etika kepadetika kepada sesama manusia.docx etika kepada sesama manusia.docx etika kepada sesama...

Upload: trianinano

Post on 08-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Etika Kepada Sesama Manusia.docx

TRANSCRIPT

ETIKA KEPADA SESAMA MANUSIAMAKALAHDiajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama dan Etika Islam

Disusun oleh :Yanrizha Ihsan (S3113005)

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA2015

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb.Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah pemahaman saya tentang Akhlak dalam Makalah yang saya buat.Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan dan penyusunan makalah ini tidak lain berkat Allah SWT sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam juga disusun untuk memperluas ilmu tentang Akhlak dalam Agama Islam, yang saya dapatkan dari berbagai macam sumber informasi dan referensi.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa Institut Teknologi Sumatera. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada Dosen Mata Kuliah saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 13 Februari 2015

Tim PenulisDaftar IsiKata Pengantar iDaftar Isi iiBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.4 Ruang Lingkup Kajian 1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1.5.1 Metode 1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.6 Sistematika Pembahasan

BAB II PENGERTIAN ETIKA DALAM ISLAM2.1 Definisi Etika 2.2 Sumber Hukum Terkait Tentang Etika

BAB III MACAM-MACAM ETIKA3.1 Etika Kepada Ayah dan Ibu 3.2 Etika Kepada Diri Sendiri 3.3 Etika Kepada Nonmuslim 3.4 Etika Kepada Lawan Jenis 3.5 Etika Berumah Tangga (Munakahat)

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN4.1 Simpulan 4.2 Saran Daftar Pustaka

BAB1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangEtika merupakan refleksi atas moralitas. Akan tetapi, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan,etika bukan sekedar refleksi tetapi refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk. Oleh karena itu, yang menjadi pusat penelitiannya bukan hanya prinsip-prinsip dan patokan-patokan moral semata, tetapi manusialah yang menjadi inti penelitiannya. Tetapi apakah yang menjadi dasar dalam meneliti manusia tersebut? Norma menjadi pegangan di dalam menilai tingkah laku ataupun moral dari manusia tersebut. Norma menjadi tolak ukur bagi setiap pengambilan keputusan etis. Norma-norma yang dibentuk oleh masyarakat menjadi pembimbing bagi para pengikutnya untuk menjalankan kehidupan mereka dengan baik. Dan memang seringkali norma yang ada dibentuk dengan tujuan untuk mengatur kehidupan para anggota komunitasnya agar dapat berinteraksi dengan baik. Norma itu jugalah yang mengatur kehidupan moral di dalam mana masyarakat itu tinggal dan menetap.Etika bukanlah merupakan ilmu yang statis saja yang hanya berdiri sebagai satu-satunya ilmu yang meneliti tingkah laku atau sifat dari manusia. Dalam memahami ataupun meneliti suatu tingkah laku atau kebiaasaan di dalam masyarakat, etika juga membutuhkan dialog dengan disiplin ilmu yang lain demi memfokuskan diri terhadap penelitiannya tersebut. Begitu juga dengan apa yang seharusnya dilakukan di dalam etika sendiri.Akan tetapi, penulis melihat bahwa di dalam masyarakat sering terdapat kelompok-kelompok yang cenderung fanatik terhadap hukum-hukum yang ada pada mereka sehingga membentuk sikap moral yang tertutup. Norma-norma yang ada pada mereka tidak dapat diganggu-gugat dan jika sampai dikritisi maka akan mendapatkan sangsi yang berat. Norma-norma yang dibentuk oleh kelompok tersebut seakan-akan menjadi lebih tinggi derajatnya daripada manusia-manusia yang membentuknya. Terlalu mengagungkan norma-norma yang ada di dalam masyarakat membuat suatu komunitas itu menjadi tertutup. Hal inilah yang menjadi perhatian dari penulis mengapa bisa terjadi hal yang demikian. Penulis melihat hal ini di berbagai daerah di Indonesia tidak jarang ditemukan kelompok-kelompok dengan moral tertutup. Biasanya kelompok-kelompok dengan moral yang tertutup ini banyak terdapat pada kelompok-kelompok agama yang terkadang mengancam keutuhan umat beragama lain untuk berelasi dengan saudara-saudaranya yang berbeda keyakinan dengan mereka.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas muncul, muncul beberapa persoalan yaitu:1. Apakah pengertian etika?2. Bagaimanakah sikap kita terhadap orangtua?3. Bagaimanakah sikap terhadap diri sendiri?4. Bagaimanakah sikap terhadap lawan jenis?5. Bagaimanakah hubungan kita terhadap umat beragama?6. Bagaimanakah etika kita dalam berumahtangga?

