nefritis isi
DESCRIPTION
ilmu anakTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nefritis adalah salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Gejala utamanya
adalah tampaknya elemen seperti albumin di dalam air seni. Kondisi ini disebut
albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah putih dan serpihan granular yang
kesemuanya tampak dalam pemeriksaan mikroskopik pada air seni.1
Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa
dibanding pada orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling umum dijumpai
dari nefritis adalah glomerulonefritis. Seringkali terjadi dalam periode 3 sampai 6
minggu setelah infeksi streptokokus. Penderita biasanya mengeluh tentang rasa
dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian
muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Sulit buang air
kecil dan air seni menjadi keruh.1
Sedangkan Henoch-Schönlein purpura (HSP) adalah vaskulitis pembuluh darah
kecil yang dimediasi oleh immunoglobulin (Ig) A yang secara predominan
mempengaruhi anak-anak tetapi juga terlihat pada orang dewasa. Manifestasi
klinis primer termasuk purpura yang dapat dipalpasi, arthralgia atau arthritis, nyeri
abdomen, perdarahan gastrointestinal, dan nephritis. Komplikasi serius jangka
panjang dari HSP adalah gagal ginjal progressive, dimana timbul pada 1-2%
pasien.2,3
2
Heberden pertama kali mendeskripsikan penyakit ini pada tahun 1801 pada
anak umur 5 tahun dengan nyeri perut, hematuria, hematoskezia, dan purpura di
kaki. Pada tahun 1837, Johann Schönlein mendeskripsikan sindrom purpura yang
dikaitkan dengan nyeri sendi dan presipitasi urine pada anak-anak. Eduard
Henoch, murid dari Schönlein’s, lebih jauh mengkaitkan nyeri abdomen dan
keterlibatan ginjal dalam sindrom ini. Frank mengajukan penggunaan
“anaphylactoid purpura” pada tahun 1915. Hal ini diikuti dengan asumsi bahwa
pathogenesis seringkali terlibat dengan reaksi hipersensitivitas untuk agen
penyebab.2,3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Henoch-Schonlein purpura (HSP) adalah suatu kelainan multisitem yang
terutama bermanifestasi pada kulit, sendi-sendi, saluran cerna dan ginjal, tapi
kadang-kadang juga bermanifestasi pada organ lain.3,4,5
Henoch-Schonlein Purpura (HSP) yang dinamakan juga purpura anafilaktoid
atau purpura nontrombositopenik adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh
vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik yang ditandai dengan lesi kulit spesifik
berupa purpura nontrombositopenik, artritis atau artralgia, nyeri abdomen atau
perdarahan gastrointestinalis, dan nefritis atau hematuria.3,4,6,7,8
Nama lain yang diberikan untuk kelainan ini adalah purpura anafilaktoid,
purpura alergik, dan vaskulitis alergik. Penggunaan istilah purpura anafilaktoid
digunakan karena adanya kasus yang terjadi setelah gigitan serangga dan paparan
terhadap obat dan alergen makanan.9
HSP terutama terdapat pada anak umur 2-15 tahun (usia anak sekolah) dengan
puncaknya pada umur 4-7 tahun. Terdapat lebih banyak pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan (1,5:1).9
Gambar 1.1 Henoch Schoenlein Purpura pada wajah
4
Gambar 1.2 Henoch Schoenlein Purpura pada kaki
Nefritis Henoch Schonlein Purpura termasuk dalam IgA nefropati yang
idiopatik. Melalui kerusakan mesangial dengan berbagai tingkat perubahan
hiperselularitas dari proliferasi fokal-segmental endokapiler hingga pembantukan
kresen. Lesi-lesinya pun sangatlah berbeda berdasarkan pasien dan perjalanan
penyakit.10
2. Etiologi
Etiologi dan patofisiologi Henoch-Schönlein purpura sebagai penyakit
inflamasi sistemik belum diketahui dengan pasti. Diketahui bahwa penyakit ini
ditandai dengan adanya imun kompleks dengan dominasi IgA di pembuluh darah
kecil seperti venula, arteriola dan pembuluh darah kapiler. Hal ini menunjukkan
vaskulitis difus sebagai akibat suatu reaksi hipersensitivitas dengan mediasi IgA,
yang secara histopatologi mirip IgA nefropaty (Berger's disease).9
5
Kelainan ini juga menunjukkan adanya angiitis leukocytoclastic akibat deposit
imun kompleks dan dapat timbul sebagai respon agen infeksi seperti streptococcus
grup A, Mycoplasma, virus Epstein-Barr dan virus Varicella. Parvovirus B19 dan
Campylobacter enteritis juga pernah dilaporkan ada hubungannya dengan
Henoch-Schönlein purpura. Juga pernah dilaporkan kasus HSP pasca vaksinasi
tifoid, campak, kolera dan yellow fever. Selain itu paparan alergen berupa obat,
makanan, hawa dingin dan gigitan serangga juga pernah dilaporkan terdapat
hubungannya dengan kejadian Henoch-Schönlein purpura.9
Diduga beberapa faktor memegang peranan, antara lain faktor genetik, infeksi
traktus respiratorius bagian atas, makanan, imunisasi (vaksin varisela, rubella,
rubeola, hepatitis A dan B) dan obat-obatan (ampisilin, eritromisin, kina). Infeksi
bisa berasal dari bakteri (spesies Haemophilus, Mycoplasma, Parainfluenza,
Legionella, Yersinia, Salmonella dan Shigella) ataupun virus (adenovirus,
varisela).Vaskulitis juga dapat berkembang setelah terapi antireumatik, termasuk
penggunaan metrotreksat dan agen anti TNF (Tumor Necrosis Factor).9
IgA jelas mempunyai peranan penting, ditandai dengan peningkatan
konsentrasi IgA serum, kompleks imun dan deposit IgA di dinding pembuluh
darah dan mesangium renal.9
a. Patogenesis dari kerusakan Glomerulus
Patogenesis HSP nefritis belum diketahui. Mediator tradisional dari inflamasi
dilibatkan dalam kerusakan glomerulus. Deposisi dari C3 dan properdin tanpa
C1q dan C4 sangat khas, dengan cara pengaktivasi jalan alternatif. Disamping
penampakan dari komponen komplemen di kulit dan biopsi ginjal, masih terdapat
6
pertentangan mengenai peran komplemen yang mendasari patogenesis HSP.
Beberapa penulis yakin bahwa deposisi IgG co-Ig dapat memicu aktivasi
komplemen dan memodulasi aktifitas penyakit. Peran dari sitokin, growth factor,
chemokine, molekul adhesi pada proliferasi mesangial masih dalam tahap
penelitian.3
b. Hubungan antara Henoch Schoenlein Purpura dan IgA Nefropati
Hubungan antara IgA nefropati dan HSP masih belum jelas, karena patogenesis
keduanya masih sulit dimengerti selain informasi yang sudah ada. Meskipun
demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa dua kelainan tersebut berhubungan
secara patogenesis. Banyak dari pasien dengan kedua kelainan tersebut
mengalami peningkatan kadar IgA serum. Manifestasi klinis tidak terlalu terlihat
tetapi secara histologis ditemukan deposit IgA dikulit dan jaringan gastrointestinal
pada pasien dengan penyakit Berger. Dan ada laporan HSP yang terjadi pada
pasien dengan nefropati IgA bekelanjutan.3
3. Klasifikasi
Nefritis pada Henoch Schoenlein Purpura sangat khas, sebagai suatu IgA
Nefropati yang idiopatik, berupa kerusakan mesangial dengan berbagai tingkat
perubahan hiperselularitas dari proliferasi fokal-segmental endokapiler hingga
pembentukan kresen. Lesinya pun sangat bervariasi terhadap pasien selama
perjalanan penyakit. Klasifikasi-klasifikasi berbeda menunjukan perbedaan
mencolok lesi proliferatif intra dan ekstra kapiler. Meadow et al membagi
tingkatan proliferasi mesangial dengan ekstensi endo-ekstra kapiler. Emancipator
pada 1992 merevisi kriteria Heaton dalam bentuk klasifikasi yang lebih detail.
7
Enam klas histologis dibentuk berdasarkan ada/tidak ada dan ekstensi proliferasi
ekstrakapiler, dengan subklas yang menunjukan karakteristik dari lesi-lesi
endokapiler.10
Klas I
Klasifikasi yang paling ringan. Pada pemeriksaan histologis terdapat lesi
glomerular yang minimal dan tidak terdapat adanya kresen.10,16
Gambar 3.1 Gambaran Histologik Klas I
Klas II
Klas II ini masih hampir sama dengan klas I yaitu terdapat lesi glomerular
yang minimal dan tidak terdapat adanya kresen. Tetapi klas II dibagi lagi menjadi
3 subklas, yaitu : 10,16
IIa
Terdapat murni proliferasi mesangial
IIb
Terdapat proliferasi Fokal-segmental endokapiler.
IIIb
Sudah terjadi proliferasi difus endokapiler.
8
Gambar 2.3.2 Gambaran Histologik Klas II 10
Klas III
Pada klas ini terdapat proliferasi selular ektra kapiler kurang dari 50% di
glomerulus. Klas ini dibagi dalam 2 subklas, yaitu: 10,16
IIIa
Berhubungan dengan proliferasi fokal dan segmental endokapiler.
IIIb
Berhubungan dengan proliferasi fokal dan segmental endokapiler
dengan proliferasi difus endokapiler.
Gambar 2.3.3 Gambaran Histologik Klas III 10
Klas IV
Proliferasi seluler ekstrakapiler pada 50-75 dari glomerulus. 10,16
9
IVa
Berhubungan dengan proliferasi fokal dan segmental endokapiler.
IVb
Dengan proliferasi difus endokapiler.
Gambar 2.3.4 Gambaran Histologik Klas IV 10
Klas V
Proliferasi ekstrakapiler lebih dari 75% glomerulus. 10,16
Va
Berhubungan dengan proliferasi focal dan segemental endokapiler.
Vb
Dengan proliferasi difus endokapiler.
10
Gambar 2.3.5 Gambaran Histologik Klas V 10
Klas VI
Pseudo-membranoproliferative glomerulonephritis atau glomerulonefritis
proliferatif membran semu. 10,16
Gambar 2.3.6 Gambaran Histologik Klas VI 10
Gambar 2.3.7 Perbandingan Penemuan Kasus antaraDewasa dan Anak
4. Diagnosis
11
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang spesifik, yaitu ruam
purpurik pada kulit terutama di bokong dan ekstremitas bagian bawah dengan satu
atau lebih gejala berikut: nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinalis,
artralgia atau artritis, dan hematuria atau nefritis.2
a. Anamnesa
Adanya riwayat yang bervariasi dengan setiap pasien, Tanda dari penyakit
ini adalah purpura palpasi, dimana dapat terlihat pada hampir 100% pasien. HSP
cenderung untuk timbul di lengan atas pada anak usia lebih muda dan pada kaki,
untuk anak yang lebih tua. Pasien seringkali tampak dengan demam ringan dan
malaise secagai tambahan gejala yang spesifik. Adanya purpura dapat menjadi
gejala yang dikeluhkan oleh anak sehingga dapat menjadi yang tampak. Erupsi
seringkali berbarengan dengan arthralgia atau arthritis, nyeri abdomen, atau
pembengkakan testis. Meskipun dapat tampak lebih awal, penyakit renal
seringkali timbul lebih dari 3 bulan setelah gejala awal.2
Keterlibatan ginjal
Insiden dari keterlibatan ginjal 10-60% telah dilaporkan, dan perluasan dari
kerusakan glomerulus paling banyak dibedakan dari morbidotas dan mortalitas
jangka panjang dari HSP. Kehadiran dari sabit glomerular dalam biopsi ginjal
berkorelasi dengan prognosis yang buruk. Nefritis HSP biasanya tampak sebagai
hematuria makroskopis dan proteinuria yang berakhir berhari-hari atau
berminggu-minggu. Hal ini mungkin dapat disertai dengan peningkatan kreatinin
plasma dan atau hipertensi, diikuti dengan hematuria mikroskopik, dimana dapat
12
berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Gross hematuria dapat
timbul bertahun-tahun setelah penyakit awal dari kambuhnya gejala purpura.
