pembahasan tentang osmoregulasi ikan nila

23
Laporan praktikum III m.k. Teknologi Penanganan dan Transportasi Biota Perairan Hari/tanggal : Selasa, 25 September 2012 Asisten : Dhani Aprianto PEMINGSANAN (IMOTILISASI) PADA BIOTA PERAIRAN DENGAN BERBAGAI BAHAN ANASTESI Kelompok 1 Wahyu Mutia R. Bianca Benning Arif Y. Ridwan Mahardika Tri H. Sheilla Amanda Elly Susanti Garnies Derilistiani C34100001 C34100017 C34100034 C34100046 C34100060 C34100067 C34100076 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: aaa

Post on 30-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

OSMOREGULASI

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

Laporan praktikum III m.k. Teknologi Penanganan dan Transportasi Biota Perairan

Hari/tanggal : Selasa, 25 September 2012 Asisten : Dhani Aprianto PEMINGSANAN

(IMOTILISASI) PADA BIOTA PERAIRAN DENGAN BERBAGAI BAHAN ANASTESI

Kelompok 1 Wahyu Mutia R. Bianca Benning Arif Y. Ridwan Mahardika Tri H. Sheilla

Amanda Elly Susanti Garnies Derilistiani C34100001 C34100017 C34100034 C34100046

C34100060 C34100067 C34100076 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya air tawar atau budidaya kolam merupakan salah satu

penyumbang produksi perikanan yang besar bagi Indonesia. Produksi kegiatan budidaya

kolam terus meningkat dari 212.780 ton pada tahun 2001 hingga 554.167 ton pada tahun

2009. Salah satu komoditi terpopuler untuk kegiatan budidaya kolam adalah ikan mas.

Produksi kegiatan budidaya kolam untuk ikan mas mencapai 100.955 ton pada tahun 2009.

Hasil produksi yang besar ini menjadikan ikan mas sebagai salah satu komoditi kegiatan

budidaya kolam dengan hasil terbesar di Indonesia (KKP 2010). Transportasi ikan hidup

adalah memindahkan biota perairan dalam keadaan hidup dengan diberi tindakan untuk

menjaga agar derajat kelulusan hidup (survival rate) tetap tinggi hingga di tempat tujuan.

Menurut Berka (1986) Ada dua macam sistem transportasi dasar bagi ikan hidup yaitus

sistem transportasi tertutup dan terbuka. Sementara itu berdasarkan media yang digunakan,

sistem transportasi dibagi menjadi sistem transportasi basah dan kering. Pemingsanan

(imotilisasi) pada ikan merupakan suatu tindakan yang membuat kondisi dimana tubuh ikan

kehilangan kemampuan untuk merasa (insensibility). Pemingsanan dilakukan untuk

mengefektifkan sistem transportasi. Pemingsanan mengefektifkan sistem transportasi ikan

karena dapat menurukan aktivitas ikan, menurunkan laju metabolisme, dan respirasi sehingga

proses eksresi dan kebutuhan oksigen pada ikan dapat ditekan (Nitibaskara et al. 2006).

Pemingsanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggunakan senyawa kimia,

suhu dingin, arus listrik, dan penyakit (Tidwell et al. 2004).

1.2 Tujuan

Praktikum pemingsanan (imotilisasi) pada biota perairan dengan berbagai bahan anastesi ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai macam bahan anastesi terhadap daya tahan

biota perairan.

Page 3: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

2 BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum pemingsanan (imotilisasi pada biota perairan dengan

berbagai bahan anestesi dilakukan pada hari Selasa tanggal 25 September 2012 pukul 15.00-

18.00 WIB. Temat pelaksaan praktikum adalah di Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku

Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor.

2.2 Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan mas

(Cyprinus carpio). Bahan tambahan yang digunakan adalah air, ekstrak cengkeh, ekstrak

serai, dan es. Alat yang digunakan adalah wadah toples, pipet tetes, thermometer, timbangan

digital, stopwatch, dan gelas ukur.

