muslem ilyas (tugas 2 pak mahidin)

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Pustaka A. Pengertian Kesetimbangan Kesetimbangan memberikan pengertian bahwa suatu keadaan dimana tidak terjadi perubahan sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu. Untuk material tersebut dengan waktu, keadaan setimbang sebenarnya tidak pernah tercapai. Semakin dekat keadaan sistem dengan titik kesetimbangan maka semakin kecil gaya penggerak proses, semakin kecil pula laju proses dan ahkirnya sama dengan 0 bila titik kesetimbangan sudah tercapai. Jadi titik kesetimbangan hanya bisa tercapai secara teoritis dalam waktu yang tak terhingga. Wening (2007:8) mengatakan bahwa “Laju penguapan sama dengan laju pengembunan. Keadaan ini dikatakan terjadi kesetimbangan dinamis antara zat cair dan uap jenuhnya. Artinya bahwa tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi reaksi atau proses yang terjadi masih terus berlangsung”. Seperti pada kesetimbangan umumnya, kesetimbangan uap-cair dapat ditentukan ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu tertentu. Saat kesetimbangan model ini, kecepatan antara molekul-molekul campuran yang membentuk fase uap sama dengan kecepatan molekul- molekulnya membentuk cairan kembali. Data kesetimbangan

Upload: mus

Post on 26-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

thermodinamika dan kinetika aplikasi hukum kesetimbangan fasa uap cair

TRANSCRIPT

Page 1: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Kesetimbangan

Kesetimbangan memberikan pengertian bahwa suatu keadaan dimana tidak

terjadi perubahan sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu. Untuk material

tersebut dengan waktu, keadaan setimbang sebenarnya tidak pernah tercapai.

Semakin dekat keadaan sistem dengan titik kesetimbangan maka semakin kecil gaya

penggerak proses, semakin kecil pula laju proses dan ahkirnya sama dengan 0 bila

titik kesetimbangan sudah tercapai. Jadi titik kesetimbangan hanya bisa tercapai

secara teoritis dalam waktu yang tak terhingga. Wening (2007:8) mengatakan bahwa

“Laju penguapan sama dengan laju pengembunan. Keadaan ini dikatakan terjadi

kesetimbangan dinamis antara zat cair dan uap jenuhnya. Artinya bahwa tidak akan

terjadi perubahan lebih lanjut tetapi reaksi atau proses yang terjadi masih terus

berlangsung”.

Seperti pada kesetimbangan umumnya, kesetimbangan uap-cair dapat

ditentukan ketika ada variabel yang tetap (konstan) pada suatu waktu tertentu. Saat

kesetimbangan model ini, kecepatan antara molekul-molekul campuran yang

membentuk fase uap sama dengan kecepatan molekul-molekulnya membentuk cairan

kembali. Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika yang

diperlukan dalam perancangan dan pengoperasian kolom-kolom distilasi. Pada

prakteknya didalam pekerjaan ilmiah suatu kesetimbangan dianggap tercapai bila

tidak ada lagi perubahan sifat/keadaan seperti yang ditunjukkan oleh praktek yang

sama dengan sifat yang dihitung berdasarkan metoda yang menggunakan anggapan

kesetimbangan.

Contoh nyata penggunaan data termodinamika kesetimbangan uap-cair

adalah dalam berbagai metoda perancangan kolom distilasi packed coloum dan try

coloum. Percobaan langsung yang betul-betul lengkap baru dapat diperoleh dari

serangkaian metoda pengukuran. Selain itu percobaan langsung seperti itu

Page 2: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

memerlukan waktu yang banyak dan biaya yang besar. Sehingga cara yang umum

ditempuh adalah mengukur data tersebut pada beberapa kondisi kemudian

meringkasnya dalam bentuk model-model matematik yang relatif mudah diterapkan

dalam perhitungan-perhitungan komputer. Salah satu contoh aplikasi dari

kesetimbangan fasa uap-cair dalam kehidupan khususnya dalam bidang industri

adalah pada proses pembuatan gas LNG.

B. Tekanan Parsil, hukum-hukum Dalton, Raoult dan Henry

Tekanan parsil PA komponen A di dalam suatu campuran uap adalah sama

dengan tekanan yang akan ditimbulkan oleh komponen A tersebut jika ditempatkan

sendiri di dalam volume dan temperatur yang sama dengan campuran. Menurut

hukum Dalton, P=ΣPA yaitu tekanan total adalah samadengan penjumlahan tekanan

parsil. Untuk suatu gas (uap) ideal, tekanan parsil berbanding lurus dengan fraksi

mol konstituen, maka:

PA = yAP ...........................................................................................................(1.1) 

Untuk suatu campuran ideal, tekanan parsil konstituen dikaitkan dengan konsentrasi

konstituen di dalam fasa cair, Raoult merumuskan hubungan tersebut sebagai

berikut:

PA = PoA xA..........................................................................................................(1.2)

Di sini PoA adalah tekanan uap murni konstituen A pada temperatur yang

sama. Biasanya hubungan ini mendekati benar bila x A bernilai tinggi, atau xB bernilai

rendah. Beberapa campuran isomer organik dan beberapa senyawa hidrokarbon

hampir secara penuh mengikuti hukum ini. Untuk x A dengan harga-harga yang

rendah, hubungan linear antara PA dan x Adirumuskan dengan menggunakan factor

perbandingan yaitu suatu konstanta Henry dan bukan tekanan uap murni zat. Untuk

zat cair A yang terlarut dalam pelarut zat B, hukum Henry ditulis sebagai berikut :

PA=H.x A.............................................................................................................(1.3)

Page 3: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Digunakan untuk komponen yang fraksi molnya mendekati satuan dari

komponen-komponen yang mirip dengan sifat kimia, seperti rantai lurus

hidrokarbon. Jika campuran mengikuti hukum Raoult, maka tekanan uap campuran

dapat diperoleh secara grafik dengan memanfaatkan data tekanan uap masing-masing

komponen. Bila suatu campuran mengikuti hukum Raoult, maka harga-harga y A

untuk berbagai komposisi x A dapat dihitung berdasarkan tekanan uap masing-masing

kedua komponen pada berbagai temperatur.

 Berdasarkan Hukum Raoult:

 PA = PoA xA......................................................................................................(1.4)

PA = PyA ..........................................................................................................(1.5) 

Dari kedua persamaan ini diperoleh:

yA = Po

A x A

P dan yB =

PoB xB

P .....................................................................(1.6)

Jumlah fraksi dua komponen adalah:

yA + yB = 1.....................................................................................................(1.7) 

Po

A x A

P+

PoB(1−x A)

P=1...........................................................................(1.8) 

Dari persamaan ini dihasilkan:

xA =

P−PoB

PoA−Po

B

..................................................................................................(1.9)

Page 4: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Gambar 4.4. Bagian diagram P-T dalam daerah kritis

Gambar di atas menjelaskan bahwa titik kritis campuran biner adalah titik

perpotongan garis tangen terhadap kurva melengkung. Untuk komponen murni, titik

kritis adalah temperatur tertinggi dan tekanan tertinggi pada mana fasa uap dan cair

dapat bertemu, akan tetapi untuk suatu campuran adalah berbeda. Sebab itu untuk

kondisi tertentu proses kondensasi terjadi sebagai akibat penurunan temperatur.

