pemeriksaan tkp (final)
DESCRIPTION
forensikTRANSCRIPT
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
PENDAHULUAN
Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan atau tempat
terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian. Meskipun
kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidak pernah terjadi suatu tindak pidana, tempat tersebut
tetap disebut sebagai TKP.1
Dalam proses penyidikan untuk mengungkapkan suatu perkara pidana yang menyangkut
nyawa manusia, pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP) merupakan kunci keberhasilan
upaya pengungkapan tersebut. Penanganan yang baik, tepat, cermat dan dilaksanakan secara
profesional merupakan pertanda akan tercapainya keberhasilan penyidikan untuk untuk membuat
jelas dan terang perkara yang akan dihadapi. Sebaliknya bilamana penanganan di TKP tidak
dilakukan secara profesional, maka sulit diharapkan pengungkapan kasus berjalan dengan mulus,
bahkan tidak jarang menemukan jalan buntu. Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan
lancar, maka penyidik dan dokter perlu mengetahui bagaimana cara penanganan yang seharusnya
bilamana mereka diharuskan melakukan pemeriksaan di TKP.3
Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti ketentuan yang berlaku umum
pada penyelidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah keadaan TKP. Semua benda
bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboratorium setelah sebelumnya diamankan sesuai
prosedur. Selanjutnya dokter dapat memberikan pendapatnya dan mendiskusikannya dengan
penyidik untuk memperkirakan terjadinya peristiwa dan merencanakan langkah penyelidikan
lebih lanjut. Bila korban masih hidup maka tindakan yang utama dan pertama bagi dokter adalah
menyelamatkan korban dengan tetap menjaga keutuhan TKP. Bila korban telah mati, tugas
dokter adalah menegakkan diagnosis kematian, memperkirakan saat, sebab, cara kematian,
menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis. Bila perlu dokter dapat
melakukan anamnesa dengan saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran riwayat medis korban.1.
Halaman 1
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
ASPEK HISTORIS
Sejak masa pra-sejarah, manusia telah belajar meninggalkan bukti berupa sidik jari/cap
tangan pada lukisan-lukisan kuno dan pahatan batu yang mereka buat. Metode ini kemudian juga
digunakan oleh masyarakat Babylonia kuno pada peralatan tanah liat dalam melakukan
transaksi.4
Pada tahun 1100 M, Quintillian, seorang pengacara pada pengadilan Roma pada masa itu
membuktikan bahwa suatu cap tangan berdarah ditinggalkan untuk menjebak seorang pria buta
atas pembunuhan terhadap ibunya. 128 tahun kemudian (1248 M) di Cina terbit sebuah buku
berjudul His Duan Yu (The Washing Away of Wrong), yang menjelaskan bagaimana
membedakan antara kematian akibat tenggelam dan pencekikan, dan merupakan penerapan
pengetahuan medis yang pertama kali tercatat dalam pengungkapan kejahatan.4
Setelah Marcello Malphigi (1686) mengamti adanya ridges (celah), spirals (lekukan), dan
loops (lingkaran) pada sidik jari, penerapannya dalam identifikasi sidik jari kasus kriminal
pertama kali dilakukan oleh Juan Vucetich (1891). Namun baru pada tahun 1903 The New York
State Prison memulai penggunaan sistematis sidik jari di Amerika Serikat untuk identifikasi
pelaku kejahatan. Penerapan identifikasi dengan menggunakan sidik jari kemudian semakin
berkembang hingga pada tahun 1977 Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI)
memperkenalkan AFIS (Automated Fingerprint Identification System) dengan pemindaian
terkomputerisasi yang pertama kali terhadap sidik jari.4
DASAR HUKUM
Diperlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat bergantung pada
kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korbannya, tempat kejadiannya,
kejadiannya atau tersangka pelakunya. Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa suatu
tindakpidana yang menyangkut nyawa manusia (mati) telah terjadi, pihak penyidik dapat
meminta bantuan dari dokter untuk melakukan pemeriksaan di TKP. Peranan dokter di TKP
adalah membantu penyidik dalam mengungkap kasus dari sudut kedokteran forensik. Pada
dasarnya semua dokter dapat bertindak sebagai pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan
Halaman 2
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
spesialisasi dalam ilmu kedokteran, adalah lebih baik bila dokter ahli forensik atau dokter
kepolisian yang hadir.1,3
Ketentuan yang mengatur tentang permintaan bantuan ini telah ditetapkan dalam KUHAP
pada pasal-pasal berikut:3
Pasal 120:(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yeng
memiliki keahlian khusus.(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan
memberikan keterangan menurut pengetahuannya yangsebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat dan martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.
