 10 diperoleh hasil nilai p value adalah 0.211 (P value >

0,05) yang artinya tidak signifikan.

2. Mikroklimat

Berdasarkan pengukuran Mikroklimat untuk area kerja di

bagian penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten

62

Page 77: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Klaten untuk lama kerja 8 jam dengan tingkat pekerjaan sedang

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 11. Data Hasil Pengukuran Mikroklimat untuk Area Kerja di

Bagian Penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten Sebelum Perlakuan

No Parameter

DB (oC) WB (

oC) GT (

oC) ISBB in (

oC)

1. 30.1 36.0 30.0 34.2

2. 30.0 35.0 29.8 33.4

3. 30.2 35.5 29.5 33.7

Rata-rata ISBB in : 33.7 oC

SD : 0.4

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 11 Mei 2011

Berdasarkan Tabel 11 maka diperoleh rerata (X) ± SD adalah

33,7 oC ± 0,4.

Tabel 12. Data Hasil Pengukuran Mikroklimat untuk Area Kerja di

Bagian Penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten Sesudah Perlakuan

No Parameter

DB (oC) WB (

oC) GT (

oC) ISBB in(

oC)

1. 30.2 35.8 31.0 34.36

2. 30.1 35.0 30.0 33.5

3. 29.9 36.0 30.5 34.35

Rata-rata ISBB in : 34.1 oC

SD : 0.5

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 19 Mei 2011

Berdasarkan Tabel 12 maka diperoleh rerata (X) ± SD adalah

34,1 oC ± 0,4.

Tabel 13. Hasil Uji Wilcoxon tentang Mikroklimat Sebelum dan Sesudah

Perlakuan

Variabel N X SD P Value

Mikroklimat Sebelum Perlakuan 3 33.7 0.4 0.109

Mikroklimat Sesudah Perlakuan 34.1 0.4

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan hasil uji SPSS pada Tabel 13 diperoleh hasil bahwa

nilai p value adalah 0.109 (P value > 0.05) yang artinya tidak signifikan.

63

Page 78: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

E. Hasil Pengukuran Kursi Kerja dan Anthropometri Tenaga Kerja

1. Anthropometri Tenaga Kerja

Berdasarkan pengukuran anthropometri pada tenaga kerja di

bagian penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten

Klaten pada tanggal 13 Maret 2011didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Data dengan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test untuk Anthropometri

Variabel Mean SD P Value

Barhu 39.9 0.8 0.510

Gihu 52.5 1.2 0.720

Bargul 31.3 1.2 0.616

Tinggi

Popliteal

43.9 0.9 0.285

Panjang

Buttock-

popliteal

35.6 1.1 0.316

Sumber : Hasil Uji SPSS

64

Page 79: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 15. Data Pengukuran Anthropometri Subjek Penelitian di Bagian

Penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten

Klaten.

No Barhu

(cm)

Gihu

(cm)

Bargul

(cm)

Tinggi

Popliteal

(cm)

Panjang

Buttock-

Popliteal (cm)

1 40 53 31 44 36

2 39 52 30 43 35

3 40 53 30 43 36

4 41 54 32 45 37

5 40 52 31 44 36

6 39 51 31 43 34

7 40 52 33 44 35

8 39 50 30 43 34

9 41 54 32 45 36

10 41 53 33 45 36

11 40 53 30 43 37

12 39 51 31 44 35

13 39 52 30 43 34

14 40 54 32 45 36

15 41 54 33 45 37

Rata-rata 39,9 52,5 31,3 43,9 35,6

SD 0.8 1,2 1,2 0,9 1,1

Persentile 5 39 50 30 43 34

Persentile 50 40 53 31 44 36

Persentile 95 41 54 33 45 37

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13 Maret 2011

Keterangan :

a. Barhu : Lebar bahu

b. Gihu : Tinggi bahu

c. Bargul : Lebar pinggul

d. Tinggi popliteal : dari alas kaki-lekuk lutut

e. Panjang buttock-popliteal : dari ujung pantat-lekuk lutut

Berdasarkan sebaran data pada Tabel 15 diperoleh rerata (X) ±

SD barhu adalah 39,9 cm ± 0,8 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 39

cm, 40 cm dan 41 cm. Rerata (X) ± SD gihu adalah 52,5 cm ± 1,2 dengan

65

Page 80: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

persentil 5, 50 dan 95 sebesar 50 cm, 53 cm dan 54 cm. Rerata (X) ± SD

bargul adalah 31,3 cm ± 1,2 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 30 cm,

31 cm dan 33 cm. Rerata (X) ± SD tinggi popliteal adalah 43,9 cm ± 0,9

dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 43 cm, 44 cm dan 45 cm. Rerata

(X) ± SD panjang buttock-popliteal adalah 35,6 cm ± 1,1 dengan

persentil 5, 50 dan 95 sebesar 34 cm, 36 cm dan 37 cm.