Page 5: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

BAB IIPEMBAHASAN

Beberapa Aplikasi Kesetimbanga fasa Uap-cair dalam kehidupan (dalam

bidang industri).

1. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut

Etanol dan N-Heksana.

2. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.).

3. Menggunakan desain eksperimental untuk mengoptimalkan ketepatan

distilasi uap untuk menentukan kadar alcohol pada minuman buah (Using

experimental design to optimise precision of steam distillation for

determining alcoholic strength in spirits)

4. Karakterisasi Minyak Atsiri dari Cangkang kacang pinus dari Komoditi

Limbah di Cina dengan Distilasi Uap dan GC-MS (Characterization of

Essential Oil in Pine Nut Shellsfrom Commodity Waste in China by Steam

Distillation and GC-MS).

5. Perhitungan Karbon Dioksida Kelarutan dalam gas alam (Calculation of

Carbon Dioxide Solubility in Liquefied Natural Gas).

6. Esterifikasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi Dari Minyak Daun Nilam

(Patchouli Oil)

7. Ulasan sintesis biodiesel dari limbah minyak di bawah tekanan tinggi dan

suhu: Tahap Kesetimbangan, kinetika reaksi, proses desain dan techno-

economicstudy (Review of biodiesel synthesis from waste oil under elevated

pressure and temperature:Phase Equilibrium,reaction kinetics,process design

and techno-economicstudy).

Page 6: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

2.1 Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut

Etanol dan N-Heksana.

2.1.1 Pengertian

Pada mulanya istilah “minyak atsiri” adalah istilah yang digunakan untuk

minyak yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah

menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri yang

mudah menguap terdapat di dalam kelenjar minyak yang harus dibebaskan sebelum

disuling yaitu dengan merajang/memotong jaringan tanaman dan membuka kelenjar

minyak sebanyak mungkin, sehingga minyak dapat dengan mudah diuapkan

(Suryaningrum, 2009). Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai

pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas

minyak dan kadar komponen utamanya. Minyak atsiri yang berasal dari daun jeruk

purut disebut combava petitgrain (dalam bahasa afrika) yang banyak digunakan

dalam industri makanan, minuman, farmasi, flavor, parfum, pewarna dan lain-lain.

Misalnya dalam industri pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam

produk-produk olahan. Minyak daun jeruk purut dalam perdagangan internasional

disebut kaffir lime oil. Minyak atisiri ini banyak diproduksi di Indonesia dengan

output beberapa ton per tahun. Harga kaffir lime oil asal Indonesia yaitu sebesar USD

65,00-75,00 per kilogram (Feryanto, 2007).

Page 7: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Gambar 1. Tanaman Jeruk Purut

Tabel 1. Komponen Minyak Daun Jeruk Purut

Komponen Prosentase

Sitronelal 81,49%Sitronelol 8,22%

Linalol 3,69%

Geraniol 0,31%

Komponen lain 6,29%

(Sumber: Koswara, 2009)

2.1.2. Teknik Pengolahan Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix

D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana.

Pada ekstraksi minyak daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C) dengan pelarut

etanol dan n-heksana meliputi beberapa tahapan yaitu: perlakuan bahan, proses

ekstraksi minyak daun jeruk purut, proses pemurnian minyak dan hasil produknya.

Pada proses perlakuan bahan, bahan yang digunakan adalah daun jeruk purut yang

tua dan kering, digunakan bahan yang tua karena kandungan minyak atsirinya lebih

banyak daripada bahan yang muda serta mengandung kadar air yang rendah.

Penggunaan bahan yang kering bertujuan agar kadar air dalam daun jeruk purut

berkurang sehingga pada ekstraksi daun jeruk purut dapat menghasilkan minyak

daun jeruk purut yang relatif banyak. Bahan kemudian dipotong kecil-kecil sebesar

1x1 cm, proses pengecilan ukuran ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka

sebanyak mungkin sehingga pada proses ekstraksi laju penguapan minyak atsiri dari

bahan menjadi cukup cepat. Proses ekstraksi dan pemurnian minyak daun jeruk purut

menggunakan alat ekstraktor soxhlet karena efisiensi waktu, serta proses

pengambilan dengan pelarut diperoleh rendemen yang relatif lebih banyak. Pada

Page 8: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

ekstraksi daun jeruk purut menggunakan dua macam pelarut yaitu etanol dan n-

heksana. Pemilihan etanol sebagai pelarut, karena etanol dapat digunakan untuk

mengekstraksi bahan kering, daun-daunan, batang, dan akar. Sedangkan pemilihan n-

heksana sebagai pelarut, karena n-heksana bersifat stabil dan mudah menguap,

selektif dalam melarutkan zat, mengekstraksi sejumlah kecil lilin serta dapat

mengekstrak zat pewangi dalam jumlah besar. Proses pemurnian minyak bertujuan

untuk memisahkan minyak atsiri dengan pelarut sehingga dihasilkan minyak atsiri

yang absolut.

2.1.3. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut dengan Pelarut Etanol

Pada proses ekstraksi daun jeruk purut dengan menggunakan pelarut etanol

sebanyak 100 mL, ekstraksi berlangsung pada kondisi operasi 81-96ºC karena titik

didih etanol 78,32ºC sehingga diharapkan pada kondisi operasi tersebut etanol dapat

menguap dan minyak dapat terambil semaksimal mungkin. Proses ekstraksi suhu

dijaga tidak lebih dari 100ºC karena titik didih sitronellal adalah 112ºC, jika suhu

ekstraksinya berlangsung lebih dari 100ºC di khawatirkan minyak atsiri ikut

menguap. Proses ekstraksi dihentikan sampai warna pelarut kembali menjadi seperti

semula. Siklus yang terjadi pada ekstraksi daun jeruk purut mencapai 18 siklus

dengan waktu ± 25,5 jam. Pada percobaan diperoleh minyak daun jeruk purut yang

berwarna hijau tua sampai kehitaman. Hal ini dikarenakan etanol dapat melarutkan

pigmen-pigmen yang terdapat dalam daun jeruk purut misalnya pigmen klorofil.

Ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut etanol menghasilkan rendemen 13,39%,

sedangkan penelitian yang dilakukan Koswara (2009) dengan menggunakan metode

penyulingan uap menghasilkan rendemen 1,42%. Dari hasil penelitian diperoleh

kadar sitronellal serta komponen yang lain seperti yang terdapat pada tabel 4.

