model matematis untuk penyebaran penyakit tidurrepository.usd.ac.id/27174/2/103114010_full.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
MODEL MATEMATIS
UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Matematika
Disusun oleh:
Fransisca Ratri Susanti
NIM: 103114010
PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
A MATHEMATICAL MODEL FOR THE SPREAD
OF SLEEPING SICKNESS
A PAPER
Presented As Partial Fulfillment of the Requirements
To Obtain the Sarjana Sains Degree of
Mathematics Study Program
Written by:
Fransisca Ratri Susanti
Student ID: 103114010
MATHEMATICS STUDY PROGRAM MATHEMATICS DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGI
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
MAKALAH
MODEL MATEMATIS
UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR
Disusun oleh:
Fransisca Ratri Susanti
NIM : 103114010
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing Makalah,
(Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si.) Tanggal: 22 Juli 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MAKALAH
MODEL MATEMATIS
UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Fransisca Ratri Susanti
103114010
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 23 Juli 2014
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc. …………….
Sekretaris Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. …………….
Anggota Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si. …………….
Yogyakarta, 26 Agustus 2014
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
P.H. Prima Rosa, S.Si., M.Sc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6)
tugas akhir ini kupersembahkan kepada
Keluarga, Sahabat, Teman dan Paguyuban
yang telah memberi dukungan, semangat serta doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Juli 2014
Penulis,
Fransisca Ratri Susanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABTRAK
Penyakit tidur adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit trypanomiasis
yang dapat menginfeksi manusia melalui gigitan lalat tsetse. Penyebaran lalat
tsetse dapat diilustrasikan dalam model matematika yang bergantung pada
populasi lalat dan manusia dengan asumsi-asumsi tertentu. Model tersebut berupa
suatu sistem persamaan diferensial dengan lima variabel, yang menyatakan
banyaknya vektor pada masa inkubasi, banyaknya vektor terinfeksi, banyaknya
vektor rentan, banyaknya manusia terinfeksi dan banyaknya manusia sembuh.
Sistem persamaan diferensial dapat diselesaikan secara numeris dengan
menggunakan metode Runge-Kutta.
Banyaknya vektor pada masa inkubasi dan terinfeksi mengalami
penurunan dan stabil mendekati nol. Banyaknya vektor rentan mengalami
kenaikan yang cukup tinggi dan konvergen menuju ke titik kritisnya. Banyaknya
manusia terinfeksi dan banyaknya manusia sembuh pada awalnya mengalami
kenaikan, namun pada waktu tertentu banyaknya manusia terinfeksi dan sembuh
mengalami penurunan mendekati nol dan banyaknya manusia kembali pada
kelompok rentan.
Kata Kunci: penyebaran penyakit tidur, sistem persamaan diferensial, titik
kesetimbangan, kestabilan, metode Runge-Kutta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Sleeping sickness is a disease caused by a trypanomiasis parasite which
can infectious human by the biting tsetse fly. The spread of tsetse fly can be
illustrated in a mathematical model which dependent on the population of flies
and humans with certain assumptions. The model is in the form of a system of
differential equations with five variables, which specifies the number of
incubating vectors, the number of infected vectors, the number of susceptible
vectors, the number of infected humans and the number of removed humans.
System of differential equations can be solved numerically using the Runge-Kutta
method.
The number of incubating vectors and infected has decreased and stable
approach to zero. The number of susceptible vectors has to high increase and
converges toward the critical point. At the number of infected and the number of
removed humans at the beginning increase, but at certain times the number of
humans infected and removed decreased approach to zero and the number of
humans return to the susceptible stage.
Keywords: spread sleeping sickness, system of differential equations,
equilibrium point, stability, Runge-Kutta method
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
dengan:
Nama : Fransisca Ratri Susanti
NIM : 103114010
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan Judul:
MODEL MATEMATIS UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR
beserta perangkat yang diperlukan, bila ada. Dengan demikian, saya memberikan
hak untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 22 Juli 2014
Yang menyatakan,
Fransisca Ratri Susanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan
Rahmat-Nya yang diberikan, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam menulis makalah ini, penulis menemukan banyak kesulitan, namun
atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Y.G. Hartono, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi
Matematika yang sudah membantu dalam proses menyusun makalah ini.
3. Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing
makalah yang dengan sabar memberi bimbingan, meluangkan waktu dan
pikiran dalam menyusun makalah ini.
4. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran atas topik
untuk makalah ini.
5. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku dosen penguji yang
telah memberikan pengarahan dan sarannya untuk makalah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Matematika telah memberikan ilmu yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Keluarga dan sahabat yang telah memberikan dukungan dalam segala hal.
8. Teman-teman seperjuangan Prodi Matematika angkatan 2010 dalam
kebersamaan, semangat, doa dan segala bantuan kepada penulis.
9. Kakak-kakak dan adik-adik angkatan mahasiswa Matematika yang turut
memberikan semangat, doa dan segala bantuan kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah berperan
dalam penulisan makalah ini.
Yogyakarta, 22 Juli 2014
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS ........................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
D. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4
E. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 4
F. Metode Penulisan ...................................................................................... 4
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 7
A. Sistem Linear dan Matriks......................................................................... 7
B. Sistem Persamaan Diferensial ................................................................... 16
C. Metode Runge kutta .................................................................................. 40
BAB III MODEL PENYEBARAN PENYAKIT ................................................. 44
A. Penyebaran Penyakit Tidur ....................................................................... 44
B. Model Kompartemen ................................................................................ 46
C. Model Matematika Tentang Gigitan Vektor ............................................. 51
D. Dinamika Populasi Vektor ........................................................................ 54
E. Dinamika Populasi Manusia ..................................................................... 74
F. Analisis Dinamika Populasi Vektor dan Manusia .................................... 79
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 82
A. Kesimpulan ............................................................................................... 82
B. Saran ....................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN ....................................................................................................... 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat Kestabilan ..................................................................................... 33
Tabel 3.1 Nilai Parameter untuk Ilustrasi ............................................................. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lalat Tsetse Tampak dari Atas .......................................................... 2
Gambar 1.2 Lalat Tsetse Tampak dari Samping ................................................... 2
Gambar 2.1 Grafik Kemiringan Garis Singgung y=f(x) ........................................ 16
Gambar 2.2 Node 0 21 ............................................................................. 27
Gambar 2.3 Titik Pelana 0 1 , 02 .............................................................. 28
Gambar 2.4 Titik Star 0 21 ....................................................................... 29
Gambar 2.5 Improper Node 0 21 .............................................................. 29
Gambar 2.6 Titik Spiral 0 ............................................................................. 31
Gambar 2.7 Titik Spiral 0 ............................................................................. 31
Gambar 2.8 Center i1 , i2 .................................................................. 32
Gambar 2.9 Bidang fase x1 dan x2 ......................................................................... 40
Gambar 3.1 Siklus Perpindahan Parasit: Manusia dan Lalat ................................ 46
Gambar 3.2 Model Kompartemen Vektor ............................................................ 49
Gambar 3.3 Model Kompartemen Vektor pada Model ........................................ 50
Gambar 3.4 Model Kompartemen Manusia .......................................................... 50
Gambar 3.5 Bidang Fase aiVV .............................................................................. 67
Gambar 3.6 Bidang Fase siVV .............................................................................. 67
Gambar 3.7 Bidang Fase saVV .............................................................................. 70
Gambar 3.8 Grafik Dinamika Populasi Vektor ..................................................... 73
Gambar 3.9 Grafik Dinamika Populasi Manusia .................................................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 3.10 Grafik Dinamika Populasi Vektor dan Manusia ............................. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit tidur adalah salah satu penyakit yang menyebar karena
gigitan lalat. Penyakit tidur yang disebut juga dengan trypanosomiasis
penularannya melalui gigitan lalat tsetse. Penyakit tidur menyebar di kawasan
Afrika. Pada tahun 1996, diperkirakan bahwa antara 20.000 dan 25.000 orang
meninggal akibat penyakit tersebut setiap tahunnya, dan risiko epidemi yang
parah terus ada. Nama penyakit yang terdengar aneh itu tidak kalah bahayanya
dengan penyakit lain, misal malaria dan AIDS. Penyakit ini dapat
menyebabkan kematian jika tidak segera diobati, karena terjadi peradangan
getah bening.
Lalat tsetse sepintas terlihat tidak ada bedanya dengan lalat lain pada
umumnya. Namun, jika diamati dengan seksama, lalat tsetse masih dapat
dibedakan. Lalat tsetse memiliki ciri-ciri yang tidak ditemukan pada lalat lain.
Ciri-ciri tersebut adalah adanya moncong panjang seperti jarum di kepalanya.
Warna tubuhnya bervariasi antara kecoklatan dan kemerahan. Panjangnya 6-
15 mm. Menurut Jan A. Rozendaal lalat tsetse betina tidak bertelur tetapi
menghasilkan larva. Larva berkembang di dalam rahim selama 10 hari dan
disimpan serta tumbuh di tanah lembab atau pasir di tempat-tempat teduh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
biasanya di bawah semak-semak, kayu, batu-batu besar dan menopang akar.
Larva mengubur diri dan segera berubah menjadi pupa. Lalat muncul 22-60
hari kemudian, tergantung pada suhu. Lalat betina berkembang biak
menghasilkan larva setiap 10 hari. Masa hidupnya sekitar 30 hingga 90 hari.
Gambar1.1 Lalat Tsetse Tampak dari Atas
Sumber: Wikipedia.org 24 Oktober 2013
Gambar 1.2 Lalat Tsetse Tampak dari Samping
Sumber: Encyclopedia Britannica 24 Oktober 2013
Penyakit tidur menyebar melalui siklus sederhana, seperti penyebaran
penyakit-penyakit lain yang perantaranya adalah serangga misalnya malaria.
Ketika lalat tsetse menghisap darah dari orang yang telah terinfeksi oleh
penyakit tidur, mikroba trypanosome akan ikut terhisap dan tinggal di dalam
tubuh lalat tsetse. Jika lalat tersebut kemudian menghisap darah orang yang
sehat, mikroba trypanosome dalam tubuh lalat tsetse tersebut akan masuk ke
dalam aliran darah dari orang tersebut sehingga orang yang bersangkutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menjadi terinfeksi oleh lalat itu. Selain melalui lalat tsetse, penyakit tidur ini
dapat menular melalui tranfusi darah.
Beberapa metode untuk pencegahan penyakit tidur, antara lain
peningkatan mortalitas lalat yakni penyemprotan menggunakan insektisida,
penjebakan, pengobatan dan isolasi individu yang terinfeksi. Hal ini dapat
digunakan untuk upaya pencegahan, karena lalat memiliki harapan hidup lebih
pendek dan memiliki waktu lebih sedikit untuk menginfeksi manusia.
Dari fenomena penyebaran parasit penyakit tidur dapat disusun strategi
pengendalian penyebaran penyakit, sehingga perlu mempelajari model
penyakit. Pengendalian penyebaran penyakit tidur dapat dimodelkan dengan
model matematika. Model ini memiliki peran penting dalam penyebaran
penyakit tidur untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan
asumsi-asumsi tertentu. Model epidemik adalah model matematika yang dapat
mengontrol dan mengetahui penyebaran penyakit pada suatu daerah tertentu
dalam waktu singkat dan frekuensi meningkat. Model penyebaran penyakit
tidur ini menggunakan model yang bersifat stokastik (probabilistik) karena
tidak adanya informasi keadaan obyek pada masa mendatang secara pasti.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistem memodelkan penyebaran penyakit tidur pada lalat dan
manusia?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Bagaimana ilustrasi model matematika penyebaran penyakit tidur dengan
nilai parameter yang diberikan pada populasi lalat dan manusia?
