ontologi, epistemilogi dan aksiologi ilmu (p.rudi-fil.ilmu&etika)

64
Ontologi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani . Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales , Plato , dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri). Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang: 1. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? 2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme , naturalisme , empirisme Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah: yang-ada (being) kenyataan/realitas (reality) eksistensi (existence) esensi (essence) substansi (substance) perubahan (change) tunggal (one) jamak (many) Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu- ilmu empiris (misalnya antropologi , sosiologi , ilmu kedokteran , ilmu budaya , fisika , ilmu teknik dan sebagainya).

Upload: manda-sutanti

Post on 02-Jul-2015

629 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

OntologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri)

Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang

1 kuantitatif yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak

2 Kualitatif yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan bunga mawar yang berbau harum

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis

Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah

yang-ada (being) kenyataanrealitas (reality) eksistensi (existence) esensi (essence) substansi (substance) perubahan (change) tunggal (one)

jamak (many)

Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi sosiologi ilmu kedokteran ilmu budaya fisika ilmu teknik dan sebagainya)

Jul 30 2007 at 0916 PM Oleh A Kamil

Pandangan dunia (weltanschauung)

seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya

terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij)

Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala

sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia

luar Semakin besar pengenalannya semakin

luas dan dalam pandangan dunianya

Pandangan dunia yang valid dan argumentatif

dapat melesakkan seseorang mencapai titik-

kulminasi peradaban dan sebaliknya akan

membuatnya terpuruk hingga titik-nadir

peradaban Karena nilai dan kualitas

keberadaan kita sangat bergantung kepada

pengenalan kita terhadap kebenaran Anda

dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda

ekuivalen dengan pengenalan

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI

DAN AKSIOLOGI

PENDAHULUAN

Dalam makalah ini akan memaparkan

tentang cabang-cabang dalam filsafat yang pertama

di sebut landasan ontologis cabang ini menguak

tentang objek apa yang di telaah ilmu Bagaimana

ujud yang hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap

manusia (sepert berpikir merasa dan mengindera)

yang membuakan pengetahuan Kedua di sebut

dengan landasan epistimologis berusaha menjawab

bagaimna proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di perhatikan

agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar

Apa yang disebut kebenaran itu sendiri Apakah

kriterianya Caratehniksarana apa yang

membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan

yang berupa ilmu Sedang yang ketiga di sebut

dengan landasan aksiologi landasan ini akan

menjawab untuk apa pengetahuan yang berupa

ilmu itu di pergunakan Bagaimana kaitan antara

cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang ditelaah

berdasarkan pilihan-pilihan moral Bagaimana

kaitan antara teknik prosedural yang merupakan

operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-

norma moralprofessional[1]

Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan

yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya

Denganb mengetahuan jawaban-jawaban dari

ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah kita

dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan

yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia

Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai

pengetahuan yang ada seperti ilmu seni dan agama

serta meletakkan mereka pada tempatnya masing-

masing yang saling memperkaya kehidupan kita

Tanpa mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan

benar maka bukan saja kita dapat memanfaatkan

kegunaanya secara maksimal namun kadang kita

salah dalam menggunakannya Ilmu di kacaukan

dengan seni ilmu dikonfrontasikan dengan agama

bukankah tak ada anarki yang lebih menyedihkan

dari itu

PEMBAHASAN

A Ontologi

Objek telaah ontologi adalah yang

ada Studi tentang yang ada pada dataran

studi filsafat pada umumnya di lakukan

oleh filsafat metaphisika Istilah ontologi

banyak di gunakan ketika kita membahas

yang ada dlaam konteks filsafat ilmu

Ontologi membahas tentang yang

ada yang tidak terikat oleh satu

perwujudan tertentu Ontologi membahas

tentang yang ada yang universal

menampilkan pemikiran semesta

universal Ontologi berupaya mencari inti

yang termuat dalam setiap kenyataan atau

dalam rumusan Lorens Bagus

menjelaskan yang ada yang meliputi

semua realitas dalam semua bentuknya

1 Objek Formal

Objek formal ontologi adalah

hakikat seluruh realitas Bagi

pendekatan kuantitatif realitas tampil

dalam kuantitas atau jumlah

tealaahnya akan menjadi kualitatif

realitas akan tampil menjadi aliran-

aliran materialisme idealisme

naturalisme atau hylomorphisme

Referensi tentang kesemuanya itu

penulis kira cukup banyak Hanya dua

yang terakhir perlu kiranya penulis

lebih jelaskan Yang natural ontologik

akan diuraikan di belakang

hylomorphisme di ketengahkan

pertama oleh aristoteles dalam

bukunya De Anima Dalam tafsiran-

tafsiran para ahli selanjutnya di fahami

sebagai upaya mencari alternatif bukan

dualisme tetapi menampilkan aspek

materialisme dari mental

2 Metode dalam Ontologi

Lorens Bagus memperkenalkan

tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi

yaitu abstraksi fisik abstraksi bentuk

dan abstraksi metaphisik Abstraksi

fisik menampilkan keseluruhan sifat

khas sesuatu objek sedangkan

abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat

umum yang menjadi cirri semua

sesuatu yang sejenis Abstraksi

metaphisik mengetangahkan prinsip

umum yang menjadi dasar dari semua

realitas Abstraksi yang dijangkau oleh

ontologi adalah abstraksi metaphisik

Sedangkan metode pembuktian

dalam ontologi oleh Laurens Bagus di

bedakan menjadi dua yaitu

pembuktian a priori dan pembuktian a

posteriori

Pembuktian a priori disusun

dengan meletakkan term tengah

berada lebih dahulu dari predikat dan

pada kesimpulan term tengah menjadi

sebab dari kebenaran kesimpulan

Contoh Sesuatu yang bersifat

lahirah itu fana (Tt-P)

Badan itu sesuatu yang

lahiri (S-Tt)

Jadi badan itu fanarsquo

(S-P)

Sedangkan pembuktian a

posteriori secara ontologi term tengah

ada sesudah realitas kesimpulan dan

term tengah menunjukkan akibat

realitas yang dinyatakan dalam

kesimpulan hanya saja cara

pembuktian a posterioris disusun

dengan tata silogistik sebagai berikut

Contoh Gigi geligi itu gigi

geligi rahang dinasaurus

(Tt-S)

Gigi geligi itu gigi geligi

pemakan tumbuhan (Tt-P)

Jadi Dinausaurus itu

pemakan tumbuhan (S-P)

Bandingkan tata silogistik

pembuktian a priori dengan a

posteriori Yang apriori di

berangkatkan dari term tengah di

hubungkan dengan predikat dan term

tengahj menjadi sebab dari kebenaran

kesimpulan sedangkan yang a

posteriori di berangkatkan dari term

tengah di hubungkan dengan subjek

term tengah menjadi akibat dari

realitas dalam kesimpulan[2]

Sementara Jujun S Suriasumantri

dalam pembahasan tentang ontologi

memaparkan juga tentang asumsi dan

peluang Sementara dalam tugas ini penulis

tidak hendak ingin membahas dua point

tersebut

B Epistemologi

Masalah epistemology bersangkutan dengan

pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan

Sebelum dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan

bagaimana dan dengan sarana apakah kita

dapat memperoleh pengetahuan Jika kita

mengetahui batas-batas pengetahuan kita

tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal

yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui

Memang sebenarnya kita baru dapat

menganggap mempunyai suatu pengetahuan

setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan

epistemology Kita mungkin terpaksa

mengingkari kemungkinan untuk memperoleh

pengetahuan atau mungkin sampai kepada

kesimpulan bahwa apa yang kita punyai

hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan

bukannya kepastian atau mungkin dapat

menetapkan batas-batas antara bidang-bidang

yang memungkinkan adanya kepastian yang

mutlak dengan bidang-bidang yang tidak

memungkinkannya

Manusia tidak lah memiliki pengetahuan yang

sejati maka dari itu kita dapat mengajukan

pertanyaan ldquobagaimanakah caranya kita

memperoleh pengetahuanrdquo[3]

Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan

a Empirisme

Empirisme adalah suatu carametode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman John Locke bapak empirisme Britania mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa)dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi Menurut Locke seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut

Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampunganyang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang

pertama-tama yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual

b Rasionalisme

Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja

c Fenomenalisme

Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel

Kant Kant membuat uraian tentang

pengalaman Baran sesuatu sebagaimana

terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang

alat inderawi kita dan diterima oleh akal

kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan

disusun secara sistematis dengan jalan

penalaran Karena itu kita tidak pernah

mempunyai pengetahuan tentang barang

sesuatu seperti keadaanya sendiri

melainkan hanya tentang sesuatu seperti

yang menampak kepada kita artinya

pengetahuan tentang gejala (Phenomenon)

Bagi Kant para penganut empirisme benar

bila berpendapat bahwa semua

pengetahuan di dasarkan pada pengalaman-

meskipun benar hanya untuk sebagian

Tetapi para penganut rasionalisme juga

benar karena akal memaksakan bentuk-

bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu

serta pengalaman

d Intusionisme

Menurut Bergson intuisi adalah suau sarana

untuk mengetahui secara langsung dan

seketika Analisa atau pengetahuan yang

diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan

dapat menggantikan hasil pengenalan

secara langsung dari pengetahuan intuitif

Salah satu di antara unsut-unsur yang

berharga dalam intuisionisme Bergson ialah

paham ini memungkinkan adanya suatu

bentuk pengalaman di samping pengalaman

yang dihayati oleh indera Dengan demikian

data yang dihasilkannya dapat merupakan

bahan tambahan bagi pengetahuan di

samping pengetahuan yang dihasilkan oleh

penginderaan Kant masih tetap benar

dengan mengatakan bahwa pengetahuan

didasarkan pada pengalaman tetapi dengan

demikian pengalaman harus meliputi baik

pengalaman inderawi maupun pengalaman

intuitif

Hendaknya diingat intusionisme tidak

mengingkati nilai pengalaman inderawi yang

biasa dan pengetahuan yang disimpulkan

darinya Intusionisme ndash setidak-tidaknya

dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan

bahwa pengetahuan yang lengkap di

peroleh melalui intuisi sebagai lawan dari

pengetahuan yang nisbi-yang meliputi

sebagian saja-yang diberikan oleh analisa

Ada yang berpendirian bahwa apa yang

diberikan oleh indera hanyalah apa yang

menampak belaka sebagai lawan dari apa

yang diberikan oleh intuisi yaitu kenyataan

Mereka mengatakan barang sesuatu tidak

pernah merupakan sesuatu seperti yang

menampak kepada kita dan hanya

intuisilah yang dapat menyingkapkan

kepada kita keadaanya yang senyatanya

e Dan masih masih banyak lagi yang menjadi

bahasan dalam epistemology

C Aksiologi

Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di

ambang kemajuan yang mempengaruhi

reproduksi dan penciptaan manusia itu

sendiri Jadi ilmu bukan saja menimbulkan

gejala dehumanisasi namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kamanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kemanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun juga menciptakan

tujuan hidup itu sendiri ldquobukan lagi Goethe

yang menciptakan Faustrdquo Meminjamkan

perkataan ahli ilmu jiwa terkenal carl gustav

jungrdquo melainkan faust yang menciptakan

Goetherdquo

Menghadapi kenyataan seperti ini ilmu yang

pada hakikatnya mempelajari alam

sebagaimana adanya mulai mempertanyakan

hal-hal yang bersifat seharusnya untuk apa

sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan

Dimana batas wewenang penjelajahan

keilmuan Ke arah mana perkembangan

keilmuan harus diarahkan Pertanyaa semacam

ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuan

seperti Copernicus Galileo dan ilmuwan

seangkatannya namun bagi ilmuan yang hidup

dalam abad kedua puluh yang telah mengalami

dua kali perang dunia dan hidup dalam

bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga

pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan

Dan untuk menjawan pertanyaan ini maka

ilmuan berpaling kepada hakikat moral

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu

sudah terkait dengan masalah-masalah moral

namun dalam perspektif yang berbeda Ketika

Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya

tentang kesemestaan alam dan menemukan

bahwa ldquobumi yang berputar mengelilingi

mataharirdquo dan bukan sebaliknya seperti apa

yang dinyatakan oleh ajaran agama maka

timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang

bersumber pada ajaran agama) yang

berkonotasi metafisik Secara metafisik ilmu

ingin mempelajari alam sebagaimana adanya

sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar

ilmu mendasarkan kepada pernyataan-

pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam

ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan di

antaranya agama Timbullah konflik yang

bersumber pada penafsiran metafisik ini yang

berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo

pada tahun 1633 Galileo (1564-1642) oleh

pengadilan agama tersebut dipaksa untuk

mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar

mengelilingi matahari

Sejarah kemanusiaan di hiasi dengan semangat

para martir yang rela mengorbankan nyawanya

dalam mempertahankan apa yang mereka

anggap benar Peradaban telah menyaksikan

sokrates di paksa meminum racun dan John

Huss dibakar Dan sejarah tidak berhenti di sini

kemanusiaan tak pernah urung di halangi untuk

menemukan kebenaran Tanpa landasan moral

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat

melakukan prostitusi intelektual Penalaran

secara rasional yang telah membawa manusia

mencapai harkatnya seperti sekarang ini

berganti dengan proses rasionalisasi yang

bersifat mendustakan kebenaran ldquosegalanya

punya moralrdquo kata Alice dalam petualangannya

di negeri ajaib ldquoasalkan kau mampu

menemukannyardquo (adakah yang lebih kemerlap

dalam gelap keberanian yang esensial dalam

avontur intelektual)

Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian

dalam bidang ontologi ini adalah berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu di

pergunakan Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang

ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan norma-norma moralprofessional[4]

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik

kesimpulan

1 Ontologis cabang ini menguak tentang objek

apa yang di telaah ilmu Bagaimana ujud yang

hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya

tangkap manusia (sepert berpikir merasa dan

mengindera) yang membuakan pengetahuan

2 Epistemologi berusaha menjawab bagaimna

proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di

perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan

yang benar Apa yang disebut kebenaran itu

sendiri Apakah kriterianya

Caratehniksarana apa yang membantu kita

dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa

ilmu

3 Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan

yang berupa ilmu itu di pergunakan Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah moral Bagaimana penentuan

objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi

metode ilmiah dengan norma-norma moral[5]

DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar

Harapan Jakarta 1996

Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat

Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta

2001

Louis O Kattsouff Pengantar filsafat

Tiara Wacana Yogjakarta

Sidi Gazalba Sistematika filsafat II

Yogjakarta 1995

[1] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[2] Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta 2001

[3] Louis O Kattsouff Pengantar filsafat Tiara Wacana Yogjakarta 1996 Hal 135-136

[4] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[5] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

Paragrap Baru ya Jeeng

Ontologi(HakikatIlmu)1048707 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu1048707 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut1048707 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya

Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanyapengetahuan yang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya1048707 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkanpengetahuan dengan benar1048707 Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri1048707 Apa kriterianya1048707 Saranacarateknik apa yang membantu kita dalammendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

Aksiologi(Guna Pengetahuan)1048707 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan1048707 Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengankaidah-kaidah moral1048707 Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkanpilihan-pilihan moral1048707 Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakanoperasionalisasi metode ilmiah dengan norma-normamoralprofesional

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2130959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-ilmuixzz1Jlm8EN5P

Paragrap baru juga yahellip

Ontologi rarr ontos = sesuatu yang berwujud logos = ilmuOntologi ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang adaMempersoalakan tentang wujud hakiki objek ilmu atau keilmuan itu apaObjek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik dunia yang dapat dijangkau pancaindra rarr objek ilmu adalah pengalaman indrawiOntologi ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logikaOntologi sebagai cabang filsafat bertugas memberi jawaban atas pertanyaanApa sebenarnya realitas benda itu apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidakBenarkah ilmu ada

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 2: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

ekuivalen dengan pengenalan

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI

DAN AKSIOLOGI

PENDAHULUAN

Dalam makalah ini akan memaparkan

tentang cabang-cabang dalam filsafat yang pertama

di sebut landasan ontologis cabang ini menguak

tentang objek apa yang di telaah ilmu Bagaimana

ujud yang hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap

manusia (sepert berpikir merasa dan mengindera)

yang membuakan pengetahuan Kedua di sebut

dengan landasan epistimologis berusaha menjawab

bagaimna proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di perhatikan

agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar

Apa yang disebut kebenaran itu sendiri Apakah

kriterianya Caratehniksarana apa yang

membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan

yang berupa ilmu Sedang yang ketiga di sebut

dengan landasan aksiologi landasan ini akan

menjawab untuk apa pengetahuan yang berupa

ilmu itu di pergunakan Bagaimana kaitan antara

cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang ditelaah

berdasarkan pilihan-pilihan moral Bagaimana

kaitan antara teknik prosedural yang merupakan

operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-

norma moralprofessional[1]

Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan

yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya

Denganb mengetahuan jawaban-jawaban dari

ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah kita

dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan

yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia

Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai

pengetahuan yang ada seperti ilmu seni dan agama

serta meletakkan mereka pada tempatnya masing-

masing yang saling memperkaya kehidupan kita

Tanpa mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan

benar maka bukan saja kita dapat memanfaatkan

kegunaanya secara maksimal namun kadang kita

salah dalam menggunakannya Ilmu di kacaukan

dengan seni ilmu dikonfrontasikan dengan agama

bukankah tak ada anarki yang lebih menyedihkan

dari itu

PEMBAHASAN

A Ontologi

Objek telaah ontologi adalah yang

ada Studi tentang yang ada pada dataran

studi filsafat pada umumnya di lakukan

oleh filsafat metaphisika Istilah ontologi

banyak di gunakan ketika kita membahas

yang ada dlaam konteks filsafat ilmu

Ontologi membahas tentang yang

ada yang tidak terikat oleh satu

perwujudan tertentu Ontologi membahas

tentang yang ada yang universal

menampilkan pemikiran semesta

universal Ontologi berupaya mencari inti

yang termuat dalam setiap kenyataan atau

dalam rumusan Lorens Bagus

menjelaskan yang ada yang meliputi

semua realitas dalam semua bentuknya

1 Objek Formal

Objek formal ontologi adalah

hakikat seluruh realitas Bagi

pendekatan kuantitatif realitas tampil

dalam kuantitas atau jumlah

tealaahnya akan menjadi kualitatif

realitas akan tampil menjadi aliran-

aliran materialisme idealisme

naturalisme atau hylomorphisme

Referensi tentang kesemuanya itu

penulis kira cukup banyak Hanya dua

yang terakhir perlu kiranya penulis

lebih jelaskan Yang natural ontologik

akan diuraikan di belakang

hylomorphisme di ketengahkan

pertama oleh aristoteles dalam

bukunya De Anima Dalam tafsiran-

tafsiran para ahli selanjutnya di fahami

sebagai upaya mencari alternatif bukan

dualisme tetapi menampilkan aspek

materialisme dari mental

2 Metode dalam Ontologi

Lorens Bagus memperkenalkan

tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi

yaitu abstraksi fisik abstraksi bentuk

dan abstraksi metaphisik Abstraksi

fisik menampilkan keseluruhan sifat

khas sesuatu objek sedangkan

abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat

umum yang menjadi cirri semua

sesuatu yang sejenis Abstraksi

metaphisik mengetangahkan prinsip

umum yang menjadi dasar dari semua

realitas Abstraksi yang dijangkau oleh

ontologi adalah abstraksi metaphisik

Sedangkan metode pembuktian

dalam ontologi oleh Laurens Bagus di

bedakan menjadi dua yaitu

pembuktian a priori dan pembuktian a

posteriori

Pembuktian a priori disusun

dengan meletakkan term tengah

berada lebih dahulu dari predikat dan

pada kesimpulan term tengah menjadi

sebab dari kebenaran kesimpulan

Contoh Sesuatu yang bersifat

lahirah itu fana (Tt-P)