Tabel. 4. Data Hasil Analisis Minyak Daun Jeruk Purut dengan Pelarut Etanol

No Nama Komponen Formula Prosentase

1 Citronellal C10H18O 65,992 1,1-Diethoxyhept-

cis -4-eneC11H22O2 5,82

3 Trans-Caryophyllene

C15H24 8,51

4 Nerolidol Z dan E C15H26O 19,68

Page 9: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Pada tabel 4. diketahui bahwa komponen tertinggi yang terdapat dalam

minyak daun jeruk purut dengan pelarut etanol adalah sitronellal sebesar 65,99%.

Selain sitronellal juga terdapat komponen-komponen yang lain yaitu 1,1-

Diethoxyhept-cis-4-ene, trans-Caryophyllene, serta Nerolidol Z dan E. Dari tabel 4

diketahui bahwa kadar sitronellal lebih tinggi daripada kadar komponen yang lain.

Minyak yang dihasilkan berwarna hijau sampai kehitaman dikarenakan etanol dapat

melarutkan pigmen-pigmen yang terdapat dalam daun jeruk purut misalnya pigmen

klorofil.

2.1.4. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut dengan Pelarut n-Heksana

Pada proses ekstraksi daun jeruk purut dilakukan dengan menggunakan pelarut

heksana sebanyak 100 mL, ekstraksi berlangsung pada kondisi operasi 72-86ºC

karena titik didih n-heksana 69ºC sehingga diharapkan pada kondisi operasi tersebut

n-heksana dapat menguap dan minyak dapat terambil semaksimal mungkin. Sama

halnya dengan pelarut etanol, suhu ekstraksi dijaga tidak melebihi 100ºC karena titik

didih sitronellal adalah 112ºC Proses ekstraksi dilakukan sampai warna pelarut

kembali menjadi seperti semula. Siklus yang terjadi pada ekstraksi daun jeruk purut

mencapai 16 siklus dengan waktu ± 21,5 jam. Pada percobaan diperoleh minyak

daun jeruk purut yang kuning. Hal ini dikarenakan n-heksana dapat mengekstrak

dengan baik sitronellal yang terdapat dalam daun jeruk purut dan dapat memisahkan

antara minyak dengan pelarut sehingga dapat diketahui dengan jelas perbedaan

antara minyak dan pelarut. Ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut n-heksana

menghasilkan rendemen 10,50%, hal ini bebeda dengan rendemen dalam penelitian

Koswara (2009) yang menggunakan metode penyulingan uap menghasilkan

rendemen 1,42%. Sehingga ekstraksi dengan menggunakan pelarut mudah menguap

menghasilkan rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan metode penyulingan

uap. Dari hasil percobaan diperoleh kadar sitronellal serta komponen yang lain

seperti yang terdapat pada tabel 5.

Tabel. 5. Data Hasil Analisis Minyak Daun Jeruk Purut dengan Pelarut n-

Heksana

No Nama Komponen Formula Prosentase

Page 10: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

1 Sabinene C10H16 2,07

2 Decane C10H22 0,66

3 Citronellal C10H18O 97,27

Pada tabel 5 diketahui bahwa komponen tertinggi yang terdapat dalam minyak daun

jeruk purut dengan pelarut n-heksana adalah sitronellal sebesar 97,27%. Selain

sitronellal juga terdapat komponen-komponen yang lain yaitu Sabinene dan Decane.

Dari tabel 5 diketahui bahwa kadar sitronellal lebih tinggi daripada kadar komponen

yang lain, dan kadar sitronellal yang diperoleh dengan pelarut mudah menguap lebih

tinggi daripada dengan menggunakan metode penyulingan uap sesuai penelitian

Koswara. Hal ini disebabkan karena pelarut n-heksana dapat mengekstrak dengan

baik komponen sitronellal dalam daun jeruk purut sehingga sitronellal yang

dihasilkan lebih tinggi daripada dengan metode penyulingan uap. Minyak yang

dihasilkan berwarna kuning. Hal ini dikarenakan n-heksana dapat memisahkan antara

minyak dengan pelarut sehingga dapat diketahui dengan jelas perbedaan antara

minyak dan pelarut. Penggunaan pelarut n-heksana pada ekstraksi daun jeruk purut

menghasilkan kadar sitronellal yang lebih tinggi dari pada pelarut etanol.

2.2 Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)

2.2.1 pengertian

Beberapa tahun terakhir ini penelitian anti inflamasi dipusatkan pada

metabolit asam arakhidonat sebagai mediator peradangan yang penting. Asam

arakhidonat banyak berasal dari fosfolipid membran sel yang diaktifkan oleh cedera.

Asam arakhidonat dapat dimetabolisme melalui dua jalur yang berbeda, yaitu jalur

siklooksigenase (COX) menghasilkan sejumlah prostaglandin dan tromboksan serta

jalur lipooksigenase (LOX) yang menghasilkan leukotrien (Price dan Wilson, 1995).

Dalam pengobatan inflamasi, kelompok obat yang banyak diberikan adalah obat

antiinflamasi non steroid (AINS). Obat ini merupakan obat sintetik dengan struktur

Page 11: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

kimia heterogen. Prototipe obat golongan ini adalah aspirin, karena itu sering disebut

juga obat mirip aspirin (aspirin like drugs) (Wilmana dan Gan, 2007). Efek terapi

AINS berhubungan dengan mekanisme kerja penghambatan pada enzim

siklooksigenase-1 (COX-1) yang dapat menyebabkan efek samping pada saluran

cerna dan penghambatan pada enzim siklooksigenase-2 (COX-2) yang dapat

menyebabkan efek samping pada sistem kardiovaskular. Kedua enzim tersebut

dibutuhkan dalam biosintesis prostaglandin (Lelo dan Hidayat, 2004).

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu dari lima jenis

tumbuhan yang dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kencur

merupakan tanaman obat yang bernilai ekonomis cukup tinggi sehingga banyak

dibudidayakan. Bagian rimpangnya digunakan sebagai bahan baku industri obat

tradisional, bumbu dapur, bahan makanan, maupun minuman penyegar lainnya

(Rostiana dkk., 2003). Secara empirik, kencur berkhasiat sebagai obat untuk batuk,

gatal-gatal pada tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal,

pengompres bengkak/radang, tetanus dan penambah nafsu makan (Miranti, 2009).

Sulaiman dkk. (2007), menyatakan bahwa rimpang kencur dapat digunakan sebagai

untuk hipertensi, rematik, dan asma. Penelitian yang dilakukan Sulaiman dkk. (2007)

ini juga melaporkan bahwa ekstrak air daun kencur mempunyai aktivitas

antiinflamasi yang diuji pada radang akut yang diinduksi dengan karagenan.

Kandungan minyak atsiri dari rimpang kencur diantaranya terdiri atas miscellaneous

compounds (misalnya etil p-metoksisinamat 58,47%, isobutil β-2- furilakrilat

30,90%, dan heksil format 4,78%); derivat monoterpen teroksigenasi (misalnya

borneol 0,03%, dan kamfer hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (misalnya

kamfen 0,04% dan terpinolen 0,02%) (Sukari dkk., 2008). Berdasarkan data empirik

penggunaan rimpang kencur sebagai obat untuk radang maka dilakukan uji aktivitas

antiinflamasi dari ekstrak rimpang kencur. Penelitian dilakukan terhadap ekstrak

rimpang kencur yang berasal dari Kab. Sukabumi dan Kab. Subang Propinsi Jawa

Barat. Penelitian diawali dengan analisis kandungan minyak atsiri ekstrak

menggunakan GC/MS kemudian diuji khasiat anti inflamasinya dengan metode

radang akut yang diinduksi dengan karagenan.

Page 12: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

2.2.2 Proses Pengolahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kencur yang

diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, dalam kondisi telah dirajang dan

dikeringkan menjadi simplisia yang

berasal dari daerah Kab. Subang dan Kab. Sukabumi Propinsi Jawa Barat. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa bahan tumbuhan yang digunakan adalah kencur

(Kaempferia galanga L.). Pada tahap ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 95%, diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Ekstrak rimpang kencur 1 (Kab. Subang) sebanyak 20,88 g ekstrak kental dari

1014,92 g berat total simplisia (rendemen 2,057%).

b. Ekstrak rimpang kencur 2 (Kab. Sukabumi) sebanyak 34,22 g ekstrak kental dari

978,0 g berat

total simplisia yang diekstraksi (rendemen 3,499%).

Analisis minyak atsiri dilakukan untuk mengetahui komposisi senyawa yang

terdapat dalam minyak atsiri hasil distilasi uap dari masing-masing ekstrak rimpang

kencur. Analisis dilakukan dengan menggunakan GC/MS karena sifat dari komponen

minyak atsiri yang mudah menguap sehingga dapat dielusikan dengan fase gerak

GC/MS yang berupa gas. Analisis dilakukan dengan membandingkan data spektrum

masa Wiley dan indeks retensi Kovat. Hasil analisis minyak atsiri ekstrak rimpang

kencur 1 dan ekstrak rimpang kencur 2 dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa kandungan etil-p-metoksisinamat yang

merupakan komponen utama minyak atsiri ekstrak rimpang kencur, pada ekstrak

rimpang kencur 2 ternyata lebih sedikit dari dari ekstrak rimpang kencur 1 walaupun

kadar minyak atsiri pada rimpang kencur 2 berdasarkan pemeriksaan parameter

ekstrak menghasilkan nilai yang lebih besar daripada ekstrak rimpang kencur 1. Hal

ini diduga karena perbedaan tempat tumbuh tanaman kencur, termasuk lokasi, jenis

tanah, iklim, tingkat kesuburan, dan intensitas cahaya matahari, mempengaruhi

jumlah minyak atsiri dan kandungan etil-p-metoksisinamatnya.

Page 13: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Tabel 3. Hasil analisis komponen minyak atsiri ekstrak rimpang kencur dengan

GC/MS.

Minyak

atsiri

Puncak Waktu

retensi

(Rt)

Berat

molekul

(BM)

Kemungkinan komponen

senyawa

Kadar

(%)

Ekstrak

rimpang

kencur 1

1 15,449 156 2,4,6-trimethyl octane 25,03

2 19,292 186 2-butyl-1-octanol 1,49

3 19,394 176 Ethyl cinnamate 8,49

4 21,613 168 Limonene dioxide 1,73

5 23,463 206 Ethyl ester 3-(4-

methoxyphenyl) 2-

propenoic acid

9,19

6 24,885 206 Ethyl pmethoxycinnamate 54,07

Ekstrak

Rimpang

kencur 2

1 12,122 154 Isoborneol 0,30

2 15,524 156 2,4,6-trimethyl octane 28,41

3 19,496 176 Ethyl cinnamate 16,32

4 21,669 168 Limonene dioxide 2,58

5 23,528 206 Ethyl ester 3-(4-

methoxyphenyl) 2-

propenoic acid

9,71

6 24,930-

24,971

206 Ethyl pmethoxycinnamate 43,23

2.3 Menggunakan desain eksperimental untuk mengoptimalkan ketepatan

distilasi uap untuk menentukan kadar alcohol pada minuman buah (Using

experimental design to optimise precision of steam distillation for determining

alcoholic strength in spirits).

Page 14: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

2.3.1 Pendahuluan

Dalam karya kontrol makanan resmi, kadar alkohol berdasarkan volume

merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam analisis semangat

minum. Dibandingkan dengan negara-negara lain, Uni Eropa memungkinkan hanya

toleransi amarginal dari ± 0,3% vol. mengenai indikasi kadar alkohol yang

sebenarnya dengan volume label [1]. Pada tahun 2004, lebih dari 15% dari semua

sampel minuman dan alkohol fruit dianalisis di negara federal Jerman Baden-

Württemberg harus dikeluarkan karena pelabelan yang salah dari kadar alkohol [2].

Melebihi batas toleransi dapat memiliki konsekuensi serius bagi produsen seperti

denda, biaya tinggi recall dan penandaan ulang banyak produksi. Jika, di sisi lain,

kadar alkohol dari produk disesuaikan terlalu tinggi, kerugian ekonomi akan menjadi

konsekuensinya. Sampai saat ini, distilasi dengan tekad pycnometric berikutnya

kepadatan telah menjadi metode referensi untuk penentuan kadar alkohol dalam

minuman roh. Pycnometers umumnya dianggap memberikan akurasi terbesar, tapi

metode ini memakan waktu dan memerlukan pelatihan khusus personil jika hasil

direproduksi secara diperoleh karena kesempatan yang relatif lebih besar untuk

menyebabkan kesalahan eksperimental dalam membuat pengukuran berat yang

diperlukan untuk pycnometry [3 ]. Metode otomatis seperti kromatografi gas atau

kromatografi cair tidak bisa menggantikan pycnometry sebagai metode referensi

karena mereka instrumental kompleks dan karena itu lebih mahal. Selain itu,

penanganan yang diperlukan personil yang terlatih, dan beberapa metode tidak

memiliki akurasi yang diperlukan [4-8]. Teknik analisis sekunder yang menggunakan

spektroskopi inframerah-dekat atau Transformasi Fourier spektroskopi inframerah

dalam kombinasi dengan teknik chemometric dapat digunakan untuk skrining cepat

kadar alkohol tetapi juga tidak memenuhi syarat sebagai prosedur referensi [6, 7, 9-

11].

