pemeriksaan laboratorium

23
Pemeriksaan Laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Adapun pemeriksaan diagnostic pada kardiovaskular dapat digolongka atas pemeriksaan invasif dan non invasif. Pemeriksaan non invasif adalah prosedur-prosedur diagnostic yang dilakukan tanpa menyebabkan luka pada kulit sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang berarti. Pengertian ini sepertinya kurang tepat karena pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan gas darah misalnya termasuk dalam prosedur non invasif meskipun dilakukan dengan menusuk kulit dan pembuluh darah. Pemeriksaan kardiologi yang dikerjakan secara rutin adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan EKG, photo rongent thoraks dan pemeriksaan laboratorium rutin. Semuanya digolongkan dalam pemeriksaan kardiologi atau kardiovaskuler khusus. - B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan umum Adapun tujuan penulisan ini adalah Untuk memenuhi tugas mata ajar kardiovaskuler 2. Tujuan khusus Agar mahasiwa mampu memahami dan mengerti tentang : - Macam-macam pengambilan spesiment - Macam-macam pemeriksaan pengambilan darah - Macam-macam pemeriksaan urine - Nilai normal dari pemeriksaan tersebut C. RUANG LINGKUP Dalam penulisan makalah ini, penulis membahas dari pendahuluan, patofisiologi, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan evaluasi. D. METODE PENULISAN Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan studi ke perpustakaan yang mempergunakan tehnik-tehnik pengumpulan data dan tehnik-tehnik yang lain. E. SISTEMATIKA PENULISAN Daftar isi Kata pengantar BAB I : pendahuluan, latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,metode penulisan. BAB II : Tinjauan teoritis A. PEMERIKSAAN KIMIA DARAH/SERUM UNTUK PENYAKIT JANTUNG B. ANALISA PEMERIKSAAN URINE BAB III : Penutup, A. kesimpulan. B. Saran BAB II TINJAUAN TEORITIS PEMERIKSAAN KIMIA DARAH/SERUM UNTUK PENYAKIT JANTUNG NILAI NORMAL PEMERIKSAAN ENZIM JANTUNG No. Jenis Pemeriksaan Satuan Bayi Anak Dewasa Pria Wanita 1 CPK/CK Ug/ml 5-35 5-25 IU/L 5-580 0-70 30-180 25-150 2 CKMB U/L 10-13 3 LDH U/L 80-240 4 SGOT/AST U/L s/d 37 s/d 31 5 SGPT/ALT U/L s/d 42 s/d 32 1. CK/CPK (creatin posfo Kinase) Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka, konsentrasi rendah pada jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang terfosforisasi dan menjadi katalisastor dalam transfer posfat ke ADP (energy) Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 16-24 jam, kembali normal setelah 72 jam. Peningkatan CPK merupakan indicator penting adanya kerusakan miokardium. Nilai normal : Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L Anak laki-laki : 0-70 IU/L Anak wanita : 0-50 IU/L Bayi baru lahir : 65-580 IU/ No. Peningkatan CPK Penyebab 1. Peningkatan 5 kali atau lebih atau lebih dari nilai normal Infark jantung Polimiositis Distropia muskularis duchene

Upload: azizan-hakim

Post on 16-Dec-2015

165 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

lab pemeriksaan

TRANSCRIPT

  • Pemeriksaan Laboratorium

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan

    kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau

    setara dengan 7.571 liter darah.

    Adapun pemeriksaan diagnostic pada kardiovaskular dapat digolongka atas pemeriksaan invasif dan non invasif. Pemeriksaan non invasif adalah

    prosedur-prosedur diagnostic yang dilakukan tanpa menyebabkan luka pada kulit sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang berarti. Pengertian

    ini sepertinya kurang tepat karena pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan gas darah misalnya termasuk dalam prosedur non invasif meskipun

    dilakukan dengan menusuk kulit dan pembuluh darah.

    Pemeriksaan kardiologi yang dikerjakan secara rutin adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan EKG, photo rongent thoraks dan

    pemeriksaan laboratorium rutin. Semuanya digolongkan dalam pemeriksaan kardiologi atau kardiovaskuler khusus.

    -

    B. TUJUAN PENULISAN

    1. Tujuan umum

    Adapun tujuan penulisan ini adalah Untuk memenuhi tugas mata ajar kardiovaskuler

    2. Tujuan khusus

    Agar mahasiwa mampu memahami dan mengerti tentang :

    - Macam-macam pengambilan spesiment

    - Macam-macam pemeriksaan pengambilan darah

    - Macam-macam pemeriksaan urine

    - Nilai normal dari pemeriksaan tersebut

    C. RUANG LINGKUP

    Dalam penulisan makalah ini, penulis membahas dari pendahuluan, patofisiologi, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan evaluasi.

    D. METODE PENULISAN

    Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan studi ke perpustakaan yang mempergunakan tehnik-tehnik pengumpulan data dan tehnik-tehnik

    yang lain.

    E. SISTEMATIKA PENULISAN

    Daftar isi

    Kata pengantar

    BAB I : pendahuluan, latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,metode penulisan.

    BAB II : Tinjauan teoritis

    A. PEMERIKSAAN KIMIA DARAH/SERUM UNTUK PENYAKIT JANTUNG

    B. ANALISA PEMERIKSAAN URINE

    BAB III : Penutup,

    A. kesimpulan.

    B. Saran

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    PEMERIKSAAN KIMIA DARAH/SERUM

    UNTUK PENYAKIT JANTUNG

    NILAI NORMAL PEMERIKSAAN ENZIM JANTUNG

    No. Jenis Pemeriksaan Satuan Bayi Anak Dewasa

    Pria Wanita

    1 CPK/CK Ug/ml 5-35 5-25

    IU/L 5-580 0-70 30-180 25-150

    2 CKMB U/L 10-13

    3 LDH U/L 80-240

    4 SGOT/AST U/L s/d 37 s/d 31

    5 SGPT/ALT U/L s/d 42 s/d 32

    1. CK/CPK (creatin posfo Kinase)

    Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka, konsentrasi rendah pada jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang terfosforisasi dan

    menjadi katalisastor dalam transfer posfat ke ADP (energy)

    Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 16-24 jam, kembali normal setelah 72 jam.

    Peningkatan CPK merupakan indicator penting adanya kerusakan miokardium.

    Nilai normal :

    Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L

    Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L

    Anak laki-laki : 0-70 IU/L

    Anak wanita : 0-50 IU/L

    Bayi baru lahir : 65-580 IU/

    No. Peningkatan CPK Penyebab

    1. Peningkatan 5 kali atau lebih atau lebih dari nilai normal Infark jantung

    Polimiositis

    Distropia muskularis duchene

  • 2. Peningkatan ringan/sedang (2-4 kali nilai normal) Kerja berat

    Trauma

    Tindakan bedah

    Injeksi I.M

    Miopati alkoholika

    Infark miokard/iskemik berat

    Infark paru/edema paru

    3. Dengan hipitiroidisme Psikosis akut

    Sumber. FK.Widmann, 1994

    2. CKMB (Creatinkinase label M dan B)

    Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot, miokardium, dan otak. Terdapat 3 jenis isoenzim kreatinase dan diberu label M

    (muskulus) dan B (Brain), yaitu :

    Isoenzim BB : banyak terdapat di otak

    Isoenzim MM : banyak terdapat pada otot skeletal

    Isoenzim MB : banyak terdapat pada miokardium bersama MM

    Otot bergaris berisi 90% MM dan 10% MB

    Otot jantung berisi 60% MM dan 40% MB

    Peningkatan kadar enzim dalam serum menjadi indicator terpercaya adanya kerusakan jaringan pada jantung.

    Nilai normal kurang dari 10 U/L

    Nilai > 10-13 U/L atau > 5% total CK menunjukkan adanya peningkatan aktivitas produksi enzim.

    Klinis:

    Peningkatan kadar CPK dapat terjadi pada penderita AMI, penyakit otot rangka, cedera cerebrovaskuler.

    Peningkatan iso enzim CPK-MM, terdapat pada penderita distrofi otot, trauma hebat, paska operasi, latihan berlebihan, injeksi I.M, hipokalemia dan

    hipotiroidisme.

    Peningkatan CPK-MB : pada AMI, angina pectoris, operasi jantung, iskemik jantung, miokarditis, hipokalemia, dan defibrilasi jantun.

    Peningkatan CPK-BB : terdapat pada cedera cerebrovaskuler, pendarahan sub arachnoid, kanker otak, cedera otak akut,syndrome reye, embolisme

    pulmonal dan kejang.

    Obat-obat yang meningkatkan nilai CPK : deksametason, furosemid, aspirin dosis tinggi, ampicillin, karbenicillin dan klofibrat.

    3. LDH (laktat dehidrogenase)

    Merupakan enzim yang melepas hydrogen dari suatu zat dan menjadi katalisator proses konversi laktat menjadi piruvat. Tersebar luas pada jaringan

    terutama ginjal, rangka, hati dan miokardium. Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncak 24-

    48 jam setelah infark dan tetap abnormal 1-3 minggu kemudian.

    Nilai normal : 80-240 U/L

    Kondisi yang meningkatkan LDH

    No. Peningkatan LDH Kondisi atau penyebab

    1 Peningkatan 5X nilai normal atau lebih Anemia megaloblastik

    Karsinoma metastasis

    Shok dan hypoxia

    Hepatitis

    Infark ginjal

    2 Peningkatan sedang (3-5 X normal) Miokard infark

    Infark paru

    Kondisi hemolitik

    Leukemia

    Infeksi mononukleus

    Delirium remens

    Distropia otot

    3 Peningkatan ringan (2-3Xnormal) Penyakit hati

    Nefrotik sindrom

    Hipotiroidisme

    Kolagitis

    Sumber. FK.Widmann,1994

    4. Troponin

    Merupakan kompleks protein otot globuler dari pita I yang menghambat kontraksi dengan memblokade interaksi aktin dan myosin. Apabila

    bersenyawa dengan Ca++ , akan mengubah posisi molekul tropomiosin sehingga terjadi interaksi aktin-miosin. Protein regulator ini terletak didalam

    apparatus kontraktil miosit dan mengandung 3 sub unit dengan tanda C, I, T.