C. BATASAN MASALAH
Pembatasan masalah dalam tulisan ini pada kestabilan penyebaran
penyakit tidur terhadap dinamika populasi vektor dan manusia.
D. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami prinsip persamaan
diferensial dengan konsep dinamika populasi dalam memodelkan penyebaran
penyakit tidur yang diilustrasikan dengan nilai-nilai parameter yang diberikan.
E. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dapat diambil dari tulisan ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan tentang penyelesaian numerik permasalahan penyebaran penyakit
tidur dengan model matematika.
F. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis adalah metode studi pustaka, yaitu dengan
mempelajari jurnal–jurnal serta buku-buku yang berkaitan dengan model
matematika untuk menyelesaikan masalah penyebaran penyakit tidur dalam
persamaan diferensial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Manfaat Penulisan
F. Metode Penulisan
G. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sistem Linear dan Matriks
B. Sistem Persamaan Diferensial
C. Metode Runge kutta
BAB III MODEL PENYEBARAN PENYAKIT
A. Sistem Linear dan Matriks
B. Model Kompartemen
C. Model Matematika Tentang Gigitan Vektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Dinamika Populasi Vektor
E. Dinamika Populasi Manusia
F. Analisis Dinamika Populasi Vektor dan Manusia
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. SISTEM LINEAR DAN MATRIKS
Definisi 2.1 Sistem Persamaan Linear
Sistem persamaan linear adalah suatu himpunan berhingga dengan m persamaan
dalam n variabel nxxx ,...,, 21 .
Definisi 2.2 Penyelesaian Sistem persamaan Linear
Suatu bilangan terurut nsss ,...,, 21 disebut penyelesaian dari sistem jika
nn sxsxsx ,...,, 2211 adalah penyelesaian setiap persamaan pada sistem.
Matriks adalah suatu susunan bilangan yang berbentuk persegi panjang.
Cara menuliskan ukuran suatu matriks dengan m baris dan n kolom. Bentuk
matriks A berukuran m x n dan elemen aij berada pada baris i dan kolom j
dituliskan seperti di bawah ini:
i
a...a...aa
a...a...aa
a...a...aa
a...a...aa
j
mnmjmm
inijii
nj21
n1j1211
Baris
Kolom
21
21
2222
1
A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Definisi 2.3 Operasi Baris Elementer
Operasi Baris Elementer terhadap suatu matriks A adalah salah satu dari yang
berikut:
Operasi I: Kalikan baris i dengan ii RR kk 0
Operasi II: Tukarkan baris i dengan baris j ji RR
Operasi III: Gantilah baris j dengan jumlah antara baris itu sendiri dengan k kali
baris i jij RRR k
Simbol-simbol di dalam tanda kurung di atas digunakan untuk
menerangkan rincian penyederhanaan baris tertentu. Tanda panah menandakan
penggantian, iR menyatakan baris ke-i pada matriks yang sedang disederhakankan,
sedangkan jR menyatakan baris ke-j pada matris yang sama. Proses pengubahan
suatu matriks menjadi matriks lain melalui pengolahan dasar baris disebut baris
tereduksi.
Definisi 2.4 Matriks Eselon Baris tereduksi
Matriks Eselon Baris tereduksi ialah suatu matriks yang memenuhi keempat
sifat berikut:
1) Jika suatu baris matriks mempunyai setidaknya satu elemen tidak nol, maka
elemen tidak nol yang pertama (kepala baris) adalah 1.
2) Baris nol, jika ada, ditempatkan terakhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3) Di dalam dua baris tidak nol yang berurutan, elemen 1 yang menjadi kepala
baris di baris yang lebih bawah berada lebih ke kanan dibandingkan dengan
kepala baris di baris yang lebih atas.
4) Jika di dalam suatu kolom terdapat kepala baris, elemen-elemen lain di dalam
kolom itu nol semuanya.
Matriks yang demikian ini dikatakan berada dalam bentuk eselon baris.
Teorema 2.1
Setiap matriks ekuivalen baris dengan sebuah matriks tunggal yang berada dalam
bentuk eselon baris tereduksi.
Contoh 2.1
Selesaikan sistem persamaan berikut dengan cara operasi baris elementer:
552
23
22
zyx
zyx
zyx
Penyelesaian:
Sistem persamaan tersebut bila dituliskan dalam bentuk matriks, yaitu:
5512
2311
2211
Dengan operasi ))1(( 212 RRR dan 313 )2( RRR menghasilkan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1110
0500
2211
Kemudian mengalikan baris ketiga dengan -1 ))1(( 33 RR dan dilanjutkan
dengan penukaran baris 2 dan baris 3 )( 32 RR , sehingga menghasilkan:
0500
1110
2211
Dari hasil operasi baris elementer di atas diperoleh persamaan:
0 5z -
1
22
zy
zyx
Dengan demikian, dapat diselesaikan dengan substitusi langkah mundur, sehingga
diperoleh hasil 0zdan 1 ,3 yx
Definisi 2.5 Minor Elemen
Jika A adalah suatu matriks n x n, maka sub-matriks berukuran (n-1) x (n-1) yang
diperoleh dari matriks A, dengan cara menghapus baris baris ke-i dan kolom ke-j
disebut dengan Minor Elemen (i, j) dari matriks A dan dilambangkan Mij atau
Mij(A).
Definisi 2.6 Determinan Matriks
Jika matriks A berukuran n x n, determinan matriks A didefinisikan sebagai:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
n
j
j
j
ja1
1
1
1 )det()1()det( MA (2.1)
Contoh 2.2
Misalkan suatu matriks A berukuan 2 x 2 atau
2221
1211
aa
aaA maka determinan
matriks A sebagai berikut:
21122211
2221
1211det aaaa
aa
aa
(2.2)
Misal matriks A berukuran 3 x 3, maka akan diperoleh determinan matriks
dengan menggunakan persamaan (2.1), yaitu:
3231
2221
13
3331
2321
12
3332
2322
11
13
31
1312
21
1211
11
11
333231
232221
131211
detdetdet
)det()1()det()1()det()1(
det)det(
aa
aaa
aa
aaa
aa
aaa
aaa
aaa
aaa
aaa
MMM
A
Dari persamaan (2.2) diperoleh:
312213332112322311322113312312332211
312232211331233321123223332211
)()()()det(
aaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaa
A
(2.3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Definisi 2.7 Invers Matriks
A adalah matriks persegi dan jika matriks B berukuran sama dapat dicari
sedemikian sehingga AB = BA = I, maka A disebut invertible (dapat dibalik) dan
B disebut invers dari A yang dilambangkan dengan A-1
.
Contoh 2.3
Hitung invers matriks A berkut:
21
53A
Penyelesaian :
Jika suatu matriks 2x2, misal
dc
baA , maka invers matriks dapat dihitung
menggunakan rumus:
31
52
31
52
5(1)-3(2)
1
)det(
11-
ac
bd
ABA
Cek, apakah AB = BA = I
AB =
10
01
31
52
21
53= I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BA =
10
01
21
53
31
52= I
Karena AB = BA = I, maka berdasarkan definisi B adalah invers dari matriks A.
Teorema 2.2
Matriks A yang berukuran n x n punya invers jika dan hanya jika 0)det( A
Definisi 2.8 Nilai Eigen dan Vektor Eigen
Misalkan A adalah sebuah matriks n x n. Sebuah matriks tak nol x berukuran n x
1 sedemikian sehingga Ax=λx disebut vektor eigen dari A, sedangkan skalar λ
disebut nilai eigen dari A.
Contoh 2.4
Carilah nilai eigen dan vektor eigen dari matriks A.
Penyelesaian:
Pilih λ sedemikian sehingga det(A-I) = 0, jadi didapat:
63
32A
7,3 73214
3362
63
32det
00
01
63
32detdet
21
2
IA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Dengan demikian, diperoleh dua nilai eigen, yaitu 31 dan 72 .
Untuk mencari vektor eigen dari matriks A, akan diselesaikan dengan persamaan
(A-I)x = 0 untuk 1= 3 dan 2 = -7.
i. Vektor eigen untuk 1= 3
Dengan operasi baris tereduksi, diperoleh:
1
33
adalah 3untuk eigen, vektor hasildiperoleh demikian,Dengan
3 maka Misalkan
2
1)1(
1
12
cc
c
x
x
cxcx
x
ii. Vektor eigen untuk 2 = -7
0
0
93
31
0
0
363
332
2
1
2
1
x
x
x
x0xIA
21
2
21
RR)3(R(-1)RR
3
ditulisdapat atau
00
031
:persamaandiperoleh atas di tereduksibaris operasi hasil dari
000
031
093
031
093
031
21211
xx
x
xx
0
0
13
39
0
0
763
372
2
1
2
1
x
x
x
x0xIA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dengan operasi baris tereduksi, diperoleh:
Jadi, didapatkan dua vektor eigen, yaitu:
3
1dan
1
3)2()1(
xx
3
1
3
13/1
adalah -7untuk eigen vektor diperoleh Jadi,
3
1 maka Misalkan
3
1
ditulisdapat atau
00
03/11
:persamaandiperoleh tereduksibaris operasi hasil Dari
000
03/11
013
03/11
013
039
2
1)2(
2
12
21
2
21
RR)3(RR)
9
1(R 212
11
cc
c
x
x
xdx
xx
x
xx
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
B. SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL
B.1 Turunan
Definisi 2.9 Kemiringan Garis Singgung
Gambar 2.1 Grafik Kemiringan Garis Singgung y = f(x)
Garis singgung pada grafik y=f(x) pada titik P (x, f(x)), yaitu
ada. inilimit jika
)()(lim
0tan
x
xfxxfm
t
(2.4)
Didefinisikan turunan sebagai berikut:
Definisi 2.10 Turunan
Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang x di
dalam daerah asal f didefinisikan oleh:
y
x 0
f(x)
x
f (x+ x )
m
x x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
x
xfxxfxf
x
)()(lim)(
0
'
Asalkan limit ini ada, turunan fungsi f dilambangkan 'f
(2.5)
Turunan berkaitan dengan laju perubahan suatu populasi. Berawal dari
kecepatan yang merupakan laju perubahan jarak terhadap waktu. Perubahan
dalam koordinat x, dapat dituliskan dengan cara sebagai berikut:
12 xxx (2.6)
Dimana Δ menunjukkan perubahan besaran, yang dihitung dengan
mengurangkan nilai awal dari nilai akhir. Oleh karena itu, selang waktu dari
21 ke tt adalah
t 12 tt (2.7)
Kecepatan rata-rata (v), yaitu perpindahan x dibagi selang waktu t
dapat dinyatakan sebagai berikut:
12
12
t
x
tt
xxv
(2.8)
Kecepatan sesaat adalah limit dari kecepatan rata-rata untuk selang waktu
mendekati nol. Kecepatan sesaat sama dengan besarnya perubahan sesaat dari
posisi terhadap waktu, atau dapat dituliskan sebagai:
lim 0 dt
dx
t
xv
t
(2.9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Limit dari 0tuntuk
t
xdisebut sebagai turunan (derivative) dari x terhadap t
yang dituliskan sebagai dt
dx.
B.2 Persamaan Diferensial
Definisi 2.11 Persamaan Diferensial
Persamaan diferensial adalah persamaan yang mengandung derivatif (turunan)
satu atau beberapa fungsi yang tidak diketahui.