2.3 Prosedur Kerja Ikan mas (Cyprinus carpio) dipuasakan. Ikan mas tersebut kemudian

ditimbang bobot awalnya. Ikan kemudian dimasukkan ke dalam wadah toples yang telah diisi

air sebanyak 3 L dan diukur suhu awal air tersebut. Pemberian anestesi ekstrak cengkeh

kemudian dilakukan sampai ikan tersebut pingsan. Pemberiannya dilakukan tiap sepuluh

menit dan dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku ikan. Waktu yang dibutuhkan untuk

memingsankan ikan dicatat sebagai waktu induksi. Ikan yang pingsan kemudian ditimbang

bobotnya dan disadarkan dengan cara air dialirkan melalui insang. Waktu yang diperlukan

agar ikan menjadi sadar kembali dicatat sebagai waktu pingsang. Ikan yang telah sadar

kemudian dimasukkan kembali ke dalam wadah dan dihitung waktu yang dibutuhkan agar

ikan kembali normal (waktu recovery). Diagram alir prosedur pemingsanan ikan dengan

bahan anestesi disajikan pada Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio) Penimbangan bobot

(W0) Pemasukan air dalam wadah (3L)

Page 4: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

Pemasukan ekstrak cengkeh setiap 10 menit Ikan pingsan Pengaliran air pada insang Ikan

sadar Penimbangan bobot (Wt) Gambar 1 Diagram alir prosedur kerja imotilasi dengan bahan

anestesi

Page 5: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1 Pengaruh Bahan Anestesi Terhadap Bobot dan Waktu Pingsan Ikan

PEMINGSANAN MENGGUNAKAN BAHAN ANESTESI

Kelompok Kontrol Perlakuan Jenis Bahan Konsentrasi Suhu normal es Wo (gr) 179 125 185

1 Cengkeh 10 tetes normal 163 165 Wt (gr) 180 127 185 waktu Waktu waktu Induksi pingsan

recovery (s) (s) (s) 12 menit 37 detik 14 menit 13 detik 17 menit 52 detik 21 menit 54 detik 8

menit 8 menit 7 menit 18 detik 6 menit 45 detik 37 menit 40 detik 54 menit 35 detik - 22 26

menit menit 54 detik 30 detik 42 menit 38 detik 28 menit 8 detik 102 menit 99 menit 90

menit 90 menit 8 menit 47 detik 26 menit 37 detik 7 menit 33 detik 138 2 Cengkeh 10 tetes es

187 135 183 10 menit 22 menit 17 menit 18 menit 13 detik 6 menit 15 detik 3 menit 51 detik

3 menit 10 detik 3 Cengkeh 20 tetes normal 171 142 194 173 139 192 194 4 Cengkeh 20

tetes es 196 166 5 Sereh 10 tetes normal 164 171 154

Page 6: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

171 6 Sereh 10 tetes es 164 161 7 Sereh 20 tetes normal 180 151 8 Sereh 20 tetes es 187 175

166 158 177 151 178 60 menit 60 menit 71 menit 48 menit 80 menit 80 menit 10 menit 15

menit 19 menit 5 menit 16 menit 17 menit 6 menit 5 menit 1 menit 2 menit 30 detik 27 detik

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, bahwa pemingsanan ikan dengan

menggunakan bahan anestesi menunjukkan adanya perubahan bobot ikan terhadap pengaruh

bahan anestesi tersebut. Pengaruh tersebut dapat berupa penaikan atau penurunan bobot ikan.

Penaikan bobot ikan terlihat pada kontrol dengan suhu normal, kontrol dengan menggunakan

es, cengkeh (konsentrasi 10 tetes) normal pada ikan ke dua, cengkeh (konsentrasi 20 tetes)

normal pada ikan pertama, sereh (konsentrasi 10 tetes) normal pada ikan pertama, sereh

(konsentrasi 10 tetes) dengan menggunakan es pada ikan pertama dan ke dua, sedangkan

penurunan bobot ikan terlihat pada cengkeh (konsentrasi 20 tetes) normal pada ikan ke dua,

sereh (konsentrasi 10 tetes) normal pada ikan ke dua, cengkeh (konsentrasi 10 tetes) dengan

menggunakan es pada ikan pertama dan ke dua, cengkeh (konsentrasi 20 tetes) dengan

menggunakan es pada ikan pertama dan ke dua, sereh (konsentrasi 20 tetes) dengan

menggunakan es pada ikan ke dua, lalu untuk yang tetap terlihat pada cengkeh (konsentrasi

10 tetes) normal pada ikan pertama dan sereh (konsentrasi 20 tetes) dengan menggunakan es

pada ikan pertama.

