makalah gerontik pak aris

Upload: iciikk-kiiwiirr

Post on 20-Jul-2015

196 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAHASKEP MASALAH PENDAPATAN ATAU EKONOMI LANSIA

Oleh: Abdul Aziz Choliq Nur Hasyim Faridah Nur Ainiyah Haris Prasetya A Moh.Farikhin Nike Novita Infantri Akhmad Nuruddin Eny Zuhrotun Nisa Hana Pertiwi Laily Syahadah MZ Moh. NananFakhrurrozi Nur Diyan

VB keperawatan

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN TAHUN AJARAN 2011-2012

KATA PENGANTARSegala puji bagi kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yangberjudul ASKEP MASALAH PENDAPATAN ATAU EKONOMI LANSIA.

Makalah ini disusun berdasarkan pada penelusuran kegiatan perkuliahan yang ada di STIKES Muhammadiyah Lamongan. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan materil maupun nonmateril sehingga makalah ini dapat terselasaikan. Untuk itu kami tim penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar-nya kepada yang terhormat bapak/ibu : 1. Budi Utomo, Amd, Kep, M.kes selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan. 2. Arifal Aris, S.kep,Ns. kepSelaku dosen pembimbing mata kuliah GERONTIK. 3. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil demi terselesainya makalah ini.

Semoga bimbingan, bantuan arahan dan dukungan yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai kebijakan kelak dikemudian hari. Tim penyusun menyadari makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Lamongan, 31 Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2 DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3 BAB I .................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1 A. B. C. Latar Belakang......................................................................................................... 1 Tujuan ..................................................................................................................... 1 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

BAB II ................................................................................................................................... 2 PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2 A. B. C. D. E. F. G. Lanjut Usia............................................................................................................... 2 Pengertian Lanjut Usia ............................................................................................ 2 Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia....................................................................... 3 Ekonomi .................................................................................................................. 3 Pendapatan ............................................................................................................. 4 Kesempatan Kerja ................................................................................................... 4 Jaminan Sosial Tenaga Kerja ................................................................................. 85

Kasus ................................................................................................................................. 12 A. ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25

BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangIlmu + Keperawatan + GerontikIlmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983 Gerontik : gerontologi + geriatrik Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.. Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

B. Tujuan1. Tujuan umum a. Menambah wawasan mengenai pengertian dan permasalahan tentang pendapatan dan ekonomi lansia b. Mendidik dan mendorong siswa untuk lebih mengetahui tentang

pendapatan dan ekonomi lansia

2. Tujuan khusus a. Menambah pengetahuan penulis tentang pembuatan makalah b. Memenuhi tugas yang diberikan oleh pak Aris sebagai tugas gerontik

C. Rumusan Masalah1. Menjelaskan pengertian tentang lansia? 2. Menjelaskan tentang kebutuhan hidup lan

BAB II PEMBAHASANA. Lanjut UsiaTinjauan Lanjut usia akan dikaji tentang pengertian lanjut usia dan kebutuhankebutuhan hidup orang lanjut usia.

B. Pengertian Lanjut UsiaLanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk

diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah ( 1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65

tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.

C. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut UsiaKebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi : 1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan,sandang, papan, seks dan sebagainya. 2. Kebutuhan ketentraman (safety needs)adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya. 3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya. 4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya. 5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

D. EkonomiPada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi 3(tiga) yaitu golongan mantap, kurang mantap dan rawan (Trimarjono, 1997). Golongan mantap adalah para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati kedudukan/jabatan baik. Mapan pada usia produktif, sehingga pada usia lanjut dapat mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Pada golongan kurang mantap lanjut usia kurang berhasil

mencapai kedudukan yang tinggi ,tetapi sempat mengadakan investasi pada anakanaknya, misalnya mengantar anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi, sehingga kelak akan dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan rawan yaitu lanjut usia yang tidak mampu memberikan bekal yang cukup kepada anaknya sehingga ketika purna tugas datang akan mendatangkan kecemasan karena terancam kesejahteraan. Pemenuhan kebutuhan ekonomi dapat ditinjau dari pendapatan lanjut usia dan kesempatan kerja.