Persamaan diferensial diklasifikasikan menjadi dua kasus, yaitu
Persamaan Diferensial Biasa dan Persamaan Diferensial Parsial.
Definisi 2.12 Persamaan Diferensial Biasa
Jika fungsi yang tidak diketahui tergantung pada satu variabel bebas saja maka
persamaan diferensial yang terbentuk disebut dengan persamaan diferensial
biasa.
Contoh 2.5
Sebagai contoh untuk persamaan diferensial biasa, yaitu:
4505.0
2.08.9
pdt
dp
vdt
dv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Definisi 2.13 Persamaan Diferensial Parsial
Jika fungsi yang tidak diketahui tergantung pada beberapa variabel bebas maka
persamaan diferensial yang terbentuk disebut dengan persamaan diferensial
parsial.
Contoh 2.6
Contoh yang khas dari persamaan diferensial parsial pada persamaan panas dan
persamaan gelombang.
Klasifikasi Persamaan Diferensial Berdasarkan Orde
Persamaan diferensial memiliki orde (tingkat) dan derajat (pangkat)
tertentu. Orde persamaan diferensial didefinisikan tingkat dari derivatif tertinggi
yang muncul dalam persamaan diferensial. Sedangkan derajat suatu persamaan
diferensial adalah pangkat turunan tertinggi dalam persamaan diferensial.
Klasifikasi Persamaan Diferensial Berdasarkan Kelinearan
Berdasarkan kelinearan ada dua sifat, yaitu linear dan non linear. Suatu
persamaan diferensial dikatakan linear jika tidak ada perkalian antara variabel-
),(),(
yakni Gelombang,Persamaan
),(),(
yakni, panasPersamaan
2
2
2
22
2
22
t
txu
x
txua
t
txu
x
txu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
variabel tak bebas dan derivatif-derivatifnya. Dengan kata lain, semua
koefisiennya adalah fungsi dari variabel-variabel bebas. Sedangkan sifat non
linear bila dalam beberapa variabel tak bebas dikatakan tidak linear dalam
variabel tersebut. Sebagai contoh:
Contoh 2.7
Persamaan Diferensial Linearitas
)cos(24 ''' xyxyy Linear
)cos(24 ''' xyyyy Tidak linear karena memuat 'yy
)sin(2
2
uvut
v
x
u
Linear pada v tetapi tidak linear
pada u karena memuat sin (u). Jadi
persamaan tersebut tidak linear
)sin(2
2
txyt
y
t
x
Linear pada setiap variabel tak
bebas x dan y, tetapi tidak linear
dalam himpunan {x,y}. Jadi
persamaan tersebut tidak linear
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Klasifikasi Persamaan Diferensial Berdasarkan Homogenitas
Bentuk dari persamaan diferensial biasa dapat dinyatakan sebagai:
)()()( ' xgyxqyxp (2.10)
Persamaan diferensial dikatakan homogen bila g(x) =0. Persamaan
diferensial dikatakan nonhomogen bila g(x) tersebut dapat berbentuk fungsi
exponensial, trigonometri, ataupun fungsi polynomial dan 0)( xg .
Definisi 2.14 Penyelesaian Persamaan Diferensial
Penyelesaian dari persamaan diferensial ),...,,,( )1(''')( nn yyytfy pada interval
t adalah suatu fungsi sedemikian sehingga )(),...,(),( ''' ttt n ada dan
memenuhi:
)](),...,(),(,[)( 1' ttttft nn (2.11)
Contoh 2.8
Selesaikan Persamaan Diferensial Orde 1 berikut:
axdt
dx
(2.12)
Persamaan (2.12) dapat ditulis sebagai:
dtax
dx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dtax
dx
makakan diintegral ruas kedua Bila
atau
ln
diperoleh sehingga
catx
cat eKKex dengan (2.13)
Jika diketahui nilai awal 0)0( xx dan bila disubstitusikan ke persamaan (2.13)
dan diperoleh Kx 0 , sehingga persamaan (2.13) menjadi:
atextx 0)(
Jadi, penyelesaian Persamaan Diferensial Orde 1 adalah atextx 0)(
Titik setimbang (equilibrium point) diperoleh jika 0' dt
dxx . Dalam
kasus 0, ' aaxx maka titik setimbangnya:
0
atau
0 0'
x
aaxx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
B.3 Sistem Persamaan Diferensial
Definisi 2.15 Sistem Persamaan Diferensial
Sistem persamaan diferensial adalah suatu sistem yang memuat n persamaan
diferensial dengan n buah fungsi yang tidak diketahui.
Definisi 2.16 Sistem Homogen
Sistem homogen dari n persamaan diferensial linear orde satu dengan koefisien
real, secara umum dapat ditulis, sebagai:
(2.14)
Sistem persamaan (2.13) dapat ditulis sebagai x' = Ax, dengan
Sebuah sistem disimulasikan dengan orde 1 persamaan diferensial biasa
(2.15)
nnnn
n
n
m aaa
aaa
aaa
tx
tx
tx
t
21
22221
11211
2
1
,
)(
)(
)(
)( Ax
2211
22221212
12121111
nnnnnn
nn
nn
xaxaxax
xaxaxax
xaxaxax
).,,,(
),,,(
21
2111
nnn
n
xxxtFx
xxxtFx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Definisi 2.17 Penyelesaian Sistem Persamaan Diferensial
Sistem Persamaan Diferensial x' = Ax, A matriks n x n memiliki penyelesaian
pada I: <t < jika ada n fungsi yang terdiferensialkan pada I dan memenuhi
sistem persamaan diferensial pada semua titik dalam I.
Definisi 2.18 Titik Setimbang (Equilibrium)
Diberikan sistem persamaan diferensial x' = Ax, titik setimbang (equilibrium)
adalah suatu penyelesaian yang memenuhi x' = Ax =0
Definisi 2.19 Titik Kritis
Penyelesaian x dimana Ax=0, sedemikian sehingga titik berkorespondensi dengan
penyelesaian konstan atau penyelesaian equilibrium dan disebut titik kritis.
Jika 0)det( A maka A-1
ada sehingga:
0
0
0)x(
)0()(
0
1-1-
1-1-
x
x I
AAA
AAxA
Ax
Definisi 2.20 Kestabilan
Suatu sistem dikatakan stabil bila terjadi perubahan kecil pada nilai awal, tidak
menimbulkan perubahan yang sangat besar pada hasilnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Gangguan pada sistem tidak memberikan pengaruh terhadap kestabilan
suatu sistem sehingga jika sistem tersebut stabil terhadap suatu gangguan maka
sistem akan stabil untuk gangguan yang ada.
Titik kritis dikatakan stabil jika untuk semua 0 ada 0 sedemikian
sehingga setiap penyelesaian )(tx dimana 0t , memenuhi 0)0( x ,
ada untuk semua t positif dan memenuhi 0)( xt untuk semua 0t .
Titik kritis dikatakan stabil asmptotik jika stabil dan jika ada
00 sedemikian sehingga penyelesaian )(tx memenuhi 0
0)0( x
maka 0)(lim x
t
t .
Penyelesaian 0x dari 0Ax dengan A adalah matriks berukuran 2 x 2,
sesuai dengan penyelesaian kesetimbangan dan disebut dengan titik kritis. Misal
A matriks non singular atau 0 ,0)det( xA adalah satu-satunya titik kritis
untuk sistem x' = Ax. Suatu penyelesaian dari x' = Ax adalah fungsi vektor x =
(t) yang memenuhi persamaan diferensial dan dapat dilihat sebagai representasi
parametrik pada kurva 21xx . Kurva tersebut dapat dianggap sebagai trayektori
(lintasan) yang dilalui oleh partikel bergerak dengan laju perubahan dt
dx yang
ditentukan oleh persamaan diferensial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Definisi 2.21 Bidang Fase
Bidang 21xx dari suatu sistem persamaan yang dinyatakan sebagai diferensial
terhadap t.
Untuk menganalisis sistem x' = Ax harus mempertimbangkan beberapa
kasus yang tergantung pada sifat dari nilai eigen dari A. Ada lima kasus untuk
nilai eigen, yang diklarifikasikan sebagai berikut:
Kasus 1: Nilai Eigen Real Tidak Sama tetapi Tanda Sama
Pada kasus ini, penyelesaian umumnya adalah
(2.16)
dimana, 21 dan keduanya positif atau keduanya negatif. Misalkan
0 21 dan vektor eigen adalah (2)(1)dan VV . Oleh karena itu, x 0 sebagai
t untuk semua penyelesaian, dengan mengabaikan nilai 21 dan cc .
Jika penyelesaian dimulai dengan titik awal, pada garis melalui (1)V maka
0 1 c dan penyelesaian tetap pada garis. Demikian pula, jika titik awal pada garis
melalui (2)V , penyelesaian dapat ditulis sebagai:
(2.17)
Karena 0- 21 untuk 0 2 c , t
ec 21)1(
1
V diabaikan, dan dibandingkan
dengan membesar. untuk (2)
2 tc V
ttecec 21 )2(
2
)1(
1
VVx
)2(
2
)1(
1
)2(
2
)1(
121221 VVVVx ceceecec
tttt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Jadi, semua penyelesaian bersinggungan dengan (2)V pada titik ktitis x = 0
kecuali untuk penyelesaiannya tepat pada garis yang melalui (1)V . Jenis titik kritis
ini disebut node atau nodal sink.
Gambar 2.2 Node 0 21
Kasus 2: Nilai Eigen Real Berbeda Tanda
Pada kasus ini, penyelesaian umumnya adalah
(2.18)
dimana, 0 1 dan 02 . Misalkan vektor eigen adalah (2)(1)dan VV dapat
dilihar pada gambar 2.2.
Satu-satunya penyelesaian yang mendekati titik kritis pada titik asal adalah
penyelesaian dimulai garis yang ditentukan oleh (2) V . Jenis titik kritis ini disebut
titik pelana.
ttecec 21 )2(
2
)1(
1
VVx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 2.3 Titik Pelana 0 1 , 02
Kasus 3: Nilai Eigen Sama
Misalkan 21 . Ada dua subkasus tergantung memiliki dua vektor
eigen atau bebas linear atau hanya satu, diklarifikasikan sebagai berikut:
a) Dua Eigen Vektor Bebas Linear
Pada kasus ini, penyelesaian umumnya adalah
(2.19)
Dengan demikian, setiap lintasan terletak pada garis yang melewati titik
asal, seperti yang terlihat dalam gambar 2.4 di bawah ini. Titik kritis pada titik
asal disebut node proper atau titik star.
tr ecec )2(
2
)1(
1 VVx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 2.4 Titik Star 0 21
b) Satu Eigen Vektor Bebas Linear
Pada kasus ini, penyelesaian umumnya adalah
(2.20)
Ketika nilai eigen ganda hanya memiliki satu nilai eigen yang bebas linear, titik
kritis disebut improper node atau degenerate node.