Page 7: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

Tabel 2 Pengaruh Bahan Anestesi terhadap Fisiologis Ikan PEMINGSANAN

MENGGUNAKAN BAHAN ANESTESI

Kelompok Kontrol Perlakuan Jenis Bahan Konse ntrasi Suhu normal Ger Gerak Gera ak

Dindi Penampak Lend k tub ng an Air ir Sirip uh Perut +++ +++ +++ + Sekre si anal ++

Page 8: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

es 1 2 3 4 5 6 7 8 Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh + + + + + - + + + + + + + + + + - + +

++ + + + ++ + + + + + + + + + + + + Sereh Sereh Sereh Sereh 10 tetes 10 tetes 20 tetes 20

tetes 10 tetes 10 tetes 20 tetes 20 tetes normal es normal es normal es normal es Hasil

pengamatan pemingsanan dengan menggunakan bahan anestesi diperoleh bahwa, pada

kontrol normal terlihat gerak tubuh, gerak sirip, penampakan air, sekresi anal aktif (banyak)

dan untuk gerak dinding perut tidak ada serta lendir hanya terdapat sedikit. kontrol dengan

menggunakan es terlihat gerak tubuh, gerak sirip, penampakan air, sekresi anal sedikit dan

untuk gerak dinding perut dan lendir tidak ada. pada cengkeh (konsentrasi 10 tetes) normal

terlihat gerak tubuh, gerak dinding perut, gerak sirip, penampakan air sedikit dan sekresi anal

dan lendir tidak ada. pada cengkeh (konsentrasi 10 tetes) dengan menggunakan es terlihat

gerak tubuh, gerak dinding perut, gerak sirip, sekresi anal tidak ada, penampakan air cukup

dan lendir tidak ada. pada cengkeh (konsentrasi 20 tetes) normal terlihat gerak tubuh, gerak

dinding perut, gerak sirip, penampakan air sedikit serta lendir dan sekresi anal tidak ada. pada

cengkeh (konsentrasi 20 tetes) dengan menggunakan es terlihat gerak tubuh, gerak dinding

perut, gerak sirip, lendir, sekresi anal tidak ada dan penampakan air sedikit. pada sereh

(konsentrasi 10 tetes) normal terlihat gerak tubuh, gerak dinding perut, gerak sirip, lendir,

sekresi anal dan penampakan air sedikit. pada sereh (konsentrasi 20 tetes) dengan

menggunakan es terlihat gerak tubuh, gerak dinding perut, gerak sirip tidak ada, lendir dan

sekresi anal sedikit dan penampakan air cukup. pada sereh (konsentrasi 20 tetes) normal

terlihat gerak tubuh, gerak dinding perut, gerak sirip, lendir, sekresi anal dan penampakan air

sedikit. ada, lalu lendir, sekresi anal, gerak dinding perut, penampakan air sedikit. pada sereh

(konsentrasi 20 tetes) dengan menggunakan es terlihat gerak tubuh dangerak sirip tidak

Page 9: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

4.2 Pembahasan

Pembiusan berperan penting dalam proses pengangkutan ikan yang mengakibatkan hilangnya

kesadaran, pembatasan aktivitas reflex, dan mengurangi pergerakan otot dan tulang (Hajek et

al. 2006). Tidwell et al. (2004) dalam Abdullah (2012) mendefinisikan anestesi sebagai suatu

kondisi ketika tubuh atau bagian tubuh kehilangan kemampuan untuk merasa (insensibility).

Anestesi dapat disebabkan oleh sneyawa kimia, suhu dingin, arus listrik, atau penyakit.

Bahan anestesi mengganggu secara langsung maupun tidak langsung terhadap keseimbangan

kationik tertentu di dalam otak selama masa anestesinya. Hal tersebut menyebabkan ikan

tersebut mati rasa karena menurunnya fungsi syaraf. Pembiusan dapat dilakukan dengan dua

metode, yaitu penurunan suhu secara bertahap dan penurunan sushu secara langsung.

imotilisasi dengan penurunan suhu secara bertahap dilakukan dengan cara menurunkan suhu

media air dari suhu normal ke suhu dimana niota mengalami imoti. Penurunan dilakukan

dengan dengan menambahkan air dingin ke dalam media secara perlahan hingga suhu yang

diinginkan tercapai. Imotilisasi dengan metode langsung dilakukan dengan cara memasukkan

biota ke dalam air yang suhunya telah diatur. Proses panik atau stress terjadi selama 1-2

menit (Suryaningrum et al. 2006 dalam Suryaningrum et al. 2007). Bidang Perikanan