Pasal 133:(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayatdan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian lain badan mayat.
Pasal 224:Barangsiapa dipanggil sebagai saksi ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam:1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN TKP
Sebelum memulai pemeriksaan TKP, seorang pemeriksa (dalam hal ini dokter) harus
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang tempat kejadian. Hendaknya dokter
terlebih dahulu telah mendapatkan informasi secara global tentang kasus yang bersangkutan.
Untuk tujuan ini digunakan panduan hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan: 3, 1,5
Halaman 3
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
1. Apa yang terjadi?2. Siapa yang tersangkut?3. Di mana dan kapan terjadi?4. Bagaimana terjadinya?5. Dengan apa melakukannya?6. Mengapa terjadi?
Informasi yang dikumpulkan ditujukan untuk mencegah pengrusakan bukti yang
berharga dan/atau mudah rusak. Setelah informasi terkumpul, disusunlah suatu mental plan
tentang bagaimana TKP tersebut akan dianalisa. Dokter harus selalu ingat untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan yang dapat merubah, mengganggu, atau merusak keadaan di tempat kejadian
tersebut; walaupun sebagai kelanjutan dari pemeriksaan itu dokter harus mengumpulkan segala
benda bukti seperti bercak darah,air mani, sisa obat dan makanan. Dengan demikian, sebelum
dokter melakukan pemeriksaan maka tempat tersebut haruslah diamankan (dijaga keasliannya),
dan diabadikan dengan membuat foto atau sektsa keadaan di TKP. 3
Perlengkapan yang sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan di TKP adalah :1
Kamera
Film berwarna dan hitam putih (untuk ruangan gelap)
Lampu kilat,senter,ultraviolet
Alat tulis
Amplop atau kantong plastic
Pinset, scalpel, jarum
Tang
Kaca pembesar
Thermometer rectal dan thermometer ruangan
Sarung tangan, kapas dan kertas saring
Halaman 4
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
Adalah suatu ketentuan umum
bahwa permintaan polisi terhadap ke-
hadiran dokter di TKP selalu mendesak.
Karenanya, penting untuk selalu memiliki
persiapan peralatan yang bukan hanya
untuk keperluan medis, melainkan juga
untuk tujuan forensik. 5
PENGENALAN TKP
Ketika seorang petugas tiba di TKP, ia tidak dapat begitu saja langsung memulai
mengumpulkan bukti. Tujuan pengenalan TKP adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai
ke arah mana penyelidikan ini dan mengembangkan pendekatan yang sistematis untuk
menemukan dan mengumpulkan bukti. Pada tahap ini, pemeriksa TKP hanya menggunakan
penginderaannya (mata, telinga, hidung: see, hear, smell), bersama kertas dan pena. 7
Langkah pertama adalah menentukan luasnya tempat kejadian. Misalnya pada kasus
pembunuhan dan korban terbunuh di rumahnya, tempat kejadian adalah rumah dan lingkungan
terdekat di luarnya. Sangatlah penting mengamankan TKP dan daerah lain yang nantinya
mungkin akan turut menjadi bagian penyelidikan. 7,8
Biasanya, petugas polisi yang pertama tiba di lokasi mengamankan core area (daerah
inti) –bagian paling jelas dari TKP di mana sebagian besar bukti terkonsentrasi. Ketika petugas
pemeriksa TKP tiba, ia akan memblok daerah yang lebih luas daripada daerah inti karena adalah
lebih mudah untuk mempersempit ukuran TKP dibanding memperluasnya. 7,8
Setelah petugas menentukan dan mengamankan TKP, pemeriksa TKP mulai menelusuri
(walk-through) tempat kejadian sepanjang pre-determined path yang kira-kira mengandung
jumlah bukti paling sedikit yang dapat rusak dengan melewatinya. Selama penelusuran awal ini,
Halaman 5
Gambar 1: Tas alat yang harus disiapkan dokter dalam memenuhi panggilan untuk forensik
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
dilakukan pencatatan singkat tentang detail yang dapat berubah seiring waktu: cuacanya seperti
apa, waktu apa pada hari itu, bau apa yang tercium, suara apa yang terdengar, dan apapun yang
tampaknya hilang atau tidak pada tempatnya. Berbagai temuan yang bermakna pada penelusuran
ini ditandai dengan marker tertentu, berupa bendera kecil atau semacamnya. Selain menandai
barang bukti, hal ini dapat mencegah ketidaksengajaan merusaknya bila kemudian dilakukan
penelusuran kembali untuk dokumentasi. Pada saat ini juga perlu diidentifikasi bahaya potensial
seperti kebocoran gas atau binatang peliharaan galak yang menjaga menjaga mayat dan
mencatatnya segera.7,8
Selama penelusuran berlangsung, pemeriksa harus memastikan tangannya disibukkan
baik dengan membawa buku catatan, senter, pena dan lain-lain ataupun memasukkannya ke
dalam saku. Hal ini penting untuk mencegah meninggalkan sidik jari baru yang tidak semestinya
pada TKP. Sebagai catatan akhir pada penelusuran, pemeriksa harus ingat bahwa TKP adalah
suatu susunan tiga dimensi, sehingga tidak boleh dilupakan untuk mengamati apa saja yang ada
di atas (langit-langit, atap, cabang pohon, dsb.) mengingat tempat-tempat ini dapat menunjukkan
beberapa bukti yang berharga seperti cipratan darah dan lubang peluru. Setelah penelusuran
selesai, TKP harus didokumentasikan dengan video, foto dan/atau sketsa. 4
Selama penelusuran, pemeriksa dapat berbicara kepada petugas yang pertama kali tiba di
TKP untuk mengetahui apakah ia menyentuh sesuatu atau mendapatkan informasi tambahan
yang mungkin berguna untuk menentukan “teori” kejadian. Pertanyaan ini dapat saja sama
dengan pertanyaan-pertanyaan utama yang telah disebutkan pada pembahasan terdahulu.
