kemampuan representasi matematis mahasiswa …
TRANSCRIPT
i
i
KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS
MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
TAHUN AKADEMIK 2016/ 2017
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ike Kurniati
NIM 132140026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
yang kamu kerjakan.” (TQS. Al Mujaadilah: 11)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan sebagai tanda bakti dan sayang
kepada.
1. Mama tercinta (Muslikhatun) yang selalu mendukung,
memberiku doa dan semangat.
2. Adikku (Fury) dan masku (Fian) yang selalu memberiku
dukungan dan semangat.
3. Sahabat-sahabatku (Muti, Dita, Ajeng, dan Dewi) yang
selalu memberikan semangat dan menjadi tempat berkeluh
kesah.
vi
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Representasi Matematis
Mahasiswa Calon Guru Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo
Tahun Akademik 2016/ 2017”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan
studi Strata 1 Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Banyak pelajaran berharga yang didapat selama proses penulisan skripsi
ini. Pengalaman suka dan duka telah memberi makna yang mendalam tentang arti
kesabaran, ketekunan, keikhlasan, dan arti sebuah persahabatan.
Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada.
1. Drs. H. Supriyono, M. Pd., Rektor Unversitas Muhammadiyah Purworejo
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Yuli Widiyono, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin penulis
untuk mengadakan penelitian.
3. Riawan Yudi Purwoko, S. Si., M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan izin penulis mengadakan penelitian.
vii
vii
4. Dr. H. Bambang Priyo Darminto, M. Kom., Dosen Pembimbing I yang selalu
memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan kepada penulis dengan penuh
kesungguhan dan kesabaran dalam penulisan skripsi ini.
5. Dita Yuzianah, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, motivasi, dan koreksi kepada penulis dengan penuh
kesungguhan dan kesabaran dalam penulisan skripsi ini.
6. Wharyanti Ika Purwaningsih, M. Pd., Dosen Mata Kuliah Geometri Ruang
yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam melakukan penelitian.
7. Erni Puji Astuti, M. Pd., dan Ika Wharyanti Purwaningsih, M. Pd., Validator
yang telah memberikan masukan dan nasihat.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Walaupun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat bagi kemajuan keilmuwan khususnya dunia
pendidikan.
Purworejo, Agustus 2017
Penyusun,
Ike Kurniati
NIM. 132140026
viii
viii
ABSTRAK
Ike Kurniati. 132140026. “Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa
Calon Guru Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Tahun Akademik
2016/2017”. Skripsi. Pendidikan Matematika. FKIP. Universitas Muhammadiyah
Purworejo. 2017.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan representasi matematis mahasiswa calon guru
matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa calon guru matematika
semester dua berjumlah empat siswa. Teknik pengambilan subjek pada penelitian
ini didasarkan pada mahasiswa yang memiliki keaktifan tinggi menurut beberapa
indikator. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes dengan lima soal
representasi matematis, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik
analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan secara umum
representasi matematis mahasiswa calon guru matematika Universitas
Muhammadiyah Purworejo tahun akademik 2016/ 2017 sebagai berikut:
1) mahasiswa sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Terlihat bahwa mahasiswa
mampu menggambar bangun kubus ataupun limas untuk memperjelas masalah
dan memfasilitasi penyelesaian; 2) mahasiswa sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Di sini mahasiswa sudah mampu
menggunakan ekspresi matematis seperti simbol-simbol matematika untuk
menyelesaikan masalah. Namun dalam menggunakan simbol-simbol, masih perlu
ditingkatkan; dan 3) Mahasiswa sudah mampu menjawab soal dengan
menggunakan kata-kata atau teks tertulis. Hal ini terlihat dari hasil tes maupun
wawancara, mahasiswa sudah mampu menjawab dengan menggunakan kata-kata
ataupun teks tertulis dengan sama baiknya.
Kata kunci: representasi, matematis, mahasiswa.
ix
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4
C. Batasan Masalah..................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA
PIKIR ............................................................................................ 7
A. Kajian Teori ........................................................................... 7
B. Tinjauan Pustaka .................................................................... 15
C. Kerangka Pikir ....................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 21
A. Metode Penelitian................................................................... 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 21
C. Subjek Penelitian .................................................................... 22
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 23
E. Instrumen Penelitian............................................................... 25
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 26
G. Uji Keabsahan Data................................................................ 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 29
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 29
B. Analisis Data .......................................................................... 33
C. Pembahasan ............................................................................ 103
D. Keterbatasan Peneliti .............................................................. 107
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 108
A. Simpulan ................................................................................ 108
x
x
B. Saran ....................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 110
LAMPIRAN ..................................................................................................... 112
xi
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kubus ABCD.EFGH ........................................................... 13
Gambar 2. Bidang Tumpuan ................................................................. 14
Gambar 3. Sudut Tumpuan ................................................................... 14
Gambar 4. Jarak Titik dan Bidang......................................................... 15
Gambar 5. Kerangka Pikir ..................................................................... 20
Gambar 6. Observasi 24 Mei 2017 ........................................................ 30
Gambar 7. Observasi 31 Mei 2017 ........................................................ 31
Gambar 8. Soal Tes ............................................................................... 33
Gambar 9. Jawaban S1 No. 2 ................................................................ 34
Gambar 10. Dokumentasi S1 No. 2 ......................................................... 35
Gambar 11 Jawaban S1 No. 3 ................................................................ 36
Gambar 12. Dokumentasi S1 No. 3 ......................................................... 38
Gambar 13. Jawaban S1 No. 4 ................................................................ 38
Gambar 14. Dokumentasi S1 No. 4 ......................................................... 40
Gambar 15. Jawaban S1 No. 5 ................................................................ 41
Gambar 16. Dokumentasi S1 No. 5 ......................................................... 42
Gambar 17. Dokumentasi S1 No. 3 ......................................................... 44
Gambar 18. Dokumentasi S1 No. 4 ......................................................... 45
Gambar 19. Dokumentasi S1 No. 5 ......................................................... 47
Gambar 20. Jawaban S1 No. 1 ................................................................ 48
Gambar 21. Dokumentasi S1 No. 1 ......................................................... 50
Gambar 22. Dokumentasi S1 No. 2 ......................................................... 52
Gambar 23. Jawaban S2 No. 2 ................................................................ 53
Gambar 24. Dokumentasi S2 No. 2 ......................................................... 54
Gambar 25. Jawaban S2 No. 3 ................................................................ 54
Gambar 26. Dokumentasi S2 No. 3 ......................................................... 56
Gambar 27. Jawaban S2 No. 4 ................................................................ 57
Gambar 28. Dokumentasi S2 No. 4 ......................................................... 59
Gambar 29. Jawaban S2 No. 5 ................................................................ 59
Gambar 30. Dokumentasi S2 No. 5 ......................................................... 61
Gambar 31. Dokumentasi S2 No. 3 ......................................................... 63
Gambar 32. Dokumentasi S2 No. 4 ......................................................... 64
Gambar 33. Dokumentasi S2 No. 5 ......................................................... 66
Gambar 34. Jawaban S2 No. 1 ................................................................ 66
Gambar 35. Dokumentasi S2 No. 1 ......................................................... 67
Gambar 36. Dokumentasi S2 No. 2 ......................................................... 68
Gambar 37. Jawaban S3 No. 2 ................................................................ 69
Gambar 38. Dokumentasi S3 No. 2 ......................................................... 70
xii
xii
Gambar 39. Jawaban S3 No. 3 ................................................................ 70
Gambar 40. Jawaban S3 No. 3 ................................................................ 72
Gambar 41. Dokumentasi S3 No. 3 ......................................................... 72
Gambar 42. Jawaban S3 No. 4 ................................................................ 73
Gambar 43. Jawaban S3 No. 4 ................................................................ 74
Gambar 44. Dokumentasi S3 No. 4 ......................................................... 75
Gambar 45. Jawaban S3 No. 5 ................................................................ 76
Gambar 46. Dokumentasi S3 No. 5 ......................................................... 77
Gambar 47. Jawaban S3 No. 3 ................................................................ 79
Gambar 48. Dokumentasi S3 No. 3 ......................................................... 81
Gambar 49. Dokumentasi S3 No. 4 ......................................................... 82
Gambar 50. Dokumentasi S3 No. 5 ......................................................... 84
Gambar 51. Jawaban S3 No. 1 ................................................................ 84
Gambar 52. Dokumentasi S3 No. 1 ......................................................... 85
Gambar 53. Dokumentasi S3 No. 2 ......................................................... 87
Gambar 54. Jawaban S4 No. 2 ................................................................ 88
Gambar 55. Dokumentasi S4 No. 2 ......................................................... 89
Gambar 56. Jawaban S4 No. 3 ................................................................ 89
Gambar 57. Jawaban S4 No. 3 ................................................................ 90
Gambar 58. Dokumentasi S4 No. 3 ......................................................... 91
Gambar 59. Jawaban S4 No. 4 ................................................................ 92
Gambar 60. Dokumentasi S4 No. 4 ......................................................... 94
Gambar 61. Jawaban S4 No. 5 ................................................................ 94
Gambar 62. Dokumentasi S4 No. 5 ......................................................... 95
Gambar 63. Dokumentasi S4 No. 3 ......................................................... 97
Gambar 64. Dokumentasi S4 No. 4 ......................................................... 98
Gambar 65. Dokumentasi S4 No. 5 ......................................................... 99
Gambar 66. Jawaban S4 No. 1 ................................................................ 100
Gambar 67. Dokumentasi S4 No. 1 ......................................................... 101
Gambar 68. Dokumentasi S4 No. 2 ......................................................... 103
Gambar 69. Observasi ............................................................................. 175
Gambar 70. Observasi ............................................................................. 175
Gambar 71. S1 Mengerjakan Soal Tes .................................................... 176
Gambar 72. S2 Mengerjakan Soal Tes .................................................... 176
Gambar 73. S3 Mengerjakan Soal Tes .................................................... 177
Gambar 74. S4 Mengerjakan Soal Tes .................................................... 177
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Bentuk-bentuk Representasi dan Operasionalnya ...................... 11
Tabel 2. Indikator Kemampuan Representasi Matematis ......................... 12
Tabel 3. Indikator Kemampuan Representasi Matematis ......................... 12
Tabel 4. Tabel Persamaan dan Perbedaan Masalah Penelitian Sebelumnya
dengan Penelitian yang Dilakukan ............................................. 18
Tabel 5. Waktu Penelitian ........................................................................ 21
Tabel 6. Subjek Penelitian ........................................................................ 32
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Soal ..................................................................... 112
Lampiran 2. Soal Tes Representasi Matematis...................................... 114
Lampiran 3. Kunci Jawaban .................................................................. 115
Lampiran 4. Lembar Validasi Soal Tes ................................................. 119
Lampiran 5. Lembar Validasi Pedoman Wawancara ............................ 125
Lampiran 6. Lembar Observasi Hasil Penelitian ................................... 133
Lampiran 7. Lembar Jawab Tes Representasi Matematis S1 ................ 137
Lampiran 8. Lembar Jawab Tes Representasi Matematis S2 ................ 140
Lampiran 9. Lembar Jawab Tes Representasi Matematis S3 ................ 142
Lampiran 10. Lembar Jawab Tes Representasi Matematis S4 ................ 145
Lampiran 11. Transkrip Wawancara S1 .................................................. 148
Lampiran 12. Transkrip Wawancara S2 .................................................. 155
Lampiran 13. Transkrip Wawancara S3 .................................................. 160
Lampiran 14. Transkrip Wawancara S4 .................................................. 166
Lampiran 15. Catatan Lapangan S1......................................................... 171
Lampiran 16. Catatan Lapangan S2......................................................... 172
Lampiran 17. Catatan Lapangan S3......................................................... 173
Lampiran 18. Catatan Lapangan S4......................................................... 174
Lampiran 19. Dokumentasi ..................................................................... 175
Lampiran 20. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi .. 178
Lampiran 21. Surat Permohonan Izin Observasi dan Penelitian ............. 179
Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............ 180
Lampiran 23. Surat Pernyataan Uji Validasi dari Validator .................... 181
Lampiran 24. Kartu Bimbingan Skripsi .................................................. 185
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting karena matematika
dibutuhkan oleh manusia dan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan kehidupan
sehari-hari. Pada hakikatnya, matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, serta memiliki peranan penting
dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Dalam setiap
aktivitas manusia tidak terlepas dari konsep matematika.
Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan
membosankan oleh sebagian orang. Begitu pula bagi mahasiswa, matematika
dianggap sebagai mata kuliah yang sulit untuk dipahami. Salah satu alasannya
karena dalam mempelajari materi baru dalam matematika seringkali memerlukan
pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
Tahapan saat menjadi mahasiswa adalah tahapan yang penting, mahasiswa
dituntut untuk mandiri dan mulai mempersiapkan diri terjun ke masyarakat.
Sebagai mahasiswa calon guru matematika, sudah seharusnya mengetahui tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran
matematika diantaranya adalah mengembangkan kemampuan: (1) komunikasi
matematis, (2) penalaran matematis, (3) pemecahan masalah matematis, (4)
koneksi matematis, (5) representasi matematis (National Council of Teachers of
Mathematics [NCTM ], 2000). Berdasarkan uraian di atas, representasi
1
2
merupakan hal penting dalam pembelajaran matematika. Walaupun penting, di
Indonesia representasi matematis belum terlalu diperhatikan terutama oleh guru.
Kebanyakan guru masih kurang memahami pentingnya representasi matematis
dan cenderung mengajar menggunakan metode yang kurang merangsang
perkembangan representasi matematis siswa. Hal tersebut terlihat pada saat guru
memberikan contoh soal, kemudian siswa diberi latihan soal untuk dikerjakan
maka siswa akan cenderung mengerjakan soal menggunakan langkah-langkah
atau cara-cara seperti yang guru sampaikan. Hal tersebut akan membuat
representasi siswa kurang berkembang, karena siswa hanya akan mengikuti cara-
cara atau langkah yang sudah dicontohkan. Siswa cenderung menganggap
menyelesaikan soal dengan cara-cara atau langkah yang berbeda adalah salah.
Kemampuan representasi memang tidak disebutkan secara tersurat dalam
tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan pemerintah, namun secara
tersirat pentingnya representasi tampak pada tujuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis, karena untuk menyelesaikan masalah matematis,
diperlukan kemampuan membuat model matematika dan menafsirkan solusinya
yang merupakan indikator representasi. Representasi merupakan salah satu tujuan
pembelajaran matematika, oleh sebab itu kemampuan representasi mahasiswa
perlu diperhatikan.
Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan menyajikan kembali
notasi, simbol, tabel, gambar, grafik, diagram, persamaan atau ekspresi matematis
lainnya ke dalam bentuk lain (Lestari, 2015: 83). Berdasarkan kutipan di atas,
representasi matematis merupakan kemampuan menyajikan kembali, misalnya
3
dari tabel disajikan kembali ke dalam diagram, sedangkan bentuk lain yang
dimaksud adalah bentuk tertulis, lisan, atau lainnya. Representasi memiliki
peranan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika karena mahasiswa
dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman tentang konsep dan
keterkaitan antarkonsep matematika yang mereka miliki melalui membuat,
membandingkan, dan menggunakan representasi. Dengan demikian, representasi
bukan hanya baik untuk pemahaman mahasiswa, tetapi juga membantu
mahasiswa dalam mengkomunikasikan pemikiran mereka.
Setiap mahasiswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkontruksikan
pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi mahasiswa untuk
mencoba berbagai macam representasi dalam memahami suatu konsep. Selain itu
representasi juga berperan dalam proses penyelesaian masalah matematis. Selama
ini kemampuan representasi matematis mahasiswa dianggap hanya merupakan
bagian kecil sasaran pembelajaran, dan tersebar dalam berbagai materi
matematika yang dipelajari. Di balik hal itu kemampuan representasi ternyata bisa
dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan berpikir
matematis mahasiswa dan sejajar dengan komponen-komponen proses lainnya.
Hal tersebut cukup beralasan dengan pencantuman representasi sebagai suatu
komponen standar proses. Untuk berpikir secara matematis dan mengembangkan
ide/ gagasan matematis seseorang perlu merepresentasikannya dalam berbagai
cara.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di Universitas
Muhammadiyah Purworejo yang biasa disingkat UMP. UMP merupakan
4
perguruan tinggi Muhammadiyah yang terletak di Kabupaten Purworejo, Jawa
Tengah. UMP memiliki sistem perekrutan calon mahasiswa layaknya perguruan
tinggi swasta lain. UMP dengan segala kelebihan dan kekurangannya berusaha
membentuk dan menghasilkan kualitas lulusan yang berilmu dan berakhlakul
karimah. Lulusan UMP sudah banyak terjun ke masyarakat dan diharapkan dapat
bersaing dengan lulusan perguruan tinggi lain.
Berdasarkan uraian di atas, tentang pentingnya peran representasi dalam
tujuan pembelajaran matematika serta masih jarang ditemuinya penelitian yang
memberikan gambaran representasi mahasiswa maka peneliti bermaksud
mengambil judul penelitian “Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa
Calon Guru Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Tahun Akademik
2016/ 2017”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan
membosankan oleh sebagian orang diduga karena dalam matematika
terdapat banyak hitungan dan hafalan;
2. bagi mahasiswa, matematika dianggap sebagai mata kuliah yang sulit untuk
dipahami diduga karena matematika identik dengan rumus-rumus yang sulit
dihafalkan;
5
3. representasi matematis belum terlalu diperhatikan diduga karena kurangnya
pemahaman tentang peran penting representasi matematis dalam tujuan
pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah berfungsi sebagai alat untuk memfokuskan penelitian agar
penelitian lebih mendalam dan detail. Berdasarkan identifikasi masalah, maka
batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. kemampuan representasi matematis mahasiswa calon guru matematika
terbatas pada materi geometri ruang;
2. ruang lingkup penelitian pada mahasiswa pendidikan matematika semester 2
Universitas Muhammadiyah Purworejo;
3. pelaksanaan penelitian pada tahun akademik 2016/ 2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah
diuraikan, dapat ditarik rumusan masalah yaitu:
bagaimanakah kemampuan representasi mahasiswa calon guru matematika
Universitas Muhammadiyah Purworejo tahun akademik 2016/ 2017?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui kemampuan representasi matematis mahasiswa calon guru
matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo tahun akademik 2016/ 2017.
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat teoretis
a. Dapat memberikan gambaran tentang kemampuan representasi matematis
mahasiswa calon guru matematika Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian lain.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai masukan bagi dosen dalam mempertimbangkan dan menentukan
pembelajaran.
b. Sebagai masukan bagi mahasiswa calon guru matematika untuk
mengetahui kemampuan representasi matematis yang dimilikinya.
7
BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN
KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Representasi Matematis
Representasi dipakai dalam berbagai bidang. Dalam pembelajaran matematika
representasi merupakan dasar atau pondasi untuk memahami dan menggunakan
ide-ide matematika. Pengertian representasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2015: 1167) adalah “1) perbuatan mewakili; 2) keadaan diwakili; 3)
apa yang mewakili; perwakilan”.
Menurut Lestari (2015: 83) bahwa “kemampuan representasi matematis adalah
kemampuan menyajikan kembali notasi, simbol, tabel, gambar, grafik, diagram,
persamaan atau ekspresi matematis lainnya ke dalam bentuk lain”. Menurut Jones
& Knuth (Sabirin, 2014: 33) representasi adalah “model atau bentuk pengganti
dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi. Sebagai
contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata,
atau simbol matematika”.
The ways in which mathematical ideas are represented is fundamental to how
people can understand and use those ideas (NCTM, 2000: 67). Cara-cara di mana
ide-ide matematika dapat direpresentasikan merupakan dasar bagaimana
seseorang dapat memahami dan menggunakan ide-ide tersebut. Menurut NCTM
(2000: 360) “representations are the means by which those patterns are recorded
7
8
and analyzed”. Artinya bahwa representasi adalah bagaimana pola-pola dicatat
dan dianalisis.
Kemampuan representasi matematis menurut Kartini (2009: 367) adalah
“kemampuan mengungkapkan ide-ide matematika (masalah, pernyataan, solusi,
definisi, dan lain-lain) kedalam salah satu bentuk: (1) Gambar, diagram grafik,
atau tabel; (2) Notasi matematik, numerik/simbol aljabar; dan (3) Teks tertulis/
kata-kata, sebagai interpretasi dari pikirannya”.
Dalam memahami konsep representasi, Pape & Tchoshanov (Luitel, 2002)
mengemukakan:
There are four main ideas in order to conceptualise the notion of
representation. Firstly, within the domain of mathematics, representation may
be regarded as internal- abstraction of mathematical ideas or cognitive
schemata that are constructed by the learner. Secondly, representation can be
explicated as mental reproduction of a former mental sate. Thirdly a
structurally equivalent presentation through pictures, symbols and signs also
resembles to the concept of representation. Lastly, it is also known as
something in place of something.
Artinya terdapat empat ide utama yang dapat digunakan untuk membuat konsep
gagasan representasi. Pertama, dalam domain matematika, representasi dapat
dipandang sebagai abstraksi internal dari ide-ide matematika atau skemata
kognitif yang dibangun oleh siswa. Kedua, representasi dapat digunakan sebagai
reproduksi mental dari keadaan mental sebelumnya. Ketiga, sebagai sajian
struktural melalui gambar, simbol dan tanda-tanda. Keempat, sebagai sesuatu
yang mewakili sesuatu yang lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi
matematis adalah kemampuan menyajikan bentuk atau model pengganti dari suatu
masalah yang digunakan untuk menemukan solusi. Bentuk atau model pengganti
9
dapat berupa notasi, simbol, persamaan atau ekspresi matematis, kata-kata atau
verbal, tulisan, gambar, tabel, grafik, benda konkrit dan lain-lain.
2. Representasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika
Representasi sangat berperan dalam upaya mengembangkan dan
mengoptimalkan kemampuan matematika mahasiswa. Seperti yang tercantum
dalam tujuan pembelajaran matematika menurut NCTM (2000: 29), The Process
Standards—Problem Solving, Reasoning and Proof, Communication,
Connections, and Representation—highlight ways of acquiring and using content
knowledge. NCTM menetapkan lima standar proses yaitu: (1) pemecahan
masalah, (2) penalaran matematis, (3) komunikasi matematis, (4) koneksi
matematis, (5) representasi matematis. Berdasarkan uraian di atas, representasi
merupakan hal penting dalam pembelajaran matematika. Pencantuman
representasi sebagai komponen standar proses dalam NCTM selain kemampuan
pemecahan masalah, penalaran, komunikasi dan koneksi cukup beralasan karena
untuk untuk berpikir matematis seseorang perlu merepresentasikannya dalam
berbagai bentuk representasi matematis (Alhadad, 2010: 6). Selain itu,
pentingnya representasi tampak pada tujuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis, karena untuk menyelesaikan masalah matematis, diperlukan
kemampuan membuat model matematika dan menafsirkan solusinya yang
merupakan indikator representasi.
Menurut Hudiono (Sabirin, 2014: 36) “representasi adalah suatu aktivitas
interpretasi konsep atau masalah dengan memberikan makna. Dalam
pembelajaran matematika, representasi lebih dari sekedar produk fisik hasil
10
observasi. Selain itu, representasi juga merupakan proses kognitif yang terjadi
secara internal”. Melalui representasi eksternal mahasiswa, dosen dapat menebak
apa sesungguhnya yang merupakan representasi internal dalam benak mahasiswa,
sehingga dosen dapat melakukan langkah yang tepat untuk membawa mahasiswa
belajar.
Ketika mahasiswa dihadapkan pada suatu masalah matematika dalam
pembelajaran di kelas, mereka akan berusaha memahami masalah tersebut dan
menyelesaikannya dengan cara-cara yang mereka ketahui. Cara-cara tersebut
sangat terkait dengan pengetahuan yang pernah mahasiswa dapatkan sebelumnya
yang berhubungan dengan masalah yang disajikan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan mahasiswa adalah dengan membuat model atau representasi dari
masalah tersebut. Model atau representasi yang dibuat dapat bermacam-macam
tergantung pada kemampuan masing-masing individu dalam menginterpretasikan
permasalahan.
Dalam pembelajaran matematika di kelas hendaknya mahasiswa diberikan
kesempatan yang cukup agar dapat melatih dan mengembangkan kemampuan
representasi matematisnya. Dalam hal ini, representasi matematis mempunyai
bagian yang penting dalam pemecahan masalah. Masalah yang disajikan
sebaiknya disesuaikan dengan isi dan kedalaman materi pada jenjang masing-
masing dengan memperhatikan pengetahuan awal atau prasyarat yang dimiliki
mahasiswa.
11
3. Aspek Kemampuan Representasi Matematis
Ada beberapa aspek kemampuan representasi matematis yang dikemukakan
oleh beberapa ahli. Menurut Dahlan (2016: 132) secara umum bentuk representasi
yang mungkin dibangun dari suatu masalah adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Bentuk-Bentuk Representasi dan Operasionalnya
Representasi Bentuk Operasional
Visual dalam
bentuk:
a. Gambar
b. Tabel
a. Menyajikan kembali data atau informasi dari
representasi ke dalam bentuk tabel, diagram, grafik, dll.
b. Menggunakan representasi visual.
c. Membuat gambar pola geometri.
d. Memperjelas bangun geometri.
Ekspresi
matematika atau
persamaan
matematika
a. Membuat persamaan matematika atau model
matematika dari representasi ke representasi lain.
b. Membuat konjektur dari pola yang ditemukan.
c. Menyelesaikan masalah melalui persamaan matematika.
Deskripsi atau
pernyataan
a. Membuat situasi masalah dari masalah yang diberikan.
b. Menuliskan interpretasi dari representasi.
c. Menuliskan solusi masalah melalui kalimat secara
tertulis.
d. Menggunakan langkah-langkah penyelesaian matemati-
ka dengan kata-kata.
Dahlan membagi bentuk representasi menjadi 3, yaitu visual dalam bentuk
gambar dan tabel, ekspresi matematika atau persamaan matematika, dan deskripsi
atau pernyataan.
Aspek kemampuan representasi matematis menurut Lestari (2015: 83),
“representasi matematis terdiri atas representasi visual, gambar, teks tertulis,
persamaan atau ekspresi matematis”. Indikator kemampuan representasi
matematis menurut Mudzakkir dalam Lestari (2015: 83-84):
12
Tabel 2.
Indikator Kemampuan Representasi Matematis
Aspek Indikator
Representasi
Visual
a. Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu
representasi diagram, grafik, atau tabel.
b. Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan
masalah.
Representasi
Gambar
a. Membuat gambar pola geometri.
b. Membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Representasi
Persamaan atau
Ekspresi Matematis
a. Membuat persamaan atau model matematis dari
representasi lain yang diberikan.
b. Membuat konjektur dari suatu bilangan.
c. Penyelesaian masalah dengan melibatkan ekspresi
matematis.
Representasi Kata
atau Teks Tertulis
a. Membuat situasi masalah berdasarkan data atau
representasi yang diberikan.
b. Menuliskan interpretasi dari suatu representasi.
c. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah
matematis dengan kata-kata.
d. Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau
teks tertulis.
Dalam penelitian ini, beberapa pendapat di atas digunakan sebagai dasar
peneliti dalam menentukan indikator kemampuan representasi matematis.
Indikator kemampuan representasi matematis dalam penelitian sebagai berikut.
Tabel 3.
Indikator Kemampuan Representasi Matematis
Aspek Indikator
Representasi Gambar Mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
Representasi Persamaan
atau Ekspresi Matematis
Mampu menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematis.
Representasi Kata atau
Teks Tertulis
Mampu menjawab soal dengan menggunakan
kata-kata atau teks tertulis.
13
4. Materi
a. Hubungan Antara Garis-garis dan Bidang-bidang Pada Permukaan Kubus
Gambar 1. Kubus ABCD.EFGH
Pada kubus ABCD. EFGH, terdapat hubungan:
1) Garis dan Bidang
a) Garis AB dan AC terletak pada bidang ABCD.
b) Garis AE memotong (menembus) bidang ABCD.
c) Garis EF sejajar bidang ABCD.
2) Bidang dan Bidang
a) Sisi ABCD dan BCGF adalah dua sisi yang berpotongan. BC adalah
garis potongnya. Dapat juga dikatakan, bahwa sisi bidang dan BCGF
bertemu pada BC.
b) Sisi ABCD dan EFGH adalah dua sisi yang sejajar. Ternyata dua sisi
yang berhadapan pada kubus juga sejajar. Dua bidang dikatakan sejajar
jika mereka tidak bersekutu pada satu titik pun, meskipun bidang itu
diperluas.
3) Garis dan Garis
Jika dua garis itu sebidang, maka kedua garis itu berpotongan atau sejajar,
misalnya: Rusuk EF dan FG adalah dua garis yang berpotongan.
14
Rusuk AE dan BF adalah dua garis yang sejajar.