2.3.2 Proses Pengolahan

Labu Lulus dengan volume 25 dan 50 ml yang tersedia sebagai penerima

untuk distilat. Sebagai perubahan volume stopkontak jelas mengarah ke

Page 15: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

penyimpangan lengkap dari parameter lain, percobaan pertama untuk mengetahui

volume penerima optimal sebelum optimalisasi parameter lain. Seperti dapat dilihat

pada Gambar. 1, percobaan dengan penerima 25 ml menyebabkan penyimpangan

yang lebih tinggi terutama pada saat distilasi rendah, yang dapat dikaitkan dengan

pipetting dan pengenceran kesalahan yang lebih tinggi. Sebaliknya, penerima 50 ml

memiliki jangkauan operasi yang lebih tinggi dengan hasil direproduksi di atas 80 s

waktu distilasi. Ini menegaskan hasil empiris ditentukan sebelumnya yang labu

50mlmeasuring yang terbaik [17, 18]. Semua penelitian lebih lanjut yang, oleh

karena itu, dilakukan dengan menggunakan 50 ml penerima Optimisation tenaga uap,

volume sampel dan waktu distilasi

Percobaan dari desain komposit pusat dievaluasi menggunakan Analisis

Varians (ANOVA) untuk menemukan makna dari istilah linear, kuadrat dan interaksi

dalam model permukaan respon. Sebuah langkah yang sangat penting adalah untuk

memeriksa model yang signifikan untuk konsistensi dengan melihat kurangnya fit

dan kemungkinan outlier. Dalam semua enam desain pengaturan ekstrim dengan

waktu distilasi yang sangat rendah dan orang-orang dengan volume sampel yang

sangat tinggi menunjukkan untuk menjadi outlier jelas dan harus ditinggalkan

analisis. Untuk kedua setup instrumental (Gerhardt dan Buchi) adalah mungkin untuk

menemukan kisaran kerja yang optimal. Melalui analisis permukaan respon koefisien

regresi model tersebut telah ditetapkan dan pendekatan ANOVA statistik menghitung

signifikansi individu masing-masing koefisien. Tabel 2 berisi koefisien regresi.

Page 16: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Faktor diberikan dalam nilai-nilai kode, yang membuat enam model langsung

dibandingkan antara satu sama lain dan menawarkan kesempatan untuk menemukan

pentingnya setiap istilah regresi dalam model. Perbedaan signifikan antara kedua

perangkat distilasi uap ditemukan. BUCHI instrumen independen dari variasi listrik

tenaga uap (A), sedangkan pada instrumen Gerhardt, variasi tenaga uap hanya sedikit

mempengaruhi distilasi alcohol, sangat pengaruh yang absinth dan tidak memiliki

pengaruh pada liqueur herbal. Perbedaan ini dapat dengan mudah dijelaskan oleh

fakta bahwa instrumen BUCHI memiliki tenaga uap secara signifikan lebih tinggi

(2.200 W) daripada Gerhardt instrumen (1600 W).

Perubahan waktu distilasi (B) dan volume sampel (C) sangat menentukan

dalam semua kasus untuk mengukur kadar alkohol. Waktu distilasi memiliki

pengaruh kuadrat (B2) untuk semua instrumen. The Gerhardt Instrumen lagi berbeda

dengan instrumen BUCHI sebagai tenaga uap menunjukkan pengaruh kuadrat

tambahan (A2). Interaksi antara waktu distilasi dan volume sampel (BC) memiliki

pengaruh yang lebih rendah pada instrumen Gerhardt daripada yang Buchi. Dengan

model ini, adalah mungkin untuk menentukan wilayah kerja optimum untuk setiap

instrumen untuk menentukan kadar alkohol minuman buah yang tidak diketahui.

respon overlay plot permukaan untuk wilayah kerja yang optimal untuk kedua

perangkat distilasi uap yang berbeda ditampilkan untuk tiga sampel dengan kekuatan

alkohol yang sangat berbeda, masing-masing. Untuk visualisasi mudah, wilayah

yang cocok dengan nilai referensi pycnometric dari kadar alkohol ditandai putih di

kontur respon. Plot permukaan respon menunjukkan dengan jelas bahwa wilayah

kerja optimum tidak banyak dipengaruhi oleh tenaga uap, bahwa volume sampel

antara 15 dan 30 ml dan waktu distilasi antara 90 dan 110 s memberikan hasil terbaik

bagi kedua instrumen dan roh kekuatan alkohol yang berbeda .

Perbandingan dengan prosedur referensi Pycnometry umumnya dianggap

sebagai prosedur acuan untuk penentuan kadar alkohol dalam semangat. Meskipun

kerugian yang dijelaskan dalam pendahuluan, nilai-nilai pycnometric dapat

dipandang sebagai nilai acuan empiris yang metode lain harus setuju. Untuk

membuktikan penerapan metode baru, beberapa semangat dianalisis dengan

Page 17: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

menggunakan distilasi uap dengan parameter kerja yang optimal ditentukan serta

dengan prosedur referensi. Korelasi linier antara kedua metode yang sangat baik,

dengan koefisien korelasi lebih tinggi dari 0.999 (Tabel 4). Karena kemiringan dan

mencegat mencakup nilai-nilai teoritis, tidak ada perbedaan konstan atau

proporsional antara kedua prosedur dapat dibuktikan kecuali untuk kesalahan acak.

Penyimpangan dari hasil yang diperoleh oleh osilasi-jenis densimetry dibandingkan

dengan pycnometry itu rata-rata hanya 0,02% vol The linearitas yang sangat baik

dalam kisaran diperiksa antara 2 dan 55,5% vol. membuat metode sama-sama cocok

untuk analisis minuman spirit dicampur dengan kadar alkohol hanya kecil serta

minuman semangat-bukti, seperti absinthe.

Keuntungan dari distilasi uap dalam kombinasi dengan osilasi-jenis

densimetry Sesuai dengan metode referensi, distilasi dasar bahkan untuk yang baru

bisa hemat waktu untuk analisis ini. Selama optimasi metode, itu terbukti menjadi

menguntungkan untuk menyaring sekitar 25 ml sampel ke dalam 50 ml labu lulus

sebagai penerima. Berbeda dengan metode referensi, distilat diencerkan selama

proses ini. Namun, dibandingkan dengan pycnometry menunjukkan bahwa kesalahan

perhitungan diabaikan. Penggunaan uap untuk distilasi alkohol cepat, hemat biaya

dan hanya membutuhkan minimal pengetahuan khusus dari personil laboratorium.

Berbeda dengan pycnometry, personil terlatih dapat dengan mudah mencapai hasil

yang akurat. Oleh karena itu, bisa menjadi metode pilihan untuk laboratorium

pemerintah serta untuk produsen roh dan penyulingan. Keuntungan selanjutnya

adalah fakta bahwa hal itu dapat digunakan dalam analisis cairan yang memiliki

viskositas tinggi dan titik didih dan yang biasanya cenderung terik dan percikan

dalam distilasi konvensional (misalnya minuman emulsi). Melalui pemanasan

simultan dan efek dari injeksi uap pencampuran, sebuah percampuran yang baik

terjamin, sementara pada saat yang sama terik sampel hampir mustahil dan tidak

pernah diamati. Tentu saja, pembersihan perangkat kaca yang digunakan adalah jauh

lebih mudah dengan metode ini.