E. PendapatanPendapatan orang lanjut usia berasal dari berbagai sumber. Bagi mereka yang dulunya bekerja , mendapat penghasilan dari dana pensiun. Bagi lanjut usia yang sampai saat ini bekerja mendapat penghasilan dari gaji atau upah. Selain itu sumber keuangan yang lain adalah keuntungan, bisnis, sewa, investasi, sokongan dari pemerintah atau swasta, atau dari anak, kawan dan keluarga (Kartari, 1993 ;Yulmardi, 1995). Upah/gaji sebagai imbalan dari hasil kerja para lanjut usia tidaklah tinggi. Data hasil Sensus Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) tahun 1996 memperlihatkan bahwa upah yang diterima orang lanjut usia antara Rp.50.000,- sampai dengan Rp.300.000,- per bulan (Wirakartakusuma,2000). Di perkotaan upah/gaji para lanjut usia yang bekerja relatif lebih tinggi daripada di perdesaan. Namun hal ini tidak berarti lanjut usia perkotaan lebih sejahtera daripada lanjut usia perdesaan. Adanya upah lanjut usia yang sangat minim jika tidak ditunjang dengan dukungan finansial dari pihak lain baik anggota keluarga maupun orang lain tidak dapat berharap bahwa lanjut usia tersebut akan hidup dalam kondisi yang menguntungkan. Tingkat pendidikan lanjut usia pada umumnya sangat rendah. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja sehingga pendapatan yang diperoleh juga semakin kecil. Menurut Sedarmayanti (2001) pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha. Dengan kemajuan maka akan meningkatkan pendapatan, baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan Nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang mempengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis, kelemahan fisik . Jadi jika lanjut usia dengan kondisi yang serba menurun bekerja sudah tidak efektif lagi ditinjau dari proses dan hasilnya.

F. Kesempatan KerjaBekerja adalah suatu kegiatan jasmani atau rohani yang menghasilkan sesuatu (Sumarjo, 1997).Bekerja sering dikaitkan dengan penghasilan dan penghasilan sering dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Saat ini ternyata diantara lanjut usia banyak yang tidak bekerja. Tingkat pengangguran lanjut usia relatif tinggi di daerah perkotaan, yaitu

2,2%. Dengan makin sempitnya kesempatan kerja maka kecenderungan pengangguran lanjut usia akan semakin banyak . Partisipasi angkatan kerja makin tinggi di perdesaan daripada di kota. Lanjut usia yang masih bekerja sebagian besar terserap dalam bidang pertanian. Di perkotaan lebih banyak yang bekerja di sektor perdagangan yaitu 38,4% sedangkan yang bekerja disektor pertanian 27,0% , sisanya berada disektor jasa 17,3%, industri 9,3% angkutan 3,3%, bangunan 2,8% dan sektor lainnya relatif kecil 1%. Ada beberapa kondisi yang membatasi kesempatan kerja bagi pekerja lanjut usia (Hurlock, 1994): 1. Wajib Pensiun, pemerintah dan sebagian besar industri/perusahaan mewajibkan pekerja pada usia tertentu untuk pensiun. Mereka tidak mau lagi merekrut pekerja yang mendekati usia wajib pensiun, karena waktu, tenaga dan biaya untuk melatih mereka sebelumbekerja relatif mahal 2. Jika personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka para lanjut usia sulit mendapatkan pekerjaan 3. Sikap sosial . Kepercayaan bahwa pekerja yang sudah tua mudah kena kecelakaan, karena kerja lamban, perlu dilatih agar menggunakan teknik-teknik modern merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk mempekerjakan orang lanjut usia 4. Fluktuasi dalam Daur Usaha. Jika kondisi usaha suram maka lanjut usia yang pertama kali harus diberhentikan dan kemudian digantikan orang yang lebih muda apabila kondisi usaha sudah membaik.