1.3 Tujuan dan ManfaatDalam era globalisasi dewasa ini kita terkadang lupa akan beretika terhadap sesama manusia, kita hanya mementingkan diri sendiri. Padahal dalam kehidupan sehari-hari etika sangat penting untuk di terapkan dalam menciptakan nilai moral yang baik. Beberapa orang mengartikan bahwa etika hanyalah sebagai konsep untuk dipahami dan bukan menjadi bagian dari diri kita. Namun sebenarnya etika harus benar-benar dimiliki dan diterapkan oleh diri kita masing-masing, sebagai modal utama moralitas kita pada kehidupan yang menuntut kita berbuat baik. Etika yang baik, mencerminkan perilaku yang baik, sedangkan etika yang buruk, mencerminkan perilaku kita yang buruk pula. Selain itu etika dapat membuat kita menjadi lebih tanggung jawab, adil dan responsif. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis, tertib, teratur, damai dan sejahtera serta mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonom.

1.4 Ruang Lingkup KajianEtika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek. Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data1.5.1 MetodeMetode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan isi makalah dari sumber atau literatur yang dapat dipercaya.1.5.2 Teknik pengumpulan dataPada makalah ini kami menggunakan teknik pengumpulan data, berupa sumber dan studi literatur.

1.6 Sistematika PembahasanPenulisan makalah ini terbagi menjadi empat bab, yaitu pendahuluan, pengertian etika dalam Islam, macam-macam etika, serta simpulan dan saran. Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang makalah ini, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup kajian, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika pembahasan.Pada bab dua akan disajikan definisi etika dan sumber hukum terkait tentang etika dalam Islam. Bab tiga akan menjabarkan etika kepada ayah dan ibu, etika kepada diri sendiri, etika kepada nonmuslim, etika kepada lawan jenis, dan etika dalam berumah tangga (munakahat). Bab empat berisi tentang simpulan dan saran dari penulis mengenai makalah ini.

BAB 2PENGERTIAN ETIKA DALAM ISLAM

2.1 Definisi EtikaIstilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa,padangrumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafatmoral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.

2.2 Sumber Hukum Terkait tentang EtikaDalil mengenai etika terhadap manusia banyak diatur dalam al-Quran, diantaranya :a. Memenuhi janji (al Isra : 34, an Nahl : 91, Al Maidah : 1, As Shaff : 2-3) b. Menghubungkan tali persaudaraan (An Nisa : 36)c. Dari Anas ra. bahwa Rasulullah bersabda: Siapa yang ingin dilapangkan untuknya rizkinya dan diakhirkan untuknya dalam ajalnya maka hendaklah menyambung tali silaturahimnya. (HR.Bukhari-Muslim) d. Dari Aisyah ra. dia berkata Rahim itu digantung diatas Arsy, dia berkata: Siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutusku maka Allah akan memutusnya. (HR.Bukhari-Muslim)e. Waspada dan menjaga keselanmatan bersama (Al Maidah : 2, Al Asr : 1-3)f. Berlomba mencapai kebaikan (Al Baqoroh : 148, Ali Imron : 133)g. Bersikap adil (An Nahl : 90, Al Hujurat : 90)h. Tidak boleh mencela dan menghina (Al Hujurat : 9, Al Humazah : 1)i. Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah berkata: Cukuplah kejelekan seseorang jika menghina saudaranya sesama. (HR.Muslim)j. Tidak boleh bermarahan (Al Qalam : 4, Al Imron : 134)k. Menjaga rahasia (Al Isra : 34)l. Mengutamakan orang lain (Al Hasyr : 9, Al Insan : 8)m. Hendaklah kalian saling memberi hadiah pasti kalian saling mencintai. (HR. Al Baihaqi).