2. Kursi Kerja Sebelum Perbaikan

Berdasarkan pengukuran 15 kursi kerja pada tanggal 13 Maret

2011 didapatkan hasil seperti berikut :

Gambar 17. Kursi sebelum perbaikan (tidak ergonomis)

Sumber : Data Primer 2011

Keterangan :

a. Tinggi kursi menggunakan 50 persentile : 41 cm

b. Panjang kursi menggunakan 95 persentile : 27 cm

c. Lebar kursi menggunakan 95 persentile : 27 cm

c b

a

66

Page 81: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Data dengan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test untuk Kursi Kerja Sebelum Perbaikan.

Variabel Mean SD Asymp. Sig. (2 tailed)

Tinggi kursi 40.9 0.7 0.364

Panjang

Kursi

25.9 1.2 0.119

Lebar Kursi 25.7 1.2 0.102

Sumber : Hasil Uji SPSS

Tabel 17. Data Pengukuran Kursi kerja di Bagian Penjahitan di Desa

Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Sebelum

Perbaikan.

No Tinggi Kursi

(cm)

Panjang kursi

(cm)

Lebar kursi

(cm)

1 41 24 24

2 41 25 25

3 40 27 27

4 40 27 27

5 41 25 25

6 40 27 25

7 41 27 25

8 41 25 25

9 40 27 27

10 41 25 27

11 41 24 24

12 42 27 27

13 42 27 27

14 40 25 25

15 42 25 25

Rata-rata 40,9 25.8 25.7

SD 0,7 1.2 1,2

Persentile 5 40 24 24

Persentile 50 41 25 25

Persentile 95 42 27 27

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13 Maret 2011

Berdasarkan sebaran data pada Tabel 17 diperoleh rerata (X) ±

SD tinggi kursi adalah 40,9 cm ± 0,7 dengan persentil 5, 50 dan 95

sebesar 40 cm, 41 cm dan 42 cm. Rerata (X) ± SD panjang kursi adalah

67

Page 82: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

25,8 cm ± 1,2 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 24 cm, 25 cm dan

27 cm. Rerata (X) ± SD lebar kursi adalah 25,7 cm ± 1,2 dengan

persentil 5, 50 dan 95 sebesar 24 cm, 25 cm dan 27 cm.

3. Kursi Kerja Sesudah Perbaikan

Dengan adanya data anthropometri seperti pada tabel 15 maka

digunakan sebagai acuan dalam merancang kursi kerja. Adapun data

untuk ukuran kursi kerja sesuai anthropometri adalah sebagai berikut :

Tabel 18. Data Anthropometri untuk Perbaikan Kursi Kerja

No Dimensi

Kursi

Dimensi

Anthropometri

Persentile Ukuran

(cm) 1 Tinggi

kursi

Tinggi Popliteal 50 44

2 Panjang

Kursi

Panjang Buttock-

Popliteal

95 37

3 Lebar

Kursi

Lebar Pinggul 95 33

4 Lebar

Sandaran

Punggung

Lebar Bahu 95 41

5 Tinggi

Sandaran

Punggung

Tinggi Bahu 50 53

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 2 Mei 2011

Berdasarkan data pada tabel 15 diperoleh tinggi kursi sesuai

tinggi popliteal adalah 44 cm. Panjang kursi sesuai Panjang Buttock-

Popliteal adalah 37 cm. Lebar kursi sesuai dengan Lebar Pinggul adalah

33 cm. Lebar Sandaran Punggung sesuai dengan Lebar Bahu adalah 41

cm. Tinggi Sandaran Punggung sesuai dengan Tinggi Bahu adalah 53 cm.

68

Page 83: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Gambar 18. Kursi sesudah perbaikan (kursi ergonomis)

Sumber : Data primer 2011

5

3

2

1

4

69

Page 84: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

F. Hasil Pengukuran Keluhan Muskuloskeletal

Berdasarkan pengukuran Keluhan Muskuloskeletal sebelum dan

sesudah perbaikan kursi kerja didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 19. Perhitungan Total Skor Keluhan Muskuloskeletal Tenaga Kerja di

bagian Penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten

No Nama Kuesioner Nordic Body Map

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan

Pre test Post test Beda

Pre-Post

Pre test Post test Beda

Pre-Post 1 A 34 68 34 31 39 8

2 B 33 69 36 30 33 3

3 C 33 71 38 29 40 11

4 D 33 69 36 31 52 21

5 E 35 65 30 30 41 11

6 F 34 67 33 32 43 11

7 G 29 64 35 34 40 6

8 H 33 64 31 35 41 6

9 I 32 63 31 29 41 12

10 J 30 61 31 32 44 12

11 K 30 63 33 31 41 10

12 L 31 60 29 33 42 9

13 M 29 64 35 30 40 10

14 N 35 64 29 31 42 11

15 O 34 64 30 31 41 10

Rata-rata 32.3 65.1 32.5 32.7 41.3 10

SD 2.0 3.1 2.5 2.8 3.8 3.9 Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 19 Mei 2011

