pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol daun dewa dan daun kucai terhadap penurunan kadar...

176
PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) DAN EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang Muawanah 1041111098 i

Upload: alim

Post on 04-Dec-2015

203 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol daun dewa dan daun kucai terhadap penurunan kadar kolesterol secara in-vitro

TRANSCRIPT

PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK

ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)

DAN EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.)

TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi S1 Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang

Muawanah

1041111098

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

SEMARANG

2015

i

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muawanah

NIM : 1041111098

Judul Skripsi : Pengaruh Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Salam

(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) Dan Ekstrak

Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.)

Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Secara In Vitro

Tahun Pembuatan : 2015

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah skripsi saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, April 2015

Muawanah

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya

yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang

khusyu’, (yaitu) orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan

menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”

(Surah Al-Baqarah:45-46)

“The best preparation for good work tomorrow is to do good work

today”

(Elbert Hubbard)

Ku persembahkan untuk :

Allah SWT atas ungkapan rasa syukurku...

Kedua orangtuaku tercinta Bapak Soetedjo dan Ibu Suedah atas doa dan dukungan yang tiada henti dan sebagai ungkapan rasa sayang dan

baktiku...

Ayahku Hadi Pamungkasrin, saudaraku Mbak Lis, Mbak Eny, Mbak Uci, Mbak Tia, dan Bu.

Kartini sebagai ungkapan rasa sayangku...

Teman seperjuanganku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya...

Kost Pink&ijo yang sudah menjadi teman, sahabat dan keluarga keduaku terimakasih atas

dukungan kalian…

iv

Almamaterku yang selalu ku banggakan…

PRAKATA

Pujisyukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium

polyanthum (Wight.) Walp.) dan Ekstrak Etanol Daun Dewandaru (Eugenia

uniflora L.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Secara In Vitro”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada

Program Studi S1 Farmasi Sekolah TinggiIlmu Farmasi “Yayasan Pharmasi”

Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Erlita Verdia Mutiara, M.Si., Apt, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

“YAYASAN PHARMASI” Semarang.

2. Intan Martha Cahyani, M.Sc., Apt., Ketua Program Studi S1 Farmasi Sekolah

Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang.

3. Drs. Sukirno, Apt., Dosen pembimbing I yang telah memberikan motivasi,

bimbingan, nasehat, pengarahan, dan petunjuk yang sangat bermanfaat

selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Etty Sulistyowati, ST., M.Sc., Dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan,kritik, pertimbangan dan saran selama proses

penyelesaian skripsi ini.

vi

5. Dra. Eka Susanti Hp., Apt., Dosen penguji I yang telah memberikan nasehat,

pengarahan,dan saran dalam penyusunan skripsi ini dan selama proses belajar

mengajar.

6. A.A Hesti Wulan S., S.Si., Apt., Dosen penguji II yang telah memberikan

nasehat dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Drs. Agus Suprijono, M.Kes., Apt., Dosen Wali atas segala nasehat,

bimbingan, dan dukungan yang diberikan selama proses belajar hingga

terselesaikannya skripsi.

8. Kepada seluruh dosen, staf, karyawan dan pekarya yang telah membantu dan

bekerja sama semasa perkuliahan serta dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Keluargaku, Ayahku, dan sahabat-sahabatku yang tidak pernah lelah

memberikan semangat dan dukungan dalam tiap langkahku.

10. Teman-teman kerja penelitian (Mbak Alfi, Mbak Yeny, Wuri, Hanny, Ratna,

Latifah, Billa, Bibib, Titis, Pian, Lilik, Iqbal, Yosi) yang telah membantu dan

memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

11. Teman-teman kost (Rahma, Indri, Yolanda, Muzenah, Sherly, Agnes, Lisa)

yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi dalam

penelitian selanjutnya.

Semarang, April 2015

Penulis

vii

SARI

Perubahan gaya hidup dan pola makan sebagai penyebab salah satu terjadinya suatu penyakit, serta rendahnya aktivitas tubuh menyebabkan pembentukan kolesterol tinggi dalam darah (hiperkolesterolemia). Kadar kolesterol yang tinggi didalam tubuh berbahaya karena akan mengakibatkan aterosklerosis dan jika berlangsung lama akan menyebabkan penyakit stroke dan jantung. Daunsalam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)dan daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) merupakan simplisia tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional antikolesterol.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol daunsalam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)dan daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in vitro.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah remaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Analisis kualitatif digunakan reaksi warna dan KLT. Penetapan kadar kolesterol dilakukan dengan menggunakan metode Liebermann-Burchard. Masing-masing ekstrak dan kombinasinya dibuat seri konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 ppm. Pada kombinasi ekstrak digunakan perbandingan 1:0 ; 2:1 ; 1:1 ; 1:2 ; 0:1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun salam dengan ekstrak etanol dewandaru pada perbandingan 1:2 mempunyai kemampuan paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol secara in vitro dengan persentase sebesar 64,55%. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji anava. Hasil statistika menunjukkan bahwa ada perbedaan antara ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol dewandaru serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in vitro.

Kata kunci: Daun salam, daun dewandaru, penurunan kolesterol, Liebermann-Burchard

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMANJUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv

PRAKATA........................................................................................................ v

SARI................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ....................................... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6

2.1.1 Tinjauan Tanaman Salam .............................................................. 6

2.1.1.1 Sistematika Tanaman Salam............................................... 6

2.1.1.2 Morfologi Tanaman Salam................................................. 7

2.1.1.3 Kandungan Kimia Daun Salam ......................................... 8

2.1.1.4 Manfaat Daun Salam........................................................... 8

2.1.2 Tinjauan Tanaman Dewandaru....................................................... 8

2.1.2.1 Sistematika Tanaman Dewandaru ...................................... 9

2.1.2.2 Morfologi Tanaman Dewandaru ........................................ 10

2.1.2.3 Kandungan Kimia Daun Dewandaru ................................. 10

2.1.2.4 Manfaat Daun Dewandaru.................................................. 11

ix

2.1.3 Penapisan Fitokimia........................................................................ 11

2.1.3.1 Flavonoid............................................................................ 11

2.1.3.2 Saponin .............................................................................. 14

2.1.3.3 Tanin .................................................................................. 14

2.1.3.4 Fenol .................................................................................. 15

2.1.3.5 Polifenol ............................................................................. 16

2.1.4 Ekstraksi ......................................................................................... 16

2.1.4.1 Metode Remaserasi ............................................................ 17

2.1.5 Cairan Penyari................................................................................. 18

2.1.6 Kolesterol ....................................................................................... 19

2.1.6.1 Pengertian Kolesterol.......................................................... 19

2.1.6.2 Manfaat Kolesterol Dalam Tubuh ..................................... 21

2.1.6.3 Biosintesis Kolesterol ........................................................ 22

2.1.6.4 Metabolisme Kolesterol ..................................................... 23

2.1.7 Metode Penetapan Kadar Kolesterol Darah.................................... 24

2.1.8 Kromatografi .................................................................................. 25

2.1.8.1 Kromatografi Lapis Tipis ................................................... 26

2.1.9 Spektrofotometri Ultraviolet-Visible ............................................. 27

2.2 Hipotesis ................................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32

3.1 Obyek Penelitian ...................................................................................... 32

3.2 Sampel dan Teknik Sampling ................................................................... 32

3.3 Variabel Penelitian ................................................................................... 32

3.4 Alat dan Bahan ......................................................................................... 33

3.4.1 Alat yang digunakan ..................................................................... 33

3.4.2 Bahan yang digunakan ................................................................. 33

3.5 Cara Kerja.................................................................................................. 34

3.5.1 Determinasi Tanaman Salam Dan Dewandaru ............................ 34

3.5.2 Penyiapan Simplisia ..................................................................... 34

3.5.3 Penyarian Sampel ......................................................................... 34

3.5.4 Uji Kualitatif Senyawa Aktif Ekstrak Etanol ............................... 35

x

3.5.5 Uji KLT Ekstrak Etanol................................................................ 36

3.5.6 Pengukuran Kadar Kolesterol ...................................................... 37

3.6 Skema Kerja ............................................................................................. 38

3.7 Analisis Data Hasil Penelitian................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 55

5.1 Simpulan.................................................................................................... 55

5.2 Saran.......................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56

LAMPIRAN...................................................................................................... 60

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Warna Flavonoid Dengan Sinar Ultraviolet Dan Visibel........................... 13

2. Indeks Polaritas Pelarut............................................................................... 19

3. Kadar Kolesterol Total Untuk Orang Dewasa............................................ 21

4. Hasil Uji Kualitatif...................................................................................... 45

5. Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol .................................................................... 46

6. Hasil Rerata Persentase Penurunan Kadar Kolesterol ............................... 51

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Daun Salam .........................................................................7

2. Daun Dewandaru .........................................................................9

3. Struktur Flavonoid .......................................................................13

4. Struktur Tanin .......................................................................15

5. Struktur Kolesterol .......................................................................20

6. Biosintesis Kolesterol .......................................................................23

7. Diagram Sederhana Spektrofotometer ....................................................... 30

8. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Salam ............................... 38

9. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Dewandaru....................... 39

10. Skema kerja uji penurunan kolesterol kombinasi ekstrak etanol daun

salam dan ekstrak etanol daun dewandaru ................................................. 40

11. Reaksi Antara Kolesterol Dengan Pereaksi Liebermann-Burchard........... 48

12. Kurva Penurunan Kadar Kolesterol ........................................................... 51

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Pengambilan Sampel ...................................60

2. Surat Determinasi Tanaman Salam Dan Dewandaru ................................. 61

3. Sertifikat Analisis Baku Kolesterol ...................................63

4. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. ).......................... 64

5. Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.) ...................................65

6. Hasil Uji Kualitatif ...................................66

7. Hasil Uji KLT ...................................69

8. Alat Instrumen ...................................70

9. Penimbangan Kolesterol dan Koreksi Kadar ...................................71

10. Pembuatan Larutan Uji Kolesterol ...................................73

11. Pencarian Panjang Gelombang Maksimal ...................................74

12. Waktu Operating Time ...................................75

13. Deret Baku Kolesterol ...................................76

14. Penimbangan Sampel ...................................77

15. Pembuatan Sampel Perbandingan ...................................78

16. Pembuatan Dan Perhitungan Deret Sampel ...................................79

17. Data PengukuranPenurunan Kadar Kolesterol Sampel.............................. 80

18. Hasil Persen Penurunan Kadar Kolesterol ...................................83

19. Data Penimbangan Ekstrak ...................................84

20. Hasil Analisa Data SPSS ...................................85

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan zaman yang modern ini gaya hidup dan pola makan

sebagai salah satu penyebab terjadinya suatu penyakit karena banyak masyarakat

yang kurang memperhatikan kandungan atau komponen dalam makanan yang

dikonsumsi setiap hari, salah satunya yaitu kolesterol.

Perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat modern serta rendahnya

aktivitas tubuh menyebabkan pembentukan kolesterol tinggi dalam darah atau

hiperkolesterolemia, yang merupakan salah satu penyebab penyakit jantung

koroner. Prevalensi penyakit kardiovaskuler semakin lama semakin meningkat.

Satu diantara tiga penduduk dunia pada 2001 meninggal karena penyakit

kardiovaskuler. World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan

Dunia telah mencatat sekitar 17 juta orang meninggal karena penyakit

kardiovaskuler (Widyaningsih, 2011:56).

Jumlah penderita kolesterol terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga

perlu upaya untuk dapat menguranginya (Soeharto, 2001:24). Salah satu upaya

terapi adalah dengan menggunakan obat sintesis. Harga obat yang mahal dan

lamanya waktu pengobatan menyebabkan obat sintesis tidak terjangkau untuk

masyarakat menengah ke bawah, sehingga obat tradisional menjadi pilihan

alternatif. Salah satu tanaman obat yang dimanfaatkan sebagai penurun kolesterol

1

adalah daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan daun dewandaru

(Eugenia uniflora L.).

Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dikenal masyarakat

Indonesia sebagai bumbu masakan karena memiliki keharuman khas yang bisa

menambah kelezatan masakan. Daun salam mempunyai rasa yang kelat dan

bersifat astringent. Bagian daun paling banyak digunakan sebagai pengobatan

secara tradisional untuk mengobati kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi,

gastritis, dan diare.

Daun salam mengandung flavonoid, tanin, saponin, minyak atsiri,

seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, dan karbohidrat. Selain itu

daun salam juga mengandung beberapa vitamin,antara lain vitamin C, vitamin A,

thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Bahkan mineral

seperti selenium terdapat di dalam kandungan daun salam. Kandungan flavonoid

pada daun salam diduga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Daun dewandaru merupakan tanaman yang mengandung senyawa seperti

sitronela, sineol, saponin, flavonoid, tanin, antosianin (Pepato dkk, 2011:44).

Daun dewandaru mengandung flavonoid, saponin, dan tanin yang diduga

memiliki aktivitas dapat menurunkan kolesterol. Daun dewandaru dapat berfungsi

sebagai penangkal radikal bebas dan antiinflamasi yang bertanggungjawab adanya

senyawa flavonoid (Utami, 2007:110).

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Fitriani (2005), menyebutkan bahwa

pemberian ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)

2

dengan konsentrasi 2 µg/mL dapat menurunkan kadar kolesterol. Sedangkan dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005) memperlihatkan pemberian

ekstrak etanol daun dewandaru memiliki aktivitas menangkap radikal pada

konsentrasi 8,87 µg/mL sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol.

Pada proses ekstraksi menggunakan metode remaserasi dengan pelarut

etanol 70%. Dalam Farmakope Herbal Indonesia metode ekstraksi cara maserasi

menggunakan pelarut etanol dan air. Kadar kolesterol diukur dengan

menggunakan metode Liebermann-Burchard. Prinsipnya ekstrak dalam kloroform

yang berisi kolesterol akan bereaksi dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat

pekat membentuk reaksi berwarna. Untuk pengukuran penurunan kadar kolesterol

menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol daun salam

dan ekstrak etanol dewandaru serta kombinasinya sebagai penurun kadar

kolesterol secara in vitro. Pemilihan kombinasi tersebut karenadaun salam

(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) mempunyai sinonim Eugenia polyantha

merupakan tanaman satu genus dengan daun dewandaru (Eugenia uniflora L.).

Sejauh ini belum ada penelitian mengenai kombinasi tersebut sebagai

antikolesterol, sehingga nantinya dapat diketahui apakah dengan kombinasi

tersebut dalam menurunkan kadar kolesterol lebih baik daripada komposisi

tunggal dari masing-masing ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun

dewandaru.

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Adakah perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol daun salam (Syzygium

polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia

uniflora L.) serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in

vitro?

2. Berapakah perbandingan kombinasi ekstrak etanol daun salam (Syzygium

polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia

uniflora L.) yang mempunyai kemampuan paling baik terhadap penurunan

kadar kolesterol secara in vitro?

1.3 Batasan Masalah

1. Sampel yang digunakan adalah daun salam dan daun dewandaru yang

diproduksi oleh PT. Temu Kencono, Gunungpati, Kota Semarang.

2. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi daun salam dan daun dewandaru

adalah etanol 70%.

3. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode remaserasi.

4. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan reaksi warna dan metode

pemisahan secara KLT.

5. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kadar kolesterol adalah

metode Liebermann-Burchard.

6. Konsentrasi yang digunakan dalam pengukuran sampel adalah 100, 200, 300,

400, 500, 600, dan 700 ppm.

4

7. Kolesterol yang diukur adalah kolesterol total.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol

daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun

dewandaru (Eugenia uniflora L.) serta kombinasinya terhadap penurunan

kadar kolesterol secara in vitro.

2. Untuk mengetahui perbandingan kombinasi ekstrak etanol daun salam

(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru

(Eugenia uniflora L.) yang mempunyai kemampuan paling baik terhadap

penurunan kadar kolesterol secara in vitro.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan daun salam

dan daun dewandaru serta kombinasinya sebagai penurun kadar kolesterol.