2.4 Karakterisasi Minyak Atsiri Dari Cangkang Kacang Pinus Dari Komoditi

Limbah Di Cina Dengan Distilasi Uap Dan Gc-Ms (Characterization Of

Page 18: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Essential Oil In Pine Nut Shellsfrom Commodity Waste in China By Steam

Distillation and Gc-Ms).

2.4.1 Pendahuluan

Kulit kacang pinus adalah lambung benih dari beberapa jenis pohon pinus,

seperti Pinus koraiensis Sieb et Zucc, Pinus bungeana Zucc, dan Pinus armandii

Francn, yang termasuk Pinus lambertiana. Umumnya, benih kacang pinus adalah

bagian yang dapat dimakan daripada shell dari kacang pinus, sedangkan cangkang

kacang pinus dianggap sebagai limbah; nilai komersial dari kulit kacang pinus

biasanya diabaikan. Kerang kacang pinus account untuk sebagian besar jumlah

seluruh benih. Ada biomassa yang luar biasa dalam kulit kacang pinus di Asia

terbesar kacang Mengumpulkan dan Mendistribusikan Pusat di Meihekou City, yang

terletak timur laut Cina; kerang kacang pinus umumnya dibuang atau dibakar setelah

mengambil benih dari kacang pinus. Ini adalah hamburkan besar sumber daya alam.

Minyak atsiri, polisakarida, atau komponen lain dalam kacang pinus shell mungkin

memiliki aplikasi potensial dalam industri makanan atau industri farmasi. Para

ilmuwan kurang memperhatikan aktivitas biologis dari kulit kacang pinus. Namun,

dalam beberapa tahun terakhir, kerang kacang pinus telah menarik sedikit perhatian

(Wang et al.2009; Liu et al 2007;. Zhang et al 2006.). Minyak esensial dari kulit

kacang pinus memainkan peran penting dalam pengurangan patogen bawaan

makanan (Moreiraa et al. 2005). Hal ini melaporkan bahwa kombinasi diet asam

linoleat terkonjugasi (CLA) dan minyak kacang pinus mencegah CLA-induced fatty

liver pada tikus (Ferramosca et al. 2008). Ada juga beberapa studi tentang komposisi

kimia minyak atsiri dari batang pohon pinus, cemara, dan pohon cemara

(Kupcinskiene et al 2008;. Kelkar et al 2006;. Yang et al 2008;. Su et al 2010;. Zhang

et al 2009;. Dong et al 2003;. Krauze-Baranowska et al, 2002).. Namun, tidak ada

laporan tentang minyak esensial dari kulit kacang pinus sejauh ini. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi penerapan potensi kerang kacang pinus.

Minyak atsiri diekstraksi dari kacang pinus kerang dengan metode destilasi uap;

komponen volatil ditentukan oleh gas kromatografi-spektrometri massa (GC-MS).

Penelitian ini akan memberikan dasar ilmiah untuk pemanfaatan yang efektif dari

Page 19: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

kulit kacang pinus dan meletakkan dasar kimia untuk mencari komponen aktif dari

kulit kacang pinus.

2.4.2 Proses Pengolahan

Kromatografi GC-MS pada sampel minyak atsiri dari distilasi uap

mengungkapkan adanya 48 senyawa, yang diidentifikasi dibandingkan dengan pola

fragmentasi di spektrum massa yang dihasilkan dengan yang diterbitkan dalam

literatur dan menggunakan Institut Nasional Standar dan Teknologi Mass Spectral

database spektrometer gas chromatograph-mass. Minyak atsiri yang dihasilkan oleh

distilasi uap adalah minyak atsiri dan aromatik kulit kacang pinus. α-Pinene, β-

pinene, 3-Carene, dan 45 komponen volatil lainnya dari kulit kacang pinus

diidentifikasi oleh database massa. Nama-nama kimia dan struktur senyawa yang

terdeteksi berjajar. kromatografi rinci dan informasi kimia dari senyawa minyak

atsiri ditunjukkan dalam penelitian ini. Spektrum massa senyawa volatil khas dalam

penelitian ini, seperti β-pinene, 3-Carene, dan 1-methy-4- (1 -methylethenyl) -, (S) -

cyclohexene, ditunjukkan dengan gambar dalam jurnal. Bagian dari data identik

dengan orang-orang dalam studi sebelumnya oleh Krauze-Baranowska et al., Yang

melaporkan bahwa minyak esensial dari tanaman pinus jarum yang terdapat α-

pinene, β-pinene, limonene, camphene, 3-Carene, myrcene, dan seterusnya (Krauze-

Baranowska et al. 2002). Ada juga beberapa artikel yang melaporkan bahwa kedua

jarum pinus dan kerucut lacebark pinus mengandung α-pinene, 3-Carene, limonene,

dan sebagainya (Yang et al 2008;. Zhang et al 2009;.. Dong et al 2003). α-Pinene, 3-

Carene, limonene, camphene, Miring, dan myrcene biasanya senyawa spesifik

minyak jarum pinus. Dalam penelitian ini, α-pinene, 3-Carene, dan camphene

terdeteksi di kacang pinus shell; Namun, limonene, Miring, dan myrcene tidak

terdeteksi. Data yang disajikan dalam makalah ini memberikan dasar ilmiah untuk

mengembangkan dan menerapkan minyak esensial dari kulit kacang pinus. Penelitian

lebih lanjut akan dilakukan untuk mengeksplorasi potensi aplikasi dari kulit kacang

pinus dalam industri makanan atau kimia.

Page 20: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

2.5 Perhitungan Karbon Dioksida Kelarutan dalam gas alam (Calculation of

Carbon Dioxide Solubility in Liquefied Natural Gas).

2.5.1 Pendahuluan

Lautan yang kaya sumber daya alam gas, dan cadangan yang sekitar 1/3 dari

jumlah total global. Teknologi LNG dianggap pilihan yang paling menjanjikan di

antara banyak program gas alam lepas pantai, karena volume gas alam akan

mengurangi ke 1/600 setelah pencairan. Namun, tingginya biaya platform lepas

pantai membatasi aplikasi praktis dari cair pabrik gas alam. Dengan demikian,

mengurangi areal tanaman LNG akan menjadi kunci dari kilang LNG maritim [1] -

[3].

Karbon dioksida adalah pengotor umum dalam gas alam. Ketika konsentrasi

terlalu tinggi, maka akan terbentuk fase padat yang akan menyebabkan penyumbatan

pipa, penukar panas, dll Akibatnya, stabilitas dan keamanan tanaman akan terancam.

Jadi, sangat penting untuk memprediksi kelarutan karbon dioksida dalam gas alam

sebelum merancang dan operasi dari keseluruhan sistem. Kelarutan yang lebih besar

dari karbon dioksida di LNG, fase kurang solid akan diendapkan. Ketika jumlah

formasi fasa padat ke nol, maka akan mungkin untuk membatalkan tanaman

pretreatment CO2. Ini secara substansial akan mengurangi investasi dan daerah

seluruh sistem [4] - [6] yang membuat tanaman lepas pantai praktis. Saat ini, hanya

beberapa makalah belajar tentang menghitung kelarutan karbon dioksida dalam

cairan kriogenik, seperti Manuskrip diterima 31 Agustus 2011; direvisi September

19, 2011. Taotao SHEN adalah dengan Institute of Refrigeration dan Cryogenics,

Shanghai Jiao Tong University, Shanghai 200240, Cina (e-mail: yxshentt @

sjtu.edu.cn).

