153250276 perbaikan-case
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
Retinopati diabetic merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia
dewasa, dimana pasien diabetes memiliki risiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan
dibanding non diabetes. Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung,
dan pembuluh darah. Diabetes mellitus dapat menyebabkan perubahan pada sebagian besar
jaringan okuler. Perubahan ini meliputi kelainan pada kornea, glaukoma, palsi otot ekstraokuler, 1

neuropati saraf optik dan retinopati. Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur
okuler ini yang paling sering menyebabkan komplikasi kebutaan yaitu retinopati diabetik.1
Hampir 100% pasien diabetes tipe 1 dan lebih dari 60% pasien diabetes tipe 2
berkembang menjadi retinopati diabetik selama dua decade pertama dari diabetes. Pada waktu
diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, retinopati diabetik hanya ditemukan pada <5% pasien.
Setelah 10 tahun, prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan sesudah 20 tahun lebih dari 90%
pasien sudah menderita rerinopati diabetik. 2
Pada diabetes tipe 2 ketika diagnosis ditegakkan, sekitar 25% sudah menderita retinopati
diabetik non proliferatif.Setelah 20 tahun, prevalensi retinopati diabetik meningkat menjadi lebih
dari 60% dalam berbagai derajat. Di Amerika Utara, 3,6% pasien diabetes tipe 1 dan 1,6% pasien
diabetes tipe 2 mengalami kebutaan total. Di Inggris dan Wales, sekitar 1000 pasien diabetes
tercatat mengalami kebutaan sebagian atau total setiap tahun.2
Merupakan bentuk yang paling umum yang dijumpai dan merupakan cerminan klinis dari
hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh darah yang terkena. Disebabkan oleh
penyumbatan dan kebocoran kapiler, mekanisme perubahannya tidak diketahui tetapi telah
diteliti adanya perubahan endotel vaskuler (penebalan membran basalis dan hilangnya perisit)
dan gangguan hemodinamik (pada sel darah merah dan agregasi platelet). Di sini perubahan
mikrovaskuler pada retina terbatas pada lapisan retina (intra retina). Karakteristik pada jenis ini
adalah dijumpainya mikroaneurisma multipel yang dibentuk kapiler-kapiler yang membentuk
kantong-kantong kecil yang menonjol seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi dan
berkelok-kelok, bercak perdarahan intra retina. Perdarahan dapat terjadi pada semua lapisan
retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya di dalam lapisan serat saraf yang berorientasi
horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di lapisan retina yang
lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertikal.1
Edema makula merupakan stadium yang paling berat dari retinopati diabetik non
proliferatif. Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler mikrovaskuler dan kebocoran plasma
yang lanjut disertai iskemik pada dinding retina (cotton wall spot), infark pada lapisan serabut
saraf. Hal ini menimbulkan area non perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasma melalui
endotel yang rusak. Ciri khas dari edema makula adalah cotton wall spot, intra retina
mikrovaskuler abnormal (IRMA), dan rangkaian vena yang seperti manikmanik. Bila satu dari
2

keempatnya dijumpai maka ada kecenderungan progresifBerbagai usaha telah dilakukan untuk
mencegah atau menunda onset terjadinya kompilkasi kehilangan penglihatan pada pasien
retinopati diabetik. Kontrol gula darah dan tekanan darah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) dan Early Treatment DiabeticRetinopathy
Study (ETDRS) dapat mencegah insidens maupun progresifitas dari retinopati diabetik.1
Retinopati DiabetikA. Anatomi
Mata adalah organ penglihatan yang terletak dalam rongga orbita dengan struktur sferis
dengan diameter 2,5 cm berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam,
lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina.
Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, 3

yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea
transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah dibawah
sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk
memberi makan retina.Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas
lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam.Retina
mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi
impuls saraf.3
Gambar 1 : Anatomi Mata.4
Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang
melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan
hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan berakhir di tepi ora serata.
Retina dibentuk dari lapisan neuroektoderma sewaktu proses embriologi. Retina berasal
dari divertikulum otak bagian depan (proencephalon). Pertama-tama vesikel optic terbentuk
kemudian berinvaginasi membentuk struktur mangkuk berdinding ganda, yang disebut optic cup.
Dalam perkembangannya, dinding luar akan membentuk epitel pigmen sementara dinding dalam
akan membentuk sembilan lapisan retina lainnya. Retina akan terus melekat dengan
proencephalon sepanjang kehidupan melalui suatu struktur yang disebut traktus
retinohipotalamikus.3
4

Gambar 2 : Lapisan Retina3
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.Retina berbatasan dengan koroid dan sel epitel pigmen
retina.Retina terdiri atas 2 lapisan utama yaitu lapisan luar yang berpigmen dan lapisan dalam
yang merupakan lapisan saraf. Lapisan saraf memiliki 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang
yang berguna untuk melihat cahaya dengan intensitas rendah, tidak dapat melihat warna, untuk
penglihatan perifer dan orientasi ruangan sedangkan sel kerucut berguna untuk melihat warna,
cahaya dengan intensitas inggi dan penglihatan sentral. Retina memiliki banyak pembuluh darah
yang menyuplai nutrient dan oksigen pada sel retina.3
Lapisan-lapisan retina dari luar ke dalam :3
1. Epitel pigmen retina.
2. Lapisan fotoreseptor, terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut
merupakan sel fotosensitif.
3. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
4. Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus kerucut dan batang.
5. Lapisan pleksiform luar, yaitu lapisan aseluler yang merupakan tempat sinapsis fotoreseptor
dengan sel bipolar dan horizontal.
5

6. Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller. Lapisan
ini
mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
7. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aseluler tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin
dengan sel ganglion.
8. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
9. Lapisan serabut saraf merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di
dalam lapisan ini terdapat sebagian besar pembuluh darah retina.
10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.
Gambar 3 : Foto Fundus: Retina Normal. Makula lutea terletak 3-4 mm kea rah temporal dan
sedikit dibawah disk optik, Diameter vena 1,5 kali lebih besar dari arteri 5
Vaskularisasi Retina
Retina menerima darah dari dua sumber, yaitu arteri retina sentralis yang merupakan
cabang dari arteri oftalmika dan khoriokapilari yang berada tepat di luar membrana Bruch. Arteri
retina sentralis memvaskularisasi dua per tiga sebelah dalam dari lapisan retina (membran
limitans interna sampai lapisan inti dalam), sedangkan sepertiga bagian luar dari lapisan retina
(lapisan plexiform luar sampai epitel pigmen retina) mendapat nutrisi dari pembuluh darah di
koroid.Arteri retina sentralis masuk ke retina melalui nervus optik dan bercabang-cabang pada
permukaan dalam retina. Cabang-cabang dari arteri ini merupakan arteri terminalis tanpa
anastomose. Lapisan retina bagian luar tidak mengandung pembuluh-pembuluh kapiler sehingga
6

nutrisinya diperoleh melalui difusi yang secara primer berasal dari lapisan yang kaya pembuluh
darah pada koroid.2
Pembuluh darah retina memiliki lapisan endotel yang tidak berlubang, membentuk sawar
darah retina.Lapisan endotel pembuluh koroid dapat ditembus.Sawar darah retina sebelah luar
terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.Fovea sentralis merupakan daerah avaskuler dan
sepenuhnya tergantung pada difusi sirkulasi koroid untuk nutrisinya. Jika retina mengalami
ablasi sampai mengenai fovea maka akan terjadi kerusakan yang irreversible.2
1. Definisi
Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan
dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah halus retina. Kelainan patologik yang paling dini
adalah penebalan membran basal endotel kapiler dan penurunan jumlah perisit.1
7

2. Klasifikasi
Secara umum klasifikasi retinopati diabetik dibagi menjadi:3
1. Retinopati diabetik non proliferatif
Retinopati Diabetik Non-Proliferatif1. Retinopati nonproliferatif minimal : terdapat ≥ 1 tanda berupa dilatasi vena,
mikroaneurisma, perdarahan intraretina yang kecil atau eksudat keras.
2. Retinopati nonproliferatif ringan sampai sedang : terdapat ≥ 1 tanda berupa dilatasi
vena derajat ringan, perdarahan, eksudar keras, eksudat lunak atau IRMA.
3. Retinopati nonproliferatif berat : terdapat ≥ 1 tanda berupa perdarahan dan
mikroaneurisma pada 4 kuadran retina, dilatasi vena pada 2 kuadran, atau IRMA pada
1 kuadran
4. Retinopati nonproliferatif sangat berat : ditemukan ≥ 2 tanda pada retinopati non
proliferative berat.
Gambar 4 dan 5: Retinopati non proliferatif 6,7
8

2. Retinopati diabetik proliferative 3
Retinopati Diabetik Proliferatif1. Retinopati proliferatif ringan (tanpa risiko tinggi) : bila ditemukan minimal adanya
neovaskular pada diskus (NVD) yang mencakup <1/4 dari daerah diskus tanpa
disertai perdarahan preretina atau vitreus, atau neovaskular dimana saja di retina
(NVE) tanpa disertai perdarahan preretina atau vitreus.
2. Retinopati proliferatif risiko tinggi : apabila ditemukan 3 atau 4 dari faktor resiko
sebagai berikut, a) ditemukan pembuluh darah baru dimana saja di retina, b)
ditemukan pembuluh darah baru pada atau dekat diskus optikus, c) pembuluh darah
baru yang tergolong sedang atau berat yang mencakup > daerah diskus, d)
perdarahan vitreus. Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus optikus atau
setiap adanya pembuluh darah baru yang disertai perdarahan, merupakan dua
gambaran yang paling sering ditemukan pada retinopati proliferatif dengan resiko
tinggi.
Gambar 6: Retinopati proliferatif 6
3. Patofisiologi
9