Gambar 2.5 Improper Node 0 21
ttt etecec ηVVx 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kasus 4: Nilai Eigen Kompleks dengan Bagian Real Tak Nol
Misalkan nilai eigen i , dimana dan bilangan real dengan
0dan 0 . Perhatikan pada sistem berikut:
atau dapat ditulis sebagai:
212
211
xxx
xxx
(2.21)
Koordinat polar r, dapat diberikan dengan:
Dengan mendiferensialkan persamaan di atas, diperoleh:
Mensubtitusikan ke persamaan (2.21), sehingga didapat:
penyelesaian diferensialnya adalah:
Persamaan ini adalah persamaan parametrik dalam koordinat polar dari
lintasan solusi untuk sistem x' = Ax. Karena 0 , berarti menurun saat t
membesar, maka arah gerak lintasan searah jarum jam. Jika 0 , maka r 0
xx
12
2
2
2
1
2 tan, xxxxr
2
11221
2
2211 sec, xxxxxxxxxrr
,rr
)0(,, 00 tcer t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
bila t , sedangkan jika 0 maka r . Jadi lintasan berbentuk spiral,
yang mendekati titik asal tergantung pada tanda , dan titik kritis disebut titik
spiral.
Gambar 2.6 Titik Spiral 0
Gambar 2.7 Titik Spiral 0
Kasus 5: Nilai Eigen Kompleks dengan Bagian Real Nol
Misalkan nilai eigen i , dimana dan 0 real. Perhatikan pada
sistem berikut:
atau dapat ditulis
12
21
xx
xx
Pada kasus 4 menggunakan koordinat polar r, , sehingga menyebabkan:
xx
0
0
0, tcr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dengan demikian, lintasan berbentuk lingkaran dengan pusat di titik asal yang
melintasi searah jarum jam jika 0 dan berlawanan jarum jam jika 0 . Titik
kritis disebut center.
Gambar 2.8 Center i1 , i2
Dari kelima kasus di atas dengan memeriksa gambar yang
berkorespondensi dapat diamati bahwa:
1. Setelah waktu lama, masing-masing lintasan menunjukkan salah satu dari tiga
jenis perilaku. Saat t , setiap lintasan mendekati titik kritis x=0, berulang
kali melintasi kurva tertutup yang mengelilingi titik kritis atau menjadi tidak
terbatas.
2. Dilihat secara keseluruhan, pola lintasan dalam setiap kasus relatif sederhana.
Untuk lebih spesifik, melalui setiap titik 00 , yx pada bidang fase hanya ada
satu lintasan, sehingga lintasan tidak saling silang. Kadang-kadang tampak
bahwa banyak lintasan melewati titik kritis x=0. Bahkan, satu-satunya
penyelesaian equilibrium x=0. Penyelesaian lain yang muncul melewati titik
awal, sebenarnya hanya mendekati titik ini saat t atau t .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3. Dalam setiap kasus himpunan semua lintasan sedemikian sehingga salah satu
dari tiga situasi terjadi, seperti berikut:
a. Semua lintasan mendekati titik kritis x=0, saat t . kasus ini terjadi
jika nilai-nilai eigen adalah real dan negatif atau kompleks dengan bagian
real negatif. Titik awal merupakan nodal sink atau spiral sink.
b. Semua lintasan tetap dibatasi tetapi tidak mendekati titik awal saat t .
Kasus tersebut terjadi jika nilai eigen murni imajiner. Titik awal
merupakan center.
c. Semua lintasan dan kemungkinan semua lintasan kecuali x=0 menjadi
tidak terbatas saat t . Kasus ini terjadi jika salah satu nilai-nilai eigen
positif atau nilai-nilai eigen memiliki bagian real positif. Titik awal ini
merupakan nodal source, spiral source, atau titik pelana.
Sifat kestabilan dari sistem linear x' = Ax dengan 0)-det( IA dan
0)det( A dirangkum dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Sifat Kestabilan
Nilai Eigen Tipe dari Titik Kritis Kestabilan
021 Node Tidak Stabil
021 Node Stabil Asimpotik
21 0 Titik Pelana Tidak Stabil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
021 Proper atau improper
node
Tidak Stabil
021 Proper atau improper
node
Stabil Asimpotik
i21, Titik Spiral
Tidak Stabil
Stabil Asimpotik
0
0
ii 21 , Center Stabil
Kestabilan suatu sistem persamaan diferensial dapat ditentukan dengan
melihat bentuk bidang fasenya.
Contoh 2.9
Carilah penyelesaian umum dari sistem:
xx
30
02'
Dari matriks tersebut matriks koefisiennya adalah diagonal matriks. Jadi, bentuk
skalar sistem di atas dapat ditulis sebagai berikut:
2
'
2
1
'
1
3
2
xx
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Setiap persamaan meliputi hanya satu variabel tidak diketahui, jadi didapatkan
penyelesaian seperti berikut:
t
t
ecx
ecx
3
22
2
11
Dapat ditulis penyelesaian dalam bentuk vektor, yaitu
tt
t
t
ececec
ec 3
2
2
13
2
2
1
1
0
0
1
x
Contoh di atas terdiri dari dua penyelesaian independen dari sistem yang
diberikan dalam bentuk fungsi exponensial perkalian dengan vektor.
Langkah-Langkah Mencari Penyelesaian Umum
Dalam sistem persamaan diferensial akan dicari penyelesaian umumnya
untuk mengetahui kestabilan pada bidang fase, dalam bentuk seperti pada
persamaan (2.14). Berikut adalah langkah-langkah dalam mencari penyelesaian
umum sistem persamaan diferensial:
1. Memisalkan penyelesaian dalam bentuk teVx , dimana dan vektor V
harus ditentukan.
2. Mensubtitusikan teVx ke Axx
' sehingga diperoleh:
0
I)V-A
AVV
AVV
(
tt ee
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3. Mencari vektor eigen untuk setiap nilai eigen
4. Mensubtitusikan vektor eigen yang diperoleh ke dalam pemisalan pada
langkah (1)
Contoh 2.10
Carilah penyelesaian umum dari sistem persamaan berikut dan gambarkan bidang
fasenya untuk memperlihatkan lintasan kestabilannya.
21
'
2
21
'
1
4 xxx
xxx
Penyelesaian:
Sistem di atas dapat ditulis sebagai:
xx
14
11'
Sehingga diperoleh:
2
1 ;
14
11
x
xxA
Akan dicari vektor dan nilai eigen dari A. Misalkan V adalah vektor eigen dan λ
adalah nilai eigen dari A.
Misalkan x = Vert maka (A-λI)V = 0
0
0
14
11
2
1
v
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Penyelesaian untuk mencari nilai eigen dengan det(A-λI)=0
didapat λ 1 = 3 dan λ2 = -1
i. Vektor eigen untuk λ1 = 3
Diselesaikan dengan operasi baris tereduksi didapat:
)1)(3(324)1(14
1122
0
0
24
12
0
0
314
131
2
1
2
1
v
v
v
v0VIA
2
1
2
12
1
3untuk eigen vektor diperoleh sehingga
2
1 maka Misalkan
2
1atau
00
02
11
:persamaandiperoleh
000
02/11
024
02/11
024
012
2
1
1
12
21
2
21
p
p
p
v
v
pvpv
vv
v
vv
(1)V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
ii. Vektor eigen untuk λ2 = -1
Diselesaikan dengan operasi baris tereduksi didapat:
2
1
2
12
1
2untuk eigen vektor diperoleh
2
1 maka Misalkan
2
1
2
12
s
s
s
v
v
svsv
(2)V
Untuk penyelesaian persamaan x = Vert adalah
0
0
24
12
0
0
114
111
2
1
2
1
v
v
v
v0VIA
.2
1
atau
00
02/11
:persamaanDiperoleh
000
02/11
024
02/11
024
012
21
2
2
1
vv
v
vv
t
t
et
et
2
1)(
2
1)(
)2(
3)1(
x
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Dengan demikian, diperoleh penyelesaian umumnya adalah
Untuk mengambarkan bidang fasenya, akan dituliskan sebagai:
1
3
12
3
11
3
1
2
1
2
22
:diperolehakan atau
2
1)(
maka 0 Jika
xecx
ecx
ecx
xt
c
t
t
t
x
1
3
22
3
21
3
2
2
1
1
22
:diperolehatau
2
1)(
maka 0 Jika
xecx
ecx
ecx
xt
c
t
t
t
x
tt ecec
tctct
2
1
2
1
)()()(
2
3
1
)2(
2
)1(
1 xxx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 2.9 Bidang fase x1 dan x2
Pada gambar 2.9 menunjukan bentuk bidang fase yang disebut bentuk titik pelana.
Titik pelana selalu tidak stabil, bila t membesar akan menjauhi titik pusat (0,0)
dan tampak pada titik (0,0) tidak stabil.
C. METODE RUNGE-KUTTA ORDE 4
Kebanyakan permasalahan dalam bidang keteknikan dan sains
memerlukan penyelesaian simulasi dari sistem persamaan diferensial daripada
persamaan tunggal. Secara umum sistem persamaan diferensial direprentasikan
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
,...,,,
.
.
.
,...,,,
,...,,,
21
2122
2111
nn
n
n
n
xxxtfdt
dx
xxxtfdt
dx
xxxtfdt
dx
(2.22)
Metode Runge-Kutta Orde 4 mempunyai skema sebagai berikut:
226
43211 kkkkh
xx kk (2.23)
dengan,
),(
)2
,2
(
)2
,2
(
),(
31,4
2,3
1,2
,1
khxhtfk
kh
xh
tfk
kh
xh
tfk
xtfk
kkss
kkss
kkss
kkss
(2.23a)
(2.23b)
(2.23c)
(2.23d)
Contoh 2.11
Selesaikan sistem persamaan diferensial berikut dengan menggunakan metode
Runge-Kutta Orde 4, dengan asumsi
. 5.0dan ]2,0[dengan ,6 dan,4,0 21 htxxt
122
11
1.03.04
5.0
xxdt
dx
xdt
dx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Penyelesaian:
45.62
5.0)8.1(6
2
5.32
5.0)2(4
2
8.1)4(1.0)6(3.04)6,4,0(
2)4(5.0)6,4,0(
2,12
1,11
22,1
11,1
hkx
hkx
fk
fk
42875.62
5.0)715.1(6
2
5625.32
5.0)75.1(4
2
1.715)45.6,5.3,25.0(
1.75)45.6,5.3,25.0(
2,22
1,21
22,2
11,2
hkx
hkx
fk
fk
6.8576701.631794-1.715125)2(1.7151.86
0.56(0.5)
3.1152341.554688-1.78125)-2(-1.752-6
0.54(0.5)
631794.1)857563.6,109375.3,5.0(
1.554688)857563.6,109375.3,5.0(
857563.6)5.0)(78125.1(6
109375.3)5.0)(78125.1(4
1.715125)42875.6,5625.3,25.0(
1.78125)42875.6,5625.3,25.0(
2
1
22,4
11,4
2,32
1,31
22,3
11,3
x
x
fk
fk
hkx
hkx
fk
fk
kemudian langkah selanjutnya untuk
)0.2(dan ),0.2(),5.1(),5.1(),0.1(),0.1( 212121 yyyyyy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
didapat:
t x1 x2
0 4 6
0.5 3 6.9
1.0 2.25 7.715
1.5 1.6875 8.44525
2.0 1.265625 9.094087
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB III
MODEL PENYEBARAN PENYAKIT
Bab ini akan membahas mengenai dinamika populasi vektor dan manusia
yang terjangkit penyakit tidur untuk memodelkan penyebaran penyakit tidur.
A. PENYEBARAN PENYAKIT TIDUR
Tsetse adalah carrier (pembawa) parasit Trypanosomiasis, Tsetse tidak
menghasilkan racun dan tidak berbahaya sebelum lalat tersebut tertular parasit
Trypanosomiasis. Lalat ini menghisap darah. Apabila darah korbannya telah
terinfeksi Trypanosomiasis maka Tsetse akan tertular parasit tersebut dan dapat
menyebarkan ke korban-korban berikutnya yang dihisap darahnya, karena air liur
dari lalat ini ikut masuk ke dalam lubang gigitan saat ia menghisap darah.
