skripsirepository.ub.ac.id/4414/1/lalu samsul ahmadi.pdf1. bagaimana merekonstruksi model matematika...
TRANSCRIPT
ANALISIS DINAMIK
MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN
GENG DI MASYARAKAT
SKRIPSI
oleh:
LALU SAMSUL AHMADI
105090406111001
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
ANALISIS DINAMIK
MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN
GENG DI MASYARAKAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Matematika
oleh:
LALU SAMSUL AHMADI
105090406111001
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ANALISIS DINAMIK
MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN
GENG DI MASYARAKAT
oleh:
LALU SAMSUL AHMADI
105090406111001
Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji
pada tanggal 9 Agustus 2017
dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Matematika
Pembimbing
Indah Yanti S.Si., M.Si.
NIP. 197911292005012002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
Ratno Bagus Edy Wibowo, S.Si., M.Si., Ph.D.
NIP. 197509082000031003
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lalu Samsul Ahmadi
NIM : 105090406111001
Jurusan : Matematika
Skripsi berjudul : Analisis Dinamik Model
Matematika Penyebaran
Geng di Masyarakat
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. isi skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya sendiri
dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang
termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka dalam skripsi
ini,
2. apabila di kemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis
terbukti hasil jiplakan, maka saya bersedia menanggung
segala resiko yang akan saya terima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.
Malang, 9 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Lalu Samsul Ahmadi
NIM. 105090406111001
vi
vii
ANALISIS DINAMIK MODEL MATEMATIKA
PENYEBARAN GENG DI MASYARAKAT
ABSTRAK
Pada skripsi ini dibahas model matematika penyebaran geng di
masyarakat. Model tersebut dikonstruksi dalam bentuk sistem
otonomus nonlinear dengan empat variabel tak bebas. Variabel
pertama menyatakan kepadatan masyarakat biasa, variabel kedua
menyatakan kepadatan masyarakat yang belum resmi menjadi anggota
geng, variabel ketiga menyatakan kepadatan anggota geng dan
variabel keempat menyatakan kepadatan anggota geng yang ditangkap
polisi dan menjalani pembinaan di penjara. Pada model ini terdapat
tiga titik kesetimbangan. Dua titik kesetimbangan merupakan titik
keseimbangan bebas anggota geng sedangkan titik kesetimbangan
ketiga menunjukkan adanya perkembangan anggota geng. Ketiga titik
kesetimbangan bersifat stabil asimtotik dengan syarat tertentu.
Selanjutnya, model penyebaran geng di masyarakat disimulasikan
secara numerik dengan menggunakan metode Runge Kutta orde 4.
Dapat ditunjukkan bahwa hasil simulasi numerik mendukung hasil
analisis
Kata kunci : kestabilan, model penyebaran geng, analisis dinamik,
titik kesetimbangan.
viii
ix
DYNAMICAL ANALYSIS OF MATHEMATICAL MODEL OF
THE SPREAD OF GANGS IN A POPULATION
ABSTRACT
This final project discusses a mathematical model of the spread of
gangs member in population. The model is constructed as a nonlinear
autonomous system with four dependent variables. The first variable
express the population density of ordinary community, the second
variable express the population density of unofficial gang member, the
third variable express the population density of official gang member
and the fourth variable express the population density gang member
in prison. The analysis result admits three equilibrium points. The first
and the second equilibrium points contains no gang member while the
third equilibrium points contains gang member. All equilibrium points
are asymtotically stable under some conditions. Moreover,
mathematical model of the spread of gang member in population is
simulated numerically by using Runge Kutta method. It is shown that
the result of numerical simulation is in accordance with the analytical
result.
Keyword : stability, gangs spread model, dynamic analysis,
equilibrium point.
x
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang maha pengasih
dan maha penyayang. Atas berkat rahmatNya penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul Model Matematika Penyebaran
Anggota Geng di Masyarakat dengan baik. Sawalat serta salam selalu
tercurahkan untuk baginda nabi Muhammad SAW, seorang insan
yang menjadi pedoman suri tauladan yang baik bagi seluruh umat
manusia.
Skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan,
bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada
1. Indah Yanti, S.Si, M.Si. selaku dosen pembimbing atas segala
bimbingan, motivasi, bantuan, serta kesabaran yang telah
diberikan selama penulisan skripsi ini.
2. Syaiful Anam, S.Si.,MT.,Ph.D. dan Dr. Wuryansari Muharini
Kusumawinahyu, M.Si. selaku dosen penguji atas segala saran
yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Ratno Bagus Edy Wibowo, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Ketua
Jurusan Matematika, Dr. Isnani Darti, S.Si., M.Si. selaku Ketua
Program Studi Matematika.
4. Seluruh dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis, serta segenap staf dan karyawan TU
Jurusan Matematika atas segala bantuannya.
5. Kedua orang tua serta seluruh keluarga besar atas doa, bantuan,
dan motivasi yang tak pernah habis diberikan,
6. Teman-teman yang masih mendukung hingga akhir pengerjaan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan anugerah dan barokah-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan dan tidak luput dari
kesalahan, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun, melalui email ke alamat
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, serta
menjadi sumber inspirasi untuk penulisan skripsi selanjutnya.
xii
Malang, 9 Agustus 2017
penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDULโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆi
LEMBAR PENGESAHANโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆ..iii
LEMBAR PERNYATAANโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆโฆ.โฆ..v
ABSTRAKโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆvii
ABSTRACTโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆโฆโฆโฆix
KATA PENGANTARโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..xi
DAFTAR ISIโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...โฆโฆxiii
DAFTAR GAMBARโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ...xv
DAFTAR TABELโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆโฆ..โฆโฆโฆโฆโฆโฆxvii
DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.. ............................................................... 3
1.3 Tujuan. ................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah. ................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Dinamik. .................................................................... 5
2.1.1 Sistem otonomus. ......................................................... 5
2.1.2 Titik kesetimbangan. .................................................... 5
2.1.3 Kestabilan titik kesetimbangan. .................................... 6
2.2 Sistem Otonomus Linear. ...................................................... 6
2.3 Sistem Otonomus Non Linear. .............................................. 7
2.4 Angka Reproduksi Dasar.. ................................................... 10
2.5 Kriteria Routh Hurwitz.. ...................................................... 10
2.6 Model Matematika Perampokan dan Tindak Kekerasan. .... 11
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Konstruksi Model. ............................................................... 13
3.1.1 Laju perubahan kepadatan populasi masyarakat
biasa.. ......................................................................... 14
3.1.2 Laju perubahan kepadatan populasi masyarakat
rentan. ........................................................................ 16
xiv
3.1.3 Laju perubahan kepadatan populasi anggota
geng............................................................................ 17
3.1.4 Laju perubahan populasi narapidana yang
direhabilitasi. ............................................................ 18
3.2 Titik Kesetimbangan. ............................................................ 20
3.3 Analisis Kestabilan. ............................................................... 24
3.3.1 Analisis kestabilan titik kesetimbangan ๐0. ................ 26
3.3.2 Analisis kestabilan titik kesetimbangan ๐1. ................ 27
3.3.3 Analisis kestabilan titik kesetimbangan ๐2. ................ 29
3.4 Simulasi Numerik. ................................................................ 33
3.4.1 Simulasi I. .................................................................... 33
3.4.2 Simulasi II. .................................................................. 35
3.4.3 Simulasi III. ................................................................. 37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan. ......................................................................... 39
4.2 Saran. ................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................... 41
LAMPIRAN. ................................................................................... 43
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Diagram kompartemen Model Matematika
Penyebaran Geng di Masyarakat. ................................. 13
Gambar 3.2 Potret fase simulasi I . .................................................. 33
Gambar 3.3 Kepadatan populasi dari waktu ke waktu simulasi I. ... 34
Gambar 3.4 Potret fase simulasi II. .................................................. 35
Gambar 3.5 Kepadatan populasi dari waktu ke waktu simulasi II. .. 36
Gambar 3.6 Potret fase simulasi III. ................................................. 37
Gambar 3.7 Kepadatan populasi dari waktu ke waktu simulasi III. . 38
xvi
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Nilai parameter ๐2. .......................................................... 24
Tabel 3.2 Nilai parameter titik kesetimbangan ๐2. .......................... 31
Tabel 3.3 Syarat eksistensi dan kestabilan titik kesetimbangan.. ..... 32
Tabel 3.4.Nilai paramteter simulasi I. .............................................. 33
Tabel 3.5.Nilai parameter simulasi II. .............................................. 35
Tabel 3.6.Nilai parameter simulasi III.. ............................................ 37
xviii
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Syarat eksistensi ๐2. ..................................................... 43
Lampiran 2 Akar-akar persamaan karakteristik. .............................. 47
Lampiran 3 Kriteria Routh Hurwitz. ................................................ 49
Lampiran 4 Listing program Runge Kutta orde 4 Matlab. ............... 59
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kriminalitas merupakan segala macam aktivitas yang ditentang
masyarakat karena melanggar hukum, sosial, dan agama serta
merugikan, baik secara psikologis maupun ekonomis (Kartono, 1999).