Merupakan bentuk yang paling umum yang dijumpai dan merupakan cerminan klinis dari
hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh darah yang terkena. Disebabkan oleh
penyumbatan dan kebocoran kapiler, mekanisme perubahannya tidak diketahui tetapi telah
diteliti adanya perubahan endotel vaskuler (penebalan membran basalis dan hilangnya perisit)
dan gangguan hemodinamik (pada sel darah merah dan agregasi platelet). Di sini perubahan
mikrovaskuler pada retina terbatas pada lapisan retina (intra retina). Karakteristik pada jenis ini
adalah dijumpainya mikroaneurisma multipel yang dibentuk kapiler-kapiler yang membentuk
kantong-kantong kecil yang menonjol seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi dan
berkelok-kelok, bercak perdarahan intra retina. Perdarahan dapat terjadi pada semua lapisan
retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya di dalam lapisan serat saraf yang berorientasi
horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di lapisan retina yang
lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertikal.3
Retinopati diabetik merupakan mikroangiopati okuler akibat gangguan metabolik yang
mempengaruhi tiga proses biokimiawi yang berkaitan dengan hiperglikemia yaitu jalur poliol,
glikasi non-enzimatik dan protein kinase C.1
· Jalur Poliol
Hiperglikemik yang berlangsung lama akan menyebabkan produksi berlebihan serta
akumulasi dari poliol, yaitu suatu senyawa gula dan alkohol, dalam jaringan termasuk di lensa
dan saraf optik. Salah satu sifat dari senyawa poliol adalah tidak dapat melewati membrane
basalissehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Senyawa poliol
menyebabkanpeningkatan tekanan osmotik sel dan menimbulkan gangguan morfologi maupun
fungsional sel.
· Glikasi Nonenzimatik
Glikasi non enzimatik terhadap protein dan asam deoksiribonukleat (DNA) yang terjadi
selama hiperglikemia dapat menghambat aktivitas enzim dan keutuhan DNA. Protein yang
terglikosilasi membentuk radikal bebas dan akan menyebabkan perubahan fungsi sel
· Protein Kinase C
Protein Kinase C diketahui memiliki pengaruh terhadap permeabilitas vaskular,
kontraktilitas, sintesis membrane basalis dan proliferasi sel vaskular.Dalam kondisi
10

hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel meningkat akibat peningkatan sintesis de
novo dari diasilgliserol, yaitu suatu regulator PKC, dari glukosa1
Edema makula merupakan stadium yang paling berat dari retinopati diabetik non
proliferatif. Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler mikrovaskuler dan kebocoran plasma
yang lanjut disertai iskemik pada dinding retina (cotton wall spot), infark pada lapisan serabut
saraf. Hal ini menimbulkan area non perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasma melalui
endotel yang rusak. Ciri khas dari edema makula adalah cotton wall spot, intra retina
mikrovaskuler abnormal (IRMA), dan rangkaian vena yang seperti manikmanik. Bila satu dari
keempatnya dijumpai maka ada kecenderungan progresif.3
Retinopati diabetik non proliferatif dapat mempengaruhi fungsi penglihatan melalui dua
mekanisme yaitu:3
a. Perubahan sedikit demi sedikit daripada pembentukan kapiler dari intra retina yang
menyebabkan iskemik makular.
b. Peningkatan permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema makular.
11

4. Stadium Retinopati Diabetik2
a) Klasifikasi menurut Daniel Vaughan :
I. Mikroaneurisma, yang merupakan tanda khas, tampak sebagai perdarahan bulat
kecil di daerah papil dan makula; dengan vena sedikit melebar dan secara
histologis didapatkan mikroaneurisma di kapiler bagian vena di lapisan nuklear
luar.
II. Vena melebar; tampak eksudat kecil kecil seperti lilin, tersebar, dan terletak
dilapisan pleksiform luar.
III. Stadium II + cotton wool patches, sebagai akibat iskemik pada arteriola terminal .
IV. Vena vena melebar, sianosis, disertai sheating pembuluh darah. Perdarahan nyata
besar dan kecil, terdapat pada semua lapisan retina dan preretina.
V. Perdarahan besar di retina dan preretina, juga infiltrasi ke badan kaca. Disusul
dengan terjadinya retinitis proliferans, yang diakibarkan timbulnya jaringan
fibrotik dan neovaskularisasi.
Derajat retinopati ini berhubungan erat dengan lamanya Diabetes Mellitus yang diderita.
Pengobatan yang baik dapat memperlambat timbulnya retinopati, namun sekali timbul,
tampaknya tidak ada satu obatpun yang mampu mempengaruhi jalannya keadaan ini.
b) Klasifikasi menurut Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo:3
I. Terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli.
II. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa
eksudat lemak pada fundus okuli.
III. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, terdapat
neovaskularisasi, dan proliferasi pada fundus okuli.
12

Jika gambaran fundus mata kiri tidak sama beratnya dengan mata kanan maka
digolongkan pada derajat yang lebih berat.
5. Gambaran Klinis
Pada retinopati diabetes nonproliferatif dapat terjadi perdarahan pada semua lapisan
retina. Adapun gejala subjektif dari retinopati diabetes non proliferatif adalah:3
- Penglihatan kabur
- Kesulitan membaca
- Penglihatan tiba-tiba kabur pada satu mata
- Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
- Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip
Sedangkan gejala objektif dari retinopati diabetes non proliferative di antaranya adalah:
1) Mikroaneurisma
Mikroaneurisma merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena,
dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak di dekat pembuluh darah terutama
polus posterior. Kadang pembuluh darah ini demikian kecilnya sehingga tidak terlihat.
Mikroaneurisma merupakan kelainan diabetes mellitus dini pada mata (lihat gambar 7 ).
Gambar 7 : mikroaneurisma dan perdarahan intra retina7
2) Dilatasi pembuluh darah balik
13

Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya yang ireguler dan berkelok-
kelok. Hal ini terjadi akibat kelainan sirkulasi, dan kadang-kadang disertai kelainan
endotel dan eksudasi plasma (lihat gambar 10).
Gambar 8 :Dilatasi pembuluh darah7
3) Perdarahan (haemorrhages)
Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak
dekat mikroaneurisma di polus posterior. Bentuk perdarahan dapat memberikan
prognosis penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan perdarahan yang kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan
permeabilitas pada mikroaneurisma atau pecahnya kapiler (lihat gambar 9 ).
Gambar 9 : perdarahan pada retinopato non proliperatif 8
4) Hard eksudat
Hard eksudat merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus
yaitu ireguler dan berwarna kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat berupa
pungtata, kemudian membesar dan bergabung (lihat gambar 10).
14

Gambar 10: Edema makula dan hard eksudat 8
5) Edema retina
Edema retina ditandai dengan hilangnya gambaran retina terutama di daerah makula.
Edema dapat bersifat fokal atau difus dan secara klinis tampak sebagai retina yang
menebal dan keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intra retina. Dapat berbentuk
zona-zona eksudat kuning kaya lemak, berbentuk bundar disekitar kumpulan
mikroaneurisma dan eksudat intra retina (lihat gambar 14).
Edema makular signifikan secara klinis (Clinically significant macular oedema (CSME))
jika terdapat satu atau lebih dari keadaan dibawah ini:
a) Edema retina 500 μm (1/3 diameter diskus) pada fovea sentralis.
b) Hard eksudat jaraknya 500 μm dari fovea sentralis, yang berhubungan dengan
retina yang menebal.
c) Edema retina yang berukuran 1 disk (1500 μm) atau lebih, dengan jarak dari
fovea sentralis 1 disk.
15

Gambar 11; Funduskopi : makula normal8
Gambar 12; Funduskopi: makula edema 8
Gambar 13: retinopati diabetik perdarahan intraretinal yang banyak, mikroanuerisma, hard
eksudat dan cotton woll9
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya edema makula pada retinopati
diabetik nonproliferatif dapat digunakan stereoscopic biomicroskopic menggunakan lensa + 90
dioptri. Di samping itu, angiografi flouresens juga sangat bermanfaat dalam mendeteksi kelainan
mikrovaskuler retinopati diabetik non proliferative Dijumpai kelainan pada elektroretinografik
juga memiliki hubungan dengan keparahan retinopati dan dapat membantu memperkirakan
perkembangan retinopati.5
16

Tes angiografi menggunakan kontras untuk melihat aliran darah dan kebocoran. Kontras
yang digunakan berbeda dengan yang digunakan di CT-scan atau IVP, karena kontras ini tidak
memakai yodium.5
Gambar 14: angiografi flurensense 10
Pembuluh darah yang terisi kontras flouresens, terlihat perdarahan seperti bercak gelap
pada angiografi, sedangkan pada sisi kanan terdapatnya kerusakan pembuluh darah retina yang
disebut dengan daerah non perfusi atau iskemik retina 5
Gambar 15: angiografi flurensense pada retinopati non proliferatif10
Diagnosis Banding
Diagnosis banding harus menyingkirkan penyakit vascular retina lainnya, adalah
hipertensive retinopathy.
Retinopati hipertensi adalah suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi
retina pada populasi yang menderita hipertensi.Kelainan ini pertama kali dikemukakan oleh
Marcus Gunn pada kurun ke-19 pada sekelompok penderita hipertensi dan penyakit
ginjal.Tanda-tanda pada retina yang diobservasi adalah penyempitan arteriolar secara general
17

dan fokal, perlengketan atau “nicking” arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk
flameshape dan blot-shape, cotton-wool spots, dan edema papilla. Pada tahun 1939, Keith et al
menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopati ini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada
pasien hipertensi.1
Modifikasi klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophtalmology1
Stadiumum
um
Karakteristik
Gambar 16 :A. Funduskopi mata kiri pasien,25 tahun, dengan renal hipertensi memperlihatkan
white-cotton wool spot, deep focal intraretina periarteriolar transudat (FIPTs), B. Angiogram
mempelihatkan area non-perfusi.11
Berdasarkan penelitian, telah dibuat suatu tabel klasifikasi retinopati hipertensi tergantung
dari berat ringannya tanda-tanda yang kelihatan pada retina.(13)
Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemikMild Satu atau lebih dari tanda
berikut : Penyempitan
arteioler menyeluruh atau
fokal, AV nicking, dinding
arterioler lebih padat (silver-
Asosiasi ringan dengan
penyakit stroke, penyakit
jantung koroner dan
mortalitas kardiovaskuler
18