Badan itu sesuatu yang

lahiri (S-Tt)

Jadi badan itu fanarsquo

(S-P)

Sedangkan pembuktian a

posteriori secara ontologi term tengah

ada sesudah realitas kesimpulan dan

term tengah menunjukkan akibat

realitas yang dinyatakan dalam

kesimpulan hanya saja cara

pembuktian a posterioris disusun

dengan tata silogistik sebagai berikut

Contoh Gigi geligi itu gigi

geligi rahang dinasaurus

(Tt-S)

Gigi geligi itu gigi geligi

pemakan tumbuhan (Tt-P)

Jadi Dinausaurus itu

pemakan tumbuhan (S-P)

Bandingkan tata silogistik

pembuktian a priori dengan a

posteriori Yang apriori di

berangkatkan dari term tengah di

hubungkan dengan predikat dan term

tengahj menjadi sebab dari kebenaran

kesimpulan sedangkan yang a

posteriori di berangkatkan dari term

tengah di hubungkan dengan subjek

term tengah menjadi akibat dari

realitas dalam kesimpulan[2]

Sementara Jujun S Suriasumantri

dalam pembahasan tentang ontologi

memaparkan juga tentang asumsi dan

peluang Sementara dalam tugas ini penulis

tidak hendak ingin membahas dua point

tersebut

B Epistemologi

Masalah epistemology bersangkutan dengan

pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan

Sebelum dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan

bagaimana dan dengan sarana apakah kita

dapat memperoleh pengetahuan Jika kita

mengetahui batas-batas pengetahuan kita

tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal

yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui

Memang sebenarnya kita baru dapat

menganggap mempunyai suatu pengetahuan

setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan

epistemology Kita mungkin terpaksa

mengingkari kemungkinan untuk memperoleh

pengetahuan atau mungkin sampai kepada

kesimpulan bahwa apa yang kita punyai

hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan

bukannya kepastian atau mungkin dapat

menetapkan batas-batas antara bidang-bidang

yang memungkinkan adanya kepastian yang

mutlak dengan bidang-bidang yang tidak

memungkinkannya

Manusia tidak lah memiliki pengetahuan yang

sejati maka dari itu kita dapat mengajukan

pertanyaan ldquobagaimanakah caranya kita

memperoleh pengetahuanrdquo[3]

Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan

a Empirisme

Empirisme adalah suatu carametode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman John Locke bapak empirisme Britania mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa)dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi Menurut Locke seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut

Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampunganyang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang

pertama-tama yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual

b Rasionalisme

Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja

c Fenomenalisme

Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel

Kant Kant membuat uraian tentang

pengalaman Baran sesuatu sebagaimana

terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang

alat inderawi kita dan diterima oleh akal

kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan

disusun secara sistematis dengan jalan

penalaran Karena itu kita tidak pernah

mempunyai pengetahuan tentang barang

sesuatu seperti keadaanya sendiri

melainkan hanya tentang sesuatu seperti

yang menampak kepada kita artinya

pengetahuan tentang gejala (Phenomenon)

Bagi Kant para penganut empirisme benar

bila berpendapat bahwa semua

pengetahuan di dasarkan pada pengalaman-

meskipun benar hanya untuk sebagian

Tetapi para penganut rasionalisme juga

benar karena akal memaksakan bentuk-

bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu

serta pengalaman

d Intusionisme

Menurut Bergson intuisi adalah suau sarana

untuk mengetahui secara langsung dan

seketika Analisa atau pengetahuan yang

diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan

dapat menggantikan hasil pengenalan

secara langsung dari pengetahuan intuitif

Salah satu di antara unsut-unsur yang

berharga dalam intuisionisme Bergson ialah

paham ini memungkinkan adanya suatu

bentuk pengalaman di samping pengalaman

yang dihayati oleh indera Dengan demikian

data yang dihasilkannya dapat merupakan

bahan tambahan bagi pengetahuan di

samping pengetahuan yang dihasilkan oleh

penginderaan Kant masih tetap benar

dengan mengatakan bahwa pengetahuan

didasarkan pada pengalaman tetapi dengan

demikian pengalaman harus meliputi baik

pengalaman inderawi maupun pengalaman

intuitif

Hendaknya diingat intusionisme tidak

mengingkati nilai pengalaman inderawi yang

biasa dan pengetahuan yang disimpulkan

darinya Intusionisme ndash setidak-tidaknya

dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan

bahwa pengetahuan yang lengkap di

peroleh melalui intuisi sebagai lawan dari

pengetahuan yang nisbi-yang meliputi

sebagian saja-yang diberikan oleh analisa

Ada yang berpendirian bahwa apa yang

diberikan oleh indera hanyalah apa yang

menampak belaka sebagai lawan dari apa

yang diberikan oleh intuisi yaitu kenyataan

Mereka mengatakan barang sesuatu tidak

pernah merupakan sesuatu seperti yang

menampak kepada kita dan hanya

intuisilah yang dapat menyingkapkan

kepada kita keadaanya yang senyatanya

e Dan masih masih banyak lagi yang menjadi

bahasan dalam epistemology

C Aksiologi

Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di

ambang kemajuan yang mempengaruhi

reproduksi dan penciptaan manusia itu

sendiri Jadi ilmu bukan saja menimbulkan

gejala dehumanisasi namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kamanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kemanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun juga menciptakan

tujuan hidup itu sendiri ldquobukan lagi Goethe

yang menciptakan Faustrdquo Meminjamkan

perkataan ahli ilmu jiwa terkenal carl gustav

jungrdquo melainkan faust yang menciptakan

Goetherdquo

Menghadapi kenyataan seperti ini ilmu yang

pada hakikatnya mempelajari alam

sebagaimana adanya mulai mempertanyakan

hal-hal yang bersifat seharusnya untuk apa

sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan

Dimana batas wewenang penjelajahan

keilmuan Ke arah mana perkembangan

keilmuan harus diarahkan Pertanyaa semacam

ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuan

seperti Copernicus Galileo dan ilmuwan

seangkatannya namun bagi ilmuan yang hidup

dalam abad kedua puluh yang telah mengalami

dua kali perang dunia dan hidup dalam

bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga

pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan

Dan untuk menjawan pertanyaan ini maka

ilmuan berpaling kepada hakikat moral

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu

sudah terkait dengan masalah-masalah moral

namun dalam perspektif yang berbeda Ketika

Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya

tentang kesemestaan alam dan menemukan

bahwa ldquobumi yang berputar mengelilingi

mataharirdquo dan bukan sebaliknya seperti apa

yang dinyatakan oleh ajaran agama maka

timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang

bersumber pada ajaran agama) yang

berkonotasi metafisik Secara metafisik ilmu

ingin mempelajari alam sebagaimana adanya

sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar

ilmu mendasarkan kepada pernyataan-

pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam

ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan di

antaranya agama Timbullah konflik yang

bersumber pada penafsiran metafisik ini yang

berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo

pada tahun 1633 Galileo (1564-1642) oleh

pengadilan agama tersebut dipaksa untuk

mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar

mengelilingi matahari

Sejarah kemanusiaan di hiasi dengan semangat

para martir yang rela mengorbankan nyawanya

dalam mempertahankan apa yang mereka

anggap benar Peradaban telah menyaksikan

sokrates di paksa meminum racun dan John

Huss dibakar Dan sejarah tidak berhenti di sini

kemanusiaan tak pernah urung di halangi untuk

menemukan kebenaran Tanpa landasan moral

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat

melakukan prostitusi intelektual Penalaran

secara rasional yang telah membawa manusia

mencapai harkatnya seperti sekarang ini

berganti dengan proses rasionalisasi yang

bersifat mendustakan kebenaran ldquosegalanya

punya moralrdquo kata Alice dalam petualangannya

di negeri ajaib ldquoasalkan kau mampu

menemukannyardquo (adakah yang lebih kemerlap

dalam gelap keberanian yang esensial dalam

avontur intelektual)

Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian

dalam bidang ontologi ini adalah berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu di

pergunakan Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang

ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan norma-norma moralprofessional[4]

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik

kesimpulan

1 Ontologis cabang ini menguak tentang objek

apa yang di telaah ilmu Bagaimana ujud yang

hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya

tangkap manusia (sepert berpikir merasa dan

mengindera) yang membuakan pengetahuan

2 Epistemologi berusaha menjawab bagaimna

proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di

perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan

yang benar Apa yang disebut kebenaran itu

sendiri Apakah kriterianya

Caratehniksarana apa yang membantu kita

dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa

ilmu

3 Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan

yang berupa ilmu itu di pergunakan Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah moral Bagaimana penentuan

objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi

metode ilmiah dengan norma-norma moral[5]

DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar

Harapan Jakarta 1996

Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat

Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta

2001

Louis O Kattsouff Pengantar filsafat

Tiara Wacana Yogjakarta

Sidi Gazalba Sistematika filsafat II

Yogjakarta 1995

[1] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[2] Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta 2001

[3] Louis O Kattsouff Pengantar filsafat Tiara Wacana Yogjakarta 1996 Hal 135-136

[4] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[5] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

Paragrap Baru ya Jeeng

Ontologi(HakikatIlmu)1048707 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu1048707 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut1048707 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya

Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanyapengetahuan yang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya1048707 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkanpengetahuan dengan benar1048707 Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri1048707 Apa kriterianya1048707 Saranacarateknik apa yang membantu kita dalammendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

Aksiologi(Guna Pengetahuan)1048707 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan1048707 Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengankaidah-kaidah moral1048707 Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkanpilihan-pilihan moral1048707 Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakanoperasionalisasi metode ilmiah dengan norma-normamoralprofesional

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2130959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-ilmuixzz1Jlm8EN5P

Paragrap baru juga yahellip

Ontologi rarr ontos = sesuatu yang berwujud logos = ilmuOntologi ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang adaMempersoalakan tentang wujud hakiki objek ilmu atau keilmuan itu apaObjek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik dunia yang dapat dijangkau pancaindra rarr objek ilmu adalah pengalaman indrawiOntologi ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logikaOntologi sebagai cabang filsafat bertugas memberi jawaban atas pertanyaanApa sebenarnya realitas benda itu apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidakBenarkah ilmu ada

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 3: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

semua realitas dalam semua bentuknya

1 Objek Formal

Objek formal ontologi adalah

hakikat seluruh realitas Bagi

pendekatan kuantitatif realitas tampil

dalam kuantitas atau jumlah

tealaahnya akan menjadi kualitatif

realitas akan tampil menjadi aliran-

aliran materialisme idealisme

naturalisme atau hylomorphisme

Referensi tentang kesemuanya itu

penulis kira cukup banyak Hanya dua

yang terakhir perlu kiranya penulis

lebih jelaskan Yang natural ontologik

akan diuraikan di belakang

hylomorphisme di ketengahkan

pertama oleh aristoteles dalam

bukunya De Anima Dalam tafsiran-

tafsiran para ahli selanjutnya di fahami

sebagai upaya mencari alternatif bukan

dualisme tetapi menampilkan aspek

materialisme dari mental

2 Metode dalam Ontologi

Lorens Bagus memperkenalkan

tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi

yaitu abstraksi fisik abstraksi bentuk

dan abstraksi metaphisik Abstraksi

fisik menampilkan keseluruhan sifat

khas sesuatu objek sedangkan

abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat

umum yang menjadi cirri semua

sesuatu yang sejenis Abstraksi

metaphisik mengetangahkan prinsip

umum yang menjadi dasar dari semua

realitas Abstraksi yang dijangkau oleh

ontologi adalah abstraksi metaphisik

Sedangkan metode pembuktian

dalam ontologi oleh Laurens Bagus di

bedakan menjadi dua yaitu

pembuktian a priori dan pembuktian a

posteriori

Pembuktian a priori disusun

dengan meletakkan term tengah

berada lebih dahulu dari predikat dan

pada kesimpulan term tengah menjadi

sebab dari kebenaran kesimpulan

Contoh Sesuatu yang bersifat

lahirah itu fana (Tt-P)

Badan itu sesuatu yang

lahiri (S-Tt)

Jadi badan itu fanarsquo

(S-P)

Sedangkan pembuktian a

posteriori secara ontologi term tengah

ada sesudah realitas kesimpulan dan

term tengah menunjukkan akibat

realitas yang dinyatakan dalam

kesimpulan hanya saja cara

pembuktian a posterioris disusun

dengan tata silogistik sebagai berikut

Contoh Gigi geligi itu gigi

geligi rahang dinasaurus

(Tt-S)

Gigi geligi itu gigi geligi

pemakan tumbuhan (Tt-P)

Jadi Dinausaurus itu

pemakan tumbuhan (S-P)

Bandingkan tata silogistik

pembuktian a priori dengan a

posteriori Yang apriori di

berangkatkan dari term tengah di

hubungkan dengan predikat dan term

tengahj menjadi sebab dari kebenaran

kesimpulan sedangkan yang a

posteriori di berangkatkan dari term

tengah di hubungkan dengan subjek

term tengah menjadi akibat dari

realitas dalam kesimpulan[2]

Sementara Jujun S Suriasumantri

dalam pembahasan tentang ontologi

memaparkan juga tentang asumsi dan

peluang Sementara dalam tugas ini penulis

tidak hendak ingin membahas dua point

tersebut

B Epistemologi

Masalah epistemology bersangkutan dengan

pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan

Sebelum dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan

bagaimana dan dengan sarana apakah kita

dapat memperoleh pengetahuan Jika kita

mengetahui batas-batas pengetahuan kita

tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal

yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui

Memang sebenarnya kita baru dapat

menganggap mempunyai suatu pengetahuan

setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan

epistemology Kita mungkin terpaksa

mengingkari kemungkinan untuk memperoleh

pengetahuan atau mungkin sampai kepada

kesimpulan bahwa apa yang kita punyai

hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan

bukannya kepastian atau mungkin dapat

menetapkan batas-batas antara bidang-bidang

yang memungkinkan adanya kepastian yang

mutlak dengan bidang-bidang yang tidak

memungkinkannya

Manusia tidak lah memiliki pengetahuan yang

sejati maka dari itu kita dapat mengajukan

pertanyaan ldquobagaimanakah caranya kita

memperoleh pengetahuanrdquo[3]

Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan

a Empirisme

Empirisme adalah suatu carametode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman John Locke bapak empirisme Britania mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa)dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi Menurut Locke seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut

Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampunganyang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang

pertama-tama yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual

b Rasionalisme

Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja

c Fenomenalisme

Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel

Kant Kant membuat uraian tentang

pengalaman Baran sesuatu sebagaimana

terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang

alat inderawi kita dan diterima oleh akal

kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan

disusun secara sistematis dengan jalan

penalaran Karena itu kita tidak pernah

mempunyai pengetahuan tentang barang

sesuatu seperti keadaanya sendiri

melainkan hanya tentang sesuatu seperti

yang menampak kepada kita artinya

pengetahuan tentang gejala (Phenomenon)

Bagi Kant para penganut empirisme benar

bila berpendapat bahwa semua

pengetahuan di dasarkan pada pengalaman-

meskipun benar hanya untuk sebagian

Tetapi para penganut rasionalisme juga

benar karena akal memaksakan bentuk-

bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu

serta pengalaman

d Intusionisme

Menurut Bergson intuisi adalah suau sarana

untuk mengetahui secara langsung dan

seketika Analisa atau pengetahuan yang

diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan

dapat menggantikan hasil pengenalan

secara langsung dari pengetahuan intuitif

Salah satu di antara unsut-unsur yang

berharga dalam intuisionisme Bergson ialah

paham ini memungkinkan adanya suatu

bentuk pengalaman di samping pengalaman

yang dihayati oleh indera Dengan demikian

data yang dihasilkannya dapat merupakan

bahan tambahan bagi pengetahuan di

samping pengetahuan yang dihasilkan oleh

penginderaan Kant masih tetap benar

dengan mengatakan bahwa pengetahuan

didasarkan pada pengalaman tetapi dengan

demikian pengalaman harus meliputi baik

pengalaman inderawi maupun pengalaman

intuitif

Hendaknya diingat intusionisme tidak

mengingkati nilai pengalaman inderawi yang

biasa dan pengetahuan yang disimpulkan

darinya Intusionisme ndash setidak-tidaknya

dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan

bahwa pengetahuan yang lengkap di

peroleh melalui intuisi sebagai lawan dari

pengetahuan yang nisbi-yang meliputi

sebagian saja-yang diberikan oleh analisa

Ada yang berpendirian bahwa apa yang

diberikan oleh indera hanyalah apa yang

menampak belaka sebagai lawan dari apa

yang diberikan oleh intuisi yaitu kenyataan

Mereka mengatakan barang sesuatu tidak

pernah merupakan sesuatu seperti yang

menampak kepada kita dan hanya

intuisilah yang dapat menyingkapkan

kepada kita keadaanya yang senyatanya

e Dan masih masih banyak lagi yang menjadi

bahasan dalam epistemology

C Aksiologi

Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di

ambang kemajuan yang mempengaruhi

reproduksi dan penciptaan manusia itu

sendiri Jadi ilmu bukan saja menimbulkan

gejala dehumanisasi namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kamanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kemanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun juga menciptakan

tujuan hidup itu sendiri ldquobukan lagi Goethe

yang menciptakan Faustrdquo Meminjamkan

perkataan ahli ilmu jiwa terkenal carl gustav

jungrdquo melainkan faust yang menciptakan

Goetherdquo

Menghadapi kenyataan seperti ini ilmu yang

pada hakikatnya mempelajari alam

sebagaimana adanya mulai mempertanyakan

hal-hal yang bersifat seharusnya untuk apa

sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan

Dimana batas wewenang penjelajahan

keilmuan Ke arah mana perkembangan

keilmuan harus diarahkan Pertanyaa semacam

ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuan

seperti Copernicus Galileo dan ilmuwan

seangkatannya namun bagi ilmuan yang hidup

dalam abad kedua puluh yang telah mengalami

dua kali perang dunia dan hidup dalam

bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga

pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan

Dan untuk menjawan pertanyaan ini maka

ilmuan berpaling kepada hakikat moral

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu

sudah terkait dengan masalah-masalah moral

namun dalam perspektif yang berbeda Ketika

Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya

tentang kesemestaan alam dan menemukan

bahwa ldquobumi yang berputar mengelilingi

mataharirdquo dan bukan sebaliknya seperti apa

yang dinyatakan oleh ajaran agama maka

timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang

bersumber pada ajaran agama) yang

berkonotasi metafisik Secara metafisik ilmu

ingin mempelajari alam sebagaimana adanya

sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar

ilmu mendasarkan kepada pernyataan-

pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam

ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan di

antaranya agama Timbullah konflik yang

bersumber pada penafsiran metafisik ini yang

berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo

pada tahun 1633 Galileo (1564-1642) oleh

pengadilan agama tersebut dipaksa untuk

mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar

mengelilingi matahari

Sejarah kemanusiaan di hiasi dengan semangat

para martir yang rela mengorbankan nyawanya

dalam mempertahankan apa yang mereka

anggap benar Peradaban telah menyaksikan

sokrates di paksa meminum racun dan John

Huss dibakar Dan sejarah tidak berhenti di sini

kemanusiaan tak pernah urung di halangi untuk

menemukan kebenaran Tanpa landasan moral

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat

melakukan prostitusi intelektual Penalaran

secara rasional yang telah membawa manusia

mencapai harkatnya seperti sekarang ini

berganti dengan proses rasionalisasi yang

bersifat mendustakan kebenaran ldquosegalanya

punya moralrdquo kata Alice dalam petualangannya

di negeri ajaib ldquoasalkan kau mampu

menemukannyardquo (adakah yang lebih kemerlap

dalam gelap keberanian yang esensial dalam

avontur intelektual)

Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian

dalam bidang ontologi ini adalah berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu di

pergunakan Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang

ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan norma-norma moralprofessional[4]

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik

kesimpulan

1 Ontologis cabang ini menguak tentang objek

apa yang di telaah ilmu Bagaimana ujud yang

hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya

tangkap manusia (sepert berpikir merasa dan

mengindera) yang membuakan pengetahuan

2 Epistemologi berusaha menjawab bagaimna

proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di

perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan

yang benar Apa yang disebut kebenaran itu

sendiri Apakah kriterianya

Caratehniksarana apa yang membantu kita

dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa

ilmu

3 Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan

yang berupa ilmu itu di pergunakan Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah moral Bagaimana penentuan

objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi

metode ilmiah dengan norma-norma moral[5]

DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar

Harapan Jakarta 1996

Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat

Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta

2001

Louis O Kattsouff Pengantar filsafat

Tiara Wacana Yogjakarta

Sidi Gazalba Sistematika filsafat II

Yogjakarta 1995

[1] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[2] Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta 2001

[3] Louis O Kattsouff Pengantar filsafat Tiara Wacana Yogjakarta 1996 Hal 135-136

[4] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[5] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

Paragrap Baru ya Jeeng

Ontologi(HakikatIlmu)1048707 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu1048707 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut1048707 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya

Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanyapengetahuan yang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya1048707 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkanpengetahuan dengan benar1048707 Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri1048707 Apa kriterianya1048707 Saranacarateknik apa yang membantu kita dalammendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

Aksiologi(Guna Pengetahuan)1048707 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan1048707 Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengankaidah-kaidah moral1048707 Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkanpilihan-pilihan moral1048707 Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakanoperasionalisasi metode ilmiah dengan norma-normamoralprofesional

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2130959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-ilmuixzz1Jlm8EN5P

Paragrap baru juga yahellip

Ontologi rarr ontos = sesuatu yang berwujud logos = ilmuOntologi ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang adaMempersoalakan tentang wujud hakiki objek ilmu atau keilmuan itu apaObjek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik dunia yang dapat dijangkau pancaindra rarr objek ilmu adalah pengalaman indrawiOntologi ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logikaOntologi sebagai cabang filsafat bertugas memberi jawaban atas pertanyaanApa sebenarnya realitas benda itu apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidakBenarkah ilmu ada

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 4: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Gigi geligi itu gigi geligi

pemakan tumbuhan (Tt-P)

Jadi Dinausaurus itu

pemakan tumbuhan (S-P)

Bandingkan tata silogistik

pembuktian a priori dengan a

posteriori Yang apriori di

berangkatkan dari term tengah di

hubungkan dengan predikat dan term

tengahj menjadi sebab dari kebenaran

kesimpulan sedangkan yang a

posteriori di berangkatkan dari term

tengah di hubungkan dengan subjek

term tengah menjadi akibat dari

realitas dalam kesimpulan[2]

Sementara Jujun S Suriasumantri

dalam pembahasan tentang ontologi

memaparkan juga tentang asumsi dan

peluang Sementara dalam tugas ini penulis

tidak hendak ingin membahas dua point

tersebut

B Epistemologi

Masalah epistemology bersangkutan dengan

pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan

Sebelum dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan

bagaimana dan dengan sarana apakah kita

dapat memperoleh pengetahuan Jika kita

mengetahui batas-batas pengetahuan kita

tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal

yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui

Memang sebenarnya kita baru dapat

menganggap mempunyai suatu pengetahuan

setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan

epistemology Kita mungkin terpaksa

mengingkari kemungkinan untuk memperoleh

pengetahuan atau mungkin sampai kepada

kesimpulan bahwa apa yang kita punyai

hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan

bukannya kepastian atau mungkin dapat

menetapkan batas-batas antara bidang-bidang

yang memungkinkan adanya kepastian yang

mutlak dengan bidang-bidang yang tidak

memungkinkannya

Manusia tidak lah memiliki pengetahuan yang

sejati maka dari itu kita dapat mengajukan

pertanyaan ldquobagaimanakah caranya kita

memperoleh pengetahuanrdquo[3]

Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan

a Empirisme

Empirisme adalah suatu carametode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman John Locke bapak empirisme Britania mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa)dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi Menurut Locke seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut

Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampunganyang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang

pertama-tama yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual

b Rasionalisme

Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja

c Fenomenalisme

Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel

Kant Kant membuat uraian tentang

pengalaman Baran sesuatu sebagaimana

terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang

alat inderawi kita dan diterima oleh akal

kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan

disusun secara sistematis dengan jalan

penalaran Karena itu kita tidak pernah

mempunyai pengetahuan tentang barang

sesuatu seperti keadaanya sendiri

melainkan hanya tentang sesuatu seperti

yang menampak kepada kita artinya

pengetahuan tentang gejala (Phenomenon)

Bagi Kant para penganut empirisme benar

bila berpendapat bahwa semua

pengetahuan di dasarkan pada pengalaman-

meskipun benar hanya untuk sebagian

Tetapi para penganut rasionalisme juga

benar karena akal memaksakan bentuk-

bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu

serta pengalaman

d Intusionisme

Menurut Bergson intuisi adalah suau sarana

untuk mengetahui secara langsung dan

seketika Analisa atau pengetahuan yang

diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan

dapat menggantikan hasil pengenalan

secara langsung dari pengetahuan intuitif

Salah satu di antara unsut-unsur yang

berharga dalam intuisionisme Bergson ialah

paham ini memungkinkan adanya suatu

bentuk pengalaman di samping pengalaman

yang dihayati oleh indera Dengan demikian

data yang dihasilkannya dapat merupakan

bahan tambahan bagi pengetahuan di

samping pengetahuan yang dihasilkan oleh

penginderaan Kant masih tetap benar

dengan mengatakan bahwa pengetahuan

didasarkan pada pengalaman tetapi dengan

demikian pengalaman harus meliputi baik

pengalaman inderawi maupun pengalaman

intuitif

Hendaknya diingat intusionisme tidak

mengingkati nilai pengalaman inderawi yang

biasa dan pengetahuan yang disimpulkan

darinya Intusionisme ndash setidak-tidaknya

dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan

bahwa pengetahuan yang lengkap di

peroleh melalui intuisi sebagai lawan dari

pengetahuan yang nisbi-yang meliputi

sebagian saja-yang diberikan oleh analisa

Ada yang berpendirian bahwa apa yang

diberikan oleh indera hanyalah apa yang

menampak belaka sebagai lawan dari apa

yang diberikan oleh intuisi yaitu kenyataan

Mereka mengatakan barang sesuatu tidak

pernah merupakan sesuatu seperti yang

menampak kepada kita dan hanya

intuisilah yang dapat menyingkapkan

kepada kita keadaanya yang senyatanya

e Dan masih masih banyak lagi yang menjadi

bahasan dalam epistemology

C Aksiologi

Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di

ambang kemajuan yang mempengaruhi

reproduksi dan penciptaan manusia itu

sendiri Jadi ilmu bukan saja menimbulkan

gejala dehumanisasi namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kamanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kemanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun juga menciptakan

tujuan hidup itu sendiri ldquobukan lagi Goethe

yang menciptakan Faustrdquo Meminjamkan

perkataan ahli ilmu jiwa terkenal carl gustav

jungrdquo melainkan faust yang menciptakan

Goetherdquo

Menghadapi kenyataan seperti ini ilmu yang

pada hakikatnya mempelajari alam

sebagaimana adanya mulai mempertanyakan

hal-hal yang bersifat seharusnya untuk apa

sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan

Dimana batas wewenang penjelajahan

keilmuan Ke arah mana perkembangan

keilmuan harus diarahkan Pertanyaa semacam

ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuan

seperti Copernicus Galileo dan ilmuwan

seangkatannya namun bagi ilmuan yang hidup

dalam abad kedua puluh yang telah mengalami

dua kali perang dunia dan hidup dalam

bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga

pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan

Dan untuk menjawan pertanyaan ini maka

ilmuan berpaling kepada hakikat moral

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu

sudah terkait dengan masalah-masalah moral

namun dalam perspektif yang berbeda Ketika

Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya

tentang kesemestaan alam dan menemukan

bahwa ldquobumi yang berputar mengelilingi

mataharirdquo dan bukan sebaliknya seperti apa

yang dinyatakan oleh ajaran agama maka

timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang

bersumber pada ajaran agama) yang

berkonotasi metafisik Secara metafisik ilmu

ingin mempelajari alam sebagaimana adanya

sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar

ilmu mendasarkan kepada pernyataan-

pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam

ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan di

antaranya agama Timbullah konflik yang

bersumber pada penafsiran metafisik ini yang

berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo

pada tahun 1633 Galileo (1564-1642) oleh

pengadilan agama tersebut dipaksa untuk

mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar

mengelilingi matahari

Sejarah kemanusiaan di hiasi dengan semangat

para martir yang rela mengorbankan nyawanya

dalam mempertahankan apa yang mereka

anggap benar Peradaban telah menyaksikan

sokrates di paksa meminum racun dan John

Huss dibakar Dan sejarah tidak berhenti di sini

kemanusiaan tak pernah urung di halangi untuk

menemukan kebenaran Tanpa landasan moral

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat

melakukan prostitusi intelektual Penalaran

secara rasional yang telah membawa manusia

mencapai harkatnya seperti sekarang ini

berganti dengan proses rasionalisasi yang

bersifat mendustakan kebenaran ldquosegalanya

punya moralrdquo kata Alice dalam petualangannya

di negeri ajaib ldquoasalkan kau mampu

menemukannyardquo (adakah yang lebih kemerlap

dalam gelap keberanian yang esensial dalam

avontur intelektual)

Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian

dalam bidang ontologi ini adalah berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu di

pergunakan Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang

ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan norma-norma moralprofessional[4]

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik

kesimpulan

1 Ontologis cabang ini menguak tentang objek

apa yang di telaah ilmu Bagaimana ujud yang

hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya

tangkap manusia (sepert berpikir merasa dan

mengindera) yang membuakan pengetahuan

2 Epistemologi berusaha menjawab bagaimna

proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di

perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan

yang benar Apa yang disebut kebenaran itu

sendiri Apakah kriterianya

Caratehniksarana apa yang membantu kita

dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa

ilmu

3 Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan

yang berupa ilmu itu di pergunakan Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah moral Bagaimana penentuan

objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi

metode ilmiah dengan norma-norma moral[5]

DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar

Harapan Jakarta 1996

Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat

Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta

2001

Louis O Kattsouff Pengantar filsafat

Tiara Wacana Yogjakarta

Sidi Gazalba Sistematika filsafat II

Yogjakarta 1995

[1] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[2] Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta 2001

[3] Louis O Kattsouff Pengantar filsafat Tiara Wacana Yogjakarta 1996 Hal 135-136

[4] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[5] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

Paragrap Baru ya Jeeng

Ontologi(HakikatIlmu)1048707 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu1048707 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut1048707 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya

Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanyapengetahuan yang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya1048707 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkanpengetahuan dengan benar1048707 Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri1048707 Apa kriterianya1048707 Saranacarateknik apa yang membantu kita dalammendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

Aksiologi(Guna Pengetahuan)1048707 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan1048707 Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengankaidah-kaidah moral1048707 Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkanpilihan-pilihan moral1048707 Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakanoperasionalisasi metode ilmiah dengan norma-normamoralprofesional

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2130959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-ilmuixzz1Jlm8EN5P

Paragrap baru juga yahellip

Ontologi rarr ontos = sesuatu yang berwujud logos = ilmuOntologi ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang adaMempersoalakan tentang wujud hakiki objek ilmu atau keilmuan itu apaObjek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik dunia yang dapat dijangkau pancaindra rarr objek ilmu adalah pengalaman indrawiOntologi ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logikaOntologi sebagai cabang filsafat bertugas memberi jawaban atas pertanyaanApa sebenarnya realitas benda itu apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidakBenarkah ilmu ada

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 5: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

pertama-tama yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual

b Rasionalisme

Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja

c Fenomenalisme

Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel

Kant Kant membuat uraian tentang

pengalaman Baran sesuatu sebagaimana

terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang

alat inderawi kita dan diterima oleh akal

kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan

disusun secara sistematis dengan jalan

penalaran Karena itu kita tidak pernah

mempunyai pengetahuan tentang barang

sesuatu seperti keadaanya sendiri

melainkan hanya tentang sesuatu seperti

yang menampak kepada kita artinya

pengetahuan tentang gejala (Phenomenon)

Bagi Kant para penganut empirisme benar

bila berpendapat bahwa semua

pengetahuan di dasarkan pada pengalaman-

meskipun benar hanya untuk sebagian

Tetapi para penganut rasionalisme juga

benar karena akal memaksakan bentuk-

bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu

serta pengalaman

d Intusionisme

Menurut Bergson intuisi adalah suau sarana

untuk mengetahui secara langsung dan

seketika Analisa atau pengetahuan yang

diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan

dapat menggantikan hasil pengenalan

secara langsung dari pengetahuan intuitif

Salah satu di antara unsut-unsur yang

berharga dalam intuisionisme Bergson ialah

paham ini memungkinkan adanya suatu

bentuk pengalaman di samping pengalaman

yang dihayati oleh indera Dengan demikian

data yang dihasilkannya dapat merupakan

bahan tambahan bagi pengetahuan di

samping pengetahuan yang dihasilkan oleh

penginderaan Kant masih tetap benar

dengan mengatakan bahwa pengetahuan

didasarkan pada pengalaman tetapi dengan

demikian pengalaman harus meliputi baik

pengalaman inderawi maupun pengalaman

intuitif

Hendaknya diingat intusionisme tidak

mengingkati nilai pengalaman inderawi yang

biasa dan pengetahuan yang disimpulkan

darinya Intusionisme ndash setidak-tidaknya

dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan

bahwa pengetahuan yang lengkap di

peroleh melalui intuisi sebagai lawan dari

pengetahuan yang nisbi-yang meliputi

sebagian saja-yang diberikan oleh analisa

Ada yang berpendirian bahwa apa yang

diberikan oleh indera hanyalah apa yang

menampak belaka sebagai lawan dari apa

yang diberikan oleh intuisi yaitu kenyataan

Mereka mengatakan barang sesuatu tidak

pernah merupakan sesuatu seperti yang

menampak kepada kita dan hanya

intuisilah yang dapat menyingkapkan

kepada kita keadaanya yang senyatanya

e Dan masih masih banyak lagi yang menjadi

bahasan dalam epistemology

C Aksiologi

Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di

ambang kemajuan yang mempengaruhi

reproduksi dan penciptaan manusia itu

sendiri Jadi ilmu bukan saja menimbulkan

gejala dehumanisasi namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kamanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kemanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun juga menciptakan

tujuan hidup itu sendiri ldquobukan lagi Goethe

yang menciptakan Faustrdquo Meminjamkan

perkataan ahli ilmu jiwa terkenal carl gustav

jungrdquo melainkan faust yang menciptakan

Goetherdquo

Menghadapi kenyataan seperti ini ilmu yang

pada hakikatnya mempelajari alam

sebagaimana adanya mulai mempertanyakan

hal-hal yang bersifat seharusnya untuk apa

sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan

Dimana batas wewenang penjelajahan

keilmuan Ke arah mana perkembangan

keilmuan harus diarahkan Pertanyaa semacam

ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuan

seperti Copernicus Galileo dan ilmuwan

seangkatannya namun bagi ilmuan yang hidup

dalam abad kedua puluh yang telah mengalami

dua kali perang dunia dan hidup dalam

bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga

pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan

Dan untuk menjawan pertanyaan ini maka

ilmuan berpaling kepada hakikat moral

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu

sudah terkait dengan masalah-masalah moral

namun dalam perspektif yang berbeda Ketika

Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya

tentang kesemestaan alam dan menemukan

bahwa ldquobumi yang berputar mengelilingi

mataharirdquo dan bukan sebaliknya seperti apa

yang dinyatakan oleh ajaran agama maka

timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang

bersumber pada ajaran agama) yang

berkonotasi metafisik Secara metafisik ilmu

ingin mempelajari alam sebagaimana adanya

sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar

ilmu mendasarkan kepada pernyataan-

pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam

ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan di

antaranya agama Timbullah konflik yang

bersumber pada penafsiran metafisik ini yang

berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo

pada tahun 1633 Galileo (1564-1642) oleh

pengadilan agama tersebut dipaksa untuk

mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar

mengelilingi matahari

Sejarah kemanusiaan di hiasi dengan semangat

para martir yang rela mengorbankan nyawanya

dalam mempertahankan apa yang mereka

anggap benar Peradaban telah menyaksikan

sokrates di paksa meminum racun dan John

Huss dibakar Dan sejarah tidak berhenti di sini

kemanusiaan tak pernah urung di halangi untuk

menemukan kebenaran Tanpa landasan moral

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat

melakukan prostitusi intelektual Penalaran

secara rasional yang telah membawa manusia

mencapai harkatnya seperti sekarang ini

berganti dengan proses rasionalisasi yang

bersifat mendustakan kebenaran ldquosegalanya

punya moralrdquo kata Alice dalam petualangannya

di negeri ajaib ldquoasalkan kau mampu

menemukannyardquo (adakah yang lebih kemerlap

dalam gelap keberanian yang esensial dalam

avontur intelektual)

Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian

dalam bidang ontologi ini adalah berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu di

pergunakan Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang

ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan norma-norma moralprofessional[4]