Tingginya tingkat kemiskinan dan minimnya lapangan pekerjaan
merupakan beberapa faktor yang meningkatkan angka tindak
kriminal. Tindak kriminal dapat terjadi secara individu maupun
berkelompok. Geng merupakan kelompok pelanggar hukum yang
melakukan tindak kekerasan dan perbuatan ilegal secara terorganisir
(Heskel dan Yablonsky,1982). Menurut Spergel (1995) ada beberapa
faktor yang menyebabkan seseorang memiliki motivasi untuk menjadi
anggota geng. Faktor pertama adalah pengaruh orang terdekat seperti
teman dan keluarga yang merupakan anggota geng. Faktor kedua
adalah lingkungan tempat tinggal yang merupakan basis
berkumpulnya para anggota geng. Faktor ketiga adalah tingkat
ekonomi yang rendah dan keadaan keluarga yang kurang baik (broken
home).
Fenomena geng sudah lama menjadi perhatian khusus di Amerika.
Menurut Klein (1995) pada tahun 1960 di Amerika terdapat 58 kota
terindikasi adanya geng. Diperkirakan terdapat 28.000 anggota geng
dari 760 geng yang berbeda. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada
tahun 1970, terjadi peningkatan penyebaran geng menjadi 101 kota
dengan 81.000 anggota dari 2700 geng yang berbeda. Pada tahun
1998, menurut survei yang dilakukan oleh National Youth Gang
Survey, di Amerika sudah terdapat 780.000 anggota geng yang
tergabung dalam 28.700 geng yang berbeda.
Penyebaran tindak kriminal tentu perlu penanganan khusus.
Penanganan kriminalitas ini dimulai dari mendata jumlah pelaku
kriminal dalam suatu populasi lalu memperkirakan laju
penyebarannya dari waktu ke waktu. Dengan bantuan model
matematika penyebaran tindak kriminal akan lebih mudah diprediksi.
Selain itu akan diperoleh gambaran yang lebih baik dalam memahami
proses penyebaran tindak kriminal dari waktu ke waktu. Pada
dasarnya penyebaran tindak kriminal memiliki pendekatan yang sama
2
dengan model epidemi. Pada model epidemi penyebaran penyakit
terjadi akibat sel terinfeksi berinteraksi dengan sel yang lain.
Sedangkan penyebaran tindak kriminal terjadi akibat interaksi sosial
antara individu satu dengan individu yang lain. Bila satu individu
memiliki kecenderungan bertindak kriminal maka individu tersebut
berpotensi mepengaruhi individu yang lain untuk melakukan tindak
kriminal juga.
Pada tahun 2001 Ormerod, dkk. mengkonstruksi model
matematika burglary (perampokan) dan tidak kekerasan. Ormerod,
dkk. membagi populasi menjadi tiga bagian. Subpopulasi pertama
adalah subpopulasi masyarakat yang memiliki peluang nol persen
untuk melakukan tindakan kriminal. Subpopulasi kedua adalah
subpopulasi yang erat kaitannya dengan tindak kriminal namun masih
belum melakukan tindak kejahatan. Subpopulasi terakhir adalah
populasi yang sudah melakukan tindak kriminal secara nyata.
Sooknanan, dkk (2013) mengembangkan model yang dikonstruksi
oleh Ormerod, dkk untuk diterapkan pada penyebaran geng yang
terjadi di masyarakat. Sooknanan, dkk. menambahkan satu
subpopulasi lagi, yaitu subpopulasi masyarakat yang dipenjara akibat
menjadi anggota geng. Subpopulasi ini memiliki peluang untuk
mendapat hukuman dalam waktu tertentu. Sekeluarnya dari penjara
anggota geng memiliki kemungkinan kembali ke masyarakat umum
atau kembali menjadi residivis. Dalam model epidemi populasi ini
termasuk dalam subpopulasi recovered.
Skripsi ini membahas kembali model matematika penyebaran
geng di masyarakat yang telah diteliti oleh Soknanan, dkk. Model
penyebaran geng ini membagi populasi menjadi empat subpopulasi.
Subpopulasi pertama adalah masyarakat biasa yang tidak pernah
melakukan tindak kejahatan. Subpopulasi kedua adalah masyarakat
yang belum resmi menjadi anggota geng. Populasi masyarakat ini
berpotensi menjadi anggota geng namun belum melakukan tindak
kriminal. Subpopulasi ketiga adalah masyarakat yang telah bergabung
secara resmi menjadi anggota geng. Subpopulasi keempat adalah
anggota geng yang ditangkap polisi dan menjalani pembinaan di
penjara. Model matematika penyebaran geng di masyarakat ini
menggunakan model SEIRS.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang
dikaji dalam skripsi ini adalah
1. bagaimana merekonstruksi model matematika penyebaran
geng di masyarakat,
2. bagaimana titik kesetimbangan model tersebut,
3. bagaimana hasil analisis kestabilan titik kesetimbangan model
tersebut,
4. dan bagaimana hasil simulasi numerik model tersebut.
1.3 Tujuan
Tujuan skripsi ini adalah
1. merekonstruksi model matematika penyebaran geng di
masyarakat,
2. menentukan titik kesetimbangan model tersebut,
3. menganalisis kestabilan titik kesetimbangan model tersebut,
4. dan menginterpretasikan hasil simulasi numerik model
tersebut.
1.4 Batasan Masalah
Jumlah populasi dalam skripsi ini tetap karena diasumsikan tidak
ada kelahiran maupun kematian dan tidak ada populasi yang
bermigrasi.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Dinamik
Sistem dinamik adalah suatu sistem yang dapat diketahui
kondisinya di masa yang akan datang jika diberikan suatu kondisi pada
masa sekarang atau di masa yang telah lalu (Nagle dkk. ,2012).
Definisi 2.1.1 (Sistem Otonomus)
Sistem persamaan yang berbentuk: ๐๐ฅ1
๐๐ก= ๐1(๐ฅ1,โฆ ,๐ฅ๐),
๐๐ฅ2
๐๐ก= ๐2(๐ฅ1,โฆ ,๐ฅ๐),
โฎ๐๐ฅ๐
๐๐ก= ๐๐(๐ฅ1,โฆ ,๐ฅ๐)
dengan ๐๐ , ๐ = 1,โฆ , ๐ , adalah fungsi kontinu yang mempunyai
turunan parsial pertama dan tidak bergantung pada variabel ๐ก secara
eksplisit disebut sistem otonomus. (Ross,1984)
Definisi 2.2.2 (Titik Kesetimbangan)
Misalkan diberikan suatu sistem otonomus ๐๐ฅ1
๐๐ก= ๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝ),
๐๐ฅ2
๐๐ก= ๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝ),
โฎ๐๐ฅ๐
๐๐ก= ๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ).
Titik ๏ฟฝโ๏ฟฝ* = (๐ฅ1*, ๐ฅ2
*, ๐ฅ3*, โฆ , ๐ฅ๐
* ) yang memenuhi ๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ) = 0,
๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ) = 0, โฆ , ๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ) = 0 disebut titik kesetimbangan sistem
(Nagle dkk., 2012).
6
Definisi 2.2.3 (Kestabilan Titik Kesetimbangan)
Titik kesetimbangan ๏ฟฝโ๏ฟฝ* disebut stabil jika untuk setiap bilangan
ํ > 0 terdapat ๐ฟ > 0 sedemikian hingga setiap penyelesaian ๏ฟฝโ๏ฟฝ(๐ก)
pada ๐ก = 0 memenuhi
|(๏ฟฝโ๏ฟฝ(0) โ ๏ฟฝโ๏ฟฝโ| < ๐ฟ berlaku
|(๏ฟฝโ๏ฟฝ(๐ก) โ ๏ฟฝโ๏ฟฝโ| < ํ
untuk setiap ๐ก โฅ 0.
Titik kesetimbangan ๏ฟฝโ๏ฟฝ* disebut stabil asimtotik jika titik tersebut
stabil dan terdapat ๐ฟ0 demikian hingga setiap penyelesaian ๏ฟฝโ๏ฟฝ(๐ก) yang
pada ๐ก = 0 memenuhi
|(๏ฟฝโ๏ฟฝ(0) โ ๏ฟฝโ๏ฟฝโ| < ๐ฟ0
berlaku untuk setiap ๐ก โฅ 0 dan memenuhi
lim๐กโโ
๏ฟฝโ๏ฟฝ(๐ก) = ๏ฟฝโ๏ฟฝโ.
(Finizio dan Ladas, 1982)
2.2 Sistem Otonomus Linear
Perhatikan sistem otonomus linear ๐๐ฅ1
๐๐ก= ๐11๐ฅ1 + ๐12๐ฅ2 + โฏ+ ๐1๐๐ฅ๐
๐๐ฅ2
๐๐ก= ๐21๐ฅ1 + ๐22๐ฅ2 + โฏ+ ๐2๐๐ฅ๐
โฎ๐๐ฅ๐
๐๐ก= ๐๐1๐ฅ1 + ๐๐2๐ฅ2 + โฏ+ ๐๐๐๐ฅ๐.
(2.1)
Sistem (2.1) dapat dinyatakan sebagai ๐๐ฅ
๐๐ก= ๐ด๏ฟฝโ๏ฟฝ dengan
๐ด = [
๐11 ๐12 โฏ ๐1๐
๐21 ๐22 โฆ ๐2๐
โฎ โฎ โฑ โฎ๐๐1 ๐๐2 โฆ ๐๐๐
] dimana |๐ด| โ 0,dan ๏ฟฝโ๏ฟฝ = [
๐ฅ1
๐ฅ2
โฎ๐ฅ๐
].
7
Penentuan tipe kestabilan titik kesetimbangan sistem, bergantung
pada nilai eigen atau akar persamaan karakteristik sistem. Persamaan
karakteristik sistem (2.1) adalah |๐ด โ ๐๐ผ| = 0.
