PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK
ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)
DAN EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.)
TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang
Muawanah
1041111098
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG
2015
i
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muawanah
NIM : 1041111098
Judul Skripsi : Pengaruh Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) Dan Ekstrak
Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Secara In Vitro
Tahun Pembuatan : 2015
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah skripsi saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, April 2015
Muawanah
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’, (yaitu) orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan
menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”
(Surah Al-Baqarah:45-46)
“The best preparation for good work tomorrow is to do good work
today”
(Elbert Hubbard)
Ku persembahkan untuk :
Allah SWT atas ungkapan rasa syukurku...
Kedua orangtuaku tercinta Bapak Soetedjo dan Ibu Suedah atas doa dan dukungan yang tiada henti dan sebagai ungkapan rasa sayang dan
baktiku...
Ayahku Hadi Pamungkasrin, saudaraku Mbak Lis, Mbak Eny, Mbak Uci, Mbak Tia, dan Bu.
Kartini sebagai ungkapan rasa sayangku...
Teman seperjuanganku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya...
Kost Pink&ijo yang sudah menjadi teman, sahabat dan keluarga keduaku terimakasih atas
dukungan kalian…
iv
PRAKATA
Pujisyukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium
polyanthum (Wight.) Walp.) dan Ekstrak Etanol Daun Dewandaru (Eugenia
uniflora L.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Secara In Vitro”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi S1 Farmasi Sekolah TinggiIlmu Farmasi “Yayasan Pharmasi”
Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Erlita Verdia Mutiara, M.Si., Apt, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
“YAYASAN PHARMASI” Semarang.
2. Intan Martha Cahyani, M.Sc., Apt., Ketua Program Studi S1 Farmasi Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang.
3. Drs. Sukirno, Apt., Dosen pembimbing I yang telah memberikan motivasi,
bimbingan, nasehat, pengarahan, dan petunjuk yang sangat bermanfaat
selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Etty Sulistyowati, ST., M.Sc., Dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan,kritik, pertimbangan dan saran selama proses
penyelesaian skripsi ini.
vi
5. Dra. Eka Susanti Hp., Apt., Dosen penguji I yang telah memberikan nasehat,
pengarahan,dan saran dalam penyusunan skripsi ini dan selama proses belajar
mengajar.
6. A.A Hesti Wulan S., S.Si., Apt., Dosen penguji II yang telah memberikan
nasehat dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
7. Drs. Agus Suprijono, M.Kes., Apt., Dosen Wali atas segala nasehat,
bimbingan, dan dukungan yang diberikan selama proses belajar hingga
terselesaikannya skripsi.
8. Kepada seluruh dosen, staf, karyawan dan pekarya yang telah membantu dan
bekerja sama semasa perkuliahan serta dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Keluargaku, Ayahku, dan sahabat-sahabatku yang tidak pernah lelah
memberikan semangat dan dukungan dalam tiap langkahku.
10. Teman-teman kerja penelitian (Mbak Alfi, Mbak Yeny, Wuri, Hanny, Ratna,
Latifah, Billa, Bibib, Titis, Pian, Lilik, Iqbal, Yosi) yang telah membantu dan
memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
11. Teman-teman kost (Rahma, Indri, Yolanda, Muzenah, Sherly, Agnes, Lisa)
yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi dalam
penelitian selanjutnya.
Semarang, April 2015
Penulis
vii
SARI
Perubahan gaya hidup dan pola makan sebagai penyebab salah satu terjadinya suatu penyakit, serta rendahnya aktivitas tubuh menyebabkan pembentukan kolesterol tinggi dalam darah (hiperkolesterolemia). Kadar kolesterol yang tinggi didalam tubuh berbahaya karena akan mengakibatkan aterosklerosis dan jika berlangsung lama akan menyebabkan penyakit stroke dan jantung. Daunsalam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)dan daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) merupakan simplisia tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional antikolesterol.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol daunsalam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)dan daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in vitro.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah remaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Analisis kualitatif digunakan reaksi warna dan KLT. Penetapan kadar kolesterol dilakukan dengan menggunakan metode Liebermann-Burchard. Masing-masing ekstrak dan kombinasinya dibuat seri konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 ppm. Pada kombinasi ekstrak digunakan perbandingan 1:0 ; 2:1 ; 1:1 ; 1:2 ; 0:1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun salam dengan ekstrak etanol dewandaru pada perbandingan 1:2 mempunyai kemampuan paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol secara in vitro dengan persentase sebesar 64,55%. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji anava. Hasil statistika menunjukkan bahwa ada perbedaan antara ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol dewandaru serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in vitro.
Kata kunci: Daun salam, daun dewandaru, penurunan kolesterol, Liebermann-Burchard
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMANJUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv
PRAKATA........................................................................................................ v
SARI................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ....................................... 6
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6
2.1.1 Tinjauan Tanaman Salam .............................................................. 6
2.1.1.1 Sistematika Tanaman Salam............................................... 6
2.1.1.2 Morfologi Tanaman Salam................................................. 7
2.1.1.3 Kandungan Kimia Daun Salam ......................................... 8
2.1.1.4 Manfaat Daun Salam........................................................... 8
2.1.2 Tinjauan Tanaman Dewandaru....................................................... 8
2.1.2.1 Sistematika Tanaman Dewandaru ...................................... 9
2.1.2.2 Morfologi Tanaman Dewandaru ........................................ 10
2.1.2.3 Kandungan Kimia Daun Dewandaru ................................. 10
2.1.2.4 Manfaat Daun Dewandaru.................................................. 11
ix
2.1.3 Penapisan Fitokimia........................................................................ 11
2.1.3.1 Flavonoid............................................................................ 11
2.1.3.2 Saponin .............................................................................. 14
2.1.3.3 Tanin .................................................................................. 14
2.1.3.4 Fenol .................................................................................. 15
2.1.3.5 Polifenol ............................................................................. 16
2.1.4 Ekstraksi ......................................................................................... 16
2.1.4.1 Metode Remaserasi ............................................................ 17
2.1.5 Cairan Penyari................................................................................. 18
2.1.6 Kolesterol ....................................................................................... 19
2.1.6.1 Pengertian Kolesterol.......................................................... 19
2.1.6.2 Manfaat Kolesterol Dalam Tubuh ..................................... 21
2.1.6.3 Biosintesis Kolesterol ........................................................ 22
2.1.6.4 Metabolisme Kolesterol ..................................................... 23
2.1.7 Metode Penetapan Kadar Kolesterol Darah.................................... 24
2.1.8 Kromatografi .................................................................................. 25
2.1.8.1 Kromatografi Lapis Tipis ................................................... 26
2.1.9 Spektrofotometri Ultraviolet-Visible ............................................. 27
2.2 Hipotesis ................................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32
3.1 Obyek Penelitian ...................................................................................... 32
3.2 Sampel dan Teknik Sampling ................................................................... 32
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................... 32
3.4 Alat dan Bahan ......................................................................................... 33
3.4.1 Alat yang digunakan ..................................................................... 33
3.4.2 Bahan yang digunakan ................................................................. 33
3.5 Cara Kerja.................................................................................................. 34
3.5.1 Determinasi Tanaman Salam Dan Dewandaru ............................ 34
3.5.2 Penyiapan Simplisia ..................................................................... 34
3.5.3 Penyarian Sampel ......................................................................... 34
3.5.4 Uji Kualitatif Senyawa Aktif Ekstrak Etanol ............................... 35
x
3.5.5 Uji KLT Ekstrak Etanol................................................................ 36
3.5.6 Pengukuran Kadar Kolesterol ...................................................... 37
3.6 Skema Kerja ............................................................................................. 38
3.7 Analisis Data Hasil Penelitian................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 55
5.1 Simpulan.................................................................................................... 55
5.2 Saran.......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56
LAMPIRAN...................................................................................................... 60
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Warna Flavonoid Dengan Sinar Ultraviolet Dan Visibel........................... 13
2. Indeks Polaritas Pelarut............................................................................... 19
3. Kadar Kolesterol Total Untuk Orang Dewasa............................................ 21
4. Hasil Uji Kualitatif...................................................................................... 45
5. Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol .................................................................... 46
6. Hasil Rerata Persentase Penurunan Kadar Kolesterol ............................... 51
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Daun Salam .........................................................................7
2. Daun Dewandaru .........................................................................9
3. Struktur Flavonoid .......................................................................13
4. Struktur Tanin .......................................................................15
5. Struktur Kolesterol .......................................................................20
6. Biosintesis Kolesterol .......................................................................23
7. Diagram Sederhana Spektrofotometer ....................................................... 30
8. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Salam ............................... 38
9. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Dewandaru....................... 39
10. Skema kerja uji penurunan kolesterol kombinasi ekstrak etanol daun
salam dan ekstrak etanol daun dewandaru ................................................. 40
11. Reaksi Antara Kolesterol Dengan Pereaksi Liebermann-Burchard........... 48
12. Kurva Penurunan Kadar Kolesterol ........................................................... 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Pengambilan Sampel ...................................60
2. Surat Determinasi Tanaman Salam Dan Dewandaru ................................. 61
3. Sertifikat Analisis Baku Kolesterol ...................................63
4. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. ).......................... 64
5. Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.) ...................................65
6. Hasil Uji Kualitatif ...................................66
7. Hasil Uji KLT ...................................69
8. Alat Instrumen ...................................70
9. Penimbangan Kolesterol dan Koreksi Kadar ...................................71
10. Pembuatan Larutan Uji Kolesterol ...................................73
11. Pencarian Panjang Gelombang Maksimal ...................................74
12. Waktu Operating Time ...................................75
13. Deret Baku Kolesterol ...................................76
14. Penimbangan Sampel ...................................77
15. Pembuatan Sampel Perbandingan ...................................78
16. Pembuatan Dan Perhitungan Deret Sampel ...................................79
17. Data PengukuranPenurunan Kadar Kolesterol Sampel.............................. 80
18. Hasil Persen Penurunan Kadar Kolesterol ...................................83
19. Data Penimbangan Ekstrak ...................................84
20. Hasil Analisa Data SPSS ...................................85
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada perkembangan zaman yang modern ini gaya hidup dan pola makan
sebagai salah satu penyebab terjadinya suatu penyakit karena banyak masyarakat
yang kurang memperhatikan kandungan atau komponen dalam makanan yang
dikonsumsi setiap hari, salah satunya yaitu kolesterol.
Perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat modern serta rendahnya
aktivitas tubuh menyebabkan pembentukan kolesterol tinggi dalam darah atau
hiperkolesterolemia, yang merupakan salah satu penyebab penyakit jantung
koroner. Prevalensi penyakit kardiovaskuler semakin lama semakin meningkat.
Satu diantara tiga penduduk dunia pada 2001 meninggal karena penyakit
kardiovaskuler. World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan
Dunia telah mencatat sekitar 17 juta orang meninggal karena penyakit
kardiovaskuler (Widyaningsih, 2011:56).
Jumlah penderita kolesterol terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga
perlu upaya untuk dapat menguranginya (Soeharto, 2001:24). Salah satu upaya
terapi adalah dengan menggunakan obat sintesis. Harga obat yang mahal dan
lamanya waktu pengobatan menyebabkan obat sintesis tidak terjangkau untuk
masyarakat menengah ke bawah, sehingga obat tradisional menjadi pilihan
alternatif. Salah satu tanaman obat yang dimanfaatkan sebagai penurun kolesterol
1
adalah daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan daun dewandaru
(Eugenia uniflora L.).
Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dikenal masyarakat
Indonesia sebagai bumbu masakan karena memiliki keharuman khas yang bisa
menambah kelezatan masakan. Daun salam mempunyai rasa yang kelat dan
bersifat astringent. Bagian daun paling banyak digunakan sebagai pengobatan
secara tradisional untuk mengobati kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi,
gastritis, dan diare.
Daun salam mengandung flavonoid, tanin, saponin, minyak atsiri,
seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, dan karbohidrat. Selain itu
daun salam juga mengandung beberapa vitamin,antara lain vitamin C, vitamin A,
thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Bahkan mineral
seperti selenium terdapat di dalam kandungan daun salam. Kandungan flavonoid
pada daun salam diduga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.
Daun dewandaru merupakan tanaman yang mengandung senyawa seperti
sitronela, sineol, saponin, flavonoid, tanin, antosianin (Pepato dkk, 2011:44).
Daun dewandaru mengandung flavonoid, saponin, dan tanin yang diduga
memiliki aktivitas dapat menurunkan kolesterol. Daun dewandaru dapat berfungsi
sebagai penangkal radikal bebas dan antiinflamasi yang bertanggungjawab adanya
senyawa flavonoid (Utami, 2007:110).
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Fitriani (2005), menyebutkan bahwa
pemberian ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)
2
dengan konsentrasi 2 µg/mL dapat menurunkan kadar kolesterol. Sedangkan dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005) memperlihatkan pemberian
ekstrak etanol daun dewandaru memiliki aktivitas menangkap radikal pada
konsentrasi 8,87 µg/mL sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol.
Pada proses ekstraksi menggunakan metode remaserasi dengan pelarut
etanol 70%. Dalam Farmakope Herbal Indonesia metode ekstraksi cara maserasi
menggunakan pelarut etanol dan air. Kadar kolesterol diukur dengan
menggunakan metode Liebermann-Burchard. Prinsipnya ekstrak dalam kloroform
yang berisi kolesterol akan bereaksi dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat
pekat membentuk reaksi berwarna. Untuk pengukuran penurunan kadar kolesterol
menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol daun salam
dan ekstrak etanol dewandaru serta kombinasinya sebagai penurun kadar
kolesterol secara in vitro. Pemilihan kombinasi tersebut karenadaun salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) mempunyai sinonim Eugenia polyantha
merupakan tanaman satu genus dengan daun dewandaru (Eugenia uniflora L.).
Sejauh ini belum ada penelitian mengenai kombinasi tersebut sebagai
antikolesterol, sehingga nantinya dapat diketahui apakah dengan kombinasi
tersebut dalam menurunkan kadar kolesterol lebih baik daripada komposisi
tunggal dari masing-masing ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun
dewandaru.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Adakah perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol daun salam (Syzygium
polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia
uniflora L.) serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in
vitro?
2. Berapakah perbandingan kombinasi ekstrak etanol daun salam (Syzygium
polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia
uniflora L.) yang mempunyai kemampuan paling baik terhadap penurunan
kadar kolesterol secara in vitro?
1.3 Batasan Masalah
1. Sampel yang digunakan adalah daun salam dan daun dewandaru yang
diproduksi oleh PT. Temu Kencono, Gunungpati, Kota Semarang.
2. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi daun salam dan daun dewandaru
adalah etanol 70%.
3. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode remaserasi.
4. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan reaksi warna dan metode
pemisahan secara KLT.
5. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kadar kolesterol adalah
metode Liebermann-Burchard.
6. Konsentrasi yang digunakan dalam pengukuran sampel adalah 100, 200, 300,
400, 500, 600, dan 700 ppm.
4
7. Kolesterol yang diukur adalah kolesterol total.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol
daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun
dewandaru (Eugenia uniflora L.) serta kombinasinya terhadap penurunan
kadar kolesterol secara in vitro.
2. Untuk mengetahui perbandingan kombinasi ekstrak etanol daun salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru
(Eugenia uniflora L.) yang mempunyai kemampuan paling baik terhadap
penurunan kadar kolesterol secara in vitro.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan daun salam
dan daun dewandaru serta kombinasinya sebagai penurun kadar kolesterol.
2. Memberi manfaat secara khusus kepada para penderita kolesterol untuk
menggunakan daun salam dan daun dewandaru serta kombinasinya sebagai
pilihan dalam pengobatannya. Pengobatan dengan bahan alam mempunyai
efek samping lebih ringan dibandingkan dengan obat sintetik yang telah
beredar di pasaran, selain itu juga ringan dalam hal biaya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Tanaman Salam
Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang dipergunakan dalam
masakan nusantara. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama lain seperti ubar
serai (Melayu), manting (Jawa), gowok (Sunda) dan leaf (Inggris), sedangkan
nama ilmiahnya adalah Syzygium polyanthum (Wight). Walp. atau Eugenia
polyantha (Wight.) (Hariana, 2008:34).
2.1.1.1 Sistematika Tanaman Salam
Sistematika dari tanaman salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)
adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum
(Backer dan Van Den Brink,1965:276)
6
Gambar 1. Daun Salam Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. (Koleksi Pribadi)
2.1.1.2 Morfologi tanaman salam
Tanaman salam dikenal dengan nama latin Syzygium polyanthum (Wight.)
Walp. memiliki ciri morfologi sebagai berikut:
Daun berbentuk jorong, pangkal daunnya tidak bertoreh dengan bentuk
bangun bulat telur (ovatus), runcing pada ujung daun, pangkal daun tumpul
(obtusus), terdapat tulang cabang dan urat daun, daun bertulang menyirip
(penninervis), tepi daun rata (integer). Daun majemuk menyirip ganda
(bipinnatus) dengan jumlah anak daun yang ganjil, daging daun seperti perkamen
(perkamenteus), daunnya duduk, letak daun penumpu yang bebas terdapat di
kanan kiri pangkal tangkai daun disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae),
tangkai daunnya menebal di pangkal dan ujung, beraroma wangi dan baru dapat
digunakan bila sudah dikeringkan.
Batang tinggi berkisar antara 60 kaki hingga 90 kaki, bercabang-cabang,
biasanya tumbuh liar di hutan. Arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), berkayu
(lignosus) biasanya keras dan kuat, bentuk batangnya bulat (teres), permukaan
batangnya beralur (sulcatus), cara percabangannya monopodial karena batang
7
pokok selalu tampak jelas, arah tumbuh cabang tegak (fastigiatus) sebab sudut
antar batang dan cabang amat kecil, termasuk dalam tumbuhan menahun atau
tumbuhan keras karena dapat mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati.
Akar termasuk akar tunggang (radix primaria), berbentuk sebagai tombak
(fusiformis) karena pangkalnya besar dan meruncing ke ujung dengan serabut-
serabut akar sebagai percabangan disebut akar tombak, sifatnya akar tunjang
karena menunjang batang dari bagian bawah ke segala arah (Martina, L.2008:23).
2.1.1.3 Kandungan Kimia Daun Salam
Kandungan utama daun salam meliputi flavonoid, tanin, lakton, fenol,
steroid, saponin, karbohidrat, dan minyak atsiri. Selain itu daun salam juga
mengandung beberapa vitamin, diantaranya vitamin C, vitamin A, thiamin,
riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat (Sudarsono, 2002:67).
Pada ekstrak etanol daun salam mengandung flavonoid total tidak kurang
dari 1,14% dihitung sebagai kuersetin dan diduga mampu mengurangi kadar
kolesterol dalam tubuh (Depkes RI, 2010 : 119)
2.1.1.4 Manfaat Daun Salam
Daun salam memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan. Daun salam
sering digunakan sebagai obat nyeri perut, kolesterol tinggi, kencing manis,
hipertensi, gastritis, maag, dan diare (Dalimartha, 2000:45).
2.1.2 Tinjauan Tanaman Dewandaru
Dewandaru (Eugenia Uniflora L.) merupakan salah satu tumbuhan yang
banyak tersebar di pulau Jawa dan Sumatera. Tanaman ini didaerah Jawa dikenal
8
dengan nama asam selong, belimbing londo, dan dewandaru (Lestari, 2012:10).
Sedangkan di Sumatra dikenal dengan cereme asam. Batang dan daun dewandaru
mengandung saponin, flavonoid dan tanin. Daun dewandaru memiliki banyak
aktivitas, diantaranya antidiare danantioksidan melalui mekanisme penangkap
radikal bebas, pereduksidan pengkelat logam (Utami, 2007:110).
2.1.2.1 Sistematika Tanaman Dewandaru
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Eugenia
Spesies : Eugenia uniflor a L.
(Backer dan Van Den Brink,1965:167)
Gambar 2. Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) (Lestari, 2012: 7)
9
2.1.2.2 Morfologi Tanaman Dewandaru
Tanaman daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) berbentuk perdu tumbuh
secara tahunan dengan tinggi kurang lebih 5 meter. Batangnya tegak berkayu,
berbentuk bulat dan berwarna cokelat. Daun berwarna hijau serta merupakan daun
tunggal tersebar berbentuk lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing.
Tepi daun rata, tulang daun menyirip dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar
kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbentuk tunggal. Kelopak
bunga bertaju tiga sampai lima, benangsari yang dimiliki banyak dengan warna
putih. Putik berbentuk silindris, mahkota bunga berbentuk kuku dan berwarna
kuning. Buah dewandaru berbuah buni bulat dengan diameter kurang lebih 1,5 cm
dan berwarna merah. Bijinya keras, berwarna cokelat dan kecil. Akar yang
dimiliki berwarna cokelat, merupakan akar tunggang (Hutapea, 1994:29-30).
2.1.2.3 Kandungan Kimia Daun Dewandaru
Dewandaru (Eugenia uniflora L.) mengandung senyawa seperti sitronela,
sineol, terpenin, sesquiterpen, fenol, minyak atsiri seperti linalool, saponin,
flavonoid, tanin dan antosianin. Daun dan batang tanaman dewandaru yang sudah
diketahui mengandung tanin, saponin, dan flavonoid yang mampu menurunkan
kolesterol tinggi dalam tubuh (Hutapea,1994:30).
Ekstrak etanol daun dewandaru mengandung flavonoid kuersetin sebanyak
71 %. Dalam penelitian Utami (2005) menyatakan bahwa dalam ekstrak etanol
daun dewandaru yang mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan tanin
10
mempunyai aktivitas antiradikal bebas yang diduga dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah.
2.1.2.4 Manfaat Daun Dewandaru
Daun dewandaru digunakan sebagai obat diare. Dalam bentuk dekokta
digunakan untuk menurunkan kolesterol dan mengurangi tekanan darah, serta
memiliki aktivitas antiinflamasi yang sangat tinggi (Reynestson, 2007:39).
Penelitian Khotimah (2004), menyatakan bahwa daun dewandaru memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Shigella dysentriae, dan
Escherichia coli dengan konsentrasi MIC 3,125 %.
2.1.3 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif
untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan.
Pemeriksaan diarahkan pada senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat
sebagai kesehatan seperti flavonoid, saponin, tanin, fenol, dan polifenol
(Harborne, 1987:70).
2.1.3.1 Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat yang berwarna merah,
ungu, biru, dan kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon inti dasarnya, yang tersusun dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu
11
rantai propana (C3) sehingga terbentuk susunan C6-C3-C6. Susunan rantai C6-
C3-C6. yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang
dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Agar mudah, cincin diberi tanda
A, B dan C, atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang
menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta angka “beraksen” untuk
cincin B. Struktur kimia dari flavonoid dapat dilihat pada gambar 3 (Markham,
1988 : 3).
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari
kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam
tumbuhan. Falvon, flavonol dan antosianin adalah jenis flavonoid yang banyak
ditemukan dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoid utama (Robinson,
1995 : 26).
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai
glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin saja terdapat dalam tumbuhan
dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Umumnya flavonoid larut dalam
pelarut polar, seperti metanol, etanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida, air, etil asetat atau campuran yang dapat digunakan untuk
mengekstrak flavonoid dari berbagai jaringan tumbuhan. Karena kelarutan
flavonoid dalam air maka dapat diekstraksi dengan pelarut etanol 70%. Flavonoid
mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi karena itu menunjukkan pita
serapan yang kuat pada daerah spektrum ultraviolet dan spektrum sinar tampak
(Harborne, 1996 : 71).
12
Gambar 3. Struktur flavonoid (Sastrohamidjojo, 1996 : 140)
Flavonoid berupa senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah
basa atau amonia, jadi mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan.
Warna flavonoid dengan sinar ultraviolet dan visibel dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Warna flavonoid dengan sinar ultraviolet dan visibel
WarnaWarna dengan sinar UV
PetunjukSendiri Dengan ammonia
Jingga Jinga redup, merah atau merah senduduk
Fluorosensi merah kuning atau merah jambu
Biru Antosianidin 3-glikosidaMerah
Merah senduduk
BiruKebanyakan antosianidin 3,5-diglikosida
Kuning murup
Coklat tua atau hitam Coklat tua atau hitam
6-hidroksi flavonol dan flavon; beberapa khalkon glikosida
Merah tua atau jingga murup
Kebanyakan khalkon
Kuning murup atau hijau kuning
Jingga murup atau merah
Auron
Kuning pucat Coklat tua
Kuning murup atau coklat kuning.
Kebanyakan flavonol glikosida
Kuning kunyit-hijau coklat tua
Kebanyakan flavon glikosida, biflavonil, dan flavon yang tersulih tak biasa
Nihil
Merah senduduk tua Coklat lemah Kebanyakan isoflavon dan flavononol
Biru lemah Biru kuat 5-deoksiisoflavon dan 7,8-dihidroksi flavanon
Merah senduduk tua Kuning pucat atau hijau kuning
Flavanon dan flavonol 7-glikosida
(Harborne, 1987 : 70).
13
2.1.3.2 Saponin
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang sering
menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Saponin terdiri dari dua jenis yaitu
glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang
mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan
etanol tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin, diperoleh
dengan hidrolisis dalam suasana asam dan hidrolisis memakai enzim dan tanpa
bagian pula ciri kelarutannya sama dengan ciri sterol lain (Robinson, 1995 : 157).
2.1.3.3 Tanin
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam
golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada tumbuhan. Tanin
dahulu digunakan untuk menyamak kulit hewan karena sifatnya yang dapat
mengikatprotein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan gelatin. Tanin
secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat
molekul cukup tinggi dan dapat membentuk kompleks dengan protein.
Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin
terkondensasi (condensed tannins) dan tanin terhidrolisis (hydrolysable tannins)
(Harborne, 1987 :102-103 ).
Tanin dinamakan juga asam tanatdan asam galotanat, ada yang tidak
berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Asam tanat
mempunyai berat molekul 1.701. Tanin terdiri dari sembilan molekul asam galat
dan molekul glukosa (Harborne, 1987 : 104).
14
Gambar 4. Struktur tanin (Sumono & Wulan, 2008 : 41)
2.1.3.4 Fenol
Fenol sederhana berupa zat padat tanpa warna, tetapi biasanya teroksidasi
dan berwana gelap jika terkena udara. Kelarutan dalam air bertambah jika gugus
hidroksilnya makin banyak, tetapi kelarutan dalam pelarut organik yang polar
umumnya tinggi. Fenol yang kelarutannya dalam air kecil, mudah larut dalam
larutan natrium hidroksida encer dalam air akan tetapi, dalam suasana basa laju
oksidasinya sangat meningkat, sehingga pada setiap perlakuan kita harus
menghindari penggunaan basa kuat (Robinson, 1995 : 57).
Senyawa fenol meliputi senyawa yang berasal dari tumbuhan yang
mempunyai ciri yang sama yaitu cincin aromatik. Senyawa fenol cenderung
mudah larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida
dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987 : 47).
Beberapa fenol alam diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan
terbesar diantaranya fenol monosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon
fenolik juga terdapat dalam jumlah besar. Beberapa bahan polimer penting dalam
tumbuhan diantaranya mengandung lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa
polifenol. Fenolik juga terdapat pada protein, alkaloid, dan terpenoid.
15
Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana dengan
menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol pada larutan
cuplikan yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat.
Cara ini yang dimodifikasi dengan menggunakan campuran segar larutan besi
(III) klorida 1% dalam air dan kalium heksasianoferat (III) 1% masih tetap
digunakan sebagai cara umum untuk mendeteksi senyawa fenol pada
kromatogram kertas (Harborne, 1987 : 49).
2.1.3.5 Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti
lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol dan fenolitik juga terdapat
pada protein, alkaloid dan terpenoid (Harbone, 1987:57).
2.1.4 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Depkes RI, 2000:5).
Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat kimia yang dapat
larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang
diekstraksi adalah senyawa yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut,
seperti serat, karbohidrat, dan protein (Depkes RI, 1986:1).
16
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk pemurnian, pemekatan atau pemisahan
untuk tujuan analitik. Pemilihan ekstraksi tergantung dari bahan tanaman yang
akan diekstraksi (Depkes RI, 2000:3). Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu yang pertama metode ekstraksi cara dingin yang terdiri dari : maserasi
dan perkolasi. Keuntungan dari metode ekstraksi cara dingin adalah alat yang
digunakan sederhana untuk proses ekstraksi dan senyawa yang tidak stabil
terhadap panas tidak akan rusak. Kelemahan dari metode ekstraksi cara dingin
adalah proses ekstraksi membutuhkan waktu yang lama dan butuh penyari dengan
volume yang cukup banyak untuk proses ekstraksi. Metode yang kedua yaitu
metode ekstraksi cara panas yang terdiri dari digesti, refluks, infusa, destilasi, dan
soxhletasi. Keuntungan dari metode ekstraksi cara panas adalah proses ekstraksi
tidak membutuhkan waktu yang lama dan penyari yang digunakan relatif sedikit.
Sedangkan kelemahan dari metode ekstraksi cara panas adalah membutuhkan alat
yang rumit untuk proses ekstraksi dan senyawa yang tidak stabil terhadap panas
akan rusak (Handa, 2008 : 22).
2.1.4.1 Metode Remaserasi
Remaserasi adalah metode maserasi yang dilakukan secara berulang,
umumnya setiap hari cairan penyari diganti baru. Maserasi merupakan cara
ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan
syarat-syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar)
disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan
terlindung dari cahaya (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan
warna) dan diaduk kembali. Waktu maserasi pada umumnya 5 hari. Selama waktu
17
tersebut, keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan yang masuk dalam cairan telah tercapai, sehingga penarikan zat yang
disari oleh cairan penyari telah optimal. Dengan pengadukan, keseimbangan
konsentrasi bahan lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight, 1995:564).
Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan
derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan
75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari
cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari, sari disaring kemudian
ampas diperas. Kelebihan dari maserasi adalah alat yang digunakan sederhana dan
prosesnya mudah. Kelemahannya yaitu waktu pengerjaannya yang lama (Depkes
RI, 1986 : 10-11).
2.1.5 Cairan Penyari
Proses pembuatan ekstrak memerlukan cairan pelarut. Cairan pelarut yang
digunakan merupakan cairan yang baik atau optimal untuk senyawa kandungan
yang berkhasiat atau yang aktif. Dengan demikian senyawa tersebut dapat
terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya
mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal
ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit
sekunder yang terkandung (Depkes RI, 2000 : 9).
Pemilihan cairan pelarut atau penyari harus mempertimbangkan banyak
faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria antara lain murah dan
18
mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah
menguap dan tidak mudah terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat berkhasiat,
ramah terhadap lingkungan, ekonomis, aman untuk digunakan, kemudahan dalam
bekerja, dan proses dengan pelarut tersebut dan diperbolehkan oleh peraturan
yang berlaku (Depkes RI, 1986 : 5).
Cairan pelarut dapat dikelompokkan ke dalam deret eluotropik berdasarkan
polaritasnya. Deret eluotropik dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 2. Indeks polaritas pelarut
Pelarut Indeks PolaritasHeksan (C6H8)Toluen (C7H8)Dietileter (C4H10O)Diklorometan (CH2Cl2)Butanol (C4H9OH)Kloroform (CHCl3)Etil asetat (C2H5COOCH3)Aseton (CH3COCH3)Metanol (CH3OH)Etanol (C2H5OH)Asetonitril (CH3CN)Asam Asetat (CH3COOH)Air (H2O)
02,42,83,13,94,14,45,15,15,25,86,29,0 (Watson, 2009 : 372)
2.1.6 Kolesterol
2.1.6.1 Pengertian Kolesterol
Kolesterol merupakan suatu komponen yang penting dari membran sel.