G. Jaminan Sosial Tenaga KerjaCakupan jaminan kecelakaan kerja (JKK) meliputi: biaya pengangkutan, biaya pemeriksaan, pengobatan, perawatan, biaya rehabilitasi, serta santunan uang bagi pekerja yang tidak mampu bekerja, dan cacat. Apabila pekerja meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, mereka atau keluarganya berhak atas jaminan kematian (JK) berupa biaya pemakaman dan santunan berupa uang. Apabila pekerja telah mencapai usia 55 tahun atau mengalami cacat total/seumur hidup, mereka berhak untuk memperolah jaminan hari tua (JHT) yang dibayar sekaligus atau secara berkala. Sedangkan jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) bagi tenaga kerja termasuk keluarganya, meliputi: biaya rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, diagnostik, serta pelayanan gawat darurat. Kontribusi atau premi yang dibayar dalam rangka memperoleh jaminan sosial tenaga kerja adalah bergantung pada jenis jaminan tersebut. Iuran JKK adalah berkisar

antara 0,24 persen - 1,742 persen dari upah per bulan dan atau per tahun, bergantung pada kelompok jenis usaha (terdapat 5 kelompok usaha), dan dibayar (ditanggung) sepenuhnya oleh pengusaha (selaku pemberi kerja). Demikian pula dengan JK, iuran sepenuhnya merupakan tanggungan pengusaha yaitu sebesar 0,30 persen dari upah per bulan. Sementara itu, iuran JPK juga merupakan tanggungan pengusaha yaitu sebesar 6 persen dari upah per bulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga, dan 3 persen dari upah per bulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga, serta mempunyai batasan maksimum premi sebesar satu juta rupiah. Sedangkan iuran JHT ditanggung secara bersama yaitu sebesar 3,70 persen dari upah per bulan ditanggung oleh pengusaha, dan 2 persen dari upah per bulan ditanggung oleh pekerja.

Dalam UU No. 3 Tahun 1992, dinyatakan bahwa penyelenggara perlindungan tenaga kerja swasta adalah PT Jamsostek. Setiap perusahaan swasta yang

memperkerjakan sekurang-kurangnya 10 orang atau dapat membayarkan upah sekurangkurangnya Rp 1 juta rupiah per bulan diwajibkan untuk mengikuti sistem jaminan sosial tenaga kerja ini. Namun demikian, belum semua perusahaan dan tenaga kerja yang diwajibkan telah menjadi peserta Jamsostek. Data menunjukan, bahwa sektor informal masih mendominasi komposisi ketenagakerjaan di Indonesia, mencapai sekitar 70,5 juta, atau 75 persen dari jumlah pekerja mereka belum tercover dalam Jamsostek.

