pembelajaran luar kelas (outdoor learning)

18
PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING) By: HUSAMAH Jakarta: Prestasi Pustaka Raya Publisher, 2013

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

PEMBELAJARAN

LUAR KELAS

(OUTDOOR

LEARNING)

By: HUSAMAH

Jakarta: Prestasi Pustaka Raya Publisher, 2013

Page 2: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)
Page 3: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)
Page 4: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)
Page 5: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk

(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah

lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat

Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambaan sebanyak

itu (pula).”

(QS al-Kahfi: 109).

“Sebelum kedua telapak kaki seseorang menetap di hari

kiamat akan ditanyakan tentang empat hal lebih dulu:

pertama tentang umurnya untuk apa dihabiskan, kedua

tentang masa mudanya untuk apakah dipergunakan,

ketiga tentang hartanya dari mana diperoleh dan untuk

apakah dibelanjakan, dan keempat ilmunya, apa saja

yang ia amalkan dengan ilmunya itu.”

(HR Bukhari-Muslim).

“Siapa saja yang menginginkan sukses di dunia, maka

raihlah dengan ilmu. Siapa saja yang menginginkan

sukses di akhirat, maka raihlah dengan ilmu. Dan Siapa

saja yang menginginkan sukses di dunia dan di akhirat,

maka raihlah keduanya dengan ilmu.” (al-Hadist).

Ku Persembahkan buku ini kepada:

Ibunda Zakiyah al-Huraibi (Allahyarham),

Ayahanda Muhammad Irham, Istriku Yanur

Setyaningrum, Mertuaku, adik-adikku,

keluarga besarku dan almamaterku

tercinta Universitas Muhammadiyah

Malang.

Page 6: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

Ucapan Terima Kasih

Segala puja dan puji hanya untuk Allah SWT, karena atas perkenan-Nya jualah sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan. Ya Allah ya Rabb, izinkanlah hamba-Mu yang lemah ini memanjatkan rasa terima kasih karena Engkau selalu menuntun jalanku untuk terus memahami, memaknai, belajar, berkarya dan berbagi kepada sesama. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Rektor (Dr. Muhadjir Effendy, MAP), Pembantu Rektor I (Prof. Dr. Ir. Sujono, M.Kes), Pembantu Rektor II (Drs. Mursidi, MM), dan Pembantu Rektor III (Drs. Joko Widodo, M.Si) Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan untuk “belajar dan mengabdi” di kampus putih tercinta. Terima kasih pula kepada jajaran Dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM, Pimpinan Prodi Pendidikan Biologi UMM yang selalu memberikan ruang kepada para “tenaga pengajar/dosen muda” untuk meningkatkan kualitas dan aktualisasi diri. Kepada para guru/dosen kami sejak TK di Kampung Korma Pagerungan Kecil, SDN Pagerungan Kecil III, SMP Negeri 2 Sapeken, SMA Negeri 1 Banyuwangi, hingga S1 Pendidikan Biologi FKIP UMM, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas kesabaran dan keistiqomahannya mendidik serta membekali ilmu hidup. Semoga Allah SWT memberikan pahala berlimpah atas ilmu dan kebaikan yang telah ditebarkan.

Untuk Emmaku Zakiyah al-Huraibi (alm) dan Uwwaku Moh. Irham Ridha, ucapan cinta yang tulus penuh hormat, doa yang khusyuk dan bakti yang ikhlas nanda haturkan. Terima kasihku atas doa, nasihat, pembelajaran, cinta, dukungan dan nilai-nilai yang diwariskan. Terima kasih atas kekuatan dan support yang telah diberikan oleh keluarga besar kami, kelaurga besar Jiddil Muhammad Huraibi (alm), dan keluarga Besar Bapak Suroto Ali Purwoko. Ucapan cinta yang tulus penuh hormat, doa yang khusyuk dan bakti yang ikhlas saya haturkan.