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik

kesimpulan

1 Ontologis cabang ini menguak tentang objek

apa yang di telaah ilmu Bagaimana ujud yang

hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya

tangkap manusia (sepert berpikir merasa dan

mengindera) yang membuakan pengetahuan

2 Epistemologi berusaha menjawab bagaimna

proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di

perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan

yang benar Apa yang disebut kebenaran itu

sendiri Apakah kriterianya

Caratehniksarana apa yang membantu kita

dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa

ilmu

3 Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan

yang berupa ilmu itu di pergunakan Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah moral Bagaimana penentuan

objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi

metode ilmiah dengan norma-norma moral[5]

DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar

Harapan Jakarta 1996

Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat

Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta

2001

Louis O Kattsouff Pengantar filsafat

Tiara Wacana Yogjakarta

Sidi Gazalba Sistematika filsafat II

Yogjakarta 1995

[1] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[2] Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta 2001

[3] Louis O Kattsouff Pengantar filsafat Tiara Wacana Yogjakarta 1996 Hal 135-136

[4] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[5] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

Paragrap Baru ya Jeeng

Ontologi(HakikatIlmu)1048707 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu1048707 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut1048707 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya

Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanyapengetahuan yang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya1048707 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkanpengetahuan dengan benar1048707 Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri1048707 Apa kriterianya1048707 Saranacarateknik apa yang membantu kita dalammendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

Aksiologi(Guna Pengetahuan)1048707 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan1048707 Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengankaidah-kaidah moral1048707 Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkanpilihan-pilihan moral1048707 Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakanoperasionalisasi metode ilmiah dengan norma-normamoralprofesional

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2130959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-ilmuixzz1Jlm8EN5P

Paragrap baru juga yahellip

Ontologi rarr ontos = sesuatu yang berwujud logos = ilmuOntologi ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang adaMempersoalakan tentang wujud hakiki objek ilmu atau keilmuan itu apaObjek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik dunia yang dapat dijangkau pancaindra rarr objek ilmu adalah pengalaman indrawiOntologi ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logikaOntologi sebagai cabang filsafat bertugas memberi jawaban atas pertanyaanApa sebenarnya realitas benda itu apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidakBenarkah ilmu ada

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 6: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Ada yang berpendirian bahwa apa yang

diberikan oleh indera hanyalah apa yang

menampak belaka sebagai lawan dari apa

yang diberikan oleh intuisi yaitu kenyataan

Mereka mengatakan barang sesuatu tidak

pernah merupakan sesuatu seperti yang

menampak kepada kita dan hanya

intuisilah yang dapat menyingkapkan

kepada kita keadaanya yang senyatanya

e Dan masih masih banyak lagi yang menjadi

bahasan dalam epistemology

C Aksiologi

Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di

ambang kemajuan yang mempengaruhi

reproduksi dan penciptaan manusia itu

sendiri Jadi ilmu bukan saja menimbulkan

gejala dehumanisasi namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kamanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun bahkan

kemungkinan mengubah hakikat

kemanusiaan itu sendiri atau dengan

perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan

sarana yang membantu manusia mencapai

tujuan hidupnya namun juga menciptakan

tujuan hidup itu sendiri ldquobukan lagi Goethe

yang menciptakan Faustrdquo Meminjamkan

perkataan ahli ilmu jiwa terkenal carl gustav

jungrdquo melainkan faust yang menciptakan

Goetherdquo

Menghadapi kenyataan seperti ini ilmu yang

pada hakikatnya mempelajari alam

sebagaimana adanya mulai mempertanyakan

hal-hal yang bersifat seharusnya untuk apa

sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan

Dimana batas wewenang penjelajahan

keilmuan Ke arah mana perkembangan

keilmuan harus diarahkan Pertanyaa semacam

ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuan

seperti Copernicus Galileo dan ilmuwan

seangkatannya namun bagi ilmuan yang hidup

dalam abad kedua puluh yang telah mengalami

dua kali perang dunia dan hidup dalam

bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga

pertanyaan-pertanyaan ini tak dapat di elakkan

Dan untuk menjawan pertanyaan ini maka

ilmuan berpaling kepada hakikat moral

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu

sudah terkait dengan masalah-masalah moral

namun dalam perspektif yang berbeda Ketika

Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya

tentang kesemestaan alam dan menemukan

bahwa ldquobumi yang berputar mengelilingi

mataharirdquo dan bukan sebaliknya seperti apa

yang dinyatakan oleh ajaran agama maka

timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang

bersumber pada ajaran agama) yang

berkonotasi metafisik Secara metafisik ilmu

ingin mempelajari alam sebagaimana adanya

sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar

ilmu mendasarkan kepada pernyataan-

pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam

ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan di

antaranya agama Timbullah konflik yang

bersumber pada penafsiran metafisik ini yang

berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo

pada tahun 1633 Galileo (1564-1642) oleh

pengadilan agama tersebut dipaksa untuk

mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar

mengelilingi matahari

Sejarah kemanusiaan di hiasi dengan semangat

para martir yang rela mengorbankan nyawanya

dalam mempertahankan apa yang mereka

anggap benar Peradaban telah menyaksikan

sokrates di paksa meminum racun dan John

Huss dibakar Dan sejarah tidak berhenti di sini

kemanusiaan tak pernah urung di halangi untuk

menemukan kebenaran Tanpa landasan moral

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat

melakukan prostitusi intelektual Penalaran

secara rasional yang telah membawa manusia

mencapai harkatnya seperti sekarang ini

berganti dengan proses rasionalisasi yang

bersifat mendustakan kebenaran ldquosegalanya

punya moralrdquo kata Alice dalam petualangannya

di negeri ajaib ldquoasalkan kau mampu

menemukannyardquo (adakah yang lebih kemerlap

dalam gelap keberanian yang esensial dalam

avontur intelektual)

Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian

dalam bidang ontologi ini adalah berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu di

pergunakan Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang

ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan norma-norma moralprofessional[4]

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik

kesimpulan

1 Ontologis cabang ini menguak tentang objek

apa yang di telaah ilmu Bagaimana ujud yang

hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya

tangkap manusia (sepert berpikir merasa dan

mengindera) yang membuakan pengetahuan

2 Epistemologi berusaha menjawab bagaimna

proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di

perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan

yang benar Apa yang disebut kebenaran itu

sendiri Apakah kriterianya

Caratehniksarana apa yang membantu kita

dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa

ilmu

3 Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan

yang berupa ilmu itu di pergunakan Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah moral Bagaimana penentuan

objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi

metode ilmiah dengan norma-norma moral[5]

DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar

Harapan Jakarta 1996

Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat

Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta

2001

Louis O Kattsouff Pengantar filsafat

Tiara Wacana Yogjakarta

Sidi Gazalba Sistematika filsafat II

Yogjakarta 1995

[1] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[2] Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta 2001

[3] Louis O Kattsouff Pengantar filsafat Tiara Wacana Yogjakarta 1996 Hal 135-136

[4] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[5] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

Paragrap Baru ya Jeeng

Ontologi(HakikatIlmu)1048707 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu1048707 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut1048707 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya

Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanyapengetahuan yang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya1048707 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkanpengetahuan dengan benar1048707 Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri1048707 Apa kriterianya1048707 Saranacarateknik apa yang membantu kita dalammendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

Aksiologi(Guna Pengetahuan)1048707 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan1048707 Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengankaidah-kaidah moral1048707 Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkanpilihan-pilihan moral1048707 Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakanoperasionalisasi metode ilmiah dengan norma-normamoralprofesional

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2130959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-ilmuixzz1Jlm8EN5P

Paragrap baru juga yahellip

Ontologi rarr ontos = sesuatu yang berwujud logos = ilmuOntologi ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang adaMempersoalakan tentang wujud hakiki objek ilmu atau keilmuan itu apaObjek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik dunia yang dapat dijangkau pancaindra rarr objek ilmu adalah pengalaman indrawiOntologi ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logikaOntologi sebagai cabang filsafat bertugas memberi jawaban atas pertanyaanApa sebenarnya realitas benda itu apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidakBenarkah ilmu ada

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 7: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

pengadilan agama tersebut dipaksa untuk

mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar

mengelilingi matahari

Sejarah kemanusiaan di hiasi dengan semangat

para martir yang rela mengorbankan nyawanya

dalam mempertahankan apa yang mereka

anggap benar Peradaban telah menyaksikan

sokrates di paksa meminum racun dan John

Huss dibakar Dan sejarah tidak berhenti di sini

kemanusiaan tak pernah urung di halangi untuk

menemukan kebenaran Tanpa landasan moral

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat

melakukan prostitusi intelektual Penalaran

secara rasional yang telah membawa manusia

mencapai harkatnya seperti sekarang ini

berganti dengan proses rasionalisasi yang

bersifat mendustakan kebenaran ldquosegalanya

punya moralrdquo kata Alice dalam petualangannya

di negeri ajaib ldquoasalkan kau mampu

menemukannyardquo (adakah yang lebih kemerlap

dalam gelap keberanian yang esensial dalam

avontur intelektual)

Jadi pada dasarnya apa yang menjadi kajian

dalam bidang ontologi ini adalah berusaha

menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu di

pergunakan Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

moral Bagaimana penentuan objek yang

ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah

dengan norma-norma moralprofessional[4]

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik

kesimpulan

1 Ontologis cabang ini menguak tentang objek

apa yang di telaah ilmu Bagaimana ujud yang

hakiki dari objek tersebut bagaimana

hubungan antara objek tadi dengan daya

tangkap manusia (sepert berpikir merasa dan

mengindera) yang membuakan pengetahuan

2 Epistemologi berusaha menjawab bagaimna

proses yang memungkinkan di timbanya

pengetahuan yang berupa ilmu Bagaimana

prosedurnya Hal-hal apa yang harus di

perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan

yang benar Apa yang disebut kebenaran itu

sendiri Apakah kriterianya

Caratehniksarana apa yang membantu kita

dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa

ilmu

3 Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan

yang berupa ilmu itu di pergunakan Bagaimana

kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah moral Bagaimana penentuan

objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral Bagaimana kaitan antara teknik

prosedural yang merupakan operasionalisasi

metode ilmiah dengan norma-norma moral[5]

DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu

Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar

Harapan Jakarta 1996

Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat

Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta

2001

Louis O Kattsouff Pengantar filsafat

Tiara Wacana Yogjakarta

Sidi Gazalba Sistematika filsafat II

Yogjakarta 1995

[1] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[2] Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta 2001

[3] Louis O Kattsouff Pengantar filsafat Tiara Wacana Yogjakarta 1996 Hal 135-136

[4] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[5] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

Paragrap Baru ya Jeeng

Ontologi(HakikatIlmu)1048707 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu1048707 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut1048707 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya

Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanyapengetahuan yang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya1048707 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkanpengetahuan dengan benar1048707 Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri1048707 Apa kriterianya1048707 Saranacarateknik apa yang membantu kita dalammendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

Aksiologi(Guna Pengetahuan)1048707 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan1048707 Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengankaidah-kaidah moral1048707 Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkanpilihan-pilihan moral1048707 Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakanoperasionalisasi metode ilmiah dengan norma-normamoralprofesional

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2130959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-ilmuixzz1Jlm8EN5P

Paragrap baru juga yahellip

Ontologi rarr ontos = sesuatu yang berwujud logos = ilmuOntologi ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang adaMempersoalakan tentang wujud hakiki objek ilmu atau keilmuan itu apaObjek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik dunia yang dapat dijangkau pancaindra rarr objek ilmu adalah pengalaman indrawiOntologi ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logikaOntologi sebagai cabang filsafat bertugas memberi jawaban atas pertanyaanApa sebenarnya realitas benda itu apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidakBenarkah ilmu ada

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 8: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat

Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta

2001

Louis O Kattsouff Pengantar filsafat

Tiara Wacana Yogjakarta

Sidi Gazalba Sistematika filsafat II

Yogjakarta 1995

[1] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[2] Prof Dr H Noeng Muhadjir Filsafat Ilmu Penerbit Rake Sarasin Yogjakarta 2001

[3] Louis O Kattsouff Pengantar filsafat Tiara Wacana Yogjakarta 1996 Hal 135-136

[4] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

[5] Jujun S Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996 hal 34-35

Paragrap Baru ya Jeeng

Ontologi(HakikatIlmu)1048707 Obyek apa yang telah ditelaah ilmu1048707 Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut1048707 Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindera)yang membuahkan pengetahuan1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuanyang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya

Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)1048707 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanyapengetahuan yang berupa ilmu1048707 Bagaimana prosedurnya1048707 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkanpengetahuan dengan benar1048707 Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri1048707 Apa kriterianya1048707 Saranacarateknik apa yang membantu kita dalammendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

Aksiologi(Guna Pengetahuan)1048707 Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan1048707 Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengankaidah-kaidah moral1048707 Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkanpilihan-pilihan moral1048707 Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakanoperasionalisasi metode ilmiah dengan norma-normamoralprofesional

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2130959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-ilmuixzz1Jlm8EN5P

Paragrap baru juga yahellip

Ontologi rarr ontos = sesuatu yang berwujud logos = ilmuOntologi ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang adaMempersoalakan tentang wujud hakiki objek ilmu atau keilmuan itu apaObjek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik dunia yang dapat dijangkau pancaindra rarr objek ilmu adalah pengalaman indrawiOntologi ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logikaOntologi sebagai cabang filsafat bertugas memberi jawaban atas pertanyaanApa sebenarnya realitas benda itu apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidakBenarkah ilmu ada

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 9: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu Dari teori hakikat (ontologi) ini rarr muncul beberapa aliran dalam filsafat

Filsafat MaterialismeFilsafat IdealismeFilsafat DualismeFilsafat SkeptismePokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakupLogika (benar-salah)Etika (baik-buruk)Estetika (indah-jelek)Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan zat hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran rarr terangkum dalam metafisika)Kajian mengenai organisasi sosial rarr terangkum dalam politik

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2123997-ontologiixzz1JlmhXDhr

Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1A EpistemologiPerdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena epistemologi adalah hal yang sangat substansil dalam melakukan penilain terhadap sesuatu ada hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang epistemologi yaitu perdebatan tentang apakah epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari epistemologiPara filosof yang bermazhab emperisme dalam membuktikan tentang kelebih-dahuluan epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa epistemologilah yang yang lebih dulu ada karena dia membuktikan lewat sebuah analisa pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah yang lebih dulu ada dua hal ini kemudian yang memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat metafisika pada umumnya tokoh-tokoh filosof dibarat seperti John Look Thomas Hobbes karl

Marx dan David Home mereka mengatakan bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari pada ontologi namun ada pertanyaan yang bisa diajukan kepada mereka

1 bagaimana caranya mereka bisa mengetahui sesuatu itu ada tanpa adanya realitas2 apakah keberadaan sesuatu itu karena kita memberikan konsepsi kepada sesuatu itu ataukah memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai keberadaanjawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan terhadap keberadaannya Mazhab berpikir emperisme mengatakan bahwa untuk membuktikan sesuatu itu ada maka kita memerlukan pengetahuan atau epistemologi sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada karena kita punya pengetahuan tentangnya namun pertanyaan kemudian yang diajukan kepada kaum emperik adalah dari mana pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas yang lebih dulu ada ini adalah menjadi problem dalam sebuah sains atau pengetahuan yang berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco BaconMazhab Metafisika mencoba menjawab bahwa ontologilah yang lebih dulu mempunyai keberadaan karena tanpa realitas maka mustahil kita bisa mengetahui sesuatu dan sesuatu itu akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita secara subyektif memberikan penilaian tentang keberadaannya seperti keberadaan bulan dan bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau tidak karena memang pada kenyataannya dia memang sudah mempunyai keberadaan

Diterbitkan di 11 Nopember 2010

Sumber httpidshvoongcomsocial-sciencessociology2073233-mengenal-epistemologiixzz1Jln1DVKs

Paragraph baru ok

Pengertian

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 10: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Epistemologioleh andra5463 Pengarang radityo Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannyaSubstansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi ituepistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber

struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuanInti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealismeSelanjutnya pengertian epistemologi yang lebih

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 11: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahamiDiterbitkan di 04 Desember 2010

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy2082651-pengertian-epistemologiixzz1JlnTNlLC

Baruuuuhelliphelliphellip

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman

ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 12: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1Jlo8CibKPARAGRAPH BARU

EpistemologiDari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (katapembicaraanilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal sifat dan jenis pengetahuan Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat misalnya tentang apa itu pengetahuan bagaimana karakteristiknya macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan pengandaian-pengandaian dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode diantaranya metode induktif metode deduktif metode positivisme metode kontemplatis dan metode dialektis

BARUUUU LAGI

ISYRAQ

Mendulang Secercah CahayaEpistemologi Teori Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia

berhubungan satu sama lain dan tolok ukur

keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-

beda Sebagian ilmu merupakan asas dan

pondasi bagi ilmu-ilmu lain yakni nilai dan

validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu

tertentu dan dari sisi ini ilmu tertentu ini

dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan

dasar Sebagai contoh dasar dari semua ilmu

empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini

menjadi pokok bahasan dalam filsafat dengan

demikian filsafat merupakan dasar dan pijakan

bagi ilmu-ilmu empirik Begitu pula ilmu logika

yang merupakan alat berpikir manusia dan

ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

benar diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain maka dari itu

ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas

bagi seluruh pengetahuan manusia

Namun epistemologi (teori pengetahuan)

karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu

manusia termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu

manusia yang bersifat gamblang merupakan

dasar dan pondasi segala ilmu dan

pengetahuan Walaupun ilmu logika dalam

beberapa bagian memiliki kesamaan dengan

epistemologi akan tetapi ilmu logika

merupakan ilmu tentang metode berpikir dan

berargumentasi yang benar diletakkan setelah

epistemologi

Hingga tiga abad sebelum abad ini

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 13: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

epistemologi bukanlah suatu ilmu yang

dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu

Akan tetapi pada dua abad sebelumnya

khususnya di barat epistemologi diposisikan

sebagai salah satu disiplin ilmu Dalam filsafat

Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas

secara tersendiri akan tetapi begitu banyak

persoalan epistemologi dikaji secara meluas

dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam

misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa

kenon-materian jiwa dan makrifat jiwa

Pengindraan persepsi dan ilmu merupakan

bagian pembahasan tentang makrifat jiwa

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan

epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan

tentang akal objek akal akal teoritis dan

praktis wujud pikiran dan tolok ukur

kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi

Namun belakangan ini di Islam epistemologi

menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang

mengkaji sejauh mana pengetahuan dan

makrifat manusia sesuai dengan hakikat objek

luar dan realitas eksternal

Latar belakang hadirnya pembahasan

epistemologi itu adalah karena para pemikir

melihat bahwa panca indra lahir manusia yang

merupakan satu-satunya alat penghubung

manusia dengan realitas eksternal terkadang

atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan

dan kekeliruan dalam menangkap objek luar

dengan demikian sebagian pemikir tidak

menganggap valid lagi indra lahir itu dan

berupaya membangun struktur pengindraan

valid yang rasional Namun pada sisi lain para

pemikir sendiri berbeda pendapat dalam

banyak persoalan mengenai akal dan

rasionalitas dan keberadaan argumentasi akal

yang saling kontradiksi dalam masalah-

masalah pemikiran kemudian berefek pada

kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari

validitas akal dan menolak secara mutlak

segala bentuk eksistensi eksternal[1]