Berdasarkan Tabel 19 diperoleh rerata (X) ± SD pre test sebelum

perlakuan adalah 32.3 ± 2.0. Rerata (X) ± SD post test sebelum perlakuan

adalah 65.1 ± 3.1. Rerata (X) ± SD beda pre test dan post test sebelum

perlakuan adalah 32.5 ± 2.5. Rerata (X) ± SD pre test sesudah perlakuan

adalah 32.7 ± 2.8. Rerata (X) ± SD post test sesudah perlakuan adalah 41,3 ±

3,8. Rerata (X) ± SD beda pre test dan post test sesudah perlakuan adalah 10

± 3.9. Untuk mengetahui perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan

sesudah perbaikan kursi kerja menggunakan uji wilcoxon.

70

Page 85: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 20. Hasil Analisa Pre test Sebelum dan Pre test Sesudah Perlakuan

dengan Uji Wilcoxon

Variabel N (X) SD P Value

Pre test Sebelum

Pre test Sesudah

15 32.3 2.0 0.116

31.3 1.7

Sumber : Hasil Uji SPSS

Tabel 21. Hasil Analisa Post test Sebelum dan Sesudah perlakuan dengan Uji

Wilcoxon

Variabel N (X) SD P Value

Post test Sebelum 15 65.1 3.1 0.001

Post test Sesudah 41.3 3.8

Sumber : Hasil Uji SPSS

Tabel 22. Hasil Analisa Beda nilai Pre test dan Post test Sebelum dan

Sesudah Perlakuan dengan Uji Wilcoxon

Variabel N (X) SD P Value

Beda Pre test-Post test Sebelum 15 32.5 2.5 0.001

Beda Pre test-Post test Sesudah 10 3.9

Sumber : Hasil Uji SPSS

Berdasarkan Tabel 20 diperoleh bahwa Pre test Sebelum dan

Sesudah Perlakuan nilai P Value adalah 0.116 (P > 0.05) yang artinya tidak

signifikan, sedangkan berdasarkan Tabel 21 diperoleh bahwa Post test

sebelum dan Sesudah Perlakuan nilai P Value adalah 0.001 (P ≤ 0.01) yang

artinya sangat signifikan. Hasil Uji untuk perbedaan nilai pre test dan post

test sebelum dan sesudah perlakuan pada Tabel 22 diperoleh bahwa P Value

adalah 0.001 (P ≤ 0.01) yang artinya sangat signifikan.

71

Page 86: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

G. Hasil Prosentase Keluhan pada masing-masing Bagian Otot-otot Skeletal

Tabel 23. Persentase Keluhan pada Masing-masing Bagian Otot-otot

Skeletal tenaga kerja di bagian penjahitan di Desa Sawahan

Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten pada Post test Sebelum

Perbaikan Kursi.

No JENIS

KELUHAN

N Score Total

Score

Persentase

1 Sakit kaku leher

bagian atas

15

38

60 63.3%

2 Sakit kaku pada

tengkuk

15

40

60 66.7%

3 Sakit pada bahu kiri 15 32 60 53.3%

4 Sakit pada bahu kanan 15 32 60 53.3%

5 Sakit pada lengan atas

kiri

15

31

60 51.7%

6 Sakit pada punggung 15 42 60 70%

7 Sakit pada lengan atas

kanan

15

31

60 51.7%

8 Sakit pada pinggang 15 46 60 76.7%

9 Sakit pada pinggul 15 48 60 80%

10 Sakit pada pantat 15 48 60 80%

11 Sakit pada siku kiri 15 30 60 50%

12 Sakit pada siku kanan 15 30 60 50%

13 Sakit pada lengan

bawah kiri

15

29

60 48.3%

14 Sakit pada lengan

bawah kanan

15

29

60 48.3%

15 Sakit pada pergelangan

tangan kiri

15

29

60 48.3%

16 Sakit pada pergelangan

tangan kanan

15

29

60 48.3%

17 Sakit pada tangan kiri 15 29 60 48.3%

18 Sakit pada tangan

kanan

15

29

60 48.3%

19 Sakit pada paha kiri 15 43 60 71.7%

20 Sakit pada paha kanan 15 42 60 70%

21 Sakit pada lutut kiri 15 39 60 65%

22 Sakit pada lutut kanan 15 40 60 66.7%

23 Sakit pada betis kiri 15 36 60 60%

24 Sakit pada betis kanan 15 35 60 58.3%

25 Sakit pada pergelangan

kaki kiri

15

30

60 50%

26 Sakit pada pergelangan

kaki kanan

15

30

60 50%

27 Sakit pada kaki kiri 15 30 60 50%

28 Sakit pada kaki kanan 15 30 60 50%

Sumber : Hasil perhitungan pada tanggal 11 Mei 2011

72

Page 87: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 24. Persentase Keluhan pada Masing-masing Bagian Otot-otot Skeletal