Sampai dengan tahun 2002, secara akumulasi JKK telah mencapai 1,07 juta klaim, JHT mencapai 2,85 juta klaim, JK mencapai 140 ribu klaim, dan JPK mencapai 54 ribu klaim. Secara keseluruhan, nilai klaim yang telah diterima oleh peserta Jamsostek adalah sekitar Rp 6,2 trilyun. Namun demikian, posisi PT Jamsostek mengalami surplus sebesar Rp 530 milyar pada Juni 2002. Untuk itu pada tahun 1992 telah ditetapkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun sebagai landasan hukum bagi penyelenggaraan program pensiun. Di samping itu, penyelenggaraan program jaminan kesejahteraan PNS diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1956 tentang Pembelanjaan Pensiun; Undangundang No. 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda; Undangundang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; dan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Berdasarkan PP No. 26 Tahun 1981 (pasal 2), PT. TASPEN (Persero) ditetapkan sebagai penyelenggara program asuransi sosial bagi PNS yang terdiri dari Dana Pensiun dan Tabungan Hari Tua (THT). Disamping itu, pada saat ini PT. TASPEN juga membayarkan beberapa program lainnya seperti Asuransi Kematian; Uang Duka Wafat; Bantuan untuk Veteran; dan Uang TAPERUM dari BAPERTARUM. Pengelolaan program pensiun, berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun 1969 pendanaan pensiun dibebankan kepada APBN. Sistem ini disebut sebagai pendanaan pay as you go (seorang PNS begitu pensiun langsung dibayar) dan telah dilakukan sampai dengan akhir 1993. Sejak tahun 1994 pemerintah melalui Menteri Keuangan telah menetapkan sistem pendanaan pensiun dengan pola current cost financing yaitu suatu metode gabungan pay as you go dengan sistem funded dalam rangka pemberdayaan akumulasi iuran peserta program pensiun PNS. Dalam sistem pendanaan ini, beban pembayaran pensiun yang dialokasikan dari APBN adalah sebesar 75 persen dan dari akumulasi iuran peserta sebesar 25 persen dari seluruh beban pembayaran pensiun PNS. Sumber dana program tabungan hari tua PNS diperoleh dari iuran peserta sebesar 3,25 persen dari penghasilan peserta setiap bulan. Sedangkan sumber dana untuk program dana pensiun PNS diperoleh dari iuran peserta sebesar 4,75 persen dari penghasilan peserta setiap bulan. Penghasilan yang dimaksud disini adalah gaji pokok + tunjangan istri + tunjangan anak. Disamping itu, PNS juga dikenakan iuran sebesar 2,00 persen dari penghasilan peserta setiap bulan untuk membayar iuran program kesehatan. Bertambahnya penduduk lansia dari tahun ke tahun dalam skala lokal maupun nasional merupakan permasalahan yang harus dihadapi oleh pemerintah. Menurut data dari BPS tahun 2000 tercatat penduduk lanjut usia mencapai 14,4 juta orang. Diperkirakan pada tahun 2010 akan bertambah menjadi 24 juta orang. Usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 68.5 tahun. Sementara di propinsi DIY mencapai 73 tahun. Untuk Kabupaten Sleman usia harapan hidup mencapai 73.8 tahun. Peningkatan usia harapan hidup ini membawa perubahan pada kondisi demografi. Dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia dan bertambahnya usia harapan hidup ini tentunya memerlukan suatu strategi dalam penanganannya agar persoalan-persoalan yang muncul dapat diatasi. Permasalahan yang muncul bagi penduduk lansia antara lain adalah:

a. b. c.

aspek kesehatan, aspek psikologi, aspek sosial, dan d) aspek ekonomi.

Permasalahan tersebut perlu dicarikan solusinya agar dapat memberikan pelayanan dan kenyamanan yang memang menjadi hak setiap warga negara khususnya bagi para lansia.Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu rencana dan strategi yang tepat yang dapat dijadikan dasar untuk mengambil kebijakan dalam hal penanganan para lansia. Lansia yang dimaksud dalam hal ini adalah penduduk yang telah berusia di atas 60 tahun ke atas. Untuk menentukan kualitas hidup bagi lansia antara lain ditentukan oleh: 1) faktor biologis, yang dilihat dari sisi a) b) c) 2) 3) 4) aktivitas hidup sehari-hari, fungsi kognitif, status gizi.

psikologi, status sosial, kondisi ekonomi.

Keberadaan lansia dalam keluarga seringkali menimbulkan permasalahan tersendiri. Keinginan untuk tetap mandiri tanpa mengharapkan bantuan dari pihak lain sering kali menimbulkan kecemasan bagi keluarganya. Perlakuan keluarga terhadap para lansia yang begitu ketat merupakan hal yang sering terjadi di masyarakat.Hal ini disebabkan kekhawatiran yang berlebihan bagi keluarganya karena lansia dipandang sebagai sosok yang tidak mampu dan lemah.Persoalan inilah yang selalu mengemuka di masyarakat. Persoalan kondisi kesehatan para lansia merupakan suatu proses alami. Oleh sebab itu diperlukan perhatian dan layanan yang khusus bagi para lansia.Pelayanan

kesehatan bagi lansia perlu ditangani secara holistik (menyeluruh). Yang perlu dikerjakan dalam penanganan lansia secara holistik adalah: 1) 2) memandang lansia secara menyeluruh (utuh), pelayanan secara vertikal dan horisontal, baik kondisi jasmani maupun rohaninya, 3) pelayanan yang meliputi propotif, prefentif, kuratif, dan rehabitatif.