BAB 3MACAM-MACAM ETIKA

3.1 Etika Kepada Ayah dan IbuSecara umumnya, Allah memerintahkan manusia supaya menghormati ibu dan ayah mereka. Firman Allah:

. Maksudnya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Surah al-Isra' 17:23-34)Begitulah yang ditekankan di dalam ayat Quran di atas yaitu menghormati dan berbakti kepada ibu ayah merupakan satu perkara yang sangat besar di dalam agama Islam ini demi menjaga keharmonian institusi kekeluargaan. Bahkan ibu ayahlah yang telah membesarkan serta mendidik anak-anaknya sehingga ia menjadi dewasa, maka tidak sewajarnya jika ibu ayah hanya dibiarkan begitu saja apabila mereka mencapai usia tua.

Di dalam sebuah hadis yang kerap kali kita dengar, Rasulullah SAW pernah ditanya:

"'Siapakah orang yang berhak mendapat pergaulan baikku?' Baginda menjawab: 'Ibumu'. Orang tersebut bertanya lagi: 'Kemudian siapa.' Baginda menjawab: 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya lagi: 'Kemudian siapa?' Baginda menjawab: 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya lagi: 'Kemudian siapa?' Baginda menjawab: 'Ayahmu.'(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)Hadis di atas menjelaskan bahwa ibu merupakan individu paling utama untuk kita berbakti dan pergaulinya dengan baik. Bahkan ibu dilebihkan sebanyak 3 kali berbanding ayah. Di antara hikmahnya adalah kerana ibu lah individu yang kebiasaannya paling banyak meluangkan masanya bersama anaknya di rumah. Ibu jugalah yang menyusukan anaknya, yang menyediakan makanan dan kelengkapan anak di rumah.Berbakti kepada kedua orang tua juga merupakan antara amalan yang dicintai oleh Allah SWT. Daripada ibn Mas'ud r.a., beliau berkata:

: : . : . : "Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW: 'Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?' Baginda menjawab: 'Solat pada waktu (utama)nya.' Aku bertanya: 'Kemudian apa lagi?' Baginda menjawab: 'Berbakti kepada kedua orang tua.' Aku bertanya: 'Kemudian apa lagi?' Baginda menjawab: 'Berjihad fi sabilillah.'(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Daripada ibn Umar r.a., bahawa Nabi SAW bersabda:

"Sesungguhnya kebaikan yang paling utama adalah seseorang memelihara hubungan baik dengan orang tuanya."(Riwayat Muslim)Tidak diragukan lagi bahwa keutamaan menghormati dan memperlakukan ibu bapak dengan baik adalah amalan yang sangat tinggi nilainya di sisi agama. Maka seorang anak tidak wajar mengabaikan tanggung jawab ini. Seandainya si anak adalah seorang ahli ibadah yang sangat tekun, tetapi tidak menghormati ibu bapaknya, maka dia bukanlah seorang yang benar-benar menjiwai roh agama. Ini karena agama ini bukanlah hanya mementingkan aspek hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata, tetapi turut menekankan aspek hubungan sesama manusia. Inilah keindahan Islam yang syumul (menyeluruh), yang menyentuh berbagai aspek kehidupan.Orang yang tidak menabur bakti kepada kedua orang tua mereka pula diancam tidak dapat masuk ke syurga sebagaimana disebut diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a.,Nabi SAW bersabda:

"Celakalah, celakalah, celakalah! Iaitu orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya sehingga sampai usia mereka lanjut, namun tidak boleh untuk masuk ke dalam syurga (lantaran tidak berbakti kepada mereka)."(Riwayat Muslim)Daripada Abdullah bin Amr r.a., Nabi SAW bersabda:

"Dosa besar itu adalah syirik kepada Allah, derhaka kepada kedua ibu bapa, membunuh jiwa (tanpa kebenaran) dan sumpah palsu."(Riwayat al-Bukhari)Akhirnya disimpulkan daripada semua dalil yang telah dikemukakan, betapa agama Islam ini mementingkan etika, hak serta tanggungjawab kita untuk hormat dan berbakti kepada kedua ibu bapak. Bahkan kita juga dilarang untuk menderhara kepada mereka karena ia termasuk di antara dosa-dosa besar. Hargailah ibu bapakmu sementara mereka masih ada di dunia ini karena mereka merupakan di antara landasanmu ke syurga. Wallahu alam.