Parasit Trypanosomiasis, menyebabkan demam, migrain dan
menimbulkan kantuk yang luar biasa. Korban dapat tertidur yang disebut dengan
Sleeping Sickness), dan bila tidak segera disembuhkan maka korbannya tidak akan
pernah bangun lagi (meninggal). Binatang ataupun manusia dapat terinfeksi
parasit ini dan juga dapat saling menularkan dengan perantara lalat tsetse.
Lalat tsetse merupakan vektor bagi penyakit tripanosomiasis. Gejala dan
tanda penyakit yang disebabkan tripanosomiasis ini dapat bervariasi dan
umumnya dibagi atas 3 fase :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
1. Fase awal (Initial stage)
Ditandai dengan timbulnya reaksi inflamasi lokal pada daerah gigitan
lalat tsetse. Reaksi inflamasi dapat berkembang menjadi bentuk parut (
primary chancre). Reaksi inflamasi ini biasanya mereda dalam waktu 1-2
minggu.
2. Fase penyebaran (Haemoflagellates stage)
Setelah fase awal mereda, parasit masuk ke dalam darah dan kelenjar
getah bening (parasitemia). Gejala klinis yang sering muncul adalah demam
yang tidak teratur, sakit kepala, nyeri pada otot dan persendian. Tanda klinis
yang sering muncul antara lain: Lymphadenopati, lymphadenitis yang terjadi
pada bagian posterior kelenjar cervical (Winterbotton’s sign), papula dan rash
pada kulit. Pada fase ini juga terjadi proses infiltrasi perivascular oleh sel-sel
endotel, sel limfoid dan sel plasma, hingga dapat menyebabkan terjadinya
pelunakan jaringan iskemik dan perdarahan di bawah kulit (ptechial
haemorhagic). Parasitemia yang berat (toksemia) dapat mengakibatkan
kematian pada penderita.
3. Fase kronik (Meningoencephalitic stage)
Pada fase ini terjadi invasi parasit ke dalam susunan saraf pusat dan
mengakibatkan terjadinya meningoenchepalitis difusa dan meningomyelitis
yakni demam dan sakit kepala. Terjadi gangguan pola tidur, insomnia pada
malam hari dan mengantuk pada siang hari. Gangguan ekstrapiramidal dan
keseimbangan otak kecil menjadi nyata. Pada kondisi yang lain dijumpai juga
perubahan mental yang sangat nyata. Gangguan gizi umumnya terjadi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
diikuti dengan infeksi sekunder oleh karena immunosupresi. Jumlah lekosit
normal atau sedikit meningkat. Bila tercapai stadium tidur terakhir, penderita
sulit dibangunkan atau mengalami kematian. Penyakit tidur ini juga diperberat
oleh penyakit lain seperti malaria, disentri, pneumonia atau juga kelemahan
tubuh.
B. MODEL KOMPARTEMEN
Perpindahan / penyebaran penyakit tidur dapat diilustrasikan pada gambar
3.1 berikut:
Gambar 3.1 Siklus Perpindahan Parasit: Manusia dan Lalat
Keterangan :
= Lalat yang terinfeksi = Manusia yang terinfeksi
= Lalat sehat = Manusia sehat
waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada gambar tersebut dapat diamati bahwa lalat tsetse yang terinfeksi oleh
penyakit tidur akan menginfeksi manusia yang sehat. Manusia tersebut terkena
parasit dan selanjutnya menjadi terinfeksi. Manusia yang sudah terinfeksi digigit
oleh lalat sehat, sehingga lalat tersebut menjadi terinfeksi penyakit. Manusia yang
terinfeksi penyakit dapat sembuh dari penyakit atau akan mati. Namun, dalam
model ini diasumsikan bahwa setelah terinfeksi manusia akan sembuh. Dan lalat
yang terinfeksi akan kembali menginfeksi manusia yang sehat. Siklus ini akan
berlangsung secara terus-menerus.
Model ini memiliki dua variabel (dan karenanya dalam bahasa
epidemiologi disebut model dua kompartemen), yakni lalat yang terinfeksi dan
manusia yang terinfeksi. Banyaknya lalat dan manusia yang rentan (tidak
terinfeksi) diketahui karena banyaknya lalat dan manusia keseluruhan
diasumsikan konstan.
Penyebaran penyakit tidur akan dimodelkan dengan persamaan yang
berkaitan dengan variabel dan parameter. Lalat disebut dengan istilah “vektor”
karena sebagai sarana penyebaran parasit. Ada masa inkubasi bagi manusia dan
lalat. Masa inkubasi manusia adalah masa saat penyakit masuk ke dalam tubuh
sampai saat timbul gejala penyakit. Sedangkan masa inkubasi pada vektor adalah
masa saat vektor akan terinfeksi oleh penyakit tidur tersebut. Ketika lalat tsetse
menggigit manusia yang terinfeksi penyakit tidur, lalat memasuki masa inkubasi
namun belum bisa membawa parasit. Lalat tsetse mempunyai masa inkubasi
sekitar 25 hari dan harapan hidupnya sekitar 45 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Misalkan V(t) adalah total banyaknya vektor pada waktu t, Vs(t) adalah
banyaknya vektor rentan (dapat terinfeksi penyakit ), Vi(t) adalah banyaknya
vektor pada masa inkubasi, dan Va(t) adalah banyaknya vektor terinfeksi aktif,
maka
aktif i terinfeksyang
vektor banyaknya
inkubasi masa pada
vektor banyaknya
rentanvektor
banyaknya
vektor
banyaknya
atau dapat ditulis sebagai
)( )( )( tVtV(t)VtV ais (3.1)
Demikian pula dimisalkan H(t) adalah total banyaknya manusia, Hs(t)
adalah banyaknya manusia yang rentan terhadap penyakit, Ha(t) adalah banyaknya
manusia yang terinfeksi penyakit, dan Hr(t) adalah banyaknya manusia sembuh,
maka
sembuh manusia
banyaknya
penyakit i terinfeks
manusia banyaknya
rentan manusia
banyaknya
manusia
banyaknya
atau dapat ditulis sebagai:
)()( )( )( tHtHtHtH ras (3.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Siklus penyebaran penyakit pada vektor diilustrasikan pada gambar
sebagai berikut,
Gambar 3.2 Model Kompartemen Vektor
Vektor yang rentan akan memasuki masa inkubasi sekitar 25 hari dan
vektor dapat mengalami kematian dengan laju m. Pada masa inkubasi, vektor juga
dapat mengalami kematian dengan laju m, dan vektor akan kembali memasuki
masa rentan dengan laju b, serta vektor akan memasuki tahap terinfeksi dengan
laju q. Pada saat vektor masuk dalam tahap terinfeksi, vektor dapat mengalami
kematian dengan laju m, dan vektor juga akan kembali memasuki masa rentan
dengan laju b.
Namun, dalam model penyebaran penyakit tidur dalam makalah ini, pada
vektor diasumsikan bahwa vektor yang berada pada tahap terinfeksi tidak kembali
sembuh atau kembali ke masa rentan. Model ini juga diasumsikan bahwa vektor
pada tahap rentan tidak masuk ke masa inkubasi. Serta model ini tidak
q waktu
m waktu
m waktu
b waktu b
waktu
m waktu
k(Vc – V(t))
Rentan
Vs (t)
Terinfeksi
Va (t)
Inkubasi
Vi(t)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mempertimbangkan banyaknya vektor yang mengalami migrasi, sehingga model
kompartemen vektor menjadi seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.3:
Gambar 3.3 Model Kompartemen Vektor pada Model
Sedangkan siklus penyebaran penyakit pada manusia diilustrasikan
pada Gambar 3.4:
Gambar 3.4 Model Kompartemen Manusia
Setelah masa inkubasi manusia yang singkat yaitu sekitar 12 hari, manusia
memasuki tahap terinfeksi penyakit, dimana manusia terinfeksi oleh parasit ketika
Terinfeksi
Ha (t)
Sembuh
Hr (t)
Rentan
Hs (t)
b waktu
r1
r2
Inkubasi
Vi(t)
Rentan
Vs (t)
b waktu
q waktu
m waktu
m waktu
Terinfeksi
Va (t)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
digigit oleh vektor. Ketika manusia masuk tahap terinfeksi penyakit, manusia
memasuki tahap sembuh dengan laju r1, dan kembali memasuki masa rentan
dengan laju b. Pada saat manusia masuk dalam tahap sembuh, manusia kembali
memasuki masa rentan dengan laju r2. Ketika manusia kembali memasuki masa
rentan, manusia dapat memasuki kembali ke tahap terinfeksi.
C. MODEL MATEMATIKA TENTANG GIGITAN VEKTOR
Vektor menggigit manusia rata-rata tiga hari sekali (Shier, 1999) sehingga
dalam model ini akan mempertimbangkan model kontinu dimana unit waktu
adalah tiga hari. Banyaknya vektor menggigit didekati dengan banyaknya manusia
yang ditandai dengan timbulnya gejala-gejala penyakit. Pada model penyebaran
penyakit tidur ini menggunakan simbol-simbol untuk menghitung suatu
probabilitas, yaitu:
τ1 = Probabilitas vektor menggigit seorang manusia selama unit waktu (tiga hari).
τ2 = Probabilitas vektor rentan yang akhirnya menjadi terinfeksi setelah
menggigit seorang yang terinfeksi.
τ3 = Probabilitas seorang manusia rentan yang digigit oleh vektor terinfeksi dan
akhirnya menjadi terinfeksi.