Informasi ini dapat saja tidak factual namun dapat berguna dalam memberikan dasar untuk
memulai pemeriksaan lebih lanjut. 7,10
DOKUMENTASI
Tujuan dokumentasi TKP adalah untuk menciptakan rekaman visual yang
memungkinkan melihat kembali TKP secara akurat. Untuk itu digunakan kamera baik digital
maupun dengan film, sketsa, dan peralatan lain yang mendukung. Dokumentasi berlangsung
selama penelusuran kedua (second walk-through) mengikuti jalur yang sama dengan penelusuran
Halaman 6
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
sebelumnya (initial walk-through). Jika petugas yang memeriksa TKP lebih dari seorang, salah
satunya dapat mengambil foto, yang lainnya membuat sketsa, membuat catatan mendetail dan
melakukan penelusuran dengan video. Jika hanya seorang, semua pekerjaan ini dilakukan
sendiri.11
Pada tahap ini dibuat sketsa awal dari TKP. Sifatnya boleh saja kasar, digambar dengan
tangan pada kertas kosong dalam buku catatan. Dalam sketsa ini hendaknya dimasukkan hal-hal
seperti lokasi semua pintu, jendela, perabotan, korban, dan apa saja yang dianggap perlu
didokumentasikan. Sketsa TKP biasanya dibuat seolah-olah seseorang melihat lurus ke bawah
(overhead sketch) atau ke atas (elevation sketch), dan harus dengan jelas menentukan perimeter
TKP. Selanjutnya sketsa tersebut dapat dipetakan ke dalam bagian-bagian yang bersesuaian
(mis.kamar, lorong, perabotan). Namun pengukuran terhadap kondisi yang sebenarnya tidak
boleh diabaikan dalam pembuatan sketsa untuk memberikan hasil yang proporsional. Bila perlu
dilakukan pengukuran dua kali dari dua sudut yang berbeda untuk memastikan ketepatannya.4,11
Untuk lebih menjamin akurasinya sketsa dapat dibuat kembali pada kertas grafik. Kotak-
kotak pada kertas tersebut dapat membantu dalam mempertahankan proporsi dan skala. Sketsa
Halaman 7
Gambar 2: Contoh Sketsa kasar TKP2
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
akhir selanjutnya dapat dibuat menggunakan tinta, kertas, penggaris, atau bahkan dengan
komputer.
Setiap pemeriksaan, TKP harus dianggap berada dalam kondisi yang utuh untuk terakhir
kalinya. Oleh karena itu dokumentasi harus dilakukan sebaik-baiknya, termasuk dengan
fotografi. Teknik fotografi yang baik harus dapat memenuhi lima hal: menyediakan bukti
dokumenter, memverifikasi pernyataan saksi, menyediakan sumber untuk analisis ahli dan
rekonstruksi, merekam TKP dengan sudut pandang pemeriksa untuk mengembangkan analisis,
dan mereka ulang TKP untuk keperluan pengadilan. Pengambilan foto TKP biasanya dilakukan
dalam dua cara, yakni tampilan menyeluruh dan tampilan per item barang bukti. Dengan teknik
yang baik, foto dari TKP dapat digunakan dalam perbandingan langsung. Sebagai contoh, foto
dengan ukuran sebenarnya (one-to-one photograph) dapat digunakan untuk membandingkan
sidik jari atau jejak kaki yang difoto dari TKP dengan sidik jari atau jejak kaki yang diketahui
dari tersangka.4,9
Halaman 8
Gambar 3: Sketsa di TKP setelah diperbaiki2
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
Video adalah metode terbaik dalam mendokumentasikan TKP. Media ini dapat
memberikan sudut pandang yang tidak disediakan oleh foto atau sketsa. Kondisi TKP harus tetap
tidak berubah kecuali oleh adanya penanda yang ditempatkan atau lampu yang dinyalakan
selama penelusuran. Perubahan ini dapat ditandai dengan keterangan audio pada rekaman.
Sebelum merekam, jangkauan kamera harus bersih dari semua petugas di lokasi, dan masing-
masing diharapkan untuk tetap diam selama perekaman berlangsung. Begitu kamera video mulai
merekam, maka sebaiknya tidak dihentikan sampai seluruh prosesnya selesai. Pengambilan video
hendaknya dimulai dengan tinjauan umum tentang TKP dan lingkungan sekitarnya. Rekaman
kemudian berlanjut ke TKP dengan pengambilan gambar dari sudut luas, close up dan bahkan
macro (extreme close up) untuk mendemonstrasikan susunan barang bukti dan relevansinya
dengan TKP. Video juga dapat menunjukkan susunan ruangan dalam suatu bangunan,
Halaman 9
Gambar 4: Perbandingan sketsa dan foto dari TKP yang sama
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
hubungannya satu sama lain dan bagaimana mencapai ruangan tersebut. Hal ini kadang-kadang
tidak dapat ditampilkan melalui foto atau sketsa. 4
Hal lain yang perlu diingat dalam mendokumentasikan TKP, khususnya dengan
penggunaan foto atau video adalah keramaian di sekitar TKP yang menonton berbagai kegiatan
petugas. Tidak jarang pelaku kejahatan akan kembali ke TKP untuk mengamati pekerjaan
petugas. Juga, hal ini dapat bermanfaat dalam mengenali saksi yang ragu-ragu yang dapat
diwawancara kemudian.11
PENGUMPULAN BARANG BUKTI
Tujuan tahap ini adalah untuk menemukan, mengumpulkan, dan mengamankan semua
bukti fisik yang kemungkinan dapat menunjang rekonstruksi kejahatan dan mengidentifikasi
pelaku dalam cara yang dapat dipertahankan di depan pengadilan. Bukti dapat berupa apa saja.
Beberapa jenis bukti yang dapat ditemukan pada pemeriksaan TKP termasuk: 12
Trace evidence (residu tembakan senjata, residu cat, pecahan kaca, bahan kimia yang tidak
jelas, obat-obatan)
Impressions (sidik jari, jejak kaki, jejak alat)
Body fluids (darah, semen, saliva, muntahan)
Rambut dan serat
Bukti senjata dan senjata api (pisau, pistol, lubang peluru)
Berkas-berkas yang mencurigakan (buku harian, catatan bunuh diri, daftar telepon; juga
termasuk dokumen elektronik seperti mesin penjawab dan unit caller ID)
Untuk dapat memperoleh barang bukti yang diperlukan dalam proses penyidikan dikenal 5
(lima ) macam metode, yaitu: “strip method”, “double strip or grid method”, “spiral method”,
“zone method” dan “wheel method” : cara atau metode-metode tersebut tentu sudah di ketahui
oleh penyidik perlu pula di ketahui oleh dokter yang melakukan pemeriksaan di TKP agar tidak
merubah/ merusak keaslian keadaan TKP.6
Halaman 10
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
Halaman 11
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
Pengumpulan barang bukti d TKP memerlukan waktu yang cukup lama. Karena seetiap
kali pemeriksa TKP mendapatkan sesuatu, ia harus segera mengamankan, menandai dan
mendaftarkannya untuk pencatatan TKP. 12
Pemeriksaan darah di TKP kasus criminal dapat memberikan informasi yang berguna
bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap penyidik
adalah :6
Dari bentuk sifat bercak dapat diketahui;6
- Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan
- Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari sipelaku
kejahatan.
- Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik ( padaluka yang dangkal ),
akan berwarnah merah gelap. Sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi ( pada luka
yang dalam ) akan berwarnah merah terang.
Darah yang berasal dari pernafasan atau paru-paru berwarnah merah terang dan berbuih
(jika telah kering tampak seperti sarong tawon). Darah yang berasal darisaluran
pencernaan akan berwarna merah-coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan
asam lambung.