3.2 Etika Kepada Diri SendiriOrang muslim meyakini bahwa kebahagiaannya di dunia dan akhirat sangatlah ditentukan oleh sejauh mana pembinaan, perbaikan dan penyucian terhadap dirinya. Selain itu, ia meyakini bahwa celakanya dirinya sangatlah ditentukan oleh sejauh mana kerusakan dirinya, pengotorannya dan keburukan perbuatannya. Allah Taala berfirman:

Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams: 9-10)Orang muslim meyakini bahwa sesuatu yang bisa membersihkan dirinya dan menyucikannya ialah iman yang benar dan amal shalih. Ia juga meyakini bahwa sesuatu yang dapat mengotori dirinya dan merusaknya ialah kekafiran, keburukan dan kemaksiatan.Firman Allah Taala:

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin: 14)Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya jika seorang mukmin melakukan dosa, maka ada noda hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, berhenti (dari dosa tersebut) dan beristighfar, maka hatinya bersih. Jika dosanya bertambah, maka bertambah pula noda hitamnya sehingga menutupi hatinya. (Diriwayatkan An-Nasai dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan shahih).Noda hitam tersebut tidak lain adalah tutupan hati yang disebutkan Allah Taala dalam surat Al-Muthaffifin di atas.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik. (Diriwayatkan Ahmad, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim)Oleh karena itulah maka orang muslim tidak henti-hentinya membina dirinya, menyucikannya, dan membersihkannya. Ia menjauhkan diri dari apa saja yang dapat mengotorinya dan merusaknya, seperti keyakinan-keyakinan yang bathil, ucapan-ucapan yang buruk, dan amal perbuatan yang rusak. Ia melawan dirinya siang malam, mengevaluasinya setiap saat, membawanya kepada perbuatan-perbuatan yang baik, mendorong dirinya kepada ketaatan, dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan dan kerusakan.Dalam upayanya memperbaiki diri, membina, dan menyucikan dirinya, orang muslim menempuh jalan-jalan berikut:1. TaubatYang dimaksud dengan taubat di sini ialah melepaskan diri dari semua dosa dan perbuatan maksiat, menyesali semua dosa-dosa di masa lalunya, dan bertekad tidak kembali lagi kepada dosa-dosa tersebut di sisa umurnya.Allah Taala berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.." (At-Tahrim: 8)"Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nuur: 31)Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:Hai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, karena aku bertaubat dalam sehari sebanyak seratus kali. (HR. Muslim)2. MuraqabahMaksudnya, orang muslim mengkondisikan dirinya merasa senantiasa diawasi Allah Taala di setiap waktu kehidupannya, bahwa Allah Taala melihatnya, mengetahui rahasia-rahasianya, memperhatikan semua perbuatannya, dan mengamati apa saja yang ada di dalam hatinya. Dengan cara seperti itu, maka orang muslim akan senantiasa merasakan keagungan Allah Taala dan kesempurnaan-Nya, tentram ketika ingat nama-Nya, dapat merasakan kenikmatan ketika taat kepada-Nya, selalu ingin dekat dengan-Nya, ingin segera datang menghadap kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya.Inilah yang dimaksudkan dengan Islamisasi wajah dalam firman Allah Taala:

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya." (An-Nisaa: 125)"Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." (Luqman: 22)Itulah intisari seruan Allah Taala dalam firman-Nya:"Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya." (Al-Baqarah: 235)Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:Sembahlah Allah seperti engkau melihatnya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. MuhasabahKarena orang muslim bekerja siang malam untuk kebahagiaannya di akhirat, maka ia harus melihat ibadah-ibadah wajib seperti penglihatan seorang pedagang kepada modal bisnisnya, ia melihat ibadah-ibadah sunnah seperti penglihatan seorang pedagang terhadap keuntungan bisnisnya, dan melihat kemaksiatan atau dosa sebagai kerugian daalm bisnisnya.Kemudian ia berduaan dengan dirinya sendiri sesaaat di akhir harinya untuk melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas amal perbuatannya sepanjang siang harinya. Jika ia melihat dirinya kurang mengerjakan ibadah-ibadah wajib, maka ia mencela dirinya dan memarahinya, kemudian memaksa dirinya untuk melaksanakan ibadah-ibadah wajib tersebut saat itu juga apabila ibadah-ibadah wajib tersebut termasuk yang harus ditunaikan saat itu juga, dan jika ibadah-ibadah wajib tersebut tidak termasuk yang harus ditunaikan saat itu juga maka ia memperbanyak mengerjakan ibadah-ibadah sunnah. Jika ia melihat dirinya kurang dalam mengerjakan ibadah-ibadah sunnah, maka ia mengganti kekurangannya dan mendorong dirinya untuk melakukannya. Jika ia melihat kerugian karena ia melakukan dosa, maka ia beristighfar, menyesalinya, bertaubat, dan mengerjakan amal shalih yang bisa memperbaiki apa yang telah dirusaknya.Inilah yang dimaksud dengan muhasabah terhadap diri sendiri. Inilah salah satu cara perbaikan diri (jiwa), pembinaannya, penyuciannya, dan pembersihannya. Allah Taala berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr: 18)Firman Allah Taala, Hendaklah setiap diri memperhatikan, maksudnya adalah perintah untuk melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap diri sendiri atas apa yang diperbuatnya untuk menyongsong hari esok.Adalah Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, jika waktu malam telah tiba, ia memukul kedua kakinya dengan berkata kepada dirinya, Apakah yang telah engkau kerjakan siang tadi?Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu juga berkata, Evaluasilah diri kalian, sebelum kalian dievaluasi.

Yang semakna dengannya ialah apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam:Orang cerdas adalah orang yang menyiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedang orang lemah adalah orang yang menyerahkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berkhayal kosong kepada Allah. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan sanad hasan).Adalah Thalhah radhiyallahu anhu jika disibukkan oleh perkebunannya hingga ia tidak bisa menghadiri shalat jamaah, maka ia mengeluarkan sedekah untuk Allah Taala dari perkebunannya. Ini tidak lain adalah muhasabah darinya terhadap dirinya, dan kemarahannya terhadap dirinya.Begitulah para salafush shalih mengevaluasi diri mereka, dengan memarahi dirinya atas kelalaiannya, mewajibkan dirinya untuk senantiasa bertakwa, dan melarang dirinya mengikuti hawa nafsunya, karena mengikuti firman Allah Taala:

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)." (An-Naziat: 40-41)

4. MujahadahOrang muslim mengetahui bahwa musuh besarnya ialah hawa nafsu yang ada dalam dirinya, bahwa sifat hawa nafsu adalah condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, dan senantiasa menyeru kepada keburukan, sebagaimana dikatakan Zulaikha dalam Al-Quran:

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yusuf: 53)Selain itu, di antara sifat hawa nafsu adalah senang bermalas-malasan, santai dan menganggur, serta larut dalam syahwat, kendati di dalamnya terdapat kecelakaan dan kebinasaan bagi dirinya.Jika orang muslim telah mengetahui itu semua, maka ia memobilisasi diri untuk berjuang melawan hawa nafsunya, mengumumkan perang, mengangkat senjata untuk melawannya, dan bertekad mengatasi seluruh perjuangannya melawan hawa nafsu dan menantang syahwatnya. Jika hawa nafsunya menyukai kehidupan santai, maka ia membuatnya lelah. Jika hawa nafsunya menginginkan syahwat, maka ia melarangnya. Jika dirinya tidak serius dalam ketaatan dan kebaikan, maka ia menghukumnya dan memarahinya, kemudian mewajibkan dirinya mengerjakan apa yang tidak ia kerjakan dengan serius, dan mengganti apa yang ia sia-siakan dan apa yang ia tinggalkan. Ia bawa dirinya ke dalam pembinaan seperti itu hingga dirinya menjadi tentram, bersih, dan menjadi baik. Itulah tujuan utama mujahadah (perjuangan) terhadap hawa nafsu. Allah Taala berfirman:

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (Al-Ankabut: 69)Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu berkata tentang sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Demi Allah, aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan mereka. Pada pagi hari, rambut mereka kusut, berdebu, dan pucat, karena tidak tidur semalam suntuk untuk sujud, dan berdiri shalat membaca Kitabullah, dan istirahat di antara kaki mereka dengan kening mereka. Jika mereka dzikir kepada Allah, mereka bergoyang sebagaimana pohon bergoyang ketika tertiup angin. Mata mereka bercucuran dengan air mata hingga pakaian mereka basah kuyup.Abu Ad-Darda radhiyallahu anhu berkata, Tanpa tiga hal, aku tidak tertarik hidup, meskipun sehari saja, yaitu haus untuk Allah di siang hari yang panas, sujud untuk-Nya di pertengahan malam, dan duduk dengan orang-orang yang memilih ucapan-ucapan yang bagus, sebagaimana buah-buahan yang bagus dipilih.Tsabit Al-Bunani rahimahullah berkata, Aku pernah bertemu dengan orang-orang dimana salah seorang dari mereka shalat, kemudian ia tidak bisa pergi ke tempat tidurnya kecuali dengan merangkak. Salah seorang dari mereka qiyamul lail (shalat tahajud) hingga kedua kakinya bengkak karena terlalu lama berdiri. Keseriusan mereka dalam ibadah sampai pada taraf jika dikatakan kepada mereka bahwa kiamat akan terjadi besok, maka mereka tidak akan menambah ibadahnya. Jika musim dingin tiba, ia berdiri di atap rumah agar diterpa hawa dingin sehingga tidak bisa tidur. Jika musim panas tiba, maka ia berdiri di bawah atap rumah, agar panas matahari membuatnya tidak bisa tidur. Salah seorang dari mereka meninggal dunia dalam keadaan sujud.Istri Masruq rahimahullah berkata, Masruq tidak ditemui, kecuali kedua betisnya bengkak karena saking lamanya qiyamul lail. Demi Allah, pada suatu kesempatan, saya berdiri di belakangnya ketika ia berdiri qiyamul lail, kemudian aku menangis karena iba terhadapnya.Dikisahkan bahwa salah seorang istri dari para salafush shalih yang bernama Ajrah yang telah buta berdoa dengan suara yang memilukan jika waktu sahur telah tiba, Ya Allah, kepada-Mu orang-orang ahli ibadah mengarungi kegelapan malam untuk berlomba kepada rahmat-Mu dan karunia ampunan-Mu. Ya Allah, dengan-Mu, aku meminta kepada-Mu, dan tidak kepada selain-Mu, agar Engkau menjadikanku orang terdepan di rombongan orang-orang as-Sabiqun (orang-orang yang cepat kepada kebaikan), mengangkatku di sisi-Mu di Illiyyin pada derajat makhluk-makhluk yang didekatkan kepada-Mu, dan menyusulkanku kepada hamba-hamba-Mu yang shalih. Engkau Dzat yang paling penyayang, Dzat yang paling agung, dan Dzat yang paling mulia, wahai Dzat yang paling mulia. Usai berdoa seperti itu, ia sujud. Ia tidak henti-hentinya berdoa dan menangis hingga waktu shalat shubuh tiba.

3.3 Etika Kepada NonmuslimSebagai muslim, etika kita kepada nonmuslim antara lain:1. Berbuat adil terhadapnya, dan berbuat baik kepadanya.2. Menyayanginya dengan kasih sayang umum dengan memberinya makan jika ia lapar, memberinya minum jika ia kehausan, mengobatinya jika ia sakit, menyelamatkannya dan kebinasaan, dan menjauhkan gangguan daripadanya, karena dalil-dalil berikut:Sabda Rasulullah saw.,Sayangilah orang yang ada di bumi niscaya engkau disayangi siapa yang ada di langit. (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al-Hakim. Hadits ini shahih).Pada setiap orang yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala. (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits ini shahih).3. Tidak mengganggu harta, darah, dan kehormatannya, jika ia bukan termasuk orang yang wajib diperangi, karena dalil-dalil berikut:Sabda Rasulullah saw.,Allah Taala berfirman, Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku haramkan kezhaliman atas Diri-Ku, dan Aku mengharamkannya terhadap kalian. Oleh karena itu, kalian jangan saling menzhalimi. (Diriwayatkan Muslim).Barangsiapa menyakiti orang kafir dzimmi, maka Aku menjadi lawannya pada hari kiamat. (Diriwayatkan Muslim).4. Ia boleh memberinya hadiah, menerima hadiahnya, dan memakan hadiahnya jika ia Ahli Kitab orang Yahudi, dan orang Nasrani, berdasarkan dalil-dalil berikut:Firman Allah Taala,Pada hari ini dihalalkan bagi kalian semua yang baik. Sembelihan golongan kaum Yahudi dan Nasrani halal bagi kalian. Sembelihan kalian pun halal bagi mereka (Al Maidah: 5).Dikisahkan dengan shahih bahwa Rasulullah saw. diundang makan oleh orang Yahudi Madinah, kemudian beliau memenuhi undangannya, dan memakan makanan yang dihidangkan kepada beliau5. Mendoakannya jika ia bersin dengan memuji Allah dan berkata, Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki urusanmu. Karena Rasulullah pernah bersin di samping orang orang Yahudi, karena mengharap mereka berkata, Semoga Allah merahmatimu, kemudian beliau mendoakan balik, Semoga Allah memberi petunjuk kepada kalian, dan memperbaiki urusan kalian.

3.4 Etika Kepada Lawan JenisDi dalam Agama Islam etika kita kepada lawan jenis antara lain:1. Menundukan pandangan terhadap lawan jenisAllah memerintahkan kaum laki-laki untuk menundukan pandangannya, sebagaimana firman-Nya: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur : 30).Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada wanita beriman, Allah berfirman: Dan katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur : 31).2. Menutup auratAllah berfirman : Dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (QS. An-Nur : 31).Juga firmanNya : Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 59).Perintah menutup aurat juga berlaku bagi semua jenis, sebagaimana sebuah hadits : Dari Abu Said Al-Khudri RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : Janganlah seorang laki-laki memandang aurat laki-laki, begitu juga wanita jangan melihat aurat wanita. (HR. Muslim 1/641, Abu Dawud 4018, Tirmidzi 2793, Ibnu Majah 661).

3. Adanya pembatas antara laki-laki dengan wanitaKalau ada sebuah keperluan terhadap lawan jenis, harus disampaikan dari balik tabir pembatas. Sebagaimana firmanNya : Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab. (QS. Al-Ahzab : 53)4. Tidak berdua-duaan dengan lawan jenisDari Ibnu Abbas RA berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda; Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (Khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya. (HR. Bukhari 9/330, Muslim 1341).Dari Jabir bin Samurah berkata : Rasulullah SAW bersabda : Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan seorang wanita, karena syetan akan menjadi yang ketiganya. (HR. Ahmad 1/18, Tirmidzi 3/374 dengan sanad Shahih, lihat Takhrij Misykah 3188).5. Tidak mendayukan ucapanSeorang wanita dilarang mendayukan ucapan saat berbicara kepada selain suami. Firman Allah : Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. (QS. Al-Ahzab : 32).Berkata Imam Ibnu Katsir : Ini adalah beberapa etika yang diperintahkan oleh Allah kepada para istri Rasulullah saw serta para wanita muminah lainnya, yaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang lain tanpa suara merdu, dalam artian janganlah seorang wanita berbicara dengan orang lain sebagimana dia berbicara dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Katsir 3/530).6. Tidak menyentuh lawan jenisDari Maqil bin Yasar RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dalam Mujam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam musnadnya 1283 dengan sanad hasan, lihat Ash-Shohihah 1/447/226).Berkata Syaikh Al-Albani rahimahullah : Dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (Ash-Shohihah 1/448).Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat penting seperti membaiat dan lain-lain. Dari Aisyah berkata : Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat. (HR. Bukhari 4891).Inilah sebagian etika pergaulan laki-laki dengan wanita selain mahram, yang mana apabila seseorang melanggar semuanya atau sebagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Dari Abu Hurairah RA dari Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya. (HR. Bukhari 4/170, Muslim 8.52, Abu Dawud 2152).Padahal Allah taala telah melarang perbuatan zina dan segala sesuatu yang bisa mendekati perzinaan (Lihat Hirosatul Fadhilah oleh Syaikh Bakr Abu Zaid, Hal. 94-98) sebagaimana firmanNya : Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra : 32).

3.5 Etika Berumah Tangga (Munakahat)Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri, pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah. (Lihat Shahih Jami Shaghir karya Al-Albani).Di antara keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan keharmonisan rumah tangga beliau ialah memanggil Aisyah radhiyallahu anha dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa serasa melayang-layang.Aisyah radhiyallah anha menuturkan, Pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadanya, Wahai Aisy (panggilan kesayangan Aisyah radhiyallahu anha), Malaikat Jibril alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu. (Muttafaq alaih)Bahkan beliau shallallahu alaihi wasallam selaku Nabi umat ini yang paling sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau shallallahu alaihi wasallam menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.Aisyah radhiyallahu anha menuturkan, Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya. (HR. Muslim).Beliau shallallahu alaihi wasallam tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafikin atau seperti yang dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan palsu dan pengakuan-pengakuan bathil. Bahkan beliau shallallahu alaihi wasallam lebih memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana.Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu anha bahwa ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau, kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menjawab pertanyaan Amr bin Al-Ash radhiyallah anhu seputar masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.Amr bin Al-Ash radhiyallahu anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Siapakah orang yang paling engkau cintai? beliau menjawab, Aisyah! (Muttafaq alaih).Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah- kisah Aisyah radhiyallah anha bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membahagiakan Aisyah radhiyallahu anha.Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari satu bejana. (HR. Al-Bukhari).Rasulullah tidak melewatkan kesempatan sedikit pun kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.Aisyah radhiyallah anha mengisahkan, Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku, Kemarilah! sekarang kita berlomba lari. Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata, Inilah penebus kekalahan yang lalu! (HR. Ahmad)Sungguh! merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian yang sangat besar. Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari. Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata, Inilah penebus kekalahan yang lalu!Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan orang-orang yang terpandang pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat-saat kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar. Meskipun demikian, beliau tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap istri-istri beliau para Ummahaatul Mukiminin radhiyallah anhun. Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau didampingi para istri-istri kaum hawa yang lemah yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja. Agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallahu anha. Beliau shallallahu alaihi wasallam mengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah radhiyallah anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan Shafiyyah radhiyallah anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhuan beliau. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selaku pemimpin yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus- memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau.

BAB 4SIMPULAN DAN SARAN4.1 SimpulanMaka dari makalah yang telah kami buat didapatkanlah kesimpulan bahwasannya etika pada islam sangatlah luas dalam artian kita sebagai umat muslim harus mematuhi segala perintah-perintah agama yang telah ada pada al-Quran dan dapat disimpulkan pula bahwa pengertian etika itu sendiri dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

4.2 SaranDemikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan kami dan kurangnya referensi yang ada.Kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan pembelajaran untuk penulisan makalah di lain kesempatan.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, dan juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKASumber: Sehari di Kediaman Rasulullaahi Shalallaahu alaihi wasalam, Abdul Malik Al-QasimArtikel www.KisahMuslim.com http://blog.alhazmonline.com/2013/01/etika-dan-adab-terhadap-kedua-ibu-bapa.html?m=1 (Sabtu,14 Februari 2014 pukul 20.00 WIB)https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20130208184536AARkyKa (Sabtu,14 Februari 2014 pukul 20.00 WIB)https://m2.facebook.com/permalink.php?id=109578559191965&story_fbid=192637530868550&refsrc=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&_rdr (Sabtu,14 Februari 2014 pukul 20.00 WIB)(Dikutip dengan sedikit diringkas, dari kitab Minhajul Muslim, karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, ahli tafsir dan penasehat di Masjid Nabawi Madinah yang mengajarkan tafsir Al-Quran di Masjid Nabawi Madinah)Artikel facebook al-Akh Abu Muhammad Hermanhttp://www.facebook.com/notes/abu-muhammad-herman/etika-terhadap-diri-sendiri/10150162058020175 (Sabtu,14 Februari 2014 pukul 20.00 WIB)