wire)
Moderate Retinopati mild dengan satu
atau lebih tanda berikut :
Perdarahan retina (blot, dot
atau flame-shape),
microaneurysme,
cotton-wool, hard exudates
Asosiasi berat dengan
penyakit stroke, gagal
jantung, disfungsi renal dan
mortalitas kardiovaskuler
Accelerated Tanda-tanda retinopati
moderate dengan edema
papil : dapat disertai
dengan kebutaan
Asosiasi berat dengan
mortalitas dan gagal ginjal
Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemik
Karakteristik utama pada diabetik retinopati yaitu perubahan parenkim dan vaskuler
retina dimana pada retina ditemukan mikroaneurismata, perdarahannya dalam bentuk bercak dan
titik serta edema sirsinata, adanya edema retina dan gangguan fungsi makula serta vaskularisasi
retina dan badan kaca.. Sehingga dengan pemeriksaan laboratorium lengkap, funduskopi dan
Angiografi fluorescein akan ditemukan kelainan-kelainan pada retinopati diabetik yang berbeda
dengan retinopati hipertensif diantaranya pada retinopati hipertensif tidak ada
mikroaneurisma.Kelainan makula: pada retinopati hipertensif makula menjadi star-shaped,
sedangkan pada retinopati diabetik mengalami edema.Kapiler pada retinopati hipertensif
menipis, sedangkan retinopati diabetik menebal (beading).3
PENATALAKSANAAN Prinsip utama penatalaksanaan dari retinopati diabetik adalah pencegahan. Hal ini dapat
dicapai dengan memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan retinopati
diabetik nonproliferatif menjadi proliferatif.
1. Pemeriksaan rutin pada ahli mata
19

Penderita diabetes melitus tipe I retinopati jarang timbul hingga lima tahun setelah
diagnosis. Sedangkan pada sebagian besar penderita diabetes melitus tipe II telah menderita
retinopati saat didiagnosis diabetes pertama kali.Pasien- pasien ini harus melakukan pemeriksaan
mata saat diagnosis ditegakkan.Pasien wanita sangat beresiko perburukan retinopati diabetik
selama kehamilan. Pemeriksaan secara umum direkomendasikan pada pasien hamil pada
semester pertama dan selanjutnya tergantung kebijakan ahli matanya. 11
Jadwal
Pe
meriksaan Berdasarkan Umur atau Kehamilan
Berdasarkan beratnya retinopati dan risiko perburukan penglihatan, ahli mata mungkin
lebih memilih untuk megikuti perkembangan pasien-pasien tertentu lebih sering karena antisipasi
kebutuhan untuk terapi.11
Jad
wa
l Pemeriksaan Berdasarkan Temuan Pada Retina
2. Kontrol Glukosa Darah dan Hipertensi
Untuk mengetahui kontrol glukosa darah terhadap retinopati diabetik, Diabetik Control
and Cmplication Trial (DCCT) melakukan penelitian terhadap 1441 pasien dengan DM Tipe I
yang belum disertai dengan retinopati dan yang sudah menderita RDNP. Hasilnya adalah pasien
yang tanpa retinopati dan mendapat terapi intensif selama 36 bulan mengalami penurunan resiko
terjadi retinopati sebesar 76% sedangkan pasien dengan RDNP dapat mencegah resiko
perburukan retinopati sebesar 54%. Pada penelitian yang dilakukan United Kingdom Prospective
20

Diabetes Study (UKPDS) pada penderita DM Tipe II dengan terapi intensif menunjukkan bahwa
setiap penurunan HbA1c sebesar 1% akan diikuti dengan penurunan resiko komplikasi
mikrovaskular sebesar 35%. Hasil penelitian DCCT dan UKPDS tersebut memperihatkan bahwa
meskipun kontrol glukosa darah secara intensif tidak dapat mencegah terjadinya retinopati
diabetik secara sempurna, namun dapat mengurangi resiko timbulnya retinopati diabetik dan
memburuknya retinopati diabetikyang sudah ada.Secara klinik, kontrol glukosa darah yang baik
dapat melindungi visus dan mengurangi resiko kemungkinan menjalani terapi fotokoagulasi
dengan sinar laser. UKPDS menunjukkan bahwa control hipertensi juga menguntungkan
mengurangi progresi dari retinopati dan kehilangan penglihatan. 1,4,11
3. Fotokoagulasi
Perkembangan neovaskuler memegang peranan penting dalam progresi retinopati
diabetik.Komplikasi dari retinopati diabetik proliferatif dapat meyebabkan kehilangan
penglihatan yang berat jika tidak diterapi.Suatu uji klinik yang dilakukan oleh National Institute
of Health di Amerika Serikat jelas menunjukkan bahwa pengobatan fotokoagulasi dengan sinar
laser apabila dilakukan tepat pada waktunya, sangat efektif untuk pasien dengan retinopati
diabetik proliferatif dan edema makula untuk mencegah hilangnya fungsi penglihatan akibat
perdarahan vitreus dan ablasio retina. Indikasi terapi fotokoagulasi adalah retinopati diabetik
proliferatif, edema macula dan neovaskularisasiyang terletak pada sudut bilik anterior.1
Ada 3 metode terapi fotokoagulasi yaitu :11
1. scatter (panretinal) photocoagulation = PRP, dilakukan pada kasus dengan kemunduran
visus yang cepat atau retinopati diabetik resiko tinggi dan untuk menghilangkan
neovaskular dan mencegah neovaskularisasi progresif nantinya pada saraf optikus dan
pada permukaan retina atau pada sudut bilik anterior dengan cara menyinari 1.000-2.000
sinar laser ke daerah retina yang jauh dari macula untuk menyusutkan neovaskular.
21

Gambar 17 : Tahap-tahap PRP11
2. focal photocoagulation, ditujukan pada mikroaneurisma atau lesi mikrovaskular di
tengahcincin hard exudates yang terletak 500-3000 μm dari tengah fovea. Teknik ini
mengalami bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan edema macula.
3. grid photocoagulation, suatu teknik penggunaan sinar laser dimana pembakaran dengan
bentuk kisi-kisi diarahkan pada daerah edema yang difus. Terapi edema macula sering
dilakukan dengan menggunakan kombinasi focal dan grid photocoagulation.
Gambar 20. Panretinal fotokoagulasi pada PDR
Gambar 21. Grip fotokoagulasi untuk diabetik makular edema
22