Kalau kita perhatikan rusuk AB dan DH maka kedua garis ini tidak
berpotongan dan tidak sejajar. Kedua garis ini disebut dua garis yang
bersilangan. Relasi dua garis yang demikian ini tidak terdapat pada dua garis
yang sebidang.
b. Sudut Antara Dua Buah Bidang
Sebagian dari ruang yang dibatasi oleh dua buah bidang U dan V yang
berpotongan dinamakan sudut-sudut bidang dua atau sudut ruang.
Bidang-bidang batas U dan V disebut sisi-sisi sudut bidang dua itu, sedangkan
(U,V) adalah rusuknya.
Besar sudut sebuah sudut bidang dua ditentukan
oleh sudut tumpuannya. Sudut tumpuannya. Sudut
tumpuan itu ada pada bidang tumpuan, yang
letaknya tegak lurus pada rusuk (U,V).
Sudut tumpuan sudut bidang dua dinamakan ∠A (BC) D atau ∠A.BC.D. Istilah
tersebut singkat dan jelas.
∠A.BC.D; dari istilah ini dapat dibaca bahwa sisi-sisi
sudut bidang dua itu adalah bidang-bidang ABC dan
BCD sedangkan BC adalah rusuknya.
Gambar 2. Bidang Tumpuan
Gambar 3. Sudut Tumpuan
15
c. Jarak Antara Titik T dan Bidang
Garis a melalui titik T dan tegak lurus bidang 𝛼
Garis a ke bidang 𝛼 merupakan titik tembus S.
Sehingga,TS adalah jarak dari titik T ke bidang 𝛼.
Materi diambil dari Mariani (2013: 3, 20-21, 26).
B. Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian akan lebih akurat jika berorientasi pada pengalaman penelitian
sebelumnya yang serupa dengan penelitiannya. Untuk itu peneliti menggunakan
beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan sebagai referensi. Beberapa
penelitian terdahulu yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
diantaranya adalah penelitian dari Muhamad Sabirin (2014), Jarnawi Afgani
Dahlan & Dadang Juandi (2011), dan Muthmainnah (2014).
Penelitian Muhamad Sabirin (2014) dengan judul “Representasi dalam
Pembelajaran Matematika”. Dalam penelitian Sabirin membahas 1) representasi;
2) kemampuan representasi matematis; 3) dan representasi matematis dalam
pembelajaran matematika. Hasil penelitiannya yaitu kemampuan representasi
matematis adalah salah satu kemampuan yang sangat penting bagi siswa dan
merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran matematika
di sekolah. Representasi sangat berguna dalam membantu siswa menyelesaikan
sebuah masalah dengan lebih mudah. Representasi juga berguna sebagai sarana
mengkomunikasikan gagasan atau ide matematis siswa kepada siswa lain maupun
Gambar 4. Jarak Titik dan Bidang
16
kepada guru. Pembelajaran matematika di kelas sebaiknya memberikan
kesempatan yang cukup bagi siswa untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan representasi matematis. Ada persamaan antara Sabirin dengan
peneliti, yaitu sama-sama mendeskripsikan tentang representasi. Namun ada pula
perbedaannya, peneliti mendeskripsikan mengenai “Kemampuan Representasi
Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika Universitas Muhammadiyah
Purworejo Tahun Akademik 2016/ 2017”, sedangkan Sabirin menganalisis
“Representasi dalam Pembelajaran Matematika” tepatnya menganalisis
representasi di sekolah bukan di Universitas.
Selain penelitian Sabirin, juga terdapat dalam penelitian Dahlan & Juandi
tahun 2011, dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Representasi
Matematika Siswa Sekolah Dasar dalam Penyelesaian Masalah Matematika
Kontekstual”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bentuk-bentuk
representasi dibangun oleh siswa sekolah dasar dalam memecahkan masalah
matematika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk representasi
yang dibangun oleh siswa sangat bervariasi. Bentuk-bentuk representasi mereka
dibangun dalam tabel, gambar, pola, dan bentuk formal (penggunaan rumus).
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa beberapa siswa mampu
mengembangkan bentuk-bentuk representasi menggunakan proses logika
matematika. Siswa mulai merumuskan representasi menggunakan premis yang
diketahui, mengatur premis-premis, membuat dugaan, dan kemudian mengatur
representasi formal. Persamaan penelitian Dahlan & Juandi dengan peneliti adalah
sama-sama memfokuskan penelitian pada representasi matematis. Perbedaan
17
penelitian Dahlan & Juandi dengan peneliti adalah: 1) Dahlan & Juandi
melakukan penelitian pada siswa sekolah dasar, sedangkan peneliti pada
mahasiswa; 2) Dahlan & Juandi menguji bentuk-bentuk representasi sedangkan
peneliti adalah untuk mengetahui kemampuan representasi.
Penelitian Muthmainnah tahun 2014, dengan judul “Meningkatkan
Kemampuan Representasi Matematis Siswa melalui Pendekatan Pembelajaran
Metaphorical Thinking”. Tujuan dari penelitian Muthmainnah adalah untuk
menganalisis perbedaan kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan
dengan pendekatan metaphorical thinking dan siswa yang diajarkan dengan
pendekatan pembelajaran konvensional. Hasil pembahasan dari penelitian
Muthmainnah adalah indikator kemampuan representasi matematis tertinggi yang
diperoleh pada kelas eksperimen adalah kemampuan visual. Rata-rata kemampuan
visual kelas eksperimen adalah 8,56 sedangkan pada kelas kontrol adalah 8,24.
Pada hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung = 2,026 dan ttabel = 2,0048 sehingga
thitung> ttabel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi matematis
siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran metaphorical thinking
lebih tinggi dibandingkan kemampuan representasi matematis siswa yang
diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Persamaan penelitian
Muthmainnah dengan peneliti adalah sama-sama membahas kemampuan
representasi. Perbedaan penelitian Muthmainnah dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah: 1) penelitian Muthmainnah adalah penelitian eksperimen
sedangkan peneliti cenderung ke kualitatif; 2) penelitian Muthmainnah lebih ke
18
arah meningkatkan kemampuan representasi matematis sedangkan peneliti adalah
untuk mengetahui bagaimana kemampuan representasi matematis.
Berdasarkan beberapa pembahasan yang telah peneliti sampaikan di atas, dapat
dibuat tabel persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
peneliti lakukan. Seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.
Persamaan dan Perbedaan Masalah Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian
yang Dilakukan
Penelitian Persamaan Perbedaan
Muhamad Sabirin
(2014)
Representasi
matematis
Penelitian Sabirin membahas jenis representasi, sedangkan peneliti membahas
tentang kemampuan representasi
mahasiswa.
Jarnawi Afgani Dahlan dan Dadang Juandi
(2011)
Representasi
matematis
1. Penelitian Dahlan dan Juandi dilakukan pada siswa sekolah dasar, sedangkan
peneliti melakukan penelitian pada
mahasiswa. 2. Penelitian Dahlan dan Juandi menguji
bentuk-bentuk representasi, sedangkan
peneliti hanya untuk mengetahui
kemampuan representasi matematis mahasiswa.
Muthmainnah (2014) Representasi
matematis
Penelitian Muthmainnah berupa eksperimen
sedangkan yang peneliti lakukan berupa penelitian deskriptif kualitatif.
Ike Kurniati (2017) Representasi
matematis
Penelitian dilakukan di Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
C. Kerangka Pikir
Representasi matematis merupakan salah satu tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai dalam pembelajaran matematika. Meskipun representasi termasuk
dalam tujuan pembelajaran matematika, namun peran representasi masih jarang
diperhatikan. Seperti yang dikemukakan oleh Kartini (2009: 361), bahwa “dalam
pembelajaran matematika selama ini siswa tidak pernah atau jarang diberikan
19
kesempatan untuk menghadirkan representasinya sendiri. Siswa cenderung meniru
cara guru dalam menyelesaikan masalah”. Hal tersebut sering dijumpai dalam
pembelajaran, di mana siswa tidak merasa percaya diri dengan representasinya
sendiri, sehingga lebih suka meniru langkah guru dalam menyelesaikan masalah.
Representasi matematis erat kaitannya dengan pemahaman konsep maupun
penyelesaian masalah. Untuk memahami konsep dibutuhkan kemampuan
representasi. Begitu juga untuk menyelesaikan suatu masalah dibutuhkan
representasi. Representasi matematis juga berperan dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis mahasiswa. Peran representasi matematis
sangat penting dalam pembelajaran matematika. Oleh sebab itu, mahasiswa
diharapkan dapat menggunakan representasi matematis dengan baik. Untuk bisa
menggunakan representasi dengan baik, mahasiswa harus banyak berlatih
mengerjakan soal.
Dalam penelitian ini, untuk dapat mengetahui kemampuan representasi
matematis mahasiswa peneliti menggunakan tiga aspek representasi matematis.
Tiga aspek tersebut diantaranya, aspek representasi matematis visual, persamaan/
ekspresi, dan deskripsi atau kata-kata. Dari ketiga aspek tersebut, masing-masing
ditentukan indikator yang digunakan. Hal tersebut bertujuan untuk membantu
peneliti dalam menganalisis kemampuan representasi matematis mahasiswa.
Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan untuk mengetahui kemampuan
representasi matematis mahasiswaadalah melakukan observasi di kelas untuk
mendapatkan subjek penelitian. Setelah mendapatkan subjek langkah selanjutnya
adalah dengan memberi tes tertulis. Tes tertulis yang diberikan memuat indikator-
20
indikator representasi matematis. Peneliti juga menulis catatan lapangan untuk
memperkuat hasil penelitian. Setelah diberi tes tertulis, subjek penelitian
diwawancarai untuk mengetahui kemampuan representasinya.
Gambar 5. Kerangka Pikir
Representasi
Matematis
Representasi
Matematis
Deskripsi
Representasi
Matematis
Visual
Representasi
Matematis
ekspresi
Pembelajaran
Matematika
Aspek-aspek Kemampuan
Representasi Matematis
1. Observasi
2. Tes Tertulis
3. Wawancara
4. Dokumentasi
5. Catatan Lapangan
Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2016: 1)
adalah “metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi mengenai kemampuan representasi matematis mahasiswa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Purworejo. Waktu
penelitian dari bulai Mei sampai Juli 2017.
Tabel 5.
Waktu Penelitian
No. Tahapan Penelitian Jenis Kegiatan Waktu
`1 Perencanaan Pengajuan judul proposal
penelitian Oktober 2016
Penyusunan proposal
penelitian
Desember 2016-
April 2017
Pembuatan instrumen
penelitian April- Mei 2017
2 Pelaksanaan Observasi, tes tertulis,
dokumen dan wawancara Mei-Juni 2017
3 Pengolahan data dan
penyusunan laporan
Pengolahan data dan
penyusunan laporan
Juni- Agustus
2017
21
22
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, tujuan pengambilan subjek adalah untuk
mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan juga tepat. Agar mendapatkan data
yang tepat, pemilihan sumber data dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
tertentu untuk memudahkan peneliti. Cara pengambilan subjek penelitian dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Dalam
hal ini kata sampling digunakan untuk menunjukan sejumlah subjek. Peneliti
menentukan subjek yang diambil karena ada pertimbangan tertentu, bukan secara
acak.
1. Purposive Sampling
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016: 53-54). Pada purposive sampling,
pengambilan subjek harus didasarkan atas ciri-ciri atau kriteria tertentu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan representasi matematis mahasiswa,
oleh sebab itu diperlukan subjek yang memenuhi kriteria agar dapat mengungkap
hal tersebut. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas;
b. memiliki salah satu dari sikap: aktif bertanya, aktif menjawab pertanyaan, aktif
maju mengerjakan soal.
Pemilihan subjek dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria di
atas, yaitu beberapa mahasiswa. Dosen pengampu juga djadikan sebagai key
informant untuk lebih menguatkan hasil penelitian.
23
2. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2016: 54). Hal
ini dilakukan karena sumber data yang sedikit belum tentu mampu memberikan
data yang memuaskan. Sehingga jumlah sumber data akan semakin besar. Dalam
penelitian ini, peneliti menentukan informan awal dengan pertimbangan tertentu
yang menurut peneliti dapat membuka gambaran umum data yang bisa peneliti
peroleh untuk menentukan tambahan informan jika diperlukan, serta data data
yang diambil pada saat di lapangan. Pengambilan data dari subjek dalam
penelitian akan terus berlangsung sampai data yang diperoleh jenuh. Data
dikatakan jenuh menurut Sugiyono (2016: 57) adalah “dari berbagai informan,
baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data yang baru lagi”. Ketika
dalam pengambilan dan analisis data, apabila peneliti menambah subjek baru data
yang didapat tidak menambah informasi baru dari informasi yang sudah
terkumpul. Jadi, walaupun peneliti menambah subjek baru, data yang didapat
kemungkinannya kecil untuk bertambah, bahkan mungkin tetap.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2016: 62), “teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data”. Dalam pengumpulan data, peneliti bertugas untuk mencari
data dengan cara berinteraksi langsung dengan subjek yang diteliti. Untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial
yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu
24
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/ simultan
(Sugiyono, 2015: 8).
1. Teknik Observasi
Menurut Marshall dalam Sugiyono (2016: 64), “melalui observasi, peneliti
belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut”. Berkaitan dengan
penelitian ini, maka peneliti menjadikan observasi sebagai salah satu teknik
pengumpulan data yang digunakan. Dalam penelitian, observasi digunakan untuk
menentukan subjek yang akan diambil.
2. Tes Tertulis
Pada penelitian ini, peneliti memberikan tes tertulis kepada mahasiswa.
Pemberian tes dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan representasi matematis mahasiswa calon guru matematika. Tes yang
diberikan berupa soal essay atau uraian.
3. Teknik Wawancara
Menurut Moleong (2013: 186), “wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu”. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang subjek dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang
terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui tes tertulis. Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara semi
terstruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalamm kategori in-dept
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan
wawancara terstruktur (Sugiyono, 2016: 73). Pertanyaan yang diberikan dalam
wawancara berkaitan dengan soal yang telah dikerjakan subjek.
25
4. Teknik Catatan Lapangan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik catatan lapangan. Menurut
Bogdan dan Biklen (Moleong, 2013: 209), “catatan lapangan adalah catatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif”. Teknik
ini digunakan untuk melakukan pencatatan data-data berupa situasi dan kondisi
yang menyangkut tingkah laku, praktik-praktik dan kegiatan yang dilakukan
sumber data penelitian. Kegiatan pencatatan ini dilakukan bersamaan dengan
melakukan pengamatan. Pentingnya teknik ini adalah untuk mengetahui dan
melengkapi data-data yang mungkin tidak dapat diperoleh dengan teknik yang
lain.
5. Teknik Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2016: 82), “dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif”.
Dokumentasi dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil lembar jawab
mahasiswa maupun rekaman ketika mahasiswa sedang mengerjakan tes. Hasil
dari observasi ataupun wawancara yang peneliti lakukan menjadi lebih kredibel
(dapat dipercaya) dengan adanya dokumentasi.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2016: 59). Selain itu, peneliti juga
26
menggunakan catatan lapangan dan instrumen lain berupa pedoman wawancara
dan lembar tes. Untuk menguatkan keabsahan instrumen, maka instrumen
penelitian tersebut divalidasi oleh dua validator.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Moleong (2013: 10), “penelitian kualitatif menggunakan analisis
data secara induktif”. Sependapat dengan Moleong, Sugiyono (2016: 89)
mengemukakan bahwa, “analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu
suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
menjadi hipotesis. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data”. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model
Miles and Huberman. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2016: 91), bahwa
“aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display, dan
conclusion drawing/ verification”.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2016: 92). Artinya,
setelah peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi yaitu dengan
triangulasi teknik dan dilakukan secara terus menerus sampai data jenuh. Peneliti
selanjutnya menyempurnakan data dengan cara mengurangi, menambah,
merangkum, membuang dan mengambil data yang pokok dan penting. Dalam
27
penelitian ini reduksi data yang dilakukan adalah mengklasifikasikan kemampuan
representasi mahasiswa.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2016: 95), “yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif”. Dalam melakukan display data selain dengan teks yang
naratif juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart
(Sugiyono, 2016: 95). Penyajian data dalam penelitian ini dengan teks berupa
diskripsi kemampuan representasi mahasiswa sesuai dengan jawaban yang
dikemukakan mahasiswa.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah data
yang didapatkan sudah jenuh, peneliti melakukan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah temuan berupa deskriptif atau
gambaran tentang subjek yang diteliti. Penarikan kesimpulan atau verifikasi yang
peneliti lakukan untuk menggambarkan kemampuan representasi matematis
mahasiswa calon guru matematika sesuai dengan data yang peneliti dapatkan
dalam bentuk naratif.
G. Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2015: 270), “Uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas
eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas)”.
28
Penelitian ini menggunakan uji kredibilitas (credibility) dengan melakukan
triangulasi dan menggunakan bahan referensi. Triangulasi yang dilakukan dengan
penelitian ini adalah triangulasi teknik. Sugiyono (2016: 83), “triangulasi teknik
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama”. Peneliti menggunakan tes, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Tujuan triangulasi teknik pada penelitian ini adalah meningkatkan kepercayaan
peneliti dan meningkatkan kekuatan data.
Peneliti juga menggunakan bahan referensi, yang dimaksud bahan referensi
adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang yang telah ditemukan
oleh peneliti. Misalnya, data hasil wawancara dapat didukung dengan bukti
rekaman audio maupun visual. Data hasil penilaian tes didukung dengan bukti
lembar tes. Data catatan lapangan didukung dengan bukti catatan lapangan.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tujuan dari analisis data ini adalah untuk mengungkapkan rumusan masalah
penelitian. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan
representasi matematis mahasiswa calon guru matematika Universitas
Muhammadiyah Purworejo tahun akademik 2016/ 2017. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil subjek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Adapun tahapan atau proses pelaksanaan penelitian ini yaitu peneliti
mengajukan surat izin penelitian dan observasi kepada Ketua Prodi Pendidikan
Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo pada tanggal 17 Mei 2017.
Setelah itu peneliti meminta izin kepada dosen pengampu Mata Kuliah Geometri
Ruang untuk melaksanakan observasi dan penelitian. Peneliti selanjutnya
melakukan observasi di kelas 2D pada hari Rabu, tanggal 24 dan 31 Mei 2017.
Observasi tersebut dilakukan untuk mengambil subjek penelitian yang nantinya
akan mengerjakan tes.
Penentuan subjek dilakukan sesuai dari hasil observasi yang dilakukan
peneliti pada saat mengikuti kuliah di kelas. Peneliti melakukan observasi
partisipan dimana peneliti ikut di dalam kelas layaknya mahasiswa. Peneliti
melihat tingkat keaktifan mahasiswa pada saat mengikuti pembelajaran. Peneliti
selanjutnya mencatat setiap mahasiswa yang berperan aktif dalam pembelajaran
seperti bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen serta
mahasiswa yang maju mengerjakan soal.
29
30
Observasi pada hari Rabu, tanggal 24 Mei 2017 di semester 2 kelas D dimulai
pukul 09:30-10:45. Dari observasi ini diperoleh dokumentasi seperti tampak pada
gambar berikut.
Gambar 6. Observasi 24 Mei 2017
Berdasarkan dokumentasi di atas, terlihat mahasiswa maju mengerjakan soal.
Beberapa mahasiswa yang maju mengerjakan soal di papan tulis, yaitu mahasiswa
dengan inisial LF, I, FI, NH, dan SIW. Selain itu, terdapat pula beberapa
mahasiswa yang aktif menjawab pertanyaan dari dosen yaitu mahasiswa dengan
inisial LF, NH, RNA, dan ADC. Pada kesempatan ini sayangnya belum muncul
mahasiswa yang aktif bertanya.
Peneliti melakukan observasi selanjutnya pada hari Rabu, tanggal 31 Mei
2017. Pada observasi ini, peneliti juga melakukan pengamatan seperti observasi
sebelumnya. Observasi di semester 2 kelas D dimulai pukul 09:00-10:30. Dari
observasi tersebut diperoleh dokumentasi seperti tampak pada gambar berikut ini.
31
Gambar 7. Observasi 31 Mei 2017
Dari dokumentasi di atas, terlihat mahasiswa maju mengerjakan soal. Mahasiswa
yang maju mengerjakan soal di papan tulis adalah mahasiswa dengan inisial MIZ.
Pada kesempatan ini hanya terdapat satu mahasiswa yang maju mengerjakan soal,
sedangkan beberapa mahasiswa yang aktif menjawab pertanyaan dari dosen, yaitu
mahasiswa dengan inisial LF dan AMDI. Selain beberapa mahasiswa yang
disebutkan di atas, terdapat mahasiswa yang aktif bertanya ke dosen, seperti
mahasiswa dengan inisial ADC.
Selain dari hasil observasi di atas peneliti juga berdiskusi dengan dosen
pengampu mata kuliah yang bersangkutan, apakah hasil observasi tersebut selalu
terlihat pada proses pembelajaran sebelum dan saat peneliti melakukan observasi.
Dari hasil observasi yang diperoleh dan juga hasil diskusi dengan dosen
pengampu mata kuliah, diperoleh empat subjek penelitian yang memenuhi kriteria
yang ditentukan. Berdasarkan beberapa observasi yang telah dilakukan, diperoleh
subjek untuk penelitian seperti tampak pada tabel berikut ini.
32
Tabel 6.
Subjek Penelitian
No Inisial Hasil Pengamatan Kode
Subjek Keterangan
1 LF - Aktif menjawab pertanyaan.
- Aktif mengerjakan soal di depan
kelas.
S1 Subjek 1
2 ADC - Aktif bertanya.
- Aktif menjawab pertanyaan.
S2 Subjek 2
3 NH - Aktif menjawab pertanyaan.
- Aktif mengerjakan soal di depan
kelas.
S3 Subjek 3
4 SIW - Aktif mengerjakan soal di depan
kelas.
S4 Subjek 4
Dari masing-masing subjek selain subjek 4 yang diambil untuk penelitian,
mereka mempunyai dua item keaktifan. Mahasiswa LF pada observasi pertama
menjawab pertanyaan dosen tentang alasan garis AH dan BF bersilangan, serta
maju mengerjakan soal tentang mencari sudut antara dua garis bersilangan.
Sedangkan pada observasi kedua, mahasiswa LF menjawab soal tentang volume
prisma terpancung.
Mahasiswa ADC pada observasi pertama menjawab pertanyaan tentang garis
lain yang sejajar dengan BF dan sebidang dengan AH. Pada observasi kedua
mahasiswa ADC menanyakan tentang panjang 𝑡1 dan volume limas terpancung.
Mahasiswa NH pada observasi pertama menjawab pertanyaan tentang bidang
yang terbentuk, kemudian maju mengerjakan tentang langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk menentukan sudut dari dua buah garis yang bersilangan dan
mengerjakan soal no. 1 poin a.
Mahasiswa SIW hanya memenuhi satu indikator pada saat peneliti
melakukan observasi, yaitu pada observasi pertama maju mengerjakan soal
33
tentang cos 𝛼 (soal no. 1 poin b) dan mencari sudut antara dua buah bidang.
Namun, pada saat mengerjakan mahasiswa SIW mampu mengerjakan dengan
benar meskipun tidak membawa buku catatan. Pertimbangan peneliti mengambil
mahasiswa SIW untuk dijadikan subjek dibandingkan dengan mahasiswa lain
yang sama-sama hanya mempunyai satu indikator adalah ketika maju
mengerjakan soal mahasiswa SIW mampu mengerjakan dengan baik tanpa
melihat buku. Selain pertimbangan tersebut, peneliti juga melakukan diskusi
dengan dosen pengampu mata kuliah untuk pengambilan subjek penelitian.
B. Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari empat subjek yang
berbeda. Dalam penelitian ini terdapat tiga bentuk data yang digunakan, yaitu
hasil tes representasi matematis mahasiswa, wawancara, dan dokumentasi. Ketiga
data ini akan menjadi tolok ukur untuk menyimpulkan kemampuan representasi
matematis mahasiswa calon guru matematika. Soal tes representasi yang
digunakan tampak seperti gambar berikut.
Gambar 8. Soal Tes
34
Seperti tampak pada gambar di atas, soal tes yang diberikan berupa soal essay
yang berjumlah lima.
1. Subjek 1
Pemberian soal tes untuk subjek 1 dilakukan pada tanggal 31 Mei 2017 yang
dimulai pada jam 11:17 WIB sampai selesai. Soal yang diberikan berjumlah lima.
Pada saat subjek 1 mengerjakan soal tes, peneliti melakukan pengamatan yang
diikuti dengan menulis catatan lapangan. Setelah subjek 1 selesai mengerjakan
soal tes langkah selanjutnya yaitu melakukan wawancara berdasarkan hasil tes
yang telah dikerjakan. Di bawah ini peneliti akan menjelaskan kemampuan
representasi matematis subjek 1.
a. Mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian.
1) Soal nomor 2
Gambar 9. Jawaban S1 No. 2
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 sudah mampu
membuat gambar bangun geometri yaitu kubus ABCD.EFGH. Subjek 1
menggambar kubus ABCD.EFGH. Subjek 1 juga menggambar garis AH yang
akan dicari proyeksinya terhadap bidang ABCD. Berdasarkan jawaban tersebut,
diketahui bahwa subjek 1 sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
35
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Pernyataan tersebut juga
dikuatkan dengan hasil wawancara, seperti tampak berikut ini.
P : “Untuk nomor 2, bagaimana cara Anda menunjukkan proyeksi AH pada
bidang ABCD?”
S1 : “Proyeksi AH dengan bidang ABCD?”
P : “Iya.”
S1 : “Pertama itu kita buat kubus ABCD.EFGH ya untuk memudahkan.
Kemudian kita mencoba memproyeksikan garis AH pada bidang
ABCD.”
Hasil wawancara di atas, menunjukan bahwa subjek 1 menggambar kubus ABCD.
EFGH dahulu untuk memudahkan mencari proyeksi AH pada bidang ABCD. Dari
wawancara tersebut, terlihat bahwa subjek 1 sudah mampu membuat gambar
bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Selain data dari tes dan wawancara, diperoleh juga dokumentasi yang
memperkuat pernyataan di atas. Dokumentasi tampak pada gambar di berikut ini.
Gambar 10. Dokumentasi S1 No. 2
Hasil dokumentasi memperlihatkan bahwa subjek 1 menggambar bangun
geometri, yaitu kubus ABCD.EFGH untuk memperjelas permasalahan dan
memfasilitasi penyelesaian. Berdasarkan beberapa hasil di atas, dapat disimpulkan
36
bahwa subjek 1 sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
2) Soal nomor 3
Gambar 11. Jawaban S1 No. 3
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 menggambar kubus ABCD.
EFGH. Subjek 1 kemudian menggambarkan bidang AFH dan juga bidang BDHF,
menggambarkan bangun APO untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian. Subjek 1 juga menggambar bidang datar, yaitu segitiga APO untuk
membantu menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan data tersebut, diketahui
bahwa subjek 1 sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
37
Selain dari hasil tes di atas, juga diperoleh hasil wawancara dengan subjek 1
sebagai berikut.
P : “Untuk nomor 3, bagaimana cara Anda menunjukkan sudut antara
bidang BDHF dengan bidang AFH pada kubus ABCD.EFGH?”
S1 : “Langkah pertama itu kita gambar suatu kubus ABCD.EFGH.
Kemudian setelah itu kita mencari bidang, bidangnya dari bidang AFH
dan juga bidang BDHF. Nah dari kubus ABCD.EFGH diperoleh
bidang AFH itu berbentuk segitiga dan juga bidang BDHF itu
berbentuk persegi panjang. Nah setelah kita tahu bidang AFH sama
BDHF itu mana, kemudian kita itu akan menemukan suatu titik
potong. Eh titik potong, bukan... garis potong antara bidang AFH
dengan BDHF yaitu garis HF itu sendiri. Lha setelah kita menemukan
garis HF, kemudian kita cari proyeksi dari titik A yang tegak lurus
terhadap garis HF. Lha misal garis HF itu diperoleh suatu titik P. Nah
kemudian, berartikan AP itu akan tegak lurus dengan HF.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 1 menggambar kubus
ABCD.EFGH dahulu, kemudian mencari bidang AFH dan bidang BDHF. Subjek
1 kemudian menentukan garis potong dari kedua bidang tersebut. Diketahui garis
potongnya yaitu garis HF. Dari langkah tersebut, subjek 1 dapat mempermudah
mencari langkah penyelesaian dari soal yang ditanyakan. Hasil wawancara
tersebut menguatkan pernyataan bahwa subjek 1 sudah mampu membuat gambar
bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Selain beberapa data di atas, yaitu data dari hasil tes dan wawancara, peneliti
juga menggunakan dokumentasi sebagai data penguat dari kedua data tersebut.
Dokumentasi tersebut memperlihatkan bahwa subjek 1 menggambar kubus
ABCD. EFGH sebagai langkah pertama untuk memperjelas masalah.