2. Memberi manfaat secara khusus kepada para penderita kolesterol untuk

menggunakan daun salam dan daun dewandaru serta kombinasinya sebagai

pilihan dalam pengobatannya. Pengobatan dengan bahan alam mempunyai

efek samping lebih ringan dibandingkan dengan obat sintetik yang telah

beredar di pasaran, selain itu juga ringan dalam hal biaya.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tanaman Salam

Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang dipergunakan dalam

masakan nusantara. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama lain seperti ubar

serai (Melayu), manting (Jawa), gowok (Sunda) dan leaf (Inggris), sedangkan

nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum (Wight). Walp. atau Eugenia

polyantha (Wight.) (Hariana, 2008:34).

2.1.1.1 Sistematika Tanaman Salam

Sistematika dari tanaman salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)

adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Familia : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum

(Backer dan Van Den Brink,1965:276)

6

Gambar 1. Daun Salam Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. (Koleksi Pribadi)

2.1.1.2 Morfologi tanaman salam

Tanaman salam dikenal dengan nama latin Syzygium polyanthum (Wight.)

Walp. memiliki ciri morfologi sebagai berikut:

Daun berbentuk jorong, pangkal daunnya tidak bertoreh dengan bentuk

bangun bulat telur (ovatus), runcing pada ujung daun, pangkal daun tumpul

(obtusus), terdapat tulang cabang dan urat daun, daun bertulang menyirip

(penninervis), tepi daun rata (integer). Daun majemuk menyirip ganda

(bipinnatus) dengan jumlah anak daun yang ganjil, daging daun seperti perkamen

(perkamenteus), daunnya duduk, letak daun penumpu yang bebas terdapat di

kanan kiri pangkal tangkai daun disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae),

tangkai daunnya menebal di pangkal dan ujung, beraroma wangi dan baru dapat

digunakan bila sudah dikeringkan.

Batang  tinggi berkisar antara 60 kaki hingga 90 kaki, bercabang-cabang,

biasanya tumbuh liar di hutan. Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), berkayu

(lignosus) biasanya keras dan kuat, bentuk batangnya bulat (teres), permukaan

batangnya beralur (sulcatus), cara percabangannya monopodial karena batang

7

pokok selalu tampak jelas, arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus) sebab sudut

antar batang dan cabang amat kecil, termasuk dalam tumbuhan menahun atau

tumbuhan keras karena dapat mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati.

Akar termasuk akar tunggang (radix primaria), berbentuk sebagai tombak

(fusiformis) karena pangkalnya besar dan meruncing ke ujung dengan serabut-

serabut akar sebagai percabangan disebut akar tombak, sifatnya akar tunjang

karena menunjang batang dari bagian bawah ke segala arah (Martina, L.2008:23).

2.1.1.3 Kandungan Kimia Daun Salam

Kandungan utama daun salam meliputi flavonoid, tanin, lakton, fenol,

steroid, saponin, karbohidrat, dan minyak atsiri. Selain itu daun salam juga

mengandung beberapa vitamin, diantaranya vitamin C, vitamin A, thiamin,

riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat (Sudarsono, 2002:67).

Pada ekstrak etanol daun salam mengandung flavonoid total tidak kurang

dari 1,14% dihitung sebagai kuersetin dan diduga mampu mengurangi kadar

kolesterol dalam tubuh (Depkes RI, 2010 : 119)

2.1.1.4 Manfaat Daun Salam

Daun salam memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan. Daun salam

sering digunakan sebagai obat nyeri perut, kolesterol tinggi, kencing manis,

hipertensi, gastritis, maag, dan diare (Dalimartha, 2000:45).

2.1.2 Tinjauan Tanaman Dewandaru

Dewandaru (Eugenia Uniflora L.) merupakan salah satu tumbuhan yang

banyak tersebar di pulau Jawa dan Sumatera. Tanaman ini didaerah Jawa dikenal

8

dengan nama asam selong, belimbing londo, dan dewandaru (Lestari, 2012:10).

Sedangkan di Sumatra dikenal dengan cereme asam. Batang dan daun dewandaru

mengandung saponin, flavonoid dan tanin. Daun dewandaru memiliki banyak

aktivitas, diantaranya antidiare danantioksidan melalui mekanisme penangkap

radikal bebas, pereduksidan pengkelat logam (Utami, 2007:110).

2.1.2.1 Sistematika Tanaman Dewandaru

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Familia : Myrtaceae

Genus : Eugenia

Spesies : Eugenia uniflor a L.

(Backer dan Van Den Brink,1965:167)

Gambar 2. Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) (Lestari, 2012: 7)

9

2.1.2.2 Morfologi Tanaman Dewandaru

Tanaman daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) berbentuk perdu tumbuh

secara tahunan dengan tinggi kurang lebih 5 meter. Batangnya tegak berkayu,

berbentuk bulat dan berwarna cokelat. Daun berwarna hijau serta merupakan daun

tunggal tersebar berbentuk lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing.

Tepi daun rata, tulang daun menyirip dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar

kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbentuk tunggal. Kelopak

bunga bertaju tiga sampai lima, benangsari yang dimiliki banyak dengan warna

putih. Putik berbentuk silindris, mahkota bunga berbentuk kuku dan berwarna

kuning. Buah dewandaru berbuah buni bulat dengan diameter kurang lebih 1,5 cm

dan berwarna merah. Bijinya keras, berwarna cokelat dan kecil. Akar yang

dimiliki berwarna cokelat, merupakan akar tunggang (Hutapea, 1994:29-30).

2.1.2.3 Kandungan Kimia Daun Dewandaru

Dewandaru (Eugenia uniflora L.) mengandung senyawa seperti sitronela,

sineol, terpenin, sesquiterpen, fenol, minyak atsiri seperti linalool, saponin,

flavonoid, tanin dan antosianin. Daun dan batang tanaman dewandaru yang sudah

diketahui mengandung tanin, saponin, dan flavonoid yang mampu menurunkan

kolesterol tinggi dalam tubuh (Hutapea,1994:30).

Ekstrak etanol daun dewandaru mengandung flavonoid kuersetin sebanyak

71 %. Dalam penelitian Utami (2005) menyatakan bahwa dalam ekstrak etanol

daun dewandaru yang mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan tanin

10

mempunyai aktivitas antiradikal bebas yang diduga dapat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah.

2.1.2.4 Manfaat Daun Dewandaru

Daun dewandaru digunakan sebagai obat diare. Dalam bentuk dekokta

digunakan untuk menurunkan kolesterol dan mengurangi tekanan darah, serta

memiliki aktivitas antiinflamasi yang sangat tinggi (Reynestson, 2007:39).

Penelitian Khotimah (2004), menyatakan bahwa daun dewandaru memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan

Escherichia coli dengan konsentrasi MIC 3,125 %.

2.1.3 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif

untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan.

Pemeriksaan diarahkan pada senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat

sebagai kesehatan seperti flavonoid, saponin, tanin, fenol, dan polifenol

(Harborne, 1987:70).

2.1.3.1 Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang

ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat yang berwarna merah,

ungu, biru, dan kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.

Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom

karbon inti dasarnya, yang tersusun dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu

11

rantai propana (C3) sehingga terbentuk susunan C6-C3-C6. Susunan rantai C6-

C3-C6. yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang

dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Agar mudah, cincin diberi tanda

A, B dan C, atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang

menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta angka “beraksen” untuk

cincin B. Struktur kimia dari flavonoid dapat dilihat pada gambar 3 (Markham,

1988 : 3).

Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari

kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam

tumbuhan. Falvon, flavonol dan antosianin adalah jenis flavonoid yang banyak

ditemukan dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoid utama (Robinson,

1995 : 26).

Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai

glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin saja terdapat dalam tumbuhan

dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Umumnya flavonoid larut dalam

pelarut polar, seperti metanol, etanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,

dimetilformamida, air, etil asetat atau campuran yang dapat digunakan untuk

mengekstrak flavonoid dari berbagai jaringan tumbuhan. Karena kelarutan

flavonoid dalam air maka dapat diekstraksi dengan pelarut etanol 70%. Flavonoid

mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi karena itu menunjukkan pita

serapan yang kuat pada daerah spektrum ultraviolet dan spektrum sinar tampak

(Harborne, 1996 : 71).

12

Gambar 3. Struktur flavonoid (Sastrohamidjojo, 1996 : 140)

Flavonoid berupa senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah

basa atau amonia, jadi mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan.

Warna flavonoid dengan sinar ultraviolet dan visibel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Warna flavonoid dengan sinar ultraviolet dan visibel

WarnaWarna dengan sinar UV

PetunjukSendiri Dengan ammonia

Jingga Jinga redup, merah atau merah senduduk

Fluorosensi merah kuning atau merah jambu

Biru Antosianidin 3-glikosidaMerah

Merah senduduk

BiruKebanyakan antosianidin 3,5-diglikosida

Kuning murup

Coklat tua atau hitam Coklat tua atau hitam

6-hidroksi flavonol dan flavon; beberapa khalkon glikosida

Merah tua atau jingga murup

Kebanyakan khalkon

Kuning murup atau hijau kuning

Jingga murup atau merah

Auron

Kuning pucat Coklat tua

Kuning murup atau coklat kuning.

Kebanyakan flavonol glikosida

Kuning kunyit-hijau coklat tua

Kebanyakan flavon glikosida, biflavonil, dan flavon yang tersulih tak biasa

Nihil

Merah senduduk tua Coklat lemah Kebanyakan isoflavon dan flavononol

Biru lemah Biru kuat 5-deoksiisoflavon dan 7,8-dihidroksi flavanon

Merah senduduk tua Kuning pucat atau hijau kuning

Flavanon dan flavonol 7-glikosida

(Harborne, 1987 : 70).

13

2.1.3.2 Saponin

Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang sering

menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Saponin terdiri dari dua jenis yaitu

glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang

mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan

etanol tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin, diperoleh

dengan hidrolisis dalam suasana asam dan hidrolisis memakai enzim dan tanpa

bagian pula ciri kelarutannya sama dengan ciri sterol lain (Robinson, 1995 : 157).

2.1.3.3 Tanin

Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam

golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada tumbuhan. Tanin

dahulu digunakan untuk menyamak kulit hewan karena sifatnya yang dapat

mengikatprotein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan gelatin. Tanin

secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat

molekul cukup tinggi dan dapat membentuk kompleks dengan protein.

Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin

terkondensasi (condensed tannins) dan tanin terhidrolisis (hydrolysable tannins)

(Harborne, 1987 :102-103 ).

Tanin dinamakan juga asam tanatdan asam galotanat, ada yang tidak

berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Asam tanat

mempunyai berat molekul 1.701. Tanin terdiri dari sembilan molekul asam galat

dan molekul glukosa (Harborne, 1987 : 104).

14

Gambar 4. Struktur tanin (Sumono & Wulan, 2008 : 41)

2.1.3.4 Fenol

Fenol sederhana berupa zat padat tanpa warna, tetapi biasanya teroksidasi

dan berwana gelap jika terkena udara. Kelarutan dalam air bertambah jika gugus

hidroksilnya makin banyak, tetapi kelarutan dalam pelarut organik yang polar

umumnya tinggi. Fenol yang kelarutannya dalam air kecil, mudah larut dalam

larutan natrium hidroksida encer dalam air akan tetapi, dalam suasana basa laju

oksidasinya sangat meningkat, sehingga pada setiap perlakuan kita harus

menghindari penggunaan basa kuat (Robinson, 1995 : 57).

Senyawa fenol meliputi senyawa yang berasal dari tumbuhan yang

mempunyai ciri yang sama yaitu cincin aromatik. Senyawa fenol cenderung

mudah larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida

dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987 : 47).

Beberapa fenol alam diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan

terbesar diantaranya fenol monosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon

fenolik juga terdapat dalam jumlah besar. Beberapa bahan polimer penting dalam

tumbuhan diantaranya mengandung lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa

polifenol. Fenolik juga terdapat pada protein, alkaloid, dan terpenoid.

15

Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana dengan

menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol pada larutan

cuplikan yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat.

Cara ini yang dimodifikasi dengan menggunakan campuran segar larutan besi

(III) klorida 1% dalam air dan kalium heksasianoferat (III) 1% masih tetap

digunakan sebagai cara umum untuk mendeteksi senyawa fenol pada

kromatogram kertas (Harborne, 1987 : 49).

2.1.3.5 Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat

ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.

Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam

pelarut polar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti

lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol dan fenolitik juga terdapat

pada protein, alkaloid dan terpenoid (Harbone, 1987:57).

2.1.4 Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Depkes RI, 2000:5).

Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat kimia yang dapat

larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang

diekstraksi adalah senyawa yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut,

seperti serat, karbohidrat, dan protein (Depkes RI, 1986:1).

16

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk pemurnian, pemekatan atau pemisahan

untuk tujuan analitik. Pemilihan ekstraksi tergantung dari bahan tanaman yang

akan diekstraksi (Depkes RI, 2000:3). Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan 2

cara, yaitu yang pertama metode ekstraksi cara dingin yang terdiri dari : maserasi

dan perkolasi. Keuntungan dari metode ekstraksi cara dingin adalah alat yang

digunakan sederhana untuk proses ekstraksi dan senyawa yang tidak stabil

terhadap panas tidak akan rusak. Kelemahan dari metode ekstraksi cara dingin

adalah proses ekstraksi membutuhkan waktu yang lama dan butuh penyari dengan

volume yang cukup banyak untuk proses ekstraksi. Metode yang kedua yaitu

metode ekstraksi cara panas yang terdiri dari digesti, refluks, infusa, destilasi, dan

soxhletasi. Keuntungan dari metode ekstraksi cara panas adalah proses ekstraksi

tidak membutuhkan waktu yang lama dan penyari yang digunakan relatif sedikit.

Sedangkan kelemahan dari metode ekstraksi cara panas adalah membutuhkan alat

yang rumit untuk proses ekstraksi dan senyawa yang tidak stabil terhadap panas

akan rusak (Handa, 2008 : 22).

2.1.4.1 Metode Remaserasi

Remaserasi adalah metode maserasi yang dilakukan secara berulang,

umumnya setiap hari cairan penyari diganti baru. Maserasi merupakan cara

ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan

syarat-syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar)

disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan

terlindung dari cahaya (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan

warna) dan diaduk kembali. Waktu maserasi pada umumnya 5 hari. Selama waktu

17

tersebut, keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel

dengan yang masuk dalam cairan telah tercapai, sehingga penarikan zat yang

disari oleh cairan penyari telah optimal. Dengan pengadukan, keseimbangan

konsentrasi bahan lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi

menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight, 1995:564).

Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan

derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan

75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari

cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari, sari disaring kemudian

ampas diperas. Kelebihan dari maserasi adalah alat yang digunakan sederhana dan

prosesnya mudah. Kelemahannya yaitu waktu pengerjaannya yang lama (Depkes

RI, 1986 : 10-11).

2.1.5 Cairan Penyari

Proses pembuatan ekstrak memerlukan cairan pelarut. Cairan pelarut yang

digunakan merupakan cairan yang baik atau optimal untuk senyawa kandungan

yang berkhasiat atau yang aktif. Dengan demikian senyawa tersebut dapat

terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya

mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal

ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit

sekunder yang terkandung (Depkes RI, 2000 : 9).

Pemilihan cairan pelarut atau penyari harus mempertimbangkan banyak

faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria antara lain murah dan

18

mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah

menguap dan tidak mudah terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat berkhasiat,

ramah terhadap lingkungan, ekonomis, aman untuk digunakan, kemudahan dalam

bekerja, dan proses dengan pelarut tersebut dan diperbolehkan oleh peraturan

yang berlaku (Depkes RI, 1986 : 5).