4. Injeksi Anti VEGF
Bevacizumab (Avastin) adalah rekombinan anti-VEGF manusia. Sebuah studi baru-baru
ini diusulkan menggunakan bevacizum intravitreus untuk degenerasi makula terkait usia. Dalam
kasus ini, 24 jam setelah perawatan kita melihat pengurangan dramatis dari neovaskularisasi iris,
dan tidak kambuh dalam waktu tindak lanjut 10 hari. Pengobatan dengan bevacizumab
tampaknya memiliki pengaruh yang cepat dan kuat pada neovaskularisasi patologis.Avastin
merupakan anti angiogenik yang tidak hanya menahan dan mencegah pertumbuhan prolirerasi
sel endotel vaskular tapi juga menyebabkan regresi vaskular oleh karena peningkatan kematian
sel endotel. Untuk pengunaan okuler, avastin diberikan via intra vitreal injeksi ke dalam vitreus
melewati pars plana dengan dosis 0,1 mL.Lucentis merupakan versi modifikasi dari avastin yang
khusus dimodifikasi untuk penggunaan di okuler via intra vitreal dengan dosis 0,05 mL.1,2,8,
5. Vitrektomi
Vitrektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang mengalami kekeruhan (opacity) vitreus
dan yang mengalami neovaskularisasi aktif.Vitrektomi dapat juga membantu bagi pasien dengan
neovaskularisasi yang ekstensif atau yang mengalami proliferasi fibrovaskuler. Selain itu,
vitrektomi juga diindikasikan bagi pasien yang mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus
setelah fotokoagulasi, RDP berat, dan perdarahan vitreus yang tidak mengalami perbaikan.1,2,8
Gambar 22 : Vitrektomi12
Diabetic Retinopathy Vitrectomy Study (DVRS) melakukan clinical trial pada pasien
dengan diabetik retinopati proliferatif berat. DRVS mengevaluasi keuntungan pada vitrektomi
23

yang cepat (1-6 bulan setelah perdarahn vitreus) dengan yang terlambat ( setalah 1 tahun) dengan
perdarahan vitreous berat dan kehilangan penglihatan (<5/200). Pasien dengan diabetes tipe 1
secara jelas menunjukan keuntungan vitrektomi awal, tetapi tidak pada tipe 2. DRSV juga
menunjukkan keuntungan vitrektomi awal dibandingkan dengan managemen konvensional pada
mata dengan retinopati diabetik proliferatif yang sangat berat.9
BAB III
STATUS OFTALMOLOGI
1. IDENTITAS
Nama : Ny. Fatimah
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Bangsa / Suku : Indonesia / Jawa
Alamat : serua
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Masuk poli mata: 9 April 2011
2. ANAMNESIS
24

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 9 april 2011
KELUHAN UTAMA
Pandangan mulai buram sejak 2 tahun yang lalu secara perlahan
KELUHAN TAMBAHAN
-
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RSUP Fatmawati dengan keluhan mata mulai buram di mata kiri
pasien sejak perlahan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya pasien mengeluhkan adanya
bintik-bintik hitam kecil dari 2 tahun yang lalu yang setiap harinya semakin membesar
dan sangat mengganggu aktifitasnya. Awalnya pasien masih bisa beraktifitas sebagai
penjahit di rumahnya dan sekarang sudah tidak bisa lagi. . Dan pada mata kanan pasien
juga mengeluhkan mulai ada keluhan yang sama seperti mata kirinya yang sejak 1 tahun
yang lalu.
3 tahun yang lalu pasien pernah didiagnosis terkena penyakit diabetes oleh dokter
dan selama setahun pasien selalu mengontrol gula darahnya, pasien pernah menyatakan
pernah turun 2 tahun yang lalu, tetapi setelah itu pasien tidak pernah mengontrol gula
darahnya lagi.
Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ketempat dan pasien lupa nama obatnya
apa, dan akhirnya tidak membaik
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan mata buram sebelum 2 tahun
yang lalu, dan tidak ada keluhan mata merah merah, keluhan hipertensi disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, tetapi
kakak pasien pernah meninggal dunia karena penyakit diabetes.25

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/mnt, isi cukup, reguler
Suhu : afebris
Pernafasan : 16 x/mnt
Kepala : normocephali, tidak ada alopesia
THT : dalam batas normal
Mulut : lidah kotor (-), tonsil T1-T1
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal.
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada deformitas pada ekstremitas pasien.
STATUS OFTALMOLOGIAVOD: 5/10 pinhole tidak maju tidak dapat dikoreksi
c.c: pinhole tidak maju tidak dapat dikoreksi
AVOS :2/60.
c.c: pinhole tidak maju tidak dapat dikoreksi
PEMERIKSAAN KAMAR TERANG OD OS
1. Kedudukan bola mata
Posisi (Tes Hirschberg) Ortoposisi Ortoposisi
Eksoftalmus - -
26