Dokumentasi tampak pada gambar di bawah ini. Dari dokumentasi juga terlihat
bahwa subjek 1 menggambar bidang APO.
38
Gambar 12. Dokumentasi S1 No. 3
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 sudah mampu menggambar bangun
geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Berdasarkan data tes, wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa
subjek 1 sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
3) Soal nomor 4
Gambar 13. Jawaban S1 No. 4
39
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 menggambar limas segiempat
beraturan T.ABCD. Subjek 1 juga menggambar proyeksi T pada bidang ABCD
serta menggambar proyeksi T pada bidang AB. Selain itu subjek 1 menggambar
perpotongan antara diagonal AC dan BD. Subjek 1 selanjutnya juga menggambar
bidang datar yaitu segitiga TEO untuk membantu dalam menyelesaikan soal.
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa subjek 1 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
Selain dari hasil tes, diperoleh juga data wawancara dengan subjek 1. Berikut
wawancara dengan subjek 1.
P : “Untuk nomor 4, bagaimana cara Anda menentukan sudut antara bidang
TAB dengan bidang ABCD pada limas segiempat beraturan T.ABCD?”
S1 : “Cara kita menentukan apa itu tadi? Sudut antara bidang ya?”
P : “Iya.”
S1 : “Pertama pastinya kita buat limasnya dulu, limas T.ABCD. T.ABCD
yang mana ABCD itu beraturan. Kemudian proyeksikan bidang TAB
pada bidang ABCD sehingga… Jadi saat kita menentukan sudut antara
bidang TAB dengan ABCD itu pertama kita gambar limasnya terlebih
dahulu, kemudian kita cari mana bidang TAB, mana bidang ABCD.
Sehingga, setelah kita cari TAB itu berbentuk segitiga, ABCD itu
berbentuk persegi, bukan.. persegi panjang. Nah kemudian, dari TAB
dengan bidang ABCD akan diperoleh garis perpotongan, garis potong,
yaitu garis AB karena TAB mempunyai garis AB dan ABCD juga
mempunyai AB.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 1 menggambar limas
segiempat beraturan T.ABCD dahulu, kemudian mencari bidang TAB dan bidang
ABCD. Setelah mengetahui bidang TAB berbentuk segitiga dan bidang ABCD
berbentuk persegi panjang, subjek 1 akan memperoleh garis potong dari kedua
bidang tersebut yaitu AB. Dengan memperoleh garis potong antara kedua bidang
akan mempermudah dalam menemukan bidang tumpuan dan juga sudut tumpuan.
40
Dari wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 1 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
Selain data dari hasil tes dan wawancara yang sudah diuraikan di atas, juga
diperoleh dokumentasi. Dokumentasi tampak seperti gambar di bawah ini.
Gambar 14. Dokumentasi S1 No. 4
Dari gambar di atas, menunjukan bahwa subjek 1 menggambar limas T.ABCD
untuk memperjelas masalah dan mempermudah penyelesaian masalah. Subjek 1
juga menggambarkan bidang tumpuan antara bidang TAB dengan bidang ABCD.
Dengan mengetahui bidang tumpuan antara bidang TAB dengan bidang ABCD
akan mempermudah untuk mencari sudut tumpuan antara kedua bidang tersebut.
Berdasarkan beberapa data yang diuraikan di atas, yaitu data data dari tes tertulis,
wawancara dan dokumentasi dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek 1 sudah
mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian.
41
4) Soal nomor 5
Gambar 15. Jawaban S1 No. 5
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 menggambar kubus
ABCD.EFGH. Subjek 1 juga menggambar proyeksi titik B pada garis EG, serta
membuat segitiga BEG. Hasil dari proyeksi dari titik B ke garis EG yaitu titik B’.
Selain itu, subjek 1 juga menggambar bidang BB’E untuk mempermudah mencari
jarak dari titik B ke garis EG. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa
subjek 1 sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Pernyataan tersebut juga dikuatkan
dengan hasil wawancara yang diperoleh. Berikut hasil wawancara dengan subjek
1 untuk nomor 5.
P : “Untuk nomor 5, bagaimana Anda menggambarkan jarak dari titik B ke
garis EG pada kubus ABCD.EFGH?”
S1 : “Pertama kita gambar kubusnya terlebih dahulu, kubus ABCD.EFGH.
Kemudian kita cermati titik B dan juga garis EG, nah kemudian
setelah itu kita proyeksikan titik B ke garis EG sehingga akan
diperoleh suatu titik yaitu misalnya kita namakan titik B’. Yang mana
jika kita tarik garis antara B dengan B’ itu, BB’ akan tegak lurus
terhadap garis EG. Itu cara menentukan jarak dari B ke EG.”
42
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 1 menggambar kubus
ABCD.EFGH terlebih dahulu, kemudian mencermati titik B dan garis EG. Subjek
1 selanjutnya memproyeksikan titik B ke garis EG, sehingga dari proyeksi
tersebut diperoleh titik B’. BB’ akan tegak lurus terhadap garis EG. Dari situ
didapatlah jarak dari titik B ke garis EG. Hasil wawancara di atas membuktikan
bahwa subjek 1 sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Hasil tes dan wawancara juga diperkuat dengan dokumentasi. Dokumentasi
tampak seperti gambar berikut ini.
Gambar 16. Dokumentasi S1 No. 5
Gambar di atas, menunjukan bahwa subjek 1 menggambar kubus ABCD. EFGH
untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Berdasarkan
beberapa data di atas, yaitu dari data hasil tes, wawancara, dan dokumentasi dapat
disimpulkan bahwa subjek 1 sudah mampu membuat gambar bangun geometri
untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
43
b. Mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
1) Soal nomor 3
Dari Gambar 11. Jawaban S1 No. 3 diketahui bahwa subjek 1 mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Penggunaan
simbol sudut (∠), tegak lurus (⊥) juga sudah tepat. Namun masih terdapat
beberapa coretan dalam jawaban subjek 1. Hasil wawancara juga menunjukan
bahwa subjek 1 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan
ekspresi matematis seperti terlihat di bawah ini.
P : “Misalnya panjang rusuknya 6 cm, coba Anda hitung tangen sudutnya.”
S1 : “Tangen sudut. Nah karena kita kan tadi sudah menemukan, sudutnya
itu kan sudut APO. Sehingga kita cari tangen, tangen bidang AFH
dengan bidang BDHF itu tangen sudut APO. Sehingga agar kita
mudah mencarinya itu kita memerlukan suatu bidang. Lha jadi dengan
memakai bidang tumpuan itu atau dengan bidang APO, kita bisa
mencari tangen sudut APO. Yang mana tangen sudut APO=𝐴𝑂
𝑃𝑂, yang
mana AO itu merupakan setengah dari diagonal bidang. Karena tadi
rusuknya 6 cm, 1
2 diagonal bidang= 3√2. Kemudian PO, PO itu sama
dengan rusuk-rusuknya itu sendiri, jadi= 6. Nah tangen sudut 𝐴𝑃𝑂 =3√2
6 sehingga diperoleh
1
2√2.”
P : “Kenapa PO panjangnya 6?”
S1 : “Karena PO itu akan sejajar dengan rusuk. Misalnya kita ambil rusuk
BS. PO itu sejajar dengan BS, lha karena BS itu panjangnya 6, PO itu
panjangnya 6. Karena PO sama BS itu panjangnya sama.”
P : “Jadi tadi tangen sudutnya?”
S1 : “Tangen sudutnya diperoleh 1
2√2.”
Dari hasil wawancara, diketahui bahwa subjek 1 menggunakan ekspresi
matematis seperti simbol-simbol angka, kemudian menggunakan perbandingan
untuk mengetahui tangen sudut. Hal tersebut menunjukan bahwa subjek 1 sudah
mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
44
Hasil wawancara dan tes juga dikuatkan dengan dokumentasi. Dokumentasi
yang diperoleh tampak seperti gambar berikut ini.
Gambar 17. Dokumentasi S1 No. 3
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 melibatkan ekspresi
matematis dalam penyelesaian masalah. Dari beberapa data di atas dapat
disimpulkan bahwa subjek 1 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematis.
2) Soal nomor 4
Berdasarkan Gambar 13. Jawaban S1 No. 4 diketahui bahwa subjek 1
menggunakan ekspresi matematis, di antaranya menggunakan simbol angka-
angka, sudut (∠), tegak lurus (⊥) dengan benar. Dari data di atas, dapat diketahui
bahwa subjek 1 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan
ekspresi matematis. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil wawancara. Berikut hasil
wawancara yang diperoleh.
P : “Misalnya tinggi limasnya 8 cm dan AB = 8 cm. Berapa besar tangen
sudutnya?”
S1 : “Tangen sudut. Tadi kan kita sudah menentukan sudut. Kita sudah
memperoleh sudutnya itu yang mana sudutnya merupakan sudut TEO.
Nah sehingga kita itu mencari tangennya dengan meminta bantuan
dari segitiga, eh bukan.. dari bidang tumpuan yaitu bidang TEO itu
45
sendiri.”
P : “Sudut tumpuannya tadi?”
S1 : “Sudut tumpuannya tadi TEO juga. Bidang tumpuannya juga bidang
TEO. Nah jadi tangen dari sudut 𝑇𝐸𝑂 =𝑇𝑂
𝐸𝑂. Yang mana TO itu
merupakan tinggi limas dan EO itu merupakan setengah atau
pertengahan dari garis EF. Jadi tangen sudut 𝑇𝐸𝑂 =8
4 sehingga
diperoleh hasil 2.”
P : “Kenapa EO panjangnya 4?”
S1 : “EO panjangnya 4, karena kita kan tahu garis EF yang tadi kita
temukan di awal itu besarnya sama dengan BC. Nah kemudian EO itu
kan pertengahan dari garis EF, sehingga EF kan sama dengan BC tadi,
sama dengan 8. Jadi 𝐸𝑂 =1
2× 8, hasilnya 4.”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa subjek 1 dalam mencari tangen
sudut tumpuan menggunakan berbagai ekspresi matematis, seperti simbol-simbol
angka, juga operasi hitung. Dari wawancara tersebut, diketahui bahwa subjek 1
sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Hal
ini juga diperkuat dengan dokumentasi. Dokumentasi yang diperoleh tampak
seperti gambar berikut.
Gambar 18. Dokumentasi S1 No. 4
Dari gambar di atas, diketahui bahwa untuk menyelesaikan masalah subjek 1
melibatkan ekspresi matematis. Berdasarkan hasil tes, wawancara dan
46
dokumentasi dapat disimpulkan bahwa subjek 1 sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
3) Soal nomor 5
Dari Gambar 15. Jawaban S1 No. 5 diketahui bahwa subjek 1 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Penggunaan
simbol tegak lurus (⊥) juga sudah benar. Hasil wawancara juga menunjukan
bahwa subjek 1 mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi
matematis. Berikut adalah hasil wawancara yang diperoleh.
P : “Misalnya panjang rusuknya 12 cm, berapa jarak dari B ke garis EG?”
S1 : “Tadi kan kita tahu panjangnya, eh jarak B ke EG itu BB’ ya? Sehingga
kita itu membutuhkan bantuan. Sehingga dari itu kita tarik garis antara
B, titik B ke titik E kemudian titik B ke titik G. Sehingga diperoleh
suatu segitiga yaitu segitiga BEG.”
P : “Bentuknya?”
S1 : “Bentuknya segitiga sama sisi. Karena BE, EG dan juga GB merupakan
diagonal bidang. Selanjutnya kita itu apa ya, mencari BBE, eh BB’ itu
dengan bantuan segitiga BB’E misalnya. Sehingga diperoleh suatu
segitiga yaitu segitiga BEG. Karena kan kita cari segitiga yang siku-
siku dan kita tahu BB’ itu tegak lurus dengan EG. Sehingga BB’ juga
akan tegak lurus dengan EB’. Nah kemudian, kita tahu EB′ =1
2diagonal bidang sehingga..”
P : “EB′ =1
2diagonal bidang?”
S1 : “Iya. Berartikan 1
2× 12√2.”
P : “Kenapa 12√2?”
S1 : “Karena kalau diagonal bidang di suatu kubus itu rusuk dikali √2 itu
rumus tercepat untuk mencari diagonal bidang. Nah kemudian dari itu
kita juga tahu EB. EB itu kan merupakan diagonal bidang, sehingga
panjang EB juga merupakan eh panjang EB = 12√2, sehingga untuk
menentukan BB’ itu = (EB)2 − (EB′)2 yang mana EB2 = 12√2,
kemudian kita kuadratkan dikurangi (EB′)2 = 6√2 kita kuadratkan,
sehingga..”
P : “Ada akarnya atau tidak?”
S1 : “Ada, karena kita sudah BB’ jadi BB′ = √288 − 72 = √216, sehingga
diperoleh hasil 6√6 . Itu jarak dari B ke EG.”
47
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 1 menggunakan
ekspresi matematis di antaranya simbol-simbol. Baik itu simbol angka maupun
akar. Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa subjek sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
Selain dari tes, diperoleh pula dokumentasi. Dokumentasi di sini sebagai
penguat hasil wawancara dan tes. Dokumentasi yang diperoleh tampak seperti
gambar berikut ini.
Gambar 19. Dokumentasi S1 No. 5
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 melibatkan penggunaan
ekspresi matematis dalam menyelesaikan masalah. Dari gambar tersebut
menunjukan bahwa subjek 1 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematis. Berdasarkan beberapa data yang diuraikan di atas,
dapat disimpulkan bahwa subjek 1 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematis.
48
c. Mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
1) Soal no. 1
Gambar 20. Jawaban S1 No. 1
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 menjelaskan hubungan antara
garis dengan bidang, bidang dengan bidang, pada permukaan kubus
PQRS.TUVW dengan teks tertulis. Subjek 1 menyebutkan hubungan garis dan
bidang, di antaranya sejajar, berpotongan dan terletak pada bidang beserta
contohnya. Subjek 1 juga menyebutkan hubungan bidang dan bidang, di antaranya
sejajar, berpotongan tegak lurus beserta contohnya. Dari data hasil tes tersebut
49
diketahui bahwa subjek 1 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan
teks tertulis.
Berikut hasil wawancara dengan subjek 1 yang diperoleh.
P : “Coba lihat soal nomor 1, di situ terdapat kubus PQRS. TUVW. Dari
soal itu, apa yang Anda ketahui tentang hubungan garis dan bidang
pada permukaan kubus tersebut?”
S1 : “Ohh..tentang garis dan bidang. Jadi kalau permukaan dari hubungan
garis dan bidang itu tu ada tiga yaitu: sejajar, berpotongan, dan juga
garis itu terletak pada suatu bidang. Lha pertama dari hubungan
sejajar contohnya itu dari kubus PQRS.TUVW, bidang PQRS itu
sejajar dengan garis TU, UV, VW, WT, WU, TV itu contohnya.
Kemudian bidang QRVU akan sejajar dengan garis PS, SW.
Kemudian bidang PQUT sejajar dengan garis SR dan juga RV. Lha
kemudian yang berpotongan, itu ada bidang PQRS dengan garis VT
dan juga UI. Bidang QRUV akan berpotongan dengan garis PQSR
kemudian bidang SRVW berpotongan dengan garis QR.”
P : “SRVW berpotongan dengan?”
S1 : “QR. Kemudian yang ketiga itu ada garis yang terletak pada suatu
bidang. Jadi tuh garisnya itu ada di bidang itu. Lha contohnya itu ada
garis PQ, QR, itu terletak pada bidang PQRS. Kemudian garis SP, PT,
itu terletak pada bidang TPSW. Dan juga ada SR, RV, itu terletak..
garis SR, kemudian garis RV itu terletak pada bidang SRVW, gitu.”
P : “Selanjutnya, apa yang Anda ketahui tentang hubungan bidang dan
bidang dari permukaan kubus?”
S1 : “Nah kalau tentang hubungan bidang dan bidang itu tuh hanya ada dua.
Bahwa bidang itu sejajar dengan bidang yang lain, yang kedua itu
bidang itu berpotongan. Terus karena ini kubus lha berpotongannya
itu tegak lurus antara bidang yang satu dengan bidang yang lain.
Contoh dari bidang yang saling sejajar yaitu, bidang PQRS dengan
TUVW. Kemudian bidang PQUT dengan SRVW. Kemudian bidang
PSWT dengan bidang QRVU. Itu yang sejajar. Kemudian yang
berpotongan, itu ada bidang PQRS dengan bidang QRVU, bidang
SRVW dengan PQUT ehh… SRVW bukan, dengan WVUT,
kemudian bidang PSWT dengan bidang SPQR. Itu mbak yang
berpotongan.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui subjek 1 menjelaskan hubungan garis dan
bidang pada permukaan kubus PQRS.TUVW dengan kata-kata. Subjek 1
menjelaskan hubungan tersebut yaitu: sejajar, berpotongan, dan juga garis itu
terletak pada suatu bidang. Contohnya bidang PQRS itu sejajar dengan garis TU,
50
UV, VW, WT, WU, TV. Bidang QRVU akan sejajar dengan garis PS, SW,
kemudian bidang PQUT sejajar dengan garis SR dan juga RV, selanjutnya yang
berpotongan, itu ada bidang PQRS dengan garis VT dan juga UI. Bidang QRUV
akan berpotongan dengan garis PQSR kemudian bidang SRVW berpotongan
dengan garis QR.
Subjek 1 juga menjelaskan hubungan bidang dan bidang pada permukaan
kubus PQRS.TUVW dengan kata-kata. Subjek 1 menjelaskan hubungan bidang
dan bidang yaitu, sejajar dengan bidang yang lain dan berpotongan. Contoh
bidang yang saling sejajar yaitu, bidang PQRS dengan TUVW, bidang PQUT
dengan SRVW, bidang PSWT dengan bidang QRVU. Bidang yang berpotongan,
ada bidang PQRS dengan bidang QRVU, bidang SRVW dengan WVUT, bidang
PSWT dengan bidang SPQR. Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa
subjek 1 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata. Hal ini
juga dikuatkan dengan dokumentasi. Berikut dokumentasi yang diperoleh.
Gambar 21. Dokumentasi S1 No. 1
51
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 1 sudah mampu menjawab soal
dengan menggunakan teks tertulis. Berdasarkan hasil tes, wawancara dan
dokumentasi dapat disimpulkan bahwa subjek 1 sudah mampu menjawab soal
dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis
2) Soal no 2
Berdasarkan Gambar 9. Jawaban S1 No. 2, diketahui bahwa subjek 1 juga
sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan teks tertulis. Selain hasil tes,
berikut hasil wawancara yang diperoleh.
P : “Untuk nomor 2, bagaimana cara Anda menunjukkan proyeksi AH pada
bidang ABCD?”
S1 : “Proyeksi AH dengan bidang ABCD? Pertama itu kita buat kubus
ABCD.EFGH ya untuk memudahkan. Kemudian kita mencoba
memproyeksikan garis AH pada bidang ABCD. Lha pertama itu kita
proyeksi titik A ke bidang ABCD yaitu didapatkan suatu titik A di
bidang ABCD. Karena A itu merupakan sekutu atau garis AH sama
bidang ABCD itu sama-sama memiliki titik A. Kemudian yang kedua
kita proyeksikan titik H pada bidang ABCD, sehingga didapatlah
suatu titik D. Karena titik H itu sejajar dengan titik D, lha sehingga
dari itu akan didapatkan hasil yaitu AD yang merupakan proyeksi dari
AH ke bidang ABCD.”
Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 1 mampu menunjukan
proyeksi AH pada bidang ABCD. Subjek 1 pertama membuat kubus
ABCD.EFGH, kemudian memproyeksikan garis AH pada bidang ABCD. Subjek
1 memproyeksikan titik A ke bidang ABCD didapatkan titik A di bidang ABCD.
Subjek 1 kemudian memproyeksikan titik H pada bidang ABCD, sehingga
didapat titik D. Dari proyeksi tersebut subjek 1 mendapatkan hasil proyeksi dari
AH ke bidang ABCD yaitu AD. Dari wawancara di atas diketahui bahwa subjek 1
sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata.
52
Hasil dari tes juga diperkuat dengan dokumentasi. Dokumentasi tampak
seperti gambar berikut.
Gambar 22. Dokumentasi S1 No. 2
Gambar di atas menunjukan bahwa subjek 1 sudah mampu menjawab soal dengan
menggunakan teks tertulis. Berdasarkan hasil tes, wawancara, dan dokumentasi
dapat disimpulkan bahwa subjek 1 sudah mampu menjawab soal dengan
menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
2. Subjek 2
Pemberian soal tes untuk subjek 2 dilakukan pada tanggal 31 Mei 2017 yang
dimulai pada jam 10:00 WIB sampai selesai. Soal yang diberikan berjumlah lima.
Pada saat subjek 2 mengerjakan soal tes, peneliti melakukan pengamatan yang
diikuti dengan menulis catatan lapangan. Setelah subjek 2 selesai mengerjakan
soal tes langkah selanjutnya yaitu melakukan wawancara berdasarkan hasil tes
yang telah dikerjakan. Di bawah ini peneliti akan menjelaskan kemampuan
representasi matematis subjek 2.
53
a. Mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian.
1) Soal no. 2
Gambar 23. Jawaban S2 No. 2
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 membuat gambar
kubus ABCD. EFGH. Kubus tersebut untuk membantu memperjelas letak garis
AH, serta mempermudah mencari proyeksi dari garis AH ke bidang ABCD. Hal
tersebut menunjukan bahwa subjek 2 sudah mampu membuat gambar bangun
geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Hasil wawancara yang diperoleh juga menunjukan bahwa subjek 2 sudah
mampu membuat bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian. Berikut hasil wawancara dengan subjek 2 yang diperoleh .
P : “Untuk nomor 2, bagaimana Anda menunjukan proyeksi dari AH ke
bidang ABCD?”
S2 : “Proyeksi AH pada bidang ABCD, pertama berarti digambar dulu
kubus ABCD.EFGH, terus abis itu gambar juga garis AH. Nah garis
AD itu proyeksi garis AH.”
Dari jawaban tersebut diketahui bahwa langkah pertama subjek 2 untuk
menunjukan proyeksi AH pada bidang ABCD adalah menggambar kubus ABCD.
EFGH. Subjek 2 kemudian menggambar garis AH, menentukan proyeksinya.
54
Hasil wawancara tersebut juga dikuatkan dengan dokumentasi yang peneliti
peroleh. Dokumentasi tampak seperti gambar di bawah ini.
Gambar 24. Dokumentasi S2 No. 2
Berdasarkan di atas, diketahui bahwa subjek 2 menggambar bangun geometri
yaitu kubus ABCD.EFGH untuk mencari proyeksi AH pada bidang ABCD. Dari
beberapa data di atas dapat diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu menggambar
bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Berdasarkan beberapa data di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah
mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian
2) Soal no. 3
Gambar 25. Jawaban S2 No. 3
55
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 menggambar kubus ABCD.
EFGH. Subjek 2 menggambar bidang AFH dan bidang BDHF, serta bidang
tumpuannya. Subjek 2 kemudian menentukan sudut tumpuan dari bidang tumpuan
tersebut. Bidang tumpuannya diberi nama bidang AOP. Berdasarkan hasil tes
tersebut, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu membuat gambar bangun
geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Selain dari hasil tes, juga diperoleh hasil wawancara dengan subjek 2. Berikut
hasil wawancara dengan subjek 2.
P : “Untuk nomor 3, bagaimana Anda menunjukan sudut antara bidang
BDHF dengan bidang AFH pada kubus ABCD.EFGH?”
S2 : “Pertama kita buat kubus ABCD.EFGH. Terus abis itu kita gambar
bidang AFH sama bidang BDHF. Sudut antara AFH dan BDHF itu di
sini (menunjukan sudutnya).”
P : “Di antara?”
S2 : “Di antara.. di antara bidang AFH dengan BDHF.”
P : “Kemudian bagaimana Anda menunjukan sudut yang yeng terbentuk
tadi? Cara Anda menunjukannya.”
S2 : “Pertama, BDHF itu adalah persegi panjang, dan AFH adalah segitiga
sama sisi. Pertama proyeksikan titik A pada garis HF menghasilkan
titik O pada pertengahan HF, biar buat cari bidang tumpuan itu kan
kita harus.. apa ya? Punya dua garis yang sejajar sama garis tumpuan.
Nah garis tumpuan di AFH sama bidang BDHF itu garis HF. Jadinya
kita harus mencari garis yang tegak lurus HF itu di bidang AFH dan
juga dibidang BDHF. Trus kedua, proyeksi titik O pada pada garis BD
menghasilkan titik P pada pertengahan BD. Jadinya dari titik O ini
diproyeksikan ke garis BD menghasilkan titik P dan OP itu tegak
lurus HF. AO tegak lurus HF. Jadi bidang tumpuan antara bidang
AFH dengan bidang BDHF adalah adalah bidang AOP. Sudut
tumpuan berada pada bidang tumpuan. Jadi, sudut tumpuan antara
bidang AFH dengan bidang BDHF adalah sudut AOP.”
P : “Apa yang Anda ketahui tentang bidang tumpuan?”
S2 : “Bidang tumpuan itu bidang yang terletak antara dua bidang.. bidang
tumpuan adalah bidang yang tegak lurus antara garis potong kedua
bidang. Nah ini bidang AOP tegak lurus, tegak lurus dengan garis
potong bidang AFH dengan bidang BDHF.”
P : “Garis potongnya apa ya?”
S2 : “HF.”
56
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 2 menggambar kubus
ABCD.EFGH dahulu untuk membantu mencari bidang AFH dan BDHF. Dengan
mengetahui bidang AFH dan BDHF, subjek 2 kemudian dapat menemukan
bidang tumpuan yang nantinya akan mempermudah untuk mencari sudut
tumpuannya. Namun sebelum mendapatkan bidang tumpuan, subjek 2 terlebih
dahulu mencari garis perpotongan antara bidang AFH dengan BDHF. Dari hasil
wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu menggambar bangun
geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Data dari hasil tes dan wawancara yang telah diuraikan di atas, berikut
dokumentasi yang diperoleh. Dokumentasi di sini sebagai penguat dari kedua data
yang disebutkan di atas. Berikut dokumentasi yang diperoleh seperti gambar di
bawah ini.
Gambar 26. Dokumentasi S2 No. 3
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 menggambar kubus ABCD.EFGH,
bidang AFH, bidang BDHF untuk memperjelas masalah dan sebagai langkah
pertama untuk menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan data tes, wawancara,
57
dan dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
3) Soal no. 4
Gambar 27. Jawaban S2 No. 4
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 menggambar limas segiempat
beraturan T.ABCD. Subjek 2 juga menggambar proyeksi T pada bidang ABCD
serta menggambar proyeksi T pada bidang AB. Selain itu subjek 2 menggambar
garis PQ yang letaknya sejajar dengan garis AD dan BC juga terletak di tengah
AB. Dari data di atas dapat diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
Selain dari hasil tes, diperoleh juga hasil wawancara dengan subjek 2. Hasil
wawancara tampak seperti di bawah ini.
P : “Untuk nomor 4, bagaimana Anda menentukan sudut antara bidang
TAB dengan bidang ABCD pada limas segiempat beraturan?”
S2 : “Pertamanya gambar dulu, jelas. Terus abis itu.. pertanyaannya apa
58
mbak?”
P : “Bagaimana cara Anda menentukan sudut antara bidang TAB dengan
bidang ABCD pada limas segiempat beraturan T.ABCD?”
S2 : “Berarti, pertama proyeksikan titik T pada bidang ABCD menghasilkan
titik O.”
P : “Kenapa T di proyeksikan ke bidang ABCD?”
S2 : “Biar mempermudah mencari OP yang tegak lurus AB. Karenakan AB
perpotongan 2 bidang antara TAB dengan ABCD. Terus nomor dua
proyeksikan titik O pada AB dan DC menghasilkan titik P dan Q.
Jadinya di AB ada titik P, di DC ada titik Q, proyeksi dari O. Segitiga
TAB adalah segitiga sama kaki. Proyeksikan titik P ke garis AB maka
akan tepat di titik P. Kenapa tepat? Karena P itu proyeksi O. Nah
kalau O di proyeksikan ke P berarti AP=BC. Jadi AP itu di tengah-
tengah BC. Nah ini kan C diproyeksikan ke P. Jadi TP itu di tengah-
tengah AB juga. TP tegak lurus AB, dan OP tegak lurus AB. Jadi
bidang tumpuan.. jadi bidang TOP adalah bidang tumpuan antara
bidang TAB dengan bidang ABCD.”
P : “OP kenapa bisa tegak lurus dengan AB?”
S2 : “Kan proyeksi. Proyeksi titik O ke bidang AB. Kan pasti tegak lurus
dan memotong AB di tengah-tengah. Sudut tumpuan antara bidang
TAB dengan bidang ABCD adalah sudut TOP. Jadi..”
P : “TOP?”
S2 : “TPO.”
P : “TPO bukan TOP?”