Amerika menyatakan bahwa pembiusan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu

induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang

sehingga ikan lebih mudah ditangani. Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali

normal membutuhkan waktu sepuluh menit atau kurang. Pembiusan dikatan berhasil apabila

tidak ditemukan adanya kematian ikan selama lima belas menit setelah pembongkaran bila

ikan dibius pada konsentrasi yang efektif (Pramono 2001). Pemingsanan ikan dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor yang berperan penting adalah suhu. Ikan yang ditempatkan pada

media dengan suhu dibawah suhu ruang tidak dapat bertahan dan pingsan. Metode

pemingsanan juga berpengaruh terhadap ikan. Penurunan suhu secara langsung akan

meneyababkan ikan mengalami stress, sedangkan penurunan suhu secara bertahap

menyebabkan ikan lebih tenang (Suwandi et al. dalam Wijayanti et al. 2011). Faktor lain

yang mempengaruhi pemingsanan adalah bobot ikan serta jenis biota. Crustacea lebih lama

pingsan daripada ikan karena Crustacea

Page 10: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

memiliki alat pernafasan tambahan sehingga dapat bertahan beberapa jam di lingkungan

lembab pada suhu rendah (Wijayanti et al. 2011). Ada beberapa tahap yang diikuti

pengurangan respon dalam proses pemingsanan ikan. Menurut Coyle et al. (2004), terdapat 4

tahap pemingsanan pada ikan yaitu sedation, anesthesia, surgical anesthesia, dan death (ikan

mati). Pada tahap sedation, ikan mengalama pengurangan gerak serta pernafasan. Pada tahap

anesthesia ikan mengalami kehilangan kesetimbangan secara parsial dan reaktif terhadap

rangsangan. Pada tahap surgical anesthesia, ikan mengalami kehilangan kesetimbangan

secara total dan tidak ada reaksi ketika diberi ransangan. Pada tahap death, nafas dan jantung

berhenti, jika kelebihan bahan anestesi akan mengakibatkan kematian ikan yang lebih awal.

Sementara itu menurut Iwama et al (1989) terdapat 3 tahap pemingsanan dan 3 tahap

pemulihan. Tahap anestesia pertama ikan mengalami kehilangan keseimbangan, pada tahap

kedua gerak ikan hilang tetapi masih ada gerakan operkulum. Tahap ketiga sama seperti

tahap kedua namun diikuti dengan hilangnya pergerakan operkulum. Tahap pemulihan yang

pertama ikan masih tidak dapat bergerak namun pergerakan operkulum mulai tampak. Tahap

kedua pergerakan operkulum seperti biasa dan gerakan tubuh mulai terlihat. Tahap ketiga

ikan sepenuhnya mengalami keseimbangan. Bahan anestesi alami yang digunakan pada

praktikum ini adalah ekstrak cengkeh dan serai. Kecepatan pemingsanan ikan tergantung

pada dosis yang diberikan. Waktu pemingsanan akan semakin cepat apabila dosis yang

diberikan juga semakin besar, namun hal tersebut dapat menyebabkan kematian pada ikan

dikarenakan ikan memiliki daya kemampuan untuk beradaptasi yang cukup lambat.

Sebaliknya bila dosis yang diberikan sedikit, maka proses pemingsanan akan berlangsung

lebih lama. Dosis bahan anestesi yang diberikan untuk memingsankan ikan tergantung dari

jenis ikan, ukuran ikan, kepadatan ikan saat ditransportasikan, jenis bahan anestesi, dan jarak

transportasi ikan ke tempat tujuan (Ross dan Ross 2008). Data hasil percobaan menunjukkan

bahwa bahan anestesi yang paling cepat atau efektif dalam pemingsanan ikan adalah ekstrak

cengkeh dengan jumlah tetesan 20 yang membutuhkan waktu induksi selama 8 menit. Waktu

induksi tersebut merupakan waktu yang ideal dalam proses anestesi ikan menurut Gunn

(2001). Bahan anestesi ekstrak cengkeh lebih efektif jika dibandingkan dengan serai. Hal

tersebut sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa ekstrak cengkeh menghasilkan

bahan aktif eugenol yang dapat

Page 11: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

menjadi agen anestesi yang menjanjikan dalam akuakultur. Eugenol merupakan komponen

kimia utama pada ekstrak cengkeh dengan kadar yang berkisar antara 80% sampai 90%.