    Peningkatan troponin menjadi pertanda positif adanya cedera sel miokardium dan potensi terjadinya angina.

    Nilai normal < 0,16 Ug/L

    5. SGOT (Serum glutamik oksaloasetik transaminase)

    Adalah enzim transaminase sering juga disebut juga AST (aspartat amino transferase) katalisator-katalisator perubahan asam amino menjadi asam

    alfa ketoglutarat.

    Enzim ini berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan enzim yang tinggi kedalam serum menunjukan adanya kerusakan

    terutama pada jaringan jantung dan hati.

    Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal

    pada hari ke-3 sampai hari ke-5.

    Nilai normal :

    Laki-laki s/d 37 U/L

    Wanita s/d 31 U/L

    Kondisi yang menyebabkan peningkatan SGOT

    No. Peningkatan SGOT Kondisi/penyebab

  • 1 Peningkatan ringan (< 3X normal)

    2 Peningkatan sedang (3-5X normal)

    3 Peningkatan tinggi (>5X normal)

    Sumber:Fk.Wimann,1994

    6. SGPT (serum glutamik pyruvik transaminase):

    Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (alanin

    aminotransferase).

    Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati.

    Nilai normal :

    Laki-laki : s/d 42 U/L

    Wanita : s/d 32 U/L

    a. Peningkatan SGOT/SGPT : > 20X normal : hepatitis virus, hepatitis toksis.

    b. Penigkatan 3-10x normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronik aktif, obstruksi empedu ekstra hepatic, sindrom reye, dan infark miokard

    (AST>ALT).

    c. Peningkatan 1-3X nilai normal : pancreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, dan sirosis biliar.

    7. HBDH (alfa hydroxygutiric dehidrogenase)

    Merupakan enzim non sfesifik. Untuk diagnostic miokard infark.

    Pemeriksaaan ini bertujuan untuk membedakan LDH 1,2 dan LDH 3,4. Penigkatan HBDH biasanya juga menandai adanya miokard infark dan juga

    diikuti peningkatan LDH.

    ANALISA PEMERIKSAAN URINE

    1. Pemeriksaan Berdasarkan Warna Urine

    No Warna urine Penyebab patologis Penyebab non patologis

    1 Merah Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan saluran kencing ) - Oleh karena obat tertentu

    - Karena zat warna dari makanan tertentu, misal biet, senna, robarber

    2 Jingga Zat warna empedu - Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin

    3 Kuning - Urine pekat

    - Keberadaan urobilin dan bilirubin - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif

    4 Hijau - Keberadaan biliverdin

    - Keradaan bakteri pseudomonas - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif

    5 Biru Tak patologis Deuretika tertentu

    6 Coklat - Keberadaanhematin asam, mioglobin dan zat warna empedu - Obat-obat nitrofurantioin, levodova

    7 Hitam/ hampir hitam Keberadaab melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol - Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol

    2. Analisa berdasarkan keberadaan gula dalam urine

    No Gula dalam urine Penafsiran

    1 Urine+bersama hiperglikemi - Penyakit DM

    - Penyakit endokrien, hipertiroidisme, dan feokromositosis

    - Pankreatits, Ca pancreas

    - Dispusi SSF: asfiksia, perdarahan/ tumor hipotalamus

    - Gangguan metabolismeberat: luka bakar berat, uremia, penyakit hati berat, sepsis

    - Obat kortikosteroid dan thiazid

    2 Urine+, tanpa hiperklikimia Disfungsi tubulus ginjal, kehamilan, gu;la non glucose

    3. Penafsiran keberadaan protein dalam urine

    No Keberadaan protein dalam urine Tafsiran gangguan organ/ penyakit

    1 Proteinurea ringan

  • 4. Penafsiran keberadaan hemoglobin dalam urine

    No Keadaan hemoglobinuria Tafsiran gangguan organ/ penyakit

    1 Eritrosit utuh dalam sediment tanpa silinder - Cemaran darah mentruasi

    - Akibat aktifitas jasmani berat

    - Trauma pada saluran kencing

    - Sistitis

    - Kencing batu

    - Tumor ginjal

    - Hipertensi berat

    - Penggunaan obat anti koagulan

    - Penyakit sel sabit

    2 Eritrosit utuh diikuti adanya selinder eritrosit, selinder bergranula dan proteinuria - GNC

    - Nefritis

    - Poliarthritis

    - Nefropatie alergi

    3 Dalam sedimen tak ada eritrosit utuh - Lisis eritrosit dalam sirkulasi

    - Hemolisis tranfusi/ tranfusi darah hemolisis

    5. Tafsiran keberadaan silinder dalam urine

    No Jenis slinder Penafsran

    1 Hialin 1. Gerak badan berat pada orang normal

    2. Gagl jantung kongesti

    3. Nepropatie DM

    4. Glumerulo nefritis kronis

    2 Eritrosit 1. Glumerulonefritis akut

    2. Endokarditis bacterial

    3. Nefritis lupus

    4. Infark ginjal

    3 Lekosit 1. Pyelonefritis akut

    2. Nefritis

    4 Epithel 1. Nekrosis tubuler

    2. Infeksi cytomelogavirus

    3. Keracnan logam berat atau ssalisilat

    5 Granuler

    (butir kasar/halus) 1. Sindrom nefrotik

    2. Pyelonefritis

    3. Glumerulonefritis

    4. Keracunan tinbal

    6 Lilin 1. Atropi tubulus ginjal berat

    6. Penafsiran terhadap kadar bilirubin serum, bilirubin urine dan urobilin urine

    No Bilirubin serum Bilirubin urine Orobilin urine Tapsiran

    1 Indirek meningkat

    Direk normal ( n ) Negative ( - ) Meningkat Hemolisis

    2 Indirek normal

    Direk ( n ) meningkat Negative ( - ) Meningkat Kerusakan sel hati awal 3 Indirek meningkat

    Direk meningkat Meningkat Meningkat Kerusakan sel hati berat

    4 Indirek ( n )

    Direk meningkat Meningkat Negative ( - ) Obstruksi salauran empedu ekstra atau infra empatik

    7. Pemeriksaan Bence Jones

    Adalah pemeriksaan urine untuk mendeteksi keberadaan protein patologis dengan cara mencampur urine dengan asam asetat dan dipanaskan.

    Dinyatakan positif apabila terjadi kekeruhan pada saat urine dingin. Biasanya dilakukan pada penderita Myeloma Multiple. Reaksi bence jones (+)

    dapatjuga terjadi pada tumor tulang dan leukemia.

    8. Pemeriksaan 5 Hidroxyindolo Acetic Acid ( 5-HIAA)

    5 HIAA adalah zat yang banyak ditemukan pada penderita dengan sindrom carcinoid,dimana penghasilan serotonin berlebihan. 5 HIAA adalah

    derifat indol hasil metabolisme serotonin berlebihan. Tes dilakukan dengan menggunakan reagen Ehrlich, dan dinyatakan neormal apabila didalam

    tes terjadi warna biru yang jelas.

    9. Pemeriksaan Benzidin

    Pemeriksaan pada urinene maupun feases yang bertujuan mendeteksi keberadaan hemoglobin dan deerifatnya pada urine atau feases. Tes dilakukan

    dengan mencampur bahan pemeriksaan dengan larutan benzidin, dan dinyatakan hasil:

    a. Negative (-) apabila tidak ada perubahan warna ( tetap samar-samar kehijauan)

    b. Positif 1 (+) warna hijau

    c. Positif 2 (++) biru hijau

    d. Positif 3 (+++) biru

    e. Positif 4 (++++) biru tua

    Biasanya tes dilakukan pada penderita yang dicurigai adanya perdrahan pada saluran kencing maupun pencernaan

    10. Pemeriksaan Sulkowitch

    Pemeriksaan untuk mengetahui kadar kalsium dalam urine yang dikeluarkan oleh ginjal, dengan menggunakan reagen sulkowitch ( asam oxalate,

  • aluminiium oxalate, asam asetat glacial, dan aquadest ). Bahan urine yang digunakan adalah urine 24 jam yang sebelumnya pasien di puaskan dari

    makanan / minuman yang mengandung kalsium.

    Interpretasi hasil :

    Negative (-) : tidak terjadi kekeruhan

    Positif 1(+) : adakekeruhan halus

    Positif 2 (++) : ada kekeruhan sedang

    Positif 3 (+++) : kekeruhan agak berat dalam waktu < 20 detik

    Positif 4 (++++) : terjadi kekeruhan berat dan seketika

    Nilai normal sampai dengan posiif 1 (+)

    Positif 3 (+++) sampai positif 4 (++++)berarti kaadar kalsium dalam urine tinggi dan merupakan akibat dari hiperkalsemia

    11. Galli Mainini Test

    Adalah test dengan cara menyuntikan urine wanita yang diduga hamil kedalam tubuh katak jantan. Apabila dalam urine katak jantan terdapat

    spermatozoa hasil sekresi maka tes dinyatakan (+) atau ada kehamilan

    12. Esbach

    Adalah pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam

    air dengan urine.

    Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tinggkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein.

    13. Pemeriksaan Reduksi

    Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dengan menggunakan reagen (missal : benedict, fehling, nylander)

    Dinyatakan negative (-) apabilka tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak ada glukosa)

    Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1% glukosa)

    Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa)

    Posistif 3 (+++) : warna jinga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa)

    Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa)

    Normal : urine reduksi negative

    Reduksi + dalam urine memnunjukan adanya hiperglikemia di atas 170 mg%, karena nilai ambang batas ginjal untuk absorbs glukosa adalah 170

    mg%. reduksi + disertai hiperglikemia menandakan adanya penyakit diabetes mellitus.

    14. Glukosa Kuantitatif Urine

    Pemeriksaan untuk mengukur jumlah glukosa dalam gram/24 jam dengan menggunakan reagen benedict kuantitatif.

    15. Keton

    Pemeriksaan untuk menemukan keberadaan zat keton dalam urine meliputi aseton, asam asetoasetat, asam beta hidroksi butirat. Bahan yang

    digunakan adalah urine segar karena benda keton ini mudah menguap. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencampurkan urine dengan reagen

    (Rothera, Gedhadt) dan diamati adanya perubahan warna.