S2 : “Iya.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 2 menggambar limas
segiempat beraturan T.ABCD dahulu untuk membantu memperjelas masalah yang
ditanyakan, yaitu untuk menentukan sudut dari bidang TAB dengan ABCD.
subjek 2 kemudian memproyeksikan T pada bidang ABCD, menghasilkan titik O.
Titik O itu diperpanjang ke garis AB dan DC menghasilkan P. Subjek 2
selanjutnya memproyeksikan T ke garis AB. Bidang tumpuan dari bidang TAB
dan ABCD diberi nama TOP. Bidang tumpuan ini akan membantu mempermudah
untuk mencari sudut tumpuan yang memfasiltasi penyelesaian. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah mampu membuat bangun geometri
untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian
59
Selain dari hasil tes dan wawancara di atas, diperoleh juga dokumentasi.
Dokumentasi tampak seperti gambar berikut ini.
Gambar 28. Dokumentasi S2 No. 4
Dari hasil dokumentasi di atas, terlihat bahwa subjek 2 menggambar bangun
limas segiempat beraturan T.ABCD untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian. Data tersebut menunjukan bahwa subjek 2 sudah
mampu menggambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian. Berdasarkan beberapa data yang diuraikan di atas,
yaitu data data dari tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi dapat ditarik
kesimpulan bahwa subjek 2 sudah mampu membuat gambar bangun geometri
untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
4) Soal no. 5
Gambar 29. Jawaban S2 No. 5
60
Jawaban subjek 2 no. 5 tampak pada gambar di atas. Dari gambar tersebut
diketahui bahwa subjek 2 menggambar kubus ABCD.EFGH untuk membantu
mempermudah menyelesaikan permasalahan. Subjek 2 juga menggambar
proyeksi B pada garis EG, yang menghasilkan titik O serta menghubungkan B, E,
dan G. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu
membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
Selain dari hasil tes, diperoleh juga hasil wawancara dengan subjek 2 untuk
nomor 5 sebagai berikut.
P : “Untuk nomor 5, bagaimana Anda menentukan jarak dari titik B ke
garis EG pada kubus ABCD.EFGH?”
S2 : “Pertama gambar kubusnya dulu.”
P : “Kenapa pertamanya anda menggambar kubus dulu?”
S2 : “Ya kan biar jelas di mana titik-titiknya. Terus habis itu, kalau kubus
ABCD.EFGH trus tarik garis B ke E. Dan garis B ke G. Maka akan
terbentuk segitiga sama sisi.”
P : “Kenapa ditarik garis B ke E dan B ke G?”
S2 : “Biar gampang mencari jaraknya. Kan kalo jarak itu kan.. garis
terpendek antara jarak itu kan garis hubung terpendek antara titik B
dengan EG. Jadinya kan jarak.. jarak B ke EG itu yang paling pendek
itu BO. Jadinya kan pertama harus B ke EG dulu terus, eh B ke E
terus B ke G. Ini kan sama jaraknya 6√2 . Eh, ini kan diagonal sisi
sama diagonal sisi kan sama jaraknya. Berarti sisi jarak yang paling,
jarak.. garis hubung yang terpendek itu berarti BO. Bukan BE, bukan
BG.”
P : “Tadi Anda sudah menjelaskan tentang titik O belum ya?”
S2 : “Belum.”
P : “Kenapa bisa tiba-tiba muncul titik O?”
S2 : “Oh itu.. proyeksikan titik B ke garis EG. Menghasilkan titik O. Nah
BO itu tegak lurus EG, karena dia itu proyeksi, dan BO itu memotong
EG sama panjang.”
P : “Jadi jarak dari titik B ke garis EG itu?”
S2 : “BO.”
Dari hasil wawancara dengan subjek 2 seperti yang terlihat di atas, diketahui
bahwa subjek 2 menggambar kubus ABCD.EFGH terlebih dahulu untuk
61
menyelesaikan soal nomor 5. Ketika ditanya lebih lanjut kenapa menggambar
kubus terlebih dahulu, subjek menjawab untuk mempermudah mengetahui titik-
titiknya. Hal tersebut membuktikan bahwa subjek 2 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri unutk memperjelas masalah dan juga memfasilitasi
penyelesaian.
Selain dari hasil tes dan wawancara yang sudah ditunjukkan di atas, diperoleh
pula dokumentasi. Dokumentasi tampak seperti gambar di bawah ini.
Gambar 30. Dokumentasi S2 No. 5
Dari hasil dari dokumentasi subjek 2 juga menunjukan hal yang sama seperti hasil
di wawancara maupun juga tes, yaitu subjek 2 sudah mampu membuat gambar
bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Berdasarkan beberapa data di atas, yaitu dari data hasil tes, wawancara, dan
dokumentasi dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah mampu membuat gambar
bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
62
b. Mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
1) Soal no. 3
Dari Gambar 25. Jawaban S2 No. 3 diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Pengunaan simbol
sudut (∠) dan tegak lurus (⊥) sudah benar. Subjek 2 juga menyelesaikan masalah
dengan menggunakan ekspresi matematis dengan baik. Selain dari hasil tes,
diperoleh pula hasil wawancara. Hasil dari wawancara dengan subjek 2 tampak
seperti berikut ini.
P : “Jika diketahui panjang rusuknya 6 cm, coba Anda hitung tangen
sudutnya.”
S2 : “AP.. AP itu setengah AC. AC itu kan diagonal sisi. AC itu panjangnya
6√2.”
P : “Kenapa bisa 6√2?”
S2 : “Pakai phytagoras. Kan 6.. 𝐴𝐶 = √𝐴𝐵2 + 𝐵𝐶2 . √62 + 62.
√36 + 36 = √72. AC itu √72 = 6√2.”
P : “Kemudian?”
S2 : “Terus abis itu OP sejajar dengan FB. Jadinya panjang OP itu 6 cm,
karena panjang FB 6 cm. Tan sudut AOP sama dengan 𝑎𝑝
𝑜𝑝=
3√2
6=
1
2√2.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu
menggunakan ekspresi matematis untuk menyelesaikan masalah. Hal ini terlihat
dari bagaimana subjek 2 menghitung tangen sudut AOP, sehingga hasil
wawancara tersebut menunjukan bahwa subjek 2 sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
Selain dari hasil tes dan wawancara yang sudah diutarakan di atas, diperoleh
pula dokumentasi subjek 2. Dokumentasi yang diperoleh juga memperkuat dari
63
hasil tes wawancara yang diperoleh. Dokumentasi tampak seperti gambar di
bawah ini.
Gambar 31. Dokumentasi S2 No. 3
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Berdasarkan beberapa data di
atas, dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah mampu menyelesaikan masalah
dengan melibatkan ekspresi matematis.
2) Soal no. 4
Berdasarkan Gambar 27. Jawaban S2 No. 4 diketahui bahwa subjek 2 sudah
mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Hal ini
terlihat bahwa subjek 2 sudah mampu menggunakan simbol sudut (∠), sejajar (∥)
dan tegak lurus (⊥) dengan baik. Selain hal tersebut, juga terlihat bahwa subjek 2
mampu menggunakan ekspresi matematis dalam mencari tangen sudut dari TAB
dan ABCD.
Dari hasil wawancara dengan subjek 2 juga diperoleh data sebagai berikut.
P : “Jika diketahui AB= 8 cm dan tinggi dari limasnya 8 cm. Berapa
tangen sudut dari bidang TAB dan bidang ABCD?”
64
S2 : “PQ itu sejajar BC. BC itu kan panjangnya 8 cm, jadi PQ juga
panjangnya 8 cm. Nah OP, OP kan di tengah-tengah PQ, jadi 𝑂𝑃 =1
2× 𝑃𝑄 =
1
2× 8 = 4. Jadi panjang OP 4 cm. Nah TO, TO itu kan
panjang.. tinggi limas jadi TO= 8 cm. Terus mencari tan sudut TPO
dengan 𝑇𝑂
𝑃𝑂=
8 𝑐𝑚
4 𝑐𝑚= 2. Jadi tan sudut TPO itu 2.”
Dari wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 2 melibatkan ekspresi matematis
untuk menyelesaikan masalah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah
mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
Data dari tes dan wawancara selanjutnya diperkuat dengan dokumentasi.
Berikut dokumentasi yang diperoleh seperti di bawah ini.
Gambar 32. Dokumentasi S2 No. 4
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 melibatkan ekspresi matematis
untuk menyelesaikan masalah. Berdasarkan data tes, wawancara, dan
dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
3) Soal nomor 5
Berdasarkan Gambar 29. Jawaban S2 No. 5, diketahui bahwa subjek 2 sudah
mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Hal ini
65
terlihat dari subjek 2 yang menggunakan ekspresi matematis dalam mencari
panjang BO dengan baik. Selain dari hasil tes, diperoleh juga hasil wawancara
sebagai berikut.
P : “Jika diketahui panjang rusuk dari kubus ABCD.EFGH itu 6 cm.
Berapa panjang jarak dari B ke garis EG?”
S2 : “Berarti kan BO. Panjang BO. Nah berarti kan kita pertama, EG itu kan
diagonal sisi. O kan memotong EG tepat ditengah. Jadi OE=OG. Jadi
OG =1
2× EG.”
P : “Tadi diagonal sisi itu apa?”
S2 : “Diagonal sisi EG.”
P : “Enggak. Maksudnya pengertian dari diagonal sisi?”
S2 : “Diagonal sisi adalah diagonal yang berada.. diagonal yang..”
P : “Diagonal sisi adalah?”
S2 : “Diagonal suatu sisi kubus. Jadinya kalau diagonal sisi EG, berarti
diagonal sisi EFGH. Nah itu kan, panjang EG adalah diagonal sisi.
Jadi panjang 𝑂𝐺 =1
2𝐸𝐺. Nah kenapa setengah EG? Titik O itu
proyeksi dari B. Jadinya kan O itu berada tepat setengah EG. Jadi
EO=OG. Jadi sama aja 𝑂𝐺 =1
2𝐸𝐺. Berarti 𝑂𝐺 =
1
2× , sisinya kan 12
cm jadi panjang diagonal sisinya itu 12√2. Jadinya 𝑂𝐺 =1
2× 12√2.
𝑂𝐺 = 6√2. OG panjangnya 6√2 𝑐𝑚. Terus CG, CG adalah diagonal
sisi. Jadi panjang 𝐵𝐺 = 6√2 . Pakai rumus phytagoras yang kayak
tadi. Terus mencari panjang BO, nah ini saya menggunakan segitiga
BOG. Panjang 𝐵𝑂 = √𝐵𝐺2 − 𝑂𝐺2 = √(12√2)2
− (6√2)2
=
√288 − 72 = √216 = 6√6. Jadi jarak dari B ke garis EG itu 6√6.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Terlihat
bagaimana subjek 2 mampu menjelaskan cara menghitung panjang dari titik B ke
garis EG dengan baik. Subjek 2 juga menggunakan menggunakan berbagai
ekspresi matematis seperti simbol-simbol dan persamaaan dengan benar. Hal ini
juga diperkuat dengan dokumentasi yang diperoleh seperti tampak pada gambar di
bawah ini.
66
Gambar 33. Dokumentasi S2 No. 5
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematis. Berdasarkan data tes, wawancara dan
dokumentasi dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
c. Mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
1) Soal no. 1
Gambar 34. Jawaban S2 No. 1
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu
menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis. Terlihat subjek 2
mampu menjelaskan hubungan garis dan bidang, bidang dan bidang, yang
terdapat pada permukaan kubus PQRS.TUVW dengan baik. Selain dari hasil tes,
67
diperoleh juga hasil wawancara dengan subjek 2. Hasil wawancara tampak seperti
berikut ini.
P : “Untuk nomor 1, coba Anda lihat kubus PQRS.TUVW. Dari kubus itu
apa yang Anda ketahui tentang hubungan garis dan bidang pada
permukaan kubus ini?”
S2 : “Hubungan garis PQ, garis QR, garis RS, garis SP, terletak pada bidang
PQRS. Garis TP, UQ, VR, WS, memotong bidang PQRS. Garis PU,
UV, VW, WT sejajar bidang PQRS.”
P : “Dari yang Anda sebutkan barusan itu, ada berapa hubungan?”
S2 : “Ada satu.”
P : “Yang Anda sebutkan ada berapa?”
S2 : “Oh.. tiga. Terletak, memotong, sejajar.”
P : “Kemudian apa yang Anda ketahui dari hubungan bidang dan bidang
pada permukaan kubus ini?”
S2 : “Bidang TUPQ, UVQR, PWRS, WSTP memotong bidang PQRS.
Bidang TUVW sejajar bidang PQRS. emm.. pertama kan kita tahu
kalau misalnya apa namanya sisi kubus itu ada 6.”
P : “Jadi, dari yang Anda sebutkan ada berapa hubungan?”
S2 : “Ada 2. Memotong dan sejajar.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu
menjawab soal dengan menggunakan kata-kata. Subjek 2 menjelaskan beberapa
hubungan dari garis dan bidang, bidang dan bidang pada permukaan kubus
PQRS.TUVW. Selain dari hasil tes dan hasil wawancara di atas, juga diperkuat
dengan dokumentasi di bawah ini. Dokumentasi tampak seperti gambar berikut
ini.
Gambar 35. Dokumentasi S2 No. 1
68
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu menjawab soal
dengan menggunakan teks tertulis. Bedasarkan data tes, wawancara dan
dokumentasi dapat disimpulkan bahwa subjek 2 sudah mampu menjawab soal
dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
2) Soal no. 2
Berdasarkan Gambar 23. Jawaban S2 No. 2, diketahui bahwa subjek 2
sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan teks tertulis. Hal ini terlihat
dari bagaimana subjek 2 menjelaskan proyeksi AH pada bidang ABCD. Selain
dari hasil tes, diperoleh pula hasil wawancara sebagai berikut.
P : “Coba Anda jelaskan tentang proyeksi AH pada bidang ABCD itu.”
S2 : “Jadi proyeksi titik A pada bidang ABCD menghasilkan titik A.
Karena titik A terletak pada bidang ABCD. Terus proyeksikan titik H
pada bidang ABCD menghasilkan titik D. Jadi proyeksi AH pada
bidang ABCD adalah garis AD.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu
menjawab soal dengan menggunakan kata-kata. Subjek 2 menjelaskan proyeksi
AH pada bidang ABCD. Hal tersebut juga dikuatkan dengan dokumentasi yang
diperoleh. Dokumentasi tampak seperti gambar di bawah ini.
Gambar 36. Dokumentasi S2 No. 2
69
Dari gambar atas, diketahui bahwa subjek 2 menjelaskan cara mencari
proyeksi AH pada bidang ABCD menggunakan teks tertulis yang berupa kata-
kata. Dari data di atas, dapat diketahui bahwa subjek 2 sudah mampu menjawab
soal dengan menggunakan teks tertulis. Berdasarkan data tes, wawancara, dan
dokumentasi, diperoleh kesimpulan bahwa subjek 2 sudah mampu menjawab soal
dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
3. Subjek 3
Pemberian soal tes untuk subjek 3 dilakukan pada tanggal 10 Juni 2017 yang
dimulai pada jam 15:00 WIB sampai selesai. Soal yang diberikan berjumlah 5
soal. Pada saat subjek 3 mengerjakan soal tes, peneliti melakukan pengamatan
yang diikuti dengan menulis catatan lapangan. Setelah subjek 3 selesai
mengerjakan soal tes langkah selanjutnya yaitu melakukan wawancara
berdasarkan hasil tes yang telah dikerjakan. Di bawah ini peneliti akan
menjelaskan kemampuan representasi matematis subjek 3.
a. Mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian.
1) Soal no. 2
Gambar 37. Jawaban S3 No. 2
70
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu
membuat gambar bangun geometri yaitu kubus ABCD.EFGH. Kubus tersebut
untuk membantu memperjelas letak garis AH, serta mempermudah mencari
proyeksi dari garis AH ke bidang ABCD. Selain itu, pada hasil wawancara juga
menunjukan bahwa subjek 3 menggambar kubus ABCD.EFGH dulu untuk
memudahkan mencari proyeksi AH pada bidang ABCD.
P : “Untuk soal nomor 2, bagaimana Anda menunjukan proyeksi AH pada
bidang ABCD pada kubus ABCD.EFGH?”
S3 : “Pertama gambar kubus ABCD.EFGH ya mbak. Nah kita proyeksikan
AH pada bidang ABCD. Karena titik A terletak pada bidang ABCD
maka letaknya tetap. Kemudian proyeksi dari titik H pada bidang
ABCD yaitu D. Sehingga proyeksi AH pada bidang ABCD itu di sini
mbak. (menunjuk garis AD)”
Dari jawaban tersebut, terlihat bahwa subjek 3 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian. Diketahui subjek 3 menggambarkan kubus ABCD.EFGH dahulu
untuk mempermudah menyelesaikan soal. Hal tersebut juga dikuatkan dengan
dokumentasi. Dokumentasi yang diperoleh tampak seperti gambar di bawah ini.
Gambar 38. Dokumentasi S3 No. 2
71
Dari gambar di atas, terlihat bahwa subjek 3 menggambar kubus
ABCD.EFGH kemudian membuat garis AH yang nantinya akan dicari
proyeksinya terhadap bidang ABCD. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui
bahwa subjek 3 sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas permasalahan dan memfasilitasi penyelesaian. Menurut beberapa
data yang telah diuraikan di atas, yaitu data tes, wawancara dan dokumentasi
dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulannya yaitu bahwa subjek 3 sudah mampu
membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
2) Soal no. 3
Gambar 39. Jawaban S3 No. 3
Gambar 40. Jawaban S3 No. 3
72
Dari jawaban subjek 3 nomor 3 di atas, diketahui bahwa subjek 3 sudah
mampu membuat bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian. Subjek 3 menggambar kubus ABCD.EFGH. Menggambarkan
bidang AFH dan juga bidang BDHF, kemudian menggambarkan bangun AOP
untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Dari Gambar 40.
Jawaban S3 No. 3, subjek 3 juga menggambar bidang datar, yaitu segitiga APO
untuk membantu menyelesaikan permasalahan.
Selain dari hasil tes, juga diperoleh hasil wawancara dengan subjek 3 sebagai
berikut.
P : “Nomor 3, bagaimana Anda menunjukan sudut antara bidang BDHF
dengan bidang AFH pada kubus ABCD.EFGH?”
S3 : “Ya, pertama gambar kubus ABCD.EFGH dulu ya mbak. Udah mbak,
ini ya. Ini pertama bidang AFH sama BDHF. Bidang AFH kan ini.
(menunjukan bidang AFH)”
P : “Bentuknya?”
S3 : “Bentuknya kan segitiga mbak. Segitiga sama sisi, karena ini ternyata
kalo misalnya sisinya nggak diketahui ternyata AF itu, misalnya AF
itu saya ketahui 𝑎. AF itu 𝑎√2, HF juga 𝑎√2 dan AH juga 𝑎√2 gitu
lho mbak. Sama persegi panjang BDHF ini sudutnya disini mbak
(menunjuk sudutnya), kelihatan kan? Ini lho.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 3 menggambar kubus
ABCD.EFGH dahulu untuk membantu mencari bidang AFH dan BDHF.
Kemudian dengan mengetahui bidang AFH dan BDHF, subjek 3 dapat
mempermudah mencari langkah penyelesaian dari soal yang ditanyakan. Data dari
dokumentasi juga menunjukan subjek 3 menggambarkan kubus ABCD.EFGH
sebagai langkah pertama untuk menyelesaikan permasalahan. Selain dari tes dan
wawancara, diperoleh pula hasil dokumentasi berupa gambar. Berikut
dokumentasi yang diperoleh seperti tampak pada gambar di bawah ini.
73
Gambar 41. Dokumentasi S1 No. 3
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa subjek 3 mampu menggambar
bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Dari data tes, wawancara dan dokumentasi diperoleh kesimpulan bahwa subjek 3
sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian.
3) Soal no. 4
Gambar 42. Jawaban S3 No. 4
74
Gambar 43. Jawaban S3 No. 4
Dari hasil jawaban subjek 3 nomor 4, diketahui bahwa subjek tersebut sudah
mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian. Diketahui bahwa subjek 3 menggambar limas
segiempat beraturan T.ABCD. Subjek 3 juga menggambar proyeksi T pada
bidang ABCD serta menggambar proyeksi T pada bidang AB. Selain itu, subjek
3 menggambar perpotongan antara diagonal AC dan BD. Subjek 3 selanjutnya
juga menggambar bidang datar yaitu segitiga TPO untuk membantu dalam
menyelesaikan soal.
Sedangkan hasil dari wawancara yang dilakukan oleh subjek 3 yaitu sebagai
berikut.
P : “Untuk soal nomor 4, bagaimana Anda menentukan sudut antara bidang
TAB dan bidang ABCD pada limas segiempat beraturan T.ABCD?”
S3 : “Biar tak gambar dulu mbak. Oke. Nih ya mbak, kan tadi aku gambar
limas dulu, langsung dikasih T.ABCD kan? Udah nih. Tadi kan udah
gambar, trus aku tentuin bidang-bidangnya dulu, tadi kan TAB sama
ABCD. Nah, aku langsung proyeksiin T pada garis AB. Kan ini kan
ada bidang tuh, kita proyeksiin T pada garis AB. Kan tadi aku pake
segitiga TAB, aku proyeksiin T pada garis AB ya mbak. Aku kasih
nama P. Kenapa aku pakai garis AB? Itu karena tadi kan bidangnya
75
TAB sama ABCD ya mbak. Jadikan AB sama AB itu kan berimpit.
Nah itu jadi garis potongnya mbak. Nah udah kan, trus abis itu saya
proyeksiin T pada bidang ABCD. Aku kasih nama O mbak.”
P : “Kenapa O diproyeksikan ke bidang ET, diproyeksikan ke bidang
ABCD kenapa?”
S3 : “Biar ada kebawahnya mbak, biar ada.. biar bisa, tadi kan disuruh
ngapain tadi? Sudut itu kan? Nah iya kan harus bikin bidang mbak.
Nah dimana nanti kita mau nyari bidang tumpuan. Bidang tumpuan
adalah bidang yang tegak lurus dengan garis potong kedua bidang.
Nah tadi garis potongnya kan AB, berarti kita kan harus nyari dong
mbak. O ini, inikan proyeksi dari T, biar PO ini dari PO biar tegak
lurus sama AB mbak. Trus TP tegak lurus AB, berarti kan AB kan
tadi garis potong. Bener ya. Berarti ketemu bidang tumpuannya itu
TPO. Dah dari TPO, dari bidang TPO ini ada sudut tumpuannya ini
mbak, ini sudut TPO, yang disini (menunjuk sudut TPO).”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 3 menggambar limas
segiempat beraturan T.ABCD dahulu untuk membantu memperjelas masalah yang
ditanyakan, yaitu untuk menentukan sudut dari bidang TAB dengan bidang
ABCD.
Dari dokumentasi juga menunjukan bahwa subjek 3 membuat gambar kubus
T.ABCD untuk menyelesaikan masalah. Berikut dokumentasi yang diperoleh
seperti gambar di bawah ini.
Gambar 44. Dokumentasi S3 No. 4
76
Gambar di atas menunjukan bahwa subjek 3 sudah mampu membuat bangun
geometri untuk memperjelas dan memfasilitasi penyelesaian. Dari data tes dan
wawancara yang diperoleh, kemudian dikuatkan dengan dokumentasi diperoleh
suatu kesimpulan. Kesimpulan dari beberapa data di atas adalah bahwa subjek 3
sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian.
4) Soal nomor 5
Gambar 45. Jawaban S3 No. 5
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa subjek 3 menggambar kubus
ABCD.EFGH untuk membantu mempermudah menyelesaikan permasalahan.
Subjek 3 juga menggambar proyeksi B pada garis EG, serta membuat segitiga
77
BEG. Selain itu, subjek 3 juga menggambar segitiga BB’G untuk memfasilitasi
penyelesaian.
Hasil wawancara dengan subjek 3 untuk nomor 5 sebagai berikut.
P : “Untuk nomor 5, bagaimana Anda menentukan jarak dari titik B ke
garis EG pada kubus ABCD.EFGH?”
S3 : “Pertama saya gambar kubusnya dulu mbak. Nah disini titik B nya
(menunjuk titik B) Terus ini E sama G (berurutan menunjuk titik E
lalu G), kita garis ya, jadi garis EG. Nah dari titik B ini kita tarik garis
ke G, terus abis itu tarik garis ke E. Nah proyeksikan titik B ini pada
garis EG. Kita kasih nama B’. Ternyata dari segitiga BEG, diketahui
merupakan segitiga sama sisi. Jadi B’ ini tepat atau persis terletak
pada setengah EG. Jadi jarak B ke garis EG itu adalah jaraknya BB’.”
Dari hasil wawancara dengan subjek 3 seperti yang terlihat di atas, diketahui
bahwa subjek 3 menggambar kubus ABCD.EFGH terlebih dahulu. Dari
wawancara tersebut diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu membuat gambar
bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Selain dari tes dan wawancara, juga diperkuat dengan bukti dokumentasi. Berikut
dokumentasi yang diperoleh seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 46. Dokumentasi S3 No. 5
Dari gambar di atas, menunjukan bahwa subjek 3 menggambar bangun
geometri yaitu kubus ABCD.EFGH untuk memperjelas masalah. Berdasarkan
78
gambar di atas, diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu membuat gambar bangun
geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Dari hasil
tes, wawancara dan dokumentasi, dapat ditarik kesimpulan yang sama.
Kesimpulannya yaitu bahwa subjek 3 sudah mampu membuat gambar bangun
geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
b. Mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
1) Soal no. 3
Dari Gambar 39. Jawaban S3 No. 3 dan Gambar 40. Jawaban S3 No. 3,
diketahui bahwa subjek 3 masih kurang mampu menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematis. Hal ini terlihat dari beberapa jawaban subjek 3
yang kurang sesuai. Seperti tampak pada gambar berikut ini.
Gambar 47. Jawaban S3 No. 3
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 3 masih kurang tepat dalam
menggunakan ekspresi matematis. Subjek 3 menulis 𝐴𝑂 =⊥ 𝐻𝐹, seharusnya
𝐴𝑂 ⊥ 𝐻𝐹, begitu pula dengan 𝑃𝑂 =⊥ 𝐻𝐹 seharusnya 𝑃𝑂 ⊥ 𝐻𝐹. Namun
penggunaan simbol sudut (∠), tegak lurus (⊥) juga sudah benar. Subjek 3 dalam
menghitung tangen sudut AOP, sudah mampu menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematis dengan baik. Hanya dibeberapa jawaban subjek 3
masih kurang teliti dalam mengerjakan, terlihat dari hasil tip-ex yang dijumpai.
79
Selain dari hasil tes, diperoleh pula hasil wawancara yang menunjukan bahwa
subjek 3 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi
matematis. Berikut hasil wawancara dengan subjek 3, seperti terlihat di bawah ini.
P : “Jika diketahui panjang rusuk kubus ABCD.EFGH 6 cm, berapa besar
tangen sudutnya?”
S3 : “Berapa mbak? 6 cm? Oiya. Tadi kan diketahui kalo misalnya sudut
tumpuannya itu AOP ya mbak. Sudut AOP kalo misalnya kita ambil,
kita apa namanya gambar ulang tapi di luar dari kubus ini kan nanti
ada segitiga siku-siku. Nih kalau pemahaman saya kayak gitu mbak.
Nih ada sudut siku-siku ya mbak, nih kita gambar dulu, nih A disini
(menunjuk pada salah satu sudut segitiganya), ini P (menunjuk pada
salah satu sudut segitiganya), ini O (menunjuk pada salah satu sudut
segitiganya).”
P : “Sudutnya?”
S3 : “Sudutnya sebelah sini (menunjuk sudut AOP). Ini sudutnya. Nah terus
kan diketahui kalau misalnya sisinya 6 cm, berarti kan yang sejajar
sama apa ini yang rusuk apa ini? Rusuk tegaknya. Ya misalnya OP
kan rusuk tegak hitungannya ya mbak ya, 6 cm ya kan sudah
diketahui.”
P : “Kenapa itu 6 cm OP? ( sambil menunjuk OP).”
S3 : “Karena OP ini, itu tu sejajar sama ini mbak, apa namanya SP, GC, HD,
EA, kayak gitu mbak. Kan tadi terletak persis ditengah-tengah HF.
Terus kalau yang ditengah-tengah BD ini kan P (menunjuk P). Ya
kaya gitu mbak. Kalau ditarik garis, itu tu 6 cm mbak. Nah udah kan,
trus AP. AP itu kan sama dengan setengah AC mbak.”
P : “Kenapa setengah AC?”