Buat istri tercinta, Yanur Setyaningrum, terima kasihku atas pengertian dan perhatianmu, menemaniku dalam suka dan duka, mendoakanku, memberikan semangat dikala energi untuk menulis sedang merosot, menyiapkan makanan dan minuman saat harus menulis hingga larut malam serta bersabar ketika selalu aku tinggal. Dan semuanya yang telah engkau berikan dengan ketulusan dan keihklasan. Terima kasih atas kekuatan dan support yang telah diberikan oleh adik-adikku, Husni Mubarak, Ika, Abdurraman, Zikriyah dan keponakannku yang lucu Alina Azkia Azzahra. Terima kasih atas dukungan sepenuh hati, tiada henti dari Mas Hanung, Mbak Tantin dan keponakan laki-lakiku Arya.

Semangat dan dukungan untuk selalu kuat, lebih baik, tegar dan berprestasi pun selalu diberikan oleh Drs. Abdulkadir Rahardjanto, M.Si, Tim BKMA (Prof. Dr. Noor Harini, Prof. Dr. Wahyu Widodo, Dr. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes), Bapak Agus Santoso, Sahabat Sejatiku (Rina Wahyu S, Dyah Worowirastri E, Minatun Nadlifah) dan Keluarga Besar UKM Forum Diskusi Ilmiah UMM.

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Pinus Group, direktur, editor, dan staf serta distributor yang telah bersedia menerbitkan dan mengedarkan buku-buku saya sehingga sampai ke tangan pembaca, termasuk buku ini dan buku-buku selanjutnya.

Akhirnya, terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang menjadi sumber inspirasi buku ini yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Demikian pula adanya buku ini. Oleh karena itu, tegur sapa demi perbaikan buku ini sangat kami harapkan.

“Kota Dingin” Malang, Februari 2013

Page 7: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

HUSAMAH

Page 8: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

UNIT 1

LINGKUNGAN SEBAGAI ELEMEN PENTING OUTDOOR

LEARNING

A. Lingkungan Sebagai Sumber dan Media Pembelajaran

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai

bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang

terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini

cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain,

range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau

segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.

Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan

makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup

lainnya. Lingkungan terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda

mati) dan budaya manusia. Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan

salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil

pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini

tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk

kepentingan pendidikan.

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak

pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari lingkungannya. Begitu pula

halnya dalam belajar dan memahami konsep dan prinsip dalam IPA diperlukan suatu

pendekatan yang mampu mewujudkan hal-hal yang diinginkan, yakni salah satunya

dengan pendekatan lingkungan. Pendekatan lingkungan berarti mengajak siswa belajar

langsung di lapangan tentang topik-topik pembelajaran. Tang (2002) mengemukakan

adanya hubungan antara manusia dengan lingkungan merupakan hubungan yang saling

mempengaruhi sehingga lahir interaksi. Pendekatan lingkungan merupakan suatu

interaksi yang berpangkal kepada hubungan antara perkembangan fisik dengan

lingkungan sekitarnya. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berarti siswa

menampilkan contoh-contoh penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan

sekitarnya. Dengan kata lain siswa datang menghampiri sumber-sumber belajarnya.

Page 9: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan

pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas, Selain

itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat

mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan

tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab

lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan.

Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan

dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya

manusia di masa mendatang. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari

lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema

kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya

kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar.

Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman

padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat memperoleh

pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat

membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam

terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di

dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti

halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak

hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini

lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan

fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional serta intelektual. Anak-

anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan

menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep

seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya

adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui

dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru

mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada

lingkungan sekitar (Eko, 2009).

Menurut Abulraihan (2008) lingkungan bisa lingkungan sekolah dan luar sekolah,

yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar kelas yang dilakukan siswa, guru

Page 10: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

harus pandai-pandai memilih model atau jenis pembelajaran yang tepat sesuai situasi

lingkungan, memperhatikan faktor keamanan karena di alam bebas mempunyai tingkat

keriskanan yang tinggi terhadap keselamatan siswa.

