unsur-unsur ilmu ontologi · unsur-unsur ilmu ontologi dipresentasekan pada seminar mata kuliah ......

17
UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah Filsafat IlmuSemester II Kelas Reguler Oleh: Muhammad Dirman Rasyid 80600216003 Dosen Pemandu: Prof. Dr. H. Muhammad Ramli, M.Si. Wahyuddin Ahmad, M.A., Ph.D. PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

36 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

UNSUR-UNSUR ILMU

ONTOLOGI

Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah

“Filsafat Ilmu”

Semester II

Kelas Reguler

Oleh:

Muhammad Dirman Rasyid

80600216003

Dosen Pemandu:

Prof. Dr. H. Muhammad Ramli, M.Si. Wahyuddin Ahmad, M.A., Ph.D.

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017

Page 2: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat dan ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan, keduanya

mempunyai titik singgung dalam mencari kebenaran. Ilmu bertugas melukiskan dan

filsafat bertugas menafsirkan fenomena semesta, kebenaran berada disepanjang

pemikiran, sedangkan kebenaran ilmu berada disepanjang pengalaman. Tujuan

befilsafat menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu

disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu

biasanya terbagi menjadi tiga cabang besar filsafat yaitu, teori hakikat, teori

pengetahuan dan teori nilai1. Ketiga teori tersebut kemudian dikenal dengan istilah

ontologi (hakikat), epistemologi (pengetahuan) dan aksiologi (nilai).

Ontologi menurut Abd al-Rahman al-Badawi merupakan asal mula munculnya

filsafat sehingga dapat dinyatakan bahwa ontologi merupakan bagian tertua dari

pembahasan filsafat.2 Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa ontologi

membicarakan persoalan eksistensi dan dan ragam-ragam dari suatu kenyataan.

Dalam ranah filsafat ilmu, ontologi juga merupakan bagian yang tidak bisa

dipisahkan sebab ilmu pengetahuan pada dasarnya digerakkan oleh pertanyaan dasar

tentang eksistensi dan esensi dari apa yang ingin diketahui, bagaimana cara

memperoleh apa yang ingin diketahui tersebut, dan apakah nilai dari yang ingin

diketahui itu. Pertanyaan mendasar tersebut sepintas sangat sederhana, namun

1Bahrum, “Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi”, Sulesena 8, no. 2 (2013): h. 35.

2‘Abd al-Rah}ma>n Badawi>, Dira>sa >t fi al-Falsafah al-Wuju >diyyah (Bairu >t: Al-Mu’assasah al-

‘Arabiyyah li al-Dira>sa>t wa al-Nasyr, 1980 M/1400 H), h. 19.

Page 3: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

2

mencakup hal yang sangat asasi, sehingga untuk menjawabnya diperlukan sistem

berpikir radikal, sistematis dan universal sebagai kebenaran ilmu yang dikaji dalam

filsafat ilmu.3

Dalam makalah ini akan membincang ilmu pengetahuan dari aspek

ontologinya, tentang eksistensi dan hakikat ilmu pengetahuan. Tentu hal ini sangat

penting untuk dikaji sehingga memberikan pemahaman yang benar tentang eksistensi

dan hakikat ilmu. Ketidaktahuan terhadap aspek ontologi dari ilmu pengetahuan akan

membawa kepada kerancuan dalam mengkaji ilmu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana defenisi ontologi?

2. Bagaimana hakikat ilmu pengetahuan?

3AM. Saefuddin et.al, Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi (Cet. IV; Bandung:

Mizan, 1998), h. 31.

Page 4: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Ontologi

Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu on/ontos

yang bermakna ada, dan logos yang bermakna pengetahuan. Jadi, secara harfiah

ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai

keberadaan). Dalam kamus Websters, ontologi diartikan dengan the branch of

metaphysics dealing with the nature of being, reality, or ultimate substance (ontologi

yaitu cabang metafisika yang berhubungan dengan hakikat yang ada, realitas atau

substansi asal).4

Jujun S, Suriasumantri mengartikan ontologi sebagai pengkajian mengenai

hakikat realitas dari objek yang ditelaah dalam membuahkan pengetahuan.5 Sementara

itu Louis O. Kattsoff dalam Elements of Phylosophy menyatakan bahwa ontologi itu

mencari ultimate reality (realitas utama/pokok/asal). Contoh dari pemikiran ontologi

adalah pemikiran Thales yang berpendapat bahwa air adalah ultimate substance (benda

utama/pokok/asal), jadi dalam pemikiran Thales air merupakan asal semua benda.6

Amsal Bakhtiar dalam Filsafat Agama menyimpulkan defenisi ontologi, ialah

ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik

yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak.7 Dari defenisi

4Ahmad Jamin dan Norman Ohira, Filsafat Ilmu: Telaah Pengetahuan, Ilmu, dan Sain dalam

Studi Islam (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 74.

5Dian Ekawati, “Reorentasi Ontologi, Epistemology dan Aksiologi dalam Perkembangan

Sains”, Tarbawiyah 10, no. 2 (Juli-September 2013): h. 77-78.

6Ahmad Jamin dan Norman Ohira, Filsafat Ilmu: Telaah Pengetahuan, Ilmu, dan Sain dalam

Studi Islam, h. 74.

7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169.

Page 5: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

4

tersebut maka dapat dipahami bahwa ontologi mencakup semua aspek baik yang kasat

mata maupun tidak atau abstrak seperti ilmu pengetahuan.

Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi membahas hakikat

ilmu pengetahuan sebagai suatu realitas.

B. Hakikat Ilmu Pengetahuan

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Pembahasan mengenai pengertian atau defenisi dari ilmu pengetahuan

merupakan perdebatan yang tak berkesudahan. Bahkan perdebatan mengenai ilmu dan

pengetahuan apakah dua hal yang sama atau berbeda pun tak kunjung usai. Tapi, pada

pembahasan ini tidak akan mengurai perdebatan panjang tersebut melainkan

memaparkan pengertian ilmu pengetahuan dari berbagai pandangan baik secara bahasa

maupun secara istilah para pakar dan filsuf.

Kata ilmu pada dasarnya terambil dari Bahasa Arab yaitu علم diartikan sebagai

pengetahuan akan seseatu sebagaimana hakikatnya.8 Sedangkan dalam Bahasa Inggris

ilmu disebut sebagai science, yang merupakan serapan dari Bahasa Latin scientia, yang

merupakan turunan dari kata scire, dan mempunyai arti secara leksikal ‘mengetahui’

to know, yang juga berarti ‘belajar’ to learn.9

Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag memberikan defenisi, ilmu adalah yang

empiris, yang rasional, yang umum dan bertimbun-bersusun; dan keempat-empatnya

serentak. Sementara itu, Ashley Montagu, guru besar antropologi di Rutgers University

menyimpulkan, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem

8‘Ali Ibn Muh}ammad al-Jirja>ni>, Kita >b al-Ta’rifa>t (Bairu >t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1983

M/1403 H), h. 155.

9Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud, “ Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke al-Attas”,

Jurnal Pencerahan 9, no. 1 (Maret 2015): h. 12.

Page 6: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

5

yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat dan

prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.10

Sedangkan menurut Syed Naquib al-Attas, ilmu terbagi menjadi dua macam,

meskipun keduanya merupakan satu kesatuan yang sempurna. Pertama, ilmu yang

diberikan oleh Allah swt. sebagai karunia-Nya kepada insan. Kedua, ilmu yang dicapai

dan diperoleh manusia berdasarkan daya usaha akliahnya sendiri yang berasal dari

pengalaman hidup, indera jasmani, nazar-akali, perhatian, penyelidikan, dan

pengkajian.11

Adapun pengetahuan dalam bahasa ingris dinyatakan dengan knowledge,

menurut Jujun S. Suriasumantri, pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita

ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu

merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai

pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Ilmu, menurut pendapat di atas, menunjuk

pada terminologi yang bersifat khusus, yang merupakan bagian dari pengetahuan.12

Pengertian ilmu dan perbedaannya dengan pengetahuan nampak lebih jelas

sebagaimana dinyatakan oleh Ketut Rinjin. Menurut Rinjin, ilmu merupakan

keseluruhan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan logis dan bukanlah

sekadar kumpulan fakta, tetapi pengetahuan yang mempersyaratkan objek, metoda,

teori, hukum, atau prinsip.13

10Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud, “ Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke al-

Attas”, h. 13.

11Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud, “ Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke al-

Attas”, h. 14.

12Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, Diktat (Kediri: Program Studi Pendidikan Bimbingan Dan

Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2009), h. 11.

13Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 11.

Page 7: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

6

Dari beberapa pandangan di atas mengenai pengertian ilmu pengetahuan, maka

dapat dilihat terdapat perbedaan yang mendasar antara khususnya apa yang

dikemukakan Naquib al-Attas yang tidak membatasi ilmu hanya pada seseatu yang

empiris dan rasional, tapi memperluas cakupan ilmu dan membaginya kepada dua

bagian. Pertama mengenai ilmu yang bersumber dari wahyu, dan yang kedua ilmu yang

diperoleh dari rasional dan empiris.

2. Objek Ilmu Pengetahuan

Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup

pengalaman manusia. Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan

berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu tidak berbicara tentang sesuatu yang

berada di luar lingkup pengalaman manusia, seperti surga, neraka, roh, dan seterusnya.

Ilmu hanya mempelajari hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman

manusia disebabkan fungsi ilmu, yaitu deskriptif, prediktif, dan pengendalian. Fungsi

dekriptif adalah fungsi ilmu dalam menggambarkan objeknya secara jelas, lengkap,

dan terperinci. Fungsi prediktif merupakan fungsi ilmu dalam membuat perkiraan

tentang apa yang akan terjadi berkenaan dengan objek telaahannya. Dan fungsi

Pengendalian merupakan fungsi ilmu dalam menjauhkan atau menghindar dari hal-hal

yang tidak diharapkan serta mengarahkan pada hal-hal yang diharapkan. Fungsifungsi

tersebut hanya bisa dilakukan bila yang dipelajari berupa ilmu dunia nyata atau dunia

yang dapat dijangkau oleh pengalaman manusia.

Objek setiap ilmu dibedakan menjadi dua : objek material dan objek formal.

Objek material adalah fenomena di dunia ini yang ditelaah ilmu. Sedangkan objek

formal adalah pusat perhatian ilmuwan dalam penelaahan objek material. Atau dengan

Page 8: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

7

kata lain, objek formal merupakan kajian terhadap objek material atas dasar tinjauan

atau sudut pandang tertentu.14

Apa yang dikemukakan di atas merupakan bagian dari pandangan barat

terhadap ilmu pengetahuan dengan membatasi ilmu hanya pada tataran empirik. Hal

ini agak sulit diterima khususya dalam tradisi keilmuan Islam. Jika ilmu hanya dibatasi

pada tataran empirik lalu bagaimana dengan ilmu usuluddin, ilmu tafsir atau ilmu usul

fiqih, maka tentu hal ini menimbulkan kerancuan besar.

Dinar Dewi Kania menyatakan bahwa dalam pandangan alam Islam ada dua

alam yang dikenal dan disebutkan al-Qur’an, yaitu alam metafisika dan alam fisik.

Alam metafisika atau alam absolut tersebut tidak dapat diketahui manusia kecuali

melalui wahyu karena hanya Allah swt. yang mengetahui yang gaib.15 Implikasi dari

dua alam tersebut menyebabkan ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu tentang alam metafisika

dan ilmu tentang alam fisik. Hal ini juga sejalan dengan defenisi yang diutarakan

Naquib al-Attas yang membagi ilmu kepada dua bagian.

Ulama Islam masa lampau sepakat mengekspresikan ilmu metafisika sebagai

ma’rifah yang dalam pandangan Islam merupakan aspek yang sangat fundamental.

Oleh karena itu, ‘ilm dan ma’rifah bukanlah jenis ilmu yang sama, namun memiliki

perbedaan dari sisi isi dan objeknya. ‘Ilm dapat berupa praktek teoritik yang menurut

Alparslan dapat disebut sebagai sain. Sedangkan ma’rifah merupakan jenis ilmu yang

dicapai melalui pengalaman hati atau fakultas internal yang dibimbing oleh wahyu

dalam mencapai kepuasan. Meski demikian, keduanya tidak dapat dilepaskan satu

14Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 14.

15Dinar Dewi Kania, “Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu,” dalam Adian Husaini, et. al.,

Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam (Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 88-89.

Page 9: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

8

sama lain karena tujuan mempelajari alam fisik adalah menunjukkan kepada ilmu

tentang alam metafisika.16

Dari pemaparan di atas tampak bahwa dalam Islam objek ilmu tidak dibatasi

pada pada objek fisik atau yang tampak pada indra dan pikiran manusia saja, namun ia

juga mencakup objek metafsika. Oleh sebab itu, kebenaran ilmiah dalam pandangan

Islam tidak hanya mencakup hal-hal yang dapat diverifikasi atau dijustifikasi oleh fakta

empiris dan dirasionalkan melalui eksperimen atau logika semata. Namun, kebenaran

ilmiah dalam tradisi keilmuan Islam juga mencakup objek ilmu yang bersifat gaib yang

diperoleh melalui sumber terpercaya,17 seperti wahyu.

3. Struktur Ilmu Pengetahuan

Ilmu dalam pengertiannya sebagai pengetahuan merupakan suatu sistem

pengetahuan sebagai dasar teoritis untuk tindakan praktis (Ginzburg) atau suatu sistem

penjelasan mengenai saling hubungan diantara peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sistem

pengetahuan ilmiah mencakup lima kelompok unsur,sebagai berikut:18

a. Jenis-jenis sasaran

Setiap ilmu memiliki objek yang terdiri dari dua macam, yaitu objek material

dan objek formal. Objek material adalah fenomena di dunia ini yang menjadi bahan

kajian ilmu, sedangkan objek formal adalah pusat perhatian ilmuwan dalam mengkaji

objek material. Objek material suatu ilmu dapat dan boleh sama dengan objek material

16Dinar Dewi Kania, “Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu,” dalam Adian Husaini, et. al.,

Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam, h. 90.

17Dinar Dewi Kania, “Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu,” dalam Adian Husaini, et. al.,

Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam, h. 91-92.

18Komariah, “Struktur Ilmu Pengetahuan”, Genealogi PAI 3, no. 2 (Juli-Desember 2016): h.

76.

Page 10: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

9

ilmu yang lain. Tetapi objek formalnya tidak akan sama. Bila objek formarnya sama

maka sebenarnya mereka merupakan ilmu yang sama tetapi diberi sebutan berbeda.19

Ada bermacam-macam fenomena yang ditelaah ilmu. Dari bermacam-macam

fenomena tersebut, The Liang Gie telah mengidentifikasi 6 macam fenomena yang

menjadi objek material ilmu, yaitu :20

1) Ide abstrak

2) Benda fisik

3) Jasad hidup

4) Gejala rohani

5) Peristiwa sosial

6) Proses tanda

b. Bentuk-bentuk pernyataan.

Berbagai fenomena yang dipelajari ilmu tersebut selanjutnya dijelaskan ilmu

melalui pernyataan-pernyataan. Kumpulan pernyataan yang merupakan penjelasan

ilmiah terdiri dari empat bentuk, yaitu : deskripsi, preskripsi, eksposisi pola, dan

rekonstruksi historis.

1) Deskripsi

Deskripsi adalah pernyataan yang bersifat menggambarkan tentang bentuk,

susunan, peranan, dan hal-hal rinci lainnya dari fenomena yang dipelajari ilmu.

Pernyataan dengan bentuk deskripsi terdapat antara lain dalam ilmu anatomi dan

geografi.21

19Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 15.

20Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 15.

21Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 16.

Page 11: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

10

2) Preskripsi

Preskripsi merupakan bentuk pernyataan yang bersifat preskriptif, yaitu berupa

petunjuk-petunjuk atau ketentuanketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau

sebaiknya dilakukan berkenaan dengan ojkek formal ilmu. Preskripsi dapat dijumpai

antara lain dalam ilmu pendidikan dan psikologi pendidikan.22

3) Eksposisi Pola

Bentuk ini merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola

dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomena yang

ditelaah. Pernyataan semacam ini dapat dijumpai antara lain pada antropologi.23

4) Rekonstruksi Historis

Rekonstruksi historis merupakan pernyataan yang berusaha menggambarkan

atau menceritakan sesuatu secara kronologis. Pernyataan semacam ini terdapat pada

historiografi dan paleontologi.24

c. Ragam-ragam proposisi.

Ragam proposisi ilmu dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:25

1) Asas Ilmiah

Adapun yang dimaksud dengan azas ilmiah adalah sebuah proposisi yang

mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.

2) Kaidah Ilmiah

Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi

yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diuji kebenarannya.

22Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 16.

23Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 16.

24Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 17.

25Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 17.

Page 12: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

11

3) Teori Ilmiah

Yang dimaksud dengan teori ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling

berkaitan secara logis berkenaan dengan penjelasan terhadap sejumlah fenomena.

d. Ciri-ciri pokok.

Ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki karakteristik tertentu sehingga

dapat dibedakan dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain. Adapun ciri-ciri pokok

ilmu adalah sebagi berikut:26

1) Sitematisasi

Sistematisasi memiliki arti bahwa pengetahuan ilmiah tersusun sebagai suatu

sistem yang di dalamnya terdapat pernyataanpernyataan yang berhubungan secara

fungsional.

2) Keumuman

Ciri keumuman menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkum

berbagai fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang

paling umum dalam pembahasannya.

3) Rasionalitas

Ciri rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber

pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidahkaidah logika.

4) Obyektivitas

Ciri objektivitas ilmu menunjuk pada keharusan untuk bersikap objektif dalam

mengkaji suatu kebenaran ilmiah tanpa melibatkan unsur emosi dan kesukaan atau

kepentingan pribadi.

26Ahmad Jamin dan Norman Ohira, Filsafat Ilmu: Telaah Pengetahuan, Ilmu, dan Sain dalam

Studi Islam, h. 188.

Page 13: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

12

5) Veriabelitas

Verifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa

kebenarannya, diteliti kembali, atau diuji ulang oleh masyarakat ilmuwan.

6) Komunikasi

Ciri komunalitas ilmu mengandung arti bahwa ilmu merupakan pengetahuan

yang menjadi milik umum (public knowledge). Itu berarti hasil penelitian yang

kemudian menjadi khasanah dunia keilmuan tidak akan disimpan atau disembunyikan

untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu.

e. Pembagian sistematis.

Pengetahuan ilmiah senantiasa mengalami perkembangan seiring dengan

semakin banyaknya jumlah ilmuwan dan juga semakin luasnya peluang untuk

melakukan penelitian. Perkembangan ilmu antara lain ditandai dengan lahirnya

bermacam-macam aliran dan terutama cabang. Untuk memudahkan memperoleh

pemahaman mengenai bermacam-macam aliran dan cabang tersebut diperlukan

pembagian sistematis.27

27Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, h. 20.

Page 14: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

13

Berikut skema struktur ilmu pengetahuan ilmiah yang dijabarkan oleh The

Liang Gie:28

Gambar 1.

Struktur Ilmu Pengetahuan

28Ahmad Jamin dan Norman Ohira, Filsafat Ilmu: Telaah Pengetahuan, Ilmu, dan Sain dalam

Studi Islam, h. 188.

Ilmu

a. Objek sebenarnya

1) Objek Material

- ide abstrak

- benda fisis

- gejala rohani

- peristiwa sosila

- proses tanda

2) Objek forman pusat perhatian

b. Bentuk Pernyataan

1) Deskriptif

2) Preskripsi

3) Eksposisi Pola

4) Rekonstruksi historis

c. Ragam proposisi

1) Asas ilmah

2) Kaidah ilmiah

3) Teori Ilmiah

d. Ciri pokok

1) Sistematisasi

2) Keumuman

3) Rasionalitas

4) Obyektivitas

5) Veriafibilitas

6) Komunikasie. Pembagian Sistemis

Page 15: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab sebelumnya mengenai ontologi ilmu pengetahuan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ontologi merupakan bagian filsafat yang khusus mengkaji tentang

keberadaan. Ontologi merupakan kajian filsafat yang tertua bahkan bisa

dikatakan awal dari filsafat itu sendiri. Dalam kaitannya dengan ilmu

pengetahuan maka ontologi mengkaji tentang hakikat keberadaan ilmu

pengetahuan sebagai suatu realitas. Ontologi ilmu pengetahuan berfokus

untuk menjawab pertanyaan ‘apa yang ingin diketahui?’. Tentu, hal ini

menjadi penting sehingga dapat diperoleh suatu kepastian tentang ilmu

pengetahuan tersebut. Ontologi akan mengantar pada suatu pemahaman

tentang eksistensi dan esensi dari ilmu pengetahuan, sehingga tidak terjadi

kerancuan dalam memahami ilmu pengetahuan.

2. Terdapat perbedaan di kalangan para pakar dalam memberikan defenisi

terhadap ilmu pengetahuan, khususnya perbedaan pandangan antara Barat

dan Islam dalam memandang ilmu pengetahuan. Dalam perspektif Barat

ilmu pengetahuan dibatasi pada hal-hal yang empiris, logis dan rasional,

sementara itu dalam perspektif Islam, ilmu tidak terbatas kepada hal

tersebut melainkan mencakup juga hal-hal metafisika. Sehingga dalam

perspektif Islam ilmu dibagi kepada dua bagian, pertama mengenai hal yang

sifatnya metafisika yang bersumber dari wahyu, dan kedua adalah yang

Page 16: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

15

sifatnya fisik. Pada bagian kedua inilah terdapat titik temu antara perbedaan

perspektif Barat dan Islam dalam memandang ilmu pengetahuan.

Berdasarkan hal tersebut sehingga dalam Islam objek dari ilmu itu juga dua

yaitu objek metafisika dan objek fisik.

Struktur ilmu pengetahuan mencakup lima hal pokok, yaitu, a) objek, yang

terbagi atas dua bagian yaitu objek material dan formal, b) bentuk

pernyataan, yang mencakup deksriptif, preskripsi, eksposisi pola, dan

rekonstruksi historis, c) ragam proposisi, terbagi pada tiga hal yaitu asas

ilmiah, kaidah ilmiah, dan teori ilmiah, d) ciri pokok, meliputi sistematisasi,

keumuman, rasionalitas, obyektivitas, veriafibilitas, dan komunikasi, e)

pemagian sistemis.

Struktur ilmu pengetahuan tersebut dalam perspektif Islam merupakan

struktur ilmu pengetahuan yang objeknya fisik.

B. Saran

Dengan sangat menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan,

sebab tidak ada satu tulisan di muka bumi ini yang terhindar dari kecacatan selain al-

Qur’an. Untuk itu kami menyarankan kepada pembaca untuk memberikan sumbang

saran serta kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan makalah kami untuk yang

akan datang.

Page 17: UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI · UNSUR-UNSUR ILMU ONTOLOGI Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah ... 7Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 169. 4 tersebut

16

DAFTAR PUSTAKA

Badawi >, ‘Abd al-Rah }ma >n. Dira >sa>t fi al-Falsafah al-Wuju>diyyah. Bairu>t: Al-Mu’assasah al-‘Arabiyyah li al-Dira >sa >t wa al-Nasyr, 1980 M/1400 H.

Bahrum. “Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi”. Sulesena 8, no. 2 (2013): h. 35-45.

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama. Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Ekawati, Dian. “Reorentasi Ontologi, Epistemology dan Aksiologi dalam Perkembangan Sains”. Tarbawiyah 10, no. 2 (Juli-September 2013): h. 75-84.

Jamin, Ahmad dan Norman Ohira, Filsafat Ilmu: Telaah Pengetahuan, Ilmu, dan Sain dalam Studi Islam. Bandung: Alfabeta, 2016.

al-Jirja>ni>, ‘Ali Ibn Muh }ammad. Kita>b al-Ta’rifa >t. Bairu >t: Da >r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1983 M/1403 H.

Kania, Dinar Dewi. “Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu,” dalam Adian Husaini, et. al. Filsafat Ilmu: Perspektif Barat dan Islam. Jakarta: Gema Insani, 2013.

Komariah. “Struktur Ilmu Pengetahuan”. Genealogi PAI 3, no. 2 (Juli-Desember 2016): h. 69-84.

Kuntjojo, “Filsafat Ilmu”, Diktat. Kediri: Program Studi Pendidikan Bimbingan Dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2009.

Rusuli, Izzatur dan Zakiul Fuady M. Daud. “ Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke al-Attas”. Jurnal Pencerahan 9, no. 1 (Maret 2015): h. 12-22.

Saefuddin, AM. et.al. Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi. Cet. IV; Bandung: Mizan, 1998.