Darah dari pembuluh nadi akan memberika bercak kecil-kecil menyemprot pada daerah
yang lebih jauh dari daerah perdarahan, sedangkan yang berasal dari pembuluh balik
biasanya membentuk genangan ( ini karena tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi
dari tekanan atmosfir sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih rendah hingga tidak
mungkin dapat menyemprot ).
- Perkiraan umur/tuannya bercak darah.
Darah yang masih baru bentuknya cair dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan
mengering sedangkan warna darah akan berubah menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari.
Halaman 12
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu
terjadinya perdarahan.
Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakan kasusnya bunuh diri
(tergenang, setempat), ataukan pembunuhan.
Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan darahnya yang
terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak di bandingkan dengan golongan
darah korban akan bermakna dan memudahkan proses penyidik.
Didalam melakukan pemeriksaa bercak darah yang telah kering di TKP atau pada
barang-barang bukti seperti pisau, palu tongkat pemukul dan lain sebagainya, penyidik harus
memperoleh kejelasan di dalam tiga hal yang poko yaitu :
1. Apakah bercak tersebut memang bercak darah.
2. Jika bercak darah, apakah berasal dari manusian, apakah golongan darahnya.
Table.3 bentuk dari bercak darah6
Halaman 13
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
HAMBATAN
Selama pemeriksaan TKP dapat timbul masalah dari keramaian yang ingin tahu di sekitar
TKP. Kekhawatiran terbesar adalah tentu saja melindungi TKP dari kerusakan atau kontaminasi,
termasuk oleh warga ataupun petugas polisi yang penasaran. Masalah biasanya datang dari
kelompok yang disebut belakangan ini. Secara alami, polisi selalu ingin tahu dan harus melihat
sendiri semuanya. Berbagai investigasi lanjutan secara rinci terhadap banyak kasus kejahatan
mengungkapkan bahwa tidak sedikit barang yang awalnya dianggap memiliki nilai bukti yang
tinggi tertinggal oleh petugas yang penasaran.11
Tidak akan pernah diketahui berapa banyak waktu yang terbuang dan bukti yang hancur
hanya karena kehadiran petugas yang berlebihan. Cukup dengan berdiri atau bersandar di
ambang pintu dapat menjatuhkan bukti ke tanah atau menghapus sidik jari. Pemeriksa harus
dapat menjelaskan hal ini kepada petugas yang ada, dan meminta mereka untuk meninggalkan
lokasi bila tidak diperlukan. Sebagian besar akan cukup kooperatif dan tidak mempersulit bila
persoalannya disampaikan dengan baik.11
Dalam menghadapi masyarakat sipil, harus digunakan pendekatn yang lebih taktis. Hal
ini dapat menggaet kerjasama sebanyak mungkin dan pada gilirannya dapat memberikan saksi
dari mereka yang menonton dan maju dengan informasi yang berharga. Pada keadaan tertentu,
suasana hati masyarakat sekitar dapat menjadi sedemikian buruknya sehingga petugas terpaksa
meninggalkan lokasi sebelum penyelidikan selesai.11
Halaman 14
PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A et al. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;
1997. p.203-5.
2. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Ed.1. Binarupa Aksara; 1997. p.19-
20,26,286-93.
3. CSI: The experience, history of crime scene investigation [online]. [cited 2008 May 23];
Available from: URL: http://www.crimezzz.net/forensic_history/index.htm
4. Schiro G. Examination and documentation of the crime scene [online]. [cited 2008 May 23];
Available from: URL:www.feinc.net/csx.htm
5. Baldwin HB. Basic equipment for crime scene investigators [online]. [cited 2008 May 23];
Available from: URL:www.feinc.net/equipmt.htm
6. Idries AM. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Ed.Revisi
Sagung Seto; 2008. p, 19,20,21
7. Layton J. How crime scene investigation works [online]. [cited 2008 May 23]; Available
from: URL:www.science.howstuffworks.com/csi1.htm
8. Crime scene investigation: a guide for law enforcement [online]. [cited 2008 May 23];
Available from: URL:www.ncjrs.gov/ pdf files1/nij/178280. pdf
9. Baldwin HB. Crime scene processing protocol [online]. [cited 2008 May 23]; Available
from: URL:www.feinc.net/cs-proc.htm
10. Layton J. How crime scene investigation works [online]. [cited 2008 May 23]; Available
from: URL:www.science.howstuffworks.com/csi2.htm
11. Ruslander HW. Searching and examining a major crime scene [online]. [cited 2008 May 23];
Available from: URL:www.feinc.net/searchingandexamining.htm
12. Layton J. How crime scene investigation works [online]. [cited 2008 May 23]; Available
from: URL:www.science.howstuffworks.com/csi3.htm
Halaman 15