Lahirnya konsep pendidikan di alam adalah manifestasi dari pendidikan di luar

ruangan. Alam sebagai media belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan atas

metodologi pendidikan di dalam kelas. Dari pemikiran inilah Walt Whitmant mencoba

memperbaharuhi metodologi itu dengan penekanan pada proses aktivitas di luar kelas.

Pendidikan dan latihan di luar kelas dapat menggantikan proses pendidikan

konvensional (kelas/ ruangan) yang selama ini dilakukan secara masif. Akibatnya model

pendidikan tersebut lebih berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif , bukan pada proses

pengenalan lebih dalam pada sumber-sumber pengetahuan (Herry, 2008).

B. Jenis Lingkungan Belajar

Pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar (Hamalik, 2001).

Alam sekitar siswa merupakan lingkungan sekitar kehidupan siswa yang dapat berupa

lingkungan alam, sosial, dan buatan.

1. Lingkungan Alam

Alam, dalam hal ini, dipandang sebagai sebuah laboratorium yang sangat besar.

Laboratorium alam ini menyediakan sumber belajar yang melimpah ruah, sehingga akan

sayang kalau sumber belajar ini tersia-siakan (Amin, 2008).

Pengalaman yang harus dimiliki siswa ialah pengalaman lingkungan fisik yang

menyangkut fisik secara mikro yaitu dirinya sendiri maupun secara makro (alam

semesta). Pemahaman siswa yang benar terhadap dirinya dan alam semesta, akan

menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk senantiasa, meningkatkan serta

memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam bagi kepentingan manusia

pada umumnya (Suherli, 2009).

Menurut Sudjana & Rivai (2010) lingkungan alam berkenaan dengan segala

sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim,

curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan , tanah,

batu-batuan dan lain-lain).

Aspek-aspek lingkungan alam di atas dapat dipelajari secara langsung oleh siswa.

Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial,

Page 11: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

maka akan mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya

secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk termasuk

prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan

lingkungan alam termasuk faktor-faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan

hutan, pencemaran air tanah, udara dan sebagainya.

Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat lebih

memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran

untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan

dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumberdaya

alam bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh: dalam rangka mempelajari IPA, siswa

diminta mencatat dan mempelajari lingkungan alam di sekitarnya. Siswa diminta

mencatat dan mempelajari suhu udara, jenis tumbuhan, hewan, batu-batuan, kerusakan

lingkungan, pencemaran dan lain-lain. Baik secara individual maupun kelompok para

siswa akan melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, bertanya kepada orang lain,

membuktikan sendiri atau mencobanya. Ia akan memperoleh sesuatu yang berharga dari

kegiatan belajarnya yang mungkin tidak ditemukan dari pengalaman belajar di sekolah

sehari-hari.

2. Lingkungan Sosial

Menurut Supriatna (2011) masalah-masalah sosial sehari-hari yang dihadapi oleh

para siswa merupakan pengalaman belajar sekaligus sebagai sumber belajar. Dalam

kurikulum terdahulu, masalah-masalah sosial tersebut sangat jarang dibawa oleh guru

ke ruang kelas sebagai bahan pelajaran. Masalah-masalah sosial tersebut sangat erat

kaitannya dengan tuntutan kurikuler pada pelajaran serta terkait pula dengan kehidupan

siswa sehari-hari.

Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia

dengan kehidupan masyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata

pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama

dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial

dan kemanusiaan. Dalam praktek pembelajaran, penggunaan lingkungan sosial sebagai

media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat, seperti

keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa, kecamatanm dan

Page 12: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat

perkembangan anak didik (Sudjana & Rivai, 2010).

Menurut Suherli (2009) lingkungan sosial dijadikan media pembelajaran agar

siswa memiliki bekal hidup dalam sosial atau dalam masyarakat. Dengan bekal

pengetahuan ini, siswa setelah lulus atau tamat sekolah siap hidup bermayarakat. Siswa

akan dengan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya di mana ia tinggal. Selain

itu siswa juga harus dibekali dengan pengalaman budaya. Dengan bekal ini, siswa

diharapkan memahami, mencintai, menghargai, dan menikmati serta memilih budaya

yang menguntungkan dirinya sendiri maupun orang lain sehingga siswa tidak akan

terjerumus dalam budaya yang menyesatkan.