    Dinyatakan positif (+) apabila terjadi warna ungu kemerahan pada batas kedua cairan. Makin cepat terjadi warna ungu dan makin tua warnanya

    menggambarkan makin tinggi konsentrasi keton dalam urine. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan metabolisme berat

    terutama pada penderita DM

    16. Bilirubin dalam Urine

    Merupakan tes (missal: percobaan busa, Harrison)untuk melihat keberadaan bilirubin dalam urine. Bilirubin normal dalam urine negative (-).

    Bilirubin + menunjukkan adanya proses hemolisis, gangguan hati dan gangguan empedu.

    17. Urobilinogen dalam Urine

    Urobilinogen merupakan senyawa tak berwarna dibentuk dalam usus dengan mereduksi bilirubin, diekskresikan melalui feaces dan urine dan

    teroksidasi dalam bentuk urobilin.

    Tes untuk melihat keberadaan urobilinogen dalam urine diperlukan bahan segar. Normalnya negative (-).

    18. Urobilin

    Urobilin merupakan pigmen empedu, tidak berbentuk, berwarna kecoklat-coklatan.

    Pemeriksaan terhadap keberadaan urobilin dengan menggunakan reagen tertentu (missal: Schlezinger). Hasil positif 1(+), atau positif 2(++) dilihat

    dari adanya fluoresensi hijau.

    19. Pemeriksaan Darah Samar dalam Urine

    Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya hemoglobin dalam urine dengan metode tertentu (missal: benzidine tes atau guayac tes). Dinyatakan

    positif apabila ada perubahan warna menjadi hilau (+) sampai biru tua(++++).

    Dinyatakan negatif apabila tak ada perubahan warna. Tes + berarti ditemukan hemoglobin dalam urine yang mungkin disebabkan oleh pendarahan

    atau radang pada ginjal/saluran kencing.

    20. Pemeriksaan Kloride dalam Urine

    Bertujuan untuk menetapkan jumlah/kuantitatif klorde dalam urine 24 jam.

    Biasanya menggunakan metode cepat yaitu Fantus.

    21. Pemeriksaan benda-benda Nitrogen

    Pemeriksaan bertujuan menemukan benda-benda nitrogen terutama nitrit, urea, kreatinin dalam urine. Peningkatan kadar benda nitrogen dalam urine

    menggambarkan kondisi metabolism dari protein mulai dari intake, absorpsi, perombakan, metabolisme, destruksi dan ekskresinya.

    Pengukuran kreatinin memerlukan bahan urine 24 jam dan hasilnya dapat menggambarkan kondisi fungsi ginjal.

    Nilai normal ekskresi kreatinin pada wanita: 0,8 1,7 gr/hr; pria: 1,0 1,9 gr/hr

    22. Pregnosticon Planotes (PPT)

    Pemeriksaan untuk menemukan adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urine. Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi adanya

  • kehamilan pada wanita. Hasil positif menandakan adanya tanda kehamilan pada wanita.

    23. PPT Titrasi

    Merupakan tes immunologic dengan Human Aglutinin Inhibitor (HAI) untuk melihat keberadaan HCG dalam urine. Dengan pemeriksaan ini

    hasilnya lebih cepat, akurat dan sensitive karena dalam titer terendah pun sudah dapat terdeteksi.

    Normal dalam 20 hari setelah pembuahan HCG +:500 SI/hari. Keakuratan untuk deteksi kehamilan adalah 95-98%. Pada saat ini sudah

    dikembangkan oleh pabrik alat tes kehamilan yang praktis dan mudah dilakukan oleh masyarakat, hasilnya akurat missal: prognosticon, gravindex,

    gonovis, deco dan lai-lain.

    24. HCG EIA (test Pack)

    Adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan HCG dengan metode Enzyme Immuno Assay (EIA). Penggunaan sama dengan pemeriksaan

    HCG diatas.

    25. Asam Urat

    Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin dan sulit larut dalam air.

    Konsentrasi tinggi dalam urine dapat membentuk batu asam urat dan mencerminkan kadar asam urat dalam darah yang tinggi dengan segala

    akibatnya. Pemeriksaan asam urat (uric acid) dalam urine bertujuan untuk mendeteksi asam urat secara kuantitatif dan kualitatif. Biasanya dilakukan

    pada pasien dengan gangguan ginjal, penyakit gout, radang sendi, batu ginjal/saluran kencing.

    26. Pemeriksaan Kimia Urine yang Dipermudah

    Pada saat ini pabrik alat kesehatan menciptakan bermacam-macam alat yang mudah dilakukan masyarakat, praktis dan hasilnya akurat untuk

    pemeriksaan urine, yang berupa kertas, plastic maupun tablet. Kertas/plastic/tablet tersebut mengandung reagen tunggal atau gabungan yang dapat

    mendeteksi keberadaan suatu zat secara sendiri-sendiri atau beberapa zat sekaligus. Alat-alat tersebut antara lain:

    No. Nama Alat/

    Bentuk Kandungan reagen Manfaat

    1. Albustix

    (stik/kertas) Bromphenol blue dan salisilat Mendeteksi protein dalam urine, dinyatakan +: terjadi warna kuning biru 2. Albutes

    (tablet) Sda

    3. Clinistix

    (stik/tes tape) Glukosa oksidasa dan orthotolidin Deteksi glukosa dalam urine.

    +: warna biru

    4. Clinitest

    (tablet) Na hidroksida dan kuprisulfat Deteksi glukosa +: warna menjadi kuning/jingga

    5. Galatest

    (serbuk) Garam bismuth Deteksi glukosa +: warna abu-abu sampai hitam

    6. Ketostix

    (stik/kertas) Na nitoprussida, asam amino asetat, dinatrium posfat Deteksi keton dalam urine (asam asetoasetat, aceton) +: berunah warna menjadi

    ungu - sampai merah

    7. Acetest

    (tablet) Sda Sda

    8. Hemastix

    (kertas) Peroksidan dan orthotolidin Deteksi darah samar (Hb) +: berubah warna menjadi hijau biru 9. Occultist

    (tablet) Sda Sda

    10. Ictotest

    (tablet) Nitrobenzenadiazonium P toluene sulfonat Deteksi bilirubin dalam urine

    11. Labstix

    (kertas) Kombinasi reagen Deteksi glukosa, protein, keton, darah samar, PH

    12. Hemacombistix Sda Sda

    27. Fenil Keton Urie (FKU) Pemeriksaan Guthrie

    Merupakan pemeriksaan skrening untuk mendeteksi adanya defisiensi enzim hepar yaitu Fenilalanin hidroksidase. Adanya akumulasi penilanin

    dalam darah dan jarinagan yang berasal dari susu dan prolduk protein lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Apabila

    fenilanin dalam serum mencapai 4mg/ dl setelah minum susu 3-5 hari disebut tes Guthriepositif (+).

    Pemeriksaan FKU pada urine dilakukan setelah bayi berumur 3-4 minggu dan diulang 1-2 minggu kemudian.

    Nilai FKU 15 mg / dl atau lebih besar dapat digunakan sebagai indicator nyang signfikan adanya kerusakan otak.

    Nilai normal:

    FKU: negatif, Guthrie. Negatif. Pada anak: 0,5-2,0 mg/ dl

    Peningkatan FKU dapat terjadi pada bayi lahir dengan berat badan rendah, encephalopatihepatik, septicemia, galaktosemia, obat aspirin dosis besar.

    28. Katekolamin Urie

    Merupakan hormon epinefrin dan norepinefrin yang diproduksi oleh kelenjaar medulla suprarenalis. Pada orang normal dan setelah latihan atau

    olahraga produksi katekolamin akan menigkat. Apabila ditemukan kadar katekolamin dalam urine: 3-100 kali lebih besar dari normal menunjukkan

    adanya penyakit feokromositoma.

    Penigkatan dalam jumlah sedang ditemukan pada jumlah kasus psikiarti dan anak yang menderita neuroblastoma mligna.

    Nilai normal dalam urine dewasa : total < 100 ug/ 24 jam,

    aktifitas tinggi : < 0,59 umol/ 24 jam

    epinefrin urie : 10-90 ug/ 24 jam

    peningkatan katekolamin ditemukan pada penderita feokromositoma, stress berat, septikemi, shock, luka bakar, peritonitis, neuroblastoma maligna,

    gangguan psikiatri terutana depresi/ maniakdepresif, dan obat-obatan antibiotic, antihipertensi, adrenslin, isoproterenol, insulin, devolopa, aminof

    ilin, klorpromasin, dan vitamin C dan B dosis tinggi.

  • 29. Ketosteroid-17 dalam Urine (17-KS)

    Merupakan hasil metabolisme hormon testosteron yang berasal dari testis dan glandula suprarenalis. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi

    adanya disfungsi kortek adrenal.

    Penurunan kadar 17-KS menuhnjukkan hipofungsi kortek adrenal (misal pada penyakit Addisons) hipogonadisme, hipopituitarisme, miksedema, nefrosis, dan obat-obat: deuretik, tiazid, estrogen, kontrasepsi oral, reserpin, klordiazepoksida, promazin, quinidin, meprobamat, dan salisilat.

    Peningkatan kadar 17-KS ditemukan pada hiperfungsi kortek adrenal, sindrom cushings, karsinoma adrenocorte, tumopr testis, tumor ovarium, infeksi dan stres hebat, serta obat-obat: ACTH, antibiotika, fenitoin, deksametason, dan spironolakton.

    Nilai normal :

    Dewasa pria : 8-25 mg/24 jam

    Wanita : 5-15 mg/24 jam

    Bayi : < 1 mg/24 jam

    Anak 1-3 tahun : < 2 mg/24 jam

    Anak 3-6 tahun : < 3 mg/24 jam

    Remaja wanita : 3-12 mg/24 jam

    Lansia : 4-8 mg/24 jam

    30. Hidroksi Kortikosteroid-17 (17-OHCS) Urine

    Merupakan hasil metabolism hormon steroid dari kortek adrenal dan dikeluarkan melalui urine (24 jam). Pemeriksaan bertujuan untuk mengkaji

    fungsi hormon adrenal.