Pasien-pasien dengan keterlibatan ginjal, sekitar 10% dapat menjadi gagal ginjal
kronis dan gagal ginjal terminal.2
Rekurensi penyakit dapat timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
kemudian. Dalam studi pediatrik yang lebih besar oleh Allen et al, anak-anak usia
lebih dari 2 tahun mempunyai angka rekurensi lebih dari 50%, sementara yang
berusia kurang dari 2 tahun, 25% timbul rekurensi.2
Manifestasi yang jarang dari HSP termasuk nyeri dan pembengkakan testis,
hepatosplenomegali, keterlibatan sistem saraf pusat atau perifer (kejang atau
mononeuropati), nyeri kepala, infark miokard atau perdarahan pulmonar.2
b. Pemeriksaan fisis
a. Berupa ruam makula eritematosa pada kulit yang berlanjut menjadi
palpable purpura tanpa adanya trombositopenia. Purpura dapat timbul
dalam 12-24 jam. Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering
terkena tekanan (pressure-bearing surfaces), yaitu bokong dan
ekstremitas bagian bawah. Kelainan kulit ini ditemukan pada 100%
kasus dan merupakan 50% keluhan penderita pada waktu berobat.8
b. Kelainan kulit dapat pula ditemukan pada muka dan tubuh serta dapat
pula berupa lesi petekia atau ekimosis. Lesi ekimosis yang besar dapat
mengalami ulserasi. Warna purpura mula-mula merah, lambat laun
13
berubah menjadi ungu, kemudian coklat kekuning-kuningan lalu
menghilang. Kelainan kulit yang baru dapat timbul kembali.8
c. Kelainan pada kulit dapat disertai rasa gatal.8
d. Bentuk yang tidak klasik berupa vesikel hingga menyerupai eritema
multiform. Kelainan akut pada kulit ini dapat berlangsung beberapa
minggu dan menghilang, tetapi dapat pula rekuren.8
e. Angioedema pada muka (kelopak mata, bibir) dan ekstremitas
(punggung tangan dan kaki) ditemukan berturut-turut pada 20% dan
40% kasus.6
f. Edema skrotum juga dapat terjadi pada awal penyakit.6
g. Gejala prodormal dapat terdiri dari demam, nyeri kepala dan
anoreksia.8
h. Gejala artralgia atau artritis yang cenderung bersifat migran dan
mengenai sendi besar ekstremitas bawah seperti lutut dan pergelangan
kaki, namun dapat pula mengenai pergelangan tangan, siku dan
persendian di jari tangan.. Kelainan ini timbul lebih dahulu (1-2 hari)
dari kelainan pada kulit. Sendi yang terkena dapat menjadi bengkak,
nyeri dan sakit bila digerakkan, biasanya tanpa efusi, kemerahan
ataupun panas. Kelainan terutama periartikular dan bersifat sementara,
dapat pula rekuren tetapi tidak menimbulkan deformitas yang
menetap.8
14
i. Nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinalis. Keluhan abdomen
ditemukan pada 35-85% kasus dan biasanya timbul setelah timbul
kelainan pada kulit (1-4 minggu setelah onset). Nyeri abdomen dapat
berupa kolik abdomen yang berat, lokasi di periumbilikal dan disertai
muntah, kadang-kadang terdapat perforasi usus dan intususepsi
ileoileal atau ileokolonal yang ditemukan pada 2-3% kasus.
Intususepsi atau perforasi disebabkan oleh vaskulitis dinding usus
yang menyebabkan edema dan perdarahan submukosa dan
intramural.8
j. Kelainan ginjal, meliputi hematuria, proteinuria, sindrom nefrotik atau
nefritis. Penyakit pada ginjal biasanya muncul 1 bulan setelah onset
ruam kulit. Kelainan ginjal dapat ditemukan pada 20-50% kasus dan
yang persisten pada 1% kasus, yang progresif sampai mengalami
gagal ginjal pada <1%. Adanya kelainan kulit yang persisten sampai
2-3 bulan, biasanya berhubungan dengan nefropati atau penyakit
ginjal yang berat. Risiko nefritis meningkat pada usia onset diatas 7
tahun, lesi purpura persisten, keluhan abdomen yang berat dan
penurunan aktivitas faktor XIII. Gangguan ginjal biasanya ringan,
meskipun beberapa ada yang menjadi kronik.8
c. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium tidak terlihat adanya kelainan spesifik.
Jumlah trombosit normal atau meningkat, membedakan purpura yang disebabkan
15
oleh trombositopenia. Dapat terjadi leukositosis moderat dan anemia
normokromik, biasanya berhubungan dengan perdarahan di gastrointestinal.
Biasanya juga terdapat eosinofilia. Laju endap darah dapat meningkat. Kadar
komplemen seperti C1q, C3 dan C4 dapat normal. Pemeriksaan kadar IgA dalam
darah mungkin meningkat, demikian pula limfosit yang mengandung IgA.
Analisis urin dapat menunjukkan hematuria, proteinuria maupun penurunan
kreatinin klirens, demikian pula pada feses dapat ditemukan darah. Biopsi pada
lesi kulit menunjukkan adanya vaskulitis leukositoklastik. Imunofluoresensi
menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen pada dinding pembuluh darah.
Pemeriksaan radiologi dapat ditemukan penurunan motilitas usus yang ditandai
dengan pelebaran lumen usus ataupun intususepsi melalui pemeriksaan barium.8
Diagnosis dari nefritis HSP dapat ditegakkan jika terabanya purpura kutan
di tambah satu atau lebih manifestasi mayor dari HSP dan nefritis, yang
didefinisikan sebagai adanya hematuria makroskopis atau hematuria mikroskopik
dengan atau tanpa proteinuria.12,13
5. Komplikasi
Komplikasi utama dari HSP adalah keterlibatan ginjal, termasuk sindrom
nefrotik, dan perforasi usus. Komplikasi tidak sering dari edema scrotal adalah
torsi testis, dimana sangat nyeri dan harus segera ditangani.
6. Penatalaksanaan
Manifestasi ekstrarenal dari penyakit ini diatur oleh ukuran gejala yang
sesuai. Kebanyakan lesi di kulit mungkin memerlukan kortikosteroid oral, dimana
16
hal ini juga bisa memicu nyeri abdominal dan protein-losing enteropathy.
Komplikasi gastrointestinal biasanya memerlukan terapi bedah. Penatalaksanaan
nefritis pada Henoch Schoenlein Purpura bersifat kontroversial dan rekomendasi
berdasarkan pada hal kecil, bahkan seringkali pada seri yang tak terkontrol.3
Penatalaksanaan terhadap penyakit ini masih dalam bentuk Blind trial. Hal
ini di karenakan masih belum diketahui secara jelasnya patofisiologi. Terdapat
tiga kategori obat yang sudah diuji termasuk diantaranya antikoagulan,
kortikosteroid, dan imunosupresan.14
a. Steroids
Pada kebanyakan pasien tidak ditemukan adanya klinis keterlibatan ginjal
atau mikrohematuria, proteinuria ringan, dan fungsi ginjal yang normal. Pasien
tersebut tidak memerlukan terapi steroid, dan hanya terapi simtomatis. Dari
penelitian pada 38 anak dengan nefritis Henoch Schoenlein Purpura berat di
anjurkan perbaikan aktivitas dan indeks kronisitas pada biopsi ginjal setelah
dilakukan terapi pulse metilprednisolone. Penelitian lain menunjukkan bahwa
penatalaksanaan segera menggunakan prednison mungkin sangat berguna untuk
mencegah perkembangan nefropati pada Henoch schoenlein Purpura. Penggunaan
cyclophosphamide sebagai mono terapi masih merupakan wacana. Tetapi dari
suatu penelitian menunjukan adanya kemmpuan resisten terhadap Nefritis Henoch
schoenlein Purpura setelah pemberian Cyclosporine A(CsA).3,14,15,16
b. Terapi kombinasi
17
Sebuah penelitian dari 12 pasien dengan HSP yang menunjukkan
glomerulonefritis progresif yang berlangsung cepat menunjukkan keuntungan dari
terapi intensif kombinasi. Pada protokol ini, menggunakan methylprednisolone,
cyclophosphamide, dipyridamole, dan prednisone.3
Perbaikan klinis dengan kombinasi terapi kortikosteroid dan azathioprine di
anjurkan oleh peneliti lain dari 21 anak dengan nefritis Henoch schoenlein
Purpura. Pada penelitian lain, prednison dan cyclophosphamide menginduksi dan
mempertahankan remisi komplit 7 dari 8 pasien dengan nefritis HSP yang
dibuktikan dengan biopsi. Penelitian lainnya menunjukkan keuntungan dari
regimen prednisolone, cyclophosphamide, heparin/warfarin, dan dipyridamol
pada pasien HSP dengan perubahan histologis berat pada glomerulus.3,15
c. Terapi lain
Kegunaan dari pemberian Ig secara intravenous(IVIg) untuk
penatalaksanaan HSP masih merupakan wacana. Hal itu merupakan
penatalaksanaan efektif untuk nyeri abdomen dan gejala gastrointestinal lainnya.3
7. Prognosis
Durasi dari penyakit ini kurang lebih sekitar 1 bulan, walaupun demikian
penyakit ini bisa bertahun-tahun dan terdapat kecenderungan untuk rekurensi.
Episode dari purpura secar berturut-turut biasa terjadi selama minggu pertama dari
penyakit tapi jarang terjadi di bulan ke tiga. Serangan singel jarang terjadi selama
lebih dari 1 minggu, dan serangan purpura berkaitan secara tidak konstan dengan
eksaserbasi dari simptomatologi ginjal. Walaupun penyakit ini biasanya self-
limited dissease dengan hasil yang baik tetapi glomerulonefritis berkaitan dengan
18
HSP mungkin terjadi secara tak biasa yang mengarah kepada gagal ginjal. Untuk
alasan tersebut, proteinuria persisten harus ditangani secara agresif dengan inibitor
enzim converting-angiotensin pada pasien HSP.3,17
a. Umur
Penyakit ini lebih ringan pada anak-anak, dengan durasi yang lebih pendek,
lebih sedikit rekurensi, dan lebih sedikit manifestasi pada ginjal dan pada
gastrointestinal. Keterlibatan ginjal dengan hematuria transient tanpa impairments
fungsi renal lebih sering terjadi pada anak daripada pada orang dewasa. Jika
protein urin meningkat 1 g/d dan terjadi insufisiensi ginjal, resiko berkembang
menjadi gagal ginjal kronis sekitar 18% pada anak-anak dan 28% pada orang
dewasa. Penelitian retrospektif dari 162 pasien HSP, dimana orang dewasa lebih
sering mengalami kerusakan ginjal berat dan membutuhkan terapi dengan steroid
atau agen sitostatistika yang lebih agresif. Tapi hasilnya relatif sangat baik
terhadap kedua grup tersebut, dengan recovery lengkap sebanyak 93,9% pada
anak-anak dan 89,2% pada orang dewasa.3
b. Manifestasi klinis
Pasien yang hanya menunjukan hematuria miksroskopik umumnya akan
mengalami penyembuhan ginjal komplit. Tetapi apabila di ikuti dengan sindrom
nefritik akut atau proteinuria lebih dari 1 g/d maka akan memburuk, terutama jika
berkembang menjadi sindrom nefrotik. Hematuria makroskopik berkaitan dengan
tingginya kresen pada biopsi ginjal dan fungsi ginjal yag buruk. Gejala
abdominal, purpura persisten dan umur pada saat kejadian lebih dari 7 tahun
19
menunjukkan faktor resiko yang lebih signifikan terhadap gagal ginjal
berdasarkan salah satu penelitian.3,18
c. Histologi
Faktor prognosis yang paling akurat adalah pemeriksaan histologis.
Persentasi kresen, penampakan fibrosis interstitial dan penambahan deposit
mesangial termasuk deposit subepitelial berhubungan erat dengan resiko gagal
ginjal kronis. Resiko tersebut lebih tinggi pada anak-anak dengan crescent yang
lebih dari 50% pada glomerulus. Pada orang dewasa walaupun kurang dari 50%
cresent akan menunjukkan keadaan kearah yang buruk. Perjalanan dari lanjutan
ginjal persisten dan flare-up renal yang lebih jauh tidak bisa diperkirakan secara
tepat dengan pemeriksaan histologis. Dan diperlukan folow-up dalam jangaka
yang lama.3