Wensheng LIN adalah dengan Institute of Refrigeration dan Cryogenics,

Shanghai Jiao Tong University, Shanghai 200240, Cina (e-mail:

[email protected].). nitrogen cair, oksigen cair atau LNG. Pada tahun 1940,

Fedorova menghitung kelarutan karbon dioksida di oksigen cair dan nitrogen cair

menurut teori solusi ideal. Pada saat yang sama, ia melakukan beberapa eksperimen

Page 21: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

dan menemukan bahwa perhitungan teoritis lebih dari 100 kali lebih besar dari nilai

eksperimental [7]. Pada tahun 1962, Davis et al melakukan serangkaian percobaan

pada sistem metana-karbon dioksida dan mendapat kelarutan karbon dioksida metana

pada temperatur yang berbeda [8]. Sebagian besar peneliti ini adalah pakar di bidang

kimia, yang fokus pada berbagai metode eksperimental penentuan kelarutan. Li dari

Universitas Zhejiang menggunakan metode solusi biasa dan dimodifikasi Scatchard-

Hildebrand hubungan dalam tesis PhD-nya untuk menghitung kelarutan karbon

dioksida dalam nitrogen cair dan oksigen cair, dan memperoleh hasil yang baik [9].

Seperti metana cair merupakan kriogenik non-polar cairan yang mirip dengan

nitrogen cair dan oksigen cair, metode yang sama telah ditiru dalam perhitungan

kelarutan karbon dioksida di metana cair jenuh dalam makalah ini. Selain itu,

persamaan-of-negara kubik sederhana telah banyak digunakan dalam non-polar fase

cairan kesetimbangan perhitungan. Pada tahun 2006, ZareNezhad dan Eggeman [10]

digunakan PR EOS untuk memprediksi titik beku CO2 dari cairan hidrokarbon dan

campuran uap pada kondisi kriogenik tanaman gas. Keseluruhan rata-rata absolut

deviasi relatif antara CO2 suhu beku eksperimental dan diperkirakan untuk sistem

biner ini adalah 0,26%. Jadi metode EOS dipilih untuk perhitungan kesetimbangan

fasa padat-cair dalam makalah ini.

2.5.2 Proses Pengolahan

Pertama, kita dapat menarik kesimpulan dari data yang ada bahwa kelarutan

karbon dioksida padat jenuh metana meningkat cair dengan suhu meningkat. Seperti

ditunjukkan dalam data penelitian, baik dari nilai-nilai dengan metode solusi reguler

dan metode EOS sangat dekat dengan data eksperimen di wilayah suhu yang relatif

rendah (kurang dari 130K). Dengan kenaikan suhu, hasil hukum EOS masih tingkat

tinggi perjanjian dengan data eksperimen. Namun, hasil yang diperoleh dari metode

solusi biasa secara bertahap menyimpang dari nilai-nilai eksperimental, yang tiba-

tiba menurun dengan suhu meningkat ketika suhu lebih besar dari 165K. Pada saat

yang sama, persamaan empiris yang diterapkan dekat suhu kritis mulai menunjukkan

superioritas sebagai hasilnya sangat dekat dengan nilai-nilai eksperimental.

Page 22: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Untuk memprediksi kelarutan CO2 metana cair dengan metode solusi reguler

lebih akurat daripada solusi hipotesis yang ideal. Teori solusi Regular cocok untuk

cairan non-ideal dan non-polar, yang biasanya digunakan untuk semi-kuantitatif

menghitung kelarutan sistem yang dibentuk oleh dua cairan non-polar. Dari derivasi

dari definisi, harus ada beberapa kesalahan karena gaya antara dua molekul

digantikan oleh rata-rata geometris. Data yang berasal dari persamaan SH yang

dimodifikasi lebih dekat dengan hasil eksperimen dibandingkan dengan metode

solusi biasa. 12 l di (11) adalah nilai yang diperoleh dari experiments.If kita memiliki

data yang lebih tepat, hasilnya akan lebih dekat dengan kenyataan. Hal ini juga dapat

dilihat dari Gambar 1 bahwa data dihitung dengan metode solusi reguler dan

persamaan SH dimodifikasi menurun dengan suhu meningkat ketika suhu lebih

tinggi dari 165K, yang jelas anomali. Alasannya adalah bahwa ketika menghitung

kelarutan pelarut dekat temperatur kritis, volume kelebihan pencampuran tidak dapat

diabaikan. Oleh karena itu, persamaan empiris berdasarkan asumsi yang wajar

digunakan dekat suhu kritis dan hasil yang lebih baik diperoleh. Kelarutan diprediksi

CO2 metana jenuh oleh PR EOS dan SRK EOS yang sangat dekat dengan data

eksperimen dengan AAD rata-rata kurang dari 5%. Jelas, dua banyak digunakan

persamaan kubik ini negara dapat direkomendasikan untuk jenis perhitungan

kelarutan B. Kelarutan CO2 di CH4 + N2 dan CH4 + C2H6 campuran PR EOS

digunakan untuk menghitung kelarutan karbon dioksida padat dalam cairan CH4 +

N2 dan CH4 + C2H6 campuran dalam makalah ini. Kisaran suhu 112K-170K, dan

rasio nitrogen atau etana dalam kisaran campuran dari 0,5% menjadi 20%. Perlu

dicatat bahwa, penambahan komponen dapat memiliki dampak yang lebih besar dari

kelarutan karbon dioksida metana murni, sehingga lebih banyak perhitungan yang

dibuat dalam konsentrasi rendah dari komponen tambahan. Hasil perhitungan

ditunjukkan dalam Tabel II dan III TABEL. Sebagai perbandingan, bagian dari data

yang representatif di atas menunjukkan bahwa kelarutan karbon dioksida dalam

campuran perubahan kecil dengan penambahan spesies 3 di wilayah suhu yang relatif

rendah (lebih rendah dari 130K). Dengan kenaikan suhu, keberadaan nitrogen atau

etana metana memiliki pengaruh lebih besar pada kelarutan karbon dioksida.

Page 23: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

2.6 Esterifikasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi Dari Minyak Daun Nilam

(Patchouli Oil).

2.6.1 Pendahuluan

Minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris atau minyak terbang banyak

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi di bidang

minyak atsiri maka usaha penggalian sumber-sumber minyak atsiri dan

pendayagunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Minyak atsiri

tersebut digunakan sebagai bahan pengharum atau pewangi pada makanan, sabun,

pasta gigi, wangi-wangian dan obat-obatan. Untuk memenuhi kebutuhan itu,

sebagian besar minyak atsiri diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak

atsiri.