    Penurunan 17-OHCS terdapat pada penyakit addisons, sindrom androgenital, hipopituitarism, hipotiroid, penyakit hati, dan obat-obat: kalsium glukonas, deksametason, fenitoin, reserfin, dan prometasin.

    Peningkatan 17-OHCS terdapat pada sindrom Cushings, kanker adrenal, hiperpituitarism, hipertiroidism, stres berat, eklampsia, dan obat-obat: penicillin, eritromycin, kortison, asetazolamid, vitamin C, tiazid, digoksin, estrogen, kontrasepsi oral, quinidin, spironolakton,dan paraldehid.

    Nilai normal :

    Dewasa pria : 5-15 mg/24 jam

    Wanita : 3-13 mg/24 jam

    Rata- rata : 2-12 mg/24 jam

    Lansia : lebih rendah dari dewasa

    Anak 2-4 tahun : 1-2 mg/24 jam

    Anak 5-12 thn :6-8 mg/24 jam

    Bayi : < 1 mg/24 jam

    31. Pregnanetriol urine

    Merupakan zat sintesis kortikoid yang digunakan untuk mendiagnosa adanya hiperplasi adrenokortikal congenital. Penurunan kadar menunjukkan

    hipofungsi hipofise anterior. Peningkatan kadar terdapat pada sindroma adrenogenital, hiperfungsi dan hiperplasi adrenokortikal kongenita, dan

    tumor adrenal.

    Normal :

    Dewasa pria : 0,4-2,4 mg/24 jam

    Wanita : 0,5-2,0 mg/24 jam

    Anak : 0-1,0 mg/24 jam

    Bayi : 0-0,2 mg/24 jam

    32. Tes urine atas obat-obatan

    Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan metabolik yang berasal dari obat. Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar obat dalam urine sesbagai

    presentasi kadar obat dalam plasma dan sebagai indicator toksisitas obat.

    No. Nama Obat Indicator tes + dalam urine Keterangan

    1. Aspirin/salsilat Perubahan warna urine menjadi merah anggur yang mantap

    2. Fenotiazin dan derivatnya Ungu kemerahan Langsung

    3. PAS (para amino salisilat) Coklat merah

    4. Fenol dan derivatnya Ungu

    33. Tes urine atas obat-obatan narkotik, miras, psikotropik.

    No. Jenis narkotik Nilai Normal Keterangan

    1. Amphetamin (Extacy,shabu) - Stimulans

    2. Cocain - Stimulans analgetik

    3. Opiat (morfin,heroin) -

    4. Benzodiazepin - Tranguilizer minor

    5. Barbiturat - Tranguilizer minor

    6. Mertaquolon (mandax) -

    7. Alcohol - Depresan

    8. Amytriptilin - Depresan

    9. Imipramin - Depresan

    10. LSD - Halusinogen

    11. Ganja - dep/Stimulans

    12. Haloperidol - Tranguilizer mayor

    13. Chlorpromazine - Tranguilizer mayor

    UJI URINE

    I. TEORI Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk

    mengetahui kelainan-kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.

  • A. Pembentukan Urin Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui tentang proses pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang

    dikeluarkan melalui ginjal.

    Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan

    ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.

    Proses pembentukan urin meliputi tiga tahap, yaitu:

    1. Filtrasi glomerulus

    2. Reabsorbsi tubular

    3. Sekresi tubular

    1. Filtrasi Glomerulus

    Pembentukan urin dimulai ketika air dan berbagai bahan terlarut lainnya disaring melalui kapiler glomerulus dan masuk ke kapsul glomerulus

    (kapsul Bowman. Penyaringan bahan-bahan ini melalui dinding kapiler kurang lebih sama seperti pada penyaringan yang terjadi pada ujung arteriol

    pada kapiler lain di seluruh tubuh. Hanya saja, kapiler glemerulus bersifat lebih permeabel karena adanya fenestrae pada dindingnya.

    2. Reabsorbsi tubular

    Reabsorbsi tubular adalah proses dimana bahan-bahan diangkut keluar dari filtrat glomerulus, melalui epitelium tubulus ginjal ke dalam darh di

    kapiler peritubulus. Walaupun reabsorbsi tubulat terjadi di seluruh tubulus ginjal, peritiwa ini sebagian besar terjadi di tubulus proksimal. Adanya

    mikrovili di tubulus proksimal akan meningkatkan luas permukaan yang bersentuhan dengan filtart glomerulus sehingga meningkatkan proses

    reabsorbsi. Berbagai bagian dari tubulus ginjal berfungsi untuk mereabsorbsi zat yang spesifik. Sebagai contoh, reabsorbsi glukosa terjadi terutama

    melalui dinding tubulus proksimal dengan cara transpor aktif. Air juga direabsorbsi dengan cepat melalui epitelium tubulus proksimal dengan

    osmosis.

    3. Sekresi tubular

    Sekresi tubular adalah proses dimana bahan-bahan (zat) diangkut dari plasma kapiler peritubulus menuju ke cairan tubulus ginjal. Sebagai hasilnya,

    jumlah zat tertentu diekskresikan melalui urin dapat lebih banyak daripada jumlah zat yang diperoleh melalui filtrasi plasma di glomerulus.

    B. Kandungan Urin

    1. Air dan garam-garam dalam jumlah sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan antara cairan ekstrasel dan cairan intrasel.

    2. Asam dan basa

    Sisa-sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh

    3. Zat-zat yang dikeluarkan dari darah karena kadarnya berlebihan.

    C. Faktor-Faktor Yang Turut Mempengaruhi Susunan Urin Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan

    contoh urin.

    Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya :

    pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif

    palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik.

    Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin),

    pyridium dan lain lain.

    Pada tes kehamilan dianjurkan agar mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.

    D. Memilih Sampel Urin Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari,

    karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan :

    o Urin sewaktu

    Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin - sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu

    waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu cukup baik untuk pemeriksaan rutin.

    o Urin pagi

    Yaitu urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan pada siang hari. Urin

    pagi baik untuk pemeriksaan sedimen, protein, berat jenis dan tes kehamilan.

    o Urin post prandial

    Merupakan urin yang pertama kali dikeluarkan 1 3 jam setelah makan. Sampel urin ini baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria.

    o Urin 24 jam

    Yaitu urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Ccara mengumpulkannya sebagai berikut: jam 7 pagi urin pertama dikeluarkan, urin ini dibuang.

    Semua urin yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, harus dapat ditampung dalam botol urin yang tersedia dan

    isinya dicampur. Botol harus bersih dan biasanya memerlukan zat pengawet.

    Urin 24 jam dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif semua zat dalam urin. Selain itu, dikenal juga urin siang 12 jam, urin malam 12 jam, urin

    2 jam, urin 3 gelas, urin 2 gelas dsb.

  • o Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided

    specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak

    ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.

    E. Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin

    1. Pemeriksaan Makroskopik Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil

    pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran

    volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal.

    a. Volume urin Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan

    aktivitas orang yang bersangkutan.

    Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih

    dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.

    Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek

    diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran

    cairan dari edema.

    Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.

    Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.

    Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.

    Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut

    nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

    b. Warna urin Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan

    tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.

    Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin,

    makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa

    macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.

    Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan

    warna coklat.

    Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin

    yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat

    dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.

    Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal

    jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh

    urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh

    chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

    c. Berat jenis urin Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop,

    gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'.

    Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin

    rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal.

    Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada

    penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,

    hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.

    d. Bau urin Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik

    yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan

    seperti pada ketonuria.

    Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang

    berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

    e. pH urin Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal

    berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.

    Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum

    menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa.

    Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat

    pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

  • 2. Pemeriksaan Mikroskopik Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada

    ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.

    Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan

    dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang

    dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.

    Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk

    eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan

    + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).

    Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau

    jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu

    organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

    a. Eritrosit atau leukosit

    Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam

    keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena

    kontaminasi dari genitalia.

    Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal,

    nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria.

    Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.

    b. Silinder

    Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall)

    dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain

    osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.

    Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam

    keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit,

    silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius.

    Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada

    penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.

    c. Kristal

    Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan

    bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil

    metabolisme yang normal.

    Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu

    mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.

    d. Epitel

    Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini

    dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval

    fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau

    diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

    3. Pemeriksaan Kimia Urin Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik

    dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai

    untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.

    Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk

    dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.

    Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu

    jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.

    Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama

    4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila

    urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk

    protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena

    terbentuknya peroksidase dari bakteri.

    Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence

    Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein

    tersebut didalam urin.

  • Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan

    hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena

    penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi

    glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung.

    Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis

    akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.

    a. Pemeriksaan glukosa

    Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri

    menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti :

    galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C.

    Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,

    sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

    Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara

    enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40

    mg/dl.

    Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi

    kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma,

    peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

    b. Benda- benda keton

    Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa

    harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka

    untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein,

    metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.

    Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat

    seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum

    kadar benda keton dalam serum meningkat.

    c. Pemeriksaan bilirubin

    Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua.

    Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.

    Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil

    positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi

    bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

    d. Pemeriksaan urobilinogen

    Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.

    Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam

    tubuh.

    Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada

    wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap

    hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin.

    Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator

    seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.

    e. Tes nitrit

    Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit

    dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa

    hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang

    terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.

    Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan

    adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman

    tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam

    urin, basil tes akan negatif.

    Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25

    mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.

    d. Leukosit esterase

  • Sebuah hasil positif tes esterase leukosit dari adanya sel-sel darah putih baik sebagai sel utuh atau sebagai sel segaris. Piuria dapat

    dideteksi bahkan jika sampel urin mengandung WBC yang rusak atau segaris. Sebuah tes esterase leukosit negatif berarti bahwa infeksi tidak

    mungkin dan bahwa, tanpa bukti tambahan infeksi saluran kemih, pemeriksaan mikroskopis dan / atau kultur urin tidak perlu dilakukan untuk menyingkirkan bakteriuria signifikan.

    4. Metodologi

    Contoh tercampur urin (biasanya 10-15 ml) disentrifugasi dalam tabung reaksi dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 2-3,000 rpm)

    selama 5-10 menit sampai tombol cukup kohesif diproduksi di bagian bawah tabung. Supernatan ini tertuang dan volume dari 0,2 sampai 0,5 ml

    yang tersisa dalam tabung. Sedimen ini resuspended dalam supernatan yang tersisa dengan menjentikkan bagian bawah tabung beberapa kali. Setetes

    sedimen resuspended dituangkan ke slide kaca dan coverslipped.

    Sedimen ini pertama diperiksa di bawah daya rendah untuk mengidentifikasi kristal besar, gips, sel skuamosa, dan benda-benda besar

    lainnya. Jumlah gips terlihat biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per bidang daya rendah (LPF). Contoh: hialin 5-10 cetakan /

    gips L / LPF. Karena jumlah elemen yang ditemukan di lapangan masing-masing mungkin berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa

    bidang dirata-ratakan. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan pada daya tinggi untuk mengidentifikasi kristal, sel, dan bakteri. Berbagai jenis sel yang

    biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per bidang daya rata-rata tinggi (HPF). Contoh: 1-5 WBC / HPF.

    a. Merah Darah Sel

    Hematuria adalah adanya nomor abnormal sel-sel merah dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih di

    mana saja sepanjang panjangnya, trauma ginjal, batu saluran kemih, infark ginjal, nekrosis tubular akut, atas dan infeksi saluran kemih uri rendah ,

    nephrotoxins, dan stres fisik. Sel darah merah juga dapat mengkontaminasi urin dari vagina pada wanita menstruasi atau dari trauma yang dihasilkan

    oleh catherization kandung kemih. Secara teoritis, tidak ada sel darah merah harus ditemukan, tetapi beberapa menemukan jalan mereka ke dalam

    urin bahkan pada individu yang sangat sehat. Namun, jika satu atau lebih sel darah merah dapat ditemukan di setiap bidang daya tinggi, dan jika

    kontaminasi dapat dikesampingkan, spesimen mungkin abnormal.

    RBC yang mungkin muncul biasanya berbentuk, bengkak oleh urin encer (pada kenyataannya, hantu hanya sel dan hemoglobin bebas

    dapat tetap), atau crenated oleh urin terkonsentrasi. Kedua, bengkak di RBC sebagian hemolyzed dan crenated itu RBC kadang-kadang sulit untuk

    membedakan dari yang WBC dalam urin. Selain itu, hantu sel merah dapat mensimulasikan ragi. Kehadiran itu RBC dismorfik dalam urin

    menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis. Itu RBC dismorfik memiliki bentuk aneh sebagai konsekuensi dari yang terdistorsi

    melalui perjalanan melalui struktur glomerulus normal.

    b. Sel Darah Putih

    Piuria mengacu pada kehadiran sejumlah abnormal leukosit yang mungkin muncul dengan infeksi baik di saluran kemih bagian atas atau bawah atau

    dengan glomerulonefritis akut. Biasanya, itu WBC adalah granulosit. Sel darah putih dari vagina, terutama dengan adanya infeksi vagina dan serviks,

    atau meatus uretra eksterna pada pria dan wanita dapat mengkontaminasi urin.

    Jika dua atau lebih leukosit per masing-masing bidang daya tinggi muncul dalam yang tidak terkontaminasi urin, spesimen mungkin

    abnormal. Leukosit telah lobed inti dan sitoplasma granular.

    c. Sel epitel

    Ginjal sel epitel tubular, biasanya lebih besar dari granulosit, berisi putaran besar atau inti oval dan biasanya mengelupaskan ke urin dalam jumlah

    kecil. Namun, dengan sindrom nefrotik dan dalam kondisi menyebabkan degenerasi tubular, jumlah sloughed meningkat.

    Ketika lipiduria terjadi, sel-sel ini mengandung lemak endogen. Ketika diisi dengan tetesan lemak banyak, sel-sel tersebut disebut lemak

    tubuh oval. Lemak tubuh Oval memperlihatkan "Malta salib" konfigurasi dengan mikroskop cahaya terpolarisasi.

    el epitel Transisi dari pelvis ginjal, ureter, atau kandung kemih memiliki batas sel lebih teratur, inti besar, dan ukuran keseluruhan lebih kecil dari

    epitel skuamosa. Ginjal sel epitel tubular lebih kecil dan bulat dari epitel transisional, dan inti mereka menempati lebih dari volume total sel.

    Sel epitel skuamosa dari permukaan kulit atau dari luar uretra dapat muncul dalam urin.

  • Signifikansi mereka adalah bahwa mereka mewakili kemungkinan kontaminasi spesimen dengan flora kulit.

    d. Pemain

    Gips kemih terbentuk hanya dalam tubulus distal rumit (DCT) atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal berbelit-belit (PCT) dan

    lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan cor. Gips hialin terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) disekresikan oleh sel

    tubulus. Para Tamm-Horsfall protein sekresi (titik hijau) diilustrasikan dalam diagram di bawah, membentuk cast hialin di saluran mengumpulkan:

    Bahkan dengan cedera glomerulus menyebabkan permeabilitas glomerulus meningkat menjadi protein plasma dengan proteinuria yang dihasilkan,

    matriks sebagian besar atau "lem" yang semen kemih melemparkan bersama adalah Tamm-Horsfall mucoprotein, meskipun albumin dan globulin

    beberapa juga dimasukkan. Contoh peradangan glomerulus dengan kebocoran itu RBC untuk menghasilkan cor sel darah merah ditunjukkan pada

    diagram dibawah ini:

    Faktor-faktor yang mendukung pembentukan protein cor adalah laju aliran rendah, konsentrasi garam tinggi, dan pH rendah, yang

    semuanya mendukung denaturasi protein dan curah hujan, terutama yang dari protein Tamm-Horsfall. Protein gips dengan cylindroids panjang, ekor

    tipis terbentuk di persimpangan dari loop Henle dan tubulus distal disebut berbelit-belit. Gips hialin dapat dilihat bahkan pada pasien sehat.

    Sel darah merah dapat tetap bersatu dan membentuk gips sel darah merah. Gips tersebut adalah indikasi dari glomerulonefritis, dengan

    kebocoran itu RBC dari glomeruli, atau kerusakan tubular parah.

    Gips sel darah putih yang paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi mereka juga dapat hadir dengan glomerulonefritis. Kehadiran mereka

    menunjukkan radang ginjal, karena gips tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal.

    Ketika gips seluler tetap dalam nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka memerah ke dalam urin kandung kemih, sel dapat merosot

    menjadi cor kasar granular, kemudian cast butiran halus, dan akhirnya, cast lilin. Gips granular dan lilin yang akan diyakini berasal dari ginjal gips

    sel tubular. Gips luas diyakini berasal dari tubulus rusak dan melebar dan karena itu terlihat pada stadium akhir penyakit ginjal kronis.

    Sedimen urin disebut meneropong adalah satu di mana sel darah merah, sel darah putih, tubuh lemak oval, dan segala jenis cetakan

    ditemukan di lebih atau kurang profesi sama. Kondisi yang dapat menyebabkan sedimen meneropong adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi maligna

    3) glomerulosclerosis diabetes, dan 4) cepat glomerulonefritis progresif.

    Pada stadium akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen urin sering menjadi sangat kurang karena nefron yang tersisa menghasilkan

    urin encer.

    e. Bakteri

    Bakteri yang umum pada spesimen urin karena dari flora mikroba berlimpah normal dari vagina atau meatus uretra eksterna dan karena

    kemampuan mereka untuk secara cepat berkembang biak di berdiri urin pada suhu kamar. Oleh karena itu, organisme mikroba yang ditemukan di

    semua tapi yang paling teliti urines dikumpulkan harus ditafsirkan mengingat gejala klinis.

    Diagnosis bakteriuria dalam kasus infeksi saluran kemih diduga membutuhkan budaya. Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat

    apakah sejumlah besar bakteri yang hadir. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa

    organisme mencerminkan kontaminasi. Namun, kehadiran organisme dalam spesimen keran kateter atau suprapubik harus dianggap signifikan.

    f. Ragi

    Sel ragi mungkin kontaminan atau mewakili infeksi jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf tetapi

    dibedakan dengan kecenderungan mereka untuk tunas. Paling sering mereka Candida, yang dapat menjajah kandung kemih, uretra, atau vagina.

    g. Kristal

    Kristal umum terlihat bahkan pada pasien sehat termasuk kalsium oksalat, kristal tiga fosfat dan fosfat amorf.

  • Kristal sangat jarang meliputi: kristal sistin dalam urin dari neonatus dengan cystinuria bawaan atau penyakit hati yang berat, kristal tirosin

    dengan tyrosinosis bawaan atau gangguan hati yang ditandai, atau kristal leusin pada pasien dengan penyakit hati yang berat atau penyakit urin sirup

    maple.

    II. ANALISA PEMERIKSAAN URINE

    A. Pemeriksaan Berdasarkan Warna Urine

    No Warna urine Penyebab patologis Penyebab non patologis

    1. Merah Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan saluran kencing ), Oleh karena obat tertentu, Karena zat warna dari

    makanan tertentu, misal biet, senna, robarber.

    2. Jingga Zat warna empedu, Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin

    3. Kuning - Urine pekat

    - Keradaan bakteri pseudomonas

    - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif

    4. Hijau

    - Keberadaan biliverdin

    - Keradaan bakteri pseudomonas - Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif

    5. Biru Tak patologis Deuretika tertentu

    6. Coklat

    - Keberadaan hematin asam, mioglobin dan zat warna empedu

    - Obat-obat nitrofurantioin, levodova

    7. Hitam/ hampir hitam Keberadaan

    - melanin, kaskara, senyawa besi dan fenol

    - Obat levodova, kaskara, senyawa besi dan fenol

    B. Analisa berdasarkan keberadaan gula dalam urine

    No Gula dalam urine Penafsiran

    1. Urine+bersama hiperglikemi

    - Penyakit DM

    - Penyakit endokrien, hipertiroidisme, dan feokromositosis

    - Pankreatits, Ca pancreas

    - Dispusi SSF: asfiksia, perdarahan/ tumor hipotalamus

    - Gangguan metabolismeberat: luka bakar berat, uremia, penyakit hati berat, sepsis

    - Obat kortikosteroid dan thiazid

    2. Urine+, tanpa hiperklikimia Disfungsi tubulus ginjal, kehamilan, gu;la non glucose

    C. Penafsiran keberadaan protein dalam urine No Keberadaan protein dalam urine Tafsiran gangguan organ/ penyakit

    1. Proteinurea ringan

  • - Penggunaan obat anti koagulan

    - Penyakit sel sabit

    2. Eritrosit utuh diikuti adanya selinder eritrosit, selinder bergranula dan proteinuria - GNC

    - Nefritis

    - Poliarthritis

    - Nefropatie alergi

    3 Dalam sedimen tak ada eritrosit utuh - Lisis eritrosit dalam sirkulasi

    - Hemolisis tranfusi/ tranfusi darah hemolisis

    E. Tafsiran keberadaan silinder dalam urine

    No Jenis slinder Penafsran

    1. Hialin

    a. Gerak badan berat pada orang normal

    b. Gagl jantung kongesti

    c. Nepropatie DM

    d. Glumerulo nefritis kronis

    2 Eritrosit

    a. Glumerulonefritis akut

    b. Endokarditis bacterial

    c. Nefritis lupus

    d. Infark ginjal

    3 Lekosit

    a. Pyelonefritis akut

    b. Nefritis

    4 Epithel

    a. Nekrosis tubuler

    b. Infeksi cytomelogavirus

    c. Keracnan logam berat atau ssalisilat

    5 Granuler (butir kasar/halus)

    a. Sindrom nefrotik

    b. Pyelonefritis

    c. Glumerulonefritis

    d. Keracunan tinbal

    6 Lilin

    a. Atropi tubulus ginjal berat

    F. Penafsiran terhadap kadar bilirubin serum, bilirubin urine dan urobilin urine No Bilirubin serum Bilirubin urine Orobilin urine Tapsiran

    1. Indirek meningkat

    Direk normal ( n ) Negative ( - ) Meningkat Hemolisis

    2. Indirek normal

    Direk ( n ) meningkat Negative ( - ) Meningkat Kerusakan sel hati awal 3. Indirek meningkat

    Direk meningkat Meningkat Meningkat Kerusakan sel hati berat

    4. Indirek ( n )

    Direk meningkat Meningkat Negative ( - ) Obstruksi salauran empedu ekstra atau infra empatik

    G. Pemeriksaan Bence Jones

    Adalah pemeriksaan urine untuk mendeteksi keberadaan protein patologis dengan cara mencampur urine dengan asam asetat dan

    dipanaskan. Dinyatakan positif apabila terjadi kekeruhan pada saat urine dingin. Biasanya dilakukan pada penderita Myeloma Multiple. Reaksi

    bence jones (+) dapatjuga terjadi pada tumor tulang dan leukemia.

    H. Pemeriksaan 5 Hidroxyindolo Acetic Acid ( 5-HIAA) 5 HIAA adalah zat yang banyak ditemukan pada penderita dengan sindrom carcinoid,dimana penghasilan serotonin berlebihan. 5 HIAA adalah

    derifat indol hasil metabolisme serotonin berlebihan. Tes dilakukan dengan menggunakan reagen Ehrlich, dan dinyatakan neormal apabila didalam

    tes terjadi warna biru yang jelas.

    I. Pemeriksaan Benzidin Pemeriksaan pada urinene maupun feases yang bertujuan mendeteksi keberadaan hemoglobin dan deerifatnya pada urine atau feases. Tes dilakukan

    dengan mencampur bahan pemeriksaan dengan larutan benzidin, dan dinyatakan hasil:

    a. Negative (-) apabila tidak ada perubahan warna ( tetap samar-samar kehijauan)

    b. Positif 1 (+) warna hijau

    c. Positif 2 (++) biru hijau

    d. Positif 3 (+++) biru

    e. Positif 4 (++++) biru tua

    Biasanya tes dilakukan pada penderita yang dicurigai adanya perdrahan pada saluran kencing maupun pencernaan

  • J. Pemeriksaan Sulkowitch Pemeriksaan untuk mengetahui kadar kalsium dalam urine yang dikeluarkan oleh ginjal, dengan menggunakan reagen sulkowitch ( asam oxalate,

    aluminiium oxalate, asam asetat glacial, dan aquadest ). Bahan urine yang digunakan adalah urine 24 jam yang sebelumnya pasien di puaskan dari

    makanan / minuman yang mengandung kalsium.

    Interpretasi hasil :

    Negative (-) : tidak terjadi kekeruhan

    Positif 1(+) : adakekeruhan halus

    Positif 2 (++) : ada kekeruhan sedang

    Positif 3 (+++) : kekeruhan agak berat dalam waktu < 20 detik

    Positif 4 (++++) : terjadi kekeruhan berat dan seketika

    Nilai normal sampai dengan posiif 1 (+)

    Positif 3 (+++) sampai positif 4 (++++)berarti kaadar kalsium dalam urine tinggi dan merupakan akibat dari hiperkalsemia

    K. Galli Mainini Test Adalah test dengan cara menyuntikan urine wanita yang diduga hamil kedalam tubuh katak jantan. Apabila dalam urine katak jantan terdapat

    spermatozoa hasil sekresi maka tes dinyatakan (+) atau ada kehamilan

    L. Esbach Adalah pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam

    air dengan urine.

    Hasil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tinggkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein.

    M. Pemeriksaan Reduksi Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dengan menggunakan reagen (missal : benedict, fehling, nylander)

    Dinyatakan negative (-) apabilka tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak ada glukosa)

    Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1% glukosa)

    Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa)

    Posistif 3 (+++) : warna jinga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa)

    Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa)

    Normal : urine reduksi negative

    Reduksi + dalam urine memnunjukan adanya hiperglikemia di atas 170 mg%, karena nilai ambang batas ginjal untuk absorbs glukosa adalah 170

    mg%. reduksi + disertai hiperglikemia menandakan adanya penyakit diabetes mellitus.

    N. Glukosa Kuantitatif Urine Pemeriksaan untuk mengukur jumlah glukosa dalam gram/24 jam dengan menggunakan reagen benedict kuantitatif.

    O. Keton Pemeriksaan untuk menemukan keberadaan zat keton dalam urine meliputi aseton, asam asetoasetat, asam beta hidroksi butirat. Bahan yang

    digunakan adalah urine segar karena benda keton ini mudah menguap. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencampurkan urine dengan reagen

    (Rothera, Gedhadt) dan diamati adanya perubahan warna.

    Dinyatakan positif (+) apabila terjadi warna ungu kemerahan pada batas kedua cairan. Makin cepat terjadi warna ungu dan makin tua warnanya

    menggambarkan makin tinggi konsentrasi keton dalam urine. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan metabolisme berat

    terutama pada penderita DM

    P. Bilirubin dalam Urine Merupakan tes (missal: percobaan busa, Harrison)untuk melihat keberadaan bilirubin dalam urine. Bilirubin normal dalam urine negative (-).

    Bilirubin + menunjukkan adanya proses hemolisis, gangguan hati dan gangguan empedu.

    Q. Urobilinogen dalam Urine Urobilinogen merupakan senyawa tak berwarna dibentuk dalam usus dengan mereduksi bilirubin, diekskresikan melalui feaces dan urine dan

    teroksidasi dalam bentuk urobilin.

    Tes untuk melihat keberadaan urobilinogen dalam urine diperlukan bahan segar. Normalnya negative (-).

    R. Urobilin Urobilin merupakan pigmen empedu, tidak berbentuk, berwarna kecoklat-coklatan.

    Pemeriksaan terhadap keberadaan urobilin dengan menggunakan reagen tertentu (missal: Schlezinger). Hasil positif 1(+), atau positif 2(++) dilihat

    dari adanya fluoresensi hijau.

    S. Pemeriksaan Darah Samar dalam Urine Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya hemoglobin dalam urine dengan metode tertentu (missal: benzidine tes atau guayac tes). Dinyatakan

    positif apabila ada perubahan warna menjadi hilau (+) sampai biru tua(++++).

    Dinyatakan negatif apabila tak ada perubahan warna. Tes + berarti ditemukan hemoglobin dalam urine yang mungkin disebabkan oleh pendarahan

    atau radang pada ginjal/saluran kencing.

    T. Pemeriksaan Kloride dalam Urine Bertujuan untuk menetapkan jumlah/kuantitatif klorde dalam urine 24 jam.

    Biasanya menggunakan metode cepat yaitu Fantus.

    U. Pemeriksaan benda-benda Nitrogen

    Pemeriksaan bertujuan menemukan benda-benda nitrogen terutama nitrit, urea, kreatinin dalam urine. Peningkatan kadar benda nitrogen dalam urine

    menggambarkan kondisi metabolism dari protein mulai dari intake, absorpsi, perombakan, metabolisme, destruksi dan ekskresinya.

    Pengukuran kreatinin memerlukan bahan urine 24 jam dan hasilnya dapat menggambarkan kondisi fungsi ginjal.

    Nilai normal ekskresi kreatinin pada wanita: 0,8 1,7 gr/hr; pria: 1,0 1,9 gr/hr

  • V. Pregnosticon Planotes (PPT) Pemeriksaan untuk menemukan adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urine. Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi adanya

    kehamilan pada wanita. Hasil positif menandakan adanya tanda kehamilan pada wanita.

    W. PPT Titrasi Merupakan tes immunologic dengan Human Aglutinin Inhibitor (HAI) untuk melihat keberadaan HCG dalam urine. Dengan pemeriksaan ini

    hasilnya lebih cepat, akurat dan sensitive karena dalam titer terendah pun sudah dapat terdeteksi.

    Normal dalam 20 hari setelah pembuahan HCG +:500 SI/hari. Keakuratan untuk deteksi kehamilan adalah 95-98%. Pada saat ini sudah

    dikembangkan oleh pabrik alat tes kehamilan yang praktis dan mudah dilakukan oleh masyarakat, hasilnya akurat missal: prognosticon, gravindex,

    gonovis, deco dan lai-lain.

    X. HCG EIA (test Pack) Adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan HCG dengan metode Enzyme Immuno Assay (EIA). Penggunaan sama dengan pemeriksaan

    HCG diatas.

    Y. Asam Urat Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin dan sulit larut dalam air.

    Konsentrasi tinggi dalam urine dapat membentuk batu asam urat dan mencerminkan kadar asam urat dalam darah yang tinggi dengan segala

    akibatnya. Pemeriksaan asam urat (uric acid) dalam urine bertujuan untuk mendeteksi asam urat secara kuantitatif dan kualitatif. Biasanya dilakukan

    pada pasien dengan gangguan ginjal, penyakit gout, radang sendi, batu ginjal/saluran kencing.

    Z. Pada saat ini pabrik alat kesehatan menciptakan bermacam-macam alat yang mudah dilakukan masyarakat, praktis dan hasilnya akurat untuk

    pemeriksaan urine, yang berupa kertas, plastic maupun tablet. Kertas/plastic/tablet tersebut mengandung reagen tunggal atau gabungan yang dapat

    mendeteksi keberadaan suatu zat secara sendiri-sendiri atau beberapa zat sekaligus. Alat-alat tersebut antara lain:

    No. Nama Alat/

    Bentuk Kandungan reagen Manfaat

    1. Albustix

    (stik/kertas) Bromphenol blue dan salisilat Mendeteksi protein dalam urine, dinyatakan +: terjadi warna kuning biru 2. Albutes

    (tablet) Sda

    3. Clinistix

    (stik/tes tape) Glukosa oksidasa dan orthotolidin Deteksi glukosa dalam urine.

    +: warna biru

    4. Clinitest

    (tablet) Na hidroksida dan kuprisulfat Deteksi glukosa +: warna menjadi kuning/jingga

    5. Galatest

    (serbuk) Garam bismuth Deteksi glukosa +: warna abu-abu sampai hitam

    6. Ketostix

    (stik/kertas) Na nitoprussida, asam amino asetat, dinatrium posfat Deteksi keton dalam urine (asam asetoasetat, aceton) +: berunah warna menjadi

    ungu - sampai merah

    7. Acetest

    (tablet) Sda Sda

    8. Hemastix

    (kertas) Peroksidan dan orthotolidin Deteksi darah samar (Hb) +: berubah warna menjadi hijau biru 9. Occultist

    (tablet) Sda Sda

    10. Ictotest

    (tablet) Nitrobenzenadiazonium P toluene sulfonat Deteksi bilirubin dalam urine

    11. Labstix

    (kertas) Kombinasi reagen Deteksi glukosa, protein, keton, darah samar, PH

    12. Hemacombistix Sda Sda

    @. Fenil Keton Urie (FKU) Pemeriksaan Guthrie

    Merupakan pemeriksaan skrening untuk mendeteksi adanya defisiensi enzim hepar yaitu Fenilalanin hidroksidase. Adanya akumulasi penilanin

    dalam darah dan jarinagan yang berasal dari susu dan prolduk protein lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Apabila

    fenilanin dalam serum mencapai 4mg/ dl setelah minum susu 3-5 hari disebut tes Guthriepositif (+).

    Pemeriksaan FKU pada urine dilakukan setelah bayi berumur 3-4 minggu dan diulang 1-2 minggu kemudian.

    Nilai FKU 15 mg / dl atau lebih besar dapat digunakan sebagai indicator nyang signfikan adanya kerusakan otak.

    Nilai normal:

    FKU: negatif, Guthrie. Negatif. Pada anak: 0,5-2,0 mg/ dl

    Peningkatan FKU dapat terjadi pada bayi lahir dengan berat badan rendah, encephalopatihepatik, septicemia, galaktosemia, obat aspirin dosis besar.

    Katekolamin Urie

    Merupakan hormon epinefrin dan norepinefrin yang diproduksi oleh kelenjaar medulla suprarenalis. Pada orang normal dan setelah latihan atau olahraga

    produksi katekolamin akan menigkat. Apabila ditemukan kadar katekolamin dalam urine: 3-100 kali lebih besar dari normal menunjukkan adanya

    penyakit feokromositoma.

    Penigkatan dalam jumlah sedang ditemukan pada jumlah kasus psikiarti dan anak yang menderita neuroblastoma mligna.

    Nilai normal dalam urine dewasa : total < 100 ug/ 24 jam,

    aktifitas tinggi : < 0,59 umol/ 24 jam

    epinefrin urie : 10-90 ug/ 24 jam

    peningkatan katekolamin ditemukan pada penderita feokromositoma, stress berat, septikemi, shock, luka bakar, peritonitis, neuroblastoma maligna,

    gangguan psikiatri terutana depresi/ maniakdepresif, dan obat-obatan antibiotic, antihipertensi, adrenslin, isoproterenol, insulin, devolopa, aminof

    ilin, klorpromasin, dan vitamin C dan B dosis tinggi.

  • Ketosteroid-17 dalam Urine (17-KS)

    Merupakan hasil metabolisme hormon testosteron yang berasal dari testis dan glandula suprarenalis. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya

    disfungsi kortek adrenal.

    Penurunan kadar 17-KS menuhnjukkan hipofungsi kortek adrenal (misal pada penyakit Addisons) hipogonadisme, hipopituitarisme, miksedema, nefrosis, dan obat-obat: deuretik, tiazid, estrogen, kontrasepsi oral, reserpin, klordiazepoksida, promazin, quinidin, meprobamat, dan salisilat.

    Peningkatan kadar 17-KS ditemukan pada hiperfungsi kortek adrenal, sindrom cushings, karsinoma adrenocorte, tumopr testis, tumor ovarium, infeksi dan stres hebat, serta obat-obat: ACTH, antibiotika, fenitoin, deksametason, dan spironolakton.

    Nilai normal :

    Dewasa pria : 8-25 mg/24 jam

    Wanita : 5-15 mg/24 jam

    Bayi : < 1 mg/24 jam

    Anak 1-3 tahun : < 2 mg/24 jam

    Anak 3-6 tahun : < 3 mg/24 jam

    Remaja wanita : 3-12 mg/24 jam

    Lansia : 4-8 mg/24 jam

    Hidroksi Kortikosteroid-17 (17-OHCS) Urine

    Merupakan hasil metabolism hormon steroid dari kortek adrenal dan dikeluarkan melalui urine (24 jam). Pemeriksaan bertujuan untuk mengkaji fungsi

    hormon adrenal.

    Penurunan 17-OHCS terdapat pada penyakit addisons, sindrom androgenital, hipopituitarism, hipotiroid, penyakit hati, dan obat-obat: kalsium glukonas, deksametason, fenitoin, reserfin, dan prometasin.

    Peningkatan 17-OHCS terdapat pada sindrom Cushings, kanker adrenal, hiperpituitarism, hipertiroidism, stres berat, eklampsia, dan obat-obat: penicillin, eritromycin, kortison, asetazolamid, vitamin C, tiazid, digoksin, estrogen, kontrasepsi oral, quinidin, spironolakton,dan paraldehid.

    Nilai normal :

    Dewasa pria : 5-15 mg/24 jam

    Wanita : 3-13 mg/24 jam

    Rata- rata : 2-12 mg/24 jam

    Lansia : lebih rendah dari dewasa

    Anak 2-4 tahun : 1-2 mg/24 jam

    Anak 5-12 thn :6-8 mg/24 jam

    Bayi : < 1 mg/24 jam

    Pregnanetriol urine

    Merupakan zat sintesis kortikoid yang digunakan untuk mendiagnosa adanya hiperplasi adrenokortikal congenital. Penurunan kadar menunjukkan

    hipofungsi hipofise anterior. Peningkatan kadar terdapat pada sindroma adrenogenital, hiperfungsi dan hiperplasi adrenokortikal kongenita, dan

    tumor adrenal.

    Normal :

    Dewasa pria : 0,4-2,4 mg/24 jam

    Wanita : 0,5-2,0 mg/24 jam

    Anak : 0-1,0 mg/24 jam

    Bayi : 0-0,2 mg/24 jam

    %. Tes urine atas obat-obatan

    Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan metabolik yang berasal dari obat. Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar obat dalam urine sesbagai

    presentasi kadar obat dalam plasma dan sebagai indicator toksisitas obat.

    No. Nama Obat Indicator tes + dalam urine Keterangan

    1. Aspirin/salsilat Perubahan warna urine menjadi merah anggur yang mantap

    2. Fenotiazin dan derivatnya Ungu kemerahan Langsung

    3. PAS (para amino salisilat) Coklat merah

    4. Fenol dan derivatnya Ungu

    *. Tes urine atas obat-obatan narkotik, miras, psikotropik.

    No. Jenis narkotik Nilai Normal Keterangan

    1. Amphetamin (Extacy,shabu) - Stimulans

    2. Cocain - Stimulans analgetik

    3. Opiat (morfin,heroin) -

    4. Benzodiazepin - Tranguilizer minor

    5. Barbiturat - Tranguilizer minor

    6. Mertaquolon (mandax) -

    7. Alcohol - Depresan

    8. Amytriptilin - Depresan

    9. Imipramin - Depresan

    10. LSD - Halusinogen

    11. Ganja - dep/Stimulans

    12. Haloperidol - Tranguilizer mayor

    13. Chlorpromazine - Tranguilizer mayor

    III. PEMERIKSAAN URIN RUTIN

  • Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik,

    mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah

    pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

    Urinalisis adalah analisis urin. Seorang dokter melakukan serangkaian fisik, tes mikroskopis, dan kimia pada sampel urin. Tes dapat layar

    untuk penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih. Hal ini juga dapat membantu mendiagnosa penyakit yang menghasilkan produk pemecahan

    abnormal yang disebut metabolit yang diwariskan dari tubuh dalam urin.

    Bagaimana tes dilakukan?

    Pertama, orang mencuci di sekitar urethra, tabung yang melewati air seni keluar dari tubuh. Hal ini untuk mencegah kontaminasi sampel.

    Selanjutnya, orang perlu mengumpulkan sampel urin di tengah sungai, yaitu, tidak pada awal dan tidak di akhir. Hal ini disebut sebagai sampel urin

    yang bersih-catch.

    Orang tersebut harus mengikuti langkah-langkah untuk mendapatkan sampel. Pertama, orang mulai buang air kecil ke toilet. Kemudian, ia

    menangkap sampel urin dalam wadah. Kemudian orang tersebut bisa selesai buang air kecil di toilet. Orang tersebut kemudian mencakup wadah dan

    memberikannya kepada dokter.

    Sampel dikirim ke laboratorium untuk pengujian. Dokter mungkin meminta setiap berbagai fisik, tes mikroskopis dan kimia. Cara terbaik

    adalah untuk melakukan tes yang paling dalam waktu 15 menit dari waktu urin dikumpulkan.

    Hasil tes normal untuk air seni adalah:

    o warna: bervariasi dari tidak berwarna sampai kuning gelap. Makanan tertentu mungkin noda itu.

    o spesifik gravitasi: rentang 1,006-1,030. Jumlahnya lebih tinggi, lebih terkonsentrasi urin.

    o pH, atau saudara keasaman atau alkalinitas: berkisar 4,6-8,0. Rata-rata adalah 6,0, yang sedikit asam.

    o gula, keton, dan protein: sekarang ada.

    o darah: tidak ada sel darah merah atau hemoglobin yang hadir.

    o bilirubin: tidak ada.

    o sel darah putih: tidak ada.

    Hasil tes tidak normal untuk air seni adalah:

    o warna: lain dari biasanya.

    o spesifik gravitasi: nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ini mungkin menunjukkan gangguan ginjal. Pengecualian adalah mereka yang

    berhubungan dengan makanan atau asupan cairan.

    o pH: urine terlalu asam atau basa. Ini menjamin perhatian medis.

    o gula dan keton, biasanya diuji bersama: tingginya tingkat glukosa dan keton dapat mengindikasikan diabetes.

    o protein: hadir setiap mungkin menunjukkan gangguan ginjal.

    o darah: hadir setiap dapat menunjukkan perdarahan dari ginjal, infeksi saluran kemih, atau trauma dari latihan yang ketat.

    o bilirubin: hadir setiap menunjukkan penyakit hati atau saluran empedu.

    o nitrit dan sel darah putih: kehadiran mereka menunjukkan infeksi saluran kemih.

    IV. TES KEHAMILAN Tes kehamilan mencoba untuk menentukan apakah seorang wanita hamil Tanda tersebut ditemukan dalam air seni dan darah., dan tes

    kehamilan memerlukan sampling salah satu zat ini. Yang pertama dari tanda tersebut untuk ditemukan, human chorionic gonadotropin (hCG),

    ditemukan pada tahun 1930 yang akan diproduksi oleh sel-sel trofoblas dari sel telur dibuahi (blastokista). Sementara hCG merupakan penanda yang

    dapat diandalkan kehamilan, tidak dapat dideteksi sampai setelah implantasi: [1] ini menghasilkan negatif palsu jika tes dilakukan pada tahap awal

    kehamilan. Kebidanan ultrasonografi juga dapat digunakan untuk mendeteksi kehamilan. Kebidanan USG pertama kali dipraktekkan pada 1960-an.

    Rekaman upaya pengujian kehamilan telah ditemukan sejauh kembali sebagai Yunani kuno dan Mesir kuno budaya. Bangsa Mesir kuno

    disiram kantong gandum dan barley dengan urin seorang wanita mungkin hamil. Perkecambahan menunjukkan kehamilan. Jenis gandum yang

    tumbuh diambil sebagai indikator seks janin. Hippocrates menyarankan bahwa seorang wanita yang terlambat haid dia harus minum larutan madu

    dalam air pada waktu tidur: mengakibatkan perut kembung dan kram akan menunjukkan adanya kehamilan. Ibnu Sina dan banyak dokter setelah dia

    di Abad Pertengahan dilakukan uroscopy , metode non-ilmiah untuk mengevaluasi urin.

    Selmar Aschheim dan Bernhard Zondek diperkenalkan pengujian berdasarkan adanya human chorionic gonadotropin (hCG) pada tahun

    1928. Studi awal hCG menyimpulkan bahwa itu diproduksi oleh kelenjar pituitari. Pada 1930, Joness Georgeanna menemukan bahwa hCG

    diproduksi bukan oleh kelenjar hipofisis, tetapi oleh plasenta. Penemuan ini sangat penting dalam mengandalkan hCG sebagai penanda awal

    kehamilan.

    Dalam Aschheim dan uji Zondek, seorang perempuan infantil tikus disuntik secara subkutan dengan urin dari orang yang akan diuji, dan

    mouse kemudian dibunuh dan dibedah. Kehadiran ovulasi menunjukkan bahwa urin mengandung hCG dan berarti bahwa orang tersebut sedang

    hamil. Sebuah tes serupa dikembangkan menggunakan kelinci dewasa . Di sini juga, membunuh hewan untuk memeriksa ovariumnya itu perlu.

    Perbaikan tiba dengan tes katak, yang diperkenalkan oleh Lancelot Hogben , yang masih digunakan pada 1950-an dan memungkinkan kodok untuk

    tetap hidup dan digunakan berulang kali: wanita katak disuntik dengan serum atau urin pasien, jika katak yang dihasilkan telur dalam 24 jam

    berikutnya, tes itu positif. Ini disebut tes Bufo, dinamai katak genus Bufo , yang pada awalnya digunakan untuk ujian. Spesies lain dari kodok dan

    katak telah digunakan di kemudian hari.

    Pengukuran langsung antigen , seperti hCG, ini dimungkinkan dengan penemuan radioimmunoassay pada tahun 1959. radioimmunoassays

    memerlukan alat canggih dan tindakan pencegahan radiasi khusus dan mahal. Pada 1970-an, penemuan antibodi monoklonal menyebabkan

    perkembangan yang relatif sederhana dan murah immunoassays , seperti aglutinasi-penghambatan berbasis tes dan roti ELISA , digunakan dalam tes

    kehamilan di rumah modern.

  • Tes untuk kehamilan yang dapat memberikan hasil tercepat setelah pembuahan adalah penghambatan roset assay untuk faktor kehamilan

    awal (EPF). EPF dapat dideteksi dalam darah dalam waktu 48 jam fertilisasi . Namun, pengujian untuk EPF mahal dan memakan waktu.

    Kebanyakan kimia tes untuk melihat kehamilan untuk kehadiran subunit beta chorionic gonadotropin hCG atau manusia dalam darah atau urin. hCG

    dapat dideteksi dalam air seni atau darah setelah implantasi, yang terjadi enam sampai dua belas hari setelah pembuahan. Kuantitatif darah (serum

    beta) tes dapat mendeteksi kadar hCG serendah 1 mIU / mL, sedangkan strip tes urine telah menerbitkan ambang deteksi dari 20 mIU / mL sampai

    100 mIU / ml, tergantung pada merek. tes darah kualitatif umumnya memiliki ambang 25 mIU / mL, dan kurang sensitif dari beberapa tes kehamilan

    di rumah tersedia. Tes rumah Kebanyakan kehamilan didasarkan pada rusuk-aliran teknologi.

    Dengan ultrasonografi obstetri pada kantung kehamilan kadang-kadang dapat divisualisasikan sedini empat setengah minggu dari usia

    kehamilan (sekitar dua setengah minggu setelah ovulasi) dan kantung yolk pada usia kehamilan sekitar lima minggu. Para embrio dapat diamati dan

    diukur dengan sekitar lima setengah minggu. Detak jantung dapat dilihat pada awal enam minggu, dan biasanya terlihat dengan usia kehamilan tujuh

    minggu.

    Peninjauan sistematis diterbitkan pada tahun 1998 menunjukkan bahwa rumah alat tes kehamilan, bila digunakan oleh teknisi yang

    berpengalaman, hampir seakurat pengujian laboratorium profesional (97,4%). Ketika digunakan oleh konsumen, bagaimanapun, akurasi turun

    menjadi 75%: para penulis mencatat bahwa banyak pengguna disalahpahami atau gagal mengikuti petunjuk yang disertakan dalam kit. Penggunaan

    yang tidak tepat dapat menyebabkan baik negatif palsu dan positif palsu.

    Waktu tes

    Negatif palsu bacaan dapat terjadi ketika pengujian dilakukan terlalu dini. Tes darah kuantitatif dan tes urine yang paling sensitif biasanya

    mendeteksi hCG lama setelah implantasi, yang dapat terjadi di mana saja dari 6 sampai 12 hari setelah ovulasi . tes urine Kurang sensitif dan tes

    darah kualitatif mungkin tidak mendeteksi kehamilan sampai tiga atau empat hari setelah implantasi . Menstruasi terjadi rata-rata 14 hari setelah

    ovulasi, sehingga kemungkinan negatif palsu adalah rendah sekali periode menstruasi terlambat.

    Ovulasi mungkin tidak terjadi pada waktu diprediksi dalam siklus menstruasi , namun. Sejumlah faktor dapat menyebabkan ovulasi

    terduga awal atau terlambat, bahkan untuk wanita dengan riwayat siklus menstruasi yang teratur. Menggunakan kit prediktor ovulasi (OPKs), atau

    memetakan tanda-tanda kesuburan dari serviks lendir atau suhu tubuh basal memberikan ide yang lebih akurat tentang kapan harus menguji dari satu

    hari penghitungan saja.

    Keakuratan tes kehamilan paling erat terkait dengan hari ovulasi, bukan melakukan hubungan badan atau inseminasi yang menyebabkan

    kehamilan. Hal yang biasa bagi sperma untuk hidup hingga lima hari [11] di saluran tuba, menunggu ovulasi terjadi. Ini bisa memakan waktu hingga

    dua belas hari lagi untuk implantasi terjadi, yang berarti bahkan tes kehamilan yang paling sensitif dapat memberikan negatif palsu sampai tujuh

    belas hari setelah tindakan yang menyebabkan kehamilan. Karena tes kehamilan di rumah beberapa memiliki batas deteksi yang tinggi hCG (hingga

    100 mIU / mL), mungkin mengambil tiga atau empat hari tambahan untuk hCG meningkat ke tingkat terdeteksi oleh tes ini - yang berarti negatif

    palsu dapat terjadi sampai tiga minggu setelah bertindak hubungan seksual atau inseminasi yang menyebabkan kehamilan.

    Salah positif

    False positif hasil tes dapat terjadi karena beberapa alasan. Ini termasuk: kesalahan aplikasi pengujian, penggunaan obat yang mengandung

    molekul uji, dan