Dengan alasan itu persoalan epistemologi

sangat dipandang serius sedemikian sehingga

filosof Yunani Aristoteles berupaya menyusun

kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam

berpikir dan berargumentasi secara benar yang

sampai sekarang ini masih digunakan Lahirnya

kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya

validitas akal dan indra lahir sedemikian

sehingga untuk kedua kalinya berakibat

memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan

indra lahir di Eropa dan setelah Renaissance

dan kemajuan ilmu empirik lahir kembali

kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang

berpuncak pada Positivisme Pada era tersebut

epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu

baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes

(1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof

Leibniz (1646ndash1716) kemudian disempurnakan

oleh John Locke di Inggris[2]

1 Pengertian Epistemologi

Manusia dengan latar belakang kebutuhan-

kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah

saya berasal Bagaimana terjadinya proses

penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok

ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia

Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana

pemerintahan yang benar dan adil Mengapa

keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air

mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari

atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan

yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa

ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-

permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan

dihadapinya

Pada dasarnya manusia ingin menggapai

suatu hakikat dan berupaya mengetahui

sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 14: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

sangat memahami dan menyadari bahwa

1 Hakikat itu ada dan nyata

2 Kita bisa mengajukan

pertanyaan tentang hakikat itu

3 Hakikat itu bisa dicapai

diketahui dan dipahami

4 Manusia bisa memiliki ilmu

pengetahuan dan makrifat atas

hakikat itu Akal dan pikiran

manusia bisa menjawab

persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan jalan menuju

ilmu dan pengetahuan tidak

tertutup bagi manusia

Apabila manusia melontarkan suatu

pertanyaan yang baru misalnya bagaimana

kita bisa memahami dan meyakini bahwa

hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat

itu memang tiada dan semuanya hanyalah

bersumber dari khayalan kita belaka Kalau

pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa

meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang

hakikat itu bersesuaian dengan hakikat

eksternal itu sebagaimana adanya Apakah

kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas

eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk

mencapai hakikat sebagaimana adanya

keraguan ini akan menguat khususnya apabila

kita mengamati kesalahan-kesalahan yang

terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di

sepanjang sejarah manusiaPersoalan-

persoalan terakhir ini berbeda dengan

persoalan-persoalan sebelumnya yakni

persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada

suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan

tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini

keberadaan hakikat itu justru masih menjadi

masalah yang diperdebatkan Untuk lebih

jelasnya perhatikan contoh berikut ini

Seseorang sedang melihat suatu pemandangan

yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan

warna-warna yang berbeda lantas iameneliti

benda-benda tersebut dengan melontarkan

berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya

Dengan perantara teropong itu sendiri ia

berupaya menjawab dan menjelaskan tentang

realitas benda-benda yang dilihatnya Namun

apabila seseorang bertanya kepadanya Dari

mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki

ketepatan dalam menampilkan warna bentuk

dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin

benda-benda yang ditampakkan oleh teropong

itu memiliki ukuran besar atau kecil

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat

dengan adanya kemungkinan kesalahan

penampakan oleh teropong Pertanyaan-

pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan

dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong

Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan

tentang keberadaan realitas eksternal akan

tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan

teropong itu sendiri sebagai alat yang

digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran

persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan

pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal tolok ukur

kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana

kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai

hakikat dan mencerap objek eksternal masih

merupakan persoalan-persoalan aktual dan

kekinian bagi manusia Terkadang kita

mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 15: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

dan terkadang kita membahas tentang ilmu

dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran

dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam

bidang ilmu epistemologi

Dengan demikian definisi epistemologi adalah

suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan dasar dan

pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas

dan kebenaran ilmu makrifat dan

pengetahuan manusia[3]

2 Pokok Bahasan Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi

epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan

pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu

makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua

poin penting akan dijelaskan

1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah

subyek epistemologi adalah ilmu secara umum

atau ilmu dalam pengertian khusus seperti

ilmu hushucirclicirc[4] Ilmu itu sendiri memiliki istilah

yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan

batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu

tersebut adalah sebagai berikut

a Makna leksikal ilmu adalah

sama dengan pengideraan

secara umum dan mencakup

segala hal yang hakiki sains

teknologi keterampilan

kemahiran dan juga meliputi

ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc[5]

hushucirclicirc ilmu Tuhan ilmu para

malaikat dan ilmu manusia

b Ilmu adalah kehadiran

(hudhucircricirc) dan segala bentuk

penyingkapan Istilah ini

digunakan dalam filsafat Islam

Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc

c Ilmu yang hanya dimaknakan

sebagai ilmu hushucirclicirc dimana

berhubungan dengan ilmu logika

(mantik)

d Ilmu adalah pembenaran (at-

tashdiq) dan hukum yang

meliputi kebenaran yang diyakini

dan belum diyakini[6]

e Ilmu adalah pembenaran yang

diyakini

f Ilmu ialah kebenaran dan

keyakinan yang bersesuaian

dengan kenyataan dan realitas

eksternal

g Ilmu adalah keyakinan benar

yang bisa dibuktikan[7]

h Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang saling

bersesuaian dimana tidak

berhubungan dengan masalah-

masalah sejarah dan geografi

i Ilmu ialah gabungan proposisi-

proposisi universal yang hakiki

dimana tidak termasuk hal-hal

yang linguistik

j Ilmu ialah kumpulan proposisi-

proposisi universal yang bersifat

empirik

2 Sudut pembahasan yakni apabila

subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat

maka dari sudut mana subyek ini dibahas

karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut

yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 16: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik

tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu

Sisi ini menjadi salah satu pembahasan

dibidang ontologi dan filsafat Sisi

pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan

realitas eksternal juga menjadi pokok kajian

epistemologi Sementara aspek penyingkapan

ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu

sebelumnya dan faktor riil yang menjadi

penyebab hadirnya pengindraan adalah

dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh

umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu Sudut pandang

pembahasan akan sangat berpengaruh dalam

pemahaman mendalam tentang perbedaan-

perbedaan ilmu

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan

probabilitas pengetahuan pembagian dan

observasi ilmu dan batasan-batasan

pengetahuan[8] Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc

dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-

pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu

yang diartikan sebagai keumuman

penyingkapan dan pengindraan adalah bisa

dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi

3 Metode Epistemologi

Dengan memperhatikan definisi dan

pengertian epistemologi maka menjadi

jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah

menggunakan akal dan rasio karena untuk

menjelaskan pokok-pokok bahasannya

memerlukan analisa akal Yang dimaksud

metode akal di sini adalah meliputi seluruh

analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu

hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc Dan dari dimensi

lain untuk menguraikan sumber kajian

epistemologi dan perubahan yang terjadi di

sepanjang sejarah juga menggunakan metode

analisa sejarah

4 Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-

Ilmu Lain

a Hubungan Epistemologi dengan Ilmu

Logika Ilmu logika adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang metode berpikir benar

yakni metode yang digunakan oleh akal untuk

menyelami dan memahami realitas eksternal

sebagaimana adanya dalam penggambaran

dan pembenaran Dengan memperhatikan

definisi ini bisa dikatakan bahwa epistemologi

jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan

sebagai pendahuluan dan mukadimah karena

apabila kemampuan dan validitas akal belum

dikaji dan ditegaskan maka mustahil kita

membahas tentang metode akal untuk

mengungkap suatu hakikat dan bahkan

metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu

logika masih perlu dipertanyakan dan

rekonstruksi walhasil masih menjadi hal yang

diragukan

b Hubungan epistemologi dengan

Filsafat Pengertian umum filsafat adalah

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi)

realitas eksternal dan hakikat keberadaan

Sementara filsafat dalam pengertian khusus

(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah

umum tentang eksistensi[9] Dalam dua

pengertian tersebut telah diasumsikan

mengenai kemampuan kodrat dan validitas

akal dalam memahami hakikat dan realitas

eksternal Jadi epistemologi dan ilmu logika

merupakan mukadimah bagi filsafat

c Hubungan epistemologi dengan Teologi

dan ilmu tafsir Ilmu kalam (teologi) ialah

suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-

proposisi teks suci agama dan penyusunan

argumentasi demi mempertahankan peran dan

posisi agama Ilmu tafsir adalah suatu ilmu

yang berhubungan dengan metode penafsiran

kitab suci Jadi epistemologi berperan sentral

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 17: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut

khususnya pembahasan yang terkait dengan

kontradiksi ilmu dan agama atau akal dan

agama atau pengkajian seputar pluralisme

dan hermeneutik karena akar pembahasan ini

terkait langsung dengan pembahasan

epistemologi

5 Urgensi Epistemologi

Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya maka

jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi

terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang

pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan

keraguan dan persoalan inti yang dimunculkan

seputar keyakinan agama dan dasar-dasar

etika fiqih penafsiran dan hak-hak asasi

manusia dimana sentral dari semua

pembahasan tersebut berpijak pada

epistemologi

Hubungan epistemologi dengan persoalan

politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal

dan saling terkait Plato berkata pada

penguasa Yunani ketika itu ldquoAnda tidak layak

memerintah karena Anda bukan seorang

hakim (filosof)rdquo Dan juga berkaitan dengan

pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa

karena manusia tak bisa memahami hakikat

dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya

maka penetapan hukum hanya berada

ditangan Tuhan dan para ulama yang adil

adalah wakil Tuhan yang memiliki hak

memerintah Pada sisi lain sebagian

beranggapan bahwa makrifat agama adalah

bukan bagian dari ilmu dan untuk memerintah

mesti dibutuhkan ilmu politik dan

pemerintahan sementara kaum ulama

tersebut tak menguasainya dengan demikian

mereka tidak berhak memerintah

Pembahasan seperti tersebut di atas

membuktikan kepada kita pentingnya

pengkajian epistemologi dan konklusi-

konklusinya dan dari aspek lain begitu banyak

ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi

akal memotivasi manusia untuk menggapai

ilmu dan makrifat dan menolak segala bentuk

keraguan Semua kenyataan ini berarti bahwa

pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah

sangat mungkin dengan perantaraan akal dan

argumentasi rasional dan jika ada orang yang

ragu atas realitas ini maka minimalnya iaharus

menerimanya untuk menjawab segala bentuk

kritikan[10]

Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak

pada potensi akal-pikiran Rahasia

kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti

menjadi maujud yang berakal dan

mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua

segmen kehidupannya serta seluruh kehendak

dan iradahnya terwujud melalui pancaran

petunjuk akal Hal ini berarti bahwa jika akal

dan rasionalitasnya dipisahkan dari

kehidupannya maka yang tertinggal hanyalah

sifat kehewannya dengan demikian segala

dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan

hewaninya

Manusia ialah maujud yang berakal dan

seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan

pengetahuan maka dari itu suatu rangkaian

persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi

dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas

segala permasalahan yang timbul berkaitan

dengan pengetahuan dan akal manusia

dimana hal itu merupakan pembatas

substansial antara iadengan hewan

Yang pasti jawaban atas segala persoalan

mendasar niscaya dengan upaya-upaya

rasional dan filosofis karena ilmu-ilmu alam

dan matematika tidak mampu memberikan

solusi komprehensif dan universal atasnya

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 18: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk

kehidupan hakiki manusia maka persoalan

yang kemudian muncul ialah apakah akal

manusia mampu menyelesaikan persoalan-

persoalan tersebut Jika nilai dan validitas

pengenalan akal belum ditegaskan maka

tidaklah berguna pengakuan akal dalam

mengajukan solusi atas segala permasalahan

yang dihadapi manusia dan keraguan akan

senantiasa bersama manusia bahwa apakah

akal telah memberikan solusi yang benar atas

perkara-perkara tersebut Pertanyaan-

pertanyaan ini adalah inti pembahasan

epistemologi Dengan begitu sebelum

melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan

filosofis langkah pertama yang mesti diambil

adalah membedah persoalan-persoalan

epistemologi

Dengan ungkapan lain apabila kita merujuk

kepada daftar isi persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan pengetahuan misalnya

persoalan tentang keberadaan realitas

eksternal dan kemungkinan terjalinnya

hubungan manusia dengan realitas eksternal

itu maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa

epistemologi merupakan pemberi validitas dan

nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan

penemuan ilmiah manusia sedemikian

sehingga kalau persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan

tersebut belumlah menjadi jelas maka tak satu

pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan

ilmiah yang akan bernilai karena semua aliran

filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil

mengungkap hakikat alam manusia dan

rahasia fenomena eksistensial lainnya

Berkenaan dengan urgensi epistemologi kami

akan kutip ungkapan seorang pemikir dan

filosof Islam kontemporer asal Iran Murthada

Muthahhari ia berkata ldquoPada era ini kita

menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat

sosial dan ideologi yang berbeda dimana

masing-masingnya mengusulkan suatu jalan

dan solusi hidup Aliran-aliran ini memiliki

sandaran pemikiran yang bersaing satu sama

lain untuk merebut pengaruh Muncul suatu

pertanyaan mengapa aliran-aliran dan

ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan

Jawabannya penyebab lahirnya perbedaan-

perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

pandangan dunianya (word view) masing-

masing Hal ini karena semua ideologi berpijak

pada pandangan dunia dan setiap pandangan

dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan

aliran sosial tertentu pula Ideologi

menentukan apa yang mesti dilakukan oleh

manusia dan mengajukan bagaimana metode

mencapai tujuan itu Ideologi menyatakan

kepada kita bagaimana hidup semestinya

Mengapa ideologi mengarahkan kita Karena

pandangan dunia menegaskan suatu hukum

yang mesti diterapkan pada masyarakat dan

sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup

masyarakat Apa yang ditentukan oleh

pandangan dunia itu pula yang akan diikuti

oleh ideologi Ideologi seperti filsafat praktis

sedangkan pandangan dunia menempati

filsafat teoritis Filsafat praktis bergantung

kepada filsafat teoritis Mengapa suatu ideologi

berpijak pada materialisme dan ideologi

lainnya bersandar pada teisme Perbedaan

pandangan dunia tersebut pada hakikatnya

bersumber dari perbedaan dasar-dasar

pengenalan pengetahuan dan epistemologi

[11]ldquo

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno

dan Abad Pertengahan

Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat

Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk

dan arah Perjalanan historis epistemologi

dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan

relativisme Skeptisisme diwakili oleh

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 19: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

pemikiran David Hume sementara relativsime

nampak pada pemikiran Immanuel Kant

Sementara perjalanan sejarah epistemologi di

dalam filsafat Islam mengalami suatu proses

yang menyempurna dan berhasil menjawab

segala bentuk keraguan dan kritikan atas

epistemologi Konstruksi pemikiran filsafat

Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga

mampu memberikan solusi universal yang

mendasar atas persoalan yang terkait dengan

epistemologi Pembahasan yang berhubungan

dengan pembagian ilmu yakni ilmu dibagi

menjadi gagasankonsepsi (at-tashawwur)[12]

dan penegasan (at-tashdiq)[13] atau hushucirclicirc

dan hudhucircricirc macam-macam ilmu hudhucircricirc dan

hal yang terkait dengan kategori-kategori

kedua filsafat[14] Walaupun masih dibutuhkan

langkah-langkah besar untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan partikular yang mendetail

di dalam epistemologi

1 Sejarah Epistemologi dalam Filsafat

Barat

Apabila kita membagi perjalanan sejarah

filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu

(Yunani kuno abad pertengahan dan modern)

dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal

dimulainya filsafat Barat maka secara implisit

bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga

lahir epistemologi Pembahasan-pembahasan

yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-

filosof pada zaman itu mengandung poin-poin

kajian yang penting dalam epistemologi

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada

zaman Yunani kuno dan abad pertengahan

epistemologi merupakan salah satu bagian dari

pembahasan filsafat akan tetapi dalam kajian

filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti

kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan

dengan ontologi dikaji secara sekunder Dan

epistemologi setelah Renaissance dan

Descartes mengalami suatu perubahan baru

2 Epistemologi di Zaman Yunani Kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat orang

pertama yang membuka lembaran kajian

epistemologi adalah Parmenides[15] Hal ini

karena iamenempatkan dan menekankan akal

itu sebagai tolok ukur hakikat Pada dasarnya

iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain

dari epistemologi yang merupakan sumber dan

alat ilmu akal dipandang sebagai yang valid

sementara indra lahir hanya bersifat

penampakan dan bahkan terkadang menipu

[16]

Heraklitus berbeda dengan Parmenides ia

menekankan pada indra lahir Heraklitus

melontarkan gagasan tentang perubahan yang

konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan

bahwa dengan adanya perubahan yang terus

menerus pada segala sesuatu maka perolehan

ilmu menjadi hal yang mustahil karena ilmu

memestikan kekonstanan dan ketetapan akan

tetapi dengan keberadaan hal-hal yang

senantiasa berubah itu maka mustahil

terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut

Oleh karena itu sebagian peneliti sejarah

filsafat menganggap pemikirannya sebagai

dasar Skeptisisme[17]

Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang

menolak definisi ilmu yang bermakna

kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki

eksternal hal ini karena terdapat kontradiksi-

kontradiksi pada akal dan kesalahan

pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir

[18]

Pythagoras berkata ldquoManusia merupakan

parameter segala sesuatu tolok ukur

eksistensi segala sesuatu dan mizan ketiadaan

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 20: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

segala sesuatu[19] Gagasan Pythagoras ini

kelihatannya lebih menyuarakan dimensi

relativitas dalam pemikiran

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada

apabila ia ada maka mustahil diketahui kalau

pun iabisa dipahami namun tidak bisa

dipindahkan[20]

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum

Sophis yang lantas bangkit mengkritisi

pemikiran-pemikiran mereka dan dengan cara

induksi dan pendefinisian ia berupaya

mengungkap hakikat segala sesuatu

Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif

dan nisbi[21]

Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu

tidak akan pernah mengantarkan pada

pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu

iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana

dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna

dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan

ukuran[22] Pembagian sifat ini kemudian

menjadi perhatian para filosof dan sumber

lahirnya berbagai pembahasan

Plato murid Socrates ialah filosof pertama

yang secara serius mendalami epistemologi

dan menganggap bahwa permasalahan

mendasar pengetahuan indriawi itu ialah

terletak pada perubahan objek indra Iajuga

berkeyakinan karena pengetahuan hakiki

semestinya bersifat universal pasti dan

diyakini maka objeknya juga harus tetap dan

konstan dan perkara-perkara yang senantiasa

berubah dan partikular tidak bisa dijadikan

objek makrifat hakiki Oleh karena itu

pengetahuan indriawi bersifat keliru berubah

dan tidak bisa diyakini sementara

pengetahuan hakiki (baca pengetahuan akal)

itu yang berhubungan dengan hal-hal yang

konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini

universal tetap dan bersifat pasti Dengan

dasar ini iakemudian melontarkan gagasan

tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di

alam akal)[23]

Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato

ialah keyakinan benar yang bisa

diargumentasikan dimana pengetahuan jenis

ini terkait dengan hal-hal yang konstan

Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah

bersifat prasangka hipotesa dan perkiraan

belaka[24] Begitu pula definisi plato tentang

pengetahuan dan makrifat lantas menjadi

perhatian serius para epistemolog

kontemporer

Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir

itu tidak melakukan kesalahan melainkan

kekeliruan itu bersumber dari kesalahan

penetapan makna-makna maujud di ruang

memori pikiran atas perkara-perkara indriawi

[25]

Aristoteles murid Plato lebih menekankan

penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-

asumsinya daripada menjelaskan persoalan

yang berkaitan dengan probabilitas

pengetahuan Iayakin bahwa setiap ilmu

berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal

itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain

akan tetapi proses pembuktian ini harus

berakhir pada kaidah yang sangat gamblang

yang tak lagi membutuhkan pembuktian

rasional Dalam hal ini prinsip non-kontradiksi

merupakan kaidah pertama yang sangat

gamblang yang diketahui secara fitrah[26]

Iamenetapkan penggambaran universal

abstraksi dan analisa pikiran menggantikan

gagasan mutsul Plato Iamenyusun ilmu logika

dengan tujuan menetapkan suatu metode

berpikir dan berargumentasi secara benar

dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama

dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 21: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

gamblang (badihi)[27] dengan demikian

pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah

hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil

[28]

Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada

pengalaman agama dan indra lahir menolak

pandangan tentang konsepsi universal pikiran

dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato

tersebut Mereka beranggapan bahwa

pengetahuan itu adalah pengenalan partikular

sesuatu Disamping meyakini bentuk intuisi

batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur

kebenaran juga meyakini penalaran

rasionalitas[30]

Epicure (270-341 M) memandang indra lahir

sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran

pengetahuan Makrifat yang diperoleh lewat

indra itu merupakan makrifat yang paling

diyakini kebenarannya dengan perspektif ini

ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid

[31]

Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan

indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas

ketidakabsahannya Sebagian dari mereka

bahkan menolak secara mutlak adanya

kebenaran dan sebagian lain memandang

kemustahilan pencapaiannya Perbedaan kaum

Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa

argumentasi-argumentasi kaum Sophis

menjadi pijakan utama kaum Skeptis Gagasan

Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga

abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh

Agrippa (di abad pertama) dan kemudian

dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad

kedua)[32]

Walhasil epistemologi di zaman Yunani kuno

dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan

kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda

dalam filsafat Dan semua persoalan

keraguan jawaban dan solusinya hadir dalam

bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta

terlontarnya pembahasan seputar probabilitas

pengetahuan sumber ilmu dan tolok ukur

kesesuaian dengan realitas eksternal

3 Epistemologi pada Abad Pertengahan

(dari Awal Masehi hingga Abad

Kelimabelas)

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah

persoalan yang terkait dengan universalitas

dan hakikat keberadaannya disamping itu

juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan

kebenaran

Plotinus penggagas maktab neo platonisme di

abad ketiga masehi melontarkan gagasan-

gagasan penting dalam epistemologi

Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition)

1 Persepsi panca indra (sensuous perception)

2 Pengertian (understanding) 3 Akal (logos

intellect) Tingkatan pertama berkaitan dengan

hal-hal yang lahir tingkatan kedua adalah

argumentasi dan akal sebagai tingkatan

ketiga bisa memahami hakikat lsquokesatuan

dalam kejamakanrsquo dan lsquokejamakan dalam

kesatuanrsquo tanpa lewat proses berpikir Dan

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-

syuhud)[33]

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa

ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak

termasuk dalam ruang lingkup yang bisa

diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis di

samping itu iamemandang bahwa ilmu itu

sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-

proposisi matematika adalah bersifat gamblang

yang tidak bisa diragukan lagi Pengetahuan

indriawi itu karena objeknya senantiasa

berubah tidak tergolong sebagai makrifat

hakiki

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 22: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Dalam pandangannya ilmu dan pengetahuan

dimulai dari diri sendiri karena ilmu terhadap

jiwa tidak bisa diragukan Salah satu ungkapan

beliau adalah ldquoSaya ragu oleh karena itu saya

adaldquo[34]

4 Gagasan Tentang Universalia

Salah satu pembahasan inti di abad

pertengahan ialah kajian tentang universal dan

sumber kehadirannya yakni apakah universal

itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri

ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat

universal yang sebagaimana diyakini oleh

Aristoteles Apakah ldquouniversalrdquo itu secara

mendasar tidak memiliki wujud luar Apakah

ldquouniversalrdquo itu hanya sebatas suatu konsep

Apakah ldquouniversalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa mencakup beberapa individu-

individu eksternal Apakah wujud ldquouniversalrdquo

itu sendiri sama dengan wujud ldquopartikularrdquo

yang keberadaannya bukan hanya di alam

pikiran bahkan juga berada di alam eksternal

yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang

lain

Sebagai contoh ldquomanusia universalrdquo Apakah

ldquomanusia universalrdquo di sini hanyalah sebuah

konsep universal yang ada di alam pikiran

semata ataukah ldquomanusia universalrdquo itu

sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

berada di alam non-materi) yang hanya bisa

disaksikan secara intuitif dan syuhudi ataukah

ldquomanusia universalrdquo itu hanyalah sebuah kata

umum yang bisa diterapkan pada lebih dari

satu objek individual[35]

Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan

itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-

persoalan tersebut Dalam hal ini ada tiga

perspektif dan aliran pemikiran 1 Realisme

(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau

mutsul Plato) 2 Idealisme (universal itu hanya

terdapat dalam alam pikiran atau gagasan

Aristoteles) 3 Nominalisme (menetapkan kata-

kata umum yang mewakili individu-individu

eksternal)

Boethius (470-525 M) ialah orang pertama

yang beranggapan bahwa universal itu

hanyalah kata semata walaupun iaberupaya

menyelesaikan persoalan universal itu lewat

gagasan Aristoteles[36]

Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa

yang hanya ada di alam eksternal adalah

partikular sementara universal itu tidaklah

memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-

kata semata[37]

Peter Abelard (1079-1142 M) memandang

bahwa universal itu terdapat di alam pikiran

dan konsep-konsep universal itu adalah

konsep-konsep abstraksi yang diambil dari

maujud-maujud luar dengan memperhatikan

sifat-sifatnya dengan kata lain universal itu

merupakan konsep-konsep yang terdapat

dalam pikiran yang menceritakan tentang

realitas-realitas hakiki dan eksternal[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada

penerimaan atas konsep-konsep universal

yakni jika seseorang beranggapan bahwa

universalitas itu hanyalah sebuah kata semata

dan menolak konsep universal itu maka tidak

satu pun kaidah yang iabisa diterima karena

semua proposisi universal akan menjadi

proposisi partikular yang hanya terkait dengan

individu tertentu saja dengan demikian segala

proposisi universal yang merupakan pijakan

seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak

memiliki individu-individu eksternalnya begitu

pula seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak

bermanfaat Dengan alasan ini pembahasan

ldquouniversalitasrdquo memiliki urgensi

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 23: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang

berpijak pada empirisme dan positivisme Ia

memandang bahwa alat pengetahuan adalah

teks suci argumentasi dan experimen

Proposisi matematik yang karena berkaitan

langsung dengan experiman bisa diterima[39]

Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa

rasionalitas dan pemikiran itu sangat

bergantung pada pengindraan lahiriah yakni

pertama-tama indra lahir kita berhubungan

dengan alam luar kemudian akan terbentuk

konsep-konsep imajinasi dari konsep ini akal

akan membentuk konsep-konsep universal[40]

Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan

dengan pemikiran filsafat Islam

William of Ockam (1287-1347 M) adalah

seorang yang dikenal sebagai pengingkar

konsep-konsep universal Namun sebenarnya

tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak

mengingkari dan menolaknya karena ia

menafsirkan ldquouniversalrdquo itu sebagai

ldquopenghubungrdquo antara pikiran dan objek-objek

luar dan terkadang ia juga menyebut

ldquopenghubungrdquo itu sebagai ldquokonsep-konseprdquo

[41] [wisdoms4allcom]

[1] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar eropa jilid satu hal 74

[2] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa jilid kedua hal 141

[3] Syapur lsquoItemod Tarikh Marsquorifat Syenosi hal 2 Syahid Muthahhari Syenokht-e dar Quran hal 29 Taqi Mishbah Yazdi Omusyes Falsafeh jilid pertama pelajaran kesebelas Mahdi Dahbosy Nazariyeh-e Syenokh hal 32

[4] Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki ilmu terhadap sesuatu maka sesuatu itu hadir dalam jiwa dan pikiran kita Pada satu sisi kita memahami bahwa pada setiap sesuatu memiliki dua dimensi dimensi kuiditas dan

dimensi wujud Apabila sesuatu yang hadir dalam pikiran kita adalah kuiditasnya (mahiyah) maka ilmu kita terhadap sesuatu itu disebut ldquoilmu hushucirclicircrdquo atau ldquopengenalan rasionalldquo Pengenalan rasional ini memahami objek-objeknya lewat symbol-simbol kata-kata kalimat atau rumus-rumus Namun kalau sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah wujud eksternalnya maka ilmu kita terhadap sesuatu itu di sebut ldquoilmu hudhucircricircrdquo atau ldquopengenalan intuitifldquo Misalnya ketika kita melihat api yang ada di luar diri kita kalau yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak akan membakar pikiran kita akan tetapi jika yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu sendiri maka niscaya akan membakar diri kita karena yang memiliki pengaruh membakar itu hanyalah wujud api bukan kuiditasnya Dengan demikian ilmu hudhucircricirc menangkap objeknya secara langsung (immediate) dan berkaitan dengan hakikat sesuatu Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya objek di dalam diri si subjek karena itu pengetahuan ini disebut ldquopresensialldquo Sementara ilmu hushucirclicirc hanya berhubungan dengan gambaran sesuatu itu Ali Syirwani Syarh-e Mushthalahacirct-e Falsafi hal 110-111

[5] Silahkan rujuk pada catatan kaki no 4

[6] Kebenaran yang belum diyakini adalah suatu bentuk kebenaran yang diterima secara taklid dari orang-orang yang dipercaya dan belum melalui proses penelitian secara sistimatis dan logis

[7] Plato adalah orang pertama yang melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa dibuktikan sebagai makrifat hakiki Kaum epistemolog Barat mayoritas menyetujui makna ilmu seperti ini Aflatun Daure-ye Otsor jilid kedua hal 1119 Paul Edward Dacirciratul Marsquoacircrif jilid ketiga hal 10

[8] Dalam epistemologi kontemporer di Barat dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang bisa dibuktikan) esensi alim (yang mengetahui) esensi marsquolum (yang diketahui) sumber ilmu keluasan ilmu yang mencakup ilmu terhadap Tuhan jiwa manusia materi hakikat sebagaimana adanya (noman) fenomena (yang tampak kepada kita) pembagian ilmu berdasarkan keabsahan marsquolum keabsahan alat keabsahan metode

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 24: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

keabsahan kehadiran ilmu dan juga berdasarkan tolok ukur ilmu Apabila subyek epistemologi adalah penyingkapan secara umum maka akan tercakup segala apa yang disebutkan itu

[9] Seperti pengkajian kaidah tentang sebab dan akibat ada dan tiada kemestian kemungkinan dan kemustahilan mewujud wujud tetap dan berubah qidam dan huduts wujud pikiran dan eksternal wujud dan kuiditas potensi dan aktual dan wujud materi mitsal dan non-materi

[10] Jalan menuju makrifat tidak terbatas pada akal dan indra lahir melainkan pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud irfani ilham dan berpuncak pada wahyu Akan tetapi apa yang menjadi titik tekan dan inti pembahasan dalam epistemologi adalah mengenai akal dan indra (lahir dan batin)

[11] Syahid Murtadha Muthahhari Masaley-ye Syenokh hal 13

[12] Yang dimaksud dengan at-tashawwur (penggambaran konsepsi) adalah suatu gambaran pikiran dimana bukan penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain seperti gambaran tentang bulan matahari bumi langit Tuhan dan malaikat yang ada dalam pikiran kita

[13] Yang dimaksud dengan at-tashdiq (pembenaran pengesahan) adalah penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang lain dalam bentuk positif atau negatif seperti dikatakan Tuhan ada ular naga tiada jiwa manusia non-materi hellipDalam setiap pembenaran terdapat tiga penggambaran 1 Gambaran subyek 2 Gambaran predikat 3 Gambaran tentang hubungan subyek dan predikat

[14] Yang dimaksud dengan lsquokategori-kategori kedua filsafatrsquo (konsep-konsep filosofis) adalah suatu konsep yang tidak memiliki individu luar dan tidak memiliki wujud mandiri namun berwujud mengikuti keberadaan subyeknya Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap perkara-perkara eksternal kehadiran konsep ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek eksternalnya Seperti konsep tentang lsquosebabrsquo dan lsquoakibatrsquo misalnya api adalah lsquosebabrsquo panas atau panas adalah lsquoakibatrsquo dari api

Kalau kita perhatikan di alam eksternal yang ada itu hanyalah api dan panas lsquoSebabrsquo dan lsquoakibatrsquo itu tidak nampak diluar Munculnya konsep lsquosebabrsquo itu berasal dari analisa akal atas hubungan khusus antara api dan panas dan konsep lsquosebabrsquo itu lantas dipredikasikan kepada api Oleh karena itu walaupun lsquosebabrsquo ialah sifat untuk api tapi ini tidak berarti bahwa lsquosebabrsquo itu memiliki wujud yang mandiri dan terpisah dari api dan kemudian melekat pada api Semua konsep dalam filsafat berada dalam kategori-kategori seperti ini

[15] Capelestun Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 65

[16] Muhammad Ali Furughi Seir-e Hikmat dar Eropa hal 15

[17] Yusuf Keram Tarikh al-Falsafah al-Yunaniyah hal 21

[18] Frederick Copleston Tarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 99

[19] Ibid hal 106

[20] Ibid hal 112

[21] Ibid hal 126

[22] Ibid hal 149

[23] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb jilid pertama hal 171

[24] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 10-11

[25] Ibid hal 11

[26] Ibid hal 12 Dan Aristoteles Metafisik hal 95

[27] Seperti pengetahuan kita terhadap keberadaan dan wujud diri kita sendiri

[28] Aristoteles Metafisik hal 33

[29] Yang didirikan pada tahun 300 M

[30] Frederick CoplestonTarikh Falsafe-ye Garb hal 443

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 25: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

[31] Ibid hal 261

[32] Ibid hal 472

[33] PlotinusTacircsursquoacirct risalah ketiga pasal empat dan risalah kesembilan pasal sembilan dan pertama

[34] Paul Edward Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e Wustha hal 348

[35] Universal lawan dari partikular yang berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan untuk satu objek individual

[36] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 64

[37] Ibid hal 82

[38] Paul Edward Ruh-e Falsafe dar Qarn-e Wustha hal 102

[39] Ibid hal 131

[40] Ibid hal 172

[41] Ibid hal 209

Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison drsquoecirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafatSo sedemikian penting masalah epistemologi dalam pembahasan filsafat lantaran berfilsafat

adalah berargumen (silogis induktif atau deduktif ) yang melulu menggunakan software akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia Nah apakah akal universal ini patut diandalkan atau tidak diselesaikan terlebih dahulu dalam dapur epistemologi This the way I see it What do you say

1o ZAKY o November 25th 2007o REPLY o KUTIP

Zakysaya bisa garsquo nemuin materi yg saya carildquopengertian ilmu dan ilmu pengetahuanrdquo__________________________________________Isyraq Terima kasih atas kunjungan Anda Insya Allah sementara ini kami sedang menyiapkan tulisan yang bertajuk ldquoIlmu Pengetahuan (Sains) dan Agamardquo yang kurang lebihnya dapat memenuhi materi yang Anda cari Dalam pada itu sembari menanti teruploadnya tulisan tersebut kami mempersilahkan Anda menunggah httpwwwwisdoms4allcomEnglish artikel yang bertemakan ldquoIslamic Concept of Knowledgerdquo

2o sane o November 29th 2007o REPLY o KUTIP

perbedaan seorang filosof dengan seorang manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk wujud dengan epistimologi hingga tak ada sedikitpun keraguan dalam dirinya__________________________________________Isyraq Salam dan terima kasih kepada Sdri Sane yang memberikan nice dan supporting komentar atas postingan yang ada Anda benar bahwa filosof (tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan yang tersisa Filosof adalah alih bahasa bebas dari

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 26: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta kepada hikmah Filosof dalam bahasa Arab biasanya disebut sebagai hakim Hakim derivatnya adalah hukm muhkam yang dapat bermakna kuat dan menguatkan Jadi kerja filosof adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme induksi dan deduksi Nah sebelum berfilsafat piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah di dapur epistemologi Ursquobudu Rabbaka hatta lsquoatakal Yaqinsembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinanhellip Mari kita hasilkan keyakinan dengan berfilsafat Dan jangan berhenti di siniiqra warqarsquo ldquoBacalah dan melambunglah ke tingkat yang lebih tinggihellip

3o fahmi alkaf o Desember 3rd 2007o REPLY o KUTIP

SalamBagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri karena Ilmupengenalan seperti itulah yang menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi Yazdi rasanya masih perlu sumber yang bisa lebih menyederhanakan lagi terutama masalah epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan masalah emanasi penciptaan dan kontingensi sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam susunan AlQurrsquoan dimulai dari Surat Al Fathihah yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan Allah kemudian Tuntunan memohon dan Jalan yang harus dilalui dan Al Qurrsquoan di akhiri dengan surat yang membahas ldquosejarah Tuhanrdquo Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman bagaimana Allah ataupun Makhluq ini berasalDan isi Al-Quran banyak membahas hal kehidupan setelah mati itu semua merupakan kapling khas Agama dan pemahamanya lebih banyak bersifar HUDLURI ini hanya couriusity saya Tks

IsyraqSalam Kami sedang berupaya menyediakan pembahasan secara sistematis dan runtun epistemologi Dan pembahasan epistemologi di blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu

hudhuri perbedaan antara ilmu hudhuri dan hushuli Doakan kami untuk keep on writing masalah tersebut hingga tuntastass tassTerima Kasih

eko Desember 7th 2007REPLY KUTIP

achmad satya dharma Februari 10th 2008REPLY KUTIP

Salam alaykumhelliphelliphelliphellip

Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga kerahasiaannya sehingga orang orang yang berkeinginan dan dikehendakiNya yang mendapat ldquorahmatrdquo darinyahelliphelliphellip