Melalui kegiatan belajar seperti itu, siswa lebih aktif dan lebih produktif sebab ia

mengarahkan usahanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-

sumber yang nyata dan faktual.

3. Lingkungan Buatan

Di samping lingkungan alam dan lingkungan sosial yang sifatnya alami, ada juga

yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau

dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan,

kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.

Menurut Sudjana & Rivai (2010) siswa dapat mempelajari lingkungan buata dari

berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya

dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan

manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan

kepentingan berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah.

C. Jenis-jenis Sumber Belajar yang Ada di Lingkungan

Pada bagian sebelumnya, kita telah mengenal adanya dua jenis sumber belajar,

yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan sumber belajar yang

dimanfaatkan ( by utility resources). Berbagai benda yang terdapat di lingkungan kita

dapat kita kategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang dimanfaatkan (by design

resources) ini. Dibanding dengan dengan jenis sumber belajar yang dirancang, jenis

Page 13: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

sumber belajar yang dimanfaatkan ini jumlah dan macamnya jauh lebih banyak. Oleh

karena itu, sangat dianjurkan setiap guru mampu mendayagunakan sumber belajar yang

ada di lingkungan ini. Pengertian lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu baik

yang berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar kita (di sekitar

tempat tinggal maupun sekolah).

Sebagai guru, kita dapat memilih berbagai benda yang terdapat di lingkungan

untuk kita jadikan media dan sumber belajar bagi siswa di sekolah. Bentuk dan jenis

lingkungan ini bermacam macam, misalnya: sawah, hutan, pabrik, lahan pertanian,

gunung, danau, peninggalan sejarah, musium, dan sebagainya. Media di lingkungan

juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat dibawa ke ruang kelas, misalnya :

batuan, tumbuh-tumbuhan, binatang, peralatan rumah tangga, hasil kerajinan , dan

masih banyak lagi contoh yang lain. Semua benda itu dapat kita kumpulkan dari sekitar

kita dan dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Benda-benda

tersebut dapat kita perloeh dengan mudah di lingkungan kita sehari-hari. Jika mungkin,

guru dapat menugaskan para siswa untuk mengumpulkan benda-benda tertentu sebagai

sumber belajar untuk topik tertentu. Benda-benda tersebut juga dapat kita simpan

untuk dapat kita pergunakan sewaktu-waktu diperlukan.

D. Keuntungan Memanfaatkan Media Lingkungan

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak

keuntungan. Beberapa beberapa keuntungan tersebut antara lain :

- Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di

lingkungan.

- Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.

- Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih

konkrit, tidak verbalistik.

- Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda

tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga

sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).

- Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa

melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan

Page 14: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa

serupa dalam kehidupannya sehari-hari.

- Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan

media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda,

lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.

- Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa

biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas

(didesain).

Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat

tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita

untuk menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai

jenis sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita

manfaatkan sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal

memilihnya berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan

menyesuaikannya dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan kita

ajarkan. Kriteria pemilihan media itu telah kita bahas pada bagian sebelumnya.

E. Prinsip-prinsip Pembuatan Media yang Memanfaatkan Lingkungan

Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-benda

atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar. Selain itu,

ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat terlebih dulu sebelum dapat kita

pergunakan dalam pembelajaran. Media yang perlu kita buat itu biasanya berupa alat

peraga sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan kita.

Jika kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip

pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu :

- Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.

- Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu,

terutama konsep yang abstrak.

- Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri)

Page 15: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

- Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak

mengandung unsur yang membahayakan siswa.

- Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal

- Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan

- Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa

- Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah

diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah

- Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan

sasaran didik

F. Langkah dan Prosedur Penggunaan Lingkungan sebagai Media dan

Sumber Belajar

Menurut Sudjana & Rivai (2010) menggunakan lingkungan sebagai media dan

sumber belajar dalam proses pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan

yang seksama dari para guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa

bisa tidak terkendali, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa tidak

melakukan kegiatan belajar yang diharapkan.