Enoftalmus - -
Tes Cover Uncover Posisi tetap di tengah Posisi tetap di tengah
Ditutup Ditutup
2. Pergerakan bola mata
Atas + +
Bawah + +
Temporal
Superior
Inferior
+
+
+
+
Nasal
Atas
Bawah
+
+
+
+
Nistagmus - -
3. Supersilia
Alopesia - -
Sikatriks - -
4. Palpebra superior
Edema - -
Spasme - -
Hiperemis - -
Benjolan - -
Ulkus - -
Fistel - -
Hordeolum - -
Kalazion - -
Ptosis - -
5. Palpebra inferior
Edema - -27

Hiperemis - -
Benjolan - -
Ulkus - -
Fistel - -
Hordeolum - -
Kalazion - -
6. Margo palpebra superior
Edema - -
Hiperemis - -
Ektropion - -
Entropion - -
Sekret - -
Benjolan - -
Trikiasis - -
Madarosis - -
Ulkus - -
Fistel - -
7. Margo palpebra inferior
Edema - -
Hiperemis - -
Ektropion - -
Entropion - -
Sekret - -
Benjolan - -
Trikiasis - -
Madarosis - -
Ulkus - -
Fistel - -
28

8. Area kelenjar lakrimalis
Edema - -
Hiperemis - -
Benjolan - -
Fistel - -
9. Punctum lakrimalis
Edema - -
Hiperemis - -
Sekret - -
Epikantus - -
10. Konjungtiva tarsal superior
Kemosis - -
Hiperemis - -
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Litiasis - -
Simblefaron - -
11. Konjungtiva tarsal inferior
Kemosis - -
Hiperemis - -
Anemis - -
Folikel - -
Papil - -
Litiasis - -
Simblefaron - -
12. Konjungtiva fornix superior et inferior
Kemosis - -
29

Hiperemis - -
Simblefaron - -
13. Konjungtiva bulbi
Kemosis - -
Pterigium - -
Pinguekula - -
Flikten - -
Simblefaron - -
Injeksi konjungtiva - -
Injeksi episklera - -
Injeksi silier - -
Perdarahan subkonjungtiva - -
14. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema - -
Ulkus - -
Flikten - -
Macula - -
Leukoma - -
Leukoma adheren - -
Stafiloma - -
Neovaskularisasi - -
Pigmen iris - -
Bekas jahitan - -
Tes fluoresein Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15. Limbus kornea
Arkus senilis + +
30

Bekas jahitan - -
16. Sklera
Sklera biru - -
Episkleritis - -
Skleritis - -
17. Tekanan intraokuler
Palpasi Normal Normal
Tonometri schiotz 11 / 7.5 15/7,5
PEMERIKSAAN KAMAR GELAP
1. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Nebula - -
Keratik presipitat - -
Imbibisio - -
Infiltrat - -
Ruptur terepitelisasi - -
2. Kamera okuli anterior
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Flare - -
Sel - -
Hipopion - -
Hifema - -
3. Iris
Warna Coklat tua Coklat tua
Gambaran radier Baik Baik
31

Eksudat - -
Atrofi - -
Sinekia anterior - -
Sinekia posterior - -
Sinekia anterior perifer - -
Iris bombe - -
Iris tremulans - -
4. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3 mm 3 mm
Regularitas Regular Regular
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak langsung + +
Seklusi - -
Oklusi - -
Leukokoria - -
5. Lensa
Kejernihan Keruh tebal Keruh sedang
Shadow tes + +
Refleks kaca - -
Pigmen iris - -
Luksasi - -
Lensa intraokuler - -
6. Badan kaca
Kejernihan Jernih Jernih
Flare - -
32

7. Funduskopi
Refleks fundus + menurun + menurun
Papil
Warna
Bentuk
Batas
Merah orange bercak hitam
Bulat
Batas tegas
Merah orange bercak hitam
Bulat
Batas tegas
cup/disc rasio 0,3 0,3
aa/vv rasio 2;4 2 : 4 terdapat
neovaskularisasi
Retina Eksudat ringan Eksudat berat
GAMBAR
REFLEKS FUNDUS
OD OS
Positif Menurun Positif Menurun
FUNDUSKOPI
RESUME Pasien datang perempuan 60 tahun tahun datang dengan keluhan mata kirinya
mulai buram secara perlahan sejak 2 tahun yang, dan pasien juga mengeluhkan pada mata
kanannya juga mengeluhkan mulai buram sejak 1 tahuhn yang lalu
Pada mata ditemukan :
AVOS : 2/60
cc. pinhole tidak majutidak bisa dikoreksi
33