Apakah kita masih termasuk orang orang yang merasa sudah tinggi ilmunya Sudah merasa lebih tua dan berengalaman dari yang lain Merasa yang paling benar Merasa apa yang kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil usaha dan jerih payahmu selama ini merasa paling benar ibadahnya

Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam golongan yang satupun dari yang di atashelliphelliphellip

Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmuDalam menempuhnya kita harus datang dengan ldquotangan terbukardquo dan harus bisa memenggal kepala ldquoegordquo kita karena sesungguhnya pengetahuan itu bukanlah diraihhellip tetapi adalah diberikanhellip

Masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhanhelliphellip Dalamilah islam sampai ke ldquointirdquonya jangan hanya kulitnya saja agar kita tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu dibahashellip

ldquoIkutilahrdquo Rasulullah sebagai uswatun hasanahhellip tetapi bukan menirunya sebab barang tiruan berarti adalah barang palsuhellip Ikuti dan terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 27: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

sunnah tersebuthellip

Bacalah al quran kalau tidak bisa arabnya tidak mengapahellip Baca saja terjemahannya bukan tafsirnyahellip Kalau tidak mengerti janganlah cepat menyerah semoga kita mendapat rahmat dariNya karena Al quran adalah petunjuk yang HAQhellip

Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng pengalaman ruhani manusia dalam menuju TUHANnyahellip Yangmana kita harus mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa memahami maksudnyahellip Jangan ada rasa cemburu terhadap yang sudah mengalaminya karena apabila telah menjadi hak kita dan telah sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada suatu apapun yang dapat menghalanginyahelliphellip

ldquoJalan yang lurusrdquo adalah jalan yang paling singkat dan pasti tidak ada kemungkinan kita untuk tersesat darinyahellip Yaitu jalannya para nabi shalihin shiddiqin dan para syuhadahelliphelliphellip

Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan mengabdihellip Subhanallahhelliphelliphellip

Minal aidin wal faidzinhellipSemoga kita termasuk orang orang yang kembali dan memeperoleh kemenanganhellip (Amin ya ALLAH)

Bismillahi tawakkaltu alallahhellipBismillahi majriha wa mursahahelliphelliphellip

Salam alaykum

PARAGRAPH BARU

EPISTEMOLOGI

1Latar Belakang

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan perlu diperhatikan bagaimana dan

sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian atau mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya (Luis O Kattsoff 2004

Dalam pembahasan filsafat epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi juga ontologi dan aksiologi Epistemologi adalah teori pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan Ontologi adalah teori tentang ldquoadardquo yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat kegunaan maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu Oleh karena itu ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan secara berurutan mulai dari ontologi epistemologi kemudian aksiologi Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi) lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi) kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi)

Demikian juga setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi) bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun Ketiga landasan ini saling berkaitan ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu Secara detail tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 28: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

sistemik justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan

Keterkaitan antara ontologi epistemologi dan aksiologimdashseperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran tetapi jika tidak didapatkan cara-cara berpikir maka objek pemikiran itu akan ldquodiamrdquo sehingga tidak diperoleh pengetahuan apapun Begitu juga seandainya objek pemikran sudah ada cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu maka hanya akan sia-sia Jadi ketiganya adalah interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung)

Namun demikian ketika kita membicarakan epistemologi disini berarti kita sedang menekankan bahasan tentang upaya cara atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan Dari sini setidaknya didapatkan perbedan yang cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir dalam lingkup epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreativitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi Oleh karena itu kita perlu memahami seluk beluk diseputar epistemologi mulai dari pengertian ruang lingkup objek tujuan landasan metode hakikat dan pengaruh epistemologi

B PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh JF Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat epistemologi dan ontologi Sebagai sub sistem filsafat epistemologi ternyata menyimpan ldquomisterirdquo pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda buka saja pada redaksinya melainkan juga pada substansi persoalannya

Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam

upaya memahami pengertian suatu konsep meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan Lazimnya pembahasan konsep apa pun selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya Misalnya seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri Setelah memahami substansi belajar tersebut dia baru bisa menjelaskan proses belajar gaya belajar teori belajar prinsip-prinsip belajar hambatan-hambatan belajar cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya Jadi pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan ldquojalan pembukardquo bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian)

Demikian pula pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) Secara etimologi istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan Dalam Epistemologi pertanyaan pokoknya adalah ldquoapa yang dapat saya ketahuirdquo Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 2) Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh 3) Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2003 hal32)

Pengertian lain menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan apakah sumber-sumber pengetahuan apakah hakikat jangkauan dan ruang

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 29: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

lingkup pengetahuan Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William SSahakian dan Mabel Lewis Sahakian 1965 dalam Jujun SSuriasumantri 2005)

Menurut Musa Asyrsquoarie epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu Sedangkan PHardono Hadi menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan pengandaian-pengendaian dan dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki Sedangkan DW Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan

Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama Sedangkan hal yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat pengetahuan sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan sehingga menghasilkan pengertian yang sebenarnya Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran yang saling berlawanan yaitu realisme dan idealisme

Selanjutnya pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut diungkapkan oleh Dagobert DRunes Dia menyatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber struktur metode-metode dan validitas pengetahuan Sementara itu Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai ldquoilmu yang membahas tentang keasliam pengertian struktur metode dan validitas ilmu pengetahuanrdquo Kendati ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan

yang relatif lebih mudah dipahami

C RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut kiranya kita perlu memerinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus karena definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya seperti proses maupun tujuan Akan tetapi ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup epistemologi sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi

MArifin merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakekat sumber dan validitas pengetahuan Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakikat unsur macam tumpuan batas dan sasaran pengetahuan Bahkan AM Saefuddin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab apakah ilmu itu dari mana asalnya apa sumbernya apa hakikatnya bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar apa kebenaran itu mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar apa yang dapat kita ketahui dan sampai dimanakah batasannya Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu

Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat tetapi cakupannya luas sekali Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi sebagaimana diuraikan tersebut maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat keaslian sumber struktur metode validias unsur macam tumpuan batas sasaran dasar pengandaian kodrat pertanggungjawaban dan skope pengetahuan Bahkan menurut Sidi Gazalba taklid kepada pengetahuan atas kewibaan orang yang memberikannya termasuk epistemologi sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin tentang psikologi kepercayaan Jelasnya seluruh permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 30: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu Filsafat merupakan refleksi dan refleksi selalu bersifat kritis maka tidak mungkin seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains Epistemologi senantiasa ldquomengawalirdquo dimensi-dimensi lainnya terutama ketika dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali Kenyataan ini kembali mempertegas bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi melainkan bisa juga sebaliknya ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi

Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan Semestinya harus ada pergeseran pusat perhatian pembahasan ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu agar dapat menyajikan pembahasan terhadap aspek-aspek epistemologi seluruhnya secara proporsional Lebih dari itu perubahan kecenderungan pembahasan tersebut dapat memperkenalkan pengetahuan yang makin luas dan mendalam tentang cakupan epistemologi

Kenyataannya saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan perhatian pada aspek-aspek tertentu saja Aspek-aspek itu berkisar pada sumber pengetahuan dan pembentukan pengetahuan M Amin Abdullah menilai bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah Sementara itu aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau setidak-

tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak

Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran ontologi sebagai objek pemikiran sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negatif Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak sebagaimana diuraikan di atas

Namun penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat khususnya bidang epistemologi Hanya saja jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan ldquobangunanrdquo pengetahuan

D OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur Jika diamati secara cermat sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan Objek sama dengan sasaran sedang tujuan hampir sama dengan harapan Meskipun berbeda tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan Dengan kata lain tujuan baru dapat diperoleh jika telah melalui objek lebih dulu Misalnya seorang polisi bertujuan membunuh perampok yang melakukan perlawanan ketika akan ditangkap dengan menambak kepalanya sebagai sasaran Jadi tujuannya adalah pembunuhan sedangkan objeknya adalah kepalanya Oleh karena itu pembunuhan sebagai tujuan polisi baru mungkin tercapai setelah melalui tindakan

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 31: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

menembak kepala perampok sebagai sasaran tetapi terjadinya pembunuhan tidak hanya melalui menembak kepala perampok bisa juga dadanya atau perutnya Ini berarti dalam satu tujuan bisa dicapai melalui objek yang berbeda-beda atau lebih dari satu

Sebaliknya mungkinkan suatu kegiatan hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya banyak Ternyata ini juga mungkin terjadi bahkan sering terjadi Manusia misalnya sejak lama ia menjadi objek penelitian dan pengamatan yang memiliki tujuan bermacam-macam baik untuk membangun psikologi sosiologi pedagogi ekonomi antropologi bilogi ilmu hukum dan sebagainya meskipun secara spesifik tekanan perhatian dalam meneliti dan mengamati itu berbeda-beda Dewasa ini justru kecenderungan ini mulai memperoleh perhatian yang sangat besar di kalangan para pemikir perekayasa dan juga pengusaha Artinya ada upaya bagaimana menjadikan bahan yang sama untuk kepentingan yang berbeda-beda Kecenderungan ini justru memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan bersifat dinamis mendorong kreativitas seseorang

Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya sedang berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya Hal ini merupakan implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut Secara global baik berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua tetap saja membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya

Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal Objek material adalah sarwa-yang-ada yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada)

Sebagai sub sistem filsafat epistemologi atau teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu Objek epistemologi ini menurut Jujun SSuriasumatri berupa ldquosegenap

proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuanrdquo Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan Tanpa suatu sasaran mustahil tujuan bisa terealisir sebaliknya tanpa suatu tujuan maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali

Selanjutnya apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut Jacques Martain mengatakan ldquoTujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan apakah saya dapat tahu tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahurdquo Hal ini menunjukkan bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan

Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetahuan Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis Keadaan pertama hanya berorientasi pada hasil sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses Seseorang yang mengetahui prosesnya tentu akan dapat mengetahui hasilnya tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya acapkali tidak mengetahui prosesnya Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui bahkan hafal Namun siswa yang cerdas tidak pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu Dia tentu akan mengejar bagaimana prosesnya dua kali tiga didapatkan hasil enam Maka guru yang profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan perkalian angka-angka lainnya

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 32: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Proses menjadi tahu atau ldquoproses pengetahuanrdquo inilah yang menjadi pembuka terhadap pengetahuan pemahaman dan pengembangan-pengembangannya Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang meskipun seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag tetapi dia tetap hanya apriori semata karena tidak pernah membuktikan Dengan membawa kuncinya maka gudang itu akan segera dibuka kemudian diperiksa satu persatu barang-barang yang ada didalamnya Dengan demikina seseorang tidak sekedar mengetahuai sesuatu atas informasi orang lain tetapi benar-benar tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu

Penguasaan terhadap proses tersebut berfungsi mengetahui dan memahami pemikiran seseorang secara komprehensif dan utuh termasuk juga ide gagasa konsep dan teorinya sebab tidak ada pemikiran yang terpenggal begitu saja tanpa ada alasan-alasan yang mendasarinya Dalam kehidupan masyarakat tidak jarang terjadi sikap saling menyalahkan pemikiran seseorang padahal mereka belum pernah melacak proses terjadinya pemikiran itu Timbulnya suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi alasan-alasan yang melatar belakangi maupun motif-motif yang mendasarinya Ketika faktor alasan dan motif ini belum dikenali maka acapkali seseorang tidak akan bisa memahami pemikiran orang lain Sebaliknya jika seseorang terlebih dahulu berupaya mengenali faktor alasan dan motif tersebut maka dia akan mampu mengenali pemikiran orang lain dengan baik sehingga dia dapat memakluminya Faktor alasan dan motif itu maupun komponen yang lain sesungguhnya termasuk dalam mata rantai proses sebuah pemikiran

E LANDASAN EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan sebab ia merupakan tempat berpijak Bangunan pengetahuan menjadi mapan jika memiliki landasan yang kokoh Bangunan pengetahuan bagaikan bangunan rumah sedangkan landasan bagaikan fundamennya Kekuatan bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya Demikian juga dengan epistemologi akan dipengaruhi atau tergantung landasannya

Di dalam filsafat pengetahuan semuanya tergantung pada titik tolaknya Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah Dengan demikian metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan

Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya seakan-akan mereka menganut motto tak ada sains tanpa metode akhirnya berkembang menjadi sains adalah metode Sikap ini mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap metode ilmiah tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil tetapi terlepas dari sikap tersebut yang seharusnya tidak perlu terjadi yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan (ilmu) Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-hari yang masih berserakan sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya sistematis objektif logis dan empiris

Dengan istilah lain Kholil Yasin menyebut pengetahuan tersebut dengan sebutan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) sedangkan ilmu pengetahuan dengan istilah pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) Hal ini sebenarnya hanya sebutan lain Disamping istilah pengetahuan dan pengetahuan biasa juga bisa disebut pengetahuan

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 33: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

sehari-hari atau pengalaman sehari-hari Pada bagian lain disamping disebut ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah juga sering disebut ilmu dan sains Sebutan-sebutan tersebut hanyalah pengayaan istilah sedangkan substansisnya relatif sama kendatipun ada juga yang menajamkan perbedaan misalnya antar sains dengan ilmu melalui pelacakan akar sejarah dari dua kata tersebut sumber-sumbernya batas-batasanya dan sebagainya

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan melaikan termasuk wilayah filsafat Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan yaitu rasio dan fakta secara integratif

F HUBUNGAN EPISTEMOLOGI METODE DAN METODOLOGI

Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya antara metode metodologi dan epistemologi Hal ini perlu penegasan mengingat dalam kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan bahkan dengan epistemologi Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga istilah ini tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan metodologi ldquoDalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikajirdquo

Lebih jauh lagi Peter RSenn mengemukakan ldquometode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematisrdquo Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam metode tersebut Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau cara-cara mengetahui sesuatu Jika metode merupakan prosedur atau cara mengetahui

sesuatu maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual terhadap prosedur tersebut Implikasinya dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode

Metodologi membahas konsep teoritik dari berbagai metode kelemahan dan kelebihannya dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang digunakan dalam penelitian Penggunaan metode penelitian tanpa memahami metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang dianutnya Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif Padahal mestinya dia harus benar-benar memahami bahwa penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positivisme sehingga ditentukan oleh sebab akibat (mengikuti paham determinsime sesuatu yang ditentukan oleh yang lain) sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme (fenomenologis) Dengan demikian metodologi juga menyentuh bahasan tantang aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode Aspek filosofis yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi

Oleh karena itu dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis antara epistemologi metodologi dan metode sebagai berikut Dari epistemologi dilanjutkan dengan merinci pada metodologi yang biasanya terfokus pada metode atau tehnik Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat maka metode sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat Filsafat mencakup bahasan epistemologi epistemologi mencakup bahasan metodologis dan dari metodologi itulah akhirnya diperoleh metode Jadi metode merupakan perwujudan dari metodologi sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup dalam epistemologi Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat

Posisi masing-masing istilah ini seperti lingkaran besar yang melingkari lingkaran kecil dan dalam lingkaran kecil masih terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi Lingkaran besar disini diumpamakan filsafat lingkaran kecil berupa epistemologi dan

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 34: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

lingkaran yang lebih kecil kecuali berupa metodologi Ini berarti bahwa filsafat mencakup bahasan epistemologi tetapi bahasan filsafat tidak hanya epistemologi karena masih ada bahasan lain yaitu ontologi dan aksiologi Demikian juga epistemologi mencakup bahasan metode (metodologi) namun bahasan epistemologi bukan hanya metode semata-mata karena ada bahasan lain seperti hakikat sumber struktur validitas unsur macam tumpuan batas sasaran dan dasar pengetahuan Untuk lebih jelas lagi perlu dibedakan adanya metode pengetahuan dan metode penelitian kendatipun tidak bisa dipisahkan Metode pengetahuan berada dalam dataran filosofis-teoritis sedangkan metode penelitian berada dalam dataran teknis

Dalam filsafat istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi Secara lebih khusus problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi juga berkaitan dengan rancangan tata pikir apa yang benar dan dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan Kemudian berbicara tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran baik dalam aspek parsial atau total Lebih jelas lagi bahwa seseorang yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk memperoleh pengetahuan maka dia harus mengacu pada metodologi mengingat pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi Metodologi inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap metode

G HAKIKAT EPISTEMOLOGI

Pembahasan tentang hakikat lagi-lagi terasa sulit karena ita tidak bisa menangkapnya kecuali ciri-cirinya Apalagi hakikat epistemologi tentu lebih sulit lagi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan membedakan cabang-cabangnya yang pokok mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya ldquoApa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuirdquo adalah masalah-masalah sentral epistemologi tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat Pandangan yang lebih ekstrim lagi

menurut Kelompok Wina bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat melainkan termasuk dalam kajian psikologi Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia the workings of human mind Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran Kemudian jika diingat bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain kecuali psikologi padahal realitasnya banyak sekali

Oleh karena itu epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya Dalam epistemologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis

Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M Honer dan Thomas CHunt yang menilai epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi Sejak semula epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya Selain itu pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 35: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

untuk melebihi takaran minat kita

Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail dan pelik Metodologi misalnya telah digabungan secara teliti dengan epistemologi dan logika Sementara itu logika itu sendiri patut dipertanyakan apakah logika itu bagian dari epistemologi diluar epistemologi sama sekali atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi Ada yang menyatakan bahwa posisi logika berada diluar ontologi epistemologi dan aksiologi Di samping itu epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi Menurut Jujun S Suriasumatri bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing Dalam pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain ontologi dan aksiologi)

Selanjutnya epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia Ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar sehingga tidak perlu diketahui meskipun memungkinkan untuk diketahui Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri sehingga tidak mungkin bisa diketahui

Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya berarti dia menggunakan pendekatan deduktif Sebaliknya ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala yang sama baruk ditarik kesimpulan secara umum berarti dia menggunakan pendekatan

induktif Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke masa depan yang masih jauh ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan kencenderungan melihat ke belakang yaitu masa lampau yang telah dilalui Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang Kita terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis sebab jangkauan berpikirnya adalah masa depan Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia karena jangkauan berpikirnya yang amat pendek jika dilihat dari kepentingan jangka panjang maka tindakannya itu justru merugikan

Pada bagian lain dikatakan bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam yakni pikiran dan indera Oleh sebab itu epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris Hal ini juga bisa dikatakan bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi Gabungan kedua macaram cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah

Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi maka menimbulkan pemahaman bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme atau deduktif dengan induktif) dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya karena lebih mencerminkan esensi dari epistemologi Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali sehingga selalu membutuhkan kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius

H PENGARUH EPISTEMOLOGI

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 36: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Bagi Karl R Popper epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah Sebagai teori pengetahuan ilmiah epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam membentuk dirinya Tetapi ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam pertumbuhannya sebab ilmu pengetahuan yang berhenti akan kehilangan kekhasannya Ilmu pengetahuan harus berkembang terus sehingga tidka jarang temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan demikian membuktikan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif Selama belum digugurkan oleh temuan lain maka suatu temuan dianggap benar Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu pengetahuan Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur ilmu pengetahuan tersebut maka epistemologi dapat memberikan pengayaan gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah Proses ini lebih penting daripada hasil mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan Akhirnya epistemologi bisa menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang kebenarannya terandalkan