Ekstrak cengkeh selain mengandung eugenol juga mengandung β-karyofilen (> 12%). β-

karyofilen adalah sesquiterpen yang memberi rasa pahit dan mempunyai aktivitas sebagai

antifungal,antiseptik, anestetik dan antibakteri. Ekstrak cengkeh juga dapat mengurangi stres

dalam penanganan ikan yang disebabkan oleh transportasi, grading, maupun peneluran

buatan. Fungsi lainnya yaitu dapat digunakan sebagai bahan organik yang aman dan baik

untuk pengguna atau lingkungannya (Imanpoor et al. 2010). Proses imotilisasi yang

dilakukan dapat membuat ikan dalam kondisi stres. Ikan dapat memberikan respon

neuroendokrin apabila dalam kondisi stres. Respon tersebut melibatkan sistem hormon

endokrin (pengaruh primer) yang dapat berpengaruh pada kondisi fisiologis ikan. Data hasil

praktikum menunjukkan bahwa imotilisasi ikan dengan bahan anestesi ekstrak cengkeh dan

serai yang menggunakan es kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan bahan

anestesi yang normal. Bahan anestesi yang diberi es cenderung lebih lama dalam

memingsankan ikan dan waktu recovery nya juga cepat, sehingga tidak efektif apabila

diterapkan pada transportasi ikan jarak jauh. Es berfungsi untuk menekan laju metabolisme

ikan dan menyebabkan proses anestesi menjadi tidak efektif (Suwandi dan Saputra 2010).

Pemingsanan dapat mempengaruhi bobot ikan. Ikan yang dengan ukuran yang berbeda

memiliki tingkah laku yang berbeda pula jika diberikan bahan anestesi. Data hasil percobaan

menunjukkan bahwa ikan yang berukuran besar memiliki daya tahan tubuh dan tingkah laku

untuk merespon rangsangan lebih kuat jika dibandingkan dengan ikan kecil, sehingga waktu

untuk memingsankan ikan lebih cepat, selain itu ikan sebelum dipingsankan bobotnya lebih

besar dibandingkan dengan ikan setelah dipingsankan. Suwandi dan Saputra (2010)

menjelaskan bahwa Ikan yang diberi es maupun dalam kondisi normal dengan diberi bahan

anestesi rata-rata mengalami penurunan bobot. Hal tersebut disebabkan karena ikan yang

dipingsankan laju metabolismenya ditekan hingga kondisi minimum (kondisi oksigen

ditekan) dan mengalami ekskresi yang berlebihan, sehingga ikan mengalami penurunan

bobot. Anestesi yang ideal adalah anestesi yang mampu memingsankan ikan kurang dari tiga

menit dan menyadarkan kembali kurang dari lima menit. Bahan anestesi yang digunakan juga

tidak boleh mengandung racun bagi ikan dan manusia serta mudah larut

Page 12: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

dalam media pelarut (Gunn 2001 dalam Pramono 2002). Menurut Wright dan Hall (1961)

pembiusan ikan meliputi tiga tahap, yaitu berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke

dalam muara pernafasan organisme, difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan

terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah dan sirkulasi darah dan difusi jaringan

menyebarkan substansi ke seluruh tubuh dimana kecepatan distribusi dan penyerapan oleh sel

beragam tergantung pada persediaan darah dan kandungan lemak pada setiap jaringan. Ikan

dapat menyerap bahan anestesi melalui jaringan otot, saluran pencernaan dengan cara injeksi

atau melalui insang. Jenis bahan anestesi dan konsentrasi optimal yang akan diberikan pada

ikan tergatung pada beberapa faktor antara lain, jenis ikan, ukuran ikan, kondisi ikan, serta

kondisi lingkungan. Bahan antimetabolit alami yang dapat digunakan yaitu ekstrak daun

pepaya, ekstrak daun sambiloto, ekstrak cengkeh, ekstrak tembakau dan es. Sedangkan bahan

metabolik yang biasa digunakan untuk bahan anestesi adalah MS222 dan CO2. Penggunaan

MS222 sebanyak 10 ppm mampu melumpuhkan udang (Suryaningrum et al. 2005).

Pemakaian CO2 yang disarankan adalah 1:1 meliputi campuran gelembung CO2 dan O2 ke

dalam air. Ekstrak sambiloto dapat digunakan karena memiliki rasa yang sangat pahit akibat

senyawa andrographolida. Ekstrak cengkeh dapat digunakan akibat adanya kandungan

minyak atsiri. Ekstrak tembakau dapat digunakan karena kandungan nikotin di dalamnya.

Sedangkan ekstrak daun pepaya dapat digunakan akibat adanya alkaloida kaparina yang

menimbulkan rasa pahit. Ekstrak Caulerpa racemosa pada penggunaan konsentrasi uji 30%,

36%, 42%, 48%, dan 54% dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh, fungsi syaraf serta

jaringan otak ikan (Pramono 2002 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Page 13: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

Bahan anestesi yang paling cepat atau efektif dalam pemingsanan ikan adalah ekstrak

cengkeh dengan jumlah tetesan 20 yang membutuhkan waktu induksi selama 8 menit. Waktu

induksi tersebut merupakan waktu yang ideal dalam proses anestesi ikan menurut Gunn

(2001). Bahan anestesi ekstrak cengkeh lebih efektif jika dibandingkan dengan serai. Hal

tersebut sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa ekstrak cengkeh menghasilkan

bahan aktif eugenol yang dapat menjadi agen anestesi yang menjanjikan dalam akuakultur.

Eugenol merupakan komponen kimia utama pada ekstrak cengkeh dengan kadar yang

berkisar antara 80% sampai 90%. Imotilisasi ikan dengan bahan anestesi ekstrak cengkeh dan

serai yang menggunakan es kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan bahan

anestesi yang normal. Bahan anestesi yang diberi es cenderung lebih lama dalam

memingsankan ikan dan waktu recovery nya juga cepat, sehingga tidak efektif apabila

diterapkan pada transportasi ikan jarak jauh. 4.2 Saran Perlu diteliti bahan anestesi alami

yang cepat dalam memingsankan ikan dan lama waktu pulihnya sebagai bentuk efektivitas

dalam transportasi biota perairan

Page 14: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah RR. 2012. Teknik imotilisasi menggunakan ekstrak hati batang pisang (Musa spp.)

dalam simulasi transportasi kering ikan bawal air tawar (Clossoma macropomum) [skripsi].

Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan. Institut Pertanian Bogor.

Berka R. 1986. The transport of live fish: a review. EIFAC Tech. Pap. 1986(48):52.

Coyle S D, R M Durborow, J H Tidwell. 2004. Anesthetics in aquaculture. SRAC

Publication. 3900 Gunn E. 2001. Floundering in the Foibes of Fish Anestesia. London :

Fishing News Books.

Hajek GJ, Bernard K, Robert D. 2006. The anesthetic effect of clove oil common carp,

Cyprinus carpio L. Acta Ichthyologica Et Piscatoria 36 (2): 93-97.

Imanpoor RM, Bagheri T, Hedayati SAA. 2010. The anesthetic effects of clove essence in

Persian Sturgeon, Acipenser persicus. World Journal of Fish and Marine Science 2(1):29-30

Iwama G K, JC McGeer, M P Pawluk. 1989. The effet of five fish anaesthetics on acidbase

balance, hematocrit, cortisol and adrenaline in rainbow trout. Canadian Journal of Zoology.

67:2065-2073 [KKP]

Kementerian Perikanan dan Kelautan. 2010. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia. Jakarta:

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

Nitibaskara R, Wibowo S, Uju. 2006. Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup untuk

Konsumsi. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pramono V. 2001. Penggunaan ekstrak Caulerpa racemosa sebagai bahan pembius pada pra

tansportasi ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup [skripsi]. Bogor: Program Studi

Teknologi Hasil Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Ross LG dan Ross B. 2008. Anaesthetic and Sedative Techniques for Aquatic Animals.

Scotland: Blackwell Publishing.

Suryaningrum TD, Syamsidi, Diah I. 2007. Teknologi penanganan dan transportasi lobster air

tawar. Squalen 2 (2): 37-42.

Page 15: Pembahasan Tentang Osmoregulasi Ikan Nila

Suryaningrum ThD, Utomo BSD, dan Wibowo S. 2005. Teknologi Penanganan dan

Transportasi Krustasea Hidup. Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan,

Slipi. Suwandi R dan Saputra D. 2010. Teknologi Penanganan dan Transportasi Biota

Perairan. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan.

Tidwell HJ, Shawn DC, Robert MD. 2004. Anesthetics in Aquaculture. Mississipi: Southern

Regional Aquaculture Center Publication.

Wijayanti I, Elizabeth JT, Agus SM, Nani N, Christina L, Marwita SP, Adrianus OWK,

Ruddy S. 2011. Pengaruh temperatur terhadap kondisi anestesi pada bawal tawar Clossoma

macropomum dan lobster tawar Cherax quadricarinatus [prosiding].

Seminar Nasional Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 2011. Wright GJ dan LW Hall. 1961.

Veterinary Anaesthesia and Analgesia. London: Bailleire, tindal and Cox.