Cairan pelarut dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotropik berdasarkan

polaritasnya. Deret eluotropik dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 2. Indeks polaritas pelarut

Pelarut Indeks PolaritasHeksan (C6H8)Toluen (C7H8)Dietileter (C4H10O)Diklorometan (CH2Cl2)Butanol (C4H9OH)Kloroform (CHCl3)Etil asetat (C2H5COOCH3)Aseton (CH3COCH3)Metanol (CH3OH)Etanol (C2H5OH)Asetonitril (CH3CN)Asam Asetat (CH3COOH)Air (H2O)

02,42,83,13,94,14,45,15,15,25,86,29,0 (Watson, 2009 : 372)

2.1.6 Kolesterol

2.1.6.1 Pengertian Kolesterol

Kolesterol merupakan suatu komponen yang penting dari membran sel.

Seluruh organ di tubuh manusia dapat bekerja jika membran sel berfungsi baik.

Kolesterol merupakan unsur yang penting dalam hormon. Senyawa ini merupakan

sumber energi, sebagai pelindung badan, dan untuk pembentukan sel. Sehingga

keberadaannya pada kadar tertentu sangat diperlukan didalam tubuh tentunya

dalam jumlah yang sesuai dengan takarannya agar tidak mengganggu kesehatan.

19

Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan yang disebut

kolesterol eksogen. Kolesterol dalam jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk

dalam sel tubuh disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol

endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua

sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol. Sesuai dengan kenyataan

bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang

berstruktur dasar inti sterol ini (Guyton dan Hall, 1997:113).

Kolesterol merupakan lipid ampifatik dan dalam keadaan demikian menjadi

komponen struktural yang membentuk membran sel serta lapisan eksternal

lipoprotein plasma. Peran utamanya ke dalam proses patologis adalah sebagai

faktor yang menimbulkan aterosklerosis pada pembuluh arteri yang penting

sehingga menimbulkan penyakit koroner (Dalimartha, 2002:1). Selain itu juga

mengakibatkan stroke dan ketidakseimbangan kecepatan pengubahan kolesterol

hati menjadi asam empedu. Hal ini menyebabkan penumpukan kolesterol

sehingga terbentuk batu empedu. Struktur kolesterol ditunjukkan pada gambar 5

sebagai berikut.

Gambar 5. Struktur kolesterol (Riawan, 1990:309)

Resiko penyakit jantung aterosklerosis meningkat bersama peningkatan

konsentrasi LDL (Low Density Lipoprotein) kaitannya berbanding terbalik dengan

20

kadar HDL yang semakin menurun (Katzung, 2002 : 427). Batasan kadar

kolesterol total dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 3. Kadar Kolesterol Total untuk Orang Dewasa

Kolestrol total (mg/dl)Diinginkan < 200Perbatasan hingga tinggi 200 – 239Tinggi ≥ 240

(Roskoski, 1996 : 241)

Kolesterol dapat larut dalam pelarut organik misalnya eter, kloroform,

benzene, karbon disulfida, aseton, dan alkohol panas. Kolesterol tidak larut dalam

air, asam atau basa. Pada konsentrasi tinggi, kolesterol dapat berwujud kristal tak

berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan memiliki titik lebur 150oC – 151oC

(Poedjiadi, 1994 : 147 - 150). Keberadaan kolesterol dalam suatu bahan makanan

dapat diisolasi dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik. Sedangkan

secara kualitatif dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji Salkowski atau uji

Liebermann – Burchard (Riawan, 1990: 309) .

2.1.6.2 Manfaat Kolesterol Dalam Tubuh

Sebagai bahan dasar sel-sel, jaringan-jaringan maupun organ-organ tubuh,

kolesterol merupakan zat penting tubuh.

Manfaat kolesterol antara lain:

1. Pembentuk dinding sel tubuh

Kolesterol dibutuhkan sebagai salah satu komponen pembentuk dinding-

dinding sel pada tubuh. Dinding-dinding sel itulah yang membentuk tubuh dengan

baik. Sel-sel saraf terdiri atas kolesterol dan sel-sel otak terdiri atas kolesterol.

Seluruh bagian sel-sel yang ada ditubuh memerlukan kolesterol.

21

2. Pembentuk hormon-hormon

Hormon berasal dari bahasa Yunani yaitu horman yang artinya

menggerakan. Hormon ini mengatur pergerakan sel-sel di dalam tubuh. Hormon

adalah zat aktif yang dihasilkan oleh tubuh, dalam hal ini oleh kelenjar endokrin.

Hormon yang dihasilkan itu akan masuk kedalam peredaran darah, kemudian

mempengaruhi jaringan dan juga aktivitas organ-organ lain di dalam tubuh.

Kolesterol merupakan bahan penting yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai bahan

dasar pembentukkan hormon seperti testosteron, estrogen, dan progesteron.

3. Pembentukan vitamin D

Kolesterol dibutuhkan untuk membuat vitamin D yang penting bagi

kesehatan tulang. Tulang merupakan rangka penting sebagai penyangga tubuh.

4. Membantu proses kerja tubuh di empedu

Sebagai bahan pembentukan asam dan garam empedu yang berfungsi

mengemulsi lemak di dalam tubuh.

5. Sumber energi

Sebagai salah satu senyawa lemak, kolesterol merupakan salah satu sumber

energi yang memberikan kalori yang sangat tinggi bagi tubuh. Kalori dibutuhkan

oleh tubuh untuk bergerak dan beraktivitas (Graha, 2010 : 6-9).

2.1.6.3 Biosintesis Kolesterol

Kolesterol merupakan sterol utama pada jaringan hewan tetapi tidak

ditemukan pada tanaman dan merupakan komponen utama untuk penyusun

struktur sel membran hewan. Biosintesis kolesterol terjadi pada sitosol inti sel

dengan menggunakan acetyl – CoA sebagai substratnya (Roskoski, 1996 : 187).

22

Gambar 6. Biosintesis kolesterol(Roskoski, 1996 : 187)

2.1.6.4 Metabolisme Kolesterol

Separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700 mg/hari),

dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada manusia, hati menghasilkan

kurang lebih 10 % dari total sintetis, sementara usus sekitar 10 % lainnya

(Mayes, 1995:34).

Pada manusia kolesterol dapat mengalami sejumlah reaksi metabolik.

Kolesterol dapat diesterkan dan ester kolesterol yang dihasilkan dapat dihidrolisis.

Kolesterol dapat diubah bentuk menjadi asam empedu dan perubahan ini

merupakan jalur katabolik utama dari segi kuantitas kolesterol yang dimetabolisis

kolesterol juga merupakan substrat untuk sintesis hormon steroid. Meskipun

jumlah kolesterol yang diubah menjadi hormon steroid hanya sedikit dari segi

penggunaan kolesterol total, reaksi–reaksi ini mempunyai arti yang besar dari segi

fungsi tubuh. Kolesterol diperoleh dari diet atau disintesis lengkap dari asetil

Koenzim A (Montgomery, 1993 : 915).

23

2.1.7 Metode Penetapan Kadar Kolesterol Darah

1. Metode kolorimetri

Metode penetapan ini berdasarkan perubahan warna yang dihasilkan dengan

menambahkan asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat kedalam kolesterol

dengan pelarut kloroform yang menghasilkan warna biru kehijauan. Metode ini

pertama kali diperkenalkan oleh Liebermann-Burchard pada tahun 1885. Reaksi

Liebermann-Burchard merupakan dasar dari metode kolorimetri Schoenheimer

and Sperry (Atinafu&Bedemo, 2011:145).

Metode ini kemudian mengalami modifikasi yang kemudian disebut sebagai

metode Abell-Kendall, dengan pereaksi asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat

dan asam asetat glasial (Hardiningsih & Novik, 2006:56). Pada metode Abell-

Kendall, ester kolesterol dihidrolisa dengan larutan kalium hidroksida dalam

alkohol menghasilkan kolesterol bebas yang kemudian diekstraksi dengan

petroleum eter dan direaksikan dengan reagen Liebermann-Burchard,

menggunakan kolesterol murni sebagai standard (Bachorik, 2001 : 230).

Pada metode kolorimetri harus melalui tahap ekstraksi sebelum dilakukan

penetapan kadar. Jika metode-metode kolorimetri digunakan tanpa ekstraksi,

dapat terjadi adanya kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan konsentrasi

kolesterol yang tidak benar (Speicher dan Smith, 1996 : 301).

Pada penelitian ini menggunakan metode kolorimeteri berdasarkan

perubahan warna setelah penambahan asam sulfat dan asam asetat anhidrat yang

menghasilkan larutan berwarna biru kehijauan dan bisa dibaca pada alat

spektrofotometri UV-Vis.

24

2. Metode pengendapan dengan digitonin

Dasar metode penetapan ini adalah terbentuknya senyawa yang tidak larut

bila kolesterol direaksikan dengan digitonin (C56H92O2) yang akan membentuk

cholesterol digitonide. Pengendapan ini tidak hanya digunakan dalam analisa

kualitatif tetapi juga sebagai dasar untuk penetapan kadar kuantitatif (Sari,

2005:89).

3. Metode kromatografi

Pada metode penetapan kromatografi ini antara lain dengan kromatografi

kolom, kromatografi lapis tipis (KLT), dan kromatografi gas (Muharrami,

2011:65).

4. Metode enzimatik

Metode penetapan ini berdasarkan pembentukan hidrogen peroksida sebagai

hasil reaksi oksidasi kolesterol bebas dengan adanya enzim kolesterol oksidase.

Hidrogen peroksida yang terbentuk kemudian ditetapkan dengan cara kolorimetri

(Inawati, 2006:98).

2.1.8 Kromatografi

Prosedur kromatografi merupakan metode pemisahan. Dibandingkan

metode pemisahan klasik seperti destilasi, kristalisasi, pengendapan ekstraksi, dan

lain-lain, kromatografi mempunyai beberapa keuntungan diantaranya pelaksanaan

yang lebih sederhana, penggunaan waktu yang singkat, dan terutama karena

mempunyai kepekaan yang tinggi serta kemampuan memisahkan yang tinggi

(Gambhir, 2008 : 11).

25

2.1.8.1 Kromatografi Lapis Tipis

KLT merupakan suatu metode pemisahan komponen-komponen atas dasar

perbedaan adsorbsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut

pengembang atau campuran pelarut pengembangan. Pemilihan pelarut

pengembang atau campuran pelarut pengembangan sangat dipengaruhi oleh

macam dan polaritas zat-zat kimia yang dipisahkan (Mulja dan Suharman,

1995:23).

Fase diam atau lapisan penjerap berfungsi sebagai permukaan penyerap

(kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair

(kromatografi cair-cair) (Gritter, 1991 :109). Penyerap yang umum ialah silika

gel, aluminium oksida, selulosa dan turunannya (poliamida). Dapat dipastikan

silika gel paling banyak digunakan karena silika gel ini menghasilkan perbedaan

dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya (Stahl, 1985 :

4-5).

Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa

pelarut. Pelarut yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila

diperlukan sistem pelarut dengan banyak komponen, harus berupa suatu campuran

sederhana yang terdiri atas tiga komponen (Stahl, 1985:6).

Untuk identifikasi senyawa yang tak berwarna pada kromatogram dilakukan

dibawah lampu UV (254 nm dan 366 nm), ditandai dengan ada atau tidaknya

fluorosensi. Sedangkan untuk menampakkan senyawa yang hampir tidak tampak

atau hanya tampak lemah di bawah lampu UV, digunakan bahan penyemprot atau

larutan penampak bercak (Auterhoff and Kovar, 2002 : 35).

26

Deteksi senyawa yang dipisahkan dilakukan dengan membandingkan harga

Rf sampel dengan baku senyawa murni. Sehingga harga Rf merupakan jarak

pengembangan senyawa pada kromatogram.

(Stahl, 1985 :16-17)

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam KLT yang juga

mempengaruhi Rf, diantaranya struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat

penyerap dan aktivitasnya, tebal dan kerataan lapisan penyerap, kemurnian fase

gerak, derajat kejenuhan, teknik percobaan, jumlah cuplikan, suhu, kesetimbangan

(Sastrohamidjojo, 2003: 36).

2.1.9 Spektrofotometri Ultraviolet – Visibel

Pada penelitian ini metode penetapan kadar kolesterol darah menggunakan

metode kolorimetri. Metode tersebut berdasarkan atas perubahan warna yang

dihasilkan setelah penambahan pereaksi pada saat pengukuran. Pengukuran

absorbansi sampel menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Spektrofotometri menggambarkan pengukuran jauhnya penyerapan energi

cahaya oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi,

demikian pula pengukuran penyerapan pada suatu panjang gelombang tertentu

(Underwood dan Day, 2002:343). Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis

spektroskopik yang memakai sinar radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat

(190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen

spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995: 26).

27

Prinsip spektrofotometer UV-Vis adalah cahaya yang berasal dari sumber

cahaya diuraikan dengan menggunakan prisma sehingga diperoleh cahaya

monokromatis yang dapat diserap oleh zat yang akan diperiksa. Cahaya

monokromatis merupakan cahaya satu warna yang mempunyai satu panjang

gelombang. Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-vis

karena mereka mengandung elektron baik campuran maupun menyendiri yang

dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang saat

absorbsi itu terjadi, tergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam

molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan

diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk

eksitasinya. Kebanyakan penerapan spektrofotometri ultraviolet dan tampak pada

senyawa organik didasarkan pada transisi dan karenanya memerlukan hadirnya

gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum

sekitar 200-700 nm yang praktis untuk digunakan dalam eksperimen (Underwood

dan Day, 2002 : 382-391).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna

yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut

harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna.

Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada

daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa

28

lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus

memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

a. Reaksinya selektif dan sensitif.

b. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel (ajeg).

c. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama.

Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengatur pH, pemakaian masking

agent atau penggunaan teknik ekstraksi.

2. Waktu operasional (Operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan

warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu

operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran

dengan absorpsi larutan.

3. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisa kuantitatif adalah

panjang gelombang yang mempunyai absorpsi maksimal. Untuk memilih panjang

gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorpsi

dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

4. Pembuatan kurva baku

Seri larutan baku dibuat dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi

diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorpsi dengan

konsentrasi. Bila hubungan Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa

garis lurus.

5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

29

Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8

atau 15-70% jika dibaca sebagai transmitan. Hal tersebut berdasarkan anggapan

bahwa kesalahan dalam pembacaan adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan

fotometrik) (Rohman dan Ganjar, 2007 : 256).

Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibel

tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektra ultraviolet dan visibel

dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantaranya

tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan karena, adanya serapan radiasi

ultraviolet/visibel sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Keuntungan

yang selektif dari ultraviolet yaitu gugus-gugus karakteristik dapat dikenal dalam

molekul-molekul yang sangat kompleks. Sebagian besar dari molekul yang relatif

kompleks mungkin transparan dalam ultraviolet sehingga kita mungkin

memperoleh spektrum yang semacam dari molekul yang sederhana

(Sastrohamidjojo,2003:11). Diagram sederhana dari spektrofotometer ditunjukkan

pada gambar 7 sebagai berikut :

Gambar 7. Diagram sederhana spektrofotometer (Seran Emel, 2011:35)

2.2 Hipotesis

30

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat dibuat hipotesis sebagai

berikut :

1. Ada perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol daun salam (Syzygium

polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia

uniflora L.) serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in

vitro.

2. Akan didapatkan perbandingan kombinasi ekstrak etanol daun salam

(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru

(Eugenia uniflora L.) yang mempunyai kemampuan paling baik terhadap

penurunan kadar kolesterol secarain vitro.

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah kemampuan penurunan kadar kolesterol dari

ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru serta kombinasinya

secara in vitro.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan adalah daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.)

Walp.) dan daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) yang kedua tanaman ini

diambil dari PT. Temu Kencono Gunungpati, Kota Semarang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik acak

sederhana atau simple random sampling, setiap anggota populasi mempunyai

peluang yang sama.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol daun

salam dan ekstrak etanol daun dewandaru serta kombinasinya 100, 200, 300,

400, 500, 600, dan 700 ppm dengan perbandingan kombinasi ekstrak etanol

daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru 1:0 ; 2:1 ; 1:1 ; 1:2 ; 0:1.

32

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan penurunan kadar

kolesterol ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru serta

kombinasinya.

3. Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah konsentrasi kolesterol

140 ppm, waktu maserasi, waktu pendiaman larutan uji, dan metode

penetapan kadar penurunan kolesterol.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat yang Digunakan

1. Alat untuk ekstraksi secara remaserasi : nampan, kain hitam, alat gelas,

blender, ayakan 30/40, batang pengaduk, cawan porselen, dan rotary vacuum

evaporator.

2. Alat untuk uji kualitatif : tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, plat tetes,

pipa kapiler, chamber, penutup chamber, dan alat penyemprot penampak

bercak.

3. Alat untuk pengukuran kadar kolesterol : Spektrofotometer UV-Vis 1700,

analitik shimadzu, pipet volume, labu takar, kuvet, corong kaca dan tabung

reaksi.

3.4.2 Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia daun salam dan

daun dewandaru, etanol 70%, FeCl3 5%, kalium heksasianoferat (III), HCL pekat,

gelatin 0,5%, HCl 2N, serbuk Mg, amyl alkohol, lempeng KLT silika gel G 60 F

254, n-butanol, asam asetat glasial, metanol, uap amoniak, anisaldehid-asam

33

sulfat, kuersetin (baku flavonoid), asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, dan

kloroform.

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Determinasi Tanaman Salam dan Dewandaru

Determinasi dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh kepastian bahwa

tanaman yang digunakan pada penelitian berasal dari tanaman yang dimaksud,

sehingga kemungkinan timbulnya kesalahan dalam pengumpulan bahan penelitian

dapat dihindari. Identifikasi dan determinasi tanaman salam (Syzygium

polyanthum (Wight.) Walp.) dan dewandaru (Eugenia uniflora L.) dilakukan di

Laboratorium Biologi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi”

Semarang.

3.5.2 Penyiapan Simplisia

Sampel yang digunakan adalah daun segar salam dan dewandaru yang

diproduksi oleh PT. Temu Kencono, Gunungpati, Kota Semarang terlebih dahulu

disortasi kemudian dicuci lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dengan

ditutup kain hitam. Simplisia kering yang didapat dilakukan sortasi kembali untuk

memisahkan bahan yang busuk dan mengurangi jumlah pengotor, selanjutnya

simplisia kering dihaluskan dengan cara diblender. Serbuk simplisia diayak

dengan ayakan 30/40 mesh untuk menyeragamkan ukuran serbuk.

3.5.3 Penyarian Sampel

Simplisia daun salam dan dewandaru yang sudah diayak dengan ayakan

30/40 mesh ditimbang kurang lebih 100 gram, kemudian dimasukkan dalam

34

beaker gelas, lalu ditambahkan 1000 mL etanol 70% sebagai cairan penyari

hingga simplisia terendam seluruhnya. Perendaman dilakukan selama 5 hari,

sambil diaduk setiap 6 - 12 jam perhari kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh

dikumpulkan, untuk penyarian berikutnya serbuk simplisia disari kembali

menggunakan cairan penyari baru diganti sehari sekali dengan jumlah yang sama

seperti yang pertama, hal tersebut dilakukan berulang selama 5 hari. Filtrat

dikumpulkan dan diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 70C, kemudian

dipekatkan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental (Depkes RI,

1986:11).

3.5.4 Uji Kualitatif Senyawa Aktif Ekstrak Etanol

Preparasi sampel :

Sebanyak 1 gram serbuk daun salam dan dewandaru dilarutkan dalam 10 ml

aquadest, didihkan 10 menit dan disaring. Diambil filtrat 2 ml sebagai sampel

untuk uji pendahuluan pada serbuk. Masing-masing ekstrak kental dilarutkan

dalam etanol 70% kemudian diambil 2 ml sebagai sampel untuk uji pendahuluan

pada ekstrak.

1. Identifikasi flavonoid

Sampel ditambahkan dengan sedikit serbuk Mg, 1 ml HCl pekat dan

ditambahkan amyl alkohol, kocok dengan kuat dan dibiarkan hingga memisah

terbentuk cincin. Terbentuknya warna dalam senyawa amyl alkohol menunjukkan

adanya flavonoid.

2. Identifikasi saponin

Sampel ditambah air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat

selama sepuluh detik. Terbentuknya buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm,

35

tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N

menunjukkan adanya saponin (Depkes RI, 1989: 552).

3. Identifikasi tanin

Sampel ditambahkan dengan larutan gelatin 0,5 %, terbentuknya endapan

menunjukkan adanya tanin dalam ekstrak (Robinson, 1995 : 78).

4. Identifikasi senyawa fenolik

Sampel ditambah 1 ml larutan besi (III) klorida membentuk warna hijau,

ungu, biru atau hitam yang berarti positif mengandung senyawa fenolik

(Robinson, 1995 : 209).

5. Identifikasi senyawa polifenol

Sampel ditambah 1 ml larutan kalium heksasianoferat (III) dan FeCl3,

kemudian amati warna yang terbentuk. Sampel positif mengandung polifenol jika

membentuk warna biru sampai hitam (Depkes RI, 1987 : 103).

3.5.5 Uji KLT Ekstrak Etanol

1. Bahan untuk KLT identifikasi flavonoid

Fase diam : Silika gel G 60 F 254

Fase gerak : n-butanol : asam asetat glasial : air (4 : 1 : 5)

Penampak bercak : Uap ammonia pekat menunjukkan noda berwarna

kuning (Robinson, 1995: 211).

2. Bahan untuk KLT identifikasi tanin

Fase diam : Silika gel G 60 F 254

Fase gerak : n-butanol : asam asetat glasial : air (14 : 1 : 5)

Penampak bercak : Uap ammonia pekat menunjukkan noda berwarna

kuning (Harbone, 1987 : 48).

36

3. Bahan untuk KLT identifikasi saponin

Fase diam : Silika gel G 60 F 254

Fase gerak : Kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10)

Penampak bercak : anisaldehid-asam sulfat terbentuknya warna biru, ungu

atau kuning pada sinar tampak menunjukkan adanya

kandungan saponin (Depkes RI, 1987 : 114).

3.5.6 Pengukuran Kadar Kolesterol

Pada penelitian dilakukan pengukuran kadar kolesterol dari masing-masing

ekkstrak etanol daunsalam dan ekstrak etanol daun dewandaru dibuat seri

konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 ppm dalam pelarut kloroform.

Dari masing-masing konsentrasi diambil dengan dipipet sebanyak 5 ml

dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 5 ml baku kolesterol

dengan konsentrasi 140 ppm dan dihomogenkan dengan vortex. Dari campuran

larutan tersebut diambil sebanyak 5 ml ditambah 2 ml asam asetat anhidrat dan

0,1 ml H2SO4 pekat, kemudian didiamkan dalam tempat gelap selama 7 menit

hingga terbentuk perubahan warna menjadi biru kehijauan, selanjutnya diukur

absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang maksimal 619,5 nm. Sebagai kontrol digunakan larutan baku

kolesterol 140 ppm yang ditambahkan dengan pelarut kloroform dan digunakan

sebagai penambahan pada masing-masing ekstrak etanol daun salam dan ekstrak

etanol daun dewandaru serta kombinasinya dengan perbandingan yang dibuat

1:0 ; 2:1 ; 1:1 ; 1:2 ; 0:1.

37

3.6 Skema Kerja

Dimaserasi dengan 1000 mL etanol 70% (selama 5 hari, penyari diganti setiap 1 x 24 jam) dan dilakukan pengadukan setiap 6-12 jam perhari.

Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru

Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru

Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru

Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru

Ditimbang 100 g serbuk salam yang sudah diayak no. 30/40 mesh

Filtrat I Ampas

AmpasFiltrat II

AmpasFiltrat IV

Filtrat III Ampas

AmpasFiltrat V

Semua filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator

Semua filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator

Diperoleh ekstrak kental daun salamDiperoleh ekstrak kental daun salam

Uji kualitatif senyawa aktif ekstrak etanolUji kualitatif senyawa aktif ekstrak etanol

38

Gambar 8. Skema kerja pembuatan ekstrak etanol daun salam

Dimaserasi dengan 1000 mL etanol 70% (selama 5 hari, penyari diganti setiap 1 x 24 jam) dan dilakukan pengadukan setiap 6-12 jam perhari.

Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru

Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru

Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru

Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru

Gambar 9. Skema kerja pembuatan ekstrak etanol daun dewandaru

Ditimbang 100 g serbuk dewandaru yang sudah diayak no. 30/40 mesh

Filtrat I Ampas

Filtrat II

Filtrat III

Ampas

Ampas

Filtrat V

Filtrat IV

Ampas

Ampas

Semua filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator

Semua filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator

Diperoleh ekstrak kental daun dewandaruDiperoleh ekstrak kental daun dewandaru

Uji kualitatif senyawa aktif ekstrak etanolUji kualitatif senyawa aktif ekstrak etanol

39

Masing-masing konsentrasi dipipet5,0 mL dan dimasukkan tabung reaksi

Didiamkan selama 7 menit

Gambar 10. Skema kerja uji penurunan kolesterol kombinasi ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru

Ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol dewandaru

Ekstrak daun salam :

dewandaru (1:0)

Ekstrak daun salam :

dewandaru (2:1)

Ekstrak daun salam :

dewandaru (1:1)

Ekstrak daun salam :

dewandaru (1:2)

Ekstrak daun salam :

dewandaru (0:1)

Dilarutkan dengan kloroform, dibuat konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 ppm.

ditambahkan 5,0 mL baku kolesterol 140 ppm, dihomogenkan

Diambil 5,0 mL campuran kemudian ditambah 2,0 mL asam asetat anhidrat dan 0,1 ml asam sulfat pekat

ditempat yang gelap, terbentuk warna hijau

Dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer Visibel pada panjang gelombang 619,5 nm

40

3.6 Analisis Data Hasil Percobaan

Analisis data dilakukan dengan mengukur absorbansi kadar kolesterol

sesudah penambahan ekstrak etanol daun salam dan dewandaru dan kontrol,

kemudian dihitung sebagai persentase penurunan kadar kolesterol.

Persentase penurunan kadar kolesterol ditentukan dengan rumus :

Keterangan :A : Persentase penurunan kolesterolB : absorbansi sampelC : absorbansi kontrol

Untuk mengetahui pengaruh antara ekstrak etanol daun salam dan

dewandaru terhadap penurunan kadar kolesterol antara kelompok yang satu

dengan kelompok yang lain dilakukan uji anava dua jalan dengan program SPSS

versi 16.

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

kemampuan ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol dewandaru serta

kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in vitro. Digunakan

daun salam dan daun dewandaru karena secara empiris masyarakat telah

menggunakan baik secara tunggal ataupun kombinasi yang mampu menurunkan

kadar kolestrol dalam tubuh.

Langkah pertama dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi tanaman

atau determinasi tanaman. Identifikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa

tanaman yang digunakan merupakan tanaman salam dan dewandaru, selain itu

dapat menghindari terjadinya kesalahan penggunaan tanaman yang akan dipakai

dalam penelitian. Determinasi dilakukan dengan mengamati bagian dari tanaman

salam dan dewandaru seperti akar, cuplikan batang, daun, dan buah, yang

kemudian dicocokkan dengan literatur (Flora of Java dan Taksonomi Tumbuhan).

Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang. Hasil identifikasi tersebut dapat dilihat

pada lampiran 2 yang menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan benar-benar

tanaman salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan dewandaru (Eugenia

uniflora L.).

42

Tanaman salam dan dewandaru yang diperoleh dari PT. Temu Kencono,

Gunungpati, Kota Semarang. Bagian dari tanaman salam dan dewandaru yang

digunakan adalah daun segar yang terlebih dahulu dilakukan sortasi. Kedua

sampel tersebut selanjutnya dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan

kotoran yang menempel baik yang berasal dari pasir, debu atau yang berasal dari

tanah ataupun benda anorganik asing. Tahap selanjutnya daun salam dan

dewandaru yang sudah bersih dikeringkan dengan cara menjemur di bawah sinar

matahari dengan ditutup kain hitam hal tersebut dilakukan supaya simplisia tidak

terpapar sinar UV secara langsung sehingga senyawa aktif dalam simplisia tidak

rusak.

Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air agar tidak mudah

ditumbuhi kapang dan bakteri, sehingga dapat disimpan lebih lama. Setelah

dilakukan pengeringan didapatkan simplisia kering. Simplisia kering tersebut

kemudian dilakukan sortasi kering yang tujuannya untuk memisahkan bahan yang

busuk dan untuk mengurangi jumlah pengotor.

Simplisia kering yang didapat lalu dihaluskan dengan cara diblender.

Serbuk simplisia yang didapat diayak dengan ayakan 30/40 mesh untuk

menyeragamkan ukuran simplisia. Semua serbuk dapat melalui pengayak dengan

nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor

tertinggi (Depkes RI, 1979: 915). Serbuk simplisia yang lolos ayakan 40 mesh

tidak digunakan karena sebagian besar mengandung serbuk halus yang akan

menyulitkan dalam penyaringan filtrat. Tujuan dari pengayakan ini untuk

43

menyeragamkan ukuran partikel serbuk. Ukuran partikel yang kecil dapat

memperluas permukaan kontak antara dinding sel dengan cairan penyari sehingga

zat aktif yang terkandung dalam tanaman dapat tersari dengan maksimal.

Proses penarikan senyawa dilakukan dengan menggunakan metode

remaserasi. Remaserasi merupakan modifikasi dari metode maserasi. Prinsip dari

metode ini adalah perendaman simplisia dengan cairan penyari yang cocok, yang

setiap hari cairan penyari diganti baru. Penggantian cairan penyari bertujuan untuk

memperoleh suatu ekstrak dengan kandungan senyawa aktif yang maksimal

karena penarikan senyawa tersebut terjadi secara optimal.

Proses remaserasi diperlukan pengadukan secara kontinyu agar zat aktif

dapat masuk ke dalam rongga sel dan mencegah adanya konsentrasi setempat

pada sekitar sel tersebut. Digunakan pelarut yang dapat menyari sebagian besar

metabolit sekunder yang terkandung dalam serbuk simplisia. Pelarut yang

digunakan adalah etanol 70%. Dalam Farmakope Herbal Indonesia metode

ekstraksi cara maserasi menggunakan pelarut etanol dan air (Depkes RI,

2008:174) . Keuntungan penggunaan etanol yaitu tidak beracun, netral dan dapat

mencegah pertumbuhan kapang dan khamir selama proses remaserasi. Untuk

meningkatkan penyarian digunakan campuran antara etanol dan air sehingga pada

penelitian ini digunakan cairan penyari etanol dengan konsentrasi 70%.

Hasil ekstraksi yang didapat diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu

70C. Pemilihan penggunaan rotary evaporator dikarenakan proses pemekatan

lebih cepat, pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali serta meminimalkan

44

kontak antara ekstrak dengan udara sehingga mengurangi kerusakan senyawa

dalam ekstrak. Kemudian hasilnya dipekatkan di penangas air hingga diperoleh

ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat lalu ditimbang untuk memperoleh

rendemen.

Ekstrak etanol kedua sampel selanjutnya dilakukan uji kualitatif. Uji

kualitatif ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang

terdapat dalam ekstrak. Selain menggunakan ekstrak etanol juga menggunakan

serbuk dari daun salam dan dewandaru. Uji kualitatif yang dilakukan meliputi uji

flavonoid, saponin, tanin, fenolik, dan polifenol. Hasil uji kualitatif ditunjukkan

pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Kualitatif

Jenis Uji Perlakuan HasilSerbuk & ekstrak

SalamSerbuk & ekstrak

DewandaruKontrol

(+)Kontrol

(-)

Flavonoid Serbuk Mg+ HCl(p)+Amyl

alkohol

Terbentuk cincin Terbentuk cincin Terbentuk cincin

Tidak terbentuk

cincin Saponin Air panas+HCl

2NBusa stabil Busa stabil Busa stabil Tidak ada

busaTanin Gelatin 0,5% Terbentuk endapan

gelatin Terbentuk endapan

gelatinTerbentuk

endapan gelatin

Tidak terbentuk endapan gelatin

Fenolik FeCl3 Larutan hitam Larutan hitam Larutan hitam

Larutan kuning

Polifenol K4FeCN6 + FeCl3

Larutan biru kehitaman

Larutan biru kehitaman

Larutan biru kehitaman

Larutan kuning

Berdasarkan hasil uji kualitatif yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa serbuk dan ekstrak etanol daun salam dan daun dewandaru mengandung

senyawa flavonoid, saponin, tanin, fenolik, dan polifenol.