Teorema 2.1
Misalkan ๐1, ๐2, ๐3, โฆ , ๐๐ adalah nilai eigen atau akar
karakteristik sistem (2.1) dan (๐ฅ1โ, ๐ฅ2
โ, โฆ , ๐ฅ๐โ) adalah titik
kesetimbangan. Titik kesetimbangan (๐ฅ1โ, ๐ฅ2
โ, โฆ , ๐ฅ๐โ) disebut
1. stabil asimtotik, jika semua nilai eigen memiliki bagian real yang
negatif,
2. stabil, tetapi tidak stabil asimtotik, jika semua nilai eigen
memiliki bagian real yang tak positif,
3. dan tidak stabil, jika salah satu nilai eigen memiliki bagian real
yang positif.
(Boyce dan DiPrima, 2009).
2.3 Sistem Otonomus Nonlinear
Perhatikan sistem otonomus nonlinear berikut.
๐๐ฅ1
๐๐ก= ๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝ),
๐๐ฅ2
๐๐ก= ๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝ)
โฎ๐๐ฅ๐
๐๐ก= ๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ),
,
dengan ๐1, ๐2, โฆ , ๐๐ adalah fungsi nonlinear yang mempunyai turunan
parsial yang kontinu di titik kesetimbangan ๏ฟฝโ๏ฟฝโ. Deret Taylor fungsi
๐1, ๐2, . . ., ๐๐ di sekitar ๏ฟฝโ๏ฟฝโ adalah
๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ) = ๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ) +
๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ1
(๐ฅ1 โ ๐ฅ1โ) +
๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2
(๐ฅ2 โ ๐ฅ2โ) + โฏ
+๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ
โ)
๐๐ฅ๐
(๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ) + ๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ)
(2.2)
8
dengan ๐ = 1,2,โฆ , ๐ dan ๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ) adalah suku sisa. Untuk hampiran
orde satu terhadap ๐1, ๐2, . . . , ๐๐ suku sisa memenuhi syarat
lim๐ฅโ๏ฟฝโ๏ฟฝโ
๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ)
โ๏ฟฝโโโ๏ฟฝโ= 0
dengan ๐ = 1,2,โฆ , ๐ dan ๏ฟฝโโโ๏ฟฝ = (๐ฅ1 โ ๐ฅ1โ, ๐ฅ2 โ ๐ฅ2
โ, . . ., ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ)๐ .
Dengan memanfaatkan deret Taylor fungsi ๐1, ๐2, . . . , ๐๐ di sekitar
๏ฟฝโ๏ฟฝโserta mengingat
๐๐ฅ1
๐๐ก=
๐(๐ฅ1 โ ๐ฅ1โ)
๐๐ก,๐๐ฅ2
๐๐ก=
๐(๐ฅ2 โ ๐ฅ2โ)
๐๐ก, โฆ ,
๐๐ฅ๐
๐๐ก=
๐(๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐โ)
๐๐ก,
persamaan (2.2) dapat ditulis dalam bentuk
๐
๐๐ก[
๐ฅ1 โ ๐ฅ1โ
๐ฅ2 โ ๐ฅ2โ
โฎ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐
โ
] = [
๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
โฎ๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
]
+
[ ๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝ
โ)
๐๐ฅ1
๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฏ
๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ1
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฆ
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐
โฎ โฎ โฑ โฎ๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ1
๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฆ
๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐ ]
[
๐ฅ1 โ ๐ฅ1โ
๐ฅ2 โ ๐ฅ2โ
โฎ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐
โ
]
+ [
๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝ)
๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝ)โฎ
๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ)
].
(2.3)
(2.4)
(2.4)
9
Matriks
๐ฝ =
[ ๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝ
โ)
๐๐ฅ1
๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฏ
๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ1
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฆ
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐
โฎ โฎ โฑ โฎ๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ1
๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฆ
๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐ ]
disebut matriks Jacobi atau matriks turunan parsial yang dinotasikan
sebagai ๐ฝ. Jika ๐ข1 = (๐ฅ1 โ ๐ฅ1
โ), ๐ข2 = (๐ฅ2 โ ๐ฅ2โ),โฆ , ๐ข๐ = (๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐
โ)
sehingga ๏ฟฝโโโ๏ฟฝ = (๐ข1, ๐ข2, โฆ , ๐ข๐)๐ dan ๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ) = ๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝ
โ) = โฏ =๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ) = 0, maka persamaan (2.4) dapat ditulis sebagai
[ ๐๐ข1
๐๐ก๐๐ข2
๐๐กโฎ
๐๐
๐๐ก ]
=
[ ๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝ
โ)
๐๐ฅ1
๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฏ
๐๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ1
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฆ
๐๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐
โฎ โฎ โฑ โฎ๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ1
๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ2โฆ
๐๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝโ)
๐๐ฅ๐ ]
[
๐ข1
๐ข2
โฎ๐ข๐
] + [
๐1(๏ฟฝโ๏ฟฝ)
๐2(๏ฟฝโ๏ฟฝ)โฎ
๐๐(๏ฟฝโ๏ฟฝ)
]
atau
๐๏ฟฝโโโ๏ฟฝ
๐๐ก= ๐ฝ๏ฟฝโโโ๏ฟฝ + ๏ฟฝโโโ๏ฟฝ.
Berdasarkan persamaan (2.3) bila ๏ฟฝโโโ๏ฟฝ โ 0โโ maka ๏ฟฝโโโ๏ฟฝ โ 0โโ, sehingga
๏ฟฝโโโ๏ฟฝ dapat diabaikan dan sekitar ๏ฟฝโ๏ฟฝโ sistem nonlinear (2.2) dapat
dihampiri oleh sistem linear
๐๏ฟฝโโโ๏ฟฝ
๐๐ก= ๐ฝ๏ฟฝโโโ๏ฟฝ.
Jika ๐ฅ1 = ๐ฅ1โ, ๐ฅ2 = ๐ฅ2
โ, โฆ ๐ฅ๐ = ๐ฅ๐โ , maka ๏ฟฝโโ๏ฟฝ = 0โโ sehingga sistem
linear (2.5) memiliki titik kesetimbangan ๐ฅ1โ = 0โโ (Boyce dan
DiPrima, 2009).
(2.5)
10
Teorema 2.2 Pandang sistem otonomus nonlinear (2.2). Kestabilan titik
kesetimbangan sistem disebut
a. stabil asimtotik, jika titik kesetimbangan sistem hasil linearisasi
stabil asimtotik,
b. tidak stabil, jika titik kesetimbangan sistem hasil linearisasi tidak
stabil,
c. tidak dapat ditentukan, jika terdapat nilai eigen dari matriks ๐ฝ
yang bernilai nol.
(Robinson, 2004).
Teorema 2.2 menyatakan bahwa kestabilan titik kesetimbangan
sistem otonomus nonlinear (2.2) bergantung pada kestabilan titik
kesetimbangan sistem hasil linearisasi. Hal ini mengakibatkan hasil
analisis kestabilan titik kesetimbangan sistem bersifat lokal, yaitu
hanya berlaku di sekitar titik kesetimbangan.
2.4 Angka Reproduksi Dasar
Angka reproduksi dasar didefinisikan sebagai angka rata-rata
banyaknya individu yang terinfeksi yang disebabkan oleh satu
individu yang sebelumnya telah terinfeksi. Angka reproduksi dasar
merupakan angka yang menjadi ukuran untuk mengetahui apakah
dalam suatu populasi terjadi penyebaran penyakit atau tidak. Oleh
karena itu kestabilan titik kesetimbangan dapat dianalisis
menggunakan angka reproduksi dasar (Shim, 2004)
2.5 Kriteria Routh Hurwitz
Kestabilan titik kesetimbangan bergantung pada akar persamaan
karakteristik atau nilai eigen. Titik kesetimbangan dikatakan stabil
asimtotik jika setiap nilai eigen bernilai rill dan negatif. Apabila suatu
sistem memiliki persamaan karakteristik dengan
๐(๐) = ๐๐ + ๐1๐๐โ1 + โฏ+ ๐๐ = 0, (2.6)
maka kestabilan titik kesetimbangan dapat ditentukan menggunakan
kriteria Routh Hurwitz. Melalui kriteria Routh Hurwitz, kestabilan
11
titik kesetimbangan dapat ditentukan tanpa menentukan nilai eigen
terlebih dahulu.
Teorema 2.3
Akar akar persamaan (2.6) memiliki bagian riil negatif jika dan
hanya jika
๐1 > 0 , ๐ท1 = |๐1| > 0 , ๐ท2 = |๐1 ๐3
1 ๐2| > 0
๐ท3 = |
๐1 ๐3 ๐5
1 ๐2 ๐4
0 ๐1 ๐3
| > 0,โฆ , ๐ท๐ = |
๐1 ๐3 ๐5 โฆ 0
1โฎ
๐2
โฎ๐4 โฆ 0
โฎ โฎ โฎ0 0 0 โฆ ๐๐
| > 0
dengan ๐ = 1,2, โฆ , ๐.
(Murray, 2002)
2.6 Model Matematika Perampokan dan Tindak Kekerasan.
Penelitian tentang model penyebaran geng sebelumnya belum
pernah dilakukan namun penelitian tentang model penyebaran tindak
kriminal sebelumnya pernah diteliti oleh Ormerod, dkk.
Ormerod, dkk meneliti model matemetika bulglary (perampokan)
dan tindak kekerasan. Model ini membagi populasi menjadi tiga
bagian. Populasi pertama merupakan masyarakat awam. Populasi
kedua merupakan masyarakat yang rentan melakukan tindak kriminal
dan populasi ketiga merupakan masyarakat yang aktif melakukan
tindak kriminal.
๐๐
๐๐ก= โ๐๐ + ๐๐ + ๐ฝ๐๐ถ
๐๐
๐๐ก= ๐๐ โ ๐๐ โ ๐๐ โ ๐ ๐๐ถ
๐๐ถ
๐๐ก= ๐๐ + ๐ ๐๐ถ โ ๐ฝ๐๐ถ.
Berikut keterangan dari model matematika perampokan dan
tindak kekerasan
12
๐ : Populasi masyarakat awam
๐ : Populasi masyarakat yang rentan melakukan tindakan
kriminal
๐ถ : Populasi masyarakat yang aktif melakukan tindakan
kriminal
๐ : Laju perpindahan masyarakat yang rentan melakukan
tindakan kriminal menjadi masyarakat awam
๐ : Laju perpindahan masyarakat awam menjadi masyarakat
yang rentan melakukan tindakan kriminal
๐ : Laju perpindahan masyarakat rentan menjadi pelaku
kriminal akibat interaksi sosial
๐ : Laju perpindahan masyarakat rentan menjadi pelaku
kriminal akibat desakan ekonomi
๐ฝ : Laju perpindahan pelaku kriminal kembali menjadi
masyarakat awam akibat desakan masyarakat.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konstruksi Model
Model matematika penyebaran geng di masyarakat merupakan
model SEIRS. Dalam mengkonstruksi model ini populasi manusia (๐)
dibagi menjadi empat subpopulasi. Subpopulasi pertama adalah
masyarakat awam yang tidak tinggal dalam lingkungan geng dan tidak
pernah melakukan tindak kejahatan (๐). Subpopulasi kedua adalah
masyarakat yang berpotensi menjadi anggota geng namun belum
menjadi anggota resmi dan belum pernah melakukan tindakan
kejahatan (๐ธ). Subpopulasi ketiga adalah masyarakat yang telah resmi
menjadi anggota geng (๐บ). Subpopulasi keempat adalah masyarakat
yang ditangkap polisi dan direhabilitasi karena menjadi anggota geng
(๐ ).
Arus perpindahan populasi masyarakat disajikan pada Gambar
(3.1)
Gambar 3.1 Diagram kompartemen model matematika penyebaran
geng di masyarakat
๐
๐ธ
๐
๐บ
๐ฝ1 ๐ผ
๐ฝ2
ฮฆ (1 โ ๐)๐
๐๐
14
Berikut keterangan dari Gambar 3.1
N : Populasi masyarakat biasa yang tidak melakukan
tindak kriminal.
E : Populasi masyarakat yang belum resmi menjadi
anggota geng dan rentan menjadi anggota geng
G : Populasi masyarakat yang sudah resmi menjadi
anggota geng.
R : Populasi masyarakat yang direhabilitasi akibat
menjadi anggota geng (Narapidana).
๐ฝ1 : Laju perpindahan populasi masyarakat biasa menjadi
anggota geng yang belum resmi.
๐ผ : Laju perpindahan populasi masyarakat yang belum
resmi menjadi anggota geng kembali menjadi
masyarakat biasa
๐ฝ2 : Laju perpindahan populasi masyarakat yang belum
resmi menjadi anggota geng yang resmi.
ฮฆ : Laju perpindahan populasi masyarakat yang telah
resmi menjadi anggota geng menjadi narapidana
๐ : Laju perpindahan populasi masyarakat yang telah
direhabilitasi kembali menjadi masyarakat biasa.
(1 โ ๐) : Laju perpindahan populasi masyakarat yang gagal
direhabilitasi dan kembali menjadi anggota geng.
๐ : Rata-rata masa rehabilitasi
Dalam model ini diasumsikan bahwa ๐ (total populasi manusia)
bersifat tetap atau tidak ada peningkatan jumlah populasi.
3.1.1 Laju perubahan populasi masyarakat biasa (๐ต)
Laju perubahan populasi masyarakat biasa (๐) sebagai berikut.
1. Populasi masyarakat biasa (๐) dapat berpindah menjadi anggota
geng yang belum resmi (๐ธ) karena ada interaksi langsung antar
keduanya. Perpindahan tersebut juga bisa terjadi karena interaksi
masyarakat biasa dan anggota geng yang resmi (๐บ). Misalkan ๐ฝ1
adalah laju penularan akibat interaksi tersebut, maka laju
15
berkurangnya populasi masyarakat biasa (๐) dapat dinyatakan
sebagai berikut
๐๐
๐๐ก= โ๐ฝ1(๐ธ + ๐บ)
๐
๐.
2. Selain bersifat negatif, interaksi masyarakat biasa (๐) dengan
anggota geng yang belum resmi (๐ธ) juga dapat mempengaruhi
anggota geng yang belum resmi (๐ธ) menjadi masyarakat biasa
(๐) . Jika laju perpindahan dinotasikan dengan ๐ผ maka laju
perpindahan populasi dari ๐ธ menuju ๐ dapat dinyatakan sebagai
berikut
๐๐
๐๐ก= ๐ผ๐ธ.
3. Peningkatan jumlah populasi masyarakat biasa (๐) bisa terjadi
bila narapidana (๐ ) sukses menjalani masa rehabilitasinya. Jika ๐
merupakan rata-rata masa rehabilitasi dan (1 โ ๐) menunjukkan
proporsi narapidana yang kembali menjadi anggota geng, maka ๐
menunjukkan narapidana yang berhasil direhabilitasi. Laju
perpindahan narapidana (๐ ) menjadi masyarakat biasa (๐)
dinyatakan sebagai berikut
๐๐
๐๐ก= ๐๐๐ .
Jadi, laju perubahan populasi masyarakat biasa (๐) pada waktu ๐ก
dinyatakan sebagai berikut.
๐๐
๐๐ก= โ๐ฝ1(๐ธ + ๐บ)
๐
๐+ ๐ผ๐ธ + ๐๐๐ .
16
3.1.2 Laju perubahan populasi mayarakat yang belum resmi
menjadi anggotang geng (๐ฌ)
Laju perubahan populasi masyarakat yang belum resmi menjadi
anggota geng (๐ธ) adalah sebagai berikut
1. Populasi anggota geng yang belum resmi (๐ธ) dapat bertambah
dikarenakan perpindahan populasi masyarakat biasa (๐) .
Perpindahan ini dikarenakan adanya interaksi antar masyarakat
biasa (๐) dengan anggota geng belum resmi (๐ธ) dan anggota
geng resmi (๐บ). Masyarakat biasa tidak bisa langsung menjadi
anggota geng resmi namun harus menjadi anggota geng yang
belum resmi terlebih dahulu. Berdasarkan persamaan sebelumnya,
laju perpindahan dimisalkan ๐ฝ1 sehingga dapat dinyatakan
sebagai berikut
๐๐ธ
๐๐ก= ๐ฝ1(๐ธ + ๐บ)
๐
๐.
2. Anggota geng yang belum resmi dapat berkurang bila anggota
geng resmi melakukan rekruitmen. Selain itu berkurangnya
anggota geng belum resmi bisa terjadi bila anggota geng belum
resmi ini memilih kembali menjadi masyarakat biasa. Misalkan
๐ฝ2 adalah laju perpindahan anggota geng yang belum resmi
menjadi anggota geng yang resmi karena perekrutan dan ๐ผ adalah
laju kembalinya anggota gang yang belum resmi menjadi
masyarakat biasa, maka laju berkurangnya populasi anggota geng
yang belum resmi dinyatakan sebagai berikut
๐๐ธ
๐๐ก= โ๐ฝ2
๐ธ๐บ
๐โ ๐ผ๐ธ.
Jadi, laju perubahan populasi masyarakat yang belum resmi
menjadi anggota geng dalam waktu t dinyatakan sebagai berikut
๐๐ธ
๐๐ก= ๐ฝ1(๐ธ + ๐บ)
๐
๐โ ๐ฝ2
๐ธ๐บ
๐โ ๐ผ๐ธ.
17
3.1.3 Laju perubahan populasi anggota geng (๐ฎ)
Laju perubahan populasi anggota geng (๐บ) adalah sebagai
berikut.
1. Berdasarkan persamaan sebelumnya, penambahan jumlah
anggota geng terjadi akibat proses rekruitmen. Diketahui ๐ฝ2
adalah laju proses rekruitmen maka bertambahnya jumlah anggota
geng dapat dinyatakan sebagai berikut.
๐๐บ
๐๐ก= ๐ฝ2
๐ธ๐บ
๐.
2. Anggota geng cenderung melakukan tindakan melanggar hukum
sehingga anggota geng dapat ditangkap lalu direhabilitasi di
dalam penjara. Misalkan ฮฆ adalah laju penangkapan anggota
geng maka laju berkurangnnya anggota geng dapat dinayatakan
sebagai berikut ๐๐บ
๐๐ก= โฮฆG.
3. Narapidana yang menjalani proses rehabilitasi tidak semuanya
kembali menjadi masyarakat biasa namun ada juga yang kembali
menjadi anggota geng. Diketahui (1 โ ๐) adalah laju kembalinya
narapidana menjadi anggota geng dan ๐ merupakan rata-rata masa
tahanan, maka laju bertambahnya anggota geng dapat dinyatakan
sebagai berikut.
๐๐บ
๐๐ก= (1 โ ๐)๐๐ .
Jadi, laju perpindahan populasi anggota geng pada waktu t dapat
dinyatakan sebagai berikut.
๐๐บ
๐๐ก= ๐ฝ2
๐ธ๐บ
๐โ ฮฆG + (1 โ ๐)๐๐ .
18
3.1.4 Laju perubahan populasi narapida yang direhabilitasi (๐น)
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, perubahan populasi
narapidana bergantung pada jumlah anggota geng yang ditangkap dan
jumlah narapidana yang bebas setelah masa rehabilitasinya selesai.
Misalkan ฮฆ menunjukkan laju penangkapan anggota geng, ๐ adalah
laju narapidana yang berhasil direhabilitasi dan ๐ adalah rata-rata
masa tahanan, maka laju perubahan populasi narapida sebagai berikut.
๐๐
๐๐ก= ฮฆ๐บ โ (1 โ ๐)๐๐ โ ๐๐๐
disederhanakan menjadi
๐๐
๐๐ก= ฮฆ๐บ โ ๐๐ .
Secara matematis model metematika penyebaran anggota geng di
masyarakat adalah
๐๐
๐๐ก= โ๐ฝ1(๐ธ + ๐บ)
๐
๐+ ๐ผ๐ธ + ๐๐๐
๐๐ธ
๐๐ก= ๐ฝ1(๐ธ + ๐บ)
๐
๐โ ๐ฝ2
๐ธ๐บ
๐โ ๐ผ๐ธ
๐๐บ
๐๐ก= ๐ฝ2
๐ธ๐บ
๐โ ฮฆG + (1 โ ๐)๐๐
๐๐
๐๐ก= ฮฆ๐บ โ ๐๐
๐ + ๐ธ + ๐บ + ๐ = ๐
dengan ๐(0) โฅ 0 , ๐ธ(0) โฅ 0 , ๐บ(0) โฅ 0 , ๐ (0) โฅ 0 .
Total populasi (๐) pada pada kasus ini adalah tetap sebab ๐๐
๐๐ก= 0,
sehingga dapat diskalakan dengan membandingkan setiap subpopulasi
(3.1)
19
dalam model dengan total populasi (๐) sehingga dapat dinyatakan
sebagai berikut
๐ =๐
๐ , ๐ =
๐ธ
๐, ๐ =
๐บ
๐, ๐ =
๐
๐ .
Subtitusikan persamaan persamaan (3.2) ke sistem persamaan
(3.1) hingga diperoleh
๐(๐๐)
๐๐ก= โ๐ฝ1(๐๐ + ๐๐)
๐๐
๐+ ๐ผ๐๐ + ๐๐๐๐
๐(๐๐)
๐๐ก= ๐ฝ1(๐๐ + ๐๐)
๐๐
๐โ ๐ฝ2
๐๐๐๐
๐โ ๐ผ๐๐
๐(๐๐)
๐๐ก= ๐ฝ2
๐๐๐๐
๐+ (1 โ ๐)๐๐๐ โ ฮฆ๐๐
๐(๐๐)
๐๐ก= ฮฆ๐๐ โ ๐๐๐.
Sederhanakan sistem persamaan di atas menjadi sebagai berikut.
๐๐
๐๐ก= โ๐ฝ1๐(๐ + ๐) + ๐ผ๐ + ๐๐๐
๐๐
๐๐ก= ๐ฝ1๐(๐ + ๐) โ ๐ฝ2๐๐ โ ๐ผ๐
๐๐
๐๐ก= ๐ฝ2๐๐ + (1 โ ๐)๐๐ โ ฮฆ๐
๐(๐)
๐๐ก= ฮฆ๐ โ ๐๐
dengan
๐ + ๐ + ๐ + ๐ = 1.
(3.2)
(3.3)
(3.4)
20
3.2 Titik Kesetimbangan
Pada subbab ini akan ditentukan titik kesetimbangan sistem.
Menurut definisi 2.3.3 titik kesetimbangan sistem diperoleh jika
๐๐
๐๐ก=
๐๐
๐๐ก=
๐๐
๐๐ก=
๐๐
๐๐ก= 0,
yaitu
โ๐ฝ1๐(๐ + ๐) + ๐ผ๐ + ๐๐๐ = 0 (3.5a)
๐ฝ1๐(๐ + ๐) โ ๐ฝ2๐๐ โ ๐ผ๐ = 0 (3.5b)
๐ฝ2๐๐ + (1 โ ๐)๐๐ โ ฮฆ๐ = 0 (3.5c)
ฮฆ๐ โ ๐๐ = 0. (3.5d)
Dari persamaan (3.5d) diperoleh
๐ =ฮฆ๐
๐.
Dengan mensubstitusikan nilai ๐ ke persamaan (3.5c) diperoleh
๐ฝ2๐๐ โ ๐ฮฆ๐ = 0 โ (๐ฝ2๐ โ ๐ฮฆ)๐ = 0
sehingga didapatkan nilai ๐ dan ๐ sebagai berikut
๐ = 0 , atau (3.6a)
๐ =๐ฮฆ
๐ฝ2.
(3.6b)
Untuk nilai ๐ sama dengan nol maka nilai ๐ juga sama dengan
nol. Substitusikan persamaan (3.6a) ke persamaan (3.5b) sehingga
diperoleh
๐ฝ1๐๐ โ ๐ผ๐ = 0 โบ (๐ฝ1๐ โ ๐ผ)๐ = 0,
maka didapatkan nilai ๐ dan ๐ sebagai berikut
21
๐ = 0, atau
(3.7a)
๐ =๐ผ
๐ฝ1. (3.7b)
Untuk mendapat nilai ๐ maka substitusikan nilai ๐ = 0, ๐ = 0
dan ๐ = 0 ke dalam persamaan ๐ + ๐ + ๐ + ๐ = 1 sehingga
didapatkan nilai ๐ = 1. Dari penjabaran di atas diperoleh nilai titik
tetap pertama yaitu ๐0 = (1,0,0,0).
Titik kesetimbangan ๐0 disebut titik kesetimbangan bebas geng.
Kondisi titik kesetimbangan ini menunjukkan jumlah populasi
anggota geng resmi (๐บ) maupun tidak resmi (๐ธ) berjumlah nol. Tidak
adanya populasi geng mengakibatkan populasi narapida juga
berjumlah nol pada kondisi setimbang. Titik kesetimbangan ini selalu
eksis.
Untuk mencari titik tetap berikutnya, substitusikan persamaan
(3.6a) dan (3.7b) dan ๐ = 0 ke dalam persamaan ๐ + ๐ + ๐ + ๐ = 1
sehingga diperoleh
๐ =๐ฝ1 โ ๐ผ
๐ฝ1.
Dari penjabaran di atas diperoleh nilai titik tetap kedua yaitu
๐1 = (๐ผ
๐ฝ1,
๐ฝ1โ๐ผ
๐ฝ1, 0,0).
Titik kesetimbangan ๐1 disebut juga titik kesetimbangan bebas
geng. Berbeda dari ๐0, pada titik kesetimbangan ๐1 terdapat populasi
anggota geng yang belum resmi (๐ธ) namun tidak menunjukkan
adanya anggota geng yang resmi (๐บ) . Titik kesetimbangan
๐1 dikatakan eksis jika setiap variabel bernilai positif, yaitu ๐ผ
๐ฝ1โฅ 0
dan ๐ฝ1โ๐ผ
๐ฝ1โฅ 0. Dikarenakan setiap parameter bernilai positif, maka
jelas bahwa ๐ผ
๐ฝ1โฅ 0 . Sementara itu
๐ฝ1โ๐ผ
๐ฝ1โฅ 0 โบ ๐ฝ1 > ๐ผ . Dengan
kata lain, titik kesetimbangan ๐1 eksis jika ๐ฝ1 > ๐ผ.
(3.8)
22
Selanjutnya untuk mencari titik tetap berikutnya substitusikan
persamaan (3.6b) dan persamaan (3.5d) ke dalam persamaan (3.4b)
sehingga diperoleh
๐ = 1 โ๐ฮฆ
๐ฝ2โ ๐ (1 +
ฮฆ
๐).
Untuk mencari nilai ๐ substitusikan persamaan (3.8),(3.9) dan
๐ =ฮฆ๐
๐ ke dalam persamaan (3.5a) sehingga diperoleh
โ๐ฝ1 (1 โ๐ฮฆ
๐ฝ2โ ๐ (1 +
ฮฆ
๐)) (
๐ฮฆ
๐ฝ2+ ๐) + ๐ผ
๐ฮฆ
๐ฝ2+ ๐๐
ฮฆ๐
๐= 0.
Jika persamaan di atas diubah kedalam bentuk persamaan kuadrat
maka diperoleh bentuk sebagai berikut
๐2๐ + ๐๐ + ๐ = 0
dengan
Jadi, titik tetap ketiga adalah
๐2 = (1 โ๐ฮฆ
๐ฝ2โ ๐ (1 +
ฮฆ
๐) ,
๐ฮฆ
๐ฝ2, ๐โ,
ฮฆ๐โ
๐),
dengan ๐1,2โ =
โ๐ยฑโ๐2โ4๐๐
2๐.
๐ = ๐ฝ1 (1 +ฮฆ
๐) > 0
๐ =2๐ฝ1๐ฮฆ
๐ฝ2+
๐ฝ1๐ฮฆ2
๐ฝ2๐โ ๐ฝ1 + ๐ฮฆ
๐ =๐ฝ1๐2ฮฆ2
๐ฝ22
โ๐ฮฆ
๐ฝ2
(๐ฝ1 โ ๐ผ).
(3.9)
23
Titik kesetimbangan ๐2 disebut juga titik kesetimbangan geng.
Kondisi ini ini menunjukkan bahwa pada kondisi setimbang populasi
geng selalu ada. Titik kesetimbangan ๐2 dikatakan eksis jika setiap
variabel bernilai positif. Nilai ๐โ1 dan ๐โ
2 bernilai positif jika
memenuhi ๐โ1 + ๐โ
2 =โ๐
๐โฅ 0 , ๐โ
1. ๐โ2 =
๐
๐โฅ 0 , dan ๐2 โ
4๐๐ โฅ 0. Agar kondisi di atas terpenuhi maka
๐ =2๐ฝ1๐ฮฆ
๐ฝ2+
๐ฝ1๐ฮฆ2
๐ฝ2๐โ ๐ฝ1 + ๐ฮฆ < 0,
๐ =๐ฝ1๐2ฮฆ2
๐ฝ22
โ๐ฮฆ
๐ฝ2
(๐ฝ1 โ ๐ผ) > 0
dan
๐2 โ 4๐๐ = (2๐ฝ1๐ฮฆ
๐ฝ2+
๐ฝ1๐ฮฆ2
๐ฝ2๐โ ๐ฝ1 + ๐ฮฆ)
2
โ 4๐ฝ1 (1 +ฮฆ
๐) (
๐ฝ1๐2ฮฆ2
๐ฝ22
โ๐ฮฆ
๐ฝ2
(๐ฝ1 โ ๐ผ)) > 0.
Dengan kata lain titik kesetimbangan ๐2 eksis jika
๐ฝ1 >2๐ฝ1๐ฮฆ
๐ฝ2+
๐ฝ1๐ฮฆ2
๐ฝ2๐+ ๐ฮฆ,
๐ฝ1๐2ฮฆ2
๐ฝ22
>๐ฮฆ
๐ฝ2
(๐ฝ1 โ ๐ผ)
dan
ฮฆ > ๐.
Cara memperoleh syarat eksistensi di atas disajikan secara rinci
pada lampiran 1.
24
Sebagai ilustrasi, nilai parameter yang memenuhi syarat eksistensi
๐2 disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Nilai paramater
๐ผ ๐ฝ1 ๐ฝ2 ฮฆ ๐ ๐
0.8 0.4 0.1 0.167 0.112 0.012
Dengan menggunakan nilai parameter pada Tabel 3.1 diperoleh
koefisien persamaan kuadrat dari ๐โ sebagai berikut
0.996๐โ2 โ 0.37 ๐โ โ 0.0081 = 0,
selanjutnya nilai ๐โ adalah
๐โ1,2
โ0.37 ยฑ โโ0.372 โ 4 (0.996)(0.0081)
2 (0.996),
yaitu ๐1โ = 0.34 dan ๐2
โ = 0.023.
3.3 Analisis kestabilan titik kesetimbangan
Sistem persamaan (3.4) adalah sistem persamaan nonlinear. Oleh
sebab itu kestabilan titik kesetimbangan model dapat diketahui
dengan melakukan linearisasi sistem persamaan (3.4). Untuk
memudahkan perhitungan kita reduksi sistem (3.4) dengan
mengeliminasi variabel ๐ . Diketahui ๐ = 1 โ ๐ โ ๐ โ ๐ sehingga
persamaan (3.4) menjadi,
๐๐
๐๐ก= โ๐ฝ1๐(๐ + ๐) + ๐ผ๐ + ๐๐(1 โ ๐ โ ๐ โ ๐)
๐๐
๐๐ก= ๐ฝ1๐(๐ + ๐) โ ๐ฝ2๐๐ โ ๐ผ๐
๐๐
๐๐ก= ๐ฝ2๐๐ + (1 โ ๐)๐(1 โ ๐ โ ๐ โ ๐) โ ฮฆ๐.
(3.4a)
25
Selanjutnya sistem persamaan di atas dilinearisasi dengan
menggunakan deret Taylor. Matriks Jacobi sistem persamaan (3.41)
adalah
๐ฝ = (
โ๐ต โ ๐๐ โ๐บ + ๐ผ โ๐บ๐ต ๐ฝ1๐ + ๐ฝ2๐ โ ๐ผ ๐ฝ1๐ + ๐ฝ2๐
โ๐น ๐ฝ2๐ โ ๐น ๐ฝ2๐ โ ๐น โ ฮฆ),
dengan ๐ต = ๐ฝ1(๐ + ๐); ๐น = (1 โ ๐)๐; ๐บ = (๐ฝ1๐ + ๐๐). Persamaan
karakteristik sistem diperoleh dari
|
๐ + ๐ต + ๐๐ ๐บ โ ๐ผ ๐บโ๐ต โ๐ฝ1๐ + ๐ฝ2๐ + ๐ผ + ๐ โ๐ฝ1๐ + ๐ฝ2๐๐น โ๐ฝ2๐ + ๐น โ๐ฝ2๐ + ๐น + ฮฆ + ฮป
| = 0,
yaitu
๐3 + ๐1๐2 + ๐2๐ + ๐3 = 0, dengan
๐1 = ๐ต + ๐น + ฮฆ + ๐ผ + ๐๐ + ๐ฝ2๐ โ ๐ฝ1๐ โ ๐ฝ2๐
๐2 = ๐ต(๐บ โ ๐ผ) + ๐1๐2 + (๐ต + ๐๐)๐3 โ ๐น๐บ + ๐4
๐3 = ๐5๐1 โ ๐6๐2 โ (๐น โ ๐ฝ2๐)๐7 + ๐น๐8
dan
๐1 = ๐น + ฮฆ โ ๐ฝ2๐
๐2 = ๐ต + ๐ผ + ๐๐ + ๐ฝ2๐ โ ๐ฝ1๐ ๐3 = ๐ผ + ๐ฝ2๐ โ ๐ฝ1๐
๐4 = (๐น โ ๐ฝ2๐)(๐ฝ1๐ โ ๐ฝ2๐)
๐5 = (๐ต(๐บ โ ๐ผ) + (๐ต + ๐๐)(๐ผ + ๐ฝ2๐ โ ๐ฝ1๐)
๐6 = (๐น๐บ โ (๐น โ ๐ฝ2๐)(๐ฝ1๐ โ ๐ฝ2๐)
๐7 = ((๐ฝ1๐ โ ๐ฝ2๐)(๐ผ + ๐ฝ2๐ โ ๐ฝ1๐) + ๐ต๐บ)
๐8 = (๐บ(๐ต + ๐๐) โ (๐ฝ1๐ โ ๐ฝ2๐)(๐บ โ ๐ผ).
Cara memperoleh pesamaan karakteristik disajikan secara rinci
pada Lampiran 2.
26
3.3.1 Analisis kestabilan titik kesetimbangan ๐ธ๐
Kestabilan ๐0 dapat ditentukan dengan menggunakan Teorema
2.3. Langkah pertama, substitusikan ๐0 ke dalam persamaan
karakteristik berikut
๐3 + ๐1๐2 + ๐2๐ + ๐3 = 0.
Berdasarkan kriteria Routh Hurwitz, akar-akar persamaan
karakteristik di atas memiliki bagian real yang negatif jika
๐1 > 0 , ๐3 > 0 , |๐1 ๐3
1 ๐2| > 0.
Oleh sebab itu, titik kesetimbangan ๐0 akan stabil asimtotik jika
๐1 > 0 , ๐3 > 0 dan ๐1๐2 โ ๐3 > 0 . Selanjutnya akan ditentukan
apakah ๐0 memenuhi syarat kestabilan dari kriteria Routh Hurwitz.
Berdasarkan Lampiran 3 diketahui nilai ๐1, ๐2, ๐3 dan ๐1๐2 โ ๐3
sebagai berikut
๐1 = ๐ + ฮฆ + ๐ผ โ ๐ฝ1
๐2 = ๐(๐ผ โ ๐ฝ1) + ฮฆ(๐ผ โ ๐ฝ1 + ๐๐)
๐3 = ๐๐ฮฆ(๐ผ โ ๐ฝ1)
๐1๐2 โ ๐3 = (๐2 + 2ฮฆ๐ + ฮฆ2)(๐ผ โ ๐ฝ1) + (๐ + ฮฆ)(๐ผ โ ๐ฝ1)2
+ ฮฆ๐๐2 + ฮฆ2๐๐.
Syarat 1 (๐๐ > ๐)
Diketahui semua parameter bernilai positif. ๐ + ฮฆ + ๐ผ โ ๐ฝ1 akan
bernilai positif jika ๐ผ > ๐ฝ1. Oleh karena itu syarat ๐1 > 0 terpenuhi
jika nilai ๐ผ > ๐ฝ1.
Syarat 2 (๐๐ > ๐)
Diketahui semua parameter bernilai positif. ๐๐ฮฆ(๐ผ โ ๐ฝ1) akan
bernilai positif jika ๐ผ > ๐ฝ1. Oleh karena itu syarat ๐3 > 0 terpenuhi
jika nilai ๐ผ > ๐ฝ1.
27
Syarat 3 (๐๐๐๐ โ ๐๐ > ๐)
Diketahui semua parameter bernilai positif. (๐2 + 2ฮฆ๐ +ฮฆ2)(๐ผ โ ๐ฝ1) + (๐ + ฮฆ)(๐ผ โ ๐ฝ1)2 + ฮฆ๐๐2 + ฮฆ2๐๐ > 0 akan
bernilai positif jika ๐ผ > ๐ฝ1 . Oleh karena itu syarat ๐1๐2 โ ๐3 > 0
terpenuhi jika nilai ๐ผ > ๐ฝ1.
Penentuan kestabilan menggunakan kriteria Routh Hurwitz,
menunjukkan titik kesetimbangan ๐0 bersifat stabil asimtotik karena
telah memenuhi Teorema 2.3.
3.3.2 Analisis kestabilan titik kesetimbangan ๐ธ๐
Titik kesetimbangan ๐1 adalah kondisi saat suatu populasi
terdapat masyarakat yang memiliki potensi untuk menjadi anggota
geng namun dalam prosesnya tidak ada masyarakat yang berubah
menjadi anggota geng. Kestabilan ๐1 dapat ditentukan dengan
mengunakan Teorema 2.3 dengan cara mensubstitusikan ๐1 ke dalam
persamaan karakteristik berikut
๐3 + ๐1๐2 + ๐2๐ + ๐3 = 0.
Berdasarkan kriteria Routh Hurwitz, akar persamaan karakteristik
di atas memiliki bagian real yang negatif jika
๐1 > 0 , ๐3 > 0 , |๐1 ๐3
1 ๐2| > 0.
Oleh sebab itu, titik kesetimbangan ๐1 akan stabil asimtotik jika
๐1 > 0 , ๐3 > 0 dan ๐1๐2 โ ๐3 > 0 . Selanjutnya akan ditentukan
apakah ๐1 memenuhi syarat kestabilan dari kriteria Routh Hurwitz.
Berdasarkan Lampiran 3 diketahui nilai ๐1, ๐2, ๐3 dan ๐1๐2 โ ๐3
sebagai berikut
28
๐1 = ๐ฝ1 โ ๐ผ + ๐ + ฮฆ โ ๐ฝ2(1 โ๐ผ
๐ฝ1)
๐2 =๐ฝ2๐๐ผ
๐ฝ1+ ๐ฝ1๐ โ ๐๐ผ + ๐๐ฮฆ โ ๐ผฮฆ โ ๐ฝ2๐ + ฮฆ๐ฝ1 โ ๐ฝ1๐ฝ2 โ 2๐ฝ2๐ผ
+๐ฝ2๐ผ2
๐ฝ1
๐3 = ๐(๐ฝ1 โ ๐ผ) (๐ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1))
๐1๐2 โ ๐3 = (๐ + ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1)) (๐ (๐ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ
๐ผ
๐ฝ1))
+ (๐ฝ1 โ ๐ผ)2) + (๐ + ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1)) (๐ฝ1 โ ๐ผ)
+ 2๐ฝ2๐ผฮฆ.
Syarat 1 (๐๐ > ๐)
Diketahui syarat eksistensi titik tetap ๐1 adalah ๐ฝ1 > ๐ผ dan
semua parameter bernilai positif. Akan dibuktikan ๐(๐ฝ1 โ ๐ผ) (๐ฮฆ โ
๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1)) > 0 agar syarat ๐3 > 0 terpenuhi. Dari penjabaran di
atas maka terbukti bahwa ๐(๐ฝ1 โ ๐ผ) > 0 sedangkan agar (๐ฮฆ โ
๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1)) > 0 maka nilai ๐ฮฆ > ๐ฝ2 (1 โ
๐ผ
๐ฝ1) . Dengan kata lain
syarat ๐3 > 0 terpenuhi jika ๐ฮฆ > ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1).
29
Syarat 2 (๐๐ > ๐)
Akan dibuktian ๐ฝ1 โ ๐ผ + ๐ + ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1) > 0 agar syarat
๐1 > 0 terpenuhi. Diketahui eksistensi titik tetap ๐2 adalah ๐ฝ1 > ๐ผ
maka ๐ฝ1 โ ๐ผ bernilai positif. Selanjutnya akan dibuktikan ๐ + ฮฆ โ
๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1) > 0. Agar ๐ + ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ
๐ผ
๐ฝ1) > 0 bernilai positif
maka ๐ + ฮฆ > ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1) . Untuk membuktikannya gunakan nilai
parameter (1 โ ๐). Diketahui (1 โ ๐) bernilai positif sehingga 0 <๐ < 1. Jika ๐ < 1 maka ๐ฮฆ < ฮฆ. Diketahui nilai ๐ฮฆ < ฮฆ maka ๐ +
ฮฆ > ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1) . Dengan kata lain syarat ๐1 > 0 terpenuhi jika
๐ฮฆ > ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1).
Syarat 3 (๐๐๐๐ โ ๐๐ > ๐)
Diketahui nilai
๐1๐2 โ ๐3 = (๐ + ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1)) (๐ (๐ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ
๐ผ
๐ฝ1))
+ (๐ฝ1 โ ๐ผ)2) + (๐ + ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1)) (๐ฝ1 โ ๐ผ)
+ 2๐ฝ2๐ผฮฆ. Diketahui syarat eksistensi titik kesetimbangan ๐1 adalah ๐ฝ1 > ๐ผ
maka syarat ๐1๐2 โ ๐3 > 0 terpenuhi jika ๐ฮฆ > ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1).
Penentuan kestabilan menggunakan kriteria Routh Hurwitz,
menunjukkan titik kesetimbangan ๐2 bersifat stabil asimtotik dengan
syarat tertentu karena telah memenuhi Teorema 2.3
3.3.3 Analisis kestabilan titik kesetimbangan ๐ธ๐
Titik kesetimbangan ๐2 disebut juga titik kesetimbangan gang.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pada kondisi setimbang populasi
anggota geng akan tetap ada. Berdasarkan uraian sebelumnya
diperoleh titik kesetimbangan bebas geng ๐2 = (1 โ๐ฮฆ
๐ฝ2โ ๐โ (1 +
ฮฆ
๐) ,
๐ฮฆ
๐ฝ2, ๐โ, ๐ =
ฮฆ๐โ
๐).
30
Kestabilan ๐2 dapat ditentukan dengan mengunakan Teorema
2.3. Dengan mensubtitusikan ๐2 kedalam persamaan karakteristik
berikut
๐3 + ๐1๐2 + ๐2๐ + ๐3 = 0.
Berdasarkan kriteria Routh Hurwitz, akar persamaan karakteristik
di atas memiliki bagian real yang negatif jika
๐1 > 0 , ๐3 > 0 , |๐1 ๐3
1 ๐2| > 0.
Oleh sebab itu, titik kesetimbangan ๐2 akan stabil asimtotik jika
๐1 > 0 , ๐3 > 0 dan ๐1๐2 โ ๐3 > 0 . Selanjutnya akan ditentukan
apakah ๐2 memenuhi syarat kestabilan dari kriteria Routh Hurwitz.
Berdasarkan Lampiran 3 diketahui nilai ๐1, ๐2 dan ๐3 sebagai
berikut
๐ผ1 = ๐ + ๐ผ + ๐ฝ2๐ + ฮฆ(1 โ ๐) โ ๐ฝ1 โ
๐2 = (๐ฝ2๐ฮฆ โ ๐ฝ1โ๐ฝ2๐ + ๐(๐ผ + ๐ฝ2๐ โ ๐ฝ1โ)) โ ฮฆ(1 โ ๐)(๐ฝ1โ
โ ๐ผ)
๐3 = ๐ฝ1๐ฝ2๐2ฮฆ + ๐ฝ1๐๐ฮฆ2 + ๐ฝ2๐๐๐ฮฆ โ ๐ฝ2๐๐โ,
dengan
โ = 1 โ 2๐ฮฆ
๐ฝ2โ ๐ (2 +
ฮฆ
๐).
Dikarenakan sulit mencari syarat kestabilan ๐2 maka
substitusikan nilai parameter yang sudah sesuai dengan syarat
eksistensi ๐2 . Diberikan nilai paramater untuk mencari nilai ๐1, ๐2
dan ๐3 sebagai berikut
31
Tabel 3.2 Nilai parameter titik kesetimbangan ๐2
๐ผ ๐ฝ1 ๐ฝ2 ฮฆ ๐ ๐
0.8 0.4 0.1 0.167 0.112 0.012
Dengan mensubstiusikan nilai parameter pada Tabel 3.2 didapatkan
๐ผ1 = 0.533 + 4.633๐
๐2 = 0.050 + 0.5295๐ + 0.4533๐2
๐3 = โ0.0004๐ + 0.0099๐2
๐ผ1. ๐2 โ ๐3 = 0.0268 + 0.5162๐ + 2.6853๐2 + 2.1004๐3.
Substitusikan nilai ๐โ ke dalam persamaan di atas. Untuk nilai ๐โ
1 = 0.34 dan ๐โ2 = 0.024 didapatkan
๐โ1 = 0.34 ๐โ
2 = 0.024
๐ผ1 = 2.108 ๐ผ1 = 1.950
๐2 = 0.2828 ๐2 = 0.2266
๐3 = 0010 ๐3 = 00003
๐ผ1. ๐2 โ ๐3 = 0.5953 ๐ผ1. ๐2 โ ๐3 = 0.4421.
Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa untuk titik
kesetimbangan ๐2 dengan parameter pada Tabel 3.1 bersifat stabil
asimtotik karena syarat Teorema 2.3 terpenuhi.
32
Tabel 3.3 Syarat Eksistensi dan Kestabilan Titik Kesetimbangan
Titik Tetap Jenis
Kestabilan
Syarat eksistensi titik tetap Syarat Kestabilan
๐0 = (1,0,0,0) Stabil
asimtotik
Tidak ada ๐ผ > ๐ฝ1
๐1 = (๐
๐ฝ1,
๐ฝ1โ๐
๐ฝ1
โ, 0,0). Stabil
asimtotik ๐ผ < ๐ฝ1
๐ฮฆ > ๐ฝ2 (1 โ
๐ผ
๐ฝ1).