Dalam model gigitan vektor diasumsikan bahwa seekor vektor dari
sekumpulan A0 vektor akan menggigit seorang manusia dengan probabilitas
sebesar τ1. Misalkan τ1= 0.2, artinya dalam 10 kali pertemuan vektor dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
manusia, kemungkinan vektor akan menggigit sebanyak 2 kali. Dari persamaan
(3.2), diasumsikan bahwa banyaknya manusia yang mungkin digigit seekor vektor
bergantung pada banyaknya manusia yang rentan dan terinfeksi sehingga dapat
ditulis persamaan sebagai berikut:
)( )( )( )( tHtHtHtH ras (3.3)
Diasumsikan juga bahwa proporsi vektor yang akan menggigit adalah w
yang nilainya di antara 0 dan 1. Vektor menggigit manusia tiga hari sekali dengan
probabilitas sebesar τ1. Banyaknya manusia yang terinfeksi didekati oleh
banyaknya vektor yang menginfeksi manusia. Banyaknya manusia terinfeksi yang
mendapat pengobatan maka sistem kekebalan tubuh akan meningkat sehingga
manusia menjadi sembuh. Probabilitas seorang manusia sembuh yang digigit oleh
wA0 vektor adalah:
mengigitakan yang
vektorbanyaknya
mengigit tidak yang
vektor proporsi
digigitdapat yang
manusia banyaknya
infeksikan mengakibattidak
yangktor gigitan ve proporsi
digigitdapat yang
manusia banyaknya
eksidan terinfdigigit yang
manusia banyaknya
terinfeksidan tidak digigit yang
manusia banyaknya
kembali infeksi tidak ter tetapi
digigit yang i terinfeksmanusia banyaknya
digigitdapat yang
manusia banyaknya
pengobatanmendapat yang
i terinfeksmanusia banyaknya
sembuh yang
manusia asprobabilit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Atau dapat dinyatakan sebagai:
1)()(
1)()()(
0
1wAwtHtH
wtHtHtH
r
r
r
1)()(
)()(
0
w
wAtHtH
tHtH
r
r
(3.4)
Dari persamaan (3.4) populasi vektor samaran dapat didekati oleh banyaknya
vektor menggigit yang mengakibatkan terinfeksi yaitu:
w
wAA
1
0 (3.5)
Banyaknya vektor yang menggigit seorang manusia terinfeksi didekati oleh
banyaknya manusia yang terinfeksi. Probabilitas bahwa vektor menggigit seorang
manusia yang terinfeksi yaitu:
infeksikan mengakibat yang
menggigit vektor banyaknya
terinfeksidan tidak digigit
yang manusia banyaknya
penyakit i terinfeks
manusia banyaknya
digigitdapat yang
manusia banyaknya
penyakit terinfeksi
manusia banyaknya
terinfeksidan tidak i terinfeksmanusia
menggigit yang vektor banyaknya
i terinfeksmanusia seorang
menggigit yang vektor banyaknya
i terinfeksyang manusia seorang
menggigit vektor asprobabilit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
)()(
)(
AtHtH
tH
r
a
(3.6)
Banyaknya vektor yang menggigit seorang manusia rentan didekati oleh
banyaknya manusia yang rentan. Probabilitas vektor menggigit seorang manusia
yang rentan yaitu:
rentandan tidak rentan manusia
menggigit yang vektor banyaknya
rentan manusia seorang
menggigit yang vektor banyaknya
rentan yang manusia seorang
menggigit vektor asprobabilit
AtHtH
tH
r
s
))()((
)(
digigitdapat yang
manusia banyaknya
rentan yang
manusia banyaknya
))()((
)()()(
AtHtH
tHtHtH
r
ra
(3.7)
D. DINAMIKA POPULASI VEKTOR
Dinamika populasi vektor merupakan ilmu yang mempelajari tingkat
pertumbuhan dan penurunan atau perubahan banyaknya vektor dalam populasi.
Dalam model penyebaran penyakit tidur pada vektor diasumsikan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
1. Banyaknya vektor konstan
2. Vektor hanya menggigit manusia
3. Vektor menggigit manusia rata-rata 3 hari sekali
4. Vektor rentan terhadap penyakit
5. Vektor mempunyai masa inkubasi 25 hari
Untuk memahami dinamika populasi vektor, didefinisikan:
Vs(t) = banyaknya vektor yang rentan ( dapat terinfeksi penyakit )
Vi(t) = banyaknya vektor pada masa inkubasi
Va(t) = banyaknya vektor yang terinfeksi aktif
Model penyebaran penyakit tidur pada vektor secara umum diasumsikan
memiliki mekanisme migrasi yang sederhana, yaitu selama interval waktu dt,
pertumbuhan alami dari banyaknya vektor rentan disebabkan oleh migrasi.
Migrasi hanya terjadi pada kelompok vektor yang rentan. Banyaknya vektor yang
mengalami migrasi dipengaruhi oleh nilai Vc, yakni nilai kritis dari total populasi
vektor. Bila total populasi vektor tersebut di bawah dari nilai kritis maka akan
mengalami imigrasi dan bila di atas dari nilai kritis maka akan mengalami
emigrasi. Banyaknya vektor yang mengalami migrasi menjadi vektor rentan dapat
diukur dari besarnya arus migrasi dikalikan dengan selisih nilai kritis dari total
populasi vektor dengan total populasi vektor, atau dapat dinyatakan sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
vektor
populasi total
vektorpopulasi
totaldari kritis nilai
migrasi arus
besarnya
rentan vektor menjadi
migrasi mengalami yang
vektor banyaknya
))(( tVVk c (3.8)
Vektor pada masa inkubasi saat pertama kali menggigit manusia yang
terinfeksi, vektor itu menjadi terinfeksi. Banyaknya vektor pada kelompok masa
inkubasi dimisalkan V(t)b dengan b laju kelahiran vektor, vektor yang berisiko
terinfeksi juga sebanyak V(t)b.
Perubahan banyaknya vektor pada suatu kelompok adalah banyaknya
vektor yang masuk dalam kelompok tersebut dikurangi dengan banyaknya vektor
yang keluar dari kelompok tersebut. Persamaan perubahan untuk banyaknya
vektor pada masa inkubasi selama waktu t adalah
kematian mengalami
inkubasi masa pada
vektorbanyaknya
rentan menjadi
inkubasi masa pada
vektorbanyaknya
i terinfeksmenjadi
inkubasi masa pada
vektorbanyaknya
inkubasi masamasuk
vektorbanyaknya
inkubasi masa darikeluar
vektorbanyaknya
inkubasi masamasuk
vektorbanyaknya)(
t
tVi
mtVbtVqtVbtV iii )()()()(
))(()()( mqtVbtVtV ii (3.9)
btVtV i )()( merupakan perubahan banyaknya vektor terinfeksi dan rentan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
inkubasi masamasuk
vektorbanyaknya
i terinfeksyang manusia
menggigit vektor asprobabilit
i terinfeksmenjadi
rentan vektor asprobabilit
btVArHtH
tH
r
a )()()(
)( 2
(3.10)
Dengan demikian,
)()(
)()()( )(
)()(
)()()()(
2
2
AtHtH
tHbtVbtVbtV
AtHtH
tHbtVbtVtV
r
a
i
r
a
i
AtHtH
tHbtV
r
a
)()(
)(1)( 2
(3.11)
Pada saat 0t , laju perubahan banyaknya vektor pada masa inkubasi adalah
dt
dV
t
tV ii
t
)(lim
0
= )()())()((
)()( 2 mqtVAtHtH
tHbtVi
r
a
(3.12)
Berdasarkan asumsi pada model ini, perubahan banyaknya vektor yang
terinfeksi hanya melewati tahap terinfeksi dan kematian. Persamaan perubahan
untuk banyaknya vektor yang terinfeksi adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mtVqtV
t
tV
ai
a
)()(
kematian mengalami yang
rinfeksi vektor tebanyaknya
i terinfeks tahapke
masuk inkubasi masa pada
vektorbanyaknyaperubahan
i terinfeks tahapdarikeluar
vektorbanyaknya
i terinfeks tahapkemasuk
vektorbanyaknya)(
mtVqtVtVtV aas )()()()( (3.13)
Pada saat 0t , laju perubahan banyaknya vektor yang terinfeksi adalah
dt
tdV
t
tV aa
t
)()(lim
0
mtVqtVtVtV aas )()()()( (3.14)
Persamaan perubahan untuk banyaknya vektor rentan adalah
kematian mengalami yang
rentan vektor banyaknya
rentan vektor menjadi
migrasi mengalami yang
vektor banyaknya
rentan tahapkemasuk
inkubasi masa pada
vektor banyaknya
rentan tahapkekeluar
vektor banyaknya
rentan tahapkemasuk
vektor banyaknya)(
t
tVs
mtVtVVkbtV sci )())(()( (3.15)
Dari persamaan (3.12) diperoleh:
)())((
)()(
)()()(
)( 2 mtVtVVkAtHtH
tHbtVbtV
t
tVsc
r
as
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
= mtVtVVkAtHtH
tHbtV sc
r
a )())(()()(
)(1)( 2
(3.16)
Pada saat 0t , laju perubahan banyaknya vektor rentan adalah
)()(
lim0 dt
tdV
t
tV ss
t
)())(()()(
)(1)( 2 mtVtVVk
AtHtH
tHbtV sc
r
a
(3.17)
Bila faktor migrasi diabaikan maka persamaan (3.17) akan menjadi:
mtVAtHtH
tHbtV
dt
tdVs
r
as )()()(
)(1)(
)( 2
(3.18)
Dari persamaan (3.12), (3.14), dan (3.18) membentuk sistem persamaan
diferensial, yaitu:
)())()((
)(1)(
)(
)()()()()(
)()())()((
)()()(
2
2
mtVAtHtH
tHbtV
dt
tdV
mtVqtVtVtVdt
tdV
mqtVAtHtH
tHbtV
dt
tdV
s
r
as
aas
a
i
r
ai
Untuk mendapatkan gambaran pemodelan penyebaran penyakit tidur pada
vektor ini, diberikan suatu contoh ilustrasi dari bentuk sistem persamaan
diferensial biasa di atas. Dengan penghitungan yang diilustrasikan terhadap total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
banyaknya manusia diasumsikan konstan sejumlah 300 manusia. Banyaknya
manusia rentan, terinfeksi penyakit, dan sembuh masing-masing adalah 100
manusia, serta nilai-nilai parameter model yang digunakan dirangkum dalam
Tabel 3.1 (Shier, 1999).
Tabel 3.1 Nilai Parameter untuk Ilustrasi
Parameter Deskripsi Nilai
H total banyaknya manusia 300
Hs banyaknya manusia rentan 100
Ha banyaknya manusia terinfeksi penyakit 100
Hr banyaknya manusia sembuh 100
τ1 probabilitas vektor menggigit seorang manusia 0.1
τ2 probabilitas vektor rentan menjadi terinfeksi 0.1
τ3 probabilitas seorang manusia rentan digigit
oleh vektor terinfeksi
0.1
q laju perubahan vektor pada masa inkubasi
masuk ke tahap terinfeksi
0.12 per
hari
r1 laju perubahan manusia terinfeksi masuk ke
tahap sembuh
0.0075
per hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
r2 Laju perubahan manusia sembuh masuk ke
tahap rentan
0.0075
per hari
b
laju kelahiran vektor
1/15 per
hari
m
laju kematian vektor
1/15 per
hari
A0 sekumpulan vektor 100
w proporsi gigitan vektor yang menyebabkan
infeksi
0.5
Dari menggunakan nilai-nilai parameter tersebut didapat sistem persamaan
diferensial dengan unit waktu 3 hari, sebagai berikut:
sai
i VVVdt
dV001.0001.062.0.0
(3.19)
022.004.0 ai
a VVdt
dV
(3.20)
sai
s VVVdt
dV001.0022.0022.0
(3.21)
Dari persamaan di atas didapat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
s
a
i
V
V
V
001.0022.0022.0
0022.004.0
001.0001.0062.0
'V
Untuk menyelesaikan system persamaan di atas, misalkan:
s
a
i
V
V
V
VA ,
001.0022.0022.0
0022.004.0
001.0001.0062.0
Sehingga, sistem di atas dapat ditulis sebagai AVV ' . Penyelesaian dari sistem
tersebut diperoleh dengan mencari nilai eigen dan vektor eigen dari A. Misalkan
B adalah vektor eigen dan λ adalah nilai eigen dari A, maka penyelesaian sistem
persamaan diferensial tersebut adalah V = Bert
.