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada Dalam filsafat banyak konsep dari pemikiran filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi Penguasaan epistemologi terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun oleh dirinya sendiri Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh hasil pemikiran yang maksimal Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal) dan pemikirannya sendiri (kritik internal) Implikasinya epistemologi senantiasa mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

relatif mudah dicapai bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan ide atau gagasan baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat Mohammad Arkoun menyebutkan bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang melingkupinya Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran Kendati terhadap satu persoalan tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda pada gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda Kondisi demikian sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman tidak ada yang aneh sama sekali sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh ilmu-ilmu mereka itumdashsuatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmumdashdipandang dari keyakinan kepercayaan dan sistem nilai mereka Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia Demikian halnya yang terjadi pada teknologi Meskipun teknologi sebagai penerapan sains tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 37: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya Pada awalnya seseorang yang berusaha menciptakan sesuatu yang baru mungki saja mengalami kegagalan tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan berupa faktor-faktor penyebabnya Jadi kronologinya adalah sebagai berikut mula-mula seseorang berpikir dan mengadakan perenungan sehingga didapatkan percikan-percikan pengetahuan kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan (sains) Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains) Pemikiran pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat yang dikenal dengan epistemologi Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut maka epistemologi bukan hanya mungkin melainkan mutlak perlu dikuasai

suparmanhttpwwwbloggercomprofile03249547895308622683noreplybloggercom

PARAGRAPH BARU LAGI

EPISTEMOLOGI ILMUoleh anin Pengarang Elvira Syamsir

Summary rating 2 stars (328 Tinjauan) Kunjungan 23711 kata600

More About epistemologi

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi epistemologi dan aksiologi 1 Ontologi (hakikat apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalsime dan empirisme Secara ontologis objek dibahas dari keberadaannya apakah ia materi atau bukan guna membentuk konsep tentang alam nyata (universal ataupun spesifik) Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) ldquoAdardquo Persoalan yang didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah objek yang ditelaah ilmu Bagaimana wujud hakiki objek tersebut Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir merasa dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya 2 Epistemologi (filsafat ilmu) Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan sum-ber pengetahuan asal mula pengetahuan sarana metode atau cara memperoleh pengetahuan validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah) Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar Akal akal budi pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman intuisi merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik sehingga dikenal model-model epistemologik seperti rasionalisme empirisme rasionalisme kritis positivisme fenomenologi dan sebagainya Epistemologi juga membahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) seperti teori ko-herensi korespondesi pragmatis dan teori intersubjektif Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan diperca-ya Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu

EPISTEMOLOGI IL

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 38: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan cenderung bersifat kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa matematika dan statistika Metode ilmiah mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) dapat diuji apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang 3 Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu) Meliputi nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmuDiterbitkan di 18 Maret 2008

Sumber httpidshvoongcomhumanitiesphilosophy1786495-epistemologi-ilmuixzz1JmIRVKqJ

PARAGRAPH BARU YAhellip

Epistemologi Pengantar Memasuki Ranah Ontologi Anda dan vice-versa Akan tetapi

bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu Blablabla Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari hingga akhir hayatnya

Tuhanku para arif berkata kenalkan diriMu kepadaku dan jahil ini berkata kenalkan diriku kepadaku IntroduksiPandangan dunia (weltanschauung) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran (asy-Syai fil khacircrij) Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar Semakin besar pengenalannya semakin luas dan dalam pandangan dunianya Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban Karena nilai dan kualitas keberadaan kita sangat bergantung kepada pengenalan kita terhadap kebenaran Anda dikenal atas apa yang Anda kenal Wujud anda ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-versa Akan tetapi bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal Parameter atau paradigma apa yang digunakan untuk dapat mengidentifikasi kebenaran itu Mengapa kita memerlukan paradigma atau parameter ini Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu BlablablaKalau kita menilik perjalanan sejarah umat manusia sebagai makhluk dinamis dan progressive manusia acapkali dihadapkan kepada persoalan-persoalan krusial tentang hidup dan kehidupan tentang ada dan keberadaan tentang perkara-perkara eksistensial Penulusuran penyusuran serta jelajah manusia untuk menuai jawaban atas masalah-masalah di atas membuat eksistensi manusia jauh lebih berarti Manusia berusaha bertungkus lumus memaknai keberadaannya untuk mencari jawaban ini Till death do us apart manusia terus mencari dan mencari

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 39: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

hingga akhir hayatnya Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya ternyata tidak mampu memberikan jawaban utuh dan komprehensif atas masalah ini[1] Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas adalah bercorak empirikal Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba memberikan jawaban atas masalah ini Karena baik dari sisi metodologi atau pun subjek keilmuan filsafat menggunakan metodologi rasional dan subjek ilmu filsafat adalah eksisten qua eksisten[2] Betapa pun sebelum memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu instrument yang digunakan dalam berfilsafat harus disepakati Dengan kata lain akal yang digunakan sebagai instrument berfilsafat harus diuji dulu validitasnya apakah ia absah atau tidak dalam menguak realitas Betapa tidak dalam menguak realitas terdapat perdebatan panjang semenjak zaman Yunani Kuno (lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris (indriawi dan persepsi) Semenjak Plato hingga Michel Foucault dan Jean-Franccedilois Lyotard Dengan demikian pembahasan epistemologi sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti adanya Yakni sebelum kita merangsek memasuki kosmos filsafat ndash yang nota-bene menggunakan akal (an-sich) ndash kita harus membahas instrument dan metodologi apa yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini Dan ini adalah raison decirctre pembahasan epistemologi Atau sederhananya pembahasan epistemology adalah pengantar menuju pembahasan filsafat Tentu saja harus kita ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat dan untuk mengenalnya adalah mungkin[3] Walhasil pembahasan epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat harus dikedepankan sebelum membahas perkara-perkara filsafat Apa itu Epistemologi Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme pengetahuan dan logos theory Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya dan relasi eksak antara alim (subjek) dan malum (objek) Atau dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul asumsi dasar sifat-sifat dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja

menentukan karakter pengetahuan bahkan menentukan ldquokebenaranrdquo macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak Manusia dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti dari manakah saya berasal Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam Apa hakikat manusia Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia Mana pemerintahan yang benar dan adil Mengapa keadilan itu ialah baik Pada derajat berapa air mendidih Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinyaPada dasarnya manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa1 Hakikat itu ada dan nyata2 Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu3 Hakikat itu bisa dicapai diketahui dan dipahami4 Manusia bisa memiliki ilmu pengetahuan dan makrifat atas hakikat itu Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka Kalau pun hakikat itu ada lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusiaPersoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 40: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya Dengan perantara teropong itu sendiri ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya Namun apabila seseorang bertanya kepadanya Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna bentuk dan ukuran benda-benda tersebut Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong Dengan ungkapan lain tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauhKeraguan-keraguan tentang hakikat pikiran persepsi-persepsi pikiran nilai dan keabsahan pikiran kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal tolok ukur kebenaran hasil pikiran dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologiDengan demikian definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan dasar dan pondasi alat tolok ukur keabsahan validitas dan kebenaran ilmu makrifat dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu makrifat dan pengetahuan Dalam hal ini dua poin penting akan dijelaskan1 Cakupan pokok bahasan yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushucirclicirc Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikuta Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki sains teknologi keterampilan kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhucircricirc hushucirclicirc ilmu Tuhan

ilmu para malaikat dan ilmu manusiab Ilmu adalah kehadiran (hudhucircricirc) dan segala bentuk penyingkapan Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam Makna ini mencakup ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricircc Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushucirclicirc dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik)d Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakinie Ilmu adalah pembenaran yang diyakinif Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternalg Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan h Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografii Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik

Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik 2 Sudut pembahasan yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat maka dari sudut mana subyek ini dibahas karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi logika dan psikologi Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmuDalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan pembagian dan observasi ilmu dan batasan-batasan pengetahuan Dan dari sisi ini ilmu hushucirclicirc dan ilmu hudhucircricirc juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya Dengan demikian ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi Masalah-masalah Filosofis Masa Yunani dan Masa Medieval Pada abad ke-13 seorang filosof dan teolog Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 41: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

lebih luas dengan memanfaatkan sumber-sumber beragam seperti karya-karya filosof Aristoteles cendekiawan Muslim dan Yahudi Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa-masa kiwari sangat mempengaruhi irama dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat Barat Pada abad ke-5 SM Sophist Yunani menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu Oleh karena itu seorang Sophist prominen Gorgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar-benar wujud karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui dan jika ilmu bersifat nisbi tidak dapat dikomunikasikan Seorang Sophist ternama lainnya Protagoras berpandangan bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari pengalaman yang dilaluinya Plato mengikuti ustadznya Socrates mencoba untuk menjawab isykalan-isyakalan para Sophist dengan mempostulasikan keberadaan semesta yang bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang invisible atau ide-ide yang melaluinya ilmu pasti dan eksak dapat diraih Mereka percaya bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji dalam ilmu matematika dan filsafat Dengan demikian hanya penalaran abstrak dari disiplin ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan original sementara mengandalkan indra-persepsi menghasilkan pendapat-pendapat yang inkonsisten dan mubham Mereka menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan tujuan tertinggi kehidupan manusia Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu yang lainnya namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya Aristotels berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari pengalaman Ilmu diraih baik secara langsung dengan mengabstraksikan ciri-ciri khusus dari setiap spesies atau tidak langsung dengan mendeduksi kenyataan-kenyataan baru dari apa yang telah diketahui berdasarkan aturan-aturan logika Observasi yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan aturan-aturan logika yang pertama kalinya disusun secara sistematis oleh Aristoteles akan membantu menjaga dari perangkap-perangkap yang dipasang oleh para Sophist Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indra-persepsi akan tetapi menentang keduanya baik Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah bimbingan praktis untuk menjalani hidup mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah akhir dari kehidupan

Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan beberapa filosof abad pertengahan berusaha membantu untuk mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman mencampur metode-metode rasional dengan iman dalam sebuah system keyakinan integral Aquinas mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang persepsi sebagai starting-point dan logika sebagai prosedur intelektual untuk sampai kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable) tentang tabiat akan tetapi memandang iman dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber keyakinan agama Masa Plato dan Aristoteles Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat meskipun ia belum menggunakan secara resmi istilah epistemology ini Filosof Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles Ia murid Plato dan pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia Pembahasan tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau dilakukan dengan cara membandingkan keduanya sebagaimana tertuang pada table di bawah ini Table komparasi epistemology Plato dan Aristoteles

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 42: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles ini memiliki pengaruh besar terhadap para filosof modern Idealisme Plato mempengaruhi filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza Leibniz dan Whitehead Sedangkan pandangan Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof Empiris seperti Locke Hume dan Berkeley Rasio Vs Indra PersepsiAntara abad 17 hingga akhir abad ke-19 masalah utama yang muncul dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kubu rasionalis vis-agrave-vis kubu empiris (indriawi-persepsi) Filosof Francis Reneacute Descartes (1596-1650) filosof Belanda Baruch Spinoza (1632-1677) dan filosof Jerman Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para pemimpin kubu rasionalis Mereka berpandangan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah logika deduktif (baca qiyas) yang bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti (badihi) atau axioma-axioma Sementara

orang-orang seperti Francis Bacon ( 1561-1626) and John Locke (1632-1704) keduanya adalah filosof Inggris berkeyakinan bahwa sumber utama dan pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah bersandar kepada pengalaman persepsi dan indriawi Filosof Francis Reneacute Descartes secara rigoris menggunakan metode deduksi dalam jelajah filsafatnya Barangkali Descartes ini dikenal baik atas karya pionirnya untuk bersikap skeptis dalam berfilsafat Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan Descartes yang kerap disebut sebagai Bapak Filsafat Modern (sekaligus filsafatnya kemudian dikenal sebagai Cartesians) ini dalam mengusung metode rasionalnya dia menggunakan metode sangsi dalam menyikapi pelbagai fenomena atau untuk mencerap ilmu pengetahuan Postulat Cogito Ergo Sum adalah milik Descartes Rumusan postulat ini yang menemaninya untuk menyingkap ilmu pengetahuan Menurut Descartes segala sesuatu yang berada di dunia luar harus disangsikan dan diragukan Pandangan Descartes tentang manusia sering disebut sebagai dualistis Ia melihat manusia sebagai dua substansi jiwa dan tubuh Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan Tubuh tidak lain adalah suatu mesin yang dijalankan jiwa Hal ini dipengaruhi oleh epistemologinya yang memandang rasio sebagai hal yang paling utama pada manusiaEmpirisme pertama kali diperkenalkan oleh filosof dan negarawan Inggris Francis Bacon pada awal-awal abad ke-17 akan tetapi John Locke yang kemudian mendesignnya secara sistemik yang dituangkan dalam bukunya Essay Concerning Human Understanding (1690) John Locke memandang bahwa nalar seseorang pada waktu lahirnya adalah ibarat sebuah tabula rasa sebuah batu tulis kosong tanpa isi tanpa pengetahuan apapun Lingkungan dan pengalamanlah yang menjadikannya berisi Pengalaman indrawi menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia John Locke adalah orang yang tidak percaya terhadap konsepsi intuisi dan batin Filosof empirisme lainnya adalah Hume Ia memandang manusia sebagai sekumpulan persepsi (ldquoa bundle or collection of perceptionsrdquo) Manusia hanya mampu menangkap kesan-kesan saja lalu menyimpulkan kesan-kesan itu seolah-olah berhubungan Pada kenyataannya menurut Hume manusia tidak mampu menangkap suatu substansi Apa yang dianggap substansi oleh manusia hanyalah kepercayaan saja Begitu pula dalam menangkap hubungan sebab-akibat Manusia cenderung menganggap dua kejadian sebagai sebab dan akibat hanya karena menyangka kejadian-kejadian itu ada

Topik Pemikiran

Plato Aristoteles

Pandangan tentang dunia

Ada 2 dunia dunia ide amp dunia sekarang (semu)

Hanya 1 dunia Dunia nyata yang sedang dijalani

Kenyataan yang sejati

Ide-ide yang berasal dari dunia ide

Segala sesuatu yang di alam yang dapat ditangkap indra

Pandangan tentang manusia

Terdiri dari badan dan jiwa Jiwa abadi badan fana (tidak abadi) Jiwa terpenjara badan

Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan

Asal pengetahuan

Dunia ide Namun tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia

Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata

Cara mendapatkan pengetahuan

Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan

Observasi dan abstraksi diolah dengan logika

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 43: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

kaitannya padahal kenyataannya tidak demikian Selain itu Hume menolak ide bahwa manusia memiliki kedirian (self) Apa yang dianggap sebagai diri oleh manusia merupakan kumpulan persepsi saja[bersambung] Sumber Rujukan- Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi- Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawadi Amuli- Berbagai referensi dari internet

[1] Silahkan rujuk Acircmuzesy-e Falsafeh Ustadz Ayatullah Agacirc Misbacirch Yazdi jilid 1 hal 91 Syarkat-e Cacircp-e wa Nasyr-e Bainal Milal Sazemacircn-e Tablighati Islacircmi Qum [2] Idem[3] Marifat Syinacircsi dar Quracircn Ustadz Ayatullah Agacirc Jawacircdi Acircmuli hal 22 Markaz-e Nasyr Isra Qum

PARAGRAPH BARUhelliphelliphelliphellip

ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN Filed under Teknologi Pendidikan by Fadli mdash 3 Komentar

Oktober 4 2010

A Ontologi

Cabang utama metafisika adalah ontologi studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia termasuk keberadaan kebendaan sifat ruang waktu hubungan sebab akibat dan kemungkinan

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales Plato dan Aristoteles Pada masanya kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham yaitu (1) Paham monisme yang terpecah menjadi

idealisme atau spiritualisme (2) Paham dualisme dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu Beberapa aliran dalam bidang ontologi yakni realisme naturalisme empirisme

B Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal sifat metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin nature methods and limits of human knowledge) Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme yang berarti ldquopengetahuanrdquo ldquopengetahuan yang benarrdquo ldquopengetahuan ilrniahrdquo dan logos = teori Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur metode dan sahnya (validitas) pengetahuan

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah 1) Apakah pengetahuan itu 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu 3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh 4) Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinitai 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma pengalaman) 6) Apa perbedaan di antara kepercayaan pengetahuan pendapat fakta kenyataan kesalahan bayangan gagasan kebenaran kebolehjadian kepastian

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan sebelumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
Page 44: Ontologi, Epistemilogi dan Aksiologi Ilmu (P.Rudi-Fil.Ilmu&Etika)

sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan

C Aksiologi

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dengan demikian maka aksiologi adalah ldquoteori tentang nilairdquo (Amsal Bakhtiar 2004 162) Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S Suriasumantri 2000 105) Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian Pertama moral conduct yaitu tindakan moral yang melahirkan etika Keduei- esthetic expression yaitu ekspresi keindahan Ketiga sosio-political life yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio-politik

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation Ada tiga bentuk value dan valuation yaitu 1) Nilai sebagai suatu kata benda abstrak 2) Nilai sebagai kata benda konkret 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free) Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value bound Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja Jika hitam katakan hitam jika ternyata putih katakan putih tanpa berpihak kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata Sedangkan secara ontologi dan aksiologis ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan yang buruk yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap (Jujun S Suriasumantri 200036)

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar Sebuah keniscayaan bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang kuat Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral maka peristiwa terjadilah kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya ldquoMomok kemanusiaanrdquo yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S Suriasumantri 200036) Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern (1) Nilai teori manusia modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional orientasinya pada ilmu dan teknologi serta terbuka terhadap ide-ide dan pengalaman baru (2) Nilai sosial dalam kaitannya dengan nilai sosial manusia modem dicirikan oleh sikap individualistik menghargai profesionalisasi menghargai prestasi bersikap positif terhadap keluarga kecil dan menghargai hak-hak asasi perempuan (3) nilai ekonomi dalam kaitannya dengan nilai ekonomi manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi efisien menghargai waktu terorganisasikan dalam kehidupannya dan penuh perhitungan (4) Nilai pengambilan keputusan manusia modern dalam kaitannya dengan nilai ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat dan keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi (5) Nilai agama dalam hubungannya dengan nilai agama manusia modem dicirikan oleh sikapnya yang tidak fatalistik analitis sebagai lawan dari legalitas penalaran sebagai lawan dari sikap mistis (Suriasumantri 1986 SemiawanC 1993)

  • Ontologi
  • PEMBAHASAN
  • A Ontologi
    • Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
      • Kesimpulan
          • Mengenal EPISTEMOLOGI PART 1
          • Pengertian Epistemologi
          • EPISTEMOLOGI ILMU
          • Epistemologi
          • Mendulang Secercah Cahaya
            • Epistemologi Teori Ilmu Pengetahuan
              • EPISTEMOLOGI ILMU
                • ONTOLOGI EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN