pembahasan to 3

646
PEMBAHASAN TO 3 Optimaprep Batch II UKDI 2014 Office Address: Jakarta : JlPadang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan (Belakang Pasar Raya Manggarai) Phone Numbers: 021 8317064 Pin BB 2A8E2925 WA 081380385694 Medan : JlSetiabudi no 65G, Medan Phone numbers : 061 82292290 pin BB : 24BF7CD2 www.optimaprep.com dr. Widya, dr. Alvin, dr. Yolina dr. Cahyo, dr. Ayu, dr. Gregorius

Upload: anonymous-j1ruww2rv

Post on 06-Jul-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN TO 3 Optimaprep
 
dr. Widya, dr. Alvin, dr. Yolina dr. Cahyo, dr. Ayu, dr. Gregorius
 
2. Mountain Sickness
Ketika orang yang tinggal pada daerah dataran rendah berpergian ke daerah gunung, akan terjadi beberapa perubahan fisiologis tubuh yang meliputi:
• Peningkatan tonus simpatis • Peningkatan kadar
erythropoietin yang menyebabkan peningkatan kadar Hb dan eritrosit
• Peningkatan kadar 2,3-bpg yang meningkatkan penggunaan oksigen
 
• ‘Acute mountain sickness’ adalah sebuah sindrom neurologis yang ditandai dengan gejala nonspesifik seperti sakit kepala, pusing, perasaan lemah dan mual. Umumnya tanda ini ditemui 6-12 jam setelah naik ke pegunungan.
• Selain hal diatas, peningkatan ektinggian juga dapat menyebabkan ‘High altitude cerebral edema’ . High altitude cerebral edema adalah encephalopathy yang menyebabkan gejala beru[a ataxia dan penurunan kesadaran. Penyebab hal ini masih belum diketahui secara pasti, namun pada pemeriksaan MRI memperlihatkan edema cerebral
 
• Pertemuan klinis:  – Dapat asimptomatik  – Tidak nyaman pada kaki
ketika berdiri atau berjalan  – Pembengkakan kaki  – Edema, kemerahan dan
hangat pada perabaan
• Komplikasi kronik berupa insufisiensi vena yang menyebabkan pembengkakan kaki dan ulcerasi kulit
 
• Lab: Salah satu pemeriksaan lab yang dapat ditemukan adalah D dimer meningkat karena pemecahan fibrin oleh plasmin
• Terapi:  – Pemberian Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
diikuti pemberian antikoagulan warfarin selama 3 bulan
 – Kompresi dengan elastic bandage selama minimal 2 tahun
 
• Sebuah proses peradangan dan destruksi bronkus, umumnya diawali oleh obstruksi dan proses infeksi.
• Obstruksi bronkial penurunan proses pembersihan kumpulan sekresi pada distal dari obstruksi dan peradangan saluran udara.
• Infeksi pada bronkus inflamasi, biasanya dengan nekrosis, fibrosis dan akhirnya berujung dengan pembesaran saluran udara
 
 
• Tata laksana dari bronkiektasis berupa eradikasi kuman dengan target pathogen (umumnya Haemophilus influenza dan P. Aeruginosa) pada keadaaan eksaserbasi akut dengan durasi minimal 7-10 hari.  – Pilihan antibiotik pada setting rawat jalan dengan
intensitas kasus ringan-sedang adalah amoxicilin, tetraciscline, cephalospsorin dan quinolon
 – Pada keadaan sedang-berat pilihan antibiotik berupa aminoglikosida, penisilin antipseudomonas, cephalosporin generasi baru atau fluoroquinolon
• Kebersihan bronkial berupa hidrasi, pemberian mukolitik dan fisioterapi dada.
 
5-6. GERD
• GERD adalah sebuah keadaan kronik akibat asam lambung yang naik ke esofagus.
• GERD umumnya disebabkan perubahan barrier antara esofagus dengan lambung seperti relaksasi dari sphingter esofagus bawah.
• Gejala klasik dari GERD:
 – Pemeriksaan gold standard untuk diagnosis GERD adalah monitoring pH esofagus.
 – Esophagogastroduodenoscopy. Pada keadaan dengan tanda alarm seperti disphagia, anemia, penurunan berat badan, dapat dipertimbangkan endoskopi.
 
 – Olah raga moderate
 
• GERD yang tidak ditangani dengan baik dapat berakhir pada keadaan premalignan BARRET’s esophagus, sebuah keadaan metaplasia intestinal, yang merupakan prekursor keganasan esofagus
• Epitel pipih berlapis digantikan dengan epitel kolumner dengan sel goblet.
 
• Banyak ahli menyarankan skrining endoskopik pada pasien GERD.
• Penanganan displastik high grade meliputi pembedahan untuk memindahkan esophagus, reseksi perendoskopik atau ablasi.
 
leukemia akut dan leukemia kronik.
• Perjalanan penyakit leukemia akut berlangsung cepat. Pasien dapat mengeluh mengalami pendarahan, anemia, infeksi, atau kondisi yang disebabkan infiltrasi sel ganas ke organ-organ.
 
Usia >65 tahun 50 th (median) Bimodal: <10 tahun & lansia
65 (median)
Sumsum tulang
Blast >20% Fase kronik: blast <10% Fase akselerasi: blast 10-20%
Limfoblast >20%
karakter istik
 
Manifestasi Klinis
 – Akibat peningkatan produksi sel darah putih, maka dapat terjadi penekanan produksi sel darah yang lain, yang dapat berakibat sebagai gejala anemia, pendarahan, infeksi
 – Infiltarsi organ: massa abdomen, perut begah, kejang, nyeri tulang, dll
 – Asimtomatik, terutama jenis kronis
 
• Apusan darah tepi: sel abnormal tergantung  jenis leukemia
• Biopsi sumsum tulang
• Sitokimia Jenis leukemia
Anemia aplastik pansitopenia pada darah tepi,serta tidak dijumpainya adanya keganasan pada sistem hematopoitik ataupun kanker metastatik yang menekan sumsum tulang.
Thalassemia Pucat, gangguan tumbang, riwayat keluarga (+), splenomegali, hepatomegali, facies cooley, ikterik, anemia microcytic, anisocytosis, poikilocytosis, target cells, fragmented cells, normoblast +
 
8. Hepatoma
• Hepatoma adalah keganasan hati dengan tipe yang paling umum berupa hepatoselular carcinoma (HCC).
• Biasanya disebabkan oleh infeksi kronis hepatitis viral (hepatitis B dan C), sirosis hati akibat alkohol.
• Gejala pasien dengan HCC adalah kuning, ascites, mudah luka akibat gangguan pembekuan darah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri perut, dan mual
 
 – Terjadinya HCC, layaknya kanker lainnya, diakibatkan oleh replikasi yang tidak terkontrol dengan mekanisme apoptosis yang benar.
 – Infeksi kronik hepatitis B dan Cmencetuskan reaksi inflamasi berulang dari sistem imun tubuh terhadap sel hati Proses kerusakan akan diikuti oleh proses perbaikan kegagalan perbaikan yang mengarah ke karsinogenesis
 
9. Diare
• Kolera adalah penyakit diare akut yang dapat menyebabkan dehidrasi dan kematian dengan cepat.
• Gejala:  – Setelah masa inkubasi 24-48 jam,
kolera dimulai dengan diare berair yang banyak
 – Demam biasanya tidak ada, muntah, kram otot
 – Feses memiliki karakteristik berupa: berair berwarna keabuan, keruh, dapat dijumpai mukus namun umumnya tidak berdarah.
 
• Hematemesis adalah muntah darah berwarna kehitaman yang berasal dari perdarahan saluran cerna bagian atas.
• Melena adalah buang air besar berwarna kehitaman ter akibat perdarahan saluran cerna bagian atas.
• Penyebab:  – Varises (di Indonesia: 70-75%)
 – Non-varises: • ulkus peptikum (OAINS, infeksi H.pylori , stres)
• gastropati hipertensi portal
 
Sumber: Simadibrata M, Rani AA. 11th Asian Pasific Congress of Gastroenterology and The 8 th Asian Pasific Congress of
Digestive Endoscopy. Hongkong, March 10-14, 2000: B64 (A212).
 
Sumber: Laine L. Gastrointestinal bleeding. In: Kasper DL, Braumwald E, Fauci AS, editors. Harrison’s
 
Hemodinamik tidak stabil infus cairan kristaloid Transfusi darah:
1) Perdarahan dengan hemodinamik tidak stabil 2) Perdarahan baru atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1 liter atau lebih 3) Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan Hb < 10 g% atau Ht < 30% 4) Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun
Kumbah lambungmemperkirakan perdarahan aktif, membersihkan lambung, membuat perkiraan kasar  jumlah perdarahan.
 
 
paling umum dari ulkus peptikum. Penggunaan NSAID serta kortikosteroid dapt mengganggu mekanisme pertahanan lambung.
• Faktor gaya hidup: Merokok dapat meningkatkan pengosongan lambung serta mengganggu produksi bikarbonat pancreas. Selain itu konsumsi alcohol meningkatkan erosi lambung
 
• Berdasarkan anamnesis bisa didapatkan: • Nyeri epigastrium (pada ulkus duodenum 90 menit-3
 jam setelah makan, nyeri yang diperbaiki oleh antacid atau makanan, nyeri muncul pada tengah malam). Pada ulkus gaster, nyeri diinisiasi oleh makanan
• Mual/muntah • Dyspepsia menetap • Perut kembung • Riwayat pemakaian NSAIDs • Disfagia • Hematemesis/melena
 
• Monomorfik
VF
• Aktivitas listrik berantakan/Chaotic (no P wave, no PR segment, no QRS)
• Tidak ada depolarisasi ventrikel atau kontrasi
PEA
asystole • Tidak ada aktivitas listrik
 
 
tidak terjadi perubahan sel (minimal change disease, focal segmental glomerulosclerosis, membranous glomerulonephritis, the basement membrane disease). Umumnya bermanifestasi sebagai sindrom nefrotik.
 – Proliferatif, sesuai dengan namanya, pada kelainan ini terjadi perkembangan sel glomerulus dan bermanifestasi ebagai sindrom nefritik. Contoh IgA nephropathy, Post infection glomerulonephritis, membaranoproliferative, rapidly progressive glomerulonephritis.
 
15. Malaria
 
• Penyebab utama malaria adalah protozoa yang berasal dari genus Plasmodium.
• Menurut penelitian terbaru, saat ini ada 5 jenis plasmodium yang diketahui dapat menimbulkan manifestasi klinis malaria, yaitu Plasmodium
 falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan etiologi yang paling baru yaitu  plasmodium knowlesi. Plasmodium ini sendiri menginfeksi manusia dengan gigitan nyamuk anopheles yang terlah terinfeksi parasit.
 
Gejala Malaria
• Gejala awal dari malaria umumnya tidak spesifik., seperti nyeri kepala, lemah, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, dan nyeri otot.
• Pada infeksi p. vivax dan p. ovale dapat muncul gejala klasik malaria yaitu demam, menggigil, dan keringat malam pada interval yang regular. Demam dapat mencapai 40oC pada orang yang belum pernah terpapar plasmodium dan bisa diikuti dengan takikardia dan delirium.
 
kreatinin > 3.0 mg/dl) • Hipoglikemia (gula darah yang turun sampai dibawah
40 mg/dl) • Perdarahan/DIC • Blackwater fever (Sindrom dengan karakteristik
serangan akut, menggigil, demam, hemolisis intravaskular, hemoglobinemi, hemoglobinuri, dan gagal ginjal)
 
16. Demam Berdarah
 
• Infeksi dengue dicurigai apabila ditemukan demam tinggi (40° C) diikuti 2 dari gejala berikut : nyeri kepala, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, atau timbul bintik merah. Gejala ini muncul selama 2-7 hari setelah 4-10 hari dari pertama gigitan nyamuk yang terinfeksi.
 
Terapi cairan pasien rawat inap ( tanpa shock)
• Cek darah rutin (CBC & Hmt) sebelum pemberian cairan • Berikan cairan isotonik. • Berikan cairan intravena. Mulai dengan 5-7 ml/kg/jam dalam 1-2 jam,
kemudian 3-5 ml/kg/jam dalam 2-4 jam, kemudian 2-3 ml/kg/jam. • Nilai kembali keadaan klinis dan cek darah rutin lagi. • Apabila hematokrit tetap sama atau sedikit meningkat, lanjutkan
pemberian cairan dengan kecepatan yang sama (2-3 ml/kg/jam) selama 2- 4 jam.
• Apabila ada perburukan tanda vital dan peningkatan hematokrit dengan cepat, naikkan kecepatan pemberian cairan menjadi 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam.
• Kurangi pemberian cairan intravena secara bertahap bila kebocoran plasma telah berkurang yang ditandai dengan urin output yang adekuat (0.5 ml/kg/jam) atau hematokrit yang turun menuju nilai normal.
 
17. Anemia
• Pada soal ini dtemui seorang wanita lemas, anemis dan hematomegali. Ditemukannya plasmodium dari gambaran sel darah merah anemia hemolitik
• Malaria merupakan salah satu contoh anemia hemolitik.
 
• Jika MCV lebih rendah dari batas bawah: anemia mikrositik
• Jika MCV dalam batas normal: anemia normositik • Jika MCV lebih besar dari batas atas: anemia
makrositik • Jika MCH lebih rendah dari batas bawah: anemia
hipokrom • Jika MCH dalam batas normal: anemia normkrom • Jika MCH lebih besar dari batas atas: anemia
hiperkrom
• Anemia makrositik (anemia defisiensi asam folat dan B12)
 
• Aspirin menghambat produksi tromboxane. Tromboxane berfungsi untuk berikatan dengan platelet lain untuk menambal dinding pembuluh darah yang rusak.
 
• Trombosit  – DHF, akibat penurunan jumlah trombosit , sekuesterasi,
penurunan produksi  – ITP, akibat kelainan autoimun, terjadi destruksi platelet
akibat ikatan platelet-antibodi
• Faktor koagulasi (hemofilia Akekurangan faktor VIII, dan Hemofilia B kekurangan faktor IX)
• Vaskular (Henoch-Schonlein purpura, vaskulitis sistemik yang ditandai gejala purpura, arthritis dan nyeri abdomen)
 
• Inhibisi acetylcholenesterase akumulasi acethylcoline dan akan terjadi overstimulasi reseptor acetylcholine reseptor pada sinaps sistem saraf autonom, sistem saraf pusat, dan neuromuscular junction.
• Gejala: DUMBELS diarrhea, urination, miosis, bradycardia/bronchorea/bronchospasm, emesis, lacrimation, salivation.
 
• Cushing: moon face, buffalo hump, stria, resistensiinsulin, osteoporosis, imunokompromais, HT.
• SindromConn(hiperaldosteron): HT, deplesiK, retensiNa, ↓ akt. renin
• Feokromositoma: sakitkepala, HT, palpitasi, sudoris.
 
berkembang secara perlahan dan dapat tidak menimbulkan gejala.
• Ketika tanda dan gejala muncul, hal ini disebabkan karena darah yang lebih kental yang memperlambat aliran darah ke bagian tubuh dan mengurangi supply oksigen.
 
Polycythemia Vera Complications
• Pembekuand arah merupakan salah satu kompikasi yang paling serius dari PV. Pembekuan darah pada hati dan limpa dapat menyebabkan nyeri perut.
• Aliran darah yang kental menekan aliran oksigen ke organ. Keluhan yang dapat juga timbul berupa nyeri dada dan gagal jantung. Kadar sel darah merah yang tinggi berakhir pada ulkus lambung, gout dan batu ginjal.
• Pasien PV dapat berkembang menjadi myelofibrosis. Myelofibrosis digantikan oleh jaringan parut.
 
• Kriteria PVSG (Polycythemia Vera Study Group)  – A1 Raised red cell mass (RCM), male>36 ml/kg, female>32 ml/kg  – A2 Normal arterial oxygen saturation>92%  – A3 Splenomegaly
 – B1 Platelet count > 400 x 109/l  – B2 White blood cell count (WBC) > 12 x 109/l  – B3 Leucocyte alkaline phosphatase > 100  – B4 Serum B12 > 900 pg/ml or unbound B12 binding capacity >
220 pg/ml
 
23. Sirosis Hepatis
• Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan  jaringan ikat disertai dengan dodul.
• Sirosis dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya infeksi, alkohol, NAFLD.
• Fungsi hati yang terganggu karena sirosis adalah:
 – Sintesis protein plasma (albumin)
 
• Terdapat 4 kelenjar paratiorid yang terletak pada bagian psoterior kelenjar tiroid
• Kelenjar parathyorid bertanggungjawab pada menjada keseimbangan kalsium:  – Tulang: menstimulasi
pelepasan kalsium, resoorpsi kalsium oleh osteoklas
 – Ginjal: menstimulasi absorpsi kalsium, meningkatkan absorbsi kalsium di usus
 
• Pada pasien dengan hipokalsemia ringan tanpa gejala maka terapi berupa suplementasi kalsium oral dengan anjuran sebanyak 1-3 g/hari.
 
• Abses paru merupakan nekrosis jaringan paru dengan pembentukan kavitas dengan ukuran umumnya diatas 2 cm.
• Kavitas mengandung debris nekrotik dan cairan akibat infeksi bakteri air fluid level
• Berbagai penyebab abses paru adalah pneumonia, emboli sptik, vasculitis.
• Faktor risiko: kondisi yang menyebabkan penurunan refleks batuk/ aspirasi
 
• Diagnosis dari abses paru:  – Gejala klinis  – Pemeriksaan lab (peningkatan LED, sputum, aspirasi
transbronkial)  – Pemeriksaan radiologis (contohnya pada xray dapat
terlihat abses terlihat pada sisi unilateral melibatkan lobus atas dan segmen apikal dari lobus bawah)
• Penanganan dari abses adalah antibiotik spektrum luas, fisioterapi paru.
 
• Sesak nafas+batuk sejak 3minggu,dahak kental kuning sampai kecoklatan. Riwayat batuk darah disangkal.
• Perokok berat sejak usia 17 tahun
• PF: hemithorax cembung dan perkusi hipersonor di kedualapangparu
 
• Fisiologis pada neonatus
• Prepusium tidak dapat ditarik kembali dan terjepit di sulkus koronarius
• Gawat darurat bila  – Obstruksi vena
superfisial edema dan nyeri Nekrosis glans penis
• Treatment  – Manual reposition  – Dorsum incision
27. Phimosis
• Hipospadia kelainan kongenital dimana meatus berlokasi pada bagian ventral penis, proksimal dari posisi normal yaitu diujung glans.
 
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretraterdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.Terdapat 3 jenis epispadia yaitu:
1. Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis.
2. Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis. 3.Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung
kemih terdapat pada dinding perut • OUE berada di dorsum penis • Penislebar, pendek dan melengkung
keatas (dorsal chordee) • Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
 
Testicular torsion Intra/extra-vaginal torsion
Sudden onset of severe testicular pain followed by inguinal and/or scrotal swelling. Gastrointestinal upset with nausea and vomiting.
Hidrocele Congenital anomaly, blood blockage in the spermatic cord Inflammation or injury
accumulation of fluids around a testicle, swollen testicle,Transillumination +
Varicocoele Vein insufficiency Scrotal pain or heaviness, swelling. Varicocele is often described as feeling like a bag of worms
Hernia skrotalis persistent patency of the processus vaginalis
Mass in scrotum when coughing or crying
Chriptorchimus Congenital anomaly Hypoplastic hemiscrotum, testis is found in other area, hidden or palpated as a mass in inguinal.Complication:esticular neoplasm, subfertility, testicular torsion and inguinal hernia
http://en.wikipedia.org/wiki/http://emedicine.medscape.com/article/
• Kristal urin dapat ditemukan pada urinalisis: kalsium oksalat, asam urat, sistein
• Diagnosis: IVP
Lokasi Batu Sign & Symptoms
Ginjal Flank pain, nyeri ini bersifat tumpul, ataupun rasa pegal pada pinggang dan
punggung yang bervariasi dari ringan hingga berat.
Ureter
proximal
nyeri di angulus kosto vertebralis (pinggang) yang akan menjalar sepanjang
perjalanan ureter hingga testis
Ureter media Colic renal, Nyeri akan dirasakan mulai dari pinggang dan menjalar hingga daerah
perut bagian bawah
Ureter distal Colic renal, Nyeri akan dirasakan mulai dari pinggang dan menjalar hingga lipat
paha, kandung kemih, skrotum ataupun vulva.
Vesica
urinaria
Sakit berhubungan dengan kencing, terutama pada akhir BAK. Lokasi sakit
berada di pangkal penis atau suprapubik. Rasa sakit dijalarkan ke ujung penis,
pada wanita ke klitoris
Hematuria pada akhir BAK
Aliran urin berhenti mendadak, dengan perubahan posisi BAK urin dapat
keluar lagi
statis
Anamnesis
• Tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit/komplikasi yang telah terjadi. Penyakit urolitiasis dapat memberikan gejala klinis yang sangat bervariasi, dari yang tanpa keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah Nyeri pinggang yang dapat bersifat kolik hilang timbul) ataupun bukan kolik. Nyeri tersebut terasa mulai dari pinggang menjalar ke depan dan ke arah kemaluan disertai nausea dan muntah.
Pemeriksaan Fisik
• Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
• Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
• Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)
 
• Pemeriksaan kultur urine: mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
• Pemeriksaan faal ginjal : ureum, BUN/creatinin, bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVP.
• Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih, antara lain kadar dari kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat di dalam darah maupun urine.
Pencitraan
• Intravenous Pyelography  (IVP)
 
drug of choice) • Demam/sepsisdrainage: perirenal
abses, pyonephrosis • Retensi urin kateterisasi,
cystostomi • Eliminasi batu: • Nefrolitiasis open nefrektomi,
PCNL, ESWL • Ureterolitiasis medikamentosa
(konservatif), ESWL, Ureteroskopi, Dormia
ekstraksi langsung jika terlihat, banyak minum, atau didorong ke vesica
Jenis Batu Radio-Opasitas
29 & 32 Kaidah Dasar Moral
• Kaidah dasar moral terdiri atas: 1. Autonomy: pasien dapat mengambil keputusan
sendiri & dijamin kerahasiaan medisnya→ dasar informed consent & kerahasiaan medis.
2. Nonmaleficence (Do No Harm): tidak dengan sengaja melakukan tindakan yang malah merugikan/invasif tanpa ada hasilnya→ dasar agar tidak terjadi kelalaian medis.
3. Beneficence: mengambil langkah yang bermanfaat, untuk mencegah atau menghilangkan sakit.
4. Justice: perlakuan yang sama untuk kasus yang sama.
 
 – Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy). Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
 – Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia.
 – Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
 – Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat).
 – Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi.  – Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting.
 – Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang ( foreseen effects), letting die.
 
• Tindakan berbuat baik (beneficence) • General beneficence :
 – melindungi & mempertahankan hak yang lain  – mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
 – menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
• Specific beneficence :  – menolong orang cacat,  – menyelamatkan orang dari bahaya.
• · Mengutamakan kepentingan pasien • · Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan
dokter/rumah sakit/pihak lain • · Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk) • · Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik
terhadapnya” (apalagi ada yg hidup).
 
 – Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.
• Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti : • · Tidak boleh berbuat jahat (evil ) atau membuat derita (harm) pasien • · Minimalisasi akibat buruk • · Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal : • Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu
yang penting • Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
 
• Keadilan ( justice). Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
• · Treat similar cases in a similar way = justice within morality.
• · Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :
• a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan/membahagiakannya)
• b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).
 
• Definisi: adalah gejala kompleks disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan jaringan dalam suatu kompartemen (yang dibatasi oleh suatu jaringan fibro osseus) dari anggota gerak yang mempengaruhi sirkulasi dan fungsi jaringan dalam kompartemen tersebut lebih dari 30 mmHg.
• Kompartemen terdiri dari otot, arteri, vena dan saraf dalam suatu ruangan yang meliputi (dibatasi) oleh jaringan osseofacial.
• Mekanisme kejadiannya
- berkurangnya ruangna utk volume
Diagnosis
• a. Nyeri: nyeri yang dalam, terus menerus, dan tidak terlokalisir (pain at rest) serta regangan pasif dari otot-otot yang terkena akan menimbulkan nyeri yang hebat (pain on passive movement).
• Pemeriksaan ini, lebih-lebih bila disertai parestesia di sepanjang distribusi saraf sensoris yang melalui kompartemen, merupakan tanda kompartemen syndrome yang paling terpercaya.
• b. Parestesia, sesuai dengan dermatom saraf yang bersangkutan.
• Dari dermatomnya kita dapat memperkirakan saraf yang lesi sekaligus mengetahui kompartemen mana yang mengalami proses patologis.
• c. Paresis/paralysis
• d. Hilangnya denyut nadi (pulselessness), terjadinya lambat kadang tidak terjadi sama sekali
• e. Kulit di atas kompartemen tegang
• f. Pengukuran tekanan intra kompartemen
• Sebenarnya secara klinis sindroma kompartemen sudah dapat ditegakkan, akan tetapi pada penderita-penderita yang tidak kooperatif atau tidak dapat dipercaya (uncooperative/unreliable patient), penderita yang tidak sadar (unresponsive patient) serta pada adanya defisit neurologis.
 
• Pain : sakit yang berlebihan setelah timbul cedera
• Muncul sakit saat peregangan pasif and nyeri saat perabaan kompartment yang terlibat
• Th/ Fasciotomy
Buerger dis Chronic Segmental vascular inflamation
Intermitten claudicatio
DVT Acute/chronic Venous stasis Pain and limb edema
Compartement syndrom
Chronic limb ischemia
• Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah kaset.
• Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke depan.
• FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI
• Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba : tarik napas … …tahan ! ………... Nafas biasa...!
KRITERIA GAMBAR :
 
• FOTO THORAX POSISI AP (dianjurkan trutama pada kasus trauma dimana pasien seminimal mungkin mobilisasinya)
• Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
• Kedua lengan lurus disamping tubuh. • Kaset di belakang tubuh, MSL // grs
tengah kaset • FFD: 150 cm • CR tegak lurus kaset, CP pada MSL
setinggi CV TH VI • Beri marker L / R • Eksposi pada saat pasien tahan nafas
setelah inspirasi penuh
33. Fraktur
• Fraktur adalah putusnya kontinuitas struktur tulang. fraktur dapat hanya berupa retakan hingga suatu patah tulang yang hingga merusak jaringan lunak di sekitarnya.
• Kontinuitas Tulang  – Fraktur Komplit: terjadi apabila tulang
patah menjadi 2 atau lebih fragmen yang terpisah satu sama lain. Berdasarkan garis frakturnya terbagi menjadi transversa, segmental, dan spiral.
 – Fraktur Inkomplit: terjadi apabila tulang tidak sepenuhnya patah karena periosteumnya masih utuh. Berdasar bentuknya dibagi menjadi fraktur greenstick di mana sering terjadi pada anak-anak karena tulang yang masih relatif lebih elastis atau jenis fraktur buckle/ torus di mana tulang terbengkok. Jenis fraktur inkomplit yang lain adalah fraktur kompresi.
• Mekanisme/ Penyebab  – Trauma: sebagian besar fraktur
disebabkan oleh trauma di mana gaya yang dikenakan tulang lebih besar dari resistensi tulang.
 – Fatique/ Stres Repetitif: suatu trauma atau tekanan yang repetitif dalam  jangka waktu yang lama karena pekerjaan berat (atlet, pedansa, militer, dsb) menyebabkan fraktur-fraktur mikroskopik yang menyebabkan proses resorbsi menjadi lebih cepat dibanding deposisinya. Akhirnya kekuatan tulang menjadi lemah dan terjadi fraktur.
 
• Extra-Articular : 1 inch of distal Radius
• Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan tangan pada posisi dorsofleksi
• Typical deformity : Dinner Fork
http://www.learningradiology.com
• Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan colles’
• Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan tangan pada posisi palmar fleksi
• Typical deformity : Garden Spade
http://www.learningradiology.com
 
Primary Survey
• Circulation (and Hemorrhage Control )  – penilaian fungsi sirkulasi dilakukan dengan menilai adanya perdarahan luar yang nampak dan tanda-tanda syok seperti pucat, akral dingin, waktu pengisian kapiler yang memanjang (lebih dari 2 detik), dan juga penurunan kesadaran.
 
ORCHITIS • PADA TESTIS • MENDADAK, NYERI,
TANDA2 INFEKSI.
Testicular torsion Intra/extra-vaginal torsion
Sudden onset of severe testicular pain followed by inguinal and/or scrotal swelling. Gastrointestinal upset with nausea and vomiting.
Hidrocele Congenital anomaly, blood blockage in the spermatic cord Inflammation or injury
accumulation of fluids around a testicle, swollen testicle,Transillumination +
Varicocoele Vein insufficiency Scrotal pain or heaviness, swelling. Varicocele is often described as feeling like a bag of worms
Hernia skrotalis persistent patency of the processus vaginalis
Mass in scrotum when coughing or crying
Chriptorchimus Congenital anomaly Hypoplastic hemiscrotum, testis is found in other area, hidden or palpated as a mass in inguinal.Complication:esticular neoplasm, subfertility, testicular torsion and inguinal hernia
http://en.wikipedia.org/wiki/http://emedicine.medscape.com/article/
#36 Hipospadia & Epispadia
 
• Hipospadia kelainan kongenital dimana meatus berlokasi pada bagian ventral penis, proksimal dari posisi normal yaitu diujung glans.
 
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretraterdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.Terdapat 3 jenis epispadia yaitu:
1. Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis.
2. Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis. 3.Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung
kemih terdapat pada dinding perut • OUE berada di dorsum penis • Penislebar, pendek dan melengkung
keatas (dorsal chordee) • Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
 
Hipospadia:
• Jika berkemih, anak harus duduk. • Pembukaan uretra di lokasi selain ujung penis • Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada
kulit depanpenis • Penis melengkung ke bawah • Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di
 
PENATALAKSANAAN
1. Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia dan epispadia adalah merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.
 
terletak subkutan di daerah yang terdapat jaringan adiposa
Tipe tumor jinak jaringan lunak yang tersering
Lokasi: Punggung atas, leher, bahu
Menyerupai jaringan adiposa normal Subtipe:angiolipoma, spindle cell lipoma
 
• Massa yang berasal dari sel adiposa, tumbuh dengan lambat,berbatas tegas, kenyal, mobile, pseudokistik (pseudofluctuant)
• Pseudokistik/Pseudofluctuant Karena konsistensi sel lemak yang kenyal
• Paget's test  – Massa di fiksasi oleh ibu jari dan jari telunjuk,
 
Lipoma Soft mass, pseudofluctuant with a slippery edge
Atherom cyst Occur when a pilosebaceous unit or a sebaceous gland becomes blocked. Skin Color is usually normal, and there is a punctum
(comedo, blackhead) on the dome
Dermoid Cyst Lined by orthokeratinized, stratified squamous epithelium surrounded by a connective tissue wall. The lumen is usually filled with keratin. Hair follicles, sebaceous glands, and sweat glands may be seen in the cyst wall
 
Dermoid Cyst
pylorus
stenosis
- muntah non bilious mkn hari mkn proyektil
- neonates - drooling - orogastric tube
• Gangguan perkembangan jaringan pemisah antara trakea dan esofagus (minggu 4-6 kehamilan)
• Ibu polihidramnion
 
• Hipertrofi otot pilorus pada lapisan sirkuler.
• Manifestasi gejala baru terlihat jelas pada usia 3-6 minggu atau kurang dan jarang dijumpai setelah usia 3 bulan
• Muntah periodik dan bertingkat (frekuensi dan kekuatan), proyektil, tanpa mengandung zat empedu
• Gelombang peristaltis lambung dapat terlihat
• Tampak lapar dan haus, gejala dehidrasi
• Konstipasi dan oliguri
 
•vomiting within hours of birth
•vomitus is most often bilious, it may be nonbilious because 15% of defects occur proximal to the ampulla of Vater
•Dehydration, weight loss, and electrolyte imbalance
•Foto: double bubble sign
• Kolon aganglionik tidak dapat mengembang, sempit, defekasi terganggu
• Kolon proksimal yang normal akan melebar karena tinja yang tertimbun (megacolon)
• Aganglion rektum-sigmoid: hirschprung segmen pendek/klasik
• Lebih dari sigmoid: hirschprung segmen panjang
• Mekonium keluar terlambat (>24 jam pertama), konstipasi kronis
• Muntah hijau
• Distensi abdomen
 
Atresia ani/imperforate anus
• Newborns with imperforate anus are usually identified upon the first physical examination.
 
Disorder Definition Radiologic Findings
Hirschprung Congenital aganglionic megacolon
Barium Enema: a transition zone that separates the small- to normal-diameter aganglionic bowel from the dilated bowel above
Intussusception A part of the intestine has invaginated into another section of intestine
Intussusception found in air or barium enema
Duodenal atresia
Anal Atresia birth defects in which the rectum is malformed
Knee chest position: to determined the distance of rectum stump to the skin (anal dimple)
http://emedicine.medscape.com/
Classifcation: • A low lesion
 – colon remains close to the skin  – stenosis (narrowing) of the anus  – anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind pouch
• A high lesion  – the colon is higher up in the pelvis  – fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
• A persistent cloaca  – rectum, vagina and urinary tract
are joined into a single channel
Hirschprung
• presentasi:  – Edema mamae lokal, eritema, hangat,
nyeri  – Riwayat abses sebelumnya  – Demam, muntah, keluar cairan dari
massa atau nipple  – Boleh menyusui
• Treatment: • Jadi terapi abses mamae  insisi,
pemberian antibiotic, dan lanjutkan pemberian ASI
 
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca Insitu), Peau d’orange , hard, Painful, not clear border, infiltrative, discharge/blood, Retraction of the nipple,Axillary mass
Fibroadenoma mammae
< 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic mammae
20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides Tumors
30-55 years intralobular stroma . “leaf -like”configuration.Firm, smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the tumor may become reddish and warm to the touch. Grow fast.
 
• Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus
• Pengertian ruptur tendon
Robek, pecah atau terputusnya tendon. Tendon merupakan jaringan fibrosa di bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.
Penyebab
• Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan risiko pecah
• Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak bola
• Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
Tanda dan Gejala
• Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau betis
• Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan
• Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit
• Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik
 
Disorder Feature
Achilles tendon rupture loss of plantar flexion power in the foot; swelling of the calf 
Ankle instability “giving way” sensation which occurs while walking or doing other activities
Gastrocnemius spasm Spasm, pain of the gastrocnemius muscle
 
41. Rabies
 
Streptococcus sp, Enterococcus sp, Staphylococcus sp, Enterobacteriaceae, Simian herpes virus
• Treatment  – Debridement  – Irrigation:
• Immediate therapy, provided prior to the administration of vaccine and immunoglobulin, consists of the thorough cleaning of all bite and scratch wounds with soap and water, 2% benzalkonium chloride, and/or a virucidal agent (ie, povidone-iodine solution).
• Wound cleaning alone has been shown to reduce the likelihood of rabies transmission in animal studies. Provide wound care as needed; tetanus prophylaxis is usually indicated, as are measures to prevent bacterial infection. When appropriate, wound closure should be avoided
 – Primary closure  – Antibiotics  – Tetanus toxoid  – Rabies vaccine
 
#42 Manajemen Fraktur Tertutup • Reduksi (Reduce)
 – Reduksi Tertutup (Closed Reduction)  – efektif jika periosteoum dan otot masih utuh, dilakukan di bawah anestesi dan dalam kondisi otot rileks. Meliputi traksi bagian distal, reposisi/ disimpaksi fragmen, dan merapikan pada tiap bagian/
reduksi.
 – Reduksi Terbuka (Open Reduction) – dilakukan apabila reduksi tertutup gagal, kesulitan mengontrol fragmen, atau jika melibatkan sendi besar yang sangat mobile. Reduksi terbuka dilakukan secara operatif dan menjadi langkah awal fiksasi internal Mekanisme Reduksi Tertutup
(a)retraksi; (b) disimpaksi; (c) reduksi - Apley’s System of Orthopaedics and Fractures,
9th edition-
 – Traksi Kontinyu (Continuous Traction) – traksi dilakukan dengan bantuan gravitasi, traksi kulit, maupun traksi skeletal. Kelemahan traksi kontinyu adalah waktu hospitalisasi pasien yang lama.
 – Cast Splintage – merupakan metode yang sering digunakan, yakni gips dengan plaster of paris. Kelemahan cast splintage adalah gerakan pasien yang sangat terbatas. Prinsip pemasangan gips adalah melewati 2 sendi, tidak terlalu ketat sehingga tidak mengganggu vaskularisasi dan inervasi syaraf.
 – Functional Bracing – merupakan metode pemasangan gips dengan plaster of paris maupun materi yang lebih ringan dengan melakukan bracing pada tulang yang mengalami fraktur sehingga mobilitas sendi yang sehat dapat tetap terjaga.
 – Fiksasi Internal (Internal Fixation) – dilakukan secara operatif dengan memasang pen.
 – Fiksasi Eksternal (External Fixation) – dilakukan secara operatif dengan memasang wire dan baut-baut yang difiksasi di luar ekstremitas.
 
 
mengalami cedera dan bagian lainnya secara bertahap
 – Latih beban dan pergerakan bertahap dapat mempercepat deposisi tulang (hukum Wolff)
 
 – Antibiotik profilaksis harus diberikan segera untuk mencegah infeksi karena kontaminasi maupun sebagai persiapan operatif dalam 24 jam pertama fraktur terbuka. Pemilihan antibiotik profilaksis tergantung pada grading fraktur terbuka menurut Gustilo.
• Debridemen  – Prinsip debridemen adalah membersihkan luka, baik di kulit maupun
diantara fragmen tulang, dari kotoran, benda asing, dan juga jaringan yang sudah mengalami kematian permanen.
• Stabilisasi  – Stabilisasi fraktur terbuka dilakukan secara reduksi terbuka (open
reduction). Sementara untuk fiksasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal maupun internal tergantung pada kondisi fraktur.
• Menutup Luka  – Luka kecil pada fraktur derajat I dan II dapat segera dijahit setelah
 
 Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 9th edition
 
Hirschprung Congenital aganglionic megacolon
Barium Enema: a transition zone that separates the small- to normal-diameter aganglionic bowel from the dilated bowel above
Intussusception A part of the intestine has invaginated into another section of intestine
Intussusception found in air or barium enema
Duodenal atresia
Anal Atresia birth defects in
which the rectum is
distance of rectum stump to the skin
(anal dimple)
Classifcation: • A low lesion
 – colon remains close to the skin  – stenosis (narrowing) of the anus  – anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind pouch
• A high lesion  – the colon is higher up in the pelvis  – fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
• A persistent cloaca  – rectum, vagina and urinary tract
are joined into a single channel
Hirschprung
• Pada tindak bedah plastik anorektal posterolateral yang mulai dari os koksigi, kolostomi merupakan perlindungan sementara. Ada dua tempat kolostomi yang dianjurkan diapakai pad aneonatus dan bayi, yaitu transversekolostomi dan sigmoidostomi. Bentuk kolostomi yang mudah dan aman adalah stoma laras ganda.
 
• Udara yang terkumpul di rongga pleura tidak dapat keluar lagi
• Tekanan pada mediastinum,paru dan pembuluh darah besar meningkat
• Menyebabkan paru pada bagian yang terkena kolaps
• ABC’s dengan c-spine control sesuai indikasi
• Needle Decompression pada bagian yang terkena
• Oksigen aliran tinggibag valve mask
• Atasi syok karena kehilangan darah
• Memberitahukan RS dan unit trauma secepatnya
http://www.trauma.org/index.php/main/article/199/
• Asepsis-antisepsis
• Tusukkan jarum ( 14G atau lebih besar) diatas iga ke 3 (saraf, arteri, vena berjalan di sepanjang bag.bawah iga)
• Lepaskan Stylette dan dengarkan adanya suara udara yang keluar
• Place Flutter valve over catheter
• Reassess for Improvement
Simple/Closed Pneumothorax
Blunt trauma spontaneous
Opening in lung tissue that leaks air into chest cavity, Chest Pain,Dyspnea,Tachypnea Decreased Breath Sounds on Affected
Side,hipersonor
Open Pneumothorx Penetrating chest wound
Opening in chest cavity that allows air to enter pleural cavity, Dyspnea,Sudden sharp pain,Subcutaneous Emphysema Decreased lung sounds on affected side Red Bubbles on Exhalation from wound (Sucking chest wound)
http://emedicine.medscape.com/article/2047916
Tension Penumothorax Anxiety/Restlessness, Severe ,Poor Color Dyspnea,Tachypnea,Tachycardia Absent Breath sounds on affected side, Accessory Muscle Use, JV Distention Narrowing Pulse Pressures,Hypotension Tracheal Deviation, hypersonor
Flail Chest Trauma a segment of the rib cage breaks becomes detached from the rest of the chest wall, 3 ribs broken in 2 or more places,painful when breathing,Paradoxical breathing
Pleural Efusion congestive heart failure, pneumonia, malignancy, or pulmonary embolism infection
Dyspnea, cough, chest pain, which results from pleural irritation, Dullness to percussion, decreased tactile fremitus, and asymmetrical chest expansion, with diminished or delayed expansion on the side of the effusion, decreased tactile fremitus, and asymmetrical chest expansion, diminished or delayed expansion on the side of the effusion
Pneumonia Infection, inflammation
Fever,dysnea,cough,rales in ausultation
• Hemisfer serebri dan serebeli ada hematoma/ kontusio?
• Nilai sistem ventrikel • Tentukan ada pergeseran atau
tidak • Nilai struktur – struktur
cellularity/ tumor, calcification)
 
• Menilai dengan cepat adanya patologi yang dicurigai
• Menilai parenkim untuk mencari bukti adanya laserasi. Laserasi tampak sebagai hematoma dan bervariasi tergantung pada beratnya trauma yang terjadi dan tampak sebagai area konsolidasi.
• Trakea dan bronkus
• Mediastinum
• Diafragma
 
Abnormal fleksi 3
Mengerang 2
(x) 1
BERDASARKAN GCS:
1. GCS 13-15 : Cedera kepala ringan CT scan dilakukan bl ada lucid interval/ riw. kesdran menurun. evaluasi kesadaran, pupil, gejala fokal serebral + tanda-tanda vital.
2. GCS 9-12 : Cedera kepala sedang prks dan atasi gangg. Nafas, pernafasan dan sirkulasi, pem. Ksdran, pupil, td. Fokal serebral, leher, cedera orga lain, CT scan kepala, obsevasi.
 
emedicine.medscape.com/article/248108
 – Hemotympanum
• Posterior basal fracture
 
 
HEMATOM
• Perdrhan yg mengumpul diantra korteks serebri dan duramater regangan dan robekan vena-vena drainase yg tdpt di rongga subdural ant. Permk. Otak dg sinus duramater.
• Gjl klinik biasany tdk terlalu hebat kecuali bila terdapat efek massa.
• Berdsrkan kronologis SDH dibagi mjd :
1. SDH akut : 1- 3 hr pasca trauma. 2. SDH subakut : 4-21 hr pasca
 
atau robekan langsung.
•   Gejala (trias klasik) :
1. Interval lusid.
kepala : perdarahan bikonveks
atau lentikulerdi daerah
Hematom Intraserebral
• Terkumpulnya darah secara fokal yg diakibatkan oleh regangan atau rotasional thd pemb. Drh intraparenkim otak/ cedera penetrans.
 
Subarachnoid Hematom
• Perdrhan fokal di daerah subarahnoid. CT scan  terdpt lesi hiperdens yg mengikuti arah girus- girus serebri daerah yg berdktan dg hematom.
• Gjl klinik = kontusio serebri.
 
ekstra sel otak. (berbeda dg
pembengkaan otak krn tumor,
disbbkan oleh meningkatnya
jaringan saraf mengalami
•  Ada 2 macam fraktur impresi : 1. Impresi fraktur tertutup : akibat
pukulan benda keras yg mengakibatkan tulang kepala melesak kedlm dg membrkan
 tekanan/tdk thdp parenkim otak  tanpa mengakibatkan robeknya kulit kepala dan hub. Dg dunia luar.
2. Impresi fraktur terbuka : impresi  tulang kepala + robekan kulit kepala dan tjd hub. Dg dunia luar, bila impresi hebat dpt tjd ribekan pada duramater.
pem. Fisik dilakukan cermat utk menentukan op. segera/
 terencana atau konservatif.
• Subdural hematoma
 – Etiologi: trauma robeknya bridging vein pada orang tua atau bayi
• Subarachnoid hemorrhage (stroke)
 – Etiologi: robeknya aneurysma e.c. Aktivitas berat/sexual intercourse
• Intracerebral hemorrhage (stroke)
 – Paresis, hypesthesia, ataxia, Penurunan kesadaran
 
• Plexus sacralis melayani struktur pada pelvis, regio glutea dan extremitas inferior. Dari plexus sacralis dipercabangkan : 1. n. gluteus superior
 
• The sciatic nerve is formed from the L4 to S3 segments of the sacral plexus, a collection of nerve fibres that emerge from the sacral part of the spinal cord. The fibres unite to form a single nerve in front of thepiriformis muscle. The nerve passes beneath the piriformis and through the greater sciatic foramen, exiting the pelvis. [2]:422-4 From here, it travels down the posterior thigh to the popliteal fossa. The nerve travels in the posterior compartment of the thigh behind the adductor magnus muscle, and is itself in front of the one head of the biceps femoris muscle. At some point between the pelvis and popliteal fossa, the nerve divides into its two branches: [2]:532
• The tibial nerve, which travels down the posterior compartment of the leg into the foot
• The common fibular nerve, which travels down the anterior and lateral compartment of the leg into the foot
• The sciatic nerve is the largest nerve in the human body.
 
 
• Conventional features  – Destruction of normal trabecular bone pattern
 – a mixture of radiodense and radiolucent areas
 – periosteal new bone formation
50. Osteosarkoma
Notice the osteoblastic- osteolytic appearance
 
 
 
51. Ileus
Ileus paralitik
Distensi, bunyi peristaltis kurang atau hilang, tidak ada nyeri tekan lokal
Ileus obstruktif 
 
gejala dominan muntah (bilious vomiting jika letak obstruksi distal terhadap muara duktus biliaris), minimal abdominal distention
HPS, atresia esofagus, atresia duodenum
Obstruksi letak rendah
Hirschprung, atresia ani
Lokasi Ileus dan Gejalanya
Tabel 3. Lokasi ileus berdasarkan gejala yang muncul. Siegenthaler W. Ileus. In:  Differential Diagnosis in Internal Medicine, From Symptom to Diagnosis. Thieme,
 New York 2007.
distensi abdominal.
Anamnesis Lengkap
•Vomiting is late
•May continue to pass flatus and feacus before absolute constipation
High
•Abdominal distension is limited or localized
 
pattern
•dehydration
• Darm konturterlihatnya bentuk usus pada dinding abdomen
• Darm Steifung—terlihatnya gerakan peristaltik pada dinding abdomen
 
Diagnosis • Suara usus akan meningkat saat dilakukan auskultasi pada pasien
dengan ileus dan akan hilang jika dalam perkembangan ileus mekanik berubah menjadi ileus paralitik.
• Gerakan peristaltik intestinum yang abnormal (kekakuan) yang disebabkan oleh stenosis intestinum akan dapat dirasakan pada saat palpasi.
• Pada kasus tertentu, tanda ini dapat dilihat pada saat inspeksi abdomen.
• Gambaran radiologis abdomen akan tampak intestinum yang terdistensi dan air – fluid level
• Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat membantu diagnosis untuk melihat distensi dan gerakan usus yang patologis.
 
Fluid Levels: • Gastric
• 1-2 small bowel
2. Hepatobiliary
4. Rectum
Periksa adanya feses
large bowel obstruction
•Vulvulae coniventae
•Presence of haustration
B. Yang dapat ditemukan:
4. Posisi Supine
b. Step-ladder arrangement or parallel bowel loops
 
• Frekuensi pernafasan akan meningkat karena intoksikasi dan distensi yang berlebih.
• Distensi yang berlebih tersebut menyebabkan diafragma tertekan sehingga nafas menjadi cepat.
 
Tatalaksana Awal di UGD • ResusitasiABC bila pasien tidak stabil • Air way (O2 60-100%) • Infus 2 akses vena bila dibutuhkan • Infus kristaloid sesuai kondis pasien • Pemeriksaan laboratorium • Dekompresi dengan Naso-gastric tube • Pemasangan kateter urinmonitor output
urin setiap jambalans cairan ketat • Antibiotik IV (tidak ada bukti yang jelas) • Pemasangan CVPBila dikhawatirkan akan
terjadi pemberian cairan yang berlebih • Follow-up hasil lab dan Koreksi
ketidakseimbangan elektrolit • Perawatan di intermediate care • Rectal tubes hanya dilakukan pada Sigmoid
volvulus.
 
• Biopsi terbagi menjadi : • Biopsi tertutup : Tanpa membuka kulit,Bisa dikerjakan oleh disiplin
non-bedah • Biopsi terbuka : Dengan membuka kulit/mukosa, Biasanya
dikerjakan oleh disiplin bedah, dan Akan mendapatkan spesimen yang lebih representative
• Biopsi Tertutup : Bahan sedikit/kurang representative, Dapat ditingkatkan dengan biopsi terbuka, Contoh : FNAB, Core Biopsy, Cairan cyste-sputum-darah-ascites, dan Endoscopy.
• Biopsi terbuka : Biasanya dikerjakan oleh disiplin bedah, Dengan membuka kulit/mukosa, Pemeriksaan yang dikerjakan : histo- patologi, dan Macamnya : Biopsi insisi, Biopsi eksisi
 
• Biopsi Insisional
• Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah. Dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk diperiksa.Teknik suatu biopsi insisional antara lain :
• Tentukan daerah yang akan dibiopsi. • Rancang garis eksisi dengan memperhatikan segi kosmetik. • Buat insisi bentuk elips dengan skalpel nomor 15. • Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus. • Teruskan insisi sampai diperoleh contoh jaringan. Sebaiknya contoh
 jaringan ini jangan sampai tersentuh. • Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat
diserap.
Biopsi Eksisional • Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di sekitarnya. Metode ini
dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase . Tehnik biopsi eksisional, adalah sebagai berikut :
• Rancang garis eksisi, • Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya. • Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta banyaknya kulit yang tersedia
di kedua tepi sayatan. • Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu: • Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan sedikit lemak
 
• Biopsi Jarum • Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot
lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.
 
 
• uveitis posterior • perdarahan vitreous • Ablasio retina • oklusi arteri atau vena
retinal • neuritis optik • neuropati optik akut
karena obat (misalnya etambutol), migrain, tumor otak
MATA TENANG VISUS TURUN
MATA MERAH VISUS NORMAL
MATA MERAH VISUS TURUN
• Katarak • Glaukoma • retinopati
penyakit sistemik • retinitis
• Trakoma • mata kering,
ANAMNESIS
• tidak menghalangi media refraksi
• Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang berhubungan dengan peningkatan tekanan bola mata (TIO Normal : 10-24mmHg)
• Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang
• TIO tidak harus selalu tinggi, Tetapi TIO relatif  tinggi untuk individu tersebut.
Vaughn DG, Oftalmologi Umum, ed.14
 
• Jenis Glaukoma : Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya
bilateral dan diturunkan. Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya)
biasanya Unilateral
• Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sitem drainase sudut kamera anterior (sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (sudut tertutup)
• Pemeriksaan : Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO) Penilaian diskus optikus : pembesaran cekungan diskus optikus dan
pemucatan diskus Lapang pandang Gonioskopi : menilai sudut kamera anterior sudut terbuka atau sudut
tertutup
 
• Glaukoma terjadi bersama-sama dengan kelainan lensa seperti : Luksasi lensa anterior, dimana terjadi gangguan pengaliran cairan mata ke sudut bilik mata.
Katarak imatur, dimana akibat mencembungnya lensa akan menyebabkan penutupan sudut bilik mata.
Katarak hipermatur, dimana bahan lensa keluar dari lensa sehingga menutupi jalan keluar cairan mata.
• Glaukoma yang terjadi akibat penutupan sudut bilik mata oleh bagian lensa yang lisis ini disebut glaukoma fakolitik, pasien dengan galukoma fakolitik akan mengeluh sakit kepala berat, mata sakit, tajam pengelihatan hanya tinggal proyeksi sinar.
• Pada pemeriksaan objektif terlihat edema kornea dengan injeksi silier, fler berat dengan tanda-tanda uveitis lainnya, bilik mata yang dalam disertai dengan katarak hipermatur. Tekanan bola mata sangat tinggi
Ilyas, Sidarta., 2004. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
 
 
Acute Glaucoma Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache, vomitting, blurred vision, haloes (+), palpable increased of IOP(>21 mm Hg), conjunctival injection, corneal epithelial edema, mid-dilated nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no history of glaucoma
Open-angle (chronic) glaucoma
Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos, Headache, IOP steadily increase, Gonioscopy Open anterior chamber angles, Progressive visual field loss
Congenital glaucoma
present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm, buphtalmus (>12 mm)
Secondary glaucoma
Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
Absolute glaucoma
end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of pupillary light reflex and pupillary response, stony appearance. Severe eye pain. The treatment destructive procedure like cyclocryoapplication, cyclophotocoagulation,injection of 100% alcohol
http://emedicine.medscape.com/article/1206147
 
Angle-closure (acute) glaucoma • The exit of the aqueous humor fluid is sud • At least 2 symptoms:
 – ocular pain  – nausea/vomiting  – history of intermittent blurring of vision with halos
• AND at least 3 signs:  – IOP greater than 21 mm Hg  – conjunctival injection  – corneal epithelial edema  – mid-dilated nonreactive pupil  – shallower chamber in the presence of occlusiondenly
blocked
http://emedicine.medscape.com/article/798811
• Open anterior chamber angles
occurs slowly over time → pushes on the optic nerve
• Funduskopi: cupping and atrophy of the optic disc
• Risk factors  – elevated intraocular pressure,
advanced age, black race, and family history
http://emedicine.medscape.com/article/1206147
• Normal Tension Glaukoma yang terdapat pada satu ujung spektrum glaukoma sudut terbuka kronis merupakan bentuk yang tersering menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral progressif asimptomatik yang muncul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapangan pandang yang ekstensif.
• Tipe glaukoma dimana nervus optic rusak dan kehilangan kemampuan melihat dan lapangan pandang, muncul pada glaukoma sudut terbuka namun tekanan intra okuler yang normal (<22 mmHg)
• Pemeriksaan : Tekanan intraokuler
 
normal dan mata tenang→ operasi
• Supresi produksi aqueous humor
 – Beta bloker topikal: Timolol maleate 0.25% dan 0.5%, betaxolol 0.25% dan 0.5%, levobunolol 0.25% dan 0.5%, metipranolol 0.3%, dan carteolol 1% dua kali sehari dan timolol maleate 0.1%, 0.25%, dan 0.5% gel satu kali sehari
 – Apraclonidine: 0.5% tiga kali sehari
 – Brimonidine: 0.2% dua kali sehari
 – Inhibitor karbonat anhidrase:
• Topikal: Dorzolamide hydrochloride 2% dan brinzolamide 1% (2-3 x/hari)
• Sistemik: Acetazolamide 500 mg iv dan 4x125-250 mg oral (hanya diberikan jika TIO sangat tinggi atau pada glaukoma akut)
 
 – Analog prostaglandin: bimatoprost 0.003%, latanoprost 0.005%, dan travoprost 0.004% (1x/hari), dan unoprostone 0.15% 2x/hari
 – Agen parasimpatomimetik: Pilocarpine
 – Epinefrin 0,25-2% 1-2x/hari
• Pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit,lalu 1 jam selama 24 jam
 – Biasanya diberikan satu setengah jam pasca tatalaksana awal
 – Mata yang tidak dalam serangan juga diberikan miotik untuk mencegah serangan
• Pengurangan volume vitreus
 – Agen hiperosmotik: Dapat juga diberikan Manitol 1.5-2MK/kgBB dalam larutan 20% atau urea IV; Gliserol 1g/kgBB badan dalam larutan 50%
 – isosorbide oral, urea iv
 – analgesics
 – antiemetics
 – Placing the patient in the supine position → lens falls away from the iris decreasing pupillary block
• Pemakaian simpatomimetik yang melebarkan pupil berbahaya
 
Uveitis Swelling and irritation of the uvea (middle layer of the eye). Pain, redness, photophoia, excessive tearing, decreased vision, limbic injection, miosis, might be followed by glaucoma
Glaukoma Akut Acuteonset of ocular pain, nausea, headache, vomiting, blurred vision, halos (+), palpable increased of IOP(>21 mm Hg), conjunctivalinjection, corneal epithelial edema, mid-dilated nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no history of glaucoma
Skleritis Inflamation of sclera, Pain, vascular congestion of sclera and episclera
Keratitis Corneal abrasion, satelite lesion, dendritic lesion, rapid corneal infiltration with viral, fungal, bacterial infection
 
• uveitis posterior • perdarahan vitreous • Ablasio retina • oklusi arteri atau vena
retinal • neuritis optik • neuropati optik akut
karena obat (misalnya etambutol), migrain, tumor otak
MATA TENANG VISUS TURUN
MATA MERAH VISUS NORMAL
MATA MERAH VISUS TURUN
• Katarak • Glaukoma • retinopati
penyakit sistemik • retinitis
• Trakoma • mata kering,
ANAMNESIS
• tidak menghalangi media refraksi
• Diabetic Retinopathy : Retinopathy (damage to the retina) caused by complications of diabetes, which can eventually lead to blindness.
 
• Blurred vision
• Having a dark or empty spot in the center of the vision
• Difficulty seeing well at night
• On funduscopic exam : cotton wool spot, flame hemorrhages, dot-blot hemorrhages, hard exudates
Pemeriksaan :
pupil dilatasi : direk/indirek • Foto Fundus • USG bila ada perdarahan
vitreus
Tatalaksana :
RETINOPATI DIABETIK
• Riwayat DM yang lama, biasa > 20 tahun • Mata tenang visus turun perlahan • Pemeriksaan Oftalmoskop
 – Mikroaneurisma (penonjolan dinding kapiler)  – Perdarahan dalam bentuk titik, garis, bercak yang letaknya dekat
dengan mikroaneurisma di polus posterior (dot blot hemorrhage)  – Dilatasi vena yang lumennya ireguler dan berkelok  – Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari peningkatan
permeabiitas kapiler), warna kekuningan  – Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina tampak
 
• ditandai dengan kebocoran darah dan serum pada pembuluh darah kapiler
• menyebabkan edema jaringan retina dan terbentuknya deposit lipoprotein (hard exudates)
• Tidak menyebabkan gangguan penglihatan mengenai makula
 
fibrovaskular atau neovaskularisasi pada permukaan retina & papil saraf optik serta vitreus
• Proliferasi respon dari oklusi luas pembuluh darah kapiler retina yang menyebabkan iskemia retina
• menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan melalui mekanisme;  – Perdarahan vitreus  – Tractional retinal detachment  – Glaukoma neovaskular
 
KLASIFIKASI RETINOPATI DM
• Derajat I : Mikroaneurisama dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli
• Derajat II: Mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli
• Derajat III: Mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, neovaskularisasi
 
mungkin terlihat membentuk lingkaran.
pembuluh darah baru   di lempeng optik atau ditempat lain
pada retina. Penglihatan normal, mengancam penglihatan
Proliferatif 
lanjut
vitreus dan retina.   Retina juga dapat tertarik   dari epitel
pigmen di bawahnya oleh proliferasi fibrosa yang berkaitan
dengan pertumbuhan pembuluh darah baru.   Penglihatan
berkurang, mengancam penglihatan
• Vascular Endothelial Growth factor Inhibitor
• Aminoguanidin (mengikat protein yang mengalami glikolisis
• Pentoxypilin (memperbaiki sirkulasi perifer)
• Indikasi :
 – Kontraksi progresif proliferasi fibrin
 – Neovaskularisasi ekstensif di COA
• Vitrektomi dini pada PDR dapat menyebabkan regresi NVD dan NVE
• Indikasi :
 – PDR (retinopati diabetik proliferatif) yang aktif  dengan visus baik
 – Adanya traksi pada papil, peripapil, makula
 – Adanya ablasio retina yang melibatkan makula * Traction Retinal Detachment
 
Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri, thrombus dan emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Secara oftalmoskopis, retina superficial mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang memperlihatkan bercak merah cherry(cherry red
spot). Penglihatan kabur yang hilang timbul tanpa disertai rasa sakit dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus mendadak biasanya disebabkan oleh emboli
Retinopati diabetik
Suatu mikroangiopati progresif yang terjadi pada retina akibat dari penyakit sistemik diabetes melitus. Gejala: penglihatan kabur perlahan, kadang terlihat adanya jaring laba atau bintik-bintik kecil pada lapang pandang
Ablatio retina suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Gejala:floaters, photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada semacam tirai tipis berbentuk parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah hingga menutup
Perdarahan vitreous
Perdarahan pada selaput vitreous sampai ke dalam vitreous. Gejala: penglihatan buram tiba-tiba, peningkatan floaters,dan kilatan cahaya
Katarak Traumatik
 
 – Neisseria gonorrhoeae ( inkubasi 1-7 hari)  – Chlamydia trachomatis (inkubasi 5-14 hari)  – S. Aureus (inkubasi nongonokokal dan nonklamidial 5-14 hari)
• Mucopurulent discharge • Chlamydial less inflamed eyelid swelling, chemosis, and
pseudomembrane formation • Complication in chlamydia infection pneumonia (10-20% kasus) • Blindness in chlamydia rare and much slower to manifes than
gonococcal caused by eyelid scarring and pannus • Terapi konj. Klamidial oral erythromycin (50 mg/kg/d divided qid)
for 14 days (because of the significant risk for life-threatening pneumonia)
http://emedicine.medscape.com/article
• Neisseria gonorrhoeae Gram-negative intracellular diplococci on Gram stain
• Masa inkubasi: 1-7 hari • manifests in the first five days of life • Marked bilateral purulent discharge • local inflammation palpebral edema • Complication diffuse epithelial edema and ulceration,
perforation of the cornea and endophthalmitis kebutaan • Culture Thayer-Martin agar • Topical erythromycin ointment and IV or IM third-
generation cephalosporin
• Cause:
 – S. Aureus (inkubasi nongonokokal dan nonklamidial 5-14 hari)
• Mucopurulent discharge
• marked bilateral purulent
• Complication diffuse epithelial edema and ulceration, perforation of the cornea and endophthalmitis
• Gram-negative intracellular diplococci on Gram stain
• Culture Thayer-Martin agar
• Mucopurulent discharge
• pseudomembrane formation
• Complication pneumonitis (range 2 weeks – 19 weeks after delivery)
 
Bacteria PMNs, bacteria
http://80.36.73.149/almacen/medicina/oftalmologia/enciclopedias/duane/pages/v4/v4c006.html
• Corneal abrasion following trauma at delivery.
• Glaucoma (watch for corneal clouding or proptosis, is associated with portwine stains in the ophthalmic
region).
Staphylococcus aureus
discharge
days
disseminated infections
single dose (maximum 125mg),
resolves.
Pseudomonas
aeruginosa +
purulent discharge.
conjunctivitis, copious
purulent discharge.
(qid)Alternative, 5 days Azithromycin
elsewhere
21d.
Topical acyclovir 3% 5 times daily.
# Uncommon, potential for serious consequences - severe keratitis and endophthalmitis. Requires early recognition and treatment. Needs blood and CSF culture. Consider concomitant chlamydial infection if poor response to cephalosporin. Parents require investigation and screening. + Risk of rapid progression from purulent discharge to denuding of corneal epithelium, and perforation of cornea. The anterior chamber can fill with fibrinous exudate, iris can adhere to cornea and later blood vessel invasion. The late ophthalmic complications can be followed by bacteraemia and septic foci. * Most common pathogen, 20-50% of exposed infants will develop chlamydia conjunctivitis, 10-20% will develop pneumonia. If relapse occurs repeat course of erythromycin for further 14 days. Parents require treatment.
http://www.adhb.govt.nz/newborn/guidelines/infection/neonatalconjunctivitis.htm
• uveitis posterior • perdarahan vitreous • Ablasio retina • oklusi arteri atau vena
retinal • neuritis optik • neuropati optik akut
karena obat (misalnya etambutol), migrain, tumor otak
MATA TENANG VISUS TURUN
MATA MERAH VISUS NORMAL
MATA MERAH VISUS TURUN
• Katarak • Glaukoma • retinopati
penyakit sistemik • retinitis
• Trakoma • mata kering,
ANAMNESIS
• tidak menghalangi media refraksi
 jauh)
kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang
masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram
• Dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung)
• People with high myopia
 – more likely to have retinal detachments and primary open angle
glaucoma
 
 – Patologis: Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif, adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik, > -6D
• Miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa :  – Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
 – Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
 – Berat : lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.
• Miopia berdasarkan umur :  – Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak.
 – Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun.
 – Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 thn.
 
• Pada miopia, pemilihan kekuatan lensa untuk koreksi prinsipnya adalah dengan dioptri yang terkecil dengan visual acuity terbaik.
• Pemberian lensa dgn kekuatan yg lebih besar akan memecah berkas cahaya terlalu kuat sehingga bayangan
 jatuh di belakang retina, akibatnya lensa mata harus berakomodasi agar bayangan jatuh di retina.
 
aquity to 6/6 Minus lenses to be used to
correct myopia should be no
stronger than abso-
muscle.
Myopia • Titik dekat (Punctum Proximum/PP):jarak terdekat
yang masih dapat dilihat jelas oleh mata dengan berakomodasi maksimum. Untuk mata normal (emetrop), nilai titik dekat mata/ PP = 25 cm.
• Titik jauh (Punctum Remotum/PR): jarak terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata tanpa berakomodasi. Untuk mata normal (emetrop), nilai titik jauh mata/PR = °° (tak terhingga).
• Agar dapat melihat benda-benda jauh s = , penderita miopi harus menggunakan lensa kacamata cekung untuk menghasilkan bayangan maya di depan lensa pada jarak yang sama dengan titik jauh mata (s' = - PR). Sehingga berlaku s = ∞ , s' = -PR.
• Berdasarkan persamaan umum lensa tipis:
• f = jarak fokus lensa dan PR = jarak titik terjauh yang dapat dilihat penderita
• Pada soal, didapatkan P=-1,25, maka :
f = 0,8 meter
f ’ = 0,8 – (25% x 0,8) = 0,6 meter
• Maka : P’ = -1,67
http://fisikadantikonline.blogspot.com/2011/11/alat-alat-optik.html 
ium strains
Acute onset of redness, grittiness, burning sensation, usually bilateral eyelids difficult to open on waking, diffuse conjungtival injection, mucopurulent discharge, Papillae (+)
topical antibiotics Artificial tears
Unilateral watery eye, redness, discomfort, photophobia, eyelid edema & pre-auricular lymphadenopathy, follicular conjungtivitis, pseudomembrane (+/-)
Days 3-5 of→ worst, clear up in 7 –14 days without treatment Artificial tears→relieve dryness and inflammation (swelling) Antiviral→herpes simplex virus or varicella-zoster virus
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
 
Topical antifungal
Inclusion Chlamydia trachomatis
several weeks/months of red, irritable eye with mucopurulent sticky discharge, acute or subacute onset, ocular irritation, foreign body sensation, watering, unilateral ,swollen lids,chemosis ,Follicles
 
• Terutama pada musim panas
Papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal (coble stone)
Rasa gatal berat
Benjolan di daerah limbus dengan bercak Horner Trantas
• Terapi : Steroid topikal: digunakan pada
keadaan akut berat dan jika perlu dapat ditambahkan steroid sistemik. Hanya digunakan dalam  jangka pendek untuk mengurangi gejala
Antihistamin Sodium kromolin 4%: sel mast
stabilizer, sebagai pengganti steroid bila gejala sudah dapat dikontrol
Desensitisasi Kompres dingin
 
• Terutama pada musim panas
rata pada konjungtiva tarsal (coble stone)
Rasa gatal berat
• Terapi : Steroid topikal (tetes dan
salep)
Antihistamin
Desensitisasi
 
(atopickeratoconjunctivitis)
age than AKC
Seasonal variation Typically occurs during spring
months
Conjunctival
scarring
VKC than in AKC
Presence of eosinophils is
 
Presbiopia
• Koreksi→lensa positif  untuk menambah kekuatan lensa yang berkurang sesuai usia
• Kekuatan lensa yang biasa digunakan: + 1.0 D → usia 40 tahun + 1.5 D → usia 45 tahun + 2.0 D → usia 50 tahun + 2.5 D → usia 55 tahun + 3.0 D → usia 60 tahun
https://reader015.{domain}/reader015/html5/0718/5b4ea9684099c/5b4ea9ffbf46b.jpg
• Dapat menyebabkan lagoftalmos resiko konjungtivitis dan keratitis
 
• Xerophthalmia (xeros-dry, ophthalmia-eye) : penyakit pada mata yang disebbakan oleh defisiensi vitamin A
• Vitamin A dibutuhkan untuk sintesis pigmen rhodopsin di retina mata. Pigmen ini dibutuhkan untuk mengeksitasi fotoreseptor (sel) batang yang berperan dalam penglihatan dalam keadaan gelap.
 
Terdapat krusta dan bila menahun disertai dengan meibomianitis
Salep antibiotik (sulfasetamid dan sulfisoksazol), pengeluaran pus
Hordeolum Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
Kelopak bengkak, sakit, rasa mengganjal, merah, nyeri bila ditekan
Kompres hangat, drainase nanah, antibiotik topikal
Blefaritis skuamosa Blefaritis diseratai skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak terjadi luka pada kulit, berjalan bersamaan dengan dermatitis sebore
Etiologi: kelainan metabolik atau jamur. Gejala: panas, gatal, sisik halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis
Membersihkan tepi kelopak dengan sampo bayi, salep mata, dan topikal steroid
Meibomianitis Infeksi pada kelenjar meibom Tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut
Kompres hangat, penekanan dan pengeluaran pus, antibiotik topikal
Blefaritis Angularis Infeksi Staphyllococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus
Gangguan pada fungsi pungtum lakrimal, rekuren, dapat menyumbat duktus lakrimal sehingga mengganggu fungsi lakrimalis
Dengan sulfa, tetrasiklin, sengsulfat
64. Blefaritis
65. TRAUMA KIMIA MATA • Merupakan trauma yang mengenai bola
mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut
• Keadaan kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan
• Etiologi : 2 macam bahan yaitu yang bersifat asam (pH < 7) dan yang bersifat basa (pH > 7,6)
• Pemeriksaan Penunjang : Kertas Lakmus : cek pH berkala
Slit lamp : cek bag. Anterior mata dan lokasi luka
Tonometri
iskemik limbus (prognosis sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah terdapat 1/2 iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari 1/2 limbus (prognosis sangat buruk)
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf 
Trauma Kimia
Tatalaksana Emergensi :
Irigasi : utk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan menormalkan pH mata; dgn larutan normal saline (atau setara)
Double eversi kelopak mata : utk memindahkan material
Debridemen : pada epitel kornea yang nekrotik
Tatalaksana Medikamentosa :
Siklopegik : mengistirahatkan iris, mencegah iritis (atropine atau scopolamin) dilatasi pupil
Antibiotik : mencegah infeksi oleh kuman oportunis
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf 
• Removing the offending agent  – Immediate copious irrigation
• With a sterile balanced buffered solution normal saline solution or ringer's lactate solution
• Until the ph (acidity) of the eye returns to normal
 – Pain relief Topical anesthetic
lens until the epithelium has regenerated
• Controlling inflammation  – Inflammatoryinhibits reepithelialization
and increases the risk of corneal ulceration and perforation
 – Topical steroids  – Ascorbate (500 mg PO qid)
• Preventing infection  – Prophylactic topical antibiotics
• Controlling IOP  – In initial therapy and during the later
recovery phase, if IOP is high (>30 mm Hg)
• Control pain  – Cycloplegic agentsciliary spasm  – Oral pain medication
The Goals Of Management :
 
• Jarang muncul sebelum usia 40 tahun, resiko meningkat dengan bertambahnya usia dan mengenai 1-% pasien berumur di atas 65 tahun
•Faktor resiko parkinson :
 
Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology 4th edition. 2005
66 - 67. Parkinson
• Nyeri • Gangguan tidur •Ansietas dan depresi •Berpakaian menjadi lambat •Berjalan lambat
Gejala Spesifik
 
• Tremor • Sulit untuk berbalik badan di kasur •Berjalan menyeret •Berbicara lebih lambat
Tanda Utama Parkinson :
1. Rigiditas : peningkatan tonus otot 2. Bradykinesia : berkurangnya gerakan spontan (kurangnya kedipan mata, ekspresi
wajah berkurang, ayunan tangan saat berjalan berkurang ), gerakan tubuh menjadi lambat terutama untuk gerakan repetitif
3. Tremor : tremor saat istirahat biasanya ditemukan pada tungkai, rahang dan saat mata agak menutup
4. Gangguan berjalan dan postur tubuh yang membungkuk
 
 jalur nigrostriatal dengan memberikan :
 – Antagonis dopamine
 – Obat- obatan yang memodifikasi neurotransmiter di striatum seperti amantadine dan antikolinergik
Penatalaksanaan Parkinson
 
Epilepsi adalah suatu keadaan kronis, dimana terjadi kejang berulang yang muncul tiba – tiba tanpa dicetuskan oleh sesuatu dan tidak dapat diprediksi
68. Epilepsi
Diagnosis Epilepsi
•Dalam diagnosis epilepsi, tiga hal yang perlu dilakukan adalah menentukan apakah pasien epilepsi atau tidak, jenis epilepsi, dan menentukan sindrom epilepsi • •EEG   pemeriksaan utama untuk menilai pasien dengan epilepsi • Pemeriksaan radiologi kepala
Neurological disorders : public health challenges. World Health Organization 2006
 
ME TB adalah infeksi kronik meninges oleh bakteri mycobacterium TB
69. Meningoencefalitis TB
• ME TB bersifat subakut • Gejala prodormal :
 – Demam sub akut, malaise, nyeri kepala, pusing, muntah dan perubahan personaliti (muncul beberapa minggu sebelumnya)
• Setelah prodormal selesai, pasien akan menderita nyeri kepala hebat, perubahan kesadaran, stroke, hidrosefalus, dan neuropati kranial
• Kejang jarang terjadi pada orang dewasa bila ada kemungkinan meningitis bakterial atau virus atau tuberkuloma serebri
• Kejang sering muncul pada pasien anak (hampir 50% kasus)
• Penegakkan diagnosis berdasar pada manifestasi klinis dan pemeriksaan CSF
• Pada pemeriksaan CSF didapatkan :  – Pleositosis dengan predominan
limfosit  – Total WBC 100 and 500 cells/ μL.
 – Pada fase awal, sel darah putih dapat rendah dengan predominan neutrofil
 – Protein meningkat antara 100 dan 500 mg/dL,
 – Glukosa rendah kurang dari 45mg/dL atau rasio CSF: plasma <0.5
 
 
Migrain merupakan nyeri kepala primer yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Patofisiologi aktivasi mekanisme di otak menyebabkan pelepasan sitokin proinflamasi yang kemudian merangsang nyeri pada saraf dan pembuluh darah di kepala.
Migraine sering mengenai usia 35 –45 tahun, tapi dapat juga muncul pada usia lebih muda dan anak kecil. Terdiri atas dua subtipe utama : 1. Migrain tanpa aura nyeri kepala khas tanpa disertai gejala
neurologis 2. Migrain dengan aura nyeri kepala khas disertai dengan
gejala neurolgis fokal sementara yang munculnya sebelum atau selama serangan nyeri
Olesen J et al. The International Classification of Headache Disorders 3rd edition. International Headache Society . 2013
70. Nyeri Kepala Migrain
 
A. Nyeri berlangsung antara 4  – 72 jam (tanpa atau dengan pengobatan)
B. Memenuhi 2 dari empat kriteria berikut :
a. Lokasi unilateral
d. Diperburuk dengan aktivitas fisik (berjalan atau menaiki tangga)
C. Selama nyeri terdapat setidaknya salah satu dari hal berikut
1. Mual dan/atau muntah
2. Fotofobia atau fonofobia
 
 
71- 72. Bell`s Palsy
• Paresis nervus VII perifer idiopatik ditemukan pertama kali oleh Sir Charles Bell ( 1774-1842)
• Etiologi  – Inflamasi pada nervus
fascialis di ganglion geniculatum menyebabkan kompresi dan akhirnya terjadi iskemia dan demyelinisasi
 – Penyebab inflamasi belum dapat diidentifikasi, dicurigai disebabkan oleh infeksi HSV-1
 
 – Kelemahan atau paralysis total otot-otot pada salah satu sisi wajah
 – Lipatan nasolabial menghilang, dahi tidak berkerut, sudut mulut  jatuh
 – Kelopak mata sulit menutup (bila dipaksakan mata akan berputar ke atas Bell`s phenomenon)
 – Produksi air mata berkurang dan kelopak mata sulit menutupmata menjadi kering (komplikasi jangka pendek)
 – Komplikasi jangka panjang dari Bells palsy adalah kontraktur otot wajah
Manifestasi Klinis
 
 
 
75. Sindroma Guillian Barre • GBS adalah suatu sindroma neuropati perifer yang
dimediasi oleh imun
• Infeksi saluran nafas oleh virus, infeksi saluran
cerna atau pembedahaan biasanya menjadi pencetus GBS, 5 hari hingga 3 minggu sebelum timbulnya gejala
• Tanda dan Gejala :  – Kelemahan tubuh simetris yang progresif 
 – Hilangnya refleks tendon
 – Parese otot orofaring dan respirasi
 – Parasthese pada tangan dan kaki
 
76. Neuralgia Trigeminal
 
Tumor otak primer adalah penyakit yang jar