Nilai eigen dan vektor eigen dari A diperoleh melalui (A-λI)B = 0, yaitu:
0
0
0
001.0022.0022.0
0022.004.0
001.0001.0062.0
3
2
1
b
b
b
(3.22)
Nilai eigen merupakan penyelesaian dari det(A-λI)=0, yaitu
0
001.0022.0022.0
0022.004.0
001.0001.0062.0
Dengan menggunakan perintah MATLAB diperoleh tiga nilai eigen, yaitu
λ1 = -0.063, λ2 = -0.022, dan λ3 = 0
i. Vektor eigen untuk λ1 = -0.187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Dari persamaan (3.22), dengan mensubtitusikan λ1 = -0.063 diperoleh:
0
0
0
062.0022.0022.0
004.004.0
001.0001.0001.0
0
0
0
063.0001.0022.0022.0
0063.0022.004.0
001.0001.0063.0062.0
0-
3
2
1
3
2
1
b
b
b
b
b
b
BIA
Penyelesaian sistem di atas diperoleh dengan operasi baris elementer, terhadap
matriks koefisien, sehingga didapat:
000
100
011
062.0022.0022.0
004.004.0
001.0001.0001.0
Dengan demikian,
0
0
0
000
100
011
atau
000
100
011
3
2
1
b
b
b
0B
Dari penyelesaian di atas, diperoleh persamaan:
0
0
3
2121
b
bbbb
Misal cb 2 maka cb 1 , sehingga diperoleh vektor eigen dengan nilai eigen λ1
= -0.187 adalah:
0
1
1
0
3
2
1
(1) cc
c
b
b
b
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
ii. Vektor eigen untuk λ2 = -0.022
Dari persamaan (3.22), dengan mensubtitusikan λ2 = -0.022 diperoleh:
0
0
0
022.0022.0022.0
0004.0
001.0001.004.0
0
0
0
022.0001.0022.0022.0
0022.0022.004.0
001.0001.0022.0062.0
0-
3
2
1
3
2
1
b
b
b
b
b
b
BIA
Penyelesaian sistem di atas diperoleh dengan operasi baris elementer, terhadap
matriks koefisien, sehingga didapat:
Dengan demikian,
0
0
0
000
110
001
atau
000
110
001
3
2
1
b
b
b
0B
Dari penyelesaian di atas, diperoleh persamaan:
3232
1
0
0
bbbb
b
Misal cb 3 maka cb 2 , sehingga diperoleh vektor eigen dengan nilai eigen λ2
= -0.067 adalah:
000
110
001
022.0022.0022.0
0004.0
001.0001.004.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
1
1
0 0
3
2
1
(2) c
c
c
b
b
b
B
iii. Vektor eigen untuk λ3 = 0
Dari persamaan (3.22), dengan mensubtitusikan λ3 = 0 diperoleh:
0
0
0
001.0022.0022.0
0022.004.0
001.0001.0062.0
0
0
0
0001.0022.0022.0
00022.004.0
001.0001.00062.0
0-
3
2
1
3
2
1
b
b
b
b
b
b
BIA
Penyelesaian sistem di atas diperoleh dengan operasi baris elementer, terhadap
matriks koefisien, sehingga didapat:
000
0289.010
0166.001
001.0022.0022.0
0022.004.0
001.0001.0062.0
Dengan demikian,
0
0
0
000
0289.010
0166.001
atau
000
0289.010
0166.001
3
2
1
b
b
b
0B
Dari penyelesaian di atas, diperoleh persamaan:
3232
3131
0289.00289.0
0166.00166.0
bbbb
bbbb
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Misal cb 3 maka cbcb 0289.0dan 0166.0 21 , sehingga diperoleh vektor
eigen dengan nilai eigen λ3 = 0 adalah:
1
0289.0
0166.0
0289.0
0166.0
3
2
1
(3) c
c
c
c
b
b
b
B
Jadi, penyelesaian umum untuk persamaan AVV ' , dengan V = Bert, yaitu:
t
t
t
e
e
e
0(3)
022.0(2)
063.0(1)
1
0289.0
0166.0
1
1
0
0
1
1
V
V
V
Dengan demikian, diperoleh penyelesaian umumnya adalah:
ttt ececec
tctctct
0
3
022.0
2
063.0
1
(3)
3
(2)
2
(1)
1
1
0289.0
0166.0
1
1
0
0
1
1
)()( )()(
VVVV
Bila diketahui t=0 dengan nilai awalnya 60dan 40 ,30 sai VVV maka
dapat diperoleh penyelesaian khususnya, sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
1
0289.0
0166.0
1
1
0
0
1
1
)(
)(
)(
3
067.0
2
187.0
1 cecec
tV
tV
tVtt
s
a
i
(3.23)
Jika t=0
1
0289.0
0166.0
1
1
0
0
1
1
)0(
)0(
)0(
321 ccc
V
V
V
s
a
i
Dengan nilai awal 60dan 40 ,30 sai VVV , sehingga diperoleh:
1
0289.0
0166.0
1
1
0
0
1
1
60
40
30
321 ccc
(3.24)
Dari persamaan (3.24) dapat dituliskan, sebagai berikut:
32
321
31
60
0289.040
0166.030
cc
ccc
cc
Dengan menggunakan perintah MATLAB diperoleh nilai konstanta, yaitu:
3424.124
3424.64
9359.27
3
2
1
c
c
c
Dari persamaan (3.23) dengan nilai konstanta di atas diperoleh penyelesaian
khususnya, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
1
0289.0
0166.0
3424.124
1
1
0
3424.64
0
1
1
9359.27
)(
)(
)(022.0063.0 tt
s
a
i
ee
tV
tV
tV
Dengan demikian, penyelesaian khususnya dapat dituliskan, sebagai berikut:
064.29359.27)( 063.0 t
i etV (3.25)
593.33424.649359.27)( 022.0063.0 tt
a eetV (3.26)
3424.1243424.64)( 022.0 t
s etV (3.27)
Dalam dinamika populasi vektor terdapat tiga variabel, yaitu sdan , VVV ai ,
sehingga tidak mudah untuk mengilustrasikan dalam bidang fase. Dengan
demikian, untuk menggambarkan sifat kestabilannya akan diamati dua variabel,
yaitu sasiai VVVVVV dan , .
i. Bidang Fase untuk aiVV
Sistem persamaan diferensial untuk aiVV menjadi, sebagai berikut:
ai
i VVdt
dV001.0062.0
(3.28)
022.004.0 ai
a VVdt
dV
(3.29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 3.5 Bidang Fase aiVV
ii. Bidang Fase untuk siVV
Sistem persamaan diferensial untuk siVV menjadi, sebagai berikut:
si
i VVdt
dV001.0062.0
(3.30)
si
s VVdt
dV001.0022.0
(3.31)
Gambar 3.6 Bidang Fase siVV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
iii. Bidang Fase untuk saVV
Sistem persamaan diferensial untuk saVV menjadi sebagai berikut:
022.0 a
a Vdt
dV
(3.32)
sa
s VVdt
dV001.0022.0
(3.33)
Gambar 3.7 Bidang Fase saVV
Titik setimbang untuk dinamika populasi vektor, yaitu 0' dt
dVV .
Dengan demikian, titik setimbang untuk banyaknya vektor pada masa inkubasi,
terinfeksi dan rentan adalah
0001.0001.0062.0 sai
i VVVdt
dV
(3.34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
0 022.004.0 ai
a VVdt
dV
(3.35)
0 001.0022.0022.0 sai
s VVVdt
dV
(3.36)
Persamaan (3.34), (3.35), dan (3.36) merupakan SPLH (Sistem
Penyelesaian Linear Homogen), bila dituliskan bentuk matriks, diperoleh sebagai
berikut:
0
0
0
001.0022.0022.0
0022.004.0
001.0001.0062.0
s
a
i
V
V
V
SPLH di atas dapat diselesaikan dengan operasi baris elementer, dan diperoleh:
0
0
0
000
0289.010
0166.001
s
a
i
V
V
V
Dari hasil operasi baris elementer di atas, didapat persamaan sebagai berikut:
00166.0 si VV (3.37)
00289.0 sa VV (3.38)
Dengan demikian, persamaan (3.37) dan (3.38) dapat diperoleh:
sa
si
VV
VV
0289.0
0166.0
Misal cVs maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
cVi 0166.0 (3.39)
cVa 0289.0 (3.40)
cVs
(3.41)
Bila 65.124c , dengan demikian persamaan (3.39), (3.40) dan (3.41) dapat
diperoleh bahwa titik setimbang untuk ketiga kelompok vektor tersebut adalah:
65.124
602.3
069.2
s
a
i
V
V
V
Hasil sai VVV dan , , yang diperoleh di atas merupakan titik kritis, berdasarkan
definisi 2.20 tentang kestabilan bahwa: dinamika populasi vektor memiliki sifat
stabil karena *)0( VV dan stabil asimptotik karena *)(lim VtVt
.
Sistem persamaan diferensial (3.19), (3.20), dan (3.21) dapat diselesaikan
secara numeris dengan perintah ODESOLVE pada MATLAB yang menggunakan
Metode Runge-Kutta dan ODE 45. Hasil penyelesaian sistem tersebut
diilustrasikan pada grafik sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 3.8 Grafik Dinamika Populasi Vektor
Gambar 3.8. menunjukkan grafik pertumbuhan banyaknya vektor dalam
populasi. Grafik berwarna merah menunjukkan pertumbuhan banyaknya vektor
rentan. Banyaknya vektor rentan ketika awal hari sebanyak 60, pada saat interval
waktu antara 0-150 hari, mengalami kenaikan sebanyak 60-124.65. Sekitar pada
hari ke-150, banyaknya vektor rentan stabil menuju ke titik setimbang 124.65.
Grafik berwarna hijau menunjukkan pertumbuhan banyaknya vektor terinfeksi.
Banyaknya vektor terinfeksi ketika awal hari sebanyak 40, terihat mengalami
penurunan sebanyak 40-3.602, pada saat interval waktu antara 0-250 hari,
kemudian sekitar pada hari ke-250, banyaknya vektor terinfeksi stabil menuju ke
titk setimbang 3.602. Grafik berwarna biru menunjukkan pertumbuhan banyaknya
vektor pada masa inkubasi. Begitu pula dengan banyaknya vektor pada masa
inkubasi pada saat awal hari sebanyak 30, terlihat mengalami penurunan pada saat
interval waktu antara 0-100 hari, sebanyak 30-2.069 dan kemudian banyaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
vektor pada masa inkubasi stabil menuju ke titik setimbang 2.069 sekitar pada
hari ke-100. Hal ini terjadi karena banyaknya manusia diasumsikan konstan
sehingga untuk pertumbuhan banyaknya vektor juga akan menuju pada titik
setimbang.
E. DINAMIKA POPULASI MANUSIA
Dinamika populasi manusia merupakan ilmu yang mempelajari tingkat
pertumbuhan dan penurunan atau perubahan banyaknya manusia dalam populasi.