S3 : “Nah.. AC ini kan adalah diagonal sisi ya mbak. Dimana diagonal sisi
itu rumusnya akar, ini kan tadi diketahui kalo misalnya sisi, apa
rusuk-rusuknya 6 cm mbak, jadi langsung aja ini kan 6, berarti 6√2 +
6√2. Maksudnya disini 6√2 berarti kalo AC kan saya pakai (𝐴𝐵)2 +(𝐵𝐶)2 =, berarti kan, langsung aja, tadi kan AP setengah AC ya,
berarti setengah diagonal sisi. Berarti 1
2(√𝐴𝐵 + 𝐵𝐶). Berarti kan
1
2(√62 + 62) =
1
2(√36 + 36) =
1
2(√72), berartikan
1
2(√2 × 36),
berarti 1
2(6√2), berartikan 3√2 tuh AP. AP
1
2. Nah terus sekarang
tinggal AO, AO kan inikan sudah ada segitiga, langsung pakai
phytagoras aja nggak papa mbak. Berarti ada AO, langsung saja
√𝐴𝑃2 + 𝑂𝑃2. 𝐴𝑃2 itu kan (3√2)2 ditambah 𝑂𝑃 kan 62 ya mbak.
Kan terus ini langsung aja √18 + 36 = √54. √54 itu bisa kita uraiin
lagi menjadi √9 × 6 biar ada yang dikeluarin gitu lho, jadi 3√6.
Diketahui tangen, kalau tangen, caranya bodohnya kalau tan=
80
𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔. Maksudnya itu adalah tan dari ini tadi kan sudutnya di O.
Berarti tan dari θ yang dimana sudut AOP itu. Berarti bagian
depannya kan AP, per OP. AP diketahui 3√2, per OP nya 6. √2
2 atau
1
2√2.”
P : “Jadi hasil tangen dari sudut AOPnya?”
S3 : “1
2√2.”
Dari hasil wawancara di atas, subjek 3 sudah mampu melibatkan ekspresi
matematis dalam menyelesaikan masalah. Terlihat dari bagaimana subjek 3
mencari tangen dari sudut tumpuannya dengan menggunakan bantuan dari
panjang sisi-sisi yang sudah diketahui. Berdasarkan wawancara di atas, diketahui
bahwa subjek 3 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan
ekspresi matematis. Selain dari hasil wawancara, hal ini juga diperkuat dengan
dokumentasi. Berikut dokumentasi yang diperoleh seperti tampak pada gambar
berikut ini.
Gambar 48. Dokumentasi S3 No. 3
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 3 menggunakan ekspresi matematis
unutuk menyelesaikan masalah. Berdasarkan tes, wawancara dan dokumentasi,
dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulan dari beberapa data tersebut adalah bahwa
81
subjek 3 kurang mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi
matematis.
2) Soal no. 4
Dari Gambar 42. Jawaban S3 No. 4, diketahui bahwa subjek 3 kurang
mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Dalam
langkah-langkah untuk mencari bidang tumpuan, subjek 3 masih terbalik
menuliskan simbol garis yang dimaksud. Terlihat dari gambar tersebut, subjek 3
.menuliskan 𝑃𝑂 ⊥ 𝐴𝐵, padahal seharusnya 𝑂𝑃 ⊥ 𝐴𝐵. Namun selanjutnya subjek
3 sudah benar menuliskan garis yang dimaksud, yaitu OP. Dari Gambar 43.
Jawaban S3 No. 4, diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu menggunakan
ekspresi matematis dengan baik dalam menghitung tangen sudut TPO.
Berdasarkan hasil tes di atas, diketahui bahwa subjek 3 kurang mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis .
Dari wawancara diperoleh hasil sebagai berikut.
P : “Misalnya diketahui AB= 8 cm dan tinggi dari limasnya 8 cm juga.
Berapa tangen sudutnya?”
S3 : “Tangen sudut.. gambar lagi kaya tadi apa namanya, segitiganya
dikeluarin dulu. Tadi kan segitiga TPO, sudutnya di P. Tangen TPO,
nah to kan tadi termasuk tinggi limas sudah diketahui 8 cm. PO itu
setengah dari AB.”
P : “Kenapa PO setengah dari AB?”
S3 : “Karena apa namanya? PO ini termasuk apa ngomongnya? Ini lho
persis di tengah-tengah AB terus perpanjangan dari apa. Aku pake
titik O. Titik O itu kita perpanjangin aja kesini, ke garis DC. Terus
kita kasih nama Q. Nah karena PQ ini terletak pada bidang ABCD dan
ternyata sejajar pada garis BC, berarti ini otomatis PQ panjangnya 8
cm. Nah kan PO itu setengah PQ. Dimana PQ=BC berarti PO itu
setengah BC. Berarti 4 cm. Trus sebenarnya ini sudah bisa diketahui
ya mbak kalau misalnya ini tangennya berarti langsung aja tangen
sudut TPO itu berarti kan 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔=
𝑇𝑂
𝑃𝑂=
8
4= 2. Jadi tangen sudut
TPO itu 2.”
82
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 3 masih kurang mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Subjek 3 masih
kesulitan menjelaskan ketika ditanya lebih lanjut tentang dari mana jawaban
diperoleh. Seperti kenapa PO setengah dari AB, subjek masih kurang tepat dalam
menjelaskan. Dari wawancara diketahui bahwa subjek 3 kurang mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
Selain data dari tes dan wawancara, diperoleh pula dokumentasi. Berikut
dokumentasi yang diperoleh dari subjek 3 seperti tampak pada gambar di bawah
ini.
Gambar 49. Dokumentasi S3 No. 4
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 3 menggunakan ekspresi matematis
dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil tes, wawancara dan
dokumentasi, diperoleh kesimpulan bahwa subjek 3 kurang mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
83
3) Soal no. 5
Dari Gambar 45. Jawaban S3 No. 5, diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Penggunaan
simbol tegak lurus (⊥) sudah tepat. Ketika menghitung jarak B ke EG, subjek 3
juga sudah mampu menggunakan ekspresi matematis dengan baik.
Hasil dari wawancara juga menunjukan bahwa subjek 3 mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Hasil wawancara
seperti terlihat di bawah ini.
P : “Jika diketahui rusuk dari kubus itu 12 cm, berapa jarak B ke EG?”
S3 : “Tadi kan udah terbentuk dua segitiga ya mbak, saya pakai ini lho kalo
misalnya, tadi kan saya garis BB’ kan ada segitiga kecil. Saya pakai
yang BB’G. BG kan berarti kan diagonal sisinya BCGF, berarti kan
tadi 12, berarti BG= 12√2 ya mbak. Nih dari diagonal sisi, BG kan
ngitungnya berarti kan = √(𝐵𝐶)2 + (𝐶𝐺)2 berarti kan
√144 + 144 = √288 = √144.2 = 12√2. Terus sekarang B’G, B’G
adalah 1
2× 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑖. Sisinya sisi tadi, berarti kan BG = 12√2,
berarti setengahnya 6√2. Nah dari situ pakai phytagoras aja langsung,
berarti BB’ adalah √(𝐵𝐺)2 − (𝐵′𝐺)2 yaitu √(12√2)2
− (6√2)2
=
√288 − 72 = √216 = √36 × 6 = 6√6. Jadi jarak B ke EG itu adalah
6√6.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Subjek 3 mampu
menjelaskan dengan baik bagaimana cara untuk menghitung jarak dari titik B ke
garis EG. Subjek menggunakan bantuan panjang sisi-sisi yang diketahui untuk
menhitung jaraknya.
Selain berdasarkan hasil tes dan wawancara, diperoleh pula dokumentasi.
Dokumentasi tampak pada gambar berikut ini.
84
Gambar 50. Dokumentasi S3 No. 5
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 3 melibatkan ekspresi matematis
dalam penyelesaian masalah. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa
subjek 3 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi
matematis. Dari beberapa data di atas, yaitu tes, wawancara dan dokumentasi,
dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulannya yaitu bahwa subjek 3 sudah mampu
sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
c. Mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
1) Soal no. 1
Gambar 51. Jawaban S3 No. 1
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu menjawab soal
dengan menggunakan teks tertulis yang berupa kata-kata. Subjek 3 mampu
menjelaskan hubungan antara garis dengan bidang, bidang dengan bidang, pada
permukaan kubus PQRS.TUVW dengan baik. Hal tersebut diperkuat dengan hasil
wawancara yang diperoleh. Berikut hasil wawancara yang diperoleh.
85
P : “Coba Anda lihat soal nomor 1, di situ terdapat kubus PQRS.TUVW,
dari kubus itu apa yang Anda ketahui tentang hubungan garis dan
bidang pada permukaan kubus?”
S3 : “Hubungan garis dengan bidang ya? disini saya pakai bidang PQRS.
Nah dari bidang PQRS ini saya mengambil apa.. dalam hubungan
garis dengan bidang ada 3 apa namanya? Ada 3 hubungan. Yang
pertama garis sejajar dengan bidang, tadi kan saya ngambilnya PQRS
ya itu berarti yang sejajar berarti yang TU, UV, PW sama WT.
Selanjutnya hubungan yang kedua itu adalah garis yang memotong
dengan bidang. Tadi kan, saya ngambilnya PQRS ya yang memotong
berartikan TP, UQ, VR, dan WS. Yang ketiga itu adalah hubungan
garis yang terletak pada bidang. Kan tadi PQRS berarti PQ, QR, RS
dan SP.”
P : “Kemudian apa yang Anda ketahui tentang hubungan bidang dengan
bidang pada permukaan kubus?”
S3 : “Hubungan bidang dengan bidang ya? Itu ada dua. Pertama bidang
yang memotong, dan bidang yang sejajar. Tadi saya pakai PQRS lagi
nggak papa ya? PQRS lagi berarti bidang yang memotong itu bidang
TUQP, bidang UVRQ, bidang WVRS dan bidang TWSP. Bidang
yang sejajar yaitu TUWV.”
P : “Sejajar dengan bidang?”
S3 : “PQRS tadi yang saya ambil.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui subjek 3 mampu menjawab soal dengan
menggunakan kata-kata. Subjek 3 mampu menjelaskan dengan baik apa yang
dimaksud. Dokumentasi juga menunjukan bahwa subjek 1 mampu menjawab soal
dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis. Berikut dokumentasi yang
diperoleh seperti gambar berikut ini.
Gambar 52. Dokumentasi S3 No. 1
86
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu menjawab soal
dengan menggunakan teks tertulis yang berupa kata-kata. Berdasarkan tes,
wawancara dan dokumentasi, dapat diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu
menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
2) Soal no. 2
Berdasarkan Gambar 37. Jawaban S3 No. 2, diketahui bahwa subjek 3 sudah
mampu menjawab soal dengan menggunakan teks tertulis berupa kata-kata.
Subjek 3 menjelaskan cara mendapatkan proyeksi AH pada bidang ABCD dengan
beberapa langkah. Terlihat subjek 3 menjelaskan dengan baik bagaimana mencari
proyeksi AH pada bidang ABCD.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang diperoleh. Berikut hasil
wawancara dengan subjek 3 untuk no. 2.
P : “Apa yang Anda ketahui tentang proyeksi AH pada bidang ABCD?”
S3 :
“Diketahui ya mbak kalo proyeksi AH pada bidang ABCD itu kan, ini
kan misal ya kita kan tadi sudah membuat AH di sini. Kan tadi
disuruhnya untuk proyeksi ke ABCD. ABCD kan bidang alas, eh sisi
alas. Nah untuk titik H kan AH itu ada titik A sama H. Titik A pada
bidang ABCD kalau diproyeksikan pada bidang ABCD itu nanti
jadinya tetep titik A itu sendiri mbak. Nah untuk H nya itu sendiri kalo
diproyeksikan pada bidang ABCD itu berarti pada titik D. Jadi
proyeksi AH pada bidang ABCD itu AD.
P : “Maksudnya AH pada bidang EADH itu apa ya?”
S3 : “Ini lho mbak tadi kan maksudnya kan proyeksi AH pada bidang
ABCD ya. Nah apa garis AH itu terletak pada bidang EADH mbak.
Jadi aku tulis aja maksudnya biar lebih jelas ini disini lho maksudnya
biar jelas aja.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu menjawab
soal dengan menggunakan kata-kata. Ketika ditanya lebih lanjut tentang
jawabannya, subjek 3 juga dapat menjelaskan dengan baik.
87
Kedua data di atas, dapat diperkuat dengan adanya dokumentasi. Hasil dari
dokumentasi yaitu berupa gambar. Berikut dokumentasi yang diperoleh seperti
tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 53. Dokumentasi S3 No. 2
Dari hasil dokumentasi di atas, diketahui bahwa subjek 3 sudah mampu menjawab
soal dengan menggunakan teks tertulis yang berupa kata-kata. Berdasarkan tes,
wawancara dan dokumentasi dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang didapat
yaitu bahwa subjek 3 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-
kata atau teks tertulis.
4. Subjek 4
Pemberian soal tes untuk subjek 4 dilakukan pada tanggal 10 Juni 2017 yang
dimulai pada jam 15:45 WIB sampai selesai. Soal yang diberikan berjumlah 5.
Pada saat subjek 4 mengerjakan soal tes, peneliti melakukan pengamatan yang
diikuti dengan menulis catatan lapangan. Setelah subjek 4 selesai mengerjakan
soal tes langkah selanjutnya yaitu melakukan wawancara berdasarkan hasil tes
88
yang telah dikerjakan. Di bawah ini peneliti akan menjelaskan kemampuan
representasi matematis subjek 4.
a. Mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian.
1) Soal nomor 2
Gambar 54. Jawaban S4 No. 2
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu
membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian. Subjek 4 membuat gambar kubus ABCD. EFGH. Kubus tersebut
untuk membantu memperjelas letak garis AH, serta mempermudah mencari
proyeksi dari garis AH ke bidang ABCD. Selain itu pada hasil wawancara juga
menunjukan bahwa subjek 4 menggambar kubus ABCD. EFGH dulu untuk
memudahkan mencari proyeksi AH pada bidang ABCD.
P : “Untuk nomor 2, bagaimana cara Anda menunjukkan proyeksi AH pada
bidang ABCD?”
S4 : “Caranya kita gambar kubusnya dulu, yaitu kubus ABCD.EFGH
kemudian proyeksikan AH pada bidang ABCD. Yang pertama yaitu
titik A diproyeksikan ke bidang ABCD sehingga diperoleh titik
proyeksi yaitu titik A itu sendiri, kemudian titik H diproyeksikan ke
bidang ABCD, sehingga diperoleh titik proyeksi yaitu titik D,
sehingga dari keduanya tersebut diperoleh hasil proyeksi AH pada
bidang ABCD, yaitu garis AD.”
89
Dari jawaban tersebut terlihat bahwa subjek 4 mampu membuat gambar bangun
geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Hal
tersebut juga dikuatkan dengan dokumentasi.
Berikut dokumentasi yang diperoleh seperti tampak pada gambar di bawah
ini.
Gambar 55. Dokumentasi S4 No. 2
Dari gambar di atas, diketahui subjek 4 menggambar kubus ABCD.EFGH untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Menurut data di atas subjek
4 sudah mampu membuat bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian. Berdasarkan tes, wawancara dan dokumentasi,
diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
2) Soal nomor 3
Gambar 56. Jawaban S4 No. 3
90
Gambar 57. Jawaban S4 No. 3
Dari dua gambar di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian. Subjek 4 menggambar kubus ABCD. EFGH. Menggambarkan
bidang AFH dan juga bidang BDHF, kemudian menggambarkan bangun APO
untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Subjek 4 juga
menggambar bidang tumpuan, yaitu segitiga APO untuk membantu
menyelesaikan permasalahan.
Selain dari hasil tes, juga diperoleh hasil wawancara dengan subjek 4 sebagai
berikut.
P : “Bagaimana cara Anda menunjukkan sudut antara bidang BDHF
dengan bidang AFH pada kubus ABCD.EFGH? untuk nomor 3.”
S4 : “Sudut antara BDHF dan bidang AFH, yang pertama yaitu bidang..
yang pertama yaitu digambar kubusnya. Setelah menggambar,
menentukan bidang BDHF dan bidang AFH. Kemudian bidang BDHF
dengan bidang AFH itu kan merupakan.. merupakan dua bidang yang
saling berpotongan di HF. Kemudian dari kedua bidang tersebut dapat
dibuat sebuah bidang tumpuan yaitu dengan memproyeksikan A ke
HF. Karena bidang AHF merupakan segitiga sama sisi dengan titik A
sebagai puncaknya, maka hasil proyeksi titik A pada HF berada di
tengah-tengah HF yaitu misalkan titik P. Kemudian dari titik P
diproyeksikan ke bidang ABCD dan diperoleh hasil proyeksi yaitu
titik O. Dari kedua garis proyeksi AO dan PO dapat dibuat bidang
91
tumpuan yaitu segitiga APO. Karena AP tegak lurus HF dan PO tegak
lurus HF dimana AO dan PO anggota dari bidang AOP maka sudut
AOP merupakan sudut antara bidang BDHF dengan bidang AFH.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 4 menggambar kubus
ABCD.EFGH dahulu untuk membantu mencari bidang AFH dan BDHF. Dengan
mengetahui bidang AFH dan BDHF, subjek 4 dapat menentukan bidang tumpuan
antara bidang AFH dengan bidang BDHF. Setelah subjek mengetahui bidang
tumpuannya maka akan mempermudah untuk mencari sudut tumpuannya. Dari
hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
Hasil tes dan wawancara tersebut dikuatkan dengan adanya dokumentasi.
Dokumentasi juga menunjukan subjek 4 menggambarkan kubus ABCD.EFGH
sebagai langkah pertama untuk menyelesaikan permasalahan. Dokumentasi
tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 58. Dokumentasi S4 No. 3
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 4 membuat gambar kubus untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Berdasarkan data dari tes,
92
wawancara dan dokumentasi, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaian.
3) Soal no. 4
Gambar 59. Jawaban S4 No. 4
Dari hasil gambar di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu membuat
gambar bangun geometri untuk memperjelas dan memfasilitasi penyelesaian.
Terlihat bahwa subjek 4 menggambar limas segiempat beraturan T.ABCD. Subjek
4 juga menggambar proyeksi T pada bidang ABCD serta menggambar proyeksi T
pada bidang AB. Selain itu subjek 4 menggambar perpotongan antara diagonal
AC dan BD. Subjek 4 selanjutnya juga menggambar bidang datar yaitu segitiga
TOQ untuk membantu dalam menyelesaikan soal.
93
Dari wawancara dengan subjek 4 diperoleh data sebagai berikut.
P : “Untuk nomor 4, bagaimana cara Anda menentukan sudut antara bidang
TAB dengan bidang ABCD pada limas segiempat beraturan
T.ABCD?”
S4 : “Yang pertama kita menggambar bangun limas kemudian menentukan..
oh iya menggambar limas segi empat beraturan. Kemudian
menentukan bidang TAB dan bidang ABCD. Lalu bidang TAB
dengan ABCD itu kan merupakan dua bidang yang berpotongan di
rusuk AB. Kemudian buat bidang tumpuan dari kedua bidang dengan
memproyeksikan titik T ke garis AB karena TAB merupakan segitiga
sama kaki maka diperoleh hasil proyeksi dari T ke AB itu titik O di
tengah AB. Kemudian proyeksikan titik T ke garis DC sehingga
diperoleh hasil proyeksi yaitu titik Q pada pertengahan DC. Dari dua
garis proyeksi dapat dibuat bidang tumpuan yaitu bidang POQ yang
merupakan segitiga sama kaki. Karena TO tegak lurus AB dan OQ
tegak lurus AB dimana TO dan OQ anggota dari TOP maka TOQ
merupakan sudut tumpuan dari bidang tumpuan TOQ. Sehingga sudut
antara bidang TAB dengan ABCD yaitu sudut TOQ atau bisa diberi
nama sudut 𝛼.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 4 menggambar limas
segiempat beraturan T.ABCD dahulu. Setelah menggambar, subjek menentukan
bidang TAB dan bidang ABCD, kemudian subjek mencari perpotongan dari
kedua bidang tersebut. Perpotongannya yaitu di garis AB. Langkah selanjutnya,
subjek 4 mencari bidang tumpuan dari kedua bidang tersebut, dimana bidang
tumpuannya yaitu TOQ. Dari bidang tumpuan tersebut kemudian dapat dicari
sudut tumpuannya. Dari beberapa uraian hasil wawancara di atas, diketahui bahwa
subjek 4 sudah mampu membuat bangun geometri untuk memperjelas masalah
dan memfasilitasi penyelesaian.
Dokumentasi juga menunjukan subjek 4 menggambar limas T.ABCD untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi peyelesaian. Dokumentasi tampak seperti
pada gambar di bawah ini.
94
Gambar 60. Dokumentasi S4 No. 4
Berdasarkan tes, wawancara dan dokumentasi, diketahui bahwa subjek 4 sudah
mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian.
4) Soal no. 5
Gambar 61. Jawaban S4 No. 5
Hasil dari jawaban subjek 4 no. 5 seperti tampak pada gambar di atas,
diketahui bahwa subjek 4 menggambar kubus ABCD.EFGH untuk membantu
mempermudah menyelesaikan permasalahan. Subjek 4 juga menggambar
proyeksi B pada garis EG, serta membuat segitiga BEG. Selain itu, subjek 4 juga
menggambar bidang BPG untuk memfasilitasi penyelesaian.
95
Hasil wawancara dengan subjek 4 untuk nomor 5 sebagai berikut.
P : “Untuk nomor 5, bagaimana Anda menggambarkan jarak dari titik B ke
garis EG pada kubus ABCD.EFGH?”
S4 : “Yang pertama kita menggambarkan kubusnya kemudian, tentukan
garis.. eh gambar garis EG, lalu hubungkan..”
P : “Tentukan gambar garis EG itu, oh jadi menarik dari E ke G ya?”
S4 : “Iya.”
P : “Kemudian?”
S4 : “Kemudian setelah itu hubungkan titik B ke titik E dan titik G, sehingga
terbentuk diagonal bidang BE dan BG.”
P : “Diagonal bidangnya ada berapa?”
S4 : “Ada tiga.”
P : “Apa saja?”
S4 : “BE, BG, dan EG.”
P : “Kemudian?”
S4 : “Kemudian dari ketiga diagonal bidang tersebut dapat dibuat segitiga
sama sisi yaitu segitiga EBG, dari titik B diproyeksikan ke garis EG
sehingga diperoleh titik proyeksi yaitu titik P misalnya. Kemudian
karena BP merupakan garis hubung terpendek dari titik B ke EG maka
BP itu merupakan jarak dari B ke EG.”
Dari hasil wawancara dengan subjek 4 seperti yang terlihat di atas, diketahui
bahwa subjek 4 menggambar kubus ABCD.EFGH terlebih dahulu untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Hal ini juga diperkuat
dengan hasil dokumentasi. Dokumentasi subjek 4 juga menunjukan hal yang sama
seperti dalam wawancara dan juga tes. Dokumentasi tampak seperti pada gambar
di bawah ini.
Gambar 62. Dokumentasi S4 No. 5
96
b. Mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
1) Soal no. 3
Berdasarkan Gambar 56. Jawaban S4 No. 3 dan Gambar 57. Jawaban S4
No. 3, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan
melibatkan ekspresi matematis. Untuk mencari tangen sudut dari bidang tumpuan
dua bidang (AFH, BDHF) subjek 4 menggunakan bantuan dari garis AP dan OP.
Penggunaan simbol sudut (∠) dan simbol tetha (𝜃) juga sudah benar. Namun di
lembar jawaban subjek 4 masih terdapat beberapa coretan.
Selain dari hasil tes, diperoleh juga hasil wawancara yang menunjukan data
sebagai berikut.
P : “Misalnya panjang rusuknya 6 cm, itu berapa tangen sudutnya?”
S4 : “Jika panjang rusuknya itu 6 cm. Dari segitiga AOP dapat dihitung
tangen sudut 𝜃 yaitu yang pertama AP itu kan 1
2𝐴𝐶, di mana AC itu
merupakan diagonal bidang. Panjang diagonal bidang itu kan sisi √2,
nah karena panjangnya 6 cm maka panjang AC itu 6√2. Kemudian
AP itu kan setengah AC maka AP =1
2× 6√2 yaitu 3√2. Kemudian
tangen 𝜃 nya yaitu panjang AP
panjang OP,
panjang AP
panjang OP=
3√2
6, jadi hasilnya tangen
dari 𝜃 =1
2√2.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Dibuktikan dari
hasil wawancara di atas, yaitu untuk menentukan tangen sudut yang dicari, subjek
4 menggunakan bantuan dari garis AP, dimana garis AP itu panjangnya 1
2AC. Hal
ini juga diperkuat dengan hasil dokumentasi. Dokumentasi yang diperoleh tampak
pada gambar berikut ini.
97
Gambar 63. Dokumentasi S4 No. 3
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu melibatkan
ekspresi matematis dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan tes, wawancara
dan dokumentasi, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu menyelesaikan masalah
dengan melibatkan ekspresi matematis.
2) Soal no. 4
Berdasarkan Gambar 59. Jawaban S4 No. 4 diketahui bahwa subjek 4 sudah
mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Namun
terdapat beberapa coretan dalam mengerjakan soal. Hasil wawancara dengan
subjek 4 diperoleh sebagai berikut.
P : “Jika diketahui AB 8 cm dan tinggi limas 8 cm. Berapa tangen
sudutnya?”
S4 : “Jika diketahui sisi AB = 8 cm dan tingginya tinggi limas itu 8 cm
maka tangen dari sudutnya yaitu tan 𝛼 =TP
OP, dimana TP itu
panjangnya 8 cm kemudian OP =1
2× OQ, dimana panjang OQ nya itu
8 cm. Jadi panjang OP adalah 4 cm. Kemudian 8
4= 2, jadi tan 𝛼 = 2.”
P : “Kenapa ada sudut TOQ itu sama dengan sudut TOP? Kenapa bisa
sama sudut TOQ dengan sudut TOP, itu menurut Anda bagaimana?”
S4 : “Karena sudut TOQ.. karena sudut TOP itu termasuk dalam sudut
TOQ.”
P : “Maksudnya termasuk itu?”
98
S4 : “Maksudnya di sini kan TP itu tinggi dari segitiga POQ, jadi sudut TOP
itu sama dengan sudut TOQ, saling berhimpit.”
P : “Jadi tadi besar tangen sudutnya?”
S4 : “2.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Hal tersebut juga
dikuatkan dengan dokumentasi. Dokumentasi tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 64. Dokumentasi S4 No. 4
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Berdasarkan tes, wawancara dan
dokumentasi, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu menyelesaikan masalah
dengan melibatkan ekspresi matematis.
3) Soal no. 5
Berdasarkan Gambar 61. Jawaban S4 No. 5, diketahui bahwa subjek 4 sudah
mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Hal
tersebut terlihat dari subjek 4 ketika mencari panjang jarak dari titik B ke garis
EG. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang diperoleh. Berikut hasil
wawancara yang diperoleh.
99
P : “Jika diketahui panjang rusuknya 12 cm, berapa jarak dari titik B ke
garis EG?”
S4 : “Jarak dari titik B ke garis EG, tadi kan EG itu EB, BG, dan EG itu kan
merupakan diagonal bidang jadi panjang sisinya sama kemudian,
sisinya diketahui 12 cm jadi panjang EG, BG, dan EB itu sama.
Panjang diagonal bidang itu kan sisi √2, jadi panjang ketiga diagonal
tadi yaitu 12√2. Kemudian PG, PG itu kan 1
2𝐸𝐺 jadi..”
P : “Kok bisa setengah dari EG?”
S4 : “Karena proyeksi dari B ke garis EG itu kan garisnya hasilnya garis BP.
Nah karena ini segitiga sama sisi maka garis BP itu memotong sama
panjang dari.. memotong EG sama panjang menjadi dua sisi sama
panjang. Kemudian jadi panjang BG nya yaitu 6√2, kemudian untuk
mencari BP, BP itu √(BG)2 yang merupakan sisi miring dari
segitiga.”
P : “Sisi miring?”
S4 : “Segitiga EBG dikurangi (PG)2, yaitu 12√2, √(12√2)
2− (6√2)
2=
√288 − 72 = √216 dan hasilnya yaitu 6√6 cm.”
P : “Jadi panjang jarak dari titik B ke garis EG?”
S4 : “6√6 cm.”
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis dalam menghitung
jarak titik B ke garis EG. Hal tersebut juga diperkuat dengan dokumentasi yang
diperoleh. Dokumentasi tampak pada gambar berikut ini.
Gambar 65. Dokumentasi S4 No. 5
100
Dari hasil dokumentasi di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Berdasarkan tes,
wawancara dan dokumentasi diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.
c. Mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
1) Soal no. 1
Gambar 66. Jawaban S4 No. 1
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu
menjawab soal dengan menggunakan teks tertulis. Subjek 4 menjelaskan
hubungan garis dan bidang, bidang dan bidang pada permukaan kubus
PQRS.TUVW. Selain tes, diperoleh pula hasil wawancara. Berikut hasil
wawancara yang diperoleh.
P : “Coba Anda lihat soal nomor 1. Di sini terdapat kubus PQRS.TUVW.,
Coba Anda jelaskan hubungan antara garis dan bidang pada kubus
PQRS.TUVW.”
S4 : “Hubungan antara garis dan bidang pada kubus PQRS.TUVW yaitu,
misalkan saja pada bidang PQRS, terdapat garis PQ, QR, RS dan PS
terletak pada bidang PQRS.”
P : “Jadi poin pertama itu, hubungannya itu apa saja tadi?”
S4 : “Hubungannya terletak pada bidang tersebut, garis yang terletak pada
bidang tersebut.”
P : “Itu yang pertama? Kemudian?”
S4 : “Kemudian pada garis TP, UQ, VR, dan WS yang.. yang kedua yaitu
memotong atau menembus bidang. Contohnya TP, UQ, VR, dan WS.
Terus sejajar dengan bidang. Contohnya TU, UV, VW, dan WT.”
101
P : “TU, UV, dan tadi apa? WT? Itu sejajar dengan bidang apa?”
S4 : “Bidang PQRS.”
P : “Kemudian apa yang Anda ketahui tentang hubungan bidang dengan
bidang dari kubus tersebut?”
S4 : “Hubungan bidang dengan bidang dari kubus PQRS.TUVW yaitu,
misalkan saja bidang PQRS, bidang PQRS itu tegak lurus atau
memotong bidang QRVU, kemudian PQRS juga sejajar dengan
bidang TUVW.”
P : “Ada berapa hubungan bidang dengan bidang?”
S4 : “Dua.”
P : “Apa saja tadi?”
S4 : “Memotong atau tegak lurus dan sejajar.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu
menjawab soal dengan menggunakan kata-kata. Subjek 4 menjelaskan beberapa
hubungan garis dengan bidang pada permukaan kubus PQRS.TUVW yaitu,
terletak, memotong atau menembus, dan sejajar. Hubungan bidang dengan bidang
pada permukaan kubus PQRS.TUVW yaitu memotong atau tegak lurus dan
sejajar.
Data dari tes dan wawancara juga diperkuat dengan dokumentasi. Berikut
dokumentasi yang diperoleh seperti tampak pada gambar berikut ini.
Gambar 67. Dokumentasi S4 No. 1
102
Dari gambar di atas, diketahui bahwa subjek 4 sudah mampu menjawab soal
dengan menggunakan teks tertulis yang berupa kata-kata. Berdasarkan beberapa
data yang teleh diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek 4 sudah
mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
2) Soal no. 2
Berdasarkan Gambar 54. Jawaban Subjek 4 No. 2, diketahui bahwa subjek
4 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
Subjek 4 menjelaskan tentang bagaimana mencari proyeksi AH pada bidang
ABCD dengan teks tertulis. Langkah pertama subjek 4 memproyeksikan titik A ke
bidang ABCD, diperoleh titik A. Karena titik A terletak pada bidang ABCD.
Kemudian memproyeksikan titik H pada bidang ABCD diperoleh titik D. Dari
hasil proyeksi tersebut diperoleh hasil proyeksi AH pada bidang ABCD yaitu
garis AD.
Selain hasil di atas, diperoleh pula hasil wawancara. Hasil wawancara
tersebut menguatkan dari hasil tes di atas. Berikut hasil wawancara yang
diperoleh.
P : “Bagaimana cara Anda menunjukkan proyeksi AH pada bidang
ABCD?”
S4 : “Caranya kita gambar kubusnya dulu, yaitu kubus ABCD.EFGH
kemudian proyeksikan AH pada bidang ABCD. Yang pertama yaitu
titik A diproyeksikan ke bidang ABCD sehingga diperoleh titik
proyeksi yaitu titik A itu sendiri, kemudian titik H diproyeksikan ke
bidang ABCD, sehingga diperoleh titik proyeksi yaitu titik D,
sehingga dari keduanya tersebut diperoleh hasil proyeksi AH pada
bidang ABCD, yaitu garis AD.”
P : “Anda mengatakan A diproyeksikan ke bidang ABCD diperoleh A.
kenapa itu tetap A? kenapa hasilnya A proyeksi A ke bidang ABCD?”
S4 : “Karena titik A itu terletak pada bidang ABCD.”
103
Dari hasil wawancara di atas, diketahui subjek 4 sudah mampu menjawab
soal dengan menggunakan kata-kata. Subjek 4 dapat menjelaskan tentang
proyeksi AH pada bidang ABCD. Selain hasil tes dan wawancara, diperoleh pula
dokumentasi subjek 4. Berikut dokumentasi yang diperoleh seperti pada gambar
di bawah ini.
Gambar 68. Dokumentasi S4 No. 2
Hasil dokumentasi di atas, menunjukan subjek 4 menjawab soal dengan
menggunakan teks tertulis yang berupa kata-kata. Berdasarkan tes, wawancara
dan dokumentasi, diperoleh kesimpulan bahwa subjek 4 sudah mampu menjawab
soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
C. Pembahasan
Hasil identifikasi dari kemampuan representasi matematis mahasiswa calon
guru matematika diperoleh data yang valid. Berikut ini adalah rangkuman dari
hasil identifikasi kemampuan representasi matematis mahasiswa yang diperoleh
dari hasil tes mahasiswa, hasil wawancara, hasil catatan lapangan, dan
dokumentasi. Pada saat mahasiswa menyelesaikan soal tes yang diberikan, sudah
104
mulai terlihat bahwa mahasiswa mampu untuk mengungkapkan representasi
matematisnya.
Mahasiswa sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Dari 4 subjek yang diambil,
sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaian. Seperti terlihat di bawah ini.
1. Subjek 1 sudah mampu membuat bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan memfasilitasi penyelesaian, hal ini terlihat dari gambar kubus
maupun limas yang digambar oleh subjek 1 untuk membantunya
memperjelas masalah dan membantu penyelesaian.
2. Subjek 2 sudah mampu membuat bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Subjek 2 menggambar kubus
maupun limas untuk membantunya memperjelas masalah dan membantu
penyelesaian.
3. Subjek 3 sudah mampu membuat bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan memfasilitasi penyelesaian. hal ini bisa dilihat dari gambar
kubus maupun limas yang dibuat oleh subjek 3 untuk membantunya
memperjelas masalah dan membantu penyelesaian. Subjek 3 juga membuat
gambar dari sudut yang terbentuk.
4. Subjek 4 sudah mampu membuat bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Terlihat dari gambar kubus
maupun limas yang digambar oleh subjek 4 untuk membantunya
105
memperjelas masalah dan membantu penyelesaian. Walaupun dalam
pekerjaannya masih terdapat coretan.
Mahasiswa sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan
ekspresi matematis. Berdasarkan 4 subjek yang diambil, sudah mampu
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. Seperti di bawah
ini.
1. Subjek 1 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi
matematis. Hal ini dapat dilihat bahwa subjek 1 sudah mampu
menggunakan ekspresi matematis dengan baik dalam menyelesaikan soal.
2. Subjek 2 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi
matematis. Terlihat bahwa subjek 2 menggunakan ekspresi matematis yang
paling sederhana untuk menyelesaikan masalah.
3. Subjek 3 kurang mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan
ekspresi matematis. Hal ini terlihat dari jawaban subjek 3 nomor 3 dan 4, di
mana kurang tepat dalam menggunakan simbol dan juga menunjukan garis
yang dimaksud. Namun di soal nomor 5, subjek 3 sudah mampu
menggunakan ekspresi matematis dengan baik dalam menyelesaikan
masalah.
4. Subjek 4 sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi
matematis. Subjek 4 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan
ekspresi matematis dengan baik.
Mahasiswa sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata
atau teks tertulis. Dari 4 subjek yang diambil, sudah mampu membuat gambar
106
bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
Seperti di bawah ini.
1. Subjek 1 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau
teks tertulis. Hal ini terlihat dari jawaban tes subjek 1 nomor 1 dan 2 yang
mampu menjawab pertanyaan peneliti dengan jelas.
2. Subjek 2 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau
teks tertulis. Terlihat bahwa subjek 2 mampu menjelaskan hubungan antara
garis dan bidang, bidang dan bidang pada permukaan kubus serta
menjelaskan proyeksi AH pada bidang ABCD dengan baik.
3. Subjek 3 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau
teks tertulis. Hal ini terlihat dari jawaban subjek 3 baik itu tes maupun
wawancara yang memperlihatkan bahwa subjek 3 mampu menjelaskan
dengan baik.
4. Subjek 4 sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau
teks tertulis. Terlihat dari beberapa jawaban tes dan hasil wawancara subjek
4 yang mampu menjelaskan dengan baik.
Menurut pendapat Mudzakkir dalam Lestari (2015: 83), tentang “indikator
kemampuan representasi matematis” dan pendapat Dahlan (2016: 132), tentang
“bentuk-bentuk representasi dan operasionalnya”, dalam penelitian ini muncul
indikator representasi matematis baru selain indikator yang peneliti gunakan.
Indikator yang muncul yaitu mampu menuliskan langkah-langkah penyelesaian
masalah matematis dengan kata-kata. Hal ini terlihat dari catatan lapangan subjek
1, 2, 3, dan 4, untuk soal nomor 2, 3, 4, dan 5. Catatan lapangan subjek 1 tentang
107
soal no 2, 3, 4, dan 5 menunjukan bahwa subjek 1sudah mampu menuliskan
langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan kata-kata.
Catatan lapangan subjek 2 tentang soal no 2, 3, 4, dan 5 menunjukan bahwa
subjek 2 sudah mampu menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah
matematis dengan kata-kata. Catatan lapangan subjek 3 tentang soal no 2, 3, 4,
dan 5 menunjukan bahwa subjek 3 sudah mampu menuliskan langkah-langkah
penyelesaian masalah matematis dengan kata-kata. Catatan lapangan subjek 4
tentang soal no 2, 3, 4, dan 5 menunjukan bahwa subjek 4 sudah mampu
menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan kata-kata.
D. Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki keterbatasan untuk melaksanakan
penelitian. Hal ini disebabkan pada saat pengambilan data alat yang digunakan
pada saat penelitian seperti kamera masih memiliki kualitas yang kurang bagus
serta memori yang kurang besar. Oleh sebab itu, video yang dihasilkan kurang
memuaskan. Selain itu pada saat peneliti melakukan wawancara, peneliti belum
mampu untuk menggali informasi lebih dalam karena mahasiswa sudah merasa
resah dan keterbatasan waktu pada saat penelitian.
108
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari empat subjek penelitian, diperoleh
kesimpulan secara umum representasi matematis mahasiswa calon guru
matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo tahun akademik 2016/ 2017
sebagai berikut.
1. Mahasiswa sudah mampu membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian. Terlihat bahwa
mahasiswa mampu menggambar bangun kubus ataupun limas untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaian.
2. Mahasiswa sudah mampu menyelesaikan masalah dengan melibatkan
ekspresi matematis. Di sini mahasiswa sudah mampu menggunakan ekspresi
matematis seperti simbol-simbol matematika untuk menyelesaikan masalah.
Namun, dalam menggunakan simbol-simbol masih perlu ditingkatkan.
3. Mahasiswa sudah mampu menjawab soal dengan menggunakan kata-kata
atau teks tertulis. Hal ini terlihat dari hasil tes maupun wawancara, mahasiswa
sudah mampu menjawab dengan menggunakan kata-kata ataupun teks tertulis
dengan sama baiknya.
108
109
B. Saran
1. Bagi Dosen
Dosen diharapkan untuk lebih memperhatikan mahasiswa dalam
pembelajaran, terutama untuk mengembangkan kemampuan representasi
matematis mahasiswa, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Hal
tersebut akan sangat membantu mahasiswa dalam mendukung perannya sebagai
calon guru.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan untuk lebih mengasah kemampuan representasi
matematis. Mahasiswa juga bisa lebih mengembangkan representasinya lagi.
Nantinya hal ini akan sangat membantu dalam perannya sebagai calon guru.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak melakukan penelitian sejenis yang terkait dengan
representasi matematis, diharapkan dapat meneliti lebih dalam lagi tentang
kemampuan representasi matematis lower class, middle class maupun upper
class. Selain itu, peneliti lain dapat menggunakan acuan subjek yang lebih luas
lagi.
110
DAFTAR PUSTAKA
Alhadad dan Fadillah, S. 2010. Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel
Matematis, Pemecahan Masalah Matematis, dan Self Esteem Siswa SMP
Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Universitas
Pendidikan Indonesia. Diunduh dari http://repository.upi.edu/8617/ pada
tanggal 5 Oktober 2016
Dahlan, J. A. dan Juandi, D. 2011. Analisis Representasi Matematik Siswa
Sekolah Dasar Dalam Penyelesaian Masalah Matematika Kontekstual.
Universitas Pendidikan Indonesia. Diunduh dari http://journal.
fpmipa.upi.edu/index.php/jpmipa/article/view/273 pada tanggal 27 Oktober
2016
Kartini. 2009. Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Disajikan
dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta. Diunduh dari
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/7036 pada tanggal 27 November 2016
Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M. R. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama
Luitel, B.C. 2002. Multiple Representations of Mathematical Learning: A Short
Discourse. Presented at The 25th Conference Organised by Western
Australian Science Education Association. Canning College. Bentley.
Diunduh dari http://www.geocities.ws/bcluitel/Seminar.pdf pada tanggal 8
Oktober 2016
Mariani, S. dan Kusni. 2013. Geometri Ruang. Program Pasca Sarjana
Matematika Universitas Negeri Semarang
Moleong, L. J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset
Muthmainnah. 2014. Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa
melalui Pendekatan Pembelajaran Metaphorical Thinking. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta. Diunduh dari http://repository.uinjkt.ac.id/
dspace/handle/123456789/25320 pada tanggal 5 Oktober 2016
111
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA:
NCTM.
Sabirin, M. 2014. Representasi dalam Pembelajaran Matematika. IAIN Antasari.
Diunduh dari http://jurnal.iain-antasari.ac.id/index.php/jpm/article/view/49/
16 pada tanggal 27 Oktober 2016.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Tim Penyusun Kamus. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
112
KIS
I-K
ISI
SO
AL
TE
S R
EP
RE
SE
NT
AS
I M
AT
EM
AT
IS
MA
HA
SIS
WA
CA
LO
N G
UR
U M
AT
EM
AT
IKA
Nam
a in
stit
usi
:
Un
iver
sita
s M
uham
mad
iyah
Pu
rwo
rejo
Sem
este
r
:
2
Mat
a k
uli
ah
:
Geo
met
ri R
uan
g
Alo
kas
i w
aktu
:
45
men
it
Ben
tuk
so
al
:
Ura
ian
Jum
lah s
oal
: 5
Tah
un a
kad
emik
:2
01
6/2
01
7
No
K
om
pet
ensi
In
dik
ato
r In
dik
ato
r S
oa
l N
o
So
al
Ind
ika
tor
Rep
rese
nta
si
Ma
tem
ati
s
Asp
ek y
an
g
Diu
ku
r
1
1.
Men
gen
al
tenta
ng
ben
da-
ben
da
ruan
g.
2.
Mam
pu
men
gg
amb
ar
ben
da-
ben
da
ruan
g
seca
ra
man
dir
i.
Mem
aham
i
men
gg
amb
ar
ben
da-
ben
da
ruan
g.
Men
jela
skan
beb
erap
a
kem
ung
kin
an-k
emu
ng
kin
an
hu
bu
ng
an a
nta
ra g
aris
dan
bid
ang
,
bid
ang
d
an
bid
ang
p
ada
per
mu
kaa
n k
ubu
s.
Men
gg
amb
ar j
arin
g-j
arin
g k
ubu
s.
1
Men
jaw
ab
soal
d
eng
an
men
gg
unak
an
kat
a-k
ata
atau
tek
s te
rtu
lis.
C2
Men
un
juk
kan
d
an
men
jela
skan
pro
yek
si
gar
is
terh
adap
b
idan
g
pad
a k
ubu
s.
2
1.
Mem
bu
at
gam
bar
ban
gu
n g
eom
etri
untu
k
mem
per
jela
s m
asal
ah
dan
m
emfa
sili
tasi
pen
yel
esai
an.
2.
Men
jaw
ab s
oal
den
gan
men
gg
unak
an k
ata-
kat
a
atau
tek
s te
rtu
lis.
C1
, C
2
Lampiran 1. Kisi-kisi Soal
Lampiran 1. Kisi-kisi Soal
113
2
1.
Mah
asis
wa
mem
aham
i te
nta
ng
hal
teg
ak lu
rus.
2.
Mah
asis
wa
tram
pil
men
yel
esai
kan
mas
alah
yan
g
ber
kai
tan d
eng
an h
al
ket
egak
luru
san.
Mem
aham
i
tenta
ng
su
du
t
anta
ra
du
a
bid
ang
.
Men
un
juk
kan
su
du
t an
tara
d
ua
bid
ang
d
alam
k
ubu
s d
an
men
gh
itu
ng
bes
ar s
ud
utn
ya.
3
1.
Mem
bu
at
gam
bar
ban
gu
n g
eom
etri
untu
k
mem
per
jela
s m
asal
ah
dan
m
emfa
sili
tasi
pen
yel
esai
an.
2.
Men
yel
esai
kan
mas
alah
den
gan
m
elib
atk
an
eksp
resi
mat
emat
is.
C1
, C
2
Men
entu
kan
su
du
t an
tara
d
ua
bid
ang
dal
am l
imas
.
4
1.
Mem
bu
at
gam
bar
ban
gu
n g
eom
etri
untu
k
mem
per
jela
s m
asal
ah
dan
m
emfa
sili
tasi
pen
yel
esai
an.
2.
Men
yel
esai
kan
mas
alah
den
gan
m
elib
atk
an
eksp
resi
mat
emat
is.
C3
3
1.
Mah
asis
wa
mem
aham
i te
nta
ng
jara
k.
2.
Mah
asis
wa
tram
pil
men
yel
esai
kan
mas
alah
yan
g
ber
kai
tan
den
gan
jara
k.
Mem
aham
i
tenta
ng
ja
rak
titi
k k
e g
aris
.
Men
entu
kan
ja
rak
ti
tik
k
e g
aris
dal
am k
ubu
s.
5
1.
Mem
bu
at
gam
bar
ban
gu
n g
eom
etri
untu
k
mem
per
jela
s m
asal
ah
dan
m
emfa
sili
tasi
pen
yel
esai
an.
2.
Men
yel
esai
kan
mas
alah
den
gan
m
elib
atk
an
eksp
resi
mat
emat
is.
C3
114
SOAL TES REPRESENTASI MATEMATIS
MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA
Petunjuk Umum:
1. bacalah Basmallah sebelum mengerjakan soal.
2. tulislah nama, kelas, NIM di sebelah pojok kiri atas pada lembar jawab.
3. Periksa dan bacalah dengan teliti soal-soal sebelum Anda menjawab.
1. Amatilah kubus PQRS. TUVW di bawah ini!
Jelaskan hubungan garis dan bidang, bidang dan bidang pada permukaan
kubus di atas serta buatlah jaring-jaringnya!
2. Diketahui kubus ABCD. EFGH. Tunjukkan dan jelaskan proyeksi AH pada
bidang ABCD!
3. Sebuah kubus ABCD. EFGH mempunyai panjang rusuk cm. Tunjukkan
sudut antara bidang BDHF dengan bidang AFH dan hitunglah tangen
sudutnya!
4. Diketahui limas T. ABCD beraturan dengan AB= 8 cm dan tinggi limas= 8
cm. Tentukan tangen sudut antara bidang TAB dengan bidang ABCD!
5. Diketahui kubus ABCD. EFGH dengan panjang rusuk= 12 cm. Tentukan
jarak dari titik B ke garis EG!
Lampiran 2. Soal Tes
115
KUNCI JAWABAN TES REPRESENTASI MATEMATIS
MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA
1. Hubungan antara garis dan bidang pada permukaan kubus PQRS. TUVW:
- garis PQ dan PR terletak pada bidang PQRS.
- garis PT momotong (menembus) bidang PQRS.
- garis TW sejajar bidang PQRS.
Hubungan antara bidang dan bidang pada permukaan kubus PQRS. TUVW:
- sisi PQRS dan QRVW adalah dua sisi yang berpotongan.
- sisi PQRS dan TUVW adalah dua sisi yang sejajar.
Jaring-jaring kubus PQRS. TUVW
2. Gambar proyeksi AH pada bidang ABCD
Proyeksi AH pada bidang ABCD yaitu AD. Karena jika ditarik salah satu
titik dari garis AH yang berada di luar bidang ABCD, yaitu titik H ke bidang
ABCD yang membentuk sudut siku-siku ke ujung titik yang lain (titik D),
kemudian tarik titik tersebut didapatkan garis AD.
Lampiran 3. Kunci Jawaban
116
3. Letak bidang BDHF, bidang AFH dan sudut yang terbentuk adalah sebagai
berikut:
(𝐵𝐷𝐻𝐹, 𝐴𝐹𝐻) = 𝐹𝐻 ⃡
∆ AFH sama sisi dan P titik tengah 𝐹𝐻 ⃡ . Jadi 𝐴𝑃 ⃡ 𝐹𝐻 ⃡
Bidang BDHF adalah persegi panjang dan P adalah titik tengah 𝐹𝐻 ⃡ , O adalah
titik tengah 𝐵𝐷 ⃡ . Jadi 𝑂𝑃 ⃡ 𝐹𝐻 ⃡
Jadi sudut tumpuan antara bidang AFH dan BDHF adalah ∠APO, besarnya =
𝛼.
Pada ∆ APO, tan 𝛼 =𝑂𝐴
𝑃𝑂
OA=1
2× 𝐴𝐶
=1
2× 6√2
= 3√2 cm
𝑃𝑂 = 6 cm
Sehingga tan 𝛼 =3√2 cm
6 cm
tan 𝛼 =1
2√2
3√2 cm
6 cm
117
Jadi tangen sudut antara bidang BDHF dengan bidang AFH adalah ∠APO
yang besarnya tan 𝛼 =1
2√2.
4. Posisi bidang TAB dan bidang ABCD pada limas sebagai berikut:
Titik O adalah proyeksi T pada bidang ABCD.
(𝑇𝐴𝐵, 𝐴𝐵𝐶𝐷) = 𝐴𝐵 ⃡
R pada 𝐴𝐵 ⃡ , 𝑇𝑅 ⃡ pada bidang TAB 𝐴𝐵 ⃡
𝑂𝑅 ⃡ pada bidang ABCD 𝐴𝐵 ⃡
Sudut tumpuan antara bidang TAB dan ABCD adalah ∠TRO, besarnya= 𝛼
tan 𝛼 =𝑇𝑂
𝑂𝑅
TO= 8 cm
𝑂𝑅 =1
2× 𝐴𝐵 = 4 cm
Sehingga tan 𝛼 =8 𝑐𝑚
4 𝑐𝑚
tan 𝛼 = 2
Jadi sudut antara bidang TAB dengan bidang ABCD adalah ∠TRO yang
besarnya tan 𝛼 = 2.
118
5. Posisi titik B dan dan garis EG pada kubus sebagai berikut:
BE, EG, dan GB merupakan diagonal sisi kubus ABCD. EFGH, sehingga
segitiga BEG adalah segitiga sama sisi.
Jarak titik B ke garis EG = proyeksi titik B terhadap garis EG.
Proyeksi titik B ke garis EG adalah B’, sehingga BB’ adalah jarak titik B ke
garis EG. Karena segitiga BEG sama sisi, maka EB’ = B’G
BB’ = √(𝐸𝐵)2 − (𝐵′𝐸)2 = √(𝐵𝐺)2 − (𝐺𝐵′)2
= √(12√2)2
− (6√2)2
= √288 − 72
= √216
= 6√6
Jadi, Jarak titik B ke garis EG 6√6 cm.
𝟏𝟐√𝟐
𝟏𝟐√𝟐
𝟔√𝟐
119
Lampiran 4. Lembar Validasi Soal Tes
120
121
122
123
124
125
Lampiran 5. Lembar Validasi Pedoman Wawancara
126
127
128
129
130
131
132
133
Lampiran 6. Lembar Observasi Hasil Penelitian
134
135
136
137
Lampiran 7. Jawaban Tes Representasi Matematis S1
138
139
140
Lampiran 8. Jawaban Tes Representasi Matematis S2
141
142
Lampiran 9. Jawaban Tes Representasi Matematis S3
143
144
145
Lampiran 10. Jawaban Tes Representasi Matematis S4
146
147
TRANSKRIP WAWANCARA
Lampiran 11. Transkrip Wawancara S1
148
SUBJEK 1
P : “Assalammu’alaikum.”
S1 : “Wa’alaikumsalam.”
P : “Namanya siapa?”
S1 : “Nama saya Lisa.”
P : “Nama lengkapnya?”
S1 : “Ohh..Lisa Faradila.”
P : “Dari kelas?”
S1 : “Pendidikan Matematika 2D.”
P : “Pernah mendapatkan materi tentang kubus?”
S1 : “Pernah, itu di mata kuliah geometri ruang.”
P : “Kalau dari SD atau SMP seperti itu pernah mendapatkan materi?”
S1 : “Pernah sih, tapi kalau SD SMP itu kisarannya masih agak gimana ya
mbak, gak serumit yang sekarang.”
P : “Sekarang rumit ya?”
S1 : “Iya.”
P :
“Coba lihat soal nomor 1, di situ terdapat kubus PQRS. TUVW, dari
soal itu, apa yang Anda ketahui tentang hubungan garis dan bidang
pada permukaan kubus tersebut?”
S1 : “Ohh..tentang garis dan bidang. Jadi kalau permukaan dari hubungan
garis dan bidang itu tu ada tiga yaitu: sejajar, berpotongan, dan juga
garis itu terletak pada suatu bidang. Lha pertama dari hubungan sejajar
contohnya itu dari kubus PQRS.TUVW, bidang PQRS itu sejajar
dengan garis TU, UV, VW, WT, WU, TV itu contohnya. Kemudian
bidang QRVU akan sejajar dengan garis PS, SW. Kemudian bidang
PQUT sejajar dengan garis SR dan juga RV. Lha kemudian yang
berpotongan, itu ada bidang PQRS dengan garis VT dan juga UI.
Bidang QRUV akan berpotongan dengan garis PQSR kemudian
bidang SRVW berpotongan dengan garis QR.”
P : “SRVW berpotongan dengan?”
S1 : “QR. Kemudian yang ketiga itu ada garis yang terletak pada suatu
bidang. jadi tuh garisnya itu ada di bidang itu. Lha contohnya itu ada
garis PQ, QR, itu terletak pada bidang PQRS. Kemudian garis SP, PT,
itu terletak pada bidang TPSW. Dan juga ada SR, RV, itu terletak..
garis SR, kemudian garis RV itu terletak pada bidang SRVW, gitu.”
P : “Selanjutnya, apa yang anda ketahui tentang hubungan bidang dan
bidang dari permukaan kubus?”
S1 : “Nah kalau tentang hubungan bidang dan bidang itu tuh hanya ada dua.
Bahwa bidang itu sejajar dengan bidang yang lain, yang kedua itu
bidang itu berpotongan. Terus karena ini kubus lha berpotongannya itu
tegak lurus antara bidang yang satu dengan bidang yang lain. Contoh
dari bidang yang saling sejajar yaitu, bidang PQRS dengan TUVW.
Kemudian bidang PQUT dengan SRVW. Kemudian bidang PSWT
149
dengan bidang GRVU. Itu yang sejajar. Kemudian yang berpotongan,
itu ada bidang PQRS dengan bidang QRVU, bidang SRVW dengan
PQUT ehh… SRVW bukan, dengan WVUT, kemudian bidang PSWT
dengan bidang SPQR. Itu mbak yang berpotongan.”
P : “Tadi Anda bilang bidang SPQR?”
S1 : “Yang?”
P : “Terakhir.”
S1 : “Ee.. ho’oh. PSWT dengan SPQR.”
P : “PSWT dengan?”
S1 : “SPQR.”
P : “SPQR? Oh iya itu alas ya?”
S1 : “Iya.”
P : “Kemudian bagaimana Anda menggambarkan jaring-jaring dari kubus
PQRS.TUVW tersebut.”
S1 : “Lha jadi kubus itu kan mempunyai enam sisi ya? Enam sisi, enam
buah persegi. Lha sisinya kan berbentuk persegi. Jadi saat saya buat
jaring-jaring kubus ini pertama kita buat enam buah persegi. Nah itu
nanti yang empat itu mendatar kemudian ada yang tiga vertikal.Eh
empat mendatar, iya.”
P : “Kalau dalam kubus ini yang jadi alasnya kan PQRS.TUVW.”
S1 : “Iya, PQRS.TUVW.”
P : “Kemudian kan yang jadi sisinya ada empat, masing-masing itu Anda
mana saja?”
S1 : “Apanya?”
P : “Misalnya di jaring-jaring ini PQRSnya alas, berarti sisinya apa saja
menurut Anda?”
S1 : “PTWS. Eh , sik sik sik bentar. Oh berarti ini apa namanya? Sisinya
yaitu PTUQ, QUVW, VWSR, sama PSWT.”
P : “Kalau untuk tutupnya?”
S1 : “Tutupnya UPSV.”
P : “Untuk nomor 2, bagaimana cara Anda menunjukkan proyeksi AH pada
bidang ABCD?”
S1 : “Proyeksi AH dengan bidang ABCD? Pertama itu kita buat kubus
ABCD.EFGH ya untuk memudahkan. Kemudian kita mencoba
memproyeksikan garis AH pada bidang ABCD. Lha pertama itu kita
proyeksi titik A ke bidang ABCD yaitu didapatkan suatu titik A di
bidang ABCD. Karena A itu merupakan sekutu atau garis AH sama
bidang ABCD itu sama-sama memiliki titik A. Kemudian yang kedua
kita proyeksikan titik H pada bidang ABCD, sehingga didapatlah suatu
titik D. Karena titik H itu sejajar dengan titik D, lha sehingga dari itu
akan didapatkan hasil yaitu AD yang merupakan proyeksi dari AH ke
bidang ABCD.”
P : “Untuk nomor 3, bagaimana cara Anda menunjukkan sudut antara
bidang BDHF dengan bidang AFH pada kubus ABCD.EFGH?”
S1 : “Jadi langkah pertama itu kita gambar suatu kubus ABCD.EFGH.
Kemudian setelah itu kita mencari bidang, bidangnya dari bidang AFH
150
dan juga bidang BDHF. Nah dari kubus ABCD.EFGH diperoleh
bidang AFH itu berbentuk segitiga dan juga bidang BDHF itu
berbentuk persegi panjang. Nah setelah kita tahu bidang AFH sama
BDHF itu mana, kemudian kita itu akan menemukan suatu titik
potong. Eh titik potong, bukan.. garis potong antara bidang AFH
dengan BDHF yaitu garis HF itu sendiri. Lha setelah kita menemukan
garis HF, kemudian kita cari proyeksi dari titik A yang tegak lurus
terhadap garis HF. Lha misal garis HF itu diperoleh suatu titik P. Nah
kemudian, berartikan AP itu akan tegak lurus dengan HF.”
P : “Kenapa AP tegak lurus dengan HF?”
S1 : “Karena itu AP proyeksi. Eh karena AP yang mana titik P itu
merupakan proyeksi dari titik A.”
P : “Jadi, kalau proyeksi itu pasti?”
S1 : “Tegak lurus. Kemudian setelah kita tahu AP itu akan tegak lurus
dengan HF, kita proyeksikan lagi titik F..”
P : “Titik F?”
S1 : “Titik P maaf. Titik P pada bidang BDHF.”
P : “Pada bidang BDHF?”
S1 : “Iya. Maksudnya proyeksikan titik P yang sama-sama di bidang
BDHF.”
P : “Kalau misalnya Anda memproyeksikan titik P di bidang BDHF, berarti
P tetap di sini dong?”
S1 : “Oh iya. Oh bukan ding, kita proyeksikan titik P ke bidang ABCD. Nah
kemudian setelah kita tahu AP itu tegak lurus dengan HF, kita
proyeksikan lagi titik P ke garis BD, karena HF itu sejajar dengan BD
sehingga diperoleh misalnya suatu titik yang dinamakan titik O.
Sehingga proyeksi E pada O atau garis P..”
P : “Proyeksi?”
S1 : “Proyeksi P pada garis BD.”
P : “Iya.”
S1 : “Diperoleh titik O. Kemudian garis PO itu akan tegak lurus dengan BD.
Lha karena PO itu tegak lurus dengan BD dan BD itu sejajar dengan
HF maka, PO itu juga akan tegak lurus dengan HF. Lha setelah kita
tahu AP itu tegak lurus dengan HF dan PO itu tegak lurus dengan HF,
maka kita akan menemukan suatu bentuk bidang, bidang tumpuan
antara bidang AFH dengan bidang BDHF yaitu yaitu bidang APO.”
P : “APO itu bidang apa?”
S1 : “Bidang, bidang tumpuan antara AFH dengan BDHF.”
P : “Bagaimana Anda menunjukkan sudut yang terbentuk?”
S1 : “Jadi sudut yang terbentuk itu yaitu sudut APO.”
P : “Kenapa bisa sudut APO?”
S1 : “Karena AP, AP itu merupakan proyeksi eh bukan proyeksi. Jadi saat
kita menentukan sudutnya itu kita lihat bidang tumpuannya dulu,
karena di sini kita temukan bidang tumpuannya yaitu APO, sehingga
sudutnya antara bidang AFH dengan BDHF itu juga sudut APO. Sudut
yang terbentuk antara titik A, P, kemudian O.”
151
P : “Apa yang Anda ketahui tentang bidang tumpuan?”
S1 : “Bidang tumpuan itu merupakan suatu bidang yang sama-sama.. Eh,
suatu bidang.. yang tegak lurus terhadap garis tumpuan, eh…bukan.
Jadi bidang tumpuan itu merupakan suatu bidang yang tegak lurus
terhadap garis potong bidang AFH dengan BDHF kalau dimasalah ini.
P : “Misalnya panjang rusuknya 6 cm, coba Anda hitung tangen sudutnya.”
S1 : “Tangen sudut. Nah karena kita kan tadi sudah menemukan, sudutnya
itu kan sudut APO. Sehingga kita cari tangen, tangen bidang AFH
dengan bidang BDHF itu tangen sudut APO. Sehingga agar kita
mudah mencarinya itu kita memerlukan suatu bidang. Lha jadi dengan
memakai bidang tumpuan itu atau dengan bidang APO, kita bisa
mencari tangen sudut APO. Yang mana tangen sudut APO =𝐴𝑂
𝑃𝑂, yang
mana AO itu merupakan setengah dari diagonal bidang. Karena tadi
rusuknya 6 cm, 1
2diagonal bidang = 3√2. Kemudian PO, PO itu sama
dengan rusuk-rusuknya itu sendiri, jadi = 6. Nah tangen sudut 𝐴𝑃𝑂 =3√2
6 sehingga diperoleh
1
2√2.”
P : “Kenapa PO panjangnya 6?
S1 : “Karena PO itu akan sejajar dengan rusuk. Misalnya kita ambil rusuk
BS, PO itu sejajar dengan BS, lha karena BS itu panjangnya 6, PO itu
panjangnya 6. Karena PO sama BS itu panjangnya sama.”
P : “Jadi tadi tangen sudutnya?”
S1 : “Tangen sudutnyadiperoleh 1
2√2.”
P : “Untuk nomor 4, bagaimana cara Anda menentukan sudut antara bidang
TAB dengan bidang ABCD pada limas segiempat beraturan
T.ABCD?”
S1 : “Cara kita menentukan apa itu tadi? Sudut antara bidang ya?”
P : “Iya.”
S1 : “Pertama pastinya kita buat limasnya dulu, limas T.ABCD. T.ABCD
yang mana ABCD itu beraturan. Kemudian proyeksikan bidang TAB
pada bidang ABCD sehingga… Jadi saat kita menentukan sudut antara
bidang TAB dengan ABCD itu pertama kita gambar limasnya terlebih
dahulu, kemudian kita cari mana bidang TAB, mana bidang ABCD.
Sehingga, setelah kita cari TAB itu berbentuk segitiga, ABCD itu
berbentuk persegi, ee.. bukan. Segiempat. Nah kemudian, dari TAB
dengan bidang ABCD akan diperoleh garis perpotongan, garis potong,
yaitu garis AB karena TAB mempunyai garis AB dan ABCD juga
mempunyai AB. Lha dari itu kemudian kita, kita proyeksikan pada,
pada bidang TAB ini kita proyeksikan titik T ke garis potong yaitu
garis AB, sehingga akan diperoleh titik E misalnya. Yang mana jika
kita tarik garis dari T ke E itu TE akan tegak lurus dengan garis potong
AB. Lha setelah itu kita tahu TE. Nah dari E ini kita proyeksikan tegak
lurus terhadap titik eh terhadap garis CD. Yang mana CD itu sejajar
dengan AB. Misalnya itu akan diperoleh suatu titik S. Nah jadi S itu
akan tegak lurus dengan CD. Lha setelah itu, dari bidang TAB di titik
152
T nya itu kita proyeksikan ke bidang ABCD lagi sehingga akan
diperoleh titik O.”
P : “Di mana titik O itu?”
S1 : “Yang mana titik O itu tuh merupakan pertengahan, eh titik tengah dari
garis EF yang tadi telah kita temukan sebelumnya. Yang mana, TO itu
juga tegak lurus terhadap bidang ABCD.”
P : “TO tegak lurus terhadap bidang?”
S1 : “ABCD.”
P : “Kalau yang tegak lurus terhadap garis AB itu apa saja?”
S1 : “Yang tegak lurus terhadap garis AB itu ada TE sama EO atau EF.”
P : “Misalnya dengan?”
S1 : “Apanya?”
P : “Untuk menunjukkan sudutnya misalnya Anda menentukan yang tegak
lurus dengan AB misalnya TE?”
S1 : “Iya.”
P : “Satu lagi yang tegak lurus dengan AB misalnya?”
S1 : “EO.”
P : “EO. Jadi dari situ, Anda dapat sudutnya?”
S1 : “Sudutnya yaitu TEO.”
P : “TEO, tadi bidang tumpuannya?”
S1 : “Bidang tumpuannya merupakan bidang TEO juga.”
P : “Kemudian misalnya tinggi limasnya 8 cm dan AB itu 8 cm. Berapa
besar tangen sudutnya?”
S1 : “Tangen sudut. Tadi kan kita sudah menentukan sudut. Kita sudah
memperoleh sudutnya itu yang mana sudutnya merupakan sudut TEO.
Nah sehingga kita itu mencari tangennya dengan meminta bantuan dari
segitiga, eh bukan.. dari bidang tumpuan yaitu bidang TEO itu
sendiri.”
P : “Sudut tumpuannya tadi?”
S1 : “Sudut tumpuannya tadi TEO juga. Bidang tumpuannya juga bidang
TEO. Nah jadi tangen dari sudut 𝑇𝐸𝑂 =𝑇𝑂
𝐸𝑂. Yang mana TO itu
merupakan tinggi limas dan EO itu merupakan setengah atau
pertegahan dari garis EF. Jadi tangen sudut 𝑇𝐸𝑂 =8
4 sehingga
diperoleh hasil 2.”
P : “Kenapa EO panjangnya 4?”
S1 : “EO panjangnya 4, karena kita kan tahu garis EF yang tadi kita
temukan di awal itu besarnya sama dengan BC. Nah kemudian EO itu
kan pertengahan dari garis EF, sehingga EF kan sama dengan BC tadi,
sama dengan 8. Jadi 𝐸𝑂 =1
2× 8, hasilnya 4.”
P : “Untuk nomor 5, bagaimana Anda menggambarkan jarak dari titik B ke
garis EG pada kubus ABCD.EFGH?”
S1 : “Pertama kita gambar kubusnya terlebih dahulu, kubus ABCD.EFGH.
Kemudian kita cermati titik B dan juga garis EG, nah kemudian
setelah itu kita proyeksikan titik B ke garis EG sehingga akan
diperoleh suatu titik yaitu misalnya kita namakan titik B’. Yang mana
153
jika kita tarik garis antara B dengan B’ itu, BB’ akan tegak lurus
terhadap garis EG. Itu cara menentukan jarak dari B ke EG.”
P : “Misalnya panjang rusuknya 12 cm, berapa jarak dari B ke garis EG?”
S1 : “Tadi kan kita tahu panjangnya, eh jarak B ke EG itu BB’ ya? Sehingga
kita itu membutuhkan bantuan. Sehingga dari itu kita tarik garis antara
B, titik B ke titik E kemudian titik B ke titik G. Sehingga diperoleh
suatu segitiga yaitu segitiga BEG.”
P : “Bentuknya?”
S1 : “Bentuknya segitiga sama sisi. Karena BE, EG dan juga GB merupakan
diagonal bidang. Selanjutnya kita itu apa ya, mencari BBE, eh BB’ itu
dengan bantuan segitiga BB’E misalnya. Karena kan kita cari segitiga
yang siku-siku dan kita tahu BB’ itu tegak lurus dengan EG. Sehingga
BB’ juga akan tegak lurus dengan EB’. Nah kemudian, kita tahu
𝐸𝐵′ =1
2diagonal bidang sehingga..”
P : “𝐸𝐵′ =1
2diagonal bidang”
S1 : “Iya. Berartikan 1
2× 12√2.”
P : “Kenapa 12√2?”
S1 : “Karena kalau diagonal bidang di suatu kubus itu rusuk dikali √2 itu
rumus tercepat untuk mencari diagonal bidang. Nah kemudian dari itu
kita juga tahu EB, EB itu kan merupakan diagonal bidang, sehingga
panjang EB juga merupakan eh panjang 𝐸𝐵 = 12√2, sehingga untuk
menentukan 𝐵𝐵’ itu = (𝐸𝐵)2 − (𝐸𝐵′)2 yang mana 𝐸𝐵2 = 12√2,
kemudian kita kuadratkan dikurangi (𝐸𝐵′)2 = 6√2 kita kuadratkan,
sehingga..”
P : “Ada akarnya atau tidak?”
S1 “Ada, karena kita sudah 𝐵𝐵’ jadi 𝐵𝐵′ = √288 − 72 = √216,
sehingga diperoleh hasil 6√6 . Itu jarak dari B ke EG.”
P : “Tadi jarak B ke EG didapat dari BB’ ya?”
S1 : “Iya.”
P : “Panjang BB’ itu BE..?”
S1 : “√𝐵𝐸2 − (𝐸𝐵′)2.”
P : “Terima kasih.”
154
TRANSKRIP WAWANCARA
SUBJEK 2
P : “Assalamu’alaikum.”
S2 : “Wa’alaikumsalam.”
P : “Namanya siapa?”
S2 : “Andini Dwima Chaerani.”
P : “Dari?”
S2 : “Kelas 2D.”
P : “NIM nya?”
S2 : “162140139.”
P : “Ya, langsung saja ya mbak.”
S2 : “Oke.”
P : “Untuk nomor 1, coba Anda lihat kubus PQRS.TUVW. Dari kubus itu
apa yang Anda ketahui tentang hubungan garis dan bidang pada
permukaan kubus ini?”
S2 : “Hubungan garis PQ, garis QR, garis RS, garis SP, terletak pada bidang
PQRS. Garis TP, UQ, VR, WS, memotong bidang PQRS. Garis PU,
UV, VW, WT sejajar bidang PQRS.”
P : “Dari yang Anda sebutkan barusan itu, ada berapa hubungan?”
S2 : “Ada satu.”
P : “Yang Anda sebutkan ada berapa?”
S2 : “Oh.. tiga. Terletak, memotong, sejajar.”
P : “Kemudian apa yang Anda ketahui dari hubungan bidang dan bidang
pada permukaan kubus ini?”
S2 : “Bidang TUPQ, UVQR, PWRS, WSTP memotong bidang PQRS.
Bidang TUVW sejajar bidang PQRS. emm.. pertama kan kita tahu
kalau misalnya apa namanya sisi kubus itu ada 6.”
P : “Jadi, dari yang Anda sebutkan ada berapa hubungan?”
S2 : “Ada 2. Memotong dan sejajar.”
P : “Kemudian bagaimana cara Anda menggambarkan jaring-jaring dari
kubus PQRS.TUVW? cara anda membuat jaring-jaring dari kubus
PQRS.TUVW, pertamanya bagaimana caranya?”
S2 : “Kan ini kan ada 6. 4 sisi memutar, 2 sisi samping, samping kanan
kiri.”
P : “Sisi memutar itu maksudnya atas bawah?”
S2 : “Atas bawah eh.. depan bawah, belakang atas itu kan kalau gimana ya..
ini lho mbak...”
P : “Bukan memakai sisi sampingnya, kemudian atas sama bawah itu
bukan?”
S2 : “Enggak. Jadinya ininya kalau kubus dipotong lagi, pokoknya yang sisi
kanan kiri dipotong jadinya kan jadi empat sisi ke.. gimana ya
ngomongnya…”
P : “Jadi kanan kirinya dipotong?”
Lampiran 12. Transkrip Wawancara S2
155
S2 : “He’eh.. terus habis itu yang tengah itu, diapa ya? Dijembreng ya apa
namanya itu.. itulah pokoknya. Jadinya ada 6. Empat sisi kubus di
tengah, satu kubus di kanan, satu kubus di kiri. Eh satu.. eh.. empat
persegi di tengah, satu persegi dikanan, satu persegi dikiri.”
P : “Itu yang persegi di kanan sama di kiri apa saja?”
S2 : “Persegi PRQU.”
P : “Itu yang sisi kanan, sisi kiri?”
S2 : “SUTP.”
P : “Kemudian yang lainnya?”
S2 : “Yang lainnya, yang tengah itu yang dari atas PU.. oh ini, yang sisi kiri
SWTP. Terus yang tengah ada empat. Yang pertama persegi TUWV,
WVSR, SRPQ, PQTU.”
P : “Untuk nomor 2, bagaimana Anda menunjukan proyeksi dari AH ke
bidang ABCD?”
S2 : “Proyeksi AH pada bidang ABCD, pertama berarti digambar dulu
kubus ABCD.EFGH, terus abis itu gambar juga garis AH. Nah garis
AD itu proyeksi garis AH.”
P : “Coba Anda jelaskan tentang proyeksi AH pada bidang ABCD itu.”
S2 : “Jadi proyeksi titik A pada bidang ABCD menghasilkan titik A.
Karena titik A terletak pada bidang ABCD. Terus proyeksikan titik H
pada bidang ABCD menghasilkan titik D. Jadi proyeksi AH pada
bidang ABCD adalah garis AD.”
P : “Untuk nomor 3, bagaimana Anda menunjukan sudut antara bidang
BDHF dengan bidang AFH pada kubus ABCD.EFGH?”
S2 : “Pertama kita buat kubus ABCD.EFGH. Terus abis itu kita gambar
bidang AFH sama bidang BDHF. Sudut antara AFH dan BDHF itu
disini (menunjukan sudutnya).”
P : “Di antara?”
S2 : “Di antara.. di antara bidang AFH dengan BDHF.”
P : “Kemudian bagaimana Anda menunjukan sudut yang yeng terbentuk
tadi? Cara Anda menunjukannya.”
S2 : “Pertama, BDHF itu adalah persegi panjag, dan AFH adalah segitiga
sama sisi. Pertama proyeksikan titik A pada garis HF menghasilkan
titik O pada pertengahan HF, biar buat cari bidang tumpuan itu kan
kita harus.. apa ya? Punya dua garis yang sejajar sama garis tumpuan.
Nah garis tumpuan di AFH sama bidang BDHF itu garis HF. Jadinya
kita harus mencari garis yang tegak lurus HF itu di bidang AFH dan
juga dibidang BDHF. Trus kedua, proyeksi titik O pada pada garis BD
menghasilkan titik P pada pertengahan BD. Jadinya dari titik O ini
diproyeksikan ke garis BD menghasilkan titik P dan OP itu tegak lurus
HF. AO tegak lurus HF. Jadi bidang tumpuan antara bidang AFH
dengan bidang BDHF adalah adalah bidang AOP. Sudut tumpuan
berada pada bidang tumpuan. Jadi, sudut tumpuan antara bidang AFH
dengan bidang BDHF adalah sudut AOP.”
P : “Apa yang anda ketahui tentang bidang tumpuan?”
156
S2 : “Bidang tumpuan itu bidang yang terletak antara dua bidang.. bidang
tumpuan adalah bidang yang tegak lurus antara garis potong kedua
bidang. Nah ini bidang AOP tegak lurus, tegak lurus dengan garis
potong bidang AFH dengan bidang BDHF.”
P : “Garis potongnya apa ya?”
S2 : “HF.”
P : “Jika diketahui panjang rusuknya 6 cm, coba Anda hitung tangen
sudutnya.”
S2 : “AP.. AP itu setengah AC. AC itu kan diagonal sisi. AC itu panjangnya
6√2.”
P : “Kenapa bisa 6√2?”
S2 : “Pakai phytagoras. Kan 6.. 𝐴𝐶 = √𝐴𝐵2 + 𝐵𝐶2 = √62 + 62 =
√36 + 36 = √72. AC itu √72 = 6√2.”
P : “Kemudian?”
S2 : “Terus abis itu OP sejajar dengan FB. Jadinya panjang OP itu cm,
karena panjang FB cm. Tan sudut AOP sama dengan 𝑎𝑝
𝑜𝑝=
3√2
6=
1
2√2.”
P : “Untuk nomor 4, bagaimana Anda menentukan sudut antara bidang
TAB dengan bidang ABCD pada limas segiempat beraturan T.ABCD?
Pertamanya?”
S2 : “Pertamanya gambar dulu, jelas. Terus abis itu.. pertanyaannya apa
mbak?”
P : “Bagaimana cara Anda menentukan sudut antara bidang TAB dengan
bidang ABCD pada limas segiempat beraturan T.ABCD?”
S2 : “Berarti, pertama proyeksikan titik T pada bidang ABCD menghasilkan
titik O.”
P : “Kenapa T di proyeksikan ke bidang ABCD?”
S2 : “Biar mempermudah mencari OP yang tegak lurus AB. Karenakan AB
perpotongan 2 bidang antara TAB dengan ABCD. Terus nomor dua
proyeksikan titik O pada AB dan DC menghasilkan titik P dan Q.
Jadinya di AB ada titik P, di DC ada titik Q, proyeksi dari O. Segitiga
TAB adalah segitiga sama kaki. Proyeksikan titik P ke garis AB maka
akan tepat di titik P. Kenapa tepat? Karena P itu proyeksi O. Nah kalau
O di proyeksikan ke P berarti AP=BC. Jadi AP itu di tengah-tengah
BC. Nah ini kan C diproyeksikan ke P. Jadi TP itu di tengah-tengah
AB juga. TP tegak lurus AB, dan OP tegak lurus AB. Jadi bidang
tumpuan.. jadi bidang TOP adalah bidang tumpuan antara bidang TAB
dengan bidang ABCD.”
P : “OP kenapa bisa tegak lurus dengan AB?”
S2 : “Kan proyeksi. Proyeksi titik O ke bidang AB. Kan pasti tegak lurus
dan memotong AB di tengah-tengah. Sudut tumpuan antara bidang
TAB dengan bidang ABCD adalah sudut TOP. Jadi…”
P : “TOP?”
S2 : “TPO.”
157
P : “TPO bukan TOP?”
S2 : “Iya. Terus PQ itu sejajar BD.”
P : “Jika diketahui AB 8 cm dan tinggi dari limasnya 8 cm. Berapa tangen
sudut dari bidang TAB dan bidang ABCD?”
S2 : “PQ itu sejajar BC. BC itu kan panjangnya 8 cm, jadi PQ juga
panjangnya 8 cm. Nah OP, OP kan di tengah-tengah PQ, jadi 𝑂𝑃 =1
2× 𝑃𝑄 =
1
2× 8 = 4. Jadi panjang OP 4 cm. Nah TO, TO itu kan
panjang.. tinggi limas jadi TO= 8 cm. Terus mencari tan sudut TPO
dengan 𝑇𝑂
𝑃𝑂=
8 𝑐𝑚
4 𝑐𝑚= 2. Jadi tan sudut TPO itu 2.”
P : “Sudut TPO itu sudut?”
S2 : “Tumpuan antara bidang TAB dengan bidang ABCD.”
P : “Untuk nomor 5, bagaimana Anda menggambarkan jarak dari titik B ke
garis EG pada kubus ABCD.EFGH?”
S2 : “Pertama gambar kubusnya dulu.”
P : “Kenapa pertamanya anda menggambar kubus dulu?”
S2 : “Ya kan biar jelas dimana titik-titiknya. Terus habis itu, kalau kubus
ABCD.EFGH trus tarik garis B ke E. Dan garis B ke G. Maka akan
terbentuk segitiga sama sisi.”
P : “Kenapa ditarik garis B ke E dan B ke G?”
S2 : “Biar gampang mencari jaraknya. Kan kalo jarak itu kan.. garis
terpendek antara e.. jarak itu kan garis hubung terpendek antara titik B
dengan EG. Jadinya kan jarak.. jarak B ke EG itu yang paling pendek
itu BO. Jadinya kan pertama harus B ke EG dulu terus, eh B ke E terus
B ke G. Ini kan sama jaraknya 6√2 . eh, ini kan diagonal sisi sama
diagonal sisi kan sama jaraknya. Berarti sisi jarak yang paling, jarak..
garis hubung yang terpendek itu berarti BO. Bukan BE, bukan BG.”
P : “Tadi Anda sudah menjelaskan tentang titik O belum ya?”
S2 : “Belum.”
P : “Kenapa bisa tiba-tiba muncul titik O?”
S2 : “Oh itu.. proyeksikan titik B ke garis EG. Menghasilkan titik O. Nah
BO itu tegak lurus EG, karena dia itu proyeksi, dan BO itu memotong
EG sama panjang.”
P : “Jadi jarak dari titik B ke garis EG itu?”
S2 : “BO.”
P : “Jika diketahui panjang rusuk dari kubus ABCD.EFGH itu 6 cm.
Berapa panjang jarak dari B ke garis EG?”
S2 : “Berarti kan BO. Panjang BO. Nah berarti kan kita pertama, EG itu kan
diagonal sisi. O kan memotong EG tepat ditengah. Jadi OE=OG. Jadi
OG =1
2× EG.”
P : “Tadi diagonal sisi itu apa?”
S2 : “Diagonal sisi EG.”
P : “Enggak. Maksudnya pengertian dari diagonal sisi?”
S2 : “Diagonal sisi adalah diagonal yang berada.. diagonal yang…”
158
P : “Diagonal sisi adalah?”
S2 : “Diagonal suatu sisi kubus. Jadinya kalau diagonal sisi EG, berarti
diagonal sisi EFGH. Nah itu kan, panjang EG adalah diagonal sisi.
Jadi panjang 𝑂𝐺 =1
2𝐸𝐺. Nah kenapa setengah EG? Titik O itu
proyeksi dari B. Jadinya kan O itu berada tepat setengah EG. Jadi
EO=OG. Jadi sama aja 𝑂𝐺 =1
2𝐸𝐺. Berarti 𝑂𝐺 =
1
2× , sisinya kan 12
cm jadi panjang diagonal sisinya itu 12√2. Jadinya 𝑂𝐺 =1
2× 12√2.
𝑂𝐺 = 6√2. OG panjangnya 6√2 𝑐𝑚. Terus CG, CG adalah diagonal
sisi. Jadi panjang 𝐵𝐺 = 6√2 . pakai rumus phytagoras yang kayak
tadi. Terus mencari panjang BO, nah ini saya menggunakan segitiga
BOG. Panjang 𝐵𝑂 = √𝐵𝐺2 − 𝑂𝐺2 = √(12√2)2
− (6√2)2
=
√288 − 72 = √216 = 6√6. Jadi jarak dari B ke garis EG itu 6√6."
159
TRANSKRIP WAWANCARA
SUBJEK 3
P : “Assalamu’alaikum.”
S3 : “Wa’alaikumsalam.”
P : “Namanya siapa?” S3 : “Namanya Nurul Hidayah.” P : “Dari kelas?”
S3 : “2D.” P : “NIM nya?”
S3 : “162140113.” P : “Pernah mendapat materi tentang kubus?”
S3 : “Pernah.”
P : “Di kelas?”
S3 : “Di kelas 2D baru-baru ini.” P : “Kalo di SMP SMA?” S3 : “Pernah di SMP SMA.”
P : “Coba Anda lihat yang soal nomor 1, di situ terdapat kubus
PQRS.TUVW, dari kubus itu apa yang Anda ketahui tentang
hubungan garis dan bidang pada permukaan kubus?”
S3 : “Hubungan garis dengan bidang ya? Di sini saya pakai bidang PQRS.
Nah dari bidang PQRS ini saya mengambil apa, dalam hubungan garis
dengan bidang ada 3 apa namanya? Ada 3 hubungan. Yang pertama
garis sejajar dengan bidang, tadi kan saya ngambilnya PQRS ya itu
berarti yang sejajar berarti yang TU, UV, PW sama WT. Selanjutnya
hubungan yang kedua itu adalah garis yang memotong dengan bidang.
Tadi kan, saya ngambilnya PQRS ya yang memotong berartikan TP,
UQ, VR, dan WS. Yang ketiga itu adalah hubungan garis yang
terletak pada bidang. Kan tadi PQRS berarti PQ, QR, RS dan SP.”
P : “Kemudian apa yang Anda ketahui tentang hubungan bidang dengan
bidang pada permukaan kubus?”
S3 : “Hubungan bidang dengan bidang ya? Itu ada 2. Pertama bidang yang
memotong, dan bidang yang sejajar. Tadi saya pakai PQRS lagi nggak
papa ya? PQRS lagi berarti bidang yang memotong itu bidang TUQP,
bidang UVRQ, bidang WVRS dan bidang TWSP. Bidang yang sejajar
yaitu TUWV.”
P : “Sejajar dengan bidang?”
S3 : “PQRS tadi yang saya ambil.”
P : “Kemudian bagaimana cara Anda menggambarkan jaring-jaring dari
kubus PQRS.TUVW ini?” S3 : “Pertama kan kita tahu kalau misalnya apa namanya sisi kubus itu ada
6. Nah kita ambil boleh dimana saja, kalau saya ngambilnya itu
pokoknya ada 6 bikin 6 kotakan satu ada yang di sebelah atas sama di
Lampiran 13. Transkrip Wawancara S3
160
bawah di antara apa ini namanya alas.” P : “Itu yang Anda buat alasnya apa yang jadi jaring-jaring?”
S3 : “Yang alas yang ini QRVU.”
P : “Tutupnya?”
S3 : “Tutupnya PSTW.”
P : “Kemudian?”
S3 : “Pokoknya sebisa mungkin kita bayangkan kalau misalnya kubus ini
kita belah. Contohnya misalnya kayak bungkus atau apa yang kotak
kayak bungkus krim-krim gitu kan nanti kelihatan jaring-jaringnya
seperti apa trus nanti kita cocok-cocok kan maksudnya setiap titik
harus kita kasih nama ini lho titik-titiknya biar nggak salah dalam
pembuatan. Kalo misalnya jaring-jaring itu dibuka dan dibikin
dibentuk lagi bisa jadi kubus lagi.”
P : “Untuk soal nomor 2, bagaimana Anda menunjukan proyeksi AH pada
bidang ABCD?”
S3 : “Pertama gambar kubus ABCD.EFGH ya mbak. Nah kita proyeksikan
AH pada bidang ABCD. Karena titik A terletak pada bidang ABCD
maka letaknya tetap. Kemudian proyeksi dari titik H pada bidang
ABCD yaitu D. Sehingga proyeksi AH pada bidang ABCD itu di sini
mbak. (menunjuk garis AD)”
P : “Apa yang Anda ketahui tentang proyeksi AH pada bidang ABCD?”
S3 : “Diketahui ya mbak kalo proyeksi AH pada bidang ABCD itu kan, ini
kan misal ya kita kan tadi sudah membuat AH disini. Kan tadi
disuruhnya untuk proyeksi ke ABCD, ABCD kan bidang alas, eh sisi
alas. Nah untuk titik H kan AH itu ada titik A sama H. Titik A pada
bidang ABCD kalau diproyeksikan pada bidang ABCD itu nanti
jadinya tetep titik A itu sendiri mbak. Nah untuk H nya itu sendiri kalo
diproyeksikan pada bidang ABCD itu berarti pada titik D. Jadi
proyeksi AH pada bidang ABCD itu AD.”
P : “Maksudnya AH pada bidang EADH itu apa ya?”
S3 : “Ini lho mbak tadi kan maksudnya kan proyeksi AH pada bidang
ABCD ya. Nah apa garis AH itu terletak pada bidang EADH mbak.
Jadi aku tulis aja maksudnya biar lebih jelas ini di sini lho maksudnya
biar jelas aja.”
P : “Nomor 3, bagaimana Anda menunjukan sudut antara bidang BDHF
dengan bidang AFH pada kubus ABCD.EFGH?”
S3 : “Ya, pertama gambar kubus ABCD.EFGH dulu ya mbak. Udah mbak,
ini ya. Ini pertama bidang AFH sama BDHF. Bidang AFH kan ini.
(menunjukan bidang AFH)”
P : “Bentuknya?”
S3 : “Bentuknya kan segitiga mbak. Segitiga sama sisi, karena ini ternyata
kalo misalnya sisinya nggak diketahui ternyata AF itu, misalnya AF
itu saya ketahui 𝑎. AF itu 𝑎√2, HF juga 𝑎√2 dan AH juga 𝑎√2 gitu
lho mbak. Sama persegi panjang BDHF ini sudutnya disini mbak
(menunjuk sudutnya), kelihatan kan? Ini lho.”
P : “Jadi AF itu sebenernya apa?”
161
S3 : “AF itu adalah diagonal.”
P : “Diagonal sisi atau diagonal bidang?”
S3 : “Oiya diagonal bid, diagonal sisi mbak. Diagonal bidang bukan. Kalau
digonal bidang kan misalnya ya, diagonal bidang itu ini lho ini E ke C.
Itu diagonal bidang mbak.”
P : “Kemudian?”
S3 : “Nah abis itu kan tadi udah gambar segitiganya ya mbak. Ini gambar
dulu lah ya, ini segitiganya (menunjuk segitiga AFH) abis itu kita
gambar yang bidang BDHF mbak, kan tinggal ini ditarik garis ya H ke
F, B ke D gitu ya mbak.”
P : “Kemudian, cara Anda menunjukkan sudutnya bagaimana?”
S3 : “Cara ya mbak ya? Emm.. kan tadi diketahui kalau AHF ini sama sisi.
BDHF ini persegi panjang. Nah karena berhimpit pada atau
mempunyai garis potong pada HF ya, makanya dalam segitiga sama
sisi atau apotema atau tinggi segitiga. Nah karena berpotongan, eh
berpotongan ber apa? Garis potongnya di HF makanya A itu di
proyeksikan ke HF. Ya karena biar berhimpit gini lho. Tadi yang
pertama saya jelasin. Jadi O itu, saya kasih nama O, karena O itu
merupakan proyeksi dari A ya, kayak gini.”
P : “Proyeksi dari A ke?”
S3 : “HF. Nah O ini, karena ini merupakan apa namanya tadi, apotema dari
ya apotema dari segitiga AHF yang tegak lurus dengan bidang,
dengan bidang, tegak lurus bidang, tegak lurus dengan HF.”
P : “Kemudian letaknya O? Hubungan dari letak O dan HF itu apa?”
S3 : “Pas di titik tengah mbak.”
P : “Selanjutnya?”
S3 : “Lanjut ya mbak, sekarang yang bidang kedua. Ada bidang persegi
panjang BDHF. Pada bidang BDHF terdapat O, O ini tepat setengah
HF. Langsung saja kita proyeksikan O ini pada bidang BD. Aku kasih
nama P ya mbak. Nah, diketahui juga ternyata OP itu tegak lurus sama
HF. Nah otomatis mbak kalau misal apa namanya? bidang .. bidang
tumpuan itu, ini terjadi ketika ada garis yang berpotongan.. kok
berpotongan apa namanya, tegak lurus dengan salah satu garis potong.
Misalnya tadi kan, nek menurutku ya.”
P : “Anda bilang salah satu, berarti garis potongnya lebih dari satu dong.”
S3 : “Enggak. Maksudnya satu garis potong. Misal ni ya mbak AO. AO tadi
kan HF juga ya mbak. kan tegak lurus sama HF, terus OP tegak lurus
dengan HF juga mbak. Jadi ternyata ada bidang AOP itu bidang
tumpuannya mbak. Ada bidang tumpuan disini (sambil menunjuk
bidang tumpuan AOP). Nah dalam bidang tumpuan itu terdapat sudut
tumpuan mbak. Karena tadi yang berhimpit disebelah ini.. apa
namanya AOP. Makanya AOP ini sudut tumpuannya.”
P : “Bidang tumpuan itu sebenarnya apa?”
S3 : “Jadi bidang tumpuan itu adalah bidang yang tegak lurus dengan garis
potong kedua bidang. Tadi kan garis potongnya HF mbak. Jadi
bidang tumpuannya itu. Terus dalam bidang tumpuan itu tu ada.. apa
162
namanya? Sudut sumbu, eh sudut sumbu.. Sudut tumpuannya mbak.”
P : “Jika diketahui panjang rusuk kubus ABCD.EFGH 6 cm, berapa besar
tangen sudutnya?”
S3 : “Berapa mbak? 6 cm? Oiya. Tadi kan diketahui kalo misalnya sudut
tumpuannya itu AOP ya mbak. Sudut AOP kalo misalnya kita ambil,
kita apa namanya gambar ulang tapi di luar dari kubus ini kan nanti
ada segitiga siku-siku. Nih kalau pemahaman saya kayak gitu mbak.
Nih ada sudut siku-siku ya mbak, nih kita gambar dulu, nih A di sini
(menunjuk pada salah satu sudut segitiganya), ini P (menunjuk pada
salah satu sudut segitiganya), ini O (menunjuk pada salah satu sudut
segitiganya).”
P : “Sudutnya?”
S3 : “Sudutnya sebelah sini (menunjuk sudut AOP). Ini sudutnya. Nah terus
kan diketahui kalau misalnya sisinya 6 cm, berarti kan yang sejajar
sama apa ini yang rusuk apa ini? Rusuk tegaknya. Ya misalnya OP
kan rusuk tegak hitungannya ya mbak ya, 6 cm ya kan sudah
diketahui.”
P : “Kenapa itu 6 cm OP? ( sambil menunjuk OP)”
S3 : “Karena OP ini, itu tu sejajar sama ini mbak, apa namanya SP, GC, HD,
EA, kayak gitu mbak. Kan tadi terletak persis ditengah-tengah HF.
Terus kalau yang ditengah-tengah BD ini kan P (menunjuk P). Ya
kaya gitu mbak. Kalau ditarik garis, itu tu 6 cm mbak. Nah udah kan,
trus AP. AP itu kan sama dengan setengah AC mbak.”
P : “Kenapa setengah AC?”
S3 : “Nah.. AC ini kan adalah diagonal sisi ya mbak. Dimana diagonal sisi
itu rumusnya akar, ini kan tadi diketahui kalo misalnya e sisi, apa
rusuk-rusuknya 6 cm mbak, jadi langsung aja ini kan 6, berarti 6√2 +
6√2. Maksudnya disini 6√2 berarti kalo AC kan saya pakai (𝐴𝐵)2 +(𝐵𝐶)2 =, berarti kan, langsung aja, tadi kan AP setengah AC ya,
berarti setengah diagonal sisi. Berarti 1
2(√𝐴𝐵 + 𝐵𝐶). Berarti kan
1
2(√62 + 62) =
1
2(√36 + 36) =
1
2(√72), berartikan
1
2(√2 × 36),
berarti 1
2(6√2), berartikan 3√2 tuh ap. AP
1
2. Nah terus sekarang
tinggal AO, AO kan inikan sudah ada segitiga, langsung pakai
phytagoras aja gpp mbak. Berarti ada AO, langsung saja
√𝐴𝑃2 + 𝑂𝑃2. 𝐴𝑃2 itu kan (3√2)2 ditambah 𝑂𝑃 kan 62 ya mbak.
Kan terus ini langsung aja √18 + 36 = √54. √54 itu bisa kita uraiin
lagi menjadi √9 × 6 biar ada yang dikeluarin gitu lho, jadi 3√6.
Diketahui tangen, kalau tangen, caranya bodohnya kalau tan=𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔. Maksudnya itu adalah tan dari ini tadi kan sudutnya di O.
Berarti tan dari θ yang dimana sudut AOP itu. Berarti bagian
depannya kan AP, per OP. AP diketahui 3√2, per OP nya 6. √2
2 atau
1
2√2.”
163
P : “Jadi hasil tangen dari sudut AOPnya?”
S3 : “1
2√2.”
P : “Untuk soal nomor 4, bagaimana Anda menentukan sudut antar bidang
TAB dan bidang ABCD pada limas segiempat beraturan T.ABCD?”
S3 : “Biar tak gambar dulu mbak. Oke. Nih ya mbak, kan tadi aku gambar
limas dulu, langsung dikasih T.ABCD kan? Udah nih. Tadi kan udah
gambar, trus aku tentuin bidang-bidangnya dulu, tadi kan TAB sama
ABCD. Nah, aku langsung proyeksiin T pada garis AB. Kan ini kan
ada bidang tuh, kita proyeksiin T pada garis AB. Kan tadi aku pake
segitiga TAB, aku proyeksiin T pada garis AB ya mbak. Aku kasih
nama P. Kenapa aku pakai garis AB? Itu karena tadi kan bidangnya
TAB sama ABCD ya mbak. Jadikan AB sama AB itu kan berimpit.
Nah itu jadi garis potongnya mbak. Nah udah kan, trus abis itu saya
proyeksiin T pada bidang ABCD. Aku kasih nama O mbak.”
P : “Kenapa O diproyeksikan ke bidang ET, diproyeksikan ke bidang
ABCD kenapa?”
S3 : “Biar ada ke bawahnya mbak, biar ada.. biar bisa, tadi kan disuruh
ngapain tadi? Sudut itu kan? Nah iya kan harus bikin bidang mbak.
Nah dimana nanti kita mau nyari bidang tumpuan. Bidang tumpuan
adalah bidang yang tegak lurus dengan garis potong kedua bidang.
Nah tadi garis potongnya kan AB, berarti kita kan harus nyari dong
mbak. O ini, inikan proyeksi dari T, biar PO ini dari PO biar tegak
lurus sama AB mbak. Trus TP tegak lurus AB, berarti kan AB kan
tadi garis potong. Bener ya. Berarti ketemu bidang tumpuannya itu
TPO. Dah dari TPO, dari bidang TPO ini ada sudut tumpuannya ini
mbak, ini sudut TPO, yang disini (menunjuk sudut TPO).”
P : “Misalnya diketahui AB= 8 cm dan tinggi dari limasnya 8 cm juga.
Berapa tangen sudutnya?”
S3 : “Tangen sudut.. gambar lagi kaya tadi apa namanya, segitiganya
dikeluarin dulu. Tadi kan segitiga TPO, sudutnya di P. Tangen TPO,
nah to kan tadi termasuk tinggi limas sudah diketahui 8 cm. PO itu
setengah dari AB.”
P : “Kenapa PO setengah dari AB?”
S3 : “Karena apa namanya? PO ini termasuk apa ngomongnya? Ini lho
persis di tengah-tengah AB terus perpanjangan dari. Aku pake titik O.
Titik O itu kita perpanjangin aja kesini, ke garis DC. Terus kita kasih
nama Q. Nah karena PQ ini terletak pada bidang ABCD dan ternyata
sejajar pada garis BC, berarti ini otomatis PQ panjangnya 8 cm. Nah
kan PO itu setengah PQ. Di mana PQ=BC berarti PO itu setengah BC.
Berarti 4 cm. Trus sebenarnya ini sudah bisa diketahui ya mbak kalau
misalnya ini tangennya berarti langsung aja tangen sudut TPO itu
berarti kan 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔=
𝑇𝑂
𝑃𝑂=
8
4= 2. Jadi tangen sudut TPO itu 2.”
P : “Untuk nomor 5, bagaimana Anda menggambarkan jarak dari titik B ke
garis EG pada kubus ABCD.EFGH?”
S3 : “Pertama saya gambar kubusnya dulu mbak. Nah disini titik B nya
164
(menunjuk titik B) Terus ini E sama G (berurutan menunjuk titik E
lalu G), kita garis ya, jadi garis EG. Nah dari titik B ini kita tarik garis
ke G, terus abis itu tarik garis ke E. nah proyeksikan titik B ini pada
garis EG. Kita kasih nama B’. Ternyata dari segitiga BEG, diketahui
merupakan segitiga sama sisi. Jadi B’ ini tepat atau persis terletak pada
setengah EG. Jadi jarak B ke garis EG itu adalah jaraknya BB’.”
P : “Jika diketahui rusuk dari kubus itu 12 cm, berapa jarak B ke EG?”
S3 : “Tadi kan udah terbentuk dua segitiga ya mbak, saya pakai ini lho kalo
misalnya, tadi kan saya garis BB’ kan ada segitiga kecil. Saya pakai
yang BB’G. BG kan berarti kan diagonal sisinya BCGF, berarti kan
tadi 12, berarti BG= 12√2 ya mbak. Nih dari diagonal sisi, BG kan
ngitungnya berarti kan = √(𝐵𝐶)2 + (𝐶𝐺)2 berarti kan
√144 + 144 = √288 = √144 × 2 = 12√2. Terus sekarang B’G, B’G
adalah 1
2× diagonal sisi. Sisinya sisi tadi, berarti kan BG= 12√2,
berarti setengahnya 6√2. Nah dari situ pakai phytagoras aja langsung,
berarti BB’ adalah √(𝐵𝐺)2 − (𝐵′𝐺)2 yaitu √(12√2)2
− (6√2)2
=
√288 − 72 = √216 = √36 × 6 = 6√6. Jadi jarak B ke EG itu adalah
6√6.”
P : “Terima kasih.”
165
TRANSKRIP WAWANCARA
SUBJEK 4
P : “Assalammu’alaikum.”
S4 : “Wa’alaikumsalam.”
P : “Namanya siapa?”
S4 : “Sri Indah Wahyuningsih
P : “Dari kelas?”
S4 : “2D.”
P : “Pernah mendapatkan materi tentang kubus?”
S4 : “Pernah.”
P : “Coba Anda lihat soal nomor 1, di sini terdapat kubus PQRS.TUVW.
Coba Anda jelaskan hubungan antara garis dan bidang pada kubus
PQRS.TUVW.”
S4 : “Hubungan antara garis dan bidang pada kubus PQRS.TUVW yaitu,
misalkan saja pada bidang PQRS, terdapat garis PQ, QR, RS dan PS
terletak pada bidang PQRS.”
P : “Jadi poin pertama itu, hubungannya itu apa saja tadi?”
S4 : “Hubungannya terletak pada bidang tersebut, garis yang terletak pada
bidang tersebut.”
P : “Itu yang pertama? Kemudian?”
S4
: “Kemudian pada garis TP, UQ, VR, dan WS yang.. yang kedua yaitu
memotong atau menembus bidang. Contohnya TP, UQ, VR, dan WS.
Terus sejajar dengan bidang. Contohnya TU, UV, VW, dan WT.”
P : “TU, UV, dan tadi apa? WT? Itu sejajar dengan bidang apa?”
S4 : “Bidang PQRS.”
P : “Kemudian apa yang Anda ketahui tentang hubungan bidang dengan
bidang dari kubus tersebut?”
S4 : “Hubungan bidang dengan bidang dari kubus PQRS.TUVW yaitu,
misalkan saja bidang PQRS, bidang PQRS itu tegak lurus atau
memotong bidang QRVU, kemudian PQRS juga sejajar dengan bidang
TUVW.”
P : “Ada berapa hubungan bidang dengan bidang?”
S4 : “Dua.”
P : “Apa saja tadi?”
S4 : “Memotong atau tegak lurus dan sejajar.”
P : “Kemudian bagaimana cara Anda membuat jaring-jaring dari kubus
tersebut? Ya dijelaskan caranya!”
S4 : “Membuat jaring-jaringnya membuat enam persegi.”
P : “Dengan alas?”
S4 : “Dengan alas PQRS.”
P : “Kemudian?”
S4 : “Kemudian, sisi-sisinya yaitu QUVR, TPSW, TUQP, WVUT, dan
SRVW.”
P : “Lha itu kok semuanya sisi, tutupnya yang mana ya?”
Lampiran 14. Transkrip Wawancara S4
166
S4 : “Oh iya, untuk tutup sisinya tadi WVUT, TUQP, QUVR, PSWT,
kemudian…”
P : “WVUT itu sisi atau tutup dari kubus?”
S4 : “Tutup.”
P : “Jadi sisinya ada empat ya?”
S4 : “Iya.”
P : “Kemudian untuk nomor 2, bagaimana cara Anda menunjukkan
proyeksi AH pada bidang ABCD?”
S4 : “Caranya kita gambar kubusnya dulu, yaitu kubus ABCD.EFGH
kemudian proyeksikan AH pada bidang ABCD. Yang pertama yaitu
titik A diproyeksikan ke bidang ABCD sehingga diperoleh titik
proyeksi yaitu titik A itu sendiri, kemudian titik H diproyeksikan ke
bidang ABCD, sehingga diperoleh titik proyeksi yaitu titik D,
sehingga dari keduanya tersebut diperoleh hasil proyeksi AH pada
bidang ABCD, yaitu garis AD.”
P : “Ini Anda mengatakan A diproyeksikan ke bidang ABCD diperoleh A.
kenapa itu tetap A? kenapa hasilnya A proyeksi A ke bidang ABCD?”
S4 : “Karena titik A itu terletak pada bidang ABCD.”
P : “Bagaimana cara Anda menunjukkan sudut antara bidang BDHF
dengan bidang AFH pada kubus ABCD.EFGH? untuk nomor 3.”
S4 : “Sudut antara BDHF dan bidang AFH, yang pertama yaitu bidang..
yang pertama yaitu digambar kubusnya. Setelah menggambar,
menentukan bidang BDHF dan bidang AFH. Kemudian bidang BDHF
dengan bidang AFH itu kan merupakan, merupakan dua bidang yang
saling berpotongan di HF. Kemudian dari kedua bidang tersebut dapat
dibuat sebuah bidang tumpuan yaitu dengan memproyeksikan A ke
HF, karena bidang AHF merupakan segitiga sama sisi dengan titik A
sebagai puncaknya, maka hasil proyeksi titik A pada HF berada di
tengah-tengah HF yaitu misalkan titik P. Kemudian dari titik P
diproyeksikan ke bidang ABCD dan diperoleh hasil proyeksi yaitu
titik O. Dari kedua garis proyeksi AO dan PO dapat dibuat bidang
tumpuan yaitu segitiga APO. Karena AP tegak lurus HF dan PO tegak
lurus HF dimana AO dan PO anggota dari bidang AOP maka sudut
AOP merupakan sudut antara bidang BDHF dengan bidang AFH.”
P : “Jadi cara Anda menunjukkan sudut yang terbentuk yaitu dari bidang
BDHF dengan AFH tadi dengan menentukan?”
S4 : “Dengan menentukan, yaitu dengan menentukan bidang tumpuan, nah
dari bidang tumpuan itu dapat ditentukan sudut tumpuan tersebut.”
P : “Itu sudut tumpuannya apa?”
S4 : “Sudut tumpuannya yaitu AOP atau sudut.. diberi nama sudut 𝜃.”
P : “Misalnya panjang rusuknya 6 cm, itu berapa tangen sudutnya?”
S4 : “Jika panjang rusuknya itu 6 cm. Dari segitiga AOP dapat dihitung
tangen sudut 𝜃 yaitu yang pertama AP itu kan 1
2𝐴𝐶, di mana AC itu
merupakan diagonal bidang, panjang diagonal bidang itu kan sisi √2,
nah karena panjangnya 6 cm maka panjang AC itu 6√2, kemudian AP
167
itu kan setengah AC maka AP =1
2× 6√2 yaitu 3√2. Kemudian
tangen 𝜃 nya yaitu 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴𝑃
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑂𝑃,
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴𝑃
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑂𝑃=
3√2
6, jadi hasilnya tangen
dari 𝜃 =1
2√2.”
P : “Untuk nomor 4 bagaimana cara Anda menentukan sudut antara bidang
TAB dengan bidang ABCD pada limas segiempat beraturan
T.ABCD?”
S4 : “Yang pertama kita menggambar bangun limas kemudian menentukan..
oh iya menggambar limas segi empat beraturan. Kemudian
menentukan bidang tapTAB dan bidang ABCD. Lalu bidang TAB
dengan ABCD itu kan merupakan dua bidang yang berpotongan, di
rusuk AB. Kemudian buat bidang tumpuan dari kedua bidang dengan
memproyeksikan titik T ke garis AB karena TAB merupakan segitiga
sama kaki maka diperoleh hasil proyeksi dari T ke AB itu titik O di
tengah AB. Kemudian proyeksikan titik T ke garis DC sehingga
diperoleh hasil proyeksi yaitu titik Q pada pertengahan DC. Dari dua
garis proyeksi dapat dibuat bidang tumpuan yaitu bidang POQ yang
merupakan segitiga sama kaki, karena TO tegak lurus AB dan OQ
tegak lurus AB dimana TO dan OQ anggota dari TOP maka TOQ
merupakan sudut tumpuan dari bidang tumpuan TOQ. Sehingga sudut
antara bidang TAB dengan ABCD yaitu sudut TOQ atau bisa diberi
nama sudut 𝛼.”
P : “Itu bidang tumpuan itu apa sih?”
S4 : “Bidang tumpuan yaitu bidang yang.. bidang tumpuan itu bidang yang
tegak lurus dengan garis perpotongan dua bidang TAB dan ABCD.”
P : “Jika diketahui AB 8 cm dan tinggi limas 8 cm, itu berapa tangen
sudutnya?”
S4 : “Jika diketahui sisi 𝐴𝐵 = 8 𝑐𝑚 dan tingginya tinggi limas itu 8 cm
maka tangen dari sudutnya yaitu tan 𝛼 =𝑇𝑃
𝑂𝑃, dimana TP itu
panjangnya 8 cm kemudian 𝑂𝑃 =1
2× 𝑂𝑄, dimana panjang OQ nya itu
8 cm. Jadi panjang OP adalah 4 cm. Kemudian 8
4= 2, jadi tan 𝛼 = 2.”
P : “Kenapa ada sudut TOQ itu sama dengan sudut TOP? Kenapa bisa
sama sudut TOQ dengan sudut TOP, itu menurut Anda bagaimana?”
S4 : “Karena sudut TOQ.. karena sudut TOP itu termasuk dalam sudut
TOQ.”
P : “Maksudnya termasuk itu?”
S4 : “Maksudnya di sini kan TP itu tinggi dari segitiga POQ, jadi sudut TOP
itu sama dengan sudut TOQ, saling berhimpit.”
P : “Jadi tadi besar tangen sudutnya?”
S4 : “2.”
P : “Untuk nomor 5, bagaimana Anda menggambarkan jarak dari titik B ke
garis EG pada kubus ABCD.EFGH?”
S4 : “Yang pertama kita menggambarkan kubusnya kemudian, tentukan
garis.. eh gambar garis EG, lalu hubungkan…”
168
P : “Tentukan gambar garis EG itu, oh jadi menarik dari E ke G ya?”
S4 : “Iya.”
P : “Kemudian?”
S4 : “Kemudian setelah itu hubungkan titik B ke titik E dan titik G, sehingga
terbentuk diagonal bidang BE dan BG.”
P : “Diagonal bidangnya ada berapa?”
S4 : “Ada tiga.”
P : “Apa saja?”
S4 : “BE, BG, dan EG”.
P : “Kemudian?”
S4 : “Kemudian dari ketiga diagonal bidang tersebut dapat dibuat segitiga
sama sisi yaitu segitiga EBG, dari titik B diproyeksikan ke garis EG
sehingga diperoleh titik proyeksi yaitu titik P misalnya. Kemudian
karena BP merupakan garis hubung terpendek dari titik B ke EG maka
BP itu merupakan jarak dari B ke EG.”
P : “Jika diketahui panjang rusuknya 12 cm, berapa jarak dari titik B ke
garis EG?”
S4 : “Jarak dari titik B ke garis EG, tadi kan EG itu EB, BG, dan EG itu kan
merupakan diagonal bidang jadi panjang sisinya sama kemudian,
sisinya diketahui 12 cm jadi panjang EG, BG, dan EB itu sama.
Panjang diagonal bidang itu kan sisi √2, jadi panjang ketiga diagonal
tadi yaitu 12√2. Kemudian PG, PG itu kan 1
2𝐸𝐺 jadi…”
P : “Kok bisa setengah dari EG?”
S4 : “Karena proyeksi dari B ke garis EG itu kan garisnya hasilnya garis BP
nah karna ini segitiga sama sisi maka garis BP itu memotong sama
panjang dari, memotong EG sama panjang menjadi dua sisi sama
panjang. Kemudian jadi panjang BG nya yaitu 6√2, kemudian untuk
mencari BP, BP itu √(BG)2 yang merupakan sisi miring dari segitiga.”
P : “Sisi miring?”
S4 : “Segitiga EBG dikurangi (PG)2, yaitu 12√2, √(12√2)
2− (6√2)
2=
√288 − 72 = √216 dan hasilnya yaitu 6√6 cm.”
P : “Jadi panjang jarak dari titik B ke garis EG?”
S4 : “6√6 cm.”
P : “Terima kasih.”
S4 : “Iya sama-sama.”
169
Lampiran 15. Hasil Catatan Lapangan S1
170
Lampiran 16. Hasil Catatan Lapangan S2
171
Lampiran 17. Hasil Catatan Lapangan S3
172
Lampiran 18. Hasil Catatan Lapangan S4
173
DOKUMENTASI
Gambar 69. Observasi
Gambar 70. Observasi
Lampiran 19. Dokumentasi
174
Gambar 71. S1 Mengerjakan Soal Tes
Gambar 72. S2 Mengerjakan Soal Tes
175
Gambar 73. S3 Mengerjakan Soal Tes
Gambar 74. S4 Mengerjakan Soal Tes
176
Lampiran 20. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
177
Lampiran 21. Surat Permohonan Izin Observasi dan Penelitian
178
Lampiran 21. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
179
Lampiran 23. Surat Surat Pernyataan Uji Validasi dari Validator
180
181
182
183
Lampiran 24. Kartu Bimbingan Skripsi
184
185