Berkaitan dengan kondisi kesehatan lansia ini, WHO telah memberikan ramburambu dalam hal diagnosis penyakit lansia yang meliputi 4 tingkatan, yaitu: 1) desease (penyakit), 2) impairment ( kerusakan atau gangguan), 3) dissabibilty (ketidakmampuan), dan 4) handicap (akibat penyakit yang menyebabkan hambatan sosial). Menurut tata kerja dan tata laksana, pelayanan lansia dilaksanakan secara multidisipliner yang artinya ditangani dengan melibatkan beberapa sudut pandang keilmuan. Konsep pelaksanaan tersebut adalah: a. b. c. pelayanan kesehatan lansia yang melibatkan masyarakat, pelayanan kesehatan lansia di masyarakat yang berbasis pada rumah sakit, pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit. Untuk layanan sosial dengan melibatkan dinas sosial. Dari sisi pendidikan dan ketenagakerjaan, sebagian besar lansia di Indonesia memiliki kualitas yang rendah terutama kaum perempuannya.Jumlah tersebut mencapai 71.2% sehingga kemampuan kerjanya tidak terlatih.Bagi para lansia yang telah purna dari pekerjaannya memiliki persoalan tersendiri. Pada satu sisi sebenarnya para lansia ini memiliki kelebihan pengalaman kerja jika dibandingkan dengan tenaga kerja muda, namun pada sisi yang lain kemampuan fisiknya telah berkurang. Namun demikian tenaga

kerja lansia masih merupakan sumber daya yang menguntungkan bagi perusahaan karena memiliki pengalaman kerja yang lebih luas. Penelitian ini termasuk deskriptif dengan mendiskripsikan fenomena yang ditemukan.Populasi penelitian adalah para lansia yang ada di Kabupaten Sleman yang berjumlah 95.883 jiwa.Teknik pengambilan sampel menggunakan desain klaster.Untuk menghitung jumlah sampel yang mewakili populasi, penentuan proporsi diambil dari akses lansia pada pelayanan kesehatan tahun 2007 sebesar 39.2%. Oleh karena itu P=0.39%, One-half lenght of confidence interval = 0.05, tingkat kepercayaan= 95%, dan jumlah klaster 30. Dari perhitungan tersebut maka jumlah sampel sebesar 750 orang sehingga masing-masing klaster berjumlah 25 orang.Klaster adalah desa.Dari 86 desa yang ada di Kabupaten Sleman, terpilih 27 desa dimana 2 desa memiliki 3 klaster dan 2 klaster.Untuk desa sidoarum terdiri dari 3 klaster, Pakembinangun 2 klaster, sementara desa-desa yang lain hanya 1 klaster (gambar 1 hal. 28).Pemilihan sampel pada klaster ditentukan yang lokasinya berada di tengah pemukiman penduduk. Sampel adalah rumah tangga yang memiliki lanjut usia, baik yang berstatus janda, duda, atau suami istri. Kriteria inklusi untuk lansia yang menjadi responden adalah: a. b. mampu berkomunikasi, jika responden tidak mampu berkomunikasi wawancara diwakili oleh kerabat terdekat, c. d. jika statusnya masih suami istri ditentukan salah satu, jika statusnya janda atau duda secara otomatis jadi responden Formula manfaat program tabungan hari tua sejak Januari 2001 sampai dengan sekarang didasarkan pada keputusan direksi dengan formula: (0,55 x MI 1 x P2000) + (0,55 x MI 2 x (P2001 P2000)). MI 1: Masa Iuran sejak menjadi peserta sampai dengan berhenti. MI 2: Masa Iuran sejak 2001 sampai dengan berhenti. Sedangkan formula manfaat program pensiun adalah 2,5 persen x masa kerja x penghasilan dasar pensiun. Pelaksanaan pembayaran program tabungan hari tua dan pensiun dilakukan melalui 4000 titik kantor bayar melalui PT. Taspen (Persero), Bank, dan Kantor Pos.