Tenaga Kerja di Bagian Penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten pada Post test Sesudah Perbaikan

Kursi.

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 19 Mei 2011

No JENIS

KELUHAN

N

Score

Total

Score Persentase 1 Sakit kaku leher

bagian atas

15

28

60

46.7%

2 Sakit kaku pada

tengkuk

15

30

60

50%

3 Sakit pada bahu kiri 15 25 60 41.7%

4 Sakit pada bahu kanan 15 21 60 35%

5 Sakit pada lengan atas

kiri

15

22

60

36.7%

6 Sakit pada punggung 15 28 60 46.7%

7 Sakit pada lengan atas

kanan

15

23

60

38.3%

8 Sakit pada pinggang 15 30 60 50%

9 Sakit pada pinggul 15 30 60 50%

10 Sakit pada pantat 15 30 60 50%

11 Sakit pada siku kiri 15 16 60 26.7%

12 Sakit pada siku kanan 15 16 60 2.6%

13 Sakit pada lengan

bawah kiri

15

16

60

26.7%

14 Sakit pada lengan

bawah kanan

15

15

60

25%

15 Sakit pada pergelangan

tangan kiri

15

17

60

28.3%

16 Sakit pada pergelangan

tangan kanan

15

16

60

26.7%

17 Sakit pada tangan kiri 15 16 60 26.7%

18 Sakit pada tangan

kanan

15

15

60

25%

19 Sakit pada paha kiri 15 30 60 50%

20 Sakit pada paha kanan 15 30 60 50%

21 Sakit pada lutut kiri 15 30 60 50%

22 Sakit pada lutut kanan 15 27 60 45%

23 Sakit pada betis kiri 15 28 60 46.7%

24 Sakit pada betis kanan 15 23 60 38.3%

25 Sakit pada pergelangan

kaki kiri

15

16

60

26.7%

26 Sakit pada pergelangan

kaki kanan

15

15

60

25%

27 Sakit pada kaki kiri 15 16 60 26.7%

28 Sakit pada kaki kanan 15 15 60 25%

73

Page 88: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB V

PEMBAHASAN

A. Gambar Proses Produksi

Home industri konveksi khususnya penjahitan merupakan sektor

industri informal yang mempunyai prospek bagus ke depannya karena

tuntutan kebutuhan hidup manusia yang tidak lepas dari sandang, pangan dan

papan. Dalam proses pembuatan pakaian tidak lepas dari bahaya-bahaya yang

bisa menyebabkan Penyakit Akibat Kerja maupun Kecelakaan Akibat Kerja

salah satunya yaitu pada proses penjahitan, pada proses penjahitan dilakukan

dengan posisi duduk yang mana tenaga kerja dalam kegiatannya tidak lepas

dari peralatan kerja yaitu kursi. Apabila kursi yang digunakan tidak sesuai

dengan anthropometri bisa menyebabkan keluhan pada sistem

muskuloskeletal. Menurut Sutarman 1972 dalam Tarwaka 2010, bahwa

dengan mengetahui ukuran anthropometri tenaga kerja akan dapat dibuat

suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan

menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan,

keselamatan dan estetika kerja yang dapat meningkatkan produktivitas. Selain

itu penggunaan kursi yang sesuai dengan anthropometri akan mampu

mengurangi keluhan muskuloskeletal, maka dari itu dalam pemilihan dan

pembuatan kursi harus diperhatikan.

74

Page 89: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Jenis Kelamin

Subjek penelitian yang digunakan sebagai sampel dalam

penelitian ini menggunakan jenis kelamin laki-laki karena secara umum

laki-laki mempunyai kekuatan fisik atau kemampuan otot lebih besar

daripada perempuan, selain itu Waters, dkk (1996) dalam Tarwaka (2010)

menjelaskan bahwa wanita mempunyai maksimum tenaga aerobik sebesar

2,4 L/menit, sedangkan pada laki-laki sedikit lebih tinggi yaitu 3,0

L/menit. Wanita lebih tahan suhu dingin daripada suhu panas sehingga

wanita akan memberikan banyak reaksi perifer jika bekerja pada cuaca

panas, namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Ifadah (2011) dalam

judul “ Faktor yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada

operator komputer (Studi pada karyawan PT. Telkom Indonesia, Tbk)

DCS V Jawa Timur Gedung OPMC Ketintang” didapatkan hasil bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap keluhan

muskuloskeletal dengan nilai p value > 0.05.

2. Umur

Subjek penelitian yang digunakan sebagai sampel dalam

penelitian ini berumur antara 35 - 55 tahun, dengan rerata (X) ± SD

adalah 43,2 tahun ± 5,2. Menggunakan umur 35 – 55 tahun dengan

pertimbangan bahwa keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35

tahun dan umur 55 tahun adalah batas umur produktif. Tingkat keluhan

akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur, pada saat umur

75

Page 90: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

mencapai 60 tahun rerata kekuatan otot menurun sampai 20%. Pada saat

kekuatan otot mulai menurun maka risiko terjadinya keluhan otot akan

meningkat (Tarwaka, 2010).

Di dalam penelitian ini variabel umur dikendalikan sehingga

umur tidak berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal, hal ini sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdausia (2011) dalam penelitian

yang berjudul “Hubungan antara Faktor Individu dengan Keluhan

Muskuloskeletal pada Pekerja Kasir di salah satu Hipermarket di

Surabaya” didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara umur

dengan keluhan muskuloskeletal dengan nilai p value 0,409.

3. Lama Kerja

Di dalam penelitian ini menggunakan lama kerja 8 jam (7 jam

kerja dan 1 jam istirahat) karena Suma’mur (1991) mengatakan lamanya

seorang bekerja sehari pada umumnya 6 - 8 jam. Semakin panjang waktu

kerja maka semakin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan. Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja dari

delapan seperempat jam ke delapan jam disertai meningkatnya efesiensi

kerja dengan kenaikan produktivitas 3 sampai 10%. Dalam penelitian ini

lama kerja antara kelompok subjek penelitian sebelum dan sesudah

perbaikan adalah sama yaitu 8 jam (7 jam kerja dan 1 jam istirahat).

Dalam penelitian ini variabel lama kerja dikendalikan sehingga tidak

memberikan pengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal, namun berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdausia (2011) tentang hubungan

76

Page 91: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

lama kerja dengan keluhan muskuloskeletal yang hasilnya didapatkan

bahwa nilai p value adalah 0,007 yang artinya ada hubungan lama kerja

terhadap keluhan muskuloskeletal.

4. Beban Kerja

Tenaga kerja dibagian penjahitan termasuk dalam kerja sedang

karena dari hasil pengukuran denyut nadi sebelum dan sesudah perlakuan

didapatkan nilai rata-rata denyut nadi tenaga kerja adalah 104.9

denyut/min dan 105 denyut/min, sedangkan kisaran untuk kerja sedang

adalah 100 - 125 denyut/menit (Tarwaka, 2010). Meskipun reratanya

berbeda namun berdasarkan hasil uji wilcoxon diperoleh hasil bahwa nilai

P value denyut jantung sebelum dan sesudah perlakuan adalah 0.831 (P

value > 0.05) yang artinya denyut jantung sebelum dan sesudah perlakuan

tidak mempunyai perbedaan yang signifikan yaitu pengaruh yang

diberikan kepada kelompok sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda.

C. Pengukuran Lingkungan Kerja

1. Getaran Mekanis pada Mesin Dinamo

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rerata (X) ± SD getaran

mekanis sebelum perlakuan adalah 5,1 m/s2

± 0,2 sedangkan rerata (X) ±

SD getaran mekanik sesudah perlakuan adalah 4,9 m/s2 ± 0,2 dengan

lama kerja 7 jam. NAB untuk 7 jam kerja adalah 4 m/s2 (Kep-

51/MEN/1999). Getaran Mekanis sebelum dan sesudah perlakuan sama-

sama melebihi NAB meskipun rerata sebelum dan sesudah perlakuan

77

Page 92: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

berbeda, namun berdasarkan hasil uji statistik dengan wilcoxon antara

getaran mekanis sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh hasil bahwa p

value adalah 0.211 (p value > 0.05) yang artinya dalam penelitian ini

getaran mekanis sebelum dan sesudah perlakuan tidak mempunyai beda

yang signifikan, jadi pengaruh yang diberikan pada kelompok sebelum

dan sesudah perlakuan adalah sama. Meskipun demikian faktor getaran

mekanis dalam penelitian ini sebagai variabel tidak terkendali.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusdjijati,dkk

(2008) dengan judul “Pengaruh Paparan Getaran Tempat Duduk

Pengemudi Bis Terhadap Kenyamanan Kerja” didapatkan hasil bahwa

getaran tempat duduk pengemudi bis mempengaruhi keluhan pada bagian

leher, bahu, lengan bawah, pantat, pinggang, paha dan kaki.

2. Mikroklimat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa ISBB in

dibagian penjahitan sebelum perlakuaan rerata (X) ± SD adalah 33,7 oC ±

0,4 sedangkan rerata (X) ± SD sesudah perlakuan adalah 34,1 o

C ± 0,5

untuk variasi kerja (kerja 75% dan istirahat 25%) dan tingkat pekerjaan

sedang NAB nya yaitu 28 o

C. Dengan demikian mikroklimat sebelum

dan sesudah perlakuan melebihi NAB, meskipun nilai reratanya berbeda

namun berdasarkan hasil uji wilcoxon tentang mikroklimat sebelum dan

sesudah perlakuan diperoleh hasil bahwa nilai p value 0.109 (P value >

0.05) yang artinya mikroklimat sebelum dan sesudah perlakuan tidak

mempunyai perbedaan yang signifikan, jadi pengaruh yang diberikan

78

Page 93: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

kepada kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan adalah sama.

Meskipun demikian dalam penelitian ini faktor mikroklimat sebagai

variabel tidak terkendali.

D. Analisa Anthropometri dan Kursi kerja

Analisa ukuran kursi kerja sebelum dan sesudah perbaikan

dengan Anthropometri tenaga kerja :

a. Kursi kerja sebelum perbaikan

1) Tinggi Kursi

Tinggi tempat duduk harus sesuai dengan tinggi

popliteal. Pada tinggi tempat duduk menggunakan 50 persentil,

artinya 50% dari populasi berada sama atau lebih rendah dari 50

persentil. Persentil 50 pada tinggi tempat duduk yaitu 41 cm dan

persentil 50 untuk tinggi popliteal adalah 44 cm.

Dengan demikian tinggi tempat duduk lebih pendek

dari tinggi popliteal (41 cm < 44 cm) sehingga dapat dikatakan

bahwa tinggi tempat duduk yang digunakan oleh tenaga kerja

bagian penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten dikatakan tidak ergonomis.

2) Panjang Kursi

Panjang kursi harus sesuai dengan panjang buttock-

popliteal. Pada panjang kursi menggunakan 95 persentil, artinya

95% dari populasi berada sama atau lebih rendah dari 95

79

Page 94: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

persentil. Hasil pengukuran panjang kursi persentil 95 adalah 27

cm dan untuk panjang buttock-popliteal menggunakan persentil

95 yaitu 37 cm. Dengan demikian panjang kursi lebih pendek

dari panjang tungkai atas (27 cm < 37 cm), maka panjang kursi

dikatakan tidak ergonomis.

3) Lebar Kursi

Lebar kursi harus sesuai dengan lebar pinggul. Pada

lebar kursi menggunakan persentil 95. Hasil pengukuran lebar

kursi persentil 95 adalah 27 cm dan lebar pinggul persentil 95

adalah 33 cm. Dengan demikian lebar kursi lebih pendek dari

lebar pinggul (27 cm < 33 cm), maka lebar kursi dikatakan tidak

ergonomis.

b. Kursi Kerja Sesudah Perbaikan

Kursi kerja sesudah perbaikan adalah kursi kerja yang

telah disesuaikan dengan anthropometri tenaga kerja sesuai dengan

gambar 18. Untuk tinggi kursi menggunakan persentile 50, bagi

tenaga kerja yang merasa ketinggian menggunakan kursi dari hasil

rancangan maka bisa memanfaatkan pijakan kaki untuk menopang

kakinya.

80

Page 95: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

E. Keluhan Sistem Muskuloskeletal

Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit (Tarwaka, 2010).

Klasifikasi subjektivitas tingkat resiko otot skeletal sebelum

perbaikan kursi berdasarkan skor individu (dalam Tarwaka, 2010)

termasuk dalam tingkat resiko sedang (50 - 70) sehingga mungkin

dilakukan tindakan dikemudian hari, sedangkan rerata (X) ± SD sesudah

perbaikan kursi kerja adalah 41,3 ± 3,8 berdasarkan klasifikasi

subjektivitas tingkat resiko otot skeletal berdasarkan skor individu (dalam

Tarwaka, 2010) ternasuk dalam tingkat resiko rendah (28 - 49) sehingga

belum diperlukan adanya tindakan perbaikan. Berdasarkan nilai post test

sebelum dan sesudah perbaikan terlihat adanya penurunan rerata (X)

sejumlah 23,8 dengan persentase 36, 6%. Jadi kursi kerja yang dirancang

sesuai dengan anthropometri tenaga kerja mampu mengurangi keluhan

muskuloskeletal sebesar 36.6%. Perbaikan kursi kerja dalam penelitian ini

tidak dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal sebesar 100%

dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi timbulnya keluhan

muskuloskeletal (Mikroklimat dan Getaran Mekanis yang melebihi NAB).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adiatmika, dalam

judul “Perbaikan kondisi kerja dengan pendekatan ergonomi total

menurunkan keluhan muskuloskeletal dan kelelahan serta meningkatkan

produktivitas dan penghasilan perajin Pengecatan logam di Kediri-

81

Page 96: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabanan” didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan perbaikan kondisi

kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat menurunkan keluhan

muskuloskeletal sebesar 5.53%.

F. Prosentase Keluhan Muskuloskeletal

1. Sebelum Perbaikan Kursi Kerja

Bagian otot-otot skeletal yang persentasenya 80% adalah

bagian pantat dan pinggul, hal ini disebabkan karena lebar alas kursi

yang terlalu sempit dan kursi terbuat dari plastik yang dapat membuat

bokong panas, sehingga menyebabkan otot-otot pada bokong menjadi

tegang dan dapat merusak jaringan lunak disekitarnya sehingga apabila

hal ini tidak segera mendapatkan perhatian secara serius akan dapat

menyebabkan timbulnya sakit pada daerah pantat dan pinggul secara

permanen.

Peringkat keluhan muskuloskeletal kedua sebesar 70 %

sampai 76,7 % adalah keluhan pada bagian punggung, pinggang, paha

kiri dan paha kanan. Keluhan tersebut timbul karena panjang dan lebar

kursi kerja lebih pendek dari anthropometri subjek penelitian dan kursi

tersebut tidak ada sandaran punggungnya. Sehingga bisa

dimimungkinkan terjadinya penekana pada jaringan lunak.

Peringkat keluhan ketiga sebesar 60% sampai 66,7% adalah

keluhan pada betis kiri, lutut kanan, lutut kiri, leher atas dan tengkuk.

Keluhan tersebut timbul karena pemaksaan penggunaan kursi kerja

82

Page 97: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

yang tidak ergonomis yang tidak sesuai dengan anthropometri subjek

penelitian. Dengan demikian sikap kerja menjadi tidak alamiah yang

dapat menyebabkan terjadinya keluhan muskuloskeletal.

2. Setelah Perbaikan Kursi Kerja

Sesudah adanya perbaikan kursi kerja nilai persentase

keluhan muskuloskeletal maksimal yaitu 50% pada bagian tengkuk,

pinggang, pinggul, pantat, paha kiri, paha kanan, lutut kanan, lutut kiri.

Hal ini dikarenakan penggunaan kursi yang sesuai dengan

anthropometri tenaga kerja yang dilengkapi dengan busa pada alas

kursinya mampu mengurangi risiko penekanan langsung pada jaringan

otot yang lunak selain itu dengan menggunakan kursi sesuai dengan

anthropometri maka mampu memberikan sikap kerja yang alamiah

sehingga keluhan otot skeletal dapat dikurangi.

G. Hasil Analisa Perbedaan Keluhan Muskulosekeletal Sebelum dan

Sesudah perbaikan Kursi Kerja

Berdasarkan hasil pengukuran pre test sebelum dan sesudah

perlakuan diperoleh hasil bahwa nilai P Value adalah 0.116 (P value >

0.05) yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara keluhan

sebelum kerja pada sebelum dan sesudah perlakuan.

Dari hasil Uji Wilcoxon antara post test sebelum dan sesudah

perlakuan diperoleh hasil bahwa nilai P Value adalah 0.001 (P Value ≤

83

Page 98: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

0.01) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara keluhan

muskuloskeletal sesudah kerja pada sebelum dan sesudah perlakuan.

Dari hasil Uji Wilcoxon antara perbedaan pre test-post test

sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh bahwa nilai P Value adalah

0.001 (P Value < 0.01) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara

keluhan sebelum dan sesudah perlakuan.

Jadi ada pengaruh perbaikan kursi kerja terhadap keluhan

muskuloskeletal pada pekerjaan menjahit di Desa Sawahan Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten dengan nilai p value 0,001 yang artinya ada

beda yang sangat signifikan.

Hal ini dikarenakan pemberian perbaikan kursi kerja yang sesuai

dengan anthropometri tenaga kerja yang dilengkapi dengan busa pada alas

kursinya mampu mengurangi risiko penekanan langsung pada jaringan

otot yang lunak selain itu dengan menggunakan kursi sesuai dengan

anthropometri maka mampu memberikan sikap kerja yang alamiah

sehingga keluhan otot skeletal dapat dikurangi.

Penelitian serupa dilakukan oleh Purwanti, 2008. Dengan judul

“Hubungan Antara Ergonomi Kerja Terhadap Timbulnya Gangguan

Kesehatan Akibat Kerja Pada Pekerja di PG KREMBOONG Sidoarjo”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ergonomi kerja

terhadap timbulnya gangguan kesehatan akibat kerja pada pekerja PG

KREMBOONG. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara ergonomic kerja terhadap timbulnya gangguan kesehatan

84

Page 99: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

akibat kerja dengan nilai R sebesar 0,608. Gangguan kesehatan akibat

kerja berupa : nyeri pinggang, nyeri lutut, pusing.

Penelitian sejenis lainnya juga dilakukan oleh Pratomo, 2006.

Dalam judul “Hubungan Antara Kursi Kerja dengan Timbulnya Keluhan

Nyeri Pinggang Pada Pekerja Tenun Kain Sarung di JAVA ATBM (Alat

Tenun Bukan Mesin) Desa Kebunan Kecamatan Taman Kabupaten

Pemalang” dengan hasil analisis uji statistik didapatkan p untuk hubungan

antara kursi kerja dengan timbulnya keluhan nyeri pinggang pada pekerja

tenun kain sarung sebesar 0.02 artinya ada hubungan antara kursi kerja

dengan timbulnya keluhan nyeri pinggang pada pekerja tenun kain sarung.

Penelitian jenis lainnya juga dilakukan oleh Subagyo, 2010.

Dalam judul “Pengaruh Ergonomis Stasiun kerja terhadap Keluhan otot-

otot skeletal Pekerja laki-laki Kantor Administrasi Dokumen Building PT

Krakatau Steel Cilegon” dengan hasil uji statistik dimana nilai p= 0,000,

dimana nilai tersebut (p < 0,01), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh

sikap kerja duduk pada stasiun kerja terhadap keluhan otot-otot skeletal

pada pekerja laki-laki pada kantor Adminitrasi Dokumen Building, karena

ada beda rata-rata antara nilai sebelum bekerja dengan setelah bekerja dan

hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

85

Page 100: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perbaikan kursi kerja dapat menurunkan total score keluhan

muskuloskeletal pada pekerjaan menjahit sebesar sebesar 23.8 (36.6%).

Dalam penelitian ini keluhan muskuloskeletal tidak bisa dihilangkan 100%

karena kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi antara lain

mikroklimat dan getaran mekanik yang melebihi NAB.

2. Persentase keluhan muskuloskeletal sebelum perbaikan kursi kerja yang

paling tinggi adalah 80% pada bagian pantat dan pinggul setelah

perebaikan menjadi 50%. Urutan kedua 70% sampai 76,7% adalah

keluhan pada bagian pinggang, paha kiri, paha kanan, punggung setelah

perbaikan menjadi 50%, 50%, 50% dan 46.7%. Urutan ketiga 60% sampai

66,7% adalah keluhan pada betis kiri, lutut kanan, lutut kiri, leher atas dan

tengkuk setelah perbaikan menjadi 46,7%, 45%, 50%, 46.7% dan 50%.

3. Ada pengaruh perbaikan kursi kerja terhadap keluhan muskuloskeletal

pada pekerjaan menjahit di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten

Klaten yang dinyatakan dengan uji wilcoxon dengan hasil P Value 0,001,

P ≤ 0.010 yang artinya sangat signifikan (ada perbedaan nilai antara

keluhan sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan), jadi

4. Rata-rata getaran mekanis sebelum dan sesudah perlakuan melebihi NAB

( X getaran mekanis > 4 m/s2) yaitu sebesar 5.1 m/s

2 dan 4.9 m/s

2 namun

86

Page 101: PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

demikian pengaruhnya terhadap kelompok sebelum dan sesudah perlakuan

tidak berbeda, sedangkan rata-rata mikroklimat sebelum dan sesudah

perlakuan juga melebihi NAB (X mikroklimat > 28oC) yaitu sebesar

33.7oCdan 34.1

oC namun demikian pengaruhnya terhadap kelompok

sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda.

B. SARAN

1. Hendaknya tenaga kerja penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten memakai rancangan kursi ergonomis yang sesuai

dengan anthropometri tenaga kerja dalam penelitian ini.

2. Sebaiknya getaran mekanis diminimalisasi dengan cara memberi bantalan

pada dinamo sebagai peredam.

3. Untuk mengatasi masalah mikroklimat dilakukan dengan penggunaan

kipas angin untuk mengurangi suhu ruangan.

4. Bagi Peneliti-peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lanjutan

tentang pengaruh getaran mekanis dan mikroklimat terhadap keluhan otot-

otot skeletal.

87