Nilam (Pooostemon cablin BENTH ) merupakan salah satu jenis tanaman

yang dapat menghasilkan, minyak atsiri dan sudah lama dikenal oleh masyarakat

Indonesia yaitu sebagai pengharum pakaian. Di setiap daerah, nilai mempunyai nama

berbeda-beda, di Purwokerto disebut dengan "dilem wangi", di Tapanuli Selatan

disebut "singgolom", sedangkan untuk nilam yang berbunga di Jawa sering disebut

"dilem kembang" dan di Aceh dikenal dengan nama "nilam bukit" (Poqostemon

hevneanus BENTH). Nilam selain dapat dijual dalam bentuk daun kering juga dapat

berupa minyak.

Di pasar perdagangan Internasional, nilam diperdagangkan dalam bentuk

minyak dan dikenal dengan nama "patchouli oil". Di antara berbagai jenis minyak

atsiri yang ada di Indonesia minyak nilamlah yang jadi primadona. Setiap tahun lebih

dari 45% devisa negara yang dihasilkan oleh minyak atsiri berasal dari minyak nilam

(Trubus,1989). Untuk produk minyak nilam, Indonesia memegang peranan yang

cukup besar, sekitar 90 % kebutuhan minyak nilam dunia berasal dari Indonesia

(BPEN, 1983). Salah satu sifat minyak, nilam yang khas adalah daya fiksasinya yang

cukup tinggi. Dengan adanya sifat ini, maka penggantian pemakaian minyak nilam

dengan produk sintetis kurang memungkinkan (Rusli, 1988). Seperti minyak atsiri

yang lainnya minyak nilam mengandung lebih dari satu senyawa. Untuk mengetahui

Page 24: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

senyawa yang terdapat dalam minyak nilam dilakukan dengan mengisolasi dan

mengidentifikasi komponen penyusun minyak nilam. Minyak nilam merupakan

minyak atsiri yang mengandung patchouli alkohol dan merupakan penyusun utama

dari pada minyak nilam. Kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam ± 50 - 60 %

(Walker, 1968). Senyawa alkohol merupakan senyawa yang dapat dipakai sebagai

bahan dasar pembuatan senyawa lain melalui beberapa reaksi, seperti reaksi

esterifikasi dan reaksi eliminasi.

2.6.2. Proses Pengolahan

Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan

kromatografi gas (GC). Kromatografi gas adalah tehnik pemisahan suatu

persenyawaan yang mudah menguap didasarkan pada distribusi antara dua fasa yaitu

fasa tetap (stationer) dan fasa bergerak (mobil). Berdasarkan fasa diam, kromatografi

gas dapat dibagi dua, yaitu Kromatografi gas padat (G.S.C.) dengan fasa diam berupa

bahan padat dan kromatografi gas cair (G.L.C.) dengan fasa diam berupa zat cair

yang tidak mudah menguap yang disokong oleh zat pembantu yang dikenal dengan

kromosorb.

Bagian-bagian dari kromatografi gas yaitu :

a. tangki gas pembawa

b. pengatur aliran dan pengatur tekanan gas

c. termostat untuk tempat injeksi cuplikan, kolom dan detektor.

d. tempat injeksi cuplikan

e. kolom

. f. detektor

g. pencatat

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Page 25: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Adapun kesimpulan dari aplikasi kesetimbangan fasa uap cair dalam

kehidupan sehari-hari :

1. Kebanyakan aplikasi kesetimbangan fasa uap cair dalam sehari-hari

digunakan dalam industri maupun dalam pemisahan senyawa.

2. Pemisahan senyawa dilakukan melalui beberapa metode ekstraksi, evapolasi

dan distilasi serta proses lebih rumit seperti GS-MS.

3. Pemanfaatan bahan alam pun banyak di gunakan metode seperti ini seperti

minyak atsiri, biodiesel dan bahkan LNG yang ada di alam.

Page 26: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

DAFTAR PUSTAKA

Bulan, R. 2004. Esterifikasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi Dari Minyak Daun Nilam (Patchouli Oil). Medan: Digitized by USU Digital Library.

Dong, X., dkk. 2014. Stange Extraction Of Capsaicinoids And Red Pigment From Fresh Red Papper (Capsicum) Fruits With Ethanol As Solvent. LWT-Food Science And Technology. Vol. 56: 396-402.

Glisic, S. B. dkk. 2014. Riviews Of Biodiesel Synthesis From Waste Oil Valder Elevated Presure And Temperature: Phase Equilibrium, Reaction Kinetics, Process Design And Techno-Economic Study. Renewable And Substainable Energi Reviews. 31.

Hasanah, N. A., dkk. 2011. Analisis Kandungan Minyak Atsiri Dan Uji Aktivitas Antiinflasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galaga L). Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 16. (3).

Lachenmeier, D. W., dkk. 2006. Using Experimental Design To Optimise Precision Of Steam Distillation For Determining Alcoholic Strength In Spirits. Eur food res technol. Vol. 223: 261-266.

Liberatore, F. dkk. 2014. Life Cycle Analysis Of Gas To Liquids (GTL) Direved Linear Alkyl Benzene. Journal Of Cleaner Production. Vol. 80. 30-37.

Liu, R., Baojun, X. 2012. Characterization Of Essential Oil In Pine Nut Shells From Commodity Waste In China By Steam Distillation And GS-MS. Food Anal, Methods. Vol. 5: 435-440.

Martinez, J., dkk. 2015. Supercritical Carbon Dioxide Extraction Of Capsaicinoids From Malaqueta Papper (Capsicum Frutes Cens L.) Assisted By Ultrasound. Ultrasonics sonochemistry. Vol. 22: 78-88.

Martinez, J., dkk. 2014. Supercritical Fluid Extraction And Low Pressure Extraction Of Biquinho Papper (Capsicum Chinense). LWT-Food Science And Technology. Vol. 59: 1239-1246.

Page 27: Muslem Ilyas (Tugas 2 Pak Mahidin)

Munawaroh, S. Astuti, H. P. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix. D. C.) dengan Pelarut Etanol Dan N-Heksan. Jurnal Kompetensi Teknik. Vol. 2. (1).

Oeflke, R. H., dkk. Lngliquefation Process Selection: Alternative Refriberants To Reduce Footprint And Cost. Exxonmobil of Tream Research Company.

Pienkos, P. T. dkk. 2014. Bioconversion Of Natural Gas To Liquids Fuel: Opportunities And Challenges. Biotechnology Advances. Vol. 32. 596-614.

Shen, T., Lin, W. 2011. Calculation Of Carbon Dioxide Soloblity In Liquefied Natural Gas. International Journal Of Chemical Engineering And Applications. Vol. 2.

Spiegeleer, B. D., dkk. 2012. Alkamid Database: Chemistry Occurrance And Functionality Of Plant N-Alkylamides. Journal Of Ethnopharmacology. Vol. 142: 563-590.