Seluruh organ di tubuh manusia dapat bekerja jika membran sel berfungsi baik.
Kolesterol merupakan unsur yang penting dalam hormon. Senyawa ini merupakan
sumber energi, sebagai pelindung badan, dan untuk pembentukan sel. Sehingga
keberadaannya pada kadar tertentu sangat diperlukan didalam tubuh tentunya
dalam jumlah yang sesuai dengan takarannya agar tidak mengganggu kesehatan.
19
Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan yang disebut
kolesterol eksogen. Kolesterol dalam jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk
dalam sel tubuh disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol
endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua
sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol. Sesuai dengan kenyataan
bahwa banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang
berstruktur dasar inti sterol ini (Guyton dan Hall, 1997:113).
Kolesterol merupakan lipid ampifatik dan dalam keadaan demikian menjadi
komponen struktural yang membentuk membran sel serta lapisan eksternal
lipoprotein plasma. Peran utamanya ke dalam proses patologis adalah sebagai
faktor yang menimbulkan aterosklerosis pada pembuluh arteri yang penting
sehingga menimbulkan penyakit koroner (Dalimartha, 2002:1). Selain itu juga
mengakibatkan stroke dan ketidakseimbangan kecepatan pengubahan kolesterol
hati menjadi asam empedu. Hal ini menyebabkan penumpukan kolesterol
sehingga terbentuk batu empedu. Struktur kolesterol ditunjukkan pada gambar 5
sebagai berikut.
Gambar 5. Struktur kolesterol (Riawan, 1990:309)
Resiko penyakit jantung aterosklerosis meningkat bersama peningkatan
konsentrasi LDL (Low Density Lipoprotein) kaitannya berbanding terbalik dengan
20
kadar HDL yang semakin menurun (Katzung, 2002 : 427). Batasan kadar
kolesterol total dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Kadar Kolesterol Total untuk Orang Dewasa
Kolestrol total (mg/dl)Diinginkan < 200Perbatasan hingga tinggi 200 – 239Tinggi ≥ 240
(Roskoski, 1996 : 241)
Kolesterol dapat larut dalam pelarut organik misalnya eter, kloroform,
benzene, karbon disulfida, aseton, dan alkohol panas. Kolesterol tidak larut dalam
air, asam atau basa. Pada konsentrasi tinggi, kolesterol dapat berwujud kristal tak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan memiliki titik lebur 150oC – 151oC
(Poedjiadi, 1994 : 147 - 150). Keberadaan kolesterol dalam suatu bahan makanan
dapat diisolasi dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik. Sedangkan
secara kualitatif dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji Salkowski atau uji
Liebermann – Burchard (Riawan, 1990: 309) .
2.1.6.2 Manfaat Kolesterol Dalam Tubuh
Sebagai bahan dasar sel-sel, jaringan-jaringan maupun organ-organ tubuh,
kolesterol merupakan zat penting tubuh.
Manfaat kolesterol antara lain:
1. Pembentuk dinding sel tubuh
Kolesterol dibutuhkan sebagai salah satu komponen pembentuk dinding-
dinding sel pada tubuh. Dinding-dinding sel itulah yang membentuk tubuh dengan
baik. Sel-sel saraf terdiri atas kolesterol dan sel-sel otak terdiri atas kolesterol.
Seluruh bagian sel-sel yang ada ditubuh memerlukan kolesterol.
21
2. Pembentuk hormon-hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani yaitu horman yang artinya
menggerakan. Hormon ini mengatur pergerakan sel-sel di dalam tubuh. Hormon
adalah zat aktif yang dihasilkan oleh tubuh, dalam hal ini oleh kelenjar endokrin.
Hormon yang dihasilkan itu akan masuk kedalam peredaran darah, kemudian
mempengaruhi jaringan dan juga aktivitas organ-organ lain di dalam tubuh.
Kolesterol merupakan bahan penting yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai bahan
dasar pembentukkan hormon seperti testosteron, estrogen, dan progesteron.
3. Pembentukan vitamin D
Kolesterol dibutuhkan untuk membuat vitamin D yang penting bagi
kesehatan tulang. Tulang merupakan rangka penting sebagai penyangga tubuh.
4. Membantu proses kerja tubuh di empedu
Sebagai bahan pembentukan asam dan garam empedu yang berfungsi
mengemulsi lemak di dalam tubuh.
5. Sumber energi
Sebagai salah satu senyawa lemak, kolesterol merupakan salah satu sumber
energi yang memberikan kalori yang sangat tinggi bagi tubuh. Kalori dibutuhkan
oleh tubuh untuk bergerak dan beraktivitas (Graha, 2010 : 6-9).
2.1.6.3 Biosintesis Kolesterol
Kolesterol merupakan sterol utama pada jaringan hewan tetapi tidak
ditemukan pada tanaman dan merupakan komponen utama untuk penyusun
struktur sel membran hewan. Biosintesis kolesterol terjadi pada sitosol inti sel
dengan menggunakan acetyl – CoA sebagai substratnya (Roskoski, 1996 : 187).
22
Gambar 6. Biosintesis kolesterol(Roskoski, 1996 : 187)
2.1.6.4 Metabolisme Kolesterol
Separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700 mg/hari),
dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada manusia, hati menghasilkan
kurang lebih 10 % dari total sintetis, sementara usus sekitar 10 % lainnya
(Mayes, 1995:34).
Pada manusia kolesterol dapat mengalami sejumlah reaksi metabolik.
Kolesterol dapat diesterkan dan ester kolesterol yang dihasilkan dapat dihidrolisis.
Kolesterol dapat diubah bentuk menjadi asam empedu dan perubahan ini
merupakan jalur katabolik utama dari segi kuantitas kolesterol yang dimetabolisis
kolesterol juga merupakan substrat untuk sintesis hormon steroid. Meskipun
jumlah kolesterol yang diubah menjadi hormon steroid hanya sedikit dari segi
penggunaan kolesterol total, reaksi–reaksi ini mempunyai arti yang besar dari segi
fungsi tubuh. Kolesterol diperoleh dari diet atau disintesis lengkap dari asetil
Koenzim A (Montgomery, 1993 : 915).
23
2.1.7 Metode Penetapan Kadar Kolesterol Darah
1. Metode kolorimetri
Metode penetapan ini berdasarkan perubahan warna yang dihasilkan dengan
menambahkan asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat kedalam kolesterol
dengan pelarut kloroform yang menghasilkan warna biru kehijauan. Metode ini
pertama kali diperkenalkan oleh Liebermann-Burchard pada tahun 1885. Reaksi
Liebermann-Burchard merupakan dasar dari metode kolorimetri Schoenheimer
and Sperry (Atinafu&Bedemo, 2011:145).
Metode ini kemudian mengalami modifikasi yang kemudian disebut sebagai
metode Abell-Kendall, dengan pereaksi asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat
dan asam asetat glasial (Hardiningsih & Novik, 2006:56). Pada metode Abell-
Kendall, ester kolesterol dihidrolisa dengan larutan kalium hidroksida dalam
alkohol menghasilkan kolesterol bebas yang kemudian diekstraksi dengan
petroleum eter dan direaksikan dengan reagen Liebermann-Burchard,
menggunakan kolesterol murni sebagai standard (Bachorik, 2001 : 230).
Pada metode kolorimetri harus melalui tahap ekstraksi sebelum dilakukan
penetapan kadar. Jika metode-metode kolorimetri digunakan tanpa ekstraksi,
dapat terjadi adanya kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan konsentrasi
kolesterol yang tidak benar (Speicher dan Smith, 1996 : 301).
Pada penelitian ini menggunakan metode kolorimeteri berdasarkan
perubahan warna setelah penambahan asam sulfat dan asam asetat anhidrat yang
menghasilkan larutan berwarna biru kehijauan dan bisa dibaca pada alat
spektrofotometri UV-Vis.
24
2. Metode pengendapan dengan digitonin
Dasar metode penetapan ini adalah terbentuknya senyawa yang tidak larut
bila kolesterol direaksikan dengan digitonin (C56H92O2) yang akan membentuk
cholesterol digitonide. Pengendapan ini tidak hanya digunakan dalam analisa
kualitatif tetapi juga sebagai dasar untuk penetapan kadar kuantitatif (Sari,
2005:89).
3. Metode kromatografi
Pada metode penetapan kromatografi ini antara lain dengan kromatografi
kolom, kromatografi lapis tipis (KLT), dan kromatografi gas (Muharrami,
2011:65).
4. Metode enzimatik
Metode penetapan ini berdasarkan pembentukan hidrogen peroksida sebagai
hasil reaksi oksidasi kolesterol bebas dengan adanya enzim kolesterol oksidase.
Hidrogen peroksida yang terbentuk kemudian ditetapkan dengan cara kolorimetri
(Inawati, 2006:98).
2.1.8 Kromatografi
Prosedur kromatografi merupakan metode pemisahan. Dibandingkan
metode pemisahan klasik seperti destilasi, kristalisasi, pengendapan ekstraksi, dan
lain-lain, kromatografi mempunyai beberapa keuntungan diantaranya pelaksanaan
yang lebih sederhana, penggunaan waktu yang singkat, dan terutama karena
mempunyai kepekaan yang tinggi serta kemampuan memisahkan yang tinggi
(Gambhir, 2008 : 11).
25
2.1.8.1 Kromatografi Lapis Tipis
KLT merupakan suatu metode pemisahan komponen-komponen atas dasar
perbedaan adsorbsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut
pengembang atau campuran pelarut pengembangan. Pemilihan pelarut
pengembang atau campuran pelarut pengembangan sangat dipengaruhi oleh
macam dan polaritas zat-zat kimia yang dipisahkan (Mulja dan Suharman,
1995:23).
Fase diam atau lapisan penjerap berfungsi sebagai permukaan penyerap
(kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair
(kromatografi cair-cair) (Gritter, 1991 :109). Penyerap yang umum ialah silika
gel, aluminium oksida, selulosa dan turunannya (poliamida). Dapat dipastikan
silika gel paling banyak digunakan karena silika gel ini menghasilkan perbedaan
dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya (Stahl, 1985 :
4-5).
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Pelarut yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila
diperlukan sistem pelarut dengan banyak komponen, harus berupa suatu campuran
sederhana yang terdiri atas tiga komponen (Stahl, 1985:6).
Untuk identifikasi senyawa yang tak berwarna pada kromatogram dilakukan
dibawah lampu UV (254 nm dan 366 nm), ditandai dengan ada atau tidaknya
fluorosensi. Sedangkan untuk menampakkan senyawa yang hampir tidak tampak
atau hanya tampak lemah di bawah lampu UV, digunakan bahan penyemprot atau
larutan penampak bercak (Auterhoff and Kovar, 2002 : 35).
26
Deteksi senyawa yang dipisahkan dilakukan dengan membandingkan harga
Rf sampel dengan baku senyawa murni. Sehingga harga Rf merupakan jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram.
(Stahl, 1985 :16-17)
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam KLT yang juga
mempengaruhi Rf, diantaranya struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat
penyerap dan aktivitasnya, tebal dan kerataan lapisan penyerap, kemurnian fase
gerak, derajat kejenuhan, teknik percobaan, jumlah cuplikan, suhu, kesetimbangan
(Sastrohamidjojo, 2003: 36).
2.1.9 Spektrofotometri Ultraviolet – Visibel
Pada penelitian ini metode penetapan kadar kolesterol darah menggunakan
metode kolorimetri. Metode tersebut berdasarkan atas perubahan warna yang
dihasilkan setelah penambahan pereaksi pada saat pengukuran. Pengukuran
absorbansi sampel menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Spektrofotometri menggambarkan pengukuran jauhnya penyerapan energi
cahaya oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi,
demikian pula pengukuran penyerapan pada suatu panjang gelombang tertentu
(Underwood dan Day, 2002:343). Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis
spektroskopik yang memakai sinar radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat
(190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995: 26).
27
Prinsip spektrofotometer UV-Vis adalah cahaya yang berasal dari sumber
cahaya diuraikan dengan menggunakan prisma sehingga diperoleh cahaya
monokromatis yang dapat diserap oleh zat yang akan diperiksa. Cahaya
monokromatis merupakan cahaya satu warna yang mempunyai satu panjang
gelombang. Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-vis
karena mereka mengandung elektron baik campuran maupun menyendiri yang
dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang saat
absorbsi itu terjadi, tergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam
molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan
diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk
eksitasinya. Kebanyakan penerapan spektrofotometri ultraviolet dan tampak pada
senyawa organik didasarkan pada transisi dan karenanya memerlukan hadirnya
gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum
sekitar 200-700 nm yang praktis untuk digunakan dalam eksperimen (Underwood
dan Day, 2002 : 382-391).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna
yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut
harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna.
Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa
28
lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus
memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
a. Reaksinya selektif dan sensitif.
b. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel (ajeg).
c. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama.
Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengatur pH, pemakaian masking
agent atau penggunaan teknik ekstraksi.
2. Waktu operasional (Operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu
operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran
dengan absorpsi larutan.
3. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisa kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorpsi maksimal. Untuk memilih panjang
gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorpsi
dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
4. Pembuatan kurva baku
Seri larutan baku dibuat dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorpsi dengan
konsentrasi. Bila hubungan Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa
garis lurus.
5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
29
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8
atau 15-70% jika dibaca sebagai transmitan. Hal tersebut berdasarkan anggapan
bahwa kesalahan dalam pembacaan adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan
fotometrik) (Rohman dan Ganjar, 2007 : 256).
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibel
tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektra ultraviolet dan visibel
dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantaranya
tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Disebabkan karena, adanya serapan radiasi
ultraviolet/visibel sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Keuntungan
yang selektif dari ultraviolet yaitu gugus-gugus karakteristik dapat dikenal dalam
molekul-molekul yang sangat kompleks. Sebagian besar dari molekul yang relatif
kompleks mungkin transparan dalam ultraviolet sehingga kita mungkin
memperoleh spektrum yang semacam dari molekul yang sederhana
(Sastrohamidjojo,2003:11). Diagram sederhana dari spektrofotometer ditunjukkan
pada gambar 7 sebagai berikut :
Gambar 7. Diagram sederhana spektrofotometer (Seran Emel, 2011:35)
2.2 Hipotesis
30
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut :
1. Ada perbedaan kemampuan antara ekstrak etanol daun salam (Syzygium
polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia
uniflora L.) serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in
vitro.
2. Akan didapatkan perbandingan kombinasi ekstrak etanol daun salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol daun dewandaru
(Eugenia uniflora L.) yang mempunyai kemampuan paling baik terhadap
penurunan kadar kolesterol secarain vitro.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah kemampuan penurunan kadar kolesterol dari
ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru serta kombinasinya
secara in vitro.
3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel yang digunakan adalah daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.)
Walp.) dan daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) yang kedua tanaman ini
diambil dari PT. Temu Kencono Gunungpati, Kota Semarang.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik acak
sederhana atau simple random sampling, setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol daun
salam dan ekstrak etanol daun dewandaru serta kombinasinya 100, 200, 300,
400, 500, 600, dan 700 ppm dengan perbandingan kombinasi ekstrak etanol
daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru 1:0 ; 2:1 ; 1:1 ; 1:2 ; 0:1.
32
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan penurunan kadar
kolesterol ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru serta
kombinasinya.
3. Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah konsentrasi kolesterol
140 ppm, waktu maserasi, waktu pendiaman larutan uji, dan metode
penetapan kadar penurunan kolesterol.
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat yang Digunakan
1. Alat untuk ekstraksi secara remaserasi : nampan, kain hitam, alat gelas,
blender, ayakan 30/40, batang pengaduk, cawan porselen, dan rotary vacuum
evaporator.
2. Alat untuk uji kualitatif : tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, plat tetes,
pipa kapiler, chamber, penutup chamber, dan alat penyemprot penampak
bercak.
3. Alat untuk pengukuran kadar kolesterol : Spektrofotometer UV-Vis 1700,
analitik shimadzu, pipet volume, labu takar, kuvet, corong kaca dan tabung
reaksi.
3.4.2 Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia daun salam dan
daun dewandaru, etanol 70%, FeCl3 5%, kalium heksasianoferat (III), HCL pekat,
gelatin 0,5%, HCl 2N, serbuk Mg, amyl alkohol, lempeng KLT silika gel G 60 F
254, n-butanol, asam asetat glasial, metanol, uap amoniak, anisaldehid-asam
33
sulfat, kuersetin (baku flavonoid), asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, dan
kloroform.
3.5 Cara Kerja
3.5.1 Determinasi Tanaman Salam dan Dewandaru
Determinasi dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh kepastian bahwa
tanaman yang digunakan pada penelitian berasal dari tanaman yang dimaksud,
sehingga kemungkinan timbulnya kesalahan dalam pengumpulan bahan penelitian
dapat dihindari. Identifikasi dan determinasi tanaman salam (Syzygium
polyanthum (Wight.) Walp.) dan dewandaru (Eugenia uniflora L.) dilakukan di
Laboratorium Biologi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi”
Semarang.
3.5.2 Penyiapan Simplisia
Sampel yang digunakan adalah daun segar salam dan dewandaru yang
diproduksi oleh PT. Temu Kencono, Gunungpati, Kota Semarang terlebih dahulu
disortasi kemudian dicuci lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dengan
ditutup kain hitam. Simplisia kering yang didapat dilakukan sortasi kembali untuk
memisahkan bahan yang busuk dan mengurangi jumlah pengotor, selanjutnya
simplisia kering dihaluskan dengan cara diblender. Serbuk simplisia diayak
dengan ayakan 30/40 mesh untuk menyeragamkan ukuran serbuk.
3.5.3 Penyarian Sampel
Simplisia daun salam dan dewandaru yang sudah diayak dengan ayakan
30/40 mesh ditimbang kurang lebih 100 gram, kemudian dimasukkan dalam
34
beaker gelas, lalu ditambahkan 1000 mL etanol 70% sebagai cairan penyari
hingga simplisia terendam seluruhnya. Perendaman dilakukan selama 5 hari,
sambil diaduk setiap 6 - 12 jam perhari kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan, untuk penyarian berikutnya serbuk simplisia disari kembali
menggunakan cairan penyari baru diganti sehari sekali dengan jumlah yang sama
seperti yang pertama, hal tersebut dilakukan berulang selama 5 hari. Filtrat
dikumpulkan dan diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 70C, kemudian
dipekatkan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental (Depkes RI,
1986:11).
3.5.4 Uji Kualitatif Senyawa Aktif Ekstrak Etanol
Preparasi sampel :
Sebanyak 1 gram serbuk daun salam dan dewandaru dilarutkan dalam 10 ml
aquadest, didihkan 10 menit dan disaring. Diambil filtrat 2 ml sebagai sampel
untuk uji pendahuluan pada serbuk. Masing-masing ekstrak kental dilarutkan
dalam etanol 70% kemudian diambil 2 ml sebagai sampel untuk uji pendahuluan
pada ekstrak.
1. Identifikasi flavonoid
Sampel ditambahkan dengan sedikit serbuk Mg, 1 ml HCl pekat dan
ditambahkan amyl alkohol, kocok dengan kuat dan dibiarkan hingga memisah
terbentuk cincin. Terbentuknya warna dalam senyawa amyl alkohol menunjukkan
adanya flavonoid.
2. Identifikasi saponin
Sampel ditambah air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat
selama sepuluh detik. Terbentuknya buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm,
35
tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N
menunjukkan adanya saponin (Depkes RI, 1989: 552).
3. Identifikasi tanin
Sampel ditambahkan dengan larutan gelatin 0,5 %, terbentuknya endapan
menunjukkan adanya tanin dalam ekstrak (Robinson, 1995 : 78).
4. Identifikasi senyawa fenolik
Sampel ditambah 1 ml larutan besi (III) klorida membentuk warna hijau,
ungu, biru atau hitam yang berarti positif mengandung senyawa fenolik
(Robinson, 1995 : 209).
5. Identifikasi senyawa polifenol
Sampel ditambah 1 ml larutan kalium heksasianoferat (III) dan FeCl3,
kemudian amati warna yang terbentuk. Sampel positif mengandung polifenol jika
membentuk warna biru sampai hitam (Depkes RI, 1987 : 103).
3.5.5 Uji KLT Ekstrak Etanol
1. Bahan untuk KLT identifikasi flavonoid
Fase diam : Silika gel G 60 F 254
Fase gerak : n-butanol : asam asetat glasial : air (4 : 1 : 5)
Penampak bercak : Uap ammonia pekat menunjukkan noda berwarna
kuning (Robinson, 1995: 211).
2. Bahan untuk KLT identifikasi tanin
Fase diam : Silika gel G 60 F 254
Fase gerak : n-butanol : asam asetat glasial : air (14 : 1 : 5)
Penampak bercak : Uap ammonia pekat menunjukkan noda berwarna
kuning (Harbone, 1987 : 48).
36
3. Bahan untuk KLT identifikasi saponin
Fase diam : Silika gel G 60 F 254
Fase gerak : Kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10)
Penampak bercak : anisaldehid-asam sulfat terbentuknya warna biru, ungu
atau kuning pada sinar tampak menunjukkan adanya
kandungan saponin (Depkes RI, 1987 : 114).
3.5.6 Pengukuran Kadar Kolesterol
Pada penelitian dilakukan pengukuran kadar kolesterol dari masing-masing
ekkstrak etanol daunsalam dan ekstrak etanol daun dewandaru dibuat seri
konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 ppm dalam pelarut kloroform.
Dari masing-masing konsentrasi diambil dengan dipipet sebanyak 5 ml
dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 5 ml baku kolesterol
dengan konsentrasi 140 ppm dan dihomogenkan dengan vortex. Dari campuran
larutan tersebut diambil sebanyak 5 ml ditambah 2 ml asam asetat anhidrat dan
0,1 ml H2SO4 pekat, kemudian didiamkan dalam tempat gelap selama 7 menit
hingga terbentuk perubahan warna menjadi biru kehijauan, selanjutnya diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimal 619,5 nm. Sebagai kontrol digunakan larutan baku
kolesterol 140 ppm yang ditambahkan dengan pelarut kloroform dan digunakan
sebagai penambahan pada masing-masing ekstrak etanol daun salam dan ekstrak
etanol daun dewandaru serta kombinasinya dengan perbandingan yang dibuat
1:0 ; 2:1 ; 1:1 ; 1:2 ; 0:1.
37
3.6 Skema Kerja
Dimaserasi dengan 1000 mL etanol 70% (selama 5 hari, penyari diganti setiap 1 x 24 jam) dan dilakukan pengadukan setiap 6-12 jam perhari.
Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru
Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru
Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru
Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru
Ditimbang 100 g serbuk salam yang sudah diayak no. 30/40 mesh
Filtrat I Ampas
AmpasFiltrat II
AmpasFiltrat IV
Filtrat III Ampas
AmpasFiltrat V
Semua filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator
Semua filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator
Diperoleh ekstrak kental daun salamDiperoleh ekstrak kental daun salam
Uji kualitatif senyawa aktif ekstrak etanolUji kualitatif senyawa aktif ekstrak etanol
38
Gambar 8. Skema kerja pembuatan ekstrak etanol daun salam
Dimaserasi dengan 1000 mL etanol 70% (selama 5 hari, penyari diganti setiap 1 x 24 jam) dan dilakukan pengadukan setiap 6-12 jam perhari.
Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru
Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru
Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru
Dimaserasi kembali dengan 1000 mL etanol 70% baru
Gambar 9. Skema kerja pembuatan ekstrak etanol daun dewandaru
Ditimbang 100 g serbuk dewandaru yang sudah diayak no. 30/40 mesh
Filtrat I Ampas
Filtrat II
Filtrat III
Ampas
Ampas
Filtrat V
Filtrat IV
Ampas
Ampas
Semua filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator
Semua filtrat dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator
Diperoleh ekstrak kental daun dewandaruDiperoleh ekstrak kental daun dewandaru
Uji kualitatif senyawa aktif ekstrak etanolUji kualitatif senyawa aktif ekstrak etanol
39
Masing-masing konsentrasi dipipet5,0 mL dan dimasukkan tabung reaksi
Didiamkan selama 7 menit
Gambar 10. Skema kerja uji penurunan kolesterol kombinasi ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru
Ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol dewandaru
Ekstrak daun salam :
dewandaru (1:0)
Ekstrak daun salam :
dewandaru (2:1)
Ekstrak daun salam :
dewandaru (1:1)
Ekstrak daun salam :
dewandaru (1:2)
Ekstrak daun salam :
dewandaru (0:1)
Dilarutkan dengan kloroform, dibuat konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 ppm.
ditambahkan 5,0 mL baku kolesterol 140 ppm, dihomogenkan
Diambil 5,0 mL campuran kemudian ditambah 2,0 mL asam asetat anhidrat dan 0,1 ml asam sulfat pekat
ditempat yang gelap, terbentuk warna hijau
Dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer Visibel pada panjang gelombang 619,5 nm
40
3.6 Analisis Data Hasil Percobaan
Analisis data dilakukan dengan mengukur absorbansi kadar kolesterol
sesudah penambahan ekstrak etanol daun salam dan dewandaru dan kontrol,
kemudian dihitung sebagai persentase penurunan kadar kolesterol.
Persentase penurunan kadar kolesterol ditentukan dengan rumus :
Keterangan :A : Persentase penurunan kolesterolB : absorbansi sampelC : absorbansi kontrol
Untuk mengetahui pengaruh antara ekstrak etanol daun salam dan
dewandaru terhadap penurunan kadar kolesterol antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain dilakukan uji anava dua jalan dengan program SPSS
versi 16.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
kemampuan ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol dewandaru serta
kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol secara in vitro. Digunakan
daun salam dan daun dewandaru karena secara empiris masyarakat telah
menggunakan baik secara tunggal ataupun kombinasi yang mampu menurunkan
kadar kolestrol dalam tubuh.
Langkah pertama dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi tanaman
atau determinasi tanaman. Identifikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa
tanaman yang digunakan merupakan tanaman salam dan dewandaru, selain itu
dapat menghindari terjadinya kesalahan penggunaan tanaman yang akan dipakai
dalam penelitian. Determinasi dilakukan dengan mengamati bagian dari tanaman
salam dan dewandaru seperti akar, cuplikan batang, daun, dan buah, yang
kemudian dicocokkan dengan literatur (Flora of Java dan Taksonomi Tumbuhan).
Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang. Hasil identifikasi tersebut dapat dilihat
pada lampiran 2 yang menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan benar-benar
tanaman salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan dewandaru (Eugenia
uniflora L.).
42
Tanaman salam dan dewandaru yang diperoleh dari PT. Temu Kencono,
Gunungpati, Kota Semarang. Bagian dari tanaman salam dan dewandaru yang
digunakan adalah daun segar yang terlebih dahulu dilakukan sortasi. Kedua
sampel tersebut selanjutnya dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan
kotoran yang menempel baik yang berasal dari pasir, debu atau yang berasal dari
tanah ataupun benda anorganik asing. Tahap selanjutnya daun salam dan
dewandaru yang sudah bersih dikeringkan dengan cara menjemur di bawah sinar
matahari dengan ditutup kain hitam hal tersebut dilakukan supaya simplisia tidak
terpapar sinar UV secara langsung sehingga senyawa aktif dalam simplisia tidak
rusak.
Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air agar tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri, sehingga dapat disimpan lebih lama. Setelah
dilakukan pengeringan didapatkan simplisia kering. Simplisia kering tersebut
kemudian dilakukan sortasi kering yang tujuannya untuk memisahkan bahan yang
busuk dan untuk mengurangi jumlah pengotor.
Simplisia kering yang didapat lalu dihaluskan dengan cara diblender.
Serbuk simplisia yang didapat diayak dengan ayakan 30/40 mesh untuk
menyeragamkan ukuran simplisia. Semua serbuk dapat melalui pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor
tertinggi (Depkes RI, 1979: 915). Serbuk simplisia yang lolos ayakan 40 mesh
tidak digunakan karena sebagian besar mengandung serbuk halus yang akan
menyulitkan dalam penyaringan filtrat. Tujuan dari pengayakan ini untuk
43
menyeragamkan ukuran partikel serbuk. Ukuran partikel yang kecil dapat
memperluas permukaan kontak antara dinding sel dengan cairan penyari sehingga
zat aktif yang terkandung dalam tanaman dapat tersari dengan maksimal.
Proses penarikan senyawa dilakukan dengan menggunakan metode
remaserasi. Remaserasi merupakan modifikasi dari metode maserasi. Prinsip dari
metode ini adalah perendaman simplisia dengan cairan penyari yang cocok, yang
setiap hari cairan penyari diganti baru. Penggantian cairan penyari bertujuan untuk
memperoleh suatu ekstrak dengan kandungan senyawa aktif yang maksimal
karena penarikan senyawa tersebut terjadi secara optimal.
Proses remaserasi diperlukan pengadukan secara kontinyu agar zat aktif
dapat masuk ke dalam rongga sel dan mencegah adanya konsentrasi setempat
pada sekitar sel tersebut. Digunakan pelarut yang dapat menyari sebagian besar
metabolit sekunder yang terkandung dalam serbuk simplisia. Pelarut yang
digunakan adalah etanol 70%. Dalam Farmakope Herbal Indonesia metode
ekstraksi cara maserasi menggunakan pelarut etanol dan air (Depkes RI,
2008:174) . Keuntungan penggunaan etanol yaitu tidak beracun, netral dan dapat
mencegah pertumbuhan kapang dan khamir selama proses remaserasi. Untuk
meningkatkan penyarian digunakan campuran antara etanol dan air sehingga pada
penelitian ini digunakan cairan penyari etanol dengan konsentrasi 70%.
Hasil ekstraksi yang didapat diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu
70C. Pemilihan penggunaan rotary evaporator dikarenakan proses pemekatan
lebih cepat, pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali serta meminimalkan
44
kontak antara ekstrak dengan udara sehingga mengurangi kerusakan senyawa
dalam ekstrak. Kemudian hasilnya dipekatkan di penangas air hingga diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat lalu ditimbang untuk memperoleh
rendemen.
Ekstrak etanol kedua sampel selanjutnya dilakukan uji kualitatif. Uji
kualitatif ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang
terdapat dalam ekstrak. Selain menggunakan ekstrak etanol juga menggunakan
serbuk dari daun salam dan dewandaru. Uji kualitatif yang dilakukan meliputi uji
flavonoid, saponin, tanin, fenolik, dan polifenol. Hasil uji kualitatif ditunjukkan
pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Kualitatif
Jenis Uji Perlakuan HasilSerbuk & ekstrak
SalamSerbuk & ekstrak
DewandaruKontrol
(+)Kontrol
(-)
Flavonoid Serbuk Mg+ HCl(p)+Amyl
alkohol
Terbentuk cincin Terbentuk cincin Terbentuk cincin
Tidak terbentuk
cincin Saponin Air panas+HCl
2NBusa stabil Busa stabil Busa stabil Tidak ada
busaTanin Gelatin 0,5% Terbentuk endapan
gelatin Terbentuk endapan
gelatinTerbentuk
endapan gelatin
Tidak terbentuk endapan gelatin
Fenolik FeCl3 Larutan hitam Larutan hitam Larutan hitam
Larutan kuning
Polifenol K4FeCN6 + FeCl3
Larutan biru kehitaman
Larutan biru kehitaman
Larutan biru kehitaman
Larutan kuning
Berdasarkan hasil uji kualitatif yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa serbuk dan ekstrak etanol daun salam dan daun dewandaru mengandung
senyawa flavonoid, saponin, tanin, fenolik, dan polifenol.
45
Hasil uji kualitatif yang telah didapatkan kemudian dipertegas dengan
melakukan uji KLT. Pengujian KLT bertujuan untuk menegaskan kembali
senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun salam dan ekstrak
etanol daun dewandaru. Data uji KLT ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol
Golongan Senyawa
Sampel Fase GerakPenampak
Bercak
Rf UV 254 nm dan Warna
Noda
Penampak Bercak
Flavonoid
Baku kuersetin
n-butanol:Asam Asetat glasial:Air (4:1:5)
Uap Amoniak
Rf 0,94Kuning
keunguan Kuning
Kuning
Kuning
Salam Rf 0,92Kuning
keunguan
DewandaruRf 0,92Kuning
keunguan
Saponin
SalamKloroform:Metanol:Air
(64:50:10)Anisaldehid - asam sulfat
Rf 0,73Ungu Kuning
KuningDewandaruRf 0,72Ungu
Tanin
Salamn-butanol : Asam asetat glasial : Air (14 : 1 : 5).
Uap Amoniak
Rf 0,67Lembayung Kuning
KuningDewandaruRf 0,68
Lembayung
Uji KLT flavonoid dengan fase gerak n-butanol: asam asetat glasial:air
(4 : 1 : 5). Fase gerak sebelum digunakan dicampur di dalam corong pisah lalu
didiamkan selama 1 hari, kemudian diambil fase n-butanolnya. Pada uji KLT
flavonoid digunakan baku kuersetin. Hasil uji KLT flavonoid menegaskan bahwa
ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru positif mengandung
flavonoid, hal ini ditunjukkan dengan nilai Rf salam yang didapat sampel yaitu
46
0,92 dan nilai Rf dewandaru yaitu 0,92 mendekati dengan nilai Rf baku kuersetin
yaitu 0,94.
Uji KLT saponin menggunakan fase gerak kloroform : metanol : air
(64 : 50 : 10) dan penampak bercak anisaldehid-asam sulfat. Hasil uji KLT
saponin menegaskan ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun
dewandaru mengandung saponin. Berdasarkan literaturnilai Rf 0,6 sampai 0,7
positif mengandung saponin (Harbone, 1987:156).
Uji KLT tanin menggunakan fase diam silika gel G 60 F 254, fase gerak
n-butanol : asam asetat : air (14 : 1 : 5) dan penampak bercak uap amoniak. Hasil
KLT tanin menegaskan bahwa ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun
dewandaru mengandung tanin. Berdasarkan literatur nilai Rf tanin 0,61 sampai
0,68 positif mengandung tanin (Kalimah, 2010:193).
Setelah diperoleh ekstrak etanol daun salam dan ektrak etanol daun
dewandaru, kemudian dilakukan pengukuran sampel tersebut terhadap penurunan
kadar kolesterol dengan menggunakan metode Libermann-Burchard. Digunakan
metode tersebut karena spesifik untuk mengukur senyawa golongan steroid yang
salah satunya yaitu kolesterol.
Pada metode ini diperlukan penambahan asam asetat anhidrat dan asam
sulfat pekat, adapun tujuan penambahan asam asetat anhidrat yaitu untuk
memastikan media bebas air yang kemudian ditetesi asam sulfat pekat melalui
dinding tabung sehingga terbentuk larutan berwarna hijau (Schunack dkk,
47
1990:634). Adapun reaksi kolesterol dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat
pekat dapat dilihat pada gambar 11 sebagai berikut.
H
H
O
H+
H
HH
OH
C
HO
Kolesterol ester
H OH+ C OH
Kolesterol
H
H
HO
H+
CH3
COO
CO
CH3
H
HH
OC
H
H3C
O
OC
O
H3C
H
HH
OC
H
H3C
O
HH
+
CH3
C
O O
H
HH+
CH3
C
HO O
H
HH2
Kolesterol Asam asetat anhidrat
Kolestadiene
CR
OO
O
R
R
48
HSO4
H30
H
HH
+ S
O
OO
H
HH
SH
O
O
O
H
HH
SH
O
O
O + HSO4
H
HH
SO
O
O
H
HH
SO
O
O
+O
H
HH
H
HH
SO
O+
HO
OHH
asam sulfonat kolestadin
Gambar 11. Reaksi Antara Kolesterol dengan Pereaksi Liebermann-BurchardPada gambar 11 dapat dilihat reaksi antara kolesterol dengan pereaksi
Liebermann-Burchard, yang terukur pada spektrofotometer adalah kolesterol
bebas bukan kolesterol yang terikat oleh sampel. Kolesterol bebas bereaksi
dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Reaksi antara kolesterol
dengan asam asetat anhidrat akan membentuk kolestadin, kolestadin akan bereaksi
dengan asam sulfat pekat membentuk asam sulfonat kolestoheksan yang
selanjutnya akan terbentuk larutan berwarna hijau, dengan terbentuknya larutan
berwarna tersebut sehingga dapat terbaca pada spektrofotometer UV-Vis.
Pada penelitian digunakan deret baku dengan konsentrasi 60 ppm, 80 ppm,
100 ppm, 120 ppm, dan 140 ppm. Sebelum pengukuran sampel ekstrak etanol
daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru, dilakukan terlebih dahulu
penentuan gelombang maksimal kolesterol. Pencarian gelombang maksimal
HSO4
H30
H
HH
+ S
O
OO
H
HH
SH
O
O
O
H
HH
SH
O
O
O + HSO4
H
HH
SO
O
O
H
HH
SO
O
O
+O
H
HH
H
HH
SO
O+
HO
OHH
asam sulfonat kolestadin
49
menggunakan deret baku tengah. Tujuan penentuan gelombang maksimal untuk
mengetahui panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimal. Selain
itu panjang gelombang maksimal dapat dipakai untuk mengidentifikasi senyawa-
senyawa yang bersifat karakteristik sebagai data sekunder (analisis kualitatif).
Panjang gelombang maksimal yang didapatkan adalah 619,5 nm.
Tahap selanjutnya dilakukan penentuan operating time (OT) yang bertujuan
untuk mengetahui waktu pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna yang
stabil sehingga diperoleh absorban yang maksimal. Berdasarkan hasil pengukuran
diperoleh operating timepada menit ke-7.
Penelitian ini diperlukan larutan kolesterol standar sebagai kolesterol
kontrol. Konsentrasi larutan kolesterol yang digunakan adalah 140 ppm.
Digunakan konsentrasi 140 ppm tersebut berdasarkan dari data yang diperoleh
dari konsentrasi tertinggi pada orientasi baku kolesterol. Pada percobaan ini
didahului dengan pengukuran larutan kolesterol kontrol. Tujuan dari pengukuran
larutan kolesterol tersebut adalah untuk mengetahui konsentrasi larutan kolesterol
secara kuantitatif sebelum ditambahkan dengan ekstrak etanol daun salam dan
ekstrak etanol daun dewandaru. Pada penelitian ini, ekstrak etanol daun salam dan
ekstrak etanol daun dewandaru dilarutkan dalam kloroform, hal ini dikarenakan
larutan kolesterol yang digunakan juga dilarutkan dalam kloroform sehingga
sampel baik ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru dapat
bercampur dan bereaksi dengan kolesterol.
Perbandingan ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru
1:0, 2:1, 1:1, 1:2, 0:1 dengan konsentrasi sampel yang digunakan 100, 200, 300,
50
400, 500, 600, dan 700 ppm. Dari masing-masing konsentrasi tersebut diambil
5,0 mL larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambah 5,0 mL
larutan kolesterol 140 ppm, kemudian dicampur dengan vortex. Selanjutnya
diambil 5,0 mL larutan tersebut dan direaksikan dengan 2,0 mL asam asetat
anhidrat dan 0,1 mL asam sulfat pekat. Setelah direaksikan larutan uji didiamkan
ditempat gelap terlindung dari cahaya selama 7 menit sesuai dengan operating
time yang telah dilakukan. Tujuan didiamkan di tempat gelap terlindung dari
cahaya karena larutan kolesterol bersifat fotodegradasi sehingga tidak stabil
terhadap cahaya. Kolesterol akan berubah menjadi kolestenon apabila terkena
cahaya. Kemudian, dibaca serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis 1700
pada panjang gelombang 619,5 nm. Setelah diketahui serapan dari masing-masing
konsentrasi ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru serta
kombinasinya, selanjutnya dihitung persen penurunan kolesterol dengan cara
absorbansi kontrol dikurangkan dengan absorbansi sampel, hasilnya dibagi
dengan absorbansi kontrol dan dikali seratus persen. Berikut tabel hasil rata-rata
persentase penurunan kolesterol (tabel 6) dan kurva persentase penurunan
kolesterol antara ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru
serta kombinasinya (gambar 12).
Tabel 6. Hasil Rerata Persentase Penurunan Kadar Kolesterol
Konsentrasi Perbandingan Sampel Ekstrak Daun Salam:Dewandaru
1:0 2:1 1:1 1:2 0:1100 ppm 49,08% 52,87% 52,77% 54,84% 49,54%200 ppm 50,38% 56,15% 54,30% 58,20% 52,19%300 ppm 52,12% 57,96% 55,98% 60,59% 53,88%400 ppm 53,36% 59,67% 57,40% 62,74% 55,51%500 ppm 55,05% 62,80% 59,34% 64,55% 56,77%600 ppm 52,29% 57,76% 54,72% 60,93% 54,65%700 ppm 50,94% 55,04% 52,41% 58,34% 51,33%
51
Gambar 12. Kurva Penurunan Kadar Kolesterol
Persentase penurunan kadar kolesterol dengan sampel tunggal terendah
ditunjukkan pada sampel ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun
dewandaru dengan perbandingan (1:0) dengan persentase tertingginya sebesar
55,05%, sedangkan pada sampel tunggal (0:1) persentase tertingginya sebesar
56,77%. Sehingga dapat dikatakan bahwa sampel tunggal mempunyai aktivitas
penurunan kadar kolesterol.
Pada sampel yang telah dikombinasikan persentase penurunan kadar
kolesterol semakin meningkat. Hal ini dikarenakan sampel ekstrak etanol daun
salam dan ekstrak etanol daun dewandaru bekerja secara sinergis sehingga setelah
dikombinasikan hasilnya akan lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol.
Ditunjukkan dengan persentase penurunan kadar kolesterol sampel ekstrak etanol
daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru dengan perbandingan (1:1)
sebesar 59,34% menunjukkan adanya kenaikan persentase penurunan kadar
kolesterol dibandingkan dengan sampel ekstrak tunggal.
52
Sampel dengan perbandingan (2:1) menunjukkan hasil persentase dalam
penurunan kadar kolesterol sebesar 62,80 % lebih rendah dibandingkan dengan
perbandingan (1:2) sebesar 64,55%. Dapat dikatakan bahwa dengan penambahan
ekstrak etanol daun dewandaru mampu meningkatkan persentase penurunan kadar
kolesterol. Hal ini diduga karena senyawa aktif pada ekstrak etanol daun
dewandaru lebih mendominasi daripada senyawa aktif dari ekstrak etanol daun
salam. Sesuai dengan literatur, di dalam ekstrak etanol daun dewandaru
mempunyai senyawa aktif dalam penurunan kadar kolesterol lebih banyak yaitu
flavonoid, saponin dan tanin dibandingkan dengan senyawa aktif dari ekstrak
etanol daun salam yaitu flavonoid.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
kombinasi ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru
mempunyai kemampuan menurunkan kadar kolesterol lebih besar daripada
komposisi tunggalnya dengan persentase 64,55%. Hal ini dikarenakan kedua
ekstrak bekerja secara sinergis sehingga setelah dikombinasikan memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan sampel tunggal.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna hasil penelitian
tersebut dilakukan analisis statistik. Pada penelitian ini analisis statistik
menggunakan SPSS (Statistical Product Smart Solution) versi 16 dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas untuk mengetahui
data berdistribusi normal atau tidak. Dikatakan data berdistribusi normal atau
tidak dapat dilihat dari ketentuan uji normalitas data, jika signifikansi
53
(probabilitas kesalahan) kurang dari atau sama dengan 0,05 maka dikatakan
sampel tidak berdistribusi normal, namun jika signifikansi (probabilitas
kesalahan) lebih dari atau sama dengan 0,05 maka sampel berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas pada sampel menyatakan bahwa data berdistribusi normal
dengan nilai masing-masing menunjukkan signifikansi lebih dari 0,05.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah ragam
antar perlakuan homogen atau tidak. Ketentuan dari uji homogenitas adalah jika
nilai signifikansi (probabilitas kesalahan) kurang dari atau sama dengan 0,05
maka sampel dinyatakan tidak homogen, namun jika signifikansi (probabilitas
kesalahan) lebih dari atau sama dengan 0,05 maka sampel dinyatakan homogen.
Berdasarkan hasil uji didapatkan hasil bahwa sampel homogen karena nilai
signifikansinya lebih dari 0,05.
Dari uji homogenitas lalu pengujian dilanjutkan dengan uji anava yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari masing-masing
kelompok. Ketentuan uji anava atau uji antar kelompok ini adalah dikatakan
berbeda signifikan jika nilai signifikansinya kurang dari atau sama dengan 0,05.
Dan jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan tidak berbeda
signifikan. Berdasarkan hasil uji anava menunjukkan bahwa nilai signifikansinya
0,00 nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kombinasi sampel ekstrak etanol daun salam dan
ekstrak etanol daun dewandaru serta sampel tersebut dalam keadaan tunggal.
Secara keseluruhan sampel kombinasi dan sampel tunggal dengan masing-
masing konsentrasinya berbeda signifikan. Namun untuk mengetahui lebih tepat
54
adanya perbedaan yang signifikan dilakukan uji Post Hoc, tujuannya untuk
mengetahui letak perbedaan yang bermakna danpengujian tersebut lebih
mendetail membandingkan untuk masing-masing konsentrasi pada perbandingan
sampel. Ada beberapa sampel yang menunjukkan hasil yang tidak berbeda
signifikan, namun jika dilihat secara keseluruhannya terdapat perbedaan yang
signifikan pada setiap sampel.
55
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kemampuan penurunan kadar kolesterol antara ekstrak
etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) dan ekstrak etanol
daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) serta kombinasinya.
2. Kombinasi ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)
dan ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) pada perbandingan
1:2 mempunyai kemampuan paling baik terhadap penurunan kadar kolesterol
secara in vitro yaitu dengan persentase sebesar 64,55%.
5.2 Saran
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolat daun salam dan isolat daun
dewandaru serta kombinasinya dalam menurunkan kadar kolesterol secara in
vitro.
2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap hewan uji untuk mengetahui
efek pemberian ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol daun dewandaru
serta kombinasinya terhadap penurunan kadar kolesterol darah.
56
DAFTAR PUSTAKA
Atinafu, D., G., dan Bedemo, B. 2011. Estimation of Total Free Fatty Acid and Cholesterol Content in Some Commercial Edible Oils in Ethiopia. Journal of Cereals and Oil Seeds. Ethiopia. Volume 2 :145.
Auterhoff, H., dan Kovar, K. 2002. Identifikasi Obat. Terbitan ke lima. Bandung : ITB
Backer, C.A., dan Van Den Brink,R.C.B. 1965. Flora of Java (Spermatophytes Only). Noordhoff-Groningen: The Netherlands.Volume 1 : 453-458.
Bachorik, P.S. 2001. Lipids and Dyslipoproteinemia. In Henry J.B (editor) Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methode. Philadelphia : W.B Saunders Company.
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.
___________. 2002. Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol.Jakarta : Penebar Swadaya.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_______________________. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_______________________. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_______________________. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_______________________. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
_______________________. 2010. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dewi, F. 2005. Penapisan Aktivitas Antikolesterol Ekstrak Air Rimpang Curcuma domestica Val., Bulbus Alium Sativum L., Rimpang Zingiber officinalis Rosc., Daun Eugenia polyantha Wight., dan Buah Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Men. Skripsi. Bandung : ITB.