๐2 = ((1 โ๐ฮฆ
๐ฝ2โ ๐ (1 +
ฮฆ
๐)) ,
๐ฮฆ
๐ฝ2, ๐โ,
ฮฆ๐
๐).
Stabil
asimtotik ๐ฝ1 >2๐ฝ1๐ฮฆ
๐ฝ2+
๐ฝ1๐ฮฆ2
๐ฝ2๐+ ๐ฮฆ
๐ฝ1๐2ฮฆ2
๐ฝ22
>๐ฮฆ
๐ฝ2
(๐ฝ1 โ ๐ผ)
ฮฆ > ๐
๐1 > 0
๐3 > 0
|๐1 ๐3
1 ๐2| > 0
33
3.4 Simulasi Numerik
Pada subbab ini dibahas simulasi numerik menggunakan Runge
Kutta orde 4 pada software Matlab untuk mendukung hasil analisis
pada bab sebelumnya. Listing program dijabarkan pada Lampiran 4.
3.4.1 Simulasi I
Pada simulasi ini diamati kestabilan titik kesetimbangan ๐0
berdasarkan perilaku solusi dengan menggunakan nilai parameter
pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Nilai parameter simulasi I
๐ผ ๐ฝ1 ๐ฝ2 ฮฆ ๐ ๐
0.75 0.31 0.23 0.115 0.2 0.44
Berdasarkan nilai parameter pada Tabel 3.4 diketahui ๐ผ > ๐ฝ1 .
Oleh karena itu menurut Tabel 3.3 syarat kestabilan ๐1 tidak terpenuhi
sedangkan syarat kestabilan ๐0 terpenuhi yaitu stabil asimtotik.
Berikut simulasi mengunakan metode Runge Kutta orde 4 dengan
nilai awal (0.25,0.25,0.25), (0.15,0.35,0.4) dan (0.16,0.57,0.2)
Gambar 3.2 Potret fase untuk simulasi I
34
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa jika nilai ๐ผ. lebih besar daripada
๐ฝ1 maka jumlah masing-masing populasi akan menuju titik
kesetimbangan bebas geng ๐0 = (1,0,0). Dalam kondisi ini anggota
gang belum tentu dapat merekrut masyarakat sehingga jumlah anggota
geng akan berkurang seiring waktu. Oleh karena itu, sesuai dengan
hasil analisis kestabilan ๐0 maka kondisi bebas anggota geng dapat
tercapai.
Gambar 3.3 Jumlah populasi masyarakat dari waktu ke waktu untuk
simulasi I
Gambar 3.3 memperlihatkan secara lebih rinci pergerakan jumlah
populasi masyarakat dari waktu ke waktu. Populasi masyarakat biasa
begerak menuju 1 sedangkan anggota geng tidak resmi dan anggota
geng resmi bergerak menuju nol.
35
3.4.2 Simulasi II
Pada simulasi ini diamati kestabilan titik kesetimbangan ๐1
berdasarkan perilaku solusi dengan menggunakan nilai parameter
pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Nilai parameter simulasi I
๐ผ ๐ฝ1 ๐ฝ2 ฮฆ ๐ ๐
0.30 0.43 0.11 0.6 0.2 0.2
Berdasarkan nilai parameter pada Tabel 3.5 diketahui ๐ผ <๐ฝ1 sehingga syarat eksistensi titik kesetimbangan ๐1 terpenuhi. Selain
itu agar syarat kestabilan ๐1 terpenuhi maka ๐ฮฆ > ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1) atau
๐ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1) > 0. Berdasarkan nilai parameter pada Tabel 3.5
diperoleh ๐ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1) = 0.086. Berikut simulasi mengunakan
metode Runge Kutta orde 4 dengan nilai awal (0.25,0.25,0.25),
(0.15,0.35,0.4) dan (0.16,0.57,0.2)
Gambar 3.4 Potret fase untuk simulasi II
36
Gambar 3.4 menunjukkan bahwa jika nilai ๐ฝ1 lebih besar daipada
๐ผ maka dan ๐ฮฆ โ ๐ฝ2 (1 โ๐ผ
๐ฝ1) > 0 maka jumlah masing-masing
populasi akan menuju titik kesetimbangan bebas geng ๐1 =
(๐ผ
๐ฝ1,
๐ฝ1โ๐ผ
๐ฝ1, 0) = (0.690,0.302,0). Dalam kondisi ini walau terdapat
anggota geng tidak resmi namun pertumbuhan jumlah geng merosot
menuju nol. Oleh karena itu, sesuai dengan hasil analisis kestabilan ๐1
maka kondisi bebas anggota geng dapat tercapai.
Gambar 3.5 Jumlah populasi masyarakat dari waktu ke waktu untuk
simulasi II
Gambar 3.5 memperlihatkan secara rinci perubahan populasi
masyarakat pada titik kesetimbangan ๐1. Terlihat populasi masyarakat
awam bergerak mendekati nilai 0.7 sedangkan populasi geng yang
tidak resmi bergerak menuju 0.3 sedangkan populasi geng menurun
seiring waktu menuju nol.
37
3.4.3 Simulasi III
Pada simulasi ini diamati kestabilan titik kesetimbangan ๐2
berdasarkan perilaku solusi dengan menggunakan nilai parameter
pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Nilai parameter simulasi III
๐ผ ๐ฝ1 ๐ฝ2 ฮฆ ๐ ๐
0.8 0.4 0.1 0.167 0.112 0.012
Berikut simulasi mengunakan metode Runge Kutta orde 4 dengan
nilai awal (0.25,0.25,0.25), (0.15,0.35,0.4) dan (0.16,0.57,0.2)
Gambar 3.6 Potret fase untuk simulasi III
Gambar 3.6 menunjukkan bahwa masing-masing populasi akan
menuju titik tetap kesetimbangan geng ๐2 = (0.132, 0.020,0.34) .
Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 3.7.
38
Gambar 3.7 Jumlah populasi masyarakat dari waktu ke waktu untuk
simulasi III
Gambar 3.7 memperlihatkan secara rinci perubahan populasi
masyarakat pada titik kesetimbangan ๐2 . Terlihat populasi
masyarakat awam bergerak menurun menuju nilai 0.1132 sedangkan
populasi geng yang tidak resmi bergerak menuju 0.02 sedangkan
populasi geng terus bertambah menuju nilai 0.34.
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam skripsi ini diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
1. Model matematika penyebaran geng di masyarakat merupakan
sistem persamaan diferensial nonlinear yang merupakan model
SEIRS.
2. Model matematika penyebaran geng di masyarakat memiliki dua
jenis titik kesetimbangan, yaitu titik kesetimbangan bebas geng
dan titik kesetimbangan geng. Titik kesetimbangan bebas geng
memiliki dua kondisi. Kondisi pertama populasi akan bergerak
menuju populasi masyarakat awam. Kondisi kedua populasi
bergerak menuju populasi masyarakat awam dan masyarakat yang
belum resmi menjadi anggota geng.
3. Ketiga titik kesetimbangan model matematika penyebaran geng di
masyarakat bersifat stabil asimtotik.
4. Simulasi numerik menunjukkan hasil yang sesuai dengan analisis
kestabilan titik kesetimbangan.
4.2 Saran
Pada penulisan selanjutnya, disarankan dilakukan pengembangan
analisis pada model, yaitu dengan mengkaji perubahan kestabilan
pada titik tetap (analisis bifurkasi).
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Boyce, W. E. dan R. C. DiPrima. 2009. Elementary Differential
Equations and Boundary Value Problems. Ninth Edition. John
Wiley & Sons. New York.
Finizio, N. dan G. Ladas. 1982. Ordinary Differential Equations with
Modern Applications. Second Edition. Wardsworth. USA
Heskel, L dan L. Yablonsky. 1982. Juvenile Delinuncy (3rd ed).
Houghten Mifflin Company. Boston.
Kartono, K . 1999. Patologi Sosial. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Klein, K. 1995. The American Street Gang: itโs Nature, Prevalence,
and Control. Oxford University Press. New York.
Murray, J. D. 2002. Mathematical Biology : An Introduction, Third
Edition. Heidelberg:Springel-Verlag. Berlin.
Nagle, R. K., E. B. Saff, dan A. D. Snider. 2012. Fundamentals of
Differential Equations and Boundary Value Problems. Eighth
Edition. Pearson Education, Inc. USA.
Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention. 1998. National
Youth Gang Survey. U.S. Department of Justice. USA.
Ormerod, P., C. Mounfiled, dan L. Smith. 2001. Non-linear Modelling
of Burglary and Violent Crime in the UK. Modelling crime and
offending: recent developments in England and Wales. 80 (1) :
section B.
Robinson, R. C. 2004. An Introduction to Dynamical Systems:
Continuous and Discrete. USA: Prentice Hall Education.
Ross, S. L. 1984. Differential Equation. Third edition. John Wiley &
Sons. USA.
42
Shim, E. 2004. An Epidemic Model with Immigration of Infectives and
Vaccination. Msc.Thesis. The University of British Columbia.
Sooknanan, J., B. Bhatt, dan D.M.G. Commisiong . 2013. Catching a
Gang - a Mathematical Model of the Spread of Gang in
Population Treated as an Infectious Disease. International
Jurnal of Pure and Applied Mathematics. 83(1): 25-43.
Spergel, I. A. 1995. The Youth Gang Problem. Oxford University
Press.NewYork