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan

sebagai media dan sumber belajar, yakni langkah persiapan, pelaksanaan, dan tindak

lanjut.

1. Langkah Persiapan

Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini, antara

lain:

1) Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa

menentukan tujuan belajar yang diharapkan diperoleh para siswa berkaitan

dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Misalnya

siswa dapat menjelaskan proses kerja pembangkit listrik tenaga air atau siswa

dapat menjelaskan struktur pemerintahan tingkat kecamatan. Siswa dapat

mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan hewan di daerahnya.

2) Tentukan objek yang harus dipelajari atau dikunjungi. Dalam menetapkan

objek kunjungan tersebut hendaknya diperhatikan relevansi dengan tujuan

Page 16: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

belajar, kemudahan menjangkaunya misalnya cukup dekat dan murah

perjalanannya, tidak memerlukan waktu yang lama, tersedianya sumber-

sumber belajar, keamanan bagi siswa dalam mempelajarinya serta

memungkinkan untuk dikunjungi dan dipelajari siswa.

3) Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. Misalnya,

mencatat apa yang terjadi, mengamati suatu proses, bertanya atau wawancara

dengan petugas dan apa yang harus ditanyakannya, melukiskan atau

menggambarkan situasi baik berupa peta, sketsa dan lain-lain, kalau mungkin

mencobanya dan kegiatan lain yang diangap perlu. Di samping itu, ada baiknya

siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi tugas

khusus dalam kegiatan belajarnya.

4) Guru dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan. Misalnya membuat

dan mengirimkan surat permohonan untuk mengunjungi objek tersebut agar

mereka dapat mempersiapkannya. Dalam surat tersebut dapat dijelaskan

kegiatab belajar dan tujuan yag diharapkan dari kunjungan tersebut. Hal ini

penting agar petugas di sana mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

5) Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib

diperjalanan dan ditempat tujuan, perlengkapan belajar yang harus dibawa,

menyusun pertanyaan yang akan diajukan, kalau ada kamera untuk mengambil

foto, handycam, transportasi yang digunakan, biaya, makanan atau perbekalan,

dan perlengkapan P3K.

Persiapan tersebut dibuat guru bersama siswa pada waktu belajar bidang studi

yang bersangkutan, atau dalam program akhir semester.

2. Langkah Pelaksanaan

Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai

dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali dengan

penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan permintaan yang

telah disampaikan sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para siswa bisa mengajukan

beberapa pertanyaan melalui kelompoknya masing-masing supaya waktunya bisa lebih

cermat. Catatlah semua informasi yang diperoleh dari penjelasan tersebut. Setelah

Page 17: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

informasi diberikan oleh petugas, para siswa dengan bimbingan petugas melihat dan

mengamati objek yang dipelajari. Siswa bisa bertanya atau juga mempraktekkan jika

dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya para siswa dalam kelompoknya

mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih melengkapi dan memahami materi

yang dipelajarinya. Akhir kunjungan dengan ucapan terima kasih kepada petugas dan

pimpinan objek/wahana yang dikunjungi.

Hal yang perlu menjadi catatan, apabila objek kunjungan sifatnya bebas dan tak

perlu ada petugas yang mendampinginya, seperti kemah, mempelajari lingkungan

sosial, belajar di kebun dan taman, belajar di halaman sekolah, atau belajar di alam

terbuka lainnya, maka para siswa langsung mempelajari objek studi atau melakukan

aktivitas sesuai yang diarahkan oleh guru (yang sudah pula tertuang dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran/RPP).

3. Langkah Tindak Lanjut

Tindak lanjut dari kegiatan belajar di atas adalah kegiatan belajar di kelas untuk

membahas dan mendiskukusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap kelompok diminta

melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama.

Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar

tersebut, di samping menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengan

bahan pengajaran bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan penilaian

terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya. Tugas lanjutan dari

kegiatan belajar tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, misalnya menyusun

laporan yang lebih lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hasil

kunjungan, atau membuat karangan berkenaan dengan kesan-kesan yang diperoleh

siswa dari kegiatan belajarnya.

Page 18: PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING)

Tentang Penulis Husamah

Penulis adalah seorang laki-laki yang dilahirkan pada tanggal

18 Oktober 1985 di sebuah pulau terpencil nan indah yaitu Pulau

Pagerungan Kecil Kepulauan Sapeken Kabupaten Sumenep. Putra

pertama pasangan Bapak Mohammad Irham dan Ibu Zakiyah

Huraibi (alm) ini menamatkan studi di SDN Pagerungan Kecil III,

SMP Negeri 2 Sapeken dan SMA Negeri 1 Banyuwangi. Gelar

sarjana ia peroleh dari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP

Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2008.

Laki-laki yang suka membaca, browsing, bertadabbur atau

berpetualang melihat keagungan Allah SWT di laut dan darat ini, merupakan Juara I

Mahasiswa Berprestasi Kopertis VII Jawa Timur tahun 2008. Ia juga telah puluhan kali

menjuarai lomba penulisan ilmiah kategori mahasiswa maupun umum baik tingkat

lokal, regional bahkan nasional. Ratusan tulisan artikelnya telah dimuat di jurnal ilmiah,

media massa lokal dan nasional. Ia pun sering menjadi delegasi dalam ajang ilmiah

tingkat nasional seperti PIMNAS, Pelayaran Kebangsaan, Dialog Kebangsaan,

Lokakarya Nasional Pengelolaan Jurnal dan Workshop Nasional Pengembangan Bahan

Ajar Cetak dan Noncetak.

Saat ini, penulis yang melepas masa lajangnya dengan mempersunting Yanur

Setyaningrum, S,Pd pada tanggal 26 Novemver 2010 ini aktif mengajar di Prodi

Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang. Sebelum menjadi dosen,

penulis juga memperdalam ilmu mengajarnya di Laboratorium Biologi UMM sebagai

asisten dan instruktur, SMP Muhammadiyah 1 Malang (guru Biologi) dan SMA Negeri

4 Malang (Praktek). Selain mengajar penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan, menjadi

pemateri dalam berbagai seminar dan diklat mahasiswa, membimbing mahasiswa dalam

penulisan karya ilmiah, menjadi tim pengembang bahan ajar PJJ PGSD dana hibah

DITNAGA DIKTI 2010-2011 (Perkembangan Belajar Peserta Didik, Bahasa Inggris,

Pembelajaran Kelas Rangkap, Anak Berkebutuhan Khusus), Tim Manajemen Berbasis

Sekolah/CLCC PGSD dana hibah DITNAGA DIKTI, tim DIA BERMUTU Biologi

dana Hibah DIKTI, Tim Lesson Study Biologi-Matematika Hibah DIKTI, sekretaris

jurnal JP3 FKIP, pengelola jurnal Sinaps, menulis buku serta membina Unit Kegiatan

Mahasiswa Forum Diskusi Ilmiah (UKM-FDI) Universitas Muhammadiyah Malang.

Buku ini adalah buku keempatnya yang diterbitkan oleh Pinus Group. Buku lainnya

yang telah terbit sebelumnya adalah Cerdas Menjadi Juara Karya Ilmiah (Interpre/

Pinus Group, 2010), Teacherpreneur, Cara Cerdas Menjadi Guru Kaya Raya (Pinus

Group, proses terbit), KIR Itu Selezat Ice Cream (Pinus Group, proses terbit), Dari

Kepulauan untuk Indonesia (kontributor, Tinta Mas, 2009) dan Panduan Penulisan

Skripsi (Tim, Pusat Penerbitan Biologi UMM, 2009).

Untuk diskusi dan korespondensi dengan penulis dapat mengirimkan pesan ke

email/FB: [email protected] atau komentar di husamah.blogspot.com.