Ganjar, I.G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
56
Gambhir, G. 2008. Chromatography. Acharya Narendra Dev College.
Graha, C. 2010. 100 Questions & Answers. Jakarta : PT Gramedia.
Gritter, R. J., Bobbit, J. M., dan Scwarting, A. E. 1991. Pengantar Kromatografi. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K. Bandung : ITB.
Guyton, A. C. dan J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Terjemahan:Irawati Setiawan. EGC. Jakarta.
Handa, S.S., Khanuja, S.P.S., Longo, G., and Rakesh, D.D. 2008. Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Italy : Trieste.
Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Diterjemahkan oleh Sujatmi. Bandung : ITB Press.
Hariana, A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hardiningsih, R dan Novik, N. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan Hiperkolesterolemia Terhadap Bobot Badan Tikus Putih Wistar yang Diberi Bakteri Asam Laktat. Biodiversitas. Volume 7 : 127-130.
Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Inawati, Syamsudin, Winarno., H. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Inai (Lawsonia inermis Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa, Kolesterol Total dan Trigliserida Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kimia Indonesia. Volume 1 : 98.
Lestari, Y.D. 2012. Pengaruh Pemberian Fraksi Air, Etil Asetat dan n-heksan Ekstrak Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Secara In Vitro.Skripsi. Semarang : STIFAR.
Kalimah, E. 2010. Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin Pada Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Kimia. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim.
Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi III. Universitas Surabaya : Salemba Medika.
Khotimah, K.D.S. 2004. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Klorofom dan Metanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) Terhadap Staphyloccus aureus, Shigella dysentriae dan Eschercia coli.Skripsi. Jakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
57
Martina, Luh Tut. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar LDL Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur Wistar Hiperlipidemia. Karya Tulis Ilmiah. Semarang : FK.UNDIP.
Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K. Bandung : ITB.
Mayes, P. A 1995. Oksidasi Biologi. Terjemahan Hortono. Biokimia Harper. Jakarta : EGC.
Montgomery, R., Dryer, R. L., Conway, T. W., Spector, A. A. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Terjemahan Ismadi M. jilid 2. Ed IV. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muharrami, K., L. 2011. Penentuan Kadar Kolesterol Dengan Metode Kromatografi Gas. Agrointek. Volume 5 : 65.
Mulja, M dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press.
Pepato Mt., folgado VBB., Kettelhut IC., Brunetti IL. 2011. Lack decoction of antidiabetic effect of a Eugenia jambolana leaf decoction on rat streptozotocin diabetes. Braz J Med Biol Res.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara.
Reynertson, K.A., Basile M.J., dan Kenelly E.J. 2007. Antioxidant Potential of Seven Myrtaceous Fruit. Ethnobotany journal. Volume 3:025-035.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung :ITB Press.
Roskoski, R. 1996. Biochemistry. United State of America : W.B. Saunders Company.
Sari, K., W. 2005. Studi Kemampuan Pengikatan Kolesterol Oleh Ekstrak Daun Suji (Pleomele angustifolia N. E. Brown) Dalam Simulasi Sistem Pencernaan In Vitro. Jurnal Institut Pertanian Bogor. Bogor : IPB.
Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta : Gajah Maja University Press.
_______________ . 2003. Spektroskopi.Yogyakarta: Liberty.
58
Schunack., Walter., Mayer., Klaus dan Haake. 1990. Senyawa Obat, Buku Pelajaran Kimia Farmasi. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh Joke R, W., Sriwoelan, S. Yogyakarta: UGM-Press.
Seran, E. 2011. Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV-Vis. Malang : Universitas Negeri Malang.
Soeharto,I.2001. Serangan Jantung dan Stroke. Edisi II. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.
Speicher C.E dan Smith T.W. 1996. Pemilihan Hewan Uji Laboratorium yang Efektif. Penerjemah: Suyono, J. Cetakan kedua. Jakarta: Kedokteran EGC.
Stahl,E.1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K dan Soediro. Bandung: ITB.
Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., Drajad, M., Wibowo, S., Ngatidjan. 2002. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian Obat Tradisional.Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Sumono, dan Wulan. 2008. The Use of Bay Leaf (Eugenia Pholyantha Wight) in dentistry. Dental Jurnal. 4 (3) : 41.
Underwood, A, L., dan Day, R, A. (Jr.). 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Diterjemahkan oleh Aloysius, H, P. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Utami, W.,dan Da’i, M.., 2005. Uji Aktivitas Penangkap Radikal denganMetode DPPH serta Penetapan Kandungan Fenol dan Flavonoid dalam Ekstrak Kloroform, Ekstrak Etil Asetat, Ekstrak Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.). Pharmacon. 6 (1) : 5-9.
Utami, W. 2007. Daya Hambat Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia Uniflora L.) Terhadap AktivitasGst Kelas PI Ginjal Tikus Secara In Vitro. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. 8 (2) : 110-118.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noerono Soewandi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Watson,G David. 2009. Analisis Farmasi Edisi 2. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Widyaningsih, W. 2011. Efek Ekstrak Etanol Rimpang temugiring (Curcuma heyneana val) Terhadap Kadar Trigliserida Jurnal Ilmiah Kefarmasian. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.
59
Lampiran 4. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. )
Tanaman Salam (Koleksi Pribadi)
Serbuk halus daun salam Ekstrak kental daun salam
64
Lampiran 5. Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
Tanaman Dewandaru (Kolesksi Pribadi)
Serbuk halus dewandaru Ekstrak kental dewandaru
65
Lampiran 6. Hasil Uji Kualitatif
Uji flavonoid
Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholSerbuk salam : Serbuk salam + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholEkstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholSerbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholK (-) : Etanol 70 % + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkoholK (+) : Baku Kuersetin + serbuk Mg + HCl (p) + amyl alkohol
Uji Saponin
Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + air panas + HCl 2NSerbuk salam : Serbuk salam + air panas + HCl 2NEkstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + air panas + HCl 2NSerbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + air panas + HCl 2NK (-) : Etanol 70 % + air panas + HCl 2N K (+) : Lerak + air panas + HCl 2N
66
Uji Tanin
Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + gelatin 0,5 % Serbuk salam : Serbuk salam + gelatin 0,5 % Ekstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + gelatin 0,5 % Serbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + gelatin 0,5 % K (-) : Etanol 70 % + gelatin 0,5 % K (+) : Baku tanin + gelatin 0,5 %
Uji Fenolik
Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + FeCl3
Serbuk salam : Serbuk salam + FeCl3
Ekstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + FeCl3
Serbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + FeCl3
K (-) : Etanol 70 % + FeCl3
K (+) : Baku fenol liquid + FeCl3
67
Uji Polifenol
Keterangan :Ekstrak salam : Ekstrak salam + K4FeCN6 + FeCl3
Serbuk salam : Serbuk salam + K4FeCN6 + FeCl3
Ekstrak dewandaru : Ekstrak dewandaru + K4FeCN6 + FeCl3
Serbuk dewandaru : Serbuk dewandaru + K4FeCN6 + FeCl3
K (-) : Etanol 70 % + K4FeCN6 + FeCl3
K (+) : Baku asam galat + K4FeCN6 + FeCl3
68
Lampiran 7. Hasil Uji KLT
Uji KLT Saponin pada UV 254 nm Uji KLT Tanin pada UV 254 nm
Uji KLT Flavonoid pada UV 254 nm
S DS D
B S D
69
Lampiran 9. Penimbangan Kolesterol dan Koreksi Kadar
Pembuatan baku induk 1000 ppm :
Ditimbang seksama 50 mg kolesterol, ditambahkan kloroform ad 50 mL,
lalu dihomogenkan.
1. Penimbangan Larutan Induk Baku Kolesterol
Kertas + zat = 0,5768 g
Kertas + sisa = 0,5267 g -
Berat zat = 0,0501 g 50,1 mg
Konsentrasi sebenarnya : 50,1 mg / 0,05 L
: 1002 ppm 200,4 ppm
72
2. Pengenceran Baku Induk
Dari konsentrasi 1000 ppm diencerkan menjadi 200 ppm dengan cara :
Dipipet 10,0 mL larutan induk 1000 ppm dimasukkan dalam labu takar
50 mL. Ditambahkan kloroform sampai tanda batas lalu dihomogenkan.
3. Perhitungan Deret Baku Kolesterol
Dari konsentrasi baku 200 ppm dibuat deret baku :
Konsentrasi Koreksi Kadar
100 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 100 ppm V1 = 4,99 mL 5,0 mL
100 ppm V1 x C1 = V2 x C2 3,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2
C2 = 100,2 ppm 120 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 120 ppm V1 = 5,98 mL 6,0 mL
120 ppm V1 x C1 = V2 x C2 4,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2 C2 = 120,24 ppm
140 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 140 ppm V1 = 6,98 mL 7,0 mL
140 ppm V1 x C1 = V2 x C2 5,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2 C2 = 140,28 ppm
160 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 160 ppm V1 = 7,98 mL 8,0 mL
160 ppm V1 x C1 = V2 x C2 6,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2 C2 = 160,32 ppm
180 ppm V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 200,4 ppm = 10 mL x 180 ppm V1 = 8,98 mL 7,0 mL
180 ppm V1 x C1 = V2 x C2 7,0 mL x 200,4 ppm = 10 mL x C2 C2 = 180,36 ppm
73
Lampiran 10. Pembuatan Larutan Uji Kolesterol
Contoh Pembuatan baku induk kolesterol :
Kertas + zat = 0,5768 g
Kertas + sisa = 0,5267 g -
Berat zat = 0,0501 g
Konsentrasi sebenarnya : 50,1 mg / 0,05 L
: 1002 ppm
Cara : Ditimbang seksama kolesterol 50,2 mg dimasukkan dalam labu takar
50 mL, ditambahkan kloroform sampai tanda batas, dihomogenkan.
Pembuatan Baku 180 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1002 ppm = 50 mL x 180 ppm
V1 = 8,98 mL ~ 9,0 mL ad 50 mL
Dari konsetrasi 1002 ppm dipipet 9,0 mL dimasukkan labu takar 50 mL,
ditambahkan kloroform sampai tanda batas lalu dihomogenkan.
74
Lampiran 14. Penimbangan Sampel
Sampel perbandingan Replikasi
Berat wadah + sampel (g)
Wadah kosong (g)
Berat sampel(g)
1 : 0I 28,7710 28,7209 0,0501
II 27,8820 27,8318 0,0502
III 24,0385 23,9883 0,0502
0 : 1I 24,1579 24,1076 0,0503
II 27,4875 27,4374 0,0501
III 28,2318 28,1816 0,0502
1 : 1I 27,5768 27,5266 0,0502
II 28,6057 28,5554 0,0503
III 24,2859 24,2355 0,0504
1 : 2I 27,5187 27,4682 0,0505
II 28,5176 28,4673 0,0503
III 24,2915 24,2413 0,0502
2 : 1I 28,6171 28,5668 0,0503
II 27,6182 27,5678 0,0504
III 24,8798 24,8297 0,0501
79
Lampiran 15. Pembuatan Sampel Perbandingan
1. Perbandingan 1:1
2. Perbandingan 2:1
3. Perbandingan 1:2
Ditimbang 1 g ekstrak etanol daun salam dan 1 g ekstrak etanol dewandaru
Dicampur dalam lumpang sampai homogen
Ditimbang 50,0 mg, dimasukkan labu takar 50 mL, ditambah kloroform hingga tanda batas
Dibuat deret konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600,700 dan 800 ppm
Ditimbang 2 g ekstrak etanol daun salam dan 1 g ekstrak etanol dewandaru
Dicampur dalam lumpang sampai homogen
Ditimbang 50,0 mg, dimasukkan labu takar 50 mL, ditambah kloroform hingga tanda batas
Dibuat deret konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600,700 dan 800 ppm
Ditimbang 1 g ekstrak etanol daun salam dan 2 g ekstrak etanol dewandaru
Dicampur dalam lumpang sampai homogen
Dibuat deret konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600,700 dan 800 ppm
Ditimbang 50,0 mg, dimasukkan labu takar 50 mL, ditambah kloroform hingga tanda batas
80
Lampiran 16. Pembuatan dan Perhitungan Deret Sampel
Contoh perhitungan ekstrak etanol daun dewa : kucai ( 1:0 )
Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol
Berat wadah + zat = 28,7710 g
Berat wadah + sisa = 28,7209 g _
Berat zat = 0,0501 g 50,1 mg ditambah kloroform 50 mL
Konsentrasi sebenarnya : 50,1 mg/0,05 L = 1002 ppm
Deret konsentrasi :
Sampel 100 ppm Sampel 500 ppm
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1002 ppm = 10 mL x 100ppm V1 x 1002 ppm = 10 mL x 500ppm
V1 = 0,998 mL 1,0 mL ad 10,0 mL V1 = 4,990 mL ~ 5,0 mL ad 10,0 mL
Sampel 200 ppm Sampel 600 ppm
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1002 ppm = 10 mL x 200ppm V1 x 1002 ppm = 10 mL x 600ppm
V1 = 1,996 mL ~ 2,0 mL ad 10,0 mL V1 = 5,986 mL ~ 6,0 mL ad 10,0 mL
Sampel 300 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
Sampel 700 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1002 ppm = 10 mL x 300 ppm V1 x 1002 ppm = 10 mL x 700ppm
V1 = 2,994 mL ~ 3,0 mL ad 10,0 mL V1 = 6,986 mL ~ 7,0 mL ad 10,0 mL
Sampel 400 ppm Sampel 800 ppm
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1002 ppm = 10 mL x 400ppm V1 x 1002 ppm = 10 mL x 800ppm
V1 = 3,992 mL ~ 4,0 mL ad 10,0 mL V1 = 7,984 mL ~ 8,0 mL ad 10,0 mL
81
Lampiran 17. Data Pengukuran Penurunan Kadar Kolesterol Sampel
% Penurunan Kolesterol = x 100%
Contoh perhitungan pada perbandingan 0 : 1
% Penurunan Kolesterol
a. Perbandingan 0 : 1
ReplikasiKonsentrasi
SampelAbsorbansi
KontrolAbsorbansi
Sampel% Penurunan kadar
kolesterol
ReplikasiI
sampel 100 ppm
0,5947
0,303 49,04 %sampel 200 ppm 0,292 50,89 %sampel 300 ppm 0,284 52,24 %sampel 400 ppm 0,275 53,76 %sampel 500 ppm 0,259 56,45 %sampel 600 ppm 0,278 53,25 %sampel 700 ppm 0,287 51,74 %Sampel 800 ppm 0,297 50,06 %