Sasaran program jaminan sosial hari tua/pensiun yang dilaksanakan oleh PT (Persero) Taspen adalah semua Pegawai Negeri Sipil, kecuali PNS di lingkungan Departemen Pertahanan Keamanan.Pada tahun 2001 jumlah PNS adalah sebanyak 3.932.766 orang dengan rincian sebanyak 3.002.164 PNS daerah, dan sebanyak 930.602 orang PNS pusat. Yang berhak mendapat pensiun sesuai dengan peraturan perundang yang berlaku adalah peserta; atau janda/duda dari peserta, dan janda/duda dari penerima pensiun; atau yatim piatu dari peserta, dan yatim piatu dari penerima pensiun; atau orang tua dari peserta yang tewas yang tidak meninggalkan janda/duda/anak yatim piatu yang berhak menerima pensiun. Sedangkan yang berhak mendapat tabungan hari tua adalah peserta; atau istri/suami, anak atau ahli waris peserta yang sah dalam hal peserta meninggal dunia.

KASUS

Tn. A 62 tahun seorang kepala rumah tangga, dan beliau mempunyai istri bernama Ny.B dan memiliki 2 orang putri, dan seorang putra. Saat ini ia telah di PHK dari pekerjaannya. Sebelumnya ia bekerja sebagai pegawai tetap di salah satu pabrik, saat ini beliau bekerja sebagai buruh tani yang di bantu dengan istrinya dan saat ini beliau sangat jenuh karena pekerjaan yang biasanya ia

kerjakan tidak seperti dahulu. Penghasilan Tn. A yang dahulu tercukupi sekarang menjadi menurun karena keadaan beliau yang tidak bekerja lagi.Dan sekarang beliau hanya bergantung pada pekerjaannya tersebut dan kiriman dari anaknya.Dan untuk kebutuhan sehari-hari hanya bergantung dari upah buruhnya saja.

ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN KLIEN LANSIA PADA KELUARGA A. DATA DEMOGRAFI DAN KESEHATAN 1. Karakteristik Demografi a. Identitas Klien 1) Nama 2) Umur 3) Jenis Kelamin 4) Agama 5) Pendidikan Terakhir 6) Pekerjaan 7) Suku Bangsa 8) Alamat Rumah : Tn. A : 62 tahun : laki-laki : Islam : SD : Swasta : Jawa : Jln. Karet

b. Identitas Keluarga Terdekat/Keluarga Dimana Klien Tinggal: 1) Nama 2) Alamat 3) Hubungan Keluarga c. Riwayat pekerjaan 1) Pekerjaan Saat Ini 2) Pekerjaan sebelumnya 3) Sumber pendapatan : Swasta : Karyawan : Uang pensiun dan kios :Ny. B : Jln. Karet : Istri

4) Kecukupan dan kebutuhan : cukup d. Riwayat Keluarga 1) Saudara kandung NAMA 1. Mawa 2. Idang ALAMAT Kapuas Pulang Pisau KETERANGAN Hidup Hidup

2) Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir) a) Nama b) Usia c) Penyebab e. Lingkungan tempat tinggal 1) Jenis rumah / tempat tinggal 2) Jumlah kamar 3) Apakah rumah bertingkat 4) Privasi 5) Risiko injury : semi permanen : 4 kamar :tidak :ya :tidak :::-

f. Aktivitas rekreasi dan pengisian waktu luang 1) Hobby/interest 2) Bepergian/wisata 3) Kunjungan keluarga : nonton :: Sering

4) Keanggotaan organisasi : 5) Lain lain :-

g. Uraian kegiatan khusus sehari hari Tipe / Jenis Kegiatan Waktu yang digunakan untuk setiap kegiatan

Jaga Kios istirhat nonton tv / berkumpul dengan keluarga

Pagi Siang Malam

2. Karakteristik kesehatan a. Status kesehatan saat ini 1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhirTn. A mengatakan kepalanya sering pusing dan tekuk terasa berat serta nyeri

pada kedua kaki apabila bekerja terlalu banyak dan berjalan jauh

2) Gejala yang dirasakan Pusing dan tekuk terasa berat serta nyeri pada kedua kaki saat saat berjalan jauh . 3) 3) Penanganan/ pengobatan a) Berobat kerumah sakit b) Ke puskesmas c) Dokter praktik d) Lain lain, sebutkan berobat kerumah sakit suka insan banjarmasin

B. MASALAH KESEHATAN KRONIS No. Keluhan kesehatan/Gejala yang dirasakan klien dalam 3 bulan terakhir berkaitan dengan fungsifungsi 1. Fungsi penglihatan : a. Penglihatan kabur b. Mata berair c. Nyeri pada mata 2. Fungsi pendengaran : a. Pendengaran berkurang b. Telinga berdenging 3. Fungsi paru (pernafasan) a. Batuk lama b. Sesak nafas c. Bardahak/riak 4. Fungsi jantung a. Jantung berdebar- debar b. Cepat lelah c. Pusing d. Nyeri/pegal daerah tengkuk 5. Fungsi pencernaan a. Mual/muntah b. Nyeri ulu hari c. Makan dan minum banyak d. Perubahan kebiasaan BAB (diare atau sembelit) 6. Fungsi pergerakkan a. Nyeri kaki saat berjalan b. Nyeri pinggang atau tulang belakang

selalu

sering

Jarang

Tidak pernah

c. Nyeri sendi / bengkak 7. Fungsi persarafan a. Lumpuh/kelemahan kaki atau tangan b. Kehilangan rasa c. Gemetar 8. Fungsi saluran perkemihan a. BAK banyak b. Sering BAK malam hari c. Tidak mampu mengontrol BAK malam hari Kategori penilaian: a. Tidak pernah : 0 b. Jarang c. Sering d. Selalu :1 :2 :3

Analisa data Nilai 24: tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis ringan Nilai 24: masalah kesehatan kronis sedang s/d berat

C. DUKUNGAN KELUARGA No. Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Apakah keluarga : 1. Meluangkan waktu berbicara dengan klien 2. Mau mendengarkan keluhan klien 3. Mau menanggapi apa yang dibicarakan klien 4. Meluangkan waktu berkumpul bersama klien 5. Melibatkan klien dalam acara keluarga 6. Memberi kebebasan klien untuk mengikuti kegiatan social di masyarakat 7. Merawat klien dengan penuh kasih saying 8. Menghargai pendapat klien dan melibatkan klien dalam pengambilan keputusan 9. Mau menerima klien apa adanya walaupun kkemampuan klien klien tidak seperti dulu lagi 10. Siap membentu menyelesaikan masalah

yang dihadapi klien 11. Membantu menyediakan biaya untuk memenuhi kebutuhan klien sehari hari : makan, pakaian, dan kebutuhan lainnya 12. Membantu kebutuhan biaya untuk menjaga kesehatan klien. 13. Menyediakan biaya untuk kegiatan social yang dilakukan klien diluar rumah 14. Menyediakan sarana transportasi untuk mengantar klien melakukan pemeriksaan kesehatan atau berobat jika sakit 15. Mendukung klien menggunakan sarana transportasi jika klien mengikuti kegiatan social diluar rumah. 16. Mendukung klien menggunakan sarana transportasi jika klien berpergian jauh (mengunjungi keluarga, rekreasi dengan kelompok lansia) 17. Membantu menyiapkan makanan untuk kebutuhan

makan klien sehari hari 18. Memperhatikan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan klien (makanan yang boleh di makan).