AVOD: 5/10
cc. pinhole tidak maju tidak bisa dikoreksi
Pemeriksaan Funduscopy :
OD : Refleks fundus (+), Papil; Warna: Tampak kuning orange dengan becak hitam,
Bentuk: bulat, batas :tegas, C/D rasio :0,3, A/V rasio :2/4, Retina : Eksudat ringan,
Macula lutea: Bercak perdarahan
OS : Refleks fundus (+), Papil; Warna: Tampak kuning orange dengan becak hitam,
Bentuk: bulat, batas :tegas, C/D rasio :0,3, A/V rasio :2/4, terdapat neovaskularisasi
Retina : Eksudat berat, Macula lutea: perdarahan makula
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal dan status oftalmologi
didapatkan:
OD Pemeriksaan OS
AVOD: 5/10
cc. pinhole tidak maju tidak
bisa dikoreksi
Visus AVOS : 2/60
cc. pinhole tidak majutidak
bisa dikoreksi
Ortoposisi Posisi bola mata Ortoposisi
Ortoposisi arah Pergerakan bola mata Baik ke segala arah
Tenang Palpebra Tenang
Tenang Konjungtiva tarsal Tenang
Tenang Konjungtiva fornix Tenang
Tenang Konjungtiva bulbi Tenang
Tenang Kornea Tenang
Dalam, jernih Kamera Okuli Anterior Dalam, jernih
Sinekia (-), iris bombe (-), iris
tremulens (-)
Iris Sinekia (-), iris bombe (-), iris
tremulens (-)
Bulat, leukokoria (-), diameter 3
mm, RCL +, RCTL +
Pupil Bulat, leukokoria (-), diameter 3
mm, RCL +, RCTL +
Keruh tebal, shadow test (+) Lensa Keruh sedang, shadow test (+)
Jernih Cairan vitreus Jernih
Digitalis: Normal per palpasi TIO Digitalis: Normal per palpasi34

Schiotz: 11/7,5
Schiotz: 15/7,5
fundus (+), Papil; Warna:
Tampak kuning orange dengan
becak hitam, Bentuk: bulat,
batas :tegas, C/D rasio :0,3,A/V
rasio :2/4,
Retina:Eksudatringan,Macula
lutea: Bercak perdarahan
Funduskopi Refleks fundus (+), Papil;
Warna: Tampak kuning orange
dengan becak hitam, Bentuk:
bulat, batas :tegas, C/D rasio:0,3,
A/V rasio :2/4, terdapat
neovaskularisasi Retina:Eksudat
berat, Macula lutea: perdarahan
makula
DIAGNOSIS KERJAOD : Retinopati Diabetikum Non Proliperatif
OS : Retinopati Diabetikum Proliperatif
DIAGNOSIS BANDING-
ANJURAN PEMERIKSAANpemeriksaan subyektif retina: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapangan pandang.Pemeriksaan obyektif : elektroretinogram (ERG), elektro-okulogram (EOG), dan visual evoked respons (VER).
PENATALAKSANAAN Kontrol untuk ke spesialis mata
Kontrol gula darahnya
Foto koagulasi
Injeksi anti-VEGF
Vitrektomi
35

5. DIAGNOSIS KERJA
OD : Retinopati Diabetikum Non Proliperatif
OS : Retinopati Diabetikum Proliperatif
6. DIAGNOSIS BANDING
-
8. PROGNOSIS
Ad visam : dubia at malam
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
36

BAB IV
DISKUSI KASUS
Retinopati diabetikum adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh
kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah halus retina. Kelainan patologik yang paling
dini adalah penebalan membran basal endotel kapiler dan penurunan jumlah perisit .1 .retinopati
diabetikum diklasifikasikan menjadi 2. Retinopati diabetikum non proliferatif dan Retinopati
proliperatif. Dari gambaran klinis secara subjektif ditemukan kesulitan membaca, penglihatan
kabur disebabkan edema makula, penglihatan ganda , silau jika melihat cahaya jika terjadi
perdarahan pada vitreus dan melihat bintik gelap dan cahaya kelap- kelip. Dan secara objektif
ditemukan adanya mikroaneurisma, perdarahan intra rerina, hard eksudat, cotton wool spot, dan
tetapi pada retinopati yang sudah mengalami proliferatif ditemukan adanya neovaskularisasi,
perdarahan vitreusm hingga pelepasan retina secara traksi. Hal ini sesuai yang dialami oleh
Pasien 60 tahun pasien yang telah diagnosa oleh dokter terkena penyakit diabetes melitus
Awalnya pasien mengeluhkan adanya bintik-bintik hitam kecil dari 2 tahun yang lalu yang
akhirnya semakin membesar dan sangat mengganggu aktifitasnya.
37

DAFTAR PUSTAKA
38

1.Pandelaki K. Retinopati Diabetik. Sudoyo AW, Setyiohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati
S, editors. Retinopati Diabetik. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta:
Penerbit Pusat Penerbitan Ilmu
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR . Oftalmologi Umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya Medika.
2000. 211-4.
3. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005. 168-9.
4.Netter FH, Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology, 2002, Comtan: U.S.A. P. 82
5. Lang G. Ophtalmology a Short Textbook : Vascular Disorder. New York :Thieme; 2000. p.
299-301, 314-18.
6. Frequently Asked Question About Diabetic Retinopathy Nonproliferative. http://www.
Seebetterflorida.com [diakses 12 April 2013
7 . Nonproliferative Diabetic Retinopathy And Macular Edema. http://www.vrmny.com
8. Diabetic Retinopathy. http://www.neec.com [diakses 15 April 2013]
9. Dunbar TM. What's Causing Vision Loss? http://www.revoptom.com [diakses 15 April 2013]
10. Frequently Asked Question About Diabetic Retinopathy Nonproliferative. http://www.
Seebetterflorida.com [diakses 11 April 2008]
11. Weiss J. Retina and Vitreous : Retinal Vascular Disease. Section 12 Chapter 5.Singapore:
American Academy of Ophtalmology; 2008. p 107-128
12. Kanski J. Retinal Vascular Disease. In :Clinical Ophthalmology. London:Butterworth-
Heinemann;2003. p.439-54,468-70.
39