ReplikasiII
sampel 100 ppm
0,5922
0,294 50,38 %sampel 200 ppm 0,287 51,54 %sampel 300 ppm 0,273 53,90 %sampel 400 ppm 0,268 54,74 %sampel 500 ppm 0,258 56,43 %sampel 600 ppm 0,266 55,08 %sampel 700 ppm 0,280 52,72 %Sampel 800 ppm 0.291 50,86 %
ReplikasiIII
sampel 100 ppm
0,5972
0,318 46,75 %sampel 200 ppm 0,292 51,11 %sampel 300 ppm 0,282 52,78 %sampel 400 ppm 0,280 53,11 %sampel 500 ppm 0,258 56,80 %sampel 600 ppm 0,278 53,45 %sampel 700 ppm 0,279 53,28 %Sampel 800 ppm 0,297 50,27 %
82
b. Perbandingan 1 : 0
ReplikasiKonsentrasi
SampelAbsorbansi
KontrolAbsorbansi
Sampel% Penurunan kadar
kolesterol
ReplikasiI
sampel 100 ppm
0,5979
0,295 50,66 %sampel 200 ppm 0,288 51,83 %sampel 300 ppm 0,275 54,00 %sampel 400 ppm 0,270 54,84 %sampel 500 ppm 0,266 55,51 %sampel 600 ppm 0,269 55,01 %sampel 700 ppm 0,281 53,00 %Sampel 800 ppm 0,289 51,66 %
ReplikasiII
sampel 100 ppm
0,6154
0,307 50,11 %sampel 200 ppm 0,290 52,88 %sampel 300 ppm 0,286 53,53 %sampel 400 ppm 0,277 54,99 %sampel 500 ppm 0,261 57,59 %sampel 600 ppm 0,267 56,61 %sampel 700 ppm 0,274 55,48 %Sampel 800 ppm 0,285 53,69 %
ReplikasiIII
sampel 100 ppm
0,5930
0,310 47,72 %sampel 200 ppm 0,295 50,25 %sampel 300 ppm 0,283 52,28 %sampel 400 ppm 0,274 53,79 %sampel 500 ppm 0,262 55,82 %sampel 600 ppm 0,270 54,47 %sampel 700 ppm 0,283 52,28 %Sampel 800 ppm 0,298 49,75 %
c. Perbandingan 1 : 1
ReplikasiKonsentrasi
SampelAbsorbansi
KontrolAbsorbansi
Sampel% Penurunan
kadar kolesterol
ReplikasiI
sampel 100 ppm
0,5952
0,302 49,28 %sampel 200 ppm 0,295 50,44 %sampel 300 ppm 0,268 51,95 %sampel 400 ppm 0,277 53,46 %sampel 500 ppm 0,261 56,15 %sampel 600 ppm 0,275 53,79 %sampel 700 ppm 0,280 52,96 %Sampel 800 ppm 0,297 49,93 %
ReplikasiII
sampel 100 ppm
0,5978
0,314 47,47 %sampel 200 ppm 0,293 48,98 %sampel 300 ppm 0,289 51,66 %sampel 400 ppm 0,273 54,33 %sampel 500 ppm 0,261 56,34 %sampel 600 ppm 0,274 54,16 %sampel 700 ppm 0,282 52,83 %Sampel 800 ppm 0,293 50,99 %
Replikasi sampel 100 ppm 0,305 48,84 %
83
III
0,5962
sampel 200 ppm 0,291 51,19 %sampel 300 ppm 0,282 52,70 %sampel 400 ppm 0,273 54,21 %sampel 500 ppm 0,262 56,05 %sampel 600 ppm 0,279 53,20 %sampel 700 ppm 0,286 52,03 %Sampel 800 ppm 0,297 50,18 %
d. Perbandingan 2 : 1
ReplikasiKonsentrasi
SampelAbsorbansi
KontrolAbsorbansi
Sampel% Penurunan
kadar kolesterol
ReplikasiI
sampel 100 ppm
0,6628
0,312 52,93 %sampel 200 ppm 0,297 55,19 %sampel 300 ppm 0,287 56,69 %sampel 400 ppm 0,276 58,36 %sampel 500 ppm 0,259 60,92 %sampel 600 ppm 0,268 59,57 %sampel 700 ppm 0,276 58,36 %Sampel 800 ppm 0,286 56,85 %
ReplikasiII
sampel 100 ppm
0,6665
0,310 53,49 %sampel 200 ppm 0,295 55,74 %sampel 300 ppm 0,283 57,54 %sampel 400 ppm 0,274 58,59 %sampel 500 ppm 0,252 62,19 %sampel 600 ppm 0,265 60,69 %sampel 700 ppm 0,271 59,34 %Sampel 800 ppm 0,283 57,54 %
ReplikasiIII
sampel 100 ppm
0,6555
0,306 53,32 %sampel 200 ppm 0,292 55,45 %sampel 300 ppm 0,281 57,13 %sampel 400 ppm 0,269 58,96 %sampel 500 ppm 0,254 61,25 %sampel 600 ppm 0,266 59,42 %sampel 700 ppm 0,278 57,59 %Sampel 800 ppm 0,290 55,76 %
e. Perbandingan 1 : 2
Replikasi KonsentrasiSampel
AbsorbansiKontrol
AbsorbansiSampel % Penurunan kadar
kolesterol
ReplikasiI
sampel 100 ppm
0,6730
0,305 54,68 %sampel 200 ppm 0,294 56,32 %sampel 300 ppm 0,278 58,69 %sampel 400 ppm 0,265 60,62 %sampel 500 ppm 0,246 63,45 %sampel 600 ppm 0,272 59,58 %sampel 700 ppm 0,283 57,95 %Sampel 800 ppm 0,295 56,17 %sampel 100 ppm 0,308 54,57 %sampel 200 ppm 0,295 56,49 %
84
ReplikasiII
0,6780sampel 300 ppm 0,274 59,59 %sampel 400 ppm 0,262 61,36 %sampel 500 ppm 0,247 63,57 %sampel 600 ppm 0,271 60,03 %sampel 700 ppm 0,291 57,08 %Sampel 800 ppm 0,299 55,90 %
ReplikasiIII
sampel 100 ppm
0,6707
0,298 55,59 %sampel 200 ppm 0,267 60,19 %sampel 300 ppm 0,260 61,23 %sampel 400 ppm 0,252 62,43 %sampel 500 ppm 0,240 64,22 %sampel 600 ppm 0,260 61,23 %sampel 700 ppm 0,275 58,90 %Sampel 800 ppm 0,281 58,10 %
85
Lampiran 18. Hasil Persen Penurunan Kadar Kolesterol
% Penurunan Kolesterol Perbandingan 1 : 0
Konsentrasi ReplikasiI ReplikasiII ReplikasiIII Rata-rata %100 ppm 50,66 % 50,11 % 47,72 % 49,49 %200 ppm 51,83 % 52,88 % 50,25 % 51,65 %300 ppm 54,00 % 53,53 % 52,28 % 53,50 %400 ppm 54,84 % 54,99 % 53,79 % 54,54 %500 ppm 55,51 % 57,59 % 55,82 % 56,31 %600 ppm 55,01 % 56,61 % 54,47 % 55,36 %700 ppm 53,00 % 55,48 % 52,28 % 53,59 %800 ppm 51,66 % 53,69 % 49,75 % 51,80 %
% Penurunan Kolesterol Perbandingan 0 : 1
Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata %
100 ppm 49,04 % 50,35 % 46,75 % 49,72 %200 ppm 50,89 % 51,54 % 51,11 % 51,18 %300 ppm 52,24 % 53,90 % 52,78 % 52,96 %400 ppm 53,76 % 54,74 % 53,11 % 53,87 %500 ppm 56,45 % 56,43 % 56,80 % 56,56 %600 ppm 53,25 % 55,08 % 53,45 % 53,93 %700 ppm 51,74 % 52,72 % 53,28 % 52,58 %800 ppm 50,56 % 50,86 % 50,27 % 50,56 %
% Penurunan Kolesterol Perbandingan 1 : 1
Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata %100 ppm 49,26 % 47,47 % 48,84 % 48,52 %200 ppm 50,44 % 48,98 % 51,19 % 50,20 %300 ppm 51,95 % 51,66 % 52,70 % 52,10 %400 ppm 53,46 % 54,33 % 54,21 % 54,00 %500 ppm 56,15 % 56,34 % 56,05 % 56,18 %600 ppm 53,79 % 54,16 % 53,20 % 53,72 %700 ppm 52,96 % 52,83 % 52,03 % 52,61 %800 ppm 49,93 % 50,99 % 50,18 % 50,37 %
% Penurunan Kolesterol Perbandingan 2 : 1
Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata %100 ppm 52,93 % 53,49 % 53,32 % 53,25 %200 ppm 55,19 % 55,74 % 55,45 % 53,46 %300 ppm 56,69 % 57,54 % 57,13 % 57,13 %400 ppm 58,36 % 58,59 % 58,96 % 58,74 %500 ppm 60,92 % 62,19 % 61,25 % 61,45 %600 ppm 59,57 % 60,69 % 59,42 % 59,89 %700 ppm 58,36 % 59,34 % 57,59 % 58,43 %800 ppm 56,85 % 57,54 % 55,76 % 56,71 %
% Penurunan Kolesterol Perbandingan 1 : 2
86
Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-rata %100 ppm 54,68 % 54,57 % 55,59 % 54,95 %200 ppm 56,32 % 56,49 % 60,19 % 57,67 %300 ppm 58,69 % 59,59 % 61,23 % 59,84 %400 ppm 60,62 % 61,36 % 62,43 % 61,47 %500 ppm 63,45 % 63,57 % 64,22 % 63,75 %600 ppm 59,58 % 60,03 % 61,23 % 60,38 %700 ppm 57,95 % 57,08 % 58,90 % 58,01%800 ppm 56,17 % 55,90 % 58,10 % 56,72 %
87
Lampiran 19. Data Penimbangan Bahan Ekstrak
1. Daun Salam
Berat cawan + ekstrak = 164,647 g
Berat cawan kosong = 140,438 g _
Berat ekstrak = 24,209 g
Rendemen ekstrak = x 100%
2. Daun Dewandaru
Berat cawan + ekstrak = 182,385 g
Berat cawan kosong = 153,753 g _
Berat ekstrak = 28,632 g
Rendemen ekstrak = x 100%
88
89
Lampiran 21. Hasil Analisa Data SPSS
Explore
sampel
Case Processing Summary
Sampel
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Persen penurunan
kolesterol
Daun salam : daun
dewandarui (1:0)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%
Daun salam : daun
dewandaru (2:1)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%
Daun salam : daun
dewandaru (1:1)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%
Daun salam : daun
dewandaru (1:2)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%
Daun salam : daun
dewandaru (0:1)21 100.0% 0 .0% 21 100.0%
90
Descriptives
Persen penurunan kolesterol
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
Daun salam : daun
dewandarui (1:0)21 51.8871 2.07968 .45382 50.9405 52.8338 47.77 56.62
Daun salam : daun
dewandaru (2:1)21 57.4648 3.36952 .73529 55.9310 58.9985 50.14 63.66
Daun salam : daun
dewandaru (1:1)21 55.2748 2.49801 .54511 54.1377 56.4118 50.87 59.61
Daun salam : daun
dewandaru (1:2)21 60.0271 3.28350 .71652 58.5325 61.5218 53.26 65.79
Daun salam : daun
dewandaru (0:1)21 53.4100 2.71668 .59283 52.1734 54.6466 46.21 57.21
Total 105 55.6128 4.01756 .39207 54.8353 56.3903 46.21 65.79
Tests of Normality
Sampel
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Persen penurunan
kolesterol
Daun salam : daun
dewandarui (1:0).137 21 .200* .983 21 .965
Daun salam : daun
dewandaru (2:1).094 21 .200* .973 21 .808
Daun salam : daun
dewandaru (1:1).089 21 .200* .971 21 .758
Daun salam : daun
dewandaru (1:2).090 21 .200* .981 21 .933
Daun salam : daun
dewandaru (0:1).115 21 .200* .942 21 .240
a. Lilliefors Significance Correction
91
Tests of Normality
Sampel
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Persen penurunan
kolesterol
Daun salam : daun
dewandarui (1:0).137 21 .200* .983 21 .965
Daun salam : daun
dewandaru (2:1).094 21 .200* .973 21 .808
Daun salam : daun
dewandaru (1:1).089 21 .200* .971 21 .758
Daun salam : daun
dewandaru (1:2).090 21 .200* .981 21 .933
Daun salam : daun
dewandaru (0:1).115 21 .200* .942 21 .240
*. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variances
Persen penurunan kolesterol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.361 4 100 .253
Oneway
ANOVA
Persen penurunan kolesterol
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 877.029 4 219.257 27.352 .000
Within Groups 801.610 100 8.016
Total 1678.639 104
Post Hoc Tests
92
Multiple Comparisons
Persen penurunan kolesterol
Tukey HSD
(I) sampel (J) sampel
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Daun salam : daun
dewandarui (1:0)
Daun salam : daun
dewandaru (2:1)-5.57762* .87375 .000 -8.0051 -3.1502
Daun salam : daun
dewandaru (1:1)-3.38762* .87375 .002 -5.8151 -.9602
Daun salam : daun
dewandaru (1:2)-8.14000* .87375 .000 -10.5674 -5.7126
Daun salam : daun
dewandaru (0:1)-1.52286 .87375 .413 -3.9503 .9046
Daun salam : daun
dewandaru (2:1)
Daun salam : daun
dewandarui (1:0)5.57762* .87375 .000 3.1502 8.0051
Daun salam : daun
dewandaru (1:1)2.19000 .87375 .097 -.2374 4.6174
Daun salam : daun
dewandaru (1:2)-2.56238* .87375 .033 -4.9898 -.1349
Daun salam : daun
dewandaru (0:1)4.05476* .87375 .000 1.6273 6.4822
Daun salam : daun
dewandaru (1:1)
Daun salam : daun
dewandarui (1:0)3.38762* .87375 .002 .9602 5.8151
Daun salam : daun
dewandaru (2:1)-2.19000 .87375 .097 -4.6174 .2374
Daun salam : daun
dewandaru (1:2)-4.75238* .87375 .000 -7.1798 -2.3249
Daun salam : daun
dewandaru (0:1)1.86476 .87375 .214 -.5627 4.2922
Daun salam : daun
dewandaru (1:2)
Daun salam : daun
dewandarui (1:0)8.14000* .87375 .000 5.7126 10.5674
Daun salam : daun
dewandaru (2:1)
2.56238* .87375 .033 .1349 4.9898
93
Daun salam : daun
dewandaru (1:1)4.75238* .87375 .000 2.3249 7.1798
Daun salam : daun
dewandaru (0:1)6.61714* .87375 .000 4.1897 9.0446
Daun salam : daun
dewandaru (0:1)
Daun salam : daun
dewandarui (1:0)1.52286 .87375 .413 -.9046 3.9503
Daun salam : daun
dewandaru (2:1)-4.05476* .87375 .000 -6.4822 -1.6273
Daun salam : daun
dewandaru (1:1)-1.86476 .87375 .214 -4.2922 .5627
Daun salam : daun
dewandaru (1:2)-6.61714* .87375 .000 -9.0446 -4.1897
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Konsentrasi
94
Case Processing Summary
Konsentras
i
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Persen penurunan
kolesterol
100 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
200 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
300 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
400 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
500 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
600 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
700 ppm 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Descriptives
Persen penurunan kolesterol
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum MaximumLower Bound Upper Bound
100 ppm 15 51.8200 2.80934 .72537 50.2642 53.3758 46.21 55.70
200 ppm 15 54.2440 2.96209 .76481 52.6036 55.8844 49.12 58.34
300 ppm 15 56.1080 3.20285 .82697 54.3343 57.8817 51.31 62.28
400 ppm 15 57.7353 3.57534 .92315 55.7554 59.7153 51.65 64.91
500 ppm 15 59.7007 3.76951 .97328 57.6132 61.7882 53.67 65.79
600 ppm 15 56.0700 3.24493 .83784 54.2730 57.8670 51.82 62.72
700 ppm 15 53.6113 3.24439 .83770 51.8146 55.4080 48.81 59.68
Total 105 55.6128 4.01756 .39207 54.8353 56.3903 46.21 65.79
95
Tests of Normality
Konsentras
i
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Persen penurunan
kolesterol
100 ppm .119 15 .200* .960 15 .699
200 ppm .115 15 .200* .946 15 .460
300 ppm .136 15 .200* .971 15 .869
400 ppm .130 15 .200* .977 15 .941
500 ppm .146 15 .200* .946 15 .461
600 ppm .131 15 .200* .949 15 .501
700 ppm .221 15 .047 .919 15 .185
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variances
Persen penurunan kolesterol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.380 6 98 .890
Oneway
ANOVA
Persen penurunan kolesterol
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 629.023 6 104.837 9.788 .000
Within Groups 1049.616 98 10.710
Total 1678.639 104
Post Hoc Tests
96
Multiple Comparisons
Persen penurunan kolesterol
Tukey HSD
(I)
Konsentrasi
(J)
Konsentrasi
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
100 ppm 200 ppm -2.42400 1.19501 .404 -6.0215 1.1735
300 ppm -4.28800* 1.19501 .009 -7.8855 -.6905
400 ppm -5.91533* 1.19501 .000 -9.5129 -2.3178
500 ppm -7.88067* 1.19501 .000 -11.4782 -4.2831
600 ppm -4.25000* 1.19501 .010 -7.8475 -.6525
700 ppm -1.79133 1.19501 .745 -5.3889 1.8062
200 ppm 100 ppm 2.42400 1.19501 .404 -1.1735 6.0215
300 ppm -1.86400 1.19501 .708 -5.4615 1.7335
400 ppm -3.49133 1.19501 .063 -7.0889 .1062
500 ppm -5.45667* 1.19501 .000 -9.0542 -1.8591
600 ppm -1.82600 1.19501 .727 -5.4235 1.7715
700 ppm .63267 1.19501 .998 -2.9649 4.2302
300 ppm 100 ppm 4.28800* 1.19501 .009 .6905 7.8855
200 ppm 1.86400 1.19501 .708 -1.7335 5.4615
400 ppm -1.62733 1.19501 .820 -5.2249 1.9702
500 ppm -3.59267 1.19501 .051 -7.1902 .0049
600 ppm .03800 1.19501 1.000 -3.5595 3.6355
700 ppm 2.49667 1.19501 .367 -1.1009 6.0942
400 ppm 100 ppm 5.91533* 1.19501 .000 2.3178 9.5129
200 ppm 3.49133 1.19501 .063 -.1062 7.0889
300 ppm 1.62733 1.19501 .820 -1.9702 5.2249
500 ppm -1.96533 1.19501 .654 -5.5629 1.6322
600 ppm 1.66533 1.19501 .804 -1.9322 5.2629
700 ppm 4.12400* 1.19501 .014 .5265 7.7215
500 ppm 100 ppm 7.88067* 1.19501 .000 4.2831 11.4782
97
200 ppm 5.45667* 1.19501 .000 1.8591 9.0542
300 ppm 3.59267 1.19501 .051 -.0049 7.1902
400 ppm 1.96533 1.19501 .654 -1.6322 5.5629
600 ppm 3.63067* 1.19501 .046 .0331 7.2282
700 ppm 6.08933* 1.19501 .000 2.4918 9.6869
600 ppm 100 ppm 4.25000* 1.19501 .010 .6525 7.8475
200 ppm 1.82600 1.19501 .727 -1.7715 5.4235
300 ppm -.03800 1.19501 1.000 -3.6355 3.5595
400 ppm -1.66533 1.19501 .804 -5.2629 1.9322
500 ppm -3.63067* 1.19501 .046 -7.2282 -.0331
700 ppm 2.45867 1.19501 .386 -1.1389 6.0562
700 ppm 100 ppm 1.79133 1.19501 .745 -1.8062 5.3889
200 ppm -.63267 1.19501 .998 -4.2302 2.9649
300 ppm -2.49667 1.19501 .367 -6.0942 1.1009
400 ppm -4.12400* 1.19501 .014 -7.7215 -.5265
500 ppm -6.08933* 1.19501 .000 -9.6869 -2.4918
600 ppm -2.45867 1.19501 .386 -6.0562 1.1389
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kelompok
98
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Persen penurunan
kolesterol
perbandingan 1:0
konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:0
konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:0
konsentrasi 300 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:0
konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:0
konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:0
konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:0
konsentrasi 700 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 2:1
konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 2:1
konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 2:1
konsentrasi 300 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 2:1
konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 2:1
konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 2:1
konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 2:1
konsentrasi 700 ppm
3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
99
perbandingan 1:1
konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:1
konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:1
konsentrasi 300 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:1
konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:1
konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:1
konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:1
konsentrasi 700 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:2
konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:2
konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:2
konsentrasi 300 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:2
konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:2
konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:2
konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 1:2
konsentrasi 700 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 0:1
konsentrasi 100 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 0:1
konsentrasi 200 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 0:1
konsentrasi 300 ppm
3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
100
perbandingan 0:1
konsentrasi 400 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 0:1
konsentrasi 500 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 0:1
konsentrasi 600 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
perbandingan 0:1
konsentrasi 700 ppm3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Descriptives
Persen penurunan kolesterol
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
perbandingan 1:0
konsentrasi 100 ppm3 49.0833 1.14177 .65920 46.2470 51.9196 47.77 49.84
perbandingan 1:0
konsentrasi 200 ppm3 50.3767 1.10392 .63735 47.6344 53.1189 49.12 51.19
perbandingan 1:0
konsentrasi 300 ppm3 52.1200 .88221 .50935 49.9285 54.3115 51.31 53.06
perbandingan 1:0
konsentrasi 400 ppm3 53.3567 1.47832 .85351 49.6843 57.0290 51.65 54.24
perbandingan 1:0
konsentrasi 500 ppm3 55.0467 1.48480 .85725 51.3582 58.7351 53.67 56.62
perbandingan 1:0
konsentrasi 600 ppm3 52.2867 .62748 .36228 50.7279 53.8454 51.82 53.00
perbandingan 1:0
konsentrasi 700 ppm3 50.9400 .26907 .15535 50.2716 51.6084 50.64 51.16
perbandingan 2:1
konsentrasi 100 ppm3 52.8700 2.37228 1.36963 46.9769 58.7631 50.14 54.43
perbandingan 2:1
konsentrasi 200 ppm3 56.1467 .59501 .34353 54.6686 57.6247 55.49 56.65
101
perbandingan 2:1
konsentrasi 300 ppm3 57.9633 1.04773 .60491 55.3606 60.5660 56.85 58.93
perbandingan 2:1
konsentrasi 400 ppm3 59.6733 1.77824 1.02667 55.2559 64.0907 58.06 61.58
perbandingan 2:1
konsentrasi 500 ppm3 62.8000 .76864 .44377 60.8906 64.7094 62.18 63.66
perbandingan 2:1
konsentrasi 600 ppm3 57.7633 1.02627 .59252 55.2139 60.3127 57.00 58.93
perbandingan 2:1
konsentrasi 700 ppm3 55.0367 2.83073 1.63432 48.0047 62.0686 51.85 57.26
perbandingan 1:1
konsentrasi 100 ppm3 52.7733 1.38019 .79685 49.3447 56.2019 51.50 54.24
perbandingan 1:1
konsentrasi 200 ppm3 54.3000 .93215 .53818 51.9844 56.6156 53.57 55.35
perbandingan 1:1
konsentrasi 300 ppm3 55.9800 .43715 .25239 54.8941 57.0659 55.48 56.29
perbandingan 1:1
konsentrasi 400 ppm3 57.4000 .43278 .24987 56.3249 58.4751 56.91 57.73
perbandingan 1:1
konsentrasi 500 ppm3 59.3433 .24440 .14111 58.7362 59.9505 59.13 59.61
perbandingan 1:1
konsentrasi 600 ppm3 54.7200 1.04933 .60583 52.1133 57.3267 53.73 55.82
perbandingan 1:1
konsentrasi 700 ppm3 52.4067 1.45775 .84163 48.7854 56.0279 50.87 53.77
perbandingan 1:2
konsentrasi 100 ppm3 54.8367 1.36749 .78952 51.4396 58.2337 53.26 55.70
perbandingan 1:2
konsentrasi 200 ppm3 58.2033 .13051 .07535 57.8791 58.5275 58.08 58.34
perbandingan 1:2
konsentrasi 300 ppm3 60.5933 1.74792 1.00916 56.2513 64.9354 58.79 62.28
perbandingan 1:2
konsentrasi 400 ppm3 62.7367 1.99453 1.15154 57.7820 67.6913 60.99 64.91
perbandingan 1:2
konsentrasi 500 ppm3 64.5467 1.08786 .62807 61.8443 67.2491 63.77 65.79
perbandingan 1:2
konsentrasi 600 ppm3 60.9300 1.82074 1.05121 56.4070 65.4530 59.08 62.72
102
perbandingan 1:2
konsentrasi 700 ppm3 58.3433 1.17738 .67976 55.4185 61.2681 57.46 59.68
perbandingan 0:1
konsentrasi 100 ppm3 49.5367 2.96958 1.71449 42.1598 56.9135 46.21 51.92
perbandingan 0:1
konsentrasi 200 ppm3 52.1933 1.12594 .65006 49.3964 54.9903 51.14 53.38
perbandingan 0:1
konsentrasi 300 ppm3 53.8833 .20033 .11566 53.3857 54.3810 53.69 54.09
perbandingan 0:1
konsentrasi 400 ppm3 55.5100 .67735 .39107 53.8274 57.1926 55.07 56.29
perbandingan 0:1
konsentrasi 500 ppm3 56.7667 .44501 .25693 55.6612 57.8721 56.32 57.21
perbandingan 0:1
konsentrasi 600 ppm3 54.6500 .94064 .54308 52.3133 56.9867 53.69 55.57
perbandingan 0:1
konsentrasi 700 ppm3 51.3300 2.18248 1.26005 45.9084 56.7516 48.81 52.61
Total 105 55.6128 4.01756 .39207 54.8353 56.3903 46.21 65.79
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Persen penurunan
kolesterol
perbandingan 1:0
konsentrasi 100 ppm.354 3 . .822 3 .167
perbandingan 1:0
konsentrasi 200 ppm.323 3 . .879 3 .322
perbandingan 1:0
konsentrasi 300 ppm.225 3 . .984 3 .756
perbandingan 1:0
konsentrasi 400 ppm.378 3 . .767 3 .039
perbandingan 1:0
konsentrasi 500 ppm.219 3 . .987 3 .780
perbandingan 1:0
konsentrasi 600 ppm
.320 3 . .884 3 .337
103
perbandingan 1:0
konsentrasi 700 ppm.284 3 . .934 3 .503
perbandingan 2:1
konsentrasi 100 ppm.356 3 . .818 3 .157
perbandingan 2:1
konsentrasi 200 ppm.268 3 . .950 3 .570
perbandingan 2:1
konsentrasi 300 ppm.222 3 . .985 3 .768
perbandingan 2:1
konsentrasi 400 ppm.232 3 . .980 3 .726
perbandingan 2:1
konsentrasi 500 ppm.289 3 . .927 3 .477
perbandingan 2:1
konsentrasi 600 ppm.320 3 . .884 3 .337
perbandingan 2:1
konsentrasi 700 ppm.300 3 . .913 3 .429
perbandingan 1:1
konsentrasi 100 ppm.222 3 . .985 3 .768
perbandingan 1:1
konsentrasi 200 ppm.301 3 . .912 3 .423
perbandingan 1:1
konsentrasi 300 ppm.335 3 . .858 3 .263
perbandingan 1:1
konsentrasi 400 ppm.311 3 . .897 3 .378
perbandingan 1:1
konsentrasi 500 ppm.253 3 . .964 3 .637
perbandingan 1:1
konsentrasi 600 ppm.208 3 . .992 3 .826
perbandingan 1:1
konsentrasi 700 ppm.214 3 . .989 3 .803
perbandingan 1:2
konsentrasi 100 ppm.366 3 . .796 3 .105
perbandingan 1:2
konsentrasi 200 ppm
.207 3 . .992 3 .831
104
perbandingan 1:2
konsentrasi 300 ppm.193 3 . .997 3 .890
perbandingan 1:2
konsentrasi 400 ppm.251 3 . .966 3 .644
perbandingan 1:2
konsentrasi 500 ppm.333 3 . .862 3 .273
perbandingan 1:2
konsentrasi 600 ppm.180 3 . .999 3 .945
perbandingan 1:2
konsentrasi 700 ppm.317 3 . .889 3 .351
perbandingan 0:1
konsentrasi 100 ppm.291 3 . .924 3 .468
perbandingan 0:1
konsentrasi 200 ppm.214 3 . .989 3 .804
perbandingan 0:1
konsentrasi 300 ppm.193 3 . .997 3 .890
perbandingan 0:1
konsentrasi 400 ppm.359 3 . .811 3 .141
perbandingan 0:1
konsentrasi 500 ppm.176 3 . 1.000 3 .988
perbandingan 0:1
konsentrasi 600 ppm.184 3 . .999 3 .930
perbandingan 0:1
konsentrasi 700 ppm.382 3 . .758 3 .018
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Persen penurunan kolesterol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.442 34 70 .001
105
Univariate Analysis of Variance
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Persen penurunan kolesterol
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1547.180a 34 45.505 24.231 .000
Intercept 324741.825 1 324741.825 1.729E5 .000
kelompokperbandingan 1547.180 34 45.505 24.231 .000
Error 131.460 70 1.878
Total 326420.465 105
Corrected Total 1678.639 104
a. R Squared = ,922 (Adjusted R Squared = ,884)
Post Hoc Tests
KeteranganPerbandingan Daun Salam : Daun Dewandaru
Konsentrasi 100 ppm Konsentrasi 200 Konsentrasi 300 Konsentrasi 400 Konsentrasi 500 Konsentrasi 600 Konsentrasi 7001 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Perbandingan daun S
alam dan D
aun Dew
andaru
Konsentrasi 100
1 TB TB B TB TB B B B TB TB B B B B TB B B B B B B B B B TB B B B B TB B TB B TB2 TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB3 TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB4 B TB TB B TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TB5 TB TB TB B TB B B B TB TB B B B TB TB B B B B B B B B B TB B B B TB TB B TB B TBK
onsentrasi 200
1 TB TB TB TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B B B B B B B TB B TB B TB TB B TB B TB2 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB TB TB B3 B TB TB TB B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TB4 B B B TB B B TB TB B B TB TB TB TB B TB TB B TB TB B TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB B5 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B B TB B TB B TB TB TB TB B TBK
onsentrasi 300
1 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B B TB B TB B TB TB TB TB B TB2 B B B TB B B TB TB TB B B TB TB TB B TB TB B TB TB B TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB B3 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB B TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB TB TB B4 B B B B B B TB B TB B B TB B B B TB TB TB B B TB TB TB TB B TB B TB B B B B TB B5 B TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB B TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TBK
onsentrasi 400
1 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB B TB2 B B B B B B TB B TB B B TB TB TB B B TB TB TB B TB TB B TB B TB B TB B B B B TB B3 B B B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB B TB TB TB TB B TB B TB B4 B B B B B B B B B B B B B TB B B TB B B B TB TB TB B B B B TB B B B B TB B5 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB TB TB B TB B TB TB B TB TB TB B TB B TB TB TB TBK
onsentrasi 500
1 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB B TB B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TB2 B B B B B B B B B B B B B TB B B TB B TB B B TB TB B B B B TB B B B B TB B3 B B B B B B TB B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB B TB B TB B TB B B TB B TB B4 B B B B B B B B B B B B B TB B B B B TB B B TB B B B B B TB B B B B B B5 B TB TB TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B B TB TB TB TB B TB TB TB BK
onsentrasi 600
1 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B B B TB B TB TB TB TB B TB2 B B B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB B TB TB TB B TB B TB B3 B TB TB TB B TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB TB B TB TB TB TB TB TB4 B B B B B B B B TB B B TB B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB B TB B B B B B TB B5 B TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TBK
onsentrasi 700
1 TB TB TB TB TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B B TB B B B B TB B TB B TB TB TB B TB2 B TB TB TB B B TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B TB B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB3 TB TB TB TB TB TB TB TB B TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B TB TB B TB B TB TB TB B TB4 B B B TB B B TB TB TB B B TB TB TB TB B TB TB TB TB TB TB TB B TB B TB TB TB TB B TB B B5 TB TB TB TB TB TB B TB B TB TB B B B TB TB B B B TB TB B B B B TB B TB B TB TB TB TB B
Keterangan : 1 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (1:0)2 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (2:1)3 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (1:1)4 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (1:2)5 Perbandingan daun Salam dan Daun Dewandaru (0:1)B Berbeda Signifikan jika < 0,05
TB Tidak Berbeda Signifikan jika > 0,05
106