Kategori penilaian: a. Tidak pernah : 0 b. Jarang c. Sering d. Selalu :1 :2 :3

Analisa hasil :

Nilai 39 54 : memadaiNilai 0 38 : kurang memadai

II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS KELUARGA No. 1 Diagnosa keperawatan Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan perubahan persepsi sensori : penglihatan menurun Tujuan Setelah dilakukan pendidikan kesehatan(dala m1kali pertemuan)di harapkan dan klien Kriteria hasil 1. Klien keluarga megungkapkan bahwa mereka mengetahui kondisi dialami. yang dan Rencana keperawatan 1. Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya. 2. Sediakan penerangan. a. penerangan alami lebih baik. b. Hindarkan cahaya cukup 2. Menghindari resiko jatuh Rasional

1. Agar klien da mememperca perawat

keluarga 2. Keluhan/dampa k penurunan penglihatan dapat minimalkan. di dari

yang menyilaukan . c. Penerangan sepanjang malam waktu di

mengetahui dan bisa melakukan tindakan sesuai dengan disarankan. yang

kamar mandi/WC dan ruangan. 3. BerikanPendidikan kesehatan Penurunan Penglihatan tentang Fungsi 3. Pasien dapat mengetahui penyebab penurunan penglihatan

2

Perubahan peliharaan kesehatan Rematik berhubungan dengan ketidaktahuan pasien dalam mengatasi masalahnya

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Rematik pada Tn. A diharapkan Tn. A mampu mencegah terjadinya Rematik

1. Pasien dapat menyebutkan pengertian, dan penyebab rematik 2. Pasien dapat menyebutkan pencegahan dan pengobatan apabila terjadi nyeri sendi (rematik) 3. Pasien dapat mengetahui tanda dan gejala timbulnya rematik

1. Jelaskan pada Tn. A tentang pengertian dan penyebab rematik 2. Jelaskan pada Tn. A tentang pencegahan serta tanda dan gejala rematik 3. Berikan kesempatan pada Tn. D untuk bertanya mengenai apa yang dijelaskan 4. Evaluasi kembali tentang rematik baik pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara mencegah rematik

1. Agar pasien dapat mengetahui

pengertian da

penyeab rema 2. Agar pasien

dapat menceg

dan mengetah

tanda dan gej secara dini

tentang remat 3. Agar pasien dapat

mengetahui le jelas tentang rematik 4. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

pasien tentan

rematik setela dilakukan penyuluhan.

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS KELUARGANo. Diagnose keperawatan 1 Diagnosa 1 Implementasi 1. Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya. 2. BerikanPendidikan kesehatan tentang Penurunan Fungsi Penglihatan 2. Diagnosa 2 1. Menjelaskan pada Tn. A tentang pengertian dan penyebab rematik. 2. Menjelaskan pada Tn. Atentang pencegahan serta tanda dan gejala rematik. 3. Memberikan kesempatan pada Tn. Auntuk bertanya mengenai apa yang dijelaskan. 4. Mengevaluasi kembali tentang rematik baik, pengertian, penyebab, pencegahan,serta tanda dan gejala. Selasa,03 januari 2012 (12.00 wib) TT/Tgl/Waktu

Selasa,03 januari 2012 (15.00)

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS KELUARGA DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Diagnosa 1 EVALUASI S : Pasien mengatakan O : Pasien dapat menyebutkan pengertian, penyebab serta tanda dan gejala hipertensi A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi 2. S : Pasien mengatakan sudah mengetahui tanda dan gejala, pengertian rematik dan pencegahan dari rematik O : Pasien dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, serta pencegahan rematik A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan Selasa,03 januari 2012 TT/Tgl/Waktu Selasa,03 januari 2012

DAFTAR PUSTAKA

-

www.scibd.com/askep-klien-dengan-depresi.html www.scibd.com/askep-klien-dengan-demensia.html http://deasbatamisland.blogspot.com/2007/11/askep-lansia-dengangangguan.html

-

Carpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6, EGC, Jakarta, 2000

-

Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000 Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003