45

Hasil uji kualitatif yang telah didapatkan kemudian dipertegas dengan

melakukan uji KLT. Pengujian KLT bertujuan untuk menegaskan kembali

senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun salam dan ekstrak

etanol daun dewandaru. Data uji KLT ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol

Golongan Senyawa

Sampel Fase GerakPenampak

Bercak

Rf UV 254 nm dan Warna

Noda

Penampak Bercak

Flavonoid

Baku kuersetin

n-butanol:Asam Asetat glasial:Air (4:1:5)

Uap Amoniak

Rf 0,94Kuning

keunguan Kuning

Kuning

Kuning

Salam Rf 0,92Kuning

keunguan

DewandaruRf 0,92Kuning

keunguan

Saponin

SalamKloroform:Metanol:Air

(64:50:10)Anisaldehid - asam sulfat

Rf 0,73Ungu Kuning

KuningDewandaruRf 0,72Ungu

Tanin

Salamn-butanol : Asam asetat glasial : Air (14 : 1 : 5).

Uap Amoniak

Rf 0,67Lembayung Kuning

KuningDewandaruRf 0,68

Lembayung

Uji KLT flavonoid dengan fase gerak n-butanol: asam asetat glasial:air

(4 : 1 : 5). Fase gerak sebelum digunakan dicampur di dalam corong pisah lalu

didiamkan selama 1 hari, kemudian diambil fase n-butanolnya. Pada uji KLT

flavonoid digunakan baku kuersetin. Hasil uji KLT flavonoid menegaskan bahwa

ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru positif mengandung

flavonoid, hal ini ditunjukkan dengan nilai Rf salam yang didapat sampel yaitu

46

0,92 dan nilai Rf dewandaru yaitu 0,92 mendekati dengan nilai Rf baku kuersetin

yaitu 0,94.

Uji KLT saponin menggunakan fase gerak kloroform : metanol : air

(64 : 50 : 10) dan penampak bercak anisaldehid-asam sulfat. Hasil uji KLT

saponin menegaskan ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun

dewandaru mengandung saponin. Berdasarkan literaturnilai Rf 0,6 sampai 0,7

positif mengandung saponin (Harbone, 1987:156).

Uji KLT tanin menggunakan fase diam silika gel G 60 F 254, fase gerak

n-butanol : asam asetat : air (14 : 1 : 5) dan penampak bercak uap amoniak. Hasil

KLT tanin menegaskan bahwa ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun

dewandaru mengandung tanin. Berdasarkan literatur nilai Rf tanin 0,61 sampai

0,68 positif mengandung tanin (Kalimah, 2010:193).

Setelah diperoleh ekstrak etanol daun salam dan ektrak etanol daun

dewandaru, kemudian dilakukan pengukuran sampel tersebut terhadap penurunan

kadar kolesterol dengan menggunakan metode Libermann-Burchard. Digunakan

metode tersebut karena spesifik untuk mengukur senyawa golongan steroid yang

salah satunya yaitu kolesterol.

Pada metode ini diperlukan penambahan asam asetat anhidrat dan asam

sulfat pekat, adapun tujuan penambahan asam asetat anhidrat yaitu untuk

memastikan media bebas air yang kemudian ditetesi asam sulfat pekat melalui

dinding tabung sehingga terbentuk larutan berwarna hijau (Schunack dkk,

47

1990:634). Adapun reaksi kolesterol dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat

pekat dapat dilihat pada gambar 11 sebagai berikut.

H

H

O

H+

H

HH

OH

C

HO

Kolesterol ester

H OH+ C OH

Kolesterol

H

H

HO

H+

CH3

COO

CO

CH3

H

HH

OC

H

H3C

O

OC

O

H3C

H

HH

OC

H

H3C

O

HH

+

CH3

C

O O

H

HH+

CH3

C

HO O

H

HH2

Kolesterol Asam asetat anhidrat

Kolestadiene

CR

OO

O

R

R

48

HSO4

H30

H

HH

+ S

O

OO

H

HH

SH

O

O

O

H

HH

SH

O

O

O + HSO4

H

HH

SO

O

O

H

HH

SO

O

O

+O

H

HH

H

HH

SO

O+

HO

OHH

asam sulfonat kolestadin

Gambar 11. Reaksi Antara Kolesterol dengan Pereaksi Liebermann-BurchardPada gambar 11 dapat dilihat reaksi antara kolesterol dengan pereaksi

Liebermann-Burchard, yang terukur pada spektrofotometer adalah kolesterol

bebas bukan kolesterol yang terikat oleh sampel. Kolesterol bebas bereaksi

dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Reaksi antara kolesterol

dengan asam asetat anhidrat akan membentuk kolestadin, kolestadin akan bereaksi

dengan asam sulfat pekat membentuk asam sulfonat kolestoheksan yang

selanjutnya akan terbentuk larutan berwarna hijau, dengan terbentuknya larutan

berwarna tersebut sehingga dapat terbaca pada spektrofotometer UV-Vis.

Pada penelitian digunakan deret baku dengan konsentrasi 60 ppm, 80 ppm,

100 ppm, 120 ppm, dan 140 ppm. Sebelum pengukuran sampel ekstrak etanol

daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru, dilakukan terlebih dahulu

penentuan gelombang maksimal kolesterol. Pencarian gelombang maksimal

HSO4

H30

H

HH

+ S

O

OO

H

HH

SH

O

O

O

H

HH

SH

O

O

O + HSO4

H

HH

SO

O

O

H

HH

SO

O

O

+O

H

HH

H

HH

SO

O+

HO

OHH

asam sulfonat kolestadin

49

menggunakan deret baku tengah. Tujuan penentuan gelombang maksimal untuk

mengetahui panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimal. Selain

itu panjang gelombang maksimal dapat dipakai untuk mengidentifikasi senyawa-

senyawa yang bersifat karakteristik sebagai data sekunder (analisis kualitatif).

Panjang gelombang maksimal yang didapatkan adalah 619,5 nm.

Tahap selanjutnya dilakukan penentuan operating time (OT) yang bertujuan

untuk mengetahui waktu pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna yang

stabil sehingga diperoleh absorban yang maksimal. Berdasarkan hasil pengukuran

diperoleh operating timepada menit ke-7.

Penelitian ini diperlukan larutan kolesterol standar sebagai kolesterol

kontrol. Konsentrasi larutan kolesterol yang digunakan adalah 140 ppm.

Digunakan konsentrasi 140 ppm tersebut berdasarkan dari data yang diperoleh

dari konsentrasi tertinggi pada orientasi baku kolesterol. Pada percobaan ini

didahului dengan pengukuran larutan kolesterol kontrol. Tujuan dari pengukuran

larutan kolesterol tersebut adalah untuk mengetahui konsentrasi larutan kolesterol

secara kuantitatif sebelum ditambahkan dengan ekstrak etanol daun salam dan

ekstrak etanol daun dewandaru. Pada penelitian ini, ekstrak etanol daun salam dan

ekstrak etanol daun dewandaru dilarutkan dalam kloroform, hal ini dikarenakan

larutan kolesterol yang digunakan juga dilarutkan dalam kloroform sehingga

sampel baik ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru dapat

bercampur dan bereaksi dengan kolesterol.

Perbandingan ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru

1:0, 2:1, 1:1, 1:2, 0:1 dengan konsentrasi sampel yang digunakan 100, 200, 300,

50

400, 500, 600, dan 700 ppm. Dari masing-masing konsentrasi tersebut diambil

5,0 mL larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambah 5,0 mL

larutan kolesterol 140 ppm, kemudian dicampur dengan vortex. Selanjutnya

diambil 5,0 mL larutan tersebut dan direaksikan dengan 2,0 mL asam asetat

anhidrat dan 0,1 mL asam sulfat pekat. Setelah direaksikan larutan uji didiamkan

ditempat gelap terlindung dari cahaya selama 7 menit sesuai dengan operating

time yang telah dilakukan. Tujuan didiamkan di tempat gelap terlindung dari

cahaya karena larutan kolesterol bersifat fotodegradasi sehingga tidak stabil

terhadap cahaya. Kolesterol akan berubah menjadi kolestenon apabila terkena

cahaya. Kemudian, dibaca serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis 1700

pada panjang gelombang 619,5 nm. Setelah diketahui serapan dari masing-masing

konsentrasi ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru serta

kombinasinya, selanjutnya dihitung persen penurunan kolesterol dengan cara

absorbansi kontrol dikurangkan dengan absorbansi sampel, hasilnya dibagi

dengan absorbansi kontrol dan dikali seratus persen. Berikut tabel hasil rata-rata

persentase penurunan kolesterol (tabel 6) dan kurva persentase penurunan

kolesterol antara ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru

serta kombinasinya (gambar 12).

Tabel 6. Hasil Rerata Persentase Penurunan Kadar Kolesterol

Konsentrasi Perbandingan Sampel Ekstrak Daun Salam:Dewandaru

1:0 2:1 1:1 1:2 0:1100 ppm 49,08% 52,87% 52,77% 54,84% 49,54%200 ppm 50,38% 56,15% 54,30% 58,20% 52,19%300 ppm 52,12% 57,96% 55,98% 60,59% 53,88%400 ppm 53,36% 59,67% 57,40% 62,74% 55,51%500 ppm 55,05% 62,80% 59,34% 64,55% 56,77%600 ppm 52,29% 57,76% 54,72% 60,93% 54,65%700 ppm 50,94% 55,04% 52,41% 58,34% 51,33%

51

Gambar 12. Kurva Penurunan Kadar Kolesterol

Persentase penurunan kadar kolesterol dengan sampel tunggal terendah

ditunjukkan pada sampel ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun

dewandaru dengan perbandingan (1:0) dengan persentase tertingginya sebesar

55,05%, sedangkan pada sampel tunggal (0:1) persentase tertingginya sebesar

56,77%. Sehingga dapat dikatakan bahwa sampel tunggal mempunyai aktivitas

penurunan kadar kolesterol.

Pada sampel yang telah dikombinasikan persentase penurunan kadar

kolesterol semakin meningkat. Hal ini dikarenakan sampel ekstrak etanol daun

salam dan ekstrak etanol daun dewandaru bekerja secara sinergis sehingga setelah

dikombinasikan hasilnya akan lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol.

Ditunjukkan dengan persentase penurunan kadar kolesterol sampel ekstrak etanol

daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru dengan perbandingan (1:1)

sebesar 59,34% menunjukkan adanya kenaikan persentase penurunan kadar

kolesterol dibandingkan dengan sampel ekstrak tunggal.

52

Sampel dengan perbandingan (2:1) menunjukkan hasil persentase dalam

penurunan kadar kolesterol sebesar 62,80 % lebih rendah dibandingkan dengan

perbandingan (1:2) sebesar 64,55%. Dapat dikatakan bahwa dengan penambahan

ekstrak etanol daun dewandaru mampu meningkatkan persentase penurunan kadar

kolesterol. Hal ini diduga karena senyawa aktif pada ekstrak etanol daun

dewandaru lebih mendominasi daripada senyawa aktif dari ekstrak etanol daun

salam. Sesuai dengan literatur, di dalam ekstrak etanol daun dewandaru

mempunyai senyawa aktif dalam penurunan kadar kolesterol lebih banyak yaitu

flavonoid, saponin dan tanin dibandingkan dengan senyawa aktif dari ekstrak

etanol daun salam yaitu flavonoid.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa

kombinasi ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru

mempunyai kemampuan menurunkan kadar kolesterol lebih besar daripada

komposisi tunggalnya dengan persentase 64,55%. Hal ini dikarenakan kedua

ekstrak bekerja secara sinergis sehingga setelah dikombinasikan memberikan hasil

yang lebih baik dibandingkan dengan sampel tunggal.

Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna hasil penelitian

tersebut dilakukan analisis statistik. Pada penelitian ini analisis statistik

menggunakan SPSS (Statistical Product Smart Solution) versi 16 dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas untuk mengetahui

data berdistribusi normal atau tidak. Dikatakan data berdistribusi normal atau

tidak dapat dilihat dari ketentuan uji normalitas data, jika signifikansi

53

(probabilitas kesalahan) kurang dari atau sama dengan 0,05 maka dikatakan

sampel tidak berdistribusi normal, namun jika signifikansi (probabilitas

kesalahan) lebih dari atau sama dengan 0,05 maka sampel berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pada sampel menyatakan bahwa data berdistribusi normal

dengan nilai masing-masing menunjukkan signifikansi lebih dari 0,05.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah ragam

antar perlakuan homogen atau tidak. Ketentuan dari uji homogenitas adalah jika

nilai signifikansi (probabilitas kesalahan) kurang dari atau sama dengan 0,05

maka sampel dinyatakan tidak homogen, namun jika signifikansi (probabilitas

kesalahan) lebih dari atau sama dengan 0,05 maka sampel dinyatakan homogen.

Berdasarkan hasil uji didapatkan hasil bahwa sampel homogen karena nilai

signifikansinya lebih dari 0,05.

Dari uji homogenitas lalu pengujian dilanjutkan dengan uji anava yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari masing-masing

kelompok. Ketentuan uji anava atau uji antar kelompok ini adalah dikatakan

berbeda signifikan jika nilai signifikansinya kurang dari atau sama dengan 0,05.

Dan jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan tidak berbeda

signifikan. Berdasarkan hasil uji anava menunjukkan bahwa nilai signifikansinya

0,00 nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara kombinasi sampel ekstrak etanol daun salam dan

ekstrak etanol daun dewandaru serta sampel tersebut dalam keadaan tunggal.

Secara keseluruhan sampel kombinasi dan sampel tunggal dengan masing-

masing konsentrasinya berbeda signifikan. Namun untuk mengetahui lebih tepat

54

adanya perbedaan yang signifikan dilakukan uji Post Hoc, tujuannya untuk

mengetahui letak perbedaan yang bermakna danpengujian tersebut lebih

mendetail membandingkan untuk masing-masing konsentrasi pada perbandingan

sampel. Ada beberapa sampel yang menunjukkan hasil yang tidak berbeda

signifikan, namun jika dilihat secara keseluruhannya terdapat perbedaan yang

signifikan pada setiap sampel.

55

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan penurunan kadar kolesterol antara ekstrak

etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol

daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) serta kombinasinya.

2. Kombinasi ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)

dan ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) pada perbandingan

1:2 mempunyai kemampuan paling baik terhadap penurunan kadar kolesterol

secara in vitro yaitu dengan persentase sebesar 64,55%.

5.2 Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolat daun salam dan isolat daun

dewandaru serta kombinasinya dalam menurunkan kadar kolesterol secara in

vitro.

2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap hewan uji untuk mengetahui

efek pemberian ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru

serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol darah.

56

DAFTAR PUSTAKA

Atinafu, D., G., dan Bedemo, B. 2011. Estimation of Total Free Fatty Acid and Cholesterol Content in Some Commercial Edible Oils in Ethiopia. Journal of Cereals and Oil Seeds. Ethiopia. Volume 2 :145.

Auterhoff, H., dan Kovar, K. 2002. Identifikasi Obat. Terbitan ke lima. Bandung : ITB

Backer, C.A., dan Van Den Brink,R.C.B. 1965. Flora of Java (Spermatophytes Only). Noordhoff-Groningen: The Netherlands.Volume 1 : 453-458.

Bachorik, P.S. 2001. Lipids and Dyslipoproteinemia. In Henry J.B (editor) Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methode. Philadelphia : W.B Saunders Company.

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.

___________. 2002. Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol.Jakarta : Penebar Swadaya.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

_______________________. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

_______________________. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

_______________________. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

_______________________. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

_______________________. 2010. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi, F. 2005. Penapisan Aktivitas Antikolesterol Ekstrak Air Rimpang Curcuma domestica Val., Bulbus Alium Sativum L., Rimpang Zingiber officinalis Rosc., Daun Eugenia polyantha Wight., dan Buah Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Men. Skripsi. Bandung : ITB.

Ganjar, I.G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

56

Gambhir, G. 2008. Chromatography. Acharya Narendra Dev College.

Graha, C. 2010. 100 Questions & Answers. Jakarta : PT Gramedia.

Gritter, R. J., Bobbit, J. M., dan Scwarting, A. E. 1991. Pengantar Kromatografi. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K. Bandung : ITB.

Guyton, A. C. dan J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Terjemahan:Irawati Setiawan. EGC. Jakarta.

Handa, S.S., Khanuja, S.P.S., Longo, G., and Rakesh, D.D. 2008. Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Italy : Trieste.

Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Diterjemahkan oleh Sujatmi. Bandung : ITB Press.

Hariana, A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hardiningsih, R dan Novik, N. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan Hiperkolesterolemia Terhadap Bobot Badan Tikus Putih Wistar yang Diberi Bakteri Asam Laktat. Biodiversitas. Volume 7 : 127-130.

Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Inawati, Syamsudin, Winarno., H. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Inai (Lawsonia inermis Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa, Kolesterol Total dan Trigliserida Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kimia Indonesia. Volume 1 : 98.

Lestari, Y.D. 2012. Pengaruh Pemberian Fraksi Air, Etil Asetat dan n-heksan Ekstrak Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Secara In Vitro.Skripsi. Semarang : STIFAR.

Kalimah, E. 2010. Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin Pada Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Kimia. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim.

Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi III. Universitas Surabaya : Salemba Medika.

Khotimah, K.D.S. 2004. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Klorofom dan Metanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) Terhadap Staphyloccus aureus, Shigella dysentriae dan Eschercia coli.Skripsi. Jakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

57

Martina, Luh Tut. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar LDL Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur Wistar Hiperlipidemia. Karya Tulis Ilmiah. Semarang : FK.UNDIP.

Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K. Bandung : ITB.

Mayes, P. A 1995. Oksidasi Biologi. Terjemahan Hortono. Biokimia Harper. Jakarta : EGC.

Montgomery, R., Dryer, R. L., Conway, T. W., Spector, A. A. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Terjemahan Ismadi M. jilid 2. Ed IV. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muharrami, K., L. 2011. Penentuan Kadar Kolesterol Dengan Metode Kromatografi Gas. Agrointek. Volume 5 : 65.

Mulja, M dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press.

Pepato Mt., folgado VBB., Kettelhut IC., Brunetti IL. 2011. Lack decoction of antidiabetic effect of a Eugenia jambolana leaf decoction on rat streptozotocin diabetes. Braz J Med Biol Res.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Riawan, S. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara.

Reynertson, K.A., Basile M.J., dan Kenelly E.J. 2007. Antioxidant Potential of Seven Myrtaceous Fruit. Ethnobotany journal. Volume 3:025-035.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung :ITB Press.

Roskoski, R. 1996. Biochemistry. United State of America : W.B. Saunders Company.

Sari, K., W. 2005. Studi Kemampuan Pengikatan Kolesterol Oleh Ekstrak Daun Suji (Pleomele angustifolia N. E. Brown) Dalam Simulasi Sistem Pencernaan In Vitro. Jurnal Institut Pertanian Bogor. Bogor : IPB.

Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta : Gajah Maja University Press.

_______________ . 2003. Spektroskopi.Yogyakarta: Liberty.

58

Schunack., Walter., Mayer., Klaus dan Haake. 1990. Senyawa Obat, Buku Pelajaran Kimia Farmasi. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh Joke R, W., Sriwoelan, S. Yogyakarta: UGM-Press.

Seran, E. 2011. Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV-Vis. Malang : Universitas Negeri Malang.

Soeharto,I.2001. Serangan Jantung dan Stroke. Edisi II. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Speicher C.E dan Smith T.W. 1996. Pemilihan Hewan Uji Laboratorium yang Efektif. Penerjemah: Suyono, J. Cetakan kedua. Jakarta: Kedokteran EGC.

Stahl,E.1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K dan Soediro. Bandung: ITB.

Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Drajad, M., Wibowo, S., Ngatidjan. 2002. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian Obat Tradisional.Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Sumono, dan Wulan. 2008. The Use of Bay Leaf (Eugenia Pholyantha Wight) in dentistry. Dental Jurnal. 4 (3) : 41.

Underwood, A, L., dan Day, R, A. (Jr.). 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Diterjemahkan oleh Aloysius, H, P. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Utami, W.,dan Da’i, M.., 2005. Uji Aktivitas Penangkap Radikal denganMetode DPPH serta Penetapan Kandungan Fenol dan Flavonoid dalam Ekstrak Kloroform, Ekstrak Etil Asetat, Ekstrak Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.). Pharmacon. 6 (1) : 5-9.

Utami, W. 2007. Daya Hambat Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia Uniflora L.) Terhadap AktivitasGst Kelas PI Ginjal Tikus Secara In Vitro. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. 8 (2) : 110-118.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noerono Soewandi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Watson,G David. 2009. Analisis Farmasi Edisi 2. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Widyaningsih, W. 2011. Efek Ekstrak Etanol Rimpang temugiring (Curcuma heyneana val) Terhadap Kadar Trigliserida Jurnal Ilmiah Kefarmasian. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.

59

Lampiran 1. Surat Pengambilan Sampel

60

Lampiran 2. Surat Keterangan Determinasi

61

Lanjutan. Surat Keterangan Determinasi

62

Lampiran 3. Sertifikat Analisis Baku Kolesterol

63

Lampiran 4. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. )

Tanaman Salam (Koleksi Pribadi)

Serbuk halus daun salam Ekstrak kental daun salam

64

Lampiran 5. Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)

Tanaman Dewandaru (Kolesksi Pribadi)

Serbuk halus dewandaru Ekstrak kental dewandaru

65

Lampiran 6. Hasil Uji Kualitatif

Uji flavonoid

Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholSerbuk salam : Serbuk salam + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholEkstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholSerbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholK (-) : Etanol 70 % + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholK (+) : Baku Kuersetin + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkohol

Uji Saponin

Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + air panas + HCl 2NSerbuk salam : Serbuk salam + air panas + HCl 2NEkstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + air panas + HCl 2NSerbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + air panas + HCl 2NK (-) : Etanol 70 % + air panas + HCl 2N K (+) : Lerak + air panas + HCl 2N

66

Uji Tanin

Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + gelatin 0,5 % Serbuk salam : Serbuk salam + gelatin 0,5 % Ekstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + gelatin 0,5 % Serbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + gelatin 0,5 % K (-) : Etanol 70 % + gelatin 0,5 % K (+) : Baku tanin + gelatin 0,5 %

Uji Fenolik

Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + FeCl3

Serbuk salam : Serbuk salam + FeCl3

Ekstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + FeCl3

Serbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + FeCl3

K (-) : Etanol 70 % + FeCl3

K (+) : Baku fenol liquid + FeCl3

67

Uji Polifenol

Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + K4FeCN6 + FeCl3

Serbuk salam : Serbuk salam + K4FeCN6 + FeCl3

Ekstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + K4FeCN6 + FeCl3

Serbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + K4FeCN6 + FeCl3

K (-) : Etanol 70 % + K4FeCN6 + FeCl3

K (+) : Baku asam galat + K4FeCN6 + FeCl3

68

Lampiran 7. Hasil Uji KLT

Uji KLT Saponin pada UV 254 nm Uji KLT Tanin pada UV 254 nm

Uji KLT Flavonoid pada UV 254 nm

S DS D

B S D

69

70

Lampiran 8. Alat Instrumen

Rotary evaporator

Spektrofotometer UV-Vis 1700

71

Lampiran 9. Penimbangan Kolesterol dan Koreksi Kadar

Pembuatan baku induk 1000 ppm :

Ditimbang seksama 50 mg kolesterol, ditambahkan kloroform ad 50 mL,

lalu dihomogenkan.

1. Penimbangan Larutan Induk Baku Kolesterol

Kertas + zat = 0,5768 g

Kertas + sisa = 0,5267 g -

Berat zat = 0,0501 g 50,1 mg

Konsentrasi sebenarnya : 50,1 mg / 0,05 L

: 1002 ppm 200,4 ppm

72

2. Pengenceran Baku Induk

Dari konsentrasi 1000 ppm diencerkan menjadi 200 ppm dengan cara :

Dipipet 10,0 mL larutan induk 1000 ppm dimasukkan dalam labu takar

50 mL. Ditambahkan kloroform sampai tanda batas lalu dihomogenkan.

3. Perhitungan Deret Baku Kolesterol

Dari konsentrasi baku 200 ppm dibuat deret baku :

Konsentrasi Koreksi Kadar

100 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 100 ppm V1 = 4,99 mL 5,0 mL

100 ppm V1 x C1 = V2 x C2 3,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2

C2 = 100,2 ppm 120 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 120 ppm V1 = 5,98 mL 6,0 mL

120 ppm V1 x C1 = V2 x C2 4,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2 C2 = 120,24 ppm

140 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 140 ppm V1 = 6,98 mL 7,0 mL

140 ppm V1 x C1 = V2 x C2 5,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2 C2 = 140,28 ppm

160 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 160 ppm V1 = 7,98 mL 8,0 mL

160 ppm V1 x C1 = V2 x C2 6,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2 C2 = 160,32 ppm

180 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 180 ppm V1 = 8,98 mL 7,0 mL

180 ppm V1 x C1 = V2 x C2 7,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2 C2 = 180,36 ppm

73

Lampiran 10. Pembuatan Larutan Uji Kolesterol

Contoh Pembuatan baku induk kolesterol :

Kertas + zat = 0,5768 g

Kertas + sisa = 0,5267 g -

Berat zat = 0,0501 g

Konsentrasi sebenarnya : 50,1 mg / 0,05 L

: 1002 ppm

Cara : Ditimbang seksama kolesterol 50,2 mg dimasukkan dalam labu takar

50 mL, ditambahkan kloroform sampai tanda batas, dihomogenkan.

Pembuatan Baku 180 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1002 ppm = 50 mL x 180 ppm

V1 = 8,98 mL ~ 9,0 mL ad 50 mL

Dari konsetrasi 1002 ppm dipipet 9,0 mL dimasukkan labu takar 50 mL,

ditambahkan kloroform sampai tanda batas lalu dihomogenkan.

74

Lampiran 11. Pencarian Panjang Gelombang Maksimal

75

76

Lampiran 12. Waktu Operating Time

Kesimpulan : Waktu Operating Time 7 menit

77

Lampiran 13. Deret Baku Kolesterol

78

Lampiran 14. Penimbangan Sampel

Sampel perbandingan Replikasi

Berat wadah + sampel (g)

Wadah kosong (g)

Berat sampel(g)

1 : 0I 28,7710 28,7209 0,0501

II 27,8820 27,8318 0,0502

III 24,0385 23,9883 0,0502

0 : 1I 24,1579 24,1076 0,0503

II 27,4875 27,4374 0,0501

III 28,2318 28,1816 0,0502

1 : 1I 27,5768 27,5266 0,0502

II 28,6057 28,5554 0,0503

III 24,2859 24,2355 0,0504

1 : 2I 27,5187 27,4682 0,0505

II 28,5176 28,4673 0,0503

III 24,2915 24,2413 0,0502

2 : 1I 28,6171 28,5668 0,0503

II 27,6182 27,5678 0,0504

III 24,8798 24,8297 0,0501

79

Lampiran 15. Pembuatan Sampel Perbandingan

1. Perbandingan 1:1

2. Perbandingan 2:1

3. Perbandingan 1:2

Ditimbang 1 g ekstrak etanol daun salam dan 1 g ekstrak etanol dewandaru

Dicampur dalam lumpang sampai homogen

Ditimbang 50,0 mg, dimasukkan labu takar 50 mL, ditambah kloroform hingga tanda batas

Dibuat deret konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600,700 dan 800 ppm

Ditimbang 2 g ekstrak etanol daun salam dan 1 g ekstrak etanol dewandaru

Dicampur dalam lumpang sampai homogen

Ditimbang 50,0 mg, dimasukkan labu takar 50 mL, ditambah kloroform hingga tanda batas

Dibuat deret konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600,700 dan 800 ppm

Ditimbang 1 g ekstrak etanol daun salam dan 2 g ekstrak etanol dewandaru

Dicampur dalam lumpang sampai homogen

Dibuat deret konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600,700 dan 800 ppm

Ditimbang 50,0 mg, dimasukkan labu takar 50 mL, ditambah kloroform hingga tanda batas

80

Lampiran 16. Pembuatan dan Perhitungan Deret Sampel

Contoh perhitungan ekstrak etanol daun dewa : kucai ( 1:0 )

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol

Berat wadah + zat = 28,7710 g

Berat wadah + sisa = 28,7209 g _

Berat zat = 0,0501 g 50,1 mg ditambah kloroform 50 mL

Konsentrasi sebenarnya : 50,1 mg/0,05 L = 1002 ppm

Deret konsentrasi :

Sampel 100 ppm Sampel 500 ppm

V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1002 ppm = 10 mL x 100ppm V1 x 1002 ppm = 10 mL x 500ppm

V1 = 0,998 mL 1,0 mL ad 10,0 mL V1 = 4,990 mL ~ 5,0 mL ad 10,0 mL

Sampel 200 ppm Sampel 600 ppm

V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1002 ppm = 10 mL x 200ppm V1 x 1002 ppm = 10 mL x 600ppm

V1 = 1,996 mL ~ 2,0 mL ad 10,0 mL V1 = 5,986 mL ~ 6,0 mL ad 10,0 mL

Sampel 300 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

Sampel 700 ppm

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1002 ppm = 10 mL x 300 ppm V1 x 1002 ppm = 10 mL x 700ppm

V1 = 2,994 mL ~ 3,0 mL ad 10,0 mL V1 = 6,986 mL ~ 7,0 mL ad 10,0 mL

Sampel 400 ppm Sampel 800 ppm

V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 1002 ppm = 10 mL x 400ppm V1 x 1002 ppm = 10 mL x 800ppm

V1 = 3,992 mL ~ 4,0 mL ad 10,0 mL V1 = 7,984 mL ~ 8,0 mL ad 10,0 mL

81

Lampiran 17. Data Pengukuran Penurunan Kadar Kolesterol Sampel

% Penurunan Kolesterol = x 100%

Contoh perhitungan pada perbandingan 0 : 1

% Penurunan Kolesterol

a. Perbandingan 0 : 1

ReplikasiKonsentrasi

SampelAbsorbansi

KontrolAbsorbansi

Sampel% Penurunan kadar

kolesterol

ReplikasiI

sampel 100 ppm

0,5947

0,303 49,04 %sampel 200 ppm 0,292 50,89 %sampel 300 ppm 0,284 52,24 %sampel 400 ppm 0,275 53,76 %sampel 500 ppm 0,259 56,45 %sampel 600 ppm 0,278 53,25 %sampel 700 ppm 0,287 51,74 %Sampel 800 ppm 0,297 50,06 %

ReplikasiII

sampel 100 ppm

0,5922

0,294 50,38 %sampel 200 ppm 0,287 51,54 %sampel 300 ppm 0,273 53,90 %sampel 400 ppm 0,268 54,74 %sampel 500 ppm 0,258 56,43 %sampel 600 ppm 0,266 55,08 %sampel 700 ppm 0,280 52,72 %Sampel 800 ppm 0.291 50,86 %

ReplikasiIII

sampel 100 ppm

0,5972

0,318 46,75 %sampel 200 ppm 0,292 51,11 %sampel 300 ppm 0,282 52,78 %sampel 400 ppm 0,280 53,11 %sampel 500 ppm 0,258 56,80 %sampel 600 ppm 0,278 53,45 %sampel 700 ppm 0,279 53,28 %Sampel 800 ppm 0,297 50,27 %

82

b. Perbandingan 1 : 0

ReplikasiKonsentrasi

SampelAbsorbansi

KontrolAbsorbansi

Sampel% Penurunan kadar

kolesterol

ReplikasiI

sampel 100 ppm

0,5979

0,295 50,66 %sampel 200 ppm 0,288 51,83 %sampel 300 ppm 0,275 54,00 %sampel 400 ppm 0,270 54,84 %sampel 500 ppm 0,266 55,51 %sampel 600 ppm 0,269 55,01 %sampel 700 ppm 0,281 53,00 %Sampel 800 ppm 0,289 51,66 %

ReplikasiII

sampel 100 ppm

0,6154

0,307 50,11 %sampel 200 ppm 0,290 52,88 %sampel 300 ppm 0,286 53,53 %sampel 400 ppm 0,277 54,99 %sampel 500 ppm 0,261 57,59 %sampel 600 ppm 0,267 56,61 %sampel 700 ppm 0,274 55,48 %Sampel 800 ppm 0,285 53,69 %

ReplikasiIII

sampel 100 ppm

0,5930

0,310 47,72 %sampel 200 ppm 0,295 50,25 %sampel 300 ppm 0,283 52,28 %sampel 400 ppm 0,274 53,79 %sampel 500 ppm 0,262 55,82 %sampel 600 ppm 0,270 54,47 %sampel 700 ppm 0,283 52,28 %Sampel 800 ppm 0,298 49,75 %

c. Perbandingan 1 : 1

ReplikasiKonsentrasi

SampelAbsorbansi

KontrolAbsorbansi

Sampel% Penurunan

kadar kolesterol

ReplikasiI

sampel 100 ppm

0,5952

0,302 49,28 %sampel 200 ppm 0,295 50,44 %sampel 300 ppm 0,268 51,95 %sampel 400 ppm 0,277 53,46 %sampel 500 ppm 0,261 56,15 %sampel 600 ppm 0,275 53,79 %sampel 700 ppm 0,280 52,96 %Sampel 800 ppm 0,297 49,93 %

ReplikasiII

sampel 100 ppm

0,5978

0,314 47,47 %sampel 200 ppm 0,293 48,98 %sampel 300 ppm 0,289 51,66 %sampel 400 ppm 0,273 54,33 %sampel 500 ppm 0,261 56,34 %sampel 600 ppm 0,274 54,16 %sampel 700 ppm 0,282 52,83 %Sampel 800 ppm 0,293 50,99 %

Replikasi sampel 100 ppm 0,305 48,84 %

83

III

0,5962

sampel 200 ppm 0,291 51,19 %sampel 300 ppm 0,282 52,70 %sampel 400 ppm 0,273 54,21 %sampel 500 ppm 0,262 56,05 %sampel 600 ppm 0,279 53,20 %sampel 700 ppm 0,286 52,03 %Sampel 800 ppm 0,297 50,18 %

d. Perbandingan 2 : 1

ReplikasiKonsentrasi

SampelAbsorbansi

KontrolAbsorbansi

Sampel% Penurunan

kadar kolesterol

ReplikasiI

sampel 100 ppm

0,6628

0,312 52,93 %sampel 200 ppm 0,297 55,19 %sampel 300 ppm 0,287 56,69 %sampel 400 ppm 0,276 58,36 %sampel 500 ppm 0,259 60,92 %sampel 600 ppm 0,268 59,57 %sampel 700 ppm 0,276 58,36 %Sampel 800 ppm 0,286 56,85 %

ReplikasiII

sampel 100 ppm

0,6665

0,310 53,49 %sampel 200 ppm 0,295 55,74 %sampel 300 ppm 0,283 57,54 %sampel 400 ppm 0,274 58,59 %sampel 500 ppm 0,252 62,19 %sampel 600 ppm 0,265 60,69 %sampel 700 ppm 0,271 59,34 %Sampel 800 ppm 0,283 57,54 %

ReplikasiIII

sampel 100 ppm

0,6555

0,306 53,32 %sampel 200 ppm 0,292 55,45 %sampel 300 ppm 0,281 57,13 %sampel 400 ppm 0,269 58,96 %sampel 500 ppm 0,254 61,25 %sampel 600 ppm 0,266 59,42 %sampel 700 ppm 0,278 57,59 %Sampel 800 ppm 0,290 55,76 %

e. Perbandingan 1 : 2

Replikasi KonsentrasiSampel

AbsorbansiKontrol

AbsorbansiSampel % Penurunan kadar

kolesterol

ReplikasiI

sampel 100 ppm

0,6730

0,305 54,68 %sampel 200 ppm 0,294 56,32 %sampel 300 ppm 0,278 58,69 %sampel 400 ppm 0,265 60,62 %sampel 500 ppm 0,246 63,45 %sampel 600 ppm 0,272 59,58 %sampel 700 ppm 0,283 57,95 %Sampel 800 ppm 0,295 56,17 %sampel 100 ppm 0,308 54,57 %sampel 200 ppm 0,295 56,49 %

84

ReplikasiII

0,6780sampel 300 ppm 0,274 59,59 %sampel 400 ppm 0,262 61,36 %sampel 500 ppm 0,247 63,57 %sampel 600 ppm 0,271 60,03 %sampel 700 ppm 0,291 57,08 %Sampel 800 ppm 0,299 55,90 %

ReplikasiIII

sampel 100 ppm

0,6707

0,298 55,59 %sampel 200 ppm 0,267 60,19 %sampel 300 ppm 0,260 61,23 %sampel 400 ppm 0,252 62,43 %sampel 500 ppm 0,240 64,22 %sampel 600 ppm 0,260 61,23 %sampel 700 ppm 0,275 58,90 %Sampel 800 ppm 0,281 58,10 %

85

Lampiran 18. Hasil Persen Penurunan Kadar Kolesterol

% Penurunan Kolesterol Perbandingan 1 : 0

Konsentrasi ReplikasiI ReplikasiII ReplikasiIII Rata-rata %100 ppm 50,66 % 50,11 % 47,72 % 49,49 %200 ppm 51,83 % 52,88 % 50,25 % 51,65 %300 ppm 54,00 % 53,53 % 52,28 % 53,50 %400 ppm 54,84 % 54,99 % 53,79 % 54,54 %500 ppm 55,51 % 57,59 % 55,82 % 56,31 %600 ppm 55,01 % 56,61 % 54,47 % 55,36 %700 ppm 53,00 % 55,48 % 52,28 % 53,59 %800 ppm 51,66 % 53,69 % 49,75 % 51,80 %

% Penurunan Kolesterol Perbandingan 0 : 1

Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata %

100 ppm 49,04 % 50,35 % 46,75 % 49,72 %200 ppm 50,89 % 51,54 % 51,11 % 51,18 %300 ppm 52,24 % 53,90 % 52,78 % 52,96 %400 ppm 53,76 % 54,74 % 53,11 % 53,87 %500 ppm 56,45 % 56,43 % 56,80 % 56,56 %600 ppm 53,25 % 55,08 % 53,45 % 53,93 %700 ppm 51,74 % 52,72 % 53,28 % 52,58 %800 ppm 50,56 % 50,86 % 50,27 % 50,56 %

% Penurunan Kolesterol Perbandingan 1 : 1

Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata %100 ppm 49,26 % 47,47 % 48,84 % 48,52 %200 ppm 50,44 % 48,98 % 51,19 % 50,20 %300 ppm 51,95 % 51,66 % 52,70 % 52,10 %400 ppm 53,46 % 54,33 % 54,21 % 54,00 %500 ppm 56,15 % 56,34 % 56,05 % 56,18 %600 ppm 53,79 % 54,16 % 53,20 % 53,72 %700 ppm 52,96 % 52,83 % 52,03 % 52,61 %800 ppm 49,93 % 50,99 % 50,18 % 50,37 %

% Penurunan Kolesterol Perbandingan 2 : 1

Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata %100 ppm 52,93 % 53,49 % 53,32 % 53,25 %200 ppm 55,19 % 55,74 % 55,45 % 53,46 %300 ppm 56,69 % 57,54 % 57,13 % 57,13 %400 ppm 58,36 % 58,59 % 58,96 % 58,74 %500 ppm 60,92 % 62,19 % 61,25 % 61,45 %600 ppm 59,57 % 60,69 % 59,42 % 59,89 %700 ppm 58,36 % 59,34 % 57,59 % 58,43 %800 ppm 56,85 % 57,54 % 55,76 % 56,71 %

% Penurunan Kolesterol Perbandingan 1 : 2

86

Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata %100 ppm 54,68 % 54,57 % 55,59 % 54,95 %200 ppm 56,32 % 56,49 % 60,19 % 57,67 %300 ppm 58,69 % 59,59 % 61,23 % 59,84 %400 ppm 60,62 % 61,36 % 62,43 % 61,47 %500 ppm 63,45 % 63,57 % 64,22 % 63,75 %600 ppm 59,58 % 60,03 % 61,23 % 60,38 %700 ppm 57,95 % 57,08 % 58,90 % 58,01%800 ppm 56,17 % 55,90 % 58,10 % 56,72 %

87

Lampiran 19. Data Penimbangan Bahan Ekstrak

1. Daun Salam

Berat cawan + ekstrak = 164,647 g

Berat cawan kosong = 140,438 g _

Berat ekstrak = 24,209 g

Rendemen ekstrak = x 100%

2. Daun Dewandaru

Berat cawan + ekstrak = 182,385 g

Berat cawan kosong = 153,753 g _

Berat ekstrak = 28,632 g

Rendemen ekstrak = x 100%

88

89

Lampiran 21. Hasil Analisa Data SPSS

Explore

sampel

Case Processing Summary

Sampel

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persen penurunan

kolesterol

Daun salam : daun

dewandarui (1:0)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%

Daun salam : daun

dewandaru (2:1)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%

Daun salam : daun

dewandaru (1:1)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%

Daun salam : daun

dewandaru (1:2)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%

Daun salam : daun

dewandaru (0:1)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%

90

Descriptives

Persen penurunan kolesterol

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum

Maximu

m

Lower

Bound

Upper

Bound

Daun salam : daun

dewandarui (1:0)21 51.8871 2.07968 .45382 50.9405 52.8338 47.77 56.62

Daun salam : daun

dewandaru (2:1)21 57.4648 3.36952 .73529 55.9310 58.9985 50.14 63.66

Daun salam : daun

dewandaru (1:1)21 55.2748 2.49801 .54511 54.1377 56.4118 50.87 59.61

Daun salam : daun

dewandaru (1:2)21 60.0271 3.28350 .71652 58.5325 61.5218 53.26 65.79

Daun salam : daun

dewandaru (0:1)21 53.4100 2.71668 .59283 52.1734 54.6466 46.21 57.21

Total 105 55.6128 4.01756 .39207 54.8353 56.3903 46.21 65.79

Tests of Normality

Sampel

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Persen penurunan

kolesterol

Daun salam : daun

dewandarui (1:0).137 21 .200* .983 21 .965

Daun salam : daun

dewandaru (2:1).094 21 .200* .973 21 .808

Daun salam : daun

dewandaru (1:1).089 21 .200* .971 21 .758

Daun salam : daun

dewandaru (1:2).090 21 .200* .981 21 .933

Daun salam : daun

dewandaru (0:1).115 21 .200* .942 21 .240

a. Lilliefors Significance Correction

91

Tests of Normality

Sampel

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Persen penurunan

kolesterol

Daun salam : daun

dewandarui (1:0).137 21 .200* .983 21 .965

Daun salam : daun

dewandaru (2:1).094 21 .200* .973 21 .808

Daun salam : daun

dewandaru (1:1).089 21 .200* .971 21 .758

Daun salam : daun

dewandaru (1:2).090 21 .200* .981 21 .933

Daun salam : daun

dewandaru (0:1).115 21 .200* .942 21 .240

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Persen penurunan kolesterol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.361 4 100 .253

Oneway

ANOVA

Persen penurunan kolesterol

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 877.029 4 219.257 27.352 .000

Within Groups 801.610 100 8.016

Total 1678.639 104

Post Hoc Tests

92

Multiple Comparisons

Persen penurunan kolesterol

Tukey HSD

(I) sampel (J) sampel

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Daun salam : daun

dewandarui (1:0)

Daun salam : daun

dewandaru (2:1)-5.57762* .87375 .000 -8.0051 -3.1502

Daun salam : daun

dewandaru (1:1)-3.38762* .87375 .002 -5.8151 -.9602

Daun salam : daun

dewandaru (1:2)-8.14000* .87375 .000 -10.5674 -5.7126

Daun salam : daun

dewandaru (0:1)-1.52286 .87375 .413 -3.9503 .9046

Daun salam : daun

dewandaru (2:1)

Daun salam : daun

dewandarui (1:0)5.57762* .87375 .000 3.1502 8.0051

Daun salam : daun

dewandaru (1:1)2.19000 .87375 .097 -.2374 4.6174

Daun salam : daun

dewandaru (1:2)-2.56238* .87375 .033 -4.9898 -.1349

Daun salam : daun

dewandaru (0:1)4.05476* .87375 .000 1.6273 6.4822

Daun salam : daun

dewandaru (1:1)

Daun salam : daun

dewandarui (1:0)3.38762* .87375 .002 .9602 5.8151

Daun salam : daun

dewandaru (2:1)-2.19000 .87375 .097 -4.6174 .2374

Daun salam : daun

dewandaru (1:2)-4.75238* .87375 .000 -7.1798 -2.3249

Daun salam : daun

dewandaru (0:1)1.86476 .87375 .214 -.5627 4.2922

Daun salam : daun

dewandaru (1:2)

Daun salam : daun

dewandarui (1:0)8.14000* .87375 .000 5.7126 10.5674

Daun salam : daun

dewandaru (2:1)

2.56238* .87375 .033 .1349 4.9898

93

Daun salam : daun

dewandaru (1:1)4.75238* .87375 .000 2.3249 7.1798

Daun salam : daun

dewandaru (0:1)6.61714* .87375 .000 4.1897 9.0446

Daun salam : daun

dewandaru (0:1)

Daun salam : daun

dewandarui (1:0)1.52286 .87375 .413 -.9046 3.9503

Daun salam : daun

dewandaru (2:1)-4.05476* .87375 .000 -6.4822 -1.6273

Daun salam : daun

dewandaru (1:1)-1.86476 .87375 .214 -4.2922 .5627

Daun salam : daun

dewandaru (1:2)-6.61714* .87375 .000 -9.0446 -4.1897

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Konsentrasi

94

Case Processing Summary

Konsentras

i

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persen penurunan

kolesterol

100 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

200 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

300 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

400 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

500 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

600 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

700 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Descriptives

Persen penurunan kolesterol

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound

100 ppm 15 51.8200 2.80934 .72537 50.2642 53.3758 46.21 55.70

200 ppm 15 54.2440 2.96209 .76481 52.6036 55.8844 49.12 58.34

300 ppm 15 56.1080 3.20285 .82697 54.3343 57.8817 51.31 62.28

400 ppm 15 57.7353 3.57534 .92315 55.7554 59.7153 51.65 64.91

500 ppm 15 59.7007 3.76951 .97328 57.6132 61.7882 53.67 65.79

600 ppm 15 56.0700 3.24493 .83784 54.2730 57.8670 51.82 62.72

700 ppm 15 53.6113 3.24439 .83770 51.8146 55.4080 48.81 59.68

Total 105 55.6128 4.01756 .39207 54.8353 56.3903 46.21 65.79

95

Tests of Normality

Konsentras

i

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Persen penurunan

kolesterol

100 ppm .119 15 .200* .960 15 .699

200 ppm .115 15 .200* .946 15 .460

300 ppm .136 15 .200* .971 15 .869

400 ppm .130 15 .200* .977 15 .941

500 ppm .146 15 .200* .946 15 .461

600 ppm .131 15 .200* .949 15 .501

700 ppm .221 15 .047 .919 15 .185

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Persen penurunan kolesterol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.380 6 98 .890

Oneway

ANOVA

Persen penurunan kolesterol

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 629.023 6 104.837 9.788 .000

Within Groups 1049.616 98 10.710

Total 1678.639 104

Post Hoc Tests

96

Multiple Comparisons

Persen penurunan kolesterol

Tukey HSD

(I)

Konsentrasi

(J)

Konsentrasi

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

100 ppm 200 ppm -2.42400 1.19501 .404 -6.0215 1.1735

300 ppm -4.28800* 1.19501 .009 -7.8855 -.6905

400 ppm -5.91533* 1.19501 .000 -9.5129 -2.3178

500 ppm -7.88067* 1.19501 .000 -11.4782 -4.2831

600 ppm -4.25000* 1.19501 .010 -7.8475 -.6525

700 ppm -1.79133 1.19501 .745 -5.3889 1.8062

200 ppm 100 ppm 2.42400 1.19501 .404 -1.1735 6.0215

300 ppm -1.86400 1.19501 .708 -5.4615 1.7335

400 ppm -3.49133 1.19501 .063 -7.0889 .1062

500 ppm -5.45667* 1.19501 .000 -9.0542 -1.8591

600 ppm -1.82600 1.19501 .727 -5.4235 1.7715

700 ppm .63267 1.19501 .998 -2.9649 4.2302

300 ppm 100 ppm 4.28800* 1.19501 .009 .6905 7.8855

200 ppm 1.86400 1.19501 .708 -1.7335 5.4615

400 ppm -1.62733 1.19501 .820 -5.2249 1.9702

500 ppm -3.59267 1.19501 .051 -7.1902 .0049

600 ppm .03800 1.19501 1.000 -3.5595 3.6355

700 ppm 2.49667 1.19501 .367 -1.1009 6.0942

400 ppm 100 ppm 5.91533* 1.19501 .000 2.3178 9.5129

200 ppm 3.49133 1.19501 .063 -.1062 7.0889

300 ppm 1.62733 1.19501 .820 -1.9702 5.2249

500 ppm -1.96533 1.19501 .654 -5.5629 1.6322

600 ppm 1.66533 1.19501 .804 -1.9322 5.2629

700 ppm 4.12400* 1.19501 .014 .5265 7.7215

500 ppm 100 ppm 7.88067* 1.19501 .000 4.2831 11.4782

97

200 ppm 5.45667* 1.19501 .000 1.8591 9.0542

300 ppm 3.59267 1.19501 .051 -.0049 7.1902

400 ppm 1.96533 1.19501 .654 -1.6322 5.5629

600 ppm 3.63067* 1.19501 .046 .0331 7.2282

700 ppm 6.08933* 1.19501 .000 2.4918 9.6869

600 ppm 100 ppm 4.25000* 1.19501 .010 .6525 7.8475

200 ppm 1.82600 1.19501 .727 -1.7715 5.4235

300 ppm -.03800 1.19501 1.000 -3.6355 3.5595

400 ppm -1.66533 1.19501 .804 -5.2629 1.9322

500 ppm -3.63067* 1.19501 .046 -7.2282 -.0331

700 ppm 2.45867 1.19501 .386 -1.1389 6.0562

700 ppm 100 ppm 1.79133 1.19501 .745 -1.8062 5.3889

200 ppm -.63267 1.19501 .998 -4.2302 2.9649

300 ppm -2.49667 1.19501 .367 -6.0942 1.1009

400 ppm -4.12400* 1.19501 .014 -7.7215 -.5265

500 ppm -6.08933* 1.19501 .000 -9.6869 -2.4918

600 ppm -2.45867 1.19501 .386 -6.0562 1.1389

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kelompok

98

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persen penurunan

kolesterol

perbandingan 1:0

konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:0

konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:0

konsentrasi 300 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:0

konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:0

konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:0

konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:0

konsentrasi 700 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 2:1

konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 2:1

konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 2:1

konsentrasi 300 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 2:1

konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 2:1

konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 2:1

konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 2:1

konsentrasi 700 ppm

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

99

perbandingan 1:1

konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:1

konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:1

konsentrasi 300 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:1

konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:1

konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:1

konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:1

konsentrasi 700 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:2

konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:2

konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:2

konsentrasi 300 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:2

konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:2

konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:2

konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 1:2

konsentrasi 700 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 0:1

konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 0:1

konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 0:1

konsentrasi 300 ppm

3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

100

perbandingan 0:1

konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 0:1

konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 0:1

konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

perbandingan 0:1

konsentrasi 700 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Descriptives

Persen penurunan kolesterol

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum

Maximu

m

Lower

Bound

Upper

Bound

perbandingan 1:0

konsentrasi 100 ppm3 49.0833 1.14177 .65920 46.2470 51.9196 47.77 49.84

perbandingan 1:0

konsentrasi 200 ppm3 50.3767 1.10392 .63735 47.6344 53.1189 49.12 51.19

perbandingan 1:0

konsentrasi 300 ppm3 52.1200 .88221 .50935 49.9285 54.3115 51.31 53.06

perbandingan 1:0

konsentrasi 400 ppm3 53.3567 1.47832 .85351 49.6843 57.0290 51.65 54.24

perbandingan 1:0

konsentrasi 500 ppm3 55.0467 1.48480 .85725 51.3582 58.7351 53.67 56.62

perbandingan 1:0

konsentrasi 600 ppm3 52.2867 .62748 .36228 50.7279 53.8454 51.82 53.00

perbandingan 1:0

konsentrasi 700 ppm3 50.9400 .26907 .15535 50.2716 51.6084 50.64 51.16

perbandingan 2:1

konsentrasi 100 ppm3 52.8700 2.37228 1.36963 46.9769 58.7631 50.14 54.43

perbandingan 2:1

konsentrasi 200 ppm3 56.1467 .59501 .34353 54.6686 57.6247 55.49 56.65

101

perbandingan 2:1

konsentrasi 300 ppm3 57.9633 1.04773 .60491 55.3606 60.5660 56.85 58.93

perbandingan 2:1

konsentrasi 400 ppm3 59.6733 1.77824 1.02667 55.2559 64.0907 58.06 61.58

perbandingan 2:1

konsentrasi 500 ppm3 62.8000 .76864 .44377 60.8906 64.7094 62.18 63.66

perbandingan 2:1

konsentrasi 600 ppm3 57.7633 1.02627 .59252 55.2139 60.3127 57.00 58.93

perbandingan 2:1

konsentrasi 700 ppm3 55.0367 2.83073 1.63432 48.0047 62.0686 51.85 57.26

perbandingan 1:1

konsentrasi 100 ppm3 52.7733 1.38019 .79685 49.3447 56.2019 51.50 54.24

perbandingan 1:1

konsentrasi 200 ppm3 54.3000 .93215 .53818 51.9844 56.6156 53.57 55.35

perbandingan 1:1

konsentrasi 300 ppm3 55.9800 .43715 .25239 54.8941 57.0659 55.48 56.29

perbandingan 1:1

konsentrasi 400 ppm3 57.4000 .43278 .24987 56.3249 58.4751 56.91 57.73

perbandingan 1:1

konsentrasi 500 ppm3 59.3433 .24440 .14111 58.7362 59.9505 59.13 59.61

perbandingan 1:1

konsentrasi 600 ppm3 54.7200 1.04933 .60583 52.1133 57.3267 53.73 55.82

perbandingan 1:1

konsentrasi 700 ppm3 52.4067 1.45775 .84163 48.7854 56.0279 50.87 53.77

perbandingan 1:2

konsentrasi 100 ppm3 54.8367 1.36749 .78952 51.4396 58.2337 53.26 55.70

perbandingan 1:2

konsentrasi 200 ppm3 58.2033 .13051 .07535 57.8791 58.5275 58.08 58.34

perbandingan 1:2

konsentrasi 300 ppm3 60.5933 1.74792 1.00916 56.2513 64.9354 58.79 62.28

perbandingan 1:2

konsentrasi 400 ppm3 62.7367 1.99453 1.15154 57.7820 67.6913 60.99 64.91

perbandingan 1:2

konsentrasi 500 ppm3 64.5467 1.08786 .62807 61.8443 67.2491 63.77 65.79

perbandingan 1:2

konsentrasi 600 ppm3 60.9300 1.82074 1.05121 56.4070 65.4530 59.08 62.72

102

perbandingan 1:2

konsentrasi 700 ppm3 58.3433 1.17738 .67976 55.4185 61.2681 57.46 59.68

perbandingan 0:1

konsentrasi 100 ppm3 49.5367 2.96958 1.71449 42.1598 56.9135 46.21 51.92

perbandingan 0:1

konsentrasi 200 ppm3 52.1933 1.12594 .65006 49.3964 54.9903 51.14 53.38

perbandingan 0:1

konsentrasi 300 ppm3 53.8833 .20033 .11566 53.3857 54.3810 53.69 54.09

perbandingan 0:1

konsentrasi 400 ppm3 55.5100 .67735 .39107 53.8274 57.1926 55.07 56.29

perbandingan 0:1

konsentrasi 500 ppm3 56.7667 .44501 .25693 55.6612 57.8721 56.32 57.21

perbandingan 0:1

konsentrasi 600 ppm3 54.6500 .94064 .54308 52.3133 56.9867 53.69 55.57

perbandingan 0:1

konsentrasi 700 ppm3 51.3300 2.18248 1.26005 45.9084 56.7516 48.81 52.61

Total 105 55.6128 4.01756 .39207 54.8353 56.3903 46.21 65.79

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Persen penurunan

kolesterol

perbandingan 1:0

konsentrasi 100 ppm.354 3 . .822 3 .167

perbandingan 1:0

konsentrasi 200 ppm.323 3 . .879 3 .322

perbandingan 1:0

konsentrasi 300 ppm.225 3 . .984 3 .756

perbandingan 1:0

konsentrasi 400 ppm.378 3 . .767 3 .039

perbandingan 1:0

konsentrasi 500 ppm.219 3 . .987 3 .780

perbandingan 1:0

konsentrasi 600 ppm

.320 3 . .884 3 .337

103

perbandingan 1:0

konsentrasi 700 ppm.284 3 . .934 3 .503

perbandingan 2:1

konsentrasi 100 ppm.356 3 . .818 3 .157

perbandingan 2:1

konsentrasi 200 ppm.268 3 . .950 3 .570

perbandingan 2:1

konsentrasi 300 ppm.222 3 . .985 3 .768

perbandingan 2:1

konsentrasi 400 ppm.232 3 . .980 3 .726

perbandingan 2:1

konsentrasi 500 ppm.289 3 . .927 3 .477

perbandingan 2:1

konsentrasi 600 ppm.320 3 . .884 3 .337

perbandingan 2:1

konsentrasi 700 ppm.300 3 . .913 3 .429

perbandingan 1:1

konsentrasi 100 ppm.222 3 . .985 3 .768

perbandingan 1:1

konsentrasi 200 ppm.301 3 . .912 3 .423

perbandingan 1:1

konsentrasi 300 ppm.335 3 . .858 3 .263

perbandingan 1:1

konsentrasi 400 ppm.311 3 . .897 3 .378

perbandingan 1:1

konsentrasi 500 ppm.253 3 . .964 3 .637

perbandingan 1:1

konsentrasi 600 ppm.208 3 . .992 3 .826

perbandingan 1:1

konsentrasi 700 ppm.214 3 . .989 3 .803

perbandingan 1:2

konsentrasi 100 ppm.366 3 . .796 3 .105

perbandingan 1:2

konsentrasi 200 ppm

.207 3 . .992 3 .831

104

perbandingan 1:2

konsentrasi 300 ppm.193 3 . .997 3 .890

perbandingan 1:2

konsentrasi 400 ppm.251 3 . .966 3 .644

perbandingan 1:2

konsentrasi 500 ppm.333 3 . .862 3 .273

perbandingan 1:2

konsentrasi 600 ppm.180 3 . .999 3 .945

perbandingan 1:2

konsentrasi 700 ppm.317 3 . .889 3 .351

perbandingan 0:1

konsentrasi 100 ppm.291 3 . .924 3 .468

perbandingan 0:1

konsentrasi 200 ppm.214 3 . .989 3 .804

perbandingan 0:1

konsentrasi 300 ppm.193 3 . .997 3 .890

perbandingan 0:1

konsentrasi 400 ppm.359 3 . .811 3 .141

perbandingan 0:1

konsentrasi 500 ppm.176 3 . 1.000 3 .988

perbandingan 0:1

konsentrasi 600 ppm.184 3 . .999 3 .930

perbandingan 0:1

konsentrasi 700 ppm.382 3 . .758 3 .018

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Persen penurunan kolesterol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.442 34 70 .001

105

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Persen penurunan kolesterol

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1547.180a 34 45.505 24.231 .000

Intercept 324741.825 1 324741.825 1.729E5 .000

kelompokperbandingan 1547.180 34 45.505 24.231 .000

Error 131.460 70 1.878

Total 326420.465 105

Corrected Total 1678.639 104

a. R Squared = ,922 (Adjusted R Squared = ,884)

Post Hoc Tests

KeteranganPerbandingan Daun Salam : Daun Dewandaru

Konsentrasi 100 ppm Konsentrasi 200 Konsentrasi 300 Konsentrasi 400 Konsentrasi 500 Konsentrasi 600 Konsentrasi 7001 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Perbandingan daun S

alam dan D

aun Dew

andaru

Konsentrasi 100

1   TB TB B TB TB B B B TB TB B B B B TB B B B B B B B B B TB B B B B TB B TB B TB2 TB   TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB3 TB TB   TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB4 B TB TB   B TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TB5 TB TB TB B   TB B B B TB TB B B B TB TB B B B B B B B B B TB B B B TB TB B TB B TBK

onsentrasi 200

1 TB TB TB TB TB   B TB B TB TB B B B TB TB B B B B B B B B B TB B TB B TB TB B TB B TB2 B TB TB TB B B   TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB TB TB B3 B TB TB TB B TB TB   TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TB4 B B B TB B B TB TB   B B TB TB TB TB B TB TB B TB TB B TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB B5 TB TB TB TB TB TB TB TB B   TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B B TB B TB B TB TB TB TB B TBK

onsentrasi 300

1 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB   B TB B TB TB B B B TB TB B B B B TB B TB B TB TB TB TB B TB2 B B B TB B B TB TB TB B B   TB TB TB B TB TB B TB TB B TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB B3 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB   B TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB TB TB B4 B B B B B B TB B TB B B TB B   B B TB TB TB B B TB TB TB TB B TB B TB B B B B TB B5 B TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB B   TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TBK

onsentrasi 400

1 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB   B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB B TB2 B B B B B B TB B TB B B TB TB TB B B   TB TB TB B TB TB B TB B TB B TB B B B B TB B3 B B B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB   B TB TB B TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB B4 B B B B B B B B B B B B B TB B B TB B   B B TB TB TB B B B B TB B B B B TB B5 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB TB TB B   TB B TB TB B TB TB TB B TB B TB TB TB TBK

onsentrasi 500

1 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB   B TB B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TB2 B B B B B B B B B B B B B TB B B TB B TB B B   TB TB B B B B TB B B B B TB B3 B B B B B B TB B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB   B TB B TB B TB B B TB B TB B4 B B B B B B B B B B B B B TB B B B B TB B B TB B   B B B B TB B B B B B B5 B TB TB TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B   B TB TB TB TB B TB TB TB BK

onsentrasi 600

1 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B B   B TB B TB TB TB TB B TB2 B B B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB B   TB TB TB B TB B TB B3 B TB TB TB B TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB TB   B TB TB TB TB TB TB4 B B B B B B B B TB B B TB B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB B TB B   B B B B TB B5 B TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B   TB TB TB TB TBK

onsentrasi 700

1 TB TB TB TB TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B B TB B B B B TB B TB B TB   TB TB B TB2 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB TB   TB TB TB3 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B TB TB B TB B TB TB TB   B TB4 B B B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TB TB B TB B TB TB TB TB B TB B   B5 TB TB TB TB TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B TB TB B B B B TB B TB B TB TB TB TB B  

Keterangan : 1 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (1:0)2 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (2:1)3 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (1:1)4 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (1:2)5 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (0:1)B Berbeda Signifikan jika < 0,05

TB Tidak Berbeda Signifikan jika > 0,05

106