Dalam model penyebaran penyakit tidur pada manusia diasumsikan:
1. Banyaknya manusia konstan
2. Manusia dapat membawa parasit penyakit
3. Manusia dapat sembuh dari penyakit
4. Manusia rentan terhadap penyakit
5. Mengabaikan masa inkubasi manusia
Untuk memahami dinamika populasi manusia, didefinisikan:
Hs(t) = banyaknya manusia yang rentan terhadap penyakit
Ha(t) = banyaknya manusia terinfeksi penyakit
Hr(t) = banyaknya manusia yang sembuh
Banyaknya manusia terinfeksi merepresentasikan manusia baru yang
terinfeksi, sehingga banyaknya manusia terinfeksi dimisalkan H(t)b. Perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
banyaknya manusia pada suatu kelompok adalah banyaknya manusia yang masuk
dalam kelompok tersebut dikurangi dengan banyaknya manusia yang keluar dari
kelompok tersebut. Persamaan perubahan untuk banyaknya manusia terinfeksi
penyakit adalah
sembuh tahapke terinfeksi
manusia banyaknya
rentan menjadi terinfeksi
manusia banyaknya
i terinfeks tahapkemasuk
manusia banyaknya
i terinfeks tahapdarikeluar
manusia banyaknya
i terinfeks tahapkemasuk
manusia banyaknya)(
t
tH a
Dengan memperhatikan Gambar 3.4 maka diperoleh
1)()()( )(
rtHbtHbtHt
tHaa
a
1)()()( rtHbtHtH aa (3.42)
Dengan demikian, dari persamaan di atas, )()( btHtH a merupakan perubahan
banyaknya manusia rentan yang dipengaruhi oleh:
terinfeksi
vektorbanyaknya
sir terinfekoleh vektodigigit rentan
manusia seorang asprobabilit
rentan manusia seorang
menggigit vektor asprobabilit
)()()(
)()()( 3 tV
AtHtH
tHtHtHa
r
ra
(3.43)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Sehingga membentuk persamaan sebagai berikut:
)()(
)()()()()()( 3
AtHtH
tHtHtHtVbtHtH
r
ra
aa
(3.44)
Dengan demikian, persamaan untuk t
(t)
aHadalah
13 )()()(
)()()()(
)(rtH
AtHtH
tHtHtHtV
t
tHa
r
ra
a
a
(3.45)
Pada saat 0t , laju perubahan banyaknya manusia teinfeksi penyakit adalah
dt
tdH
t
tH aa
t
)()(lim
0
)())()((
)()()()( 13 rtH
AtHtH
tHtHtHtV a
r
ra
a
(3.46)
Persamaan perubahan untuk banyaknya manusia sembuh adalah
sembuh tahapdarikeluar
manusia banyaknya
sembuh tahapkemasuk
manusia banyaknya)(
t
tH r
)()( 21 rtHrtH ra (3.47)
Pada saat 0t , laju perubahan banyaknya manusia sembuh adalah
dt
tdH
t
tH aa
t
)()(lim
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
)()( 21 rtHrtH ra (3.48)
Dari persamaan (3.46) dan (3.48) membentuk sistem persamaan diferensial, yaitu
Dengan menggunakan nilai-nilai parameter pada Tabel 3.1 diperoleh
sistem persamaan diferensial sebagai beikut:
0025.031200
300a
r
raa HH
HH
dt
dH
(3.49)
0025.00025.0 rar HH
dt
dH
(3.40)
Sistem persamaan diferensial di atas merupakan sistem persamaan
diferensial non linear. Hasil penyelesaian sistem persamaan diferensial di atas,
diselesaikan secara numeris dengan menggunakan Metode Runge-Kutta dalam
MATLAB ODE 45, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
)()()(
)()()(
)()()()(
)(
21
13
rtHrtHdt
tdH
rtHAtHtH
tHtHtHtV
dt
tdH
ra
r
a
r
ra
a
a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 3.9 Grafik Dinamika Populasi Manusia
Gambar 3.9 menunjukkan grafik pertumbuhan banyaknya manusia dalam
populasi. Grafik berwarna biru menunjukkan pertumbuhan banyaknya manusia
terinfeksi. Banyaknya manusia terinfeksi ketika awal hari sebanyak 100, terihat
mengalami kenaikan sekitar 100-290, pada interval waktu antara 0-6 hari.
Kemudian sekitar pada hari ke-6, banyaknya manuisia terinfeksi ini, stabil menuju
titik setimbang 290. Sedangkan grafik berwarna hijau menunjukan pertumbuhan
banyaknya manusia sembuh. Banyaknya manusia sembuh pada awal hari juga
sebanyak 100, lalu mengalami kenaikan sekitar 100-290, pada interval waktu
antara 0-1800 hari. Kemudian sekitar pada hari ke-1800, banyaknya manusia
sembuh juga stabil menuju titik setimbang 290. Hal ini terjadi karena banyaknya
manusia dan vektor terinfeksi diasumsikan konstan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
F. ANALISIS DINAMIKA POPULASI VEKTOR DAN MANUSIA
Pada persamaan (3.12), (3.14), (3.17), (3.46), dan (3.48) bila
menggunakan nilai-nilai parameter pada tabel 3.1 akan membentuk sistem
persamaan diferensial, sebagai berikut:
i
r
asaii VH
HVVV
dt
dV062.0
31200
1.0067.0
(3.41)
ai
a VVdt
dV022.004.0
(3.42)
r
asai
ai
s
H
HVVVVV
dt
dV
31200
1.0067.0022.0
(3.43)
a
r
raaa HH
HHV
dt
dH0025.0
31200
)300(1.0
(3.44)
rar HH
dt
dH0025.00025.0
(3.45)
Sistem persamaan diferensial (3.41), (3.42), (3.43), (3.44), dan (3.45)
dapat diselesaikan secara numeris dengan perintah ODESOLVE pada
MATLAB menggunakan Metode Runge-Kutta dan ODE 45. Hasil
penyelesaian sistem tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 3.10 Grafik Dinamika Populasi Vektor dan Manusia
Gambar 3.10 menunjukkan grafik pertumbuhan banyaknya vektor dan
manusia dalam populasi. Grafik berwarna biru menunjukkan pertumbuhan
banyaknya vektor pada masa inkubasi. Pada saat awal hari banyaknya vektor pada
masa inkubasi tersebut sebanyak 30, kemudian pada interval waktu 0-60 hari,
banyaknya vektor pada masa inkubasi mengalami penurunan sekitar dari 30
menjadi 1. Dan pada hari ke-120, banyaknya vektor pada masa inkubasi stabil
menuju ke titik setimbang 0. Berarti, bahwa banyaknya vektor pada masa inkubasi
ketika pada hari ke-120 tidak ada.
Grafik berwarna hijau menunjukkan pertumbuhan banyaknya vektor
terinfeksi. Pada saat awal hari hingga hari ke-15, banyaknya vektor terinfeksi
sebanyak 40. Kemudian pada interval waktu 15-150 hari banyaknya vektor
terinfeksi mengalami penurunan sekitar 40 menjadi 2. Sekitar pada hari ke-210,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
banyaknya vektor terinfeksi stabil menuju ke titik setimbang 0. Berarti, bahwa
banyaknya vektor terinfeksi pada hari ke-210 tidak ada.
Grafik berwarna merah menunjukkan pertumbuhan banyaknya vektor
rentan. Pada saat awal hari banyaknya vektor rentan sebanyak 60. Kemudian pada
interval waktu 0-2000 hari, banyaknya vektor rentan mengalami kenaikan sekitar
60 menjadi 200. Dan sekitar pada hari ke-2000, banyaknya vektor rentan stabil
menuju ke titik setimbang 200.
Grafik berwarna biru muda menunjukkan pertumbuhan banyaknya
manusia terinfeksi. Pada awal hari banyaknya manusia terinfeksi sebanyak 100.
Pada interval waktu 0-50 hari, banyaknya manusia terinfeki mengalami kenaikan
sekitar 100-105. Namun, pada interval waktu 50-2000 hari, banyaknya manusia
mengalami penurunan sekitar 105 menjadi 2. Dan sekitar pada hari ke-2700
banyaknya manusia terinfeksi stabil menuju ke titik setimbang 0. Berati bahwa
banyaknya manusia terinfeksi sekitar pada hari ke-2700 tidak ada.
Grafik berwarna ungu menunjukkan pertumbuhan banyaknya manusia
sembuh. Pada awal hari banyaknya manusia sembuh sebanyak 100. Pada interval
waktu 0-200 hari, banyaknya manusia sembuh masih sekitar 100, namun pada
interval waktu 200-2000 hari, banyaknya manusia sembuh mengalami penurunan
sekitar 100 menjadi 1. Pada hari ke-2800, banyaknya manusia sembuh stabil
menuju ke titik setimbang 0. Berarti bahwa banyaknya manusia sembuh pada hari
ke-2800 tidak ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Parasit trypanomiasis yang terdapat pada lalat tsetse ini dapat
menyebabkan atau menginfeksi manusia. Penyebaran penyakit tidur dalam
epidemik diketahui dengan nilai-nilai parameter yang dapat mempengaruhi
perilaku kestabilannya. Model ini mengilustrasikan bahwa adanya penyakit tidur
disebabkan oleh gigitan lalat tsetse pada manusia. Dengan menganalisis
penyelesaian kesetimbangan dapat diketahui pertumbuhan banyaknya vektor dan
manusia pada waktu tertentu. Selain itu, dapat diketahui titik kesetimbangan yang
penyebarannya akan stabil pada waktu tertentu.
Dengan menggunakan nilai-nilai parameter tertentu dapat diilustrasikan
bahwa banyaknya vektor pada masa inkubasi dan terinfeksi mengalami penurunan
dan stabil mendekati nol. Banyaknya vektor rentan mengalami kenaikan yang
cukup tinggi dan konvergen menuju titik kritis atau penyelesaian equlibrium.
Banyaknya manusia terinfeksi dan banyaknya manusia sembuh yang awalnya
mengalami kenaikan, namun pada waktu tertentu banyaknya manusia terinfeksi
dan sembuh mengalami penurunan dan mendekati nol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
B. SARAN
Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Makalah ini menggunakan banyak asumsi-asumsi sehingga belum membahas bila
pada banyaknya vektor rentan mempertimbangkan adanya arus migrasi yang
membuat sistem persamaan diferensial menjadi nonhomogen. Semoga makalah
ini selanjutnya dapat dibahas lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR PUSTAKA
Anton, Howard. 2005. Elementary Linear Algebra (Edisi 9). Amerika: John Wiley
& Sons.
Boyce, William E dan Richard C. Diprima. 2012. Elemtentary Differential
Equations and Boundary Value Problems (Edisi 10). Amerika: John Wiley
& Sons.
Burden, Richard L dan Faires, J. Dougles. 2001. Numerical Analysis. New York:
Thomson Learning
Cullen, Charles G. 1993. Aljabar Linear dengan Penerapannya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
M. Artzrouni dan J.-P. Gouteux, “A compartmental model of vector-borne
diseases: application to sleeping sickness in central Africa,” Jurnal dari
Sistem Biologi 4, 459–477 (1996).
Murray, J. D. 1993. Mathematical Biology. Berlin: Springer-Verlag.
Nagle, R. Kent dan Edward B. Saff. 1986. Fundamentals of Differensial
Equation. California: The Benjamin Cummings.
Purcell, E.J., D. Varberg & Rigdon. 2004. Kalkulus. (Terjemahan oleh I.N. Susila
dkk.), Jilid 1, Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.
Rozendaal, Jan A. 1998. Vector Control: Methods for use By Individuals and
Communities. Geneva: World Health Organization.
Shier, D.R dan K.T. Wallenius. 1999. Applied Mathematical Modeling A
multidisciplinary Approach. London: Chapman & Hall/CRC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
LAMPIRAN
1. Program MATLAB Pplane8 Setup mengilustrasikan bidang fase aiVV pada
sistem persamaan (3.28) dan (3.29):
2. Program MATLAB Pplane8 Setup mengilustrasikan bidang fase siVV pada
sistem persamaan (3.30) dan (3.31):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
3. Program MATLAB Pplane8 Setup mengilustrasikan bidang fase saVV pada
sistem persamaan (3.32) dan (3.33):
4. Program MATLAB Odesolve Setup untuk mengilustrasikan penyelesaian
Dinamika Populasi Vektor pada sistem persamaan diferensial (3.19), (3.20),
dan (3.21):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
5. Program MATLAB Odesolve Setup dengan ODE 45 untuk mengilustrasikan
penyelesaian Dinamika Populasi Manusia pada sistem persamaan diferensial
(3.49) dan (3.40):
6. Program MATLAB Odesolve Setup dengan ODE 45 untuk mengilustrasikan
penyelesaiakan dinamika populasi vektor dan manusia:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI