model linear

40
Page 1 Model Linear dan Aljabar Matriks Created By: Taufiq A. Rizqi

Upload: taufiq-rizqi

Post on 30-Jun-2015

2.660 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model linear

Page 1

Model Linear dan

Aljabar MatriksCreated By:

Taufiq A. Rizqi

Page 2: Model linear

Page 2

Matriks dan Vektor• Model pasar dua barang setelah

menghilangkan dua variabel jumlah sebagai sistem dari dua persamaan linear, seperti

• Di mana parameter dan berada disebelah kanan tanda sama dengan, dapat juga disusun dalam bentuk seperti:

Page 3: Model linear

Page 3

Matriks sebagai Susunan (Array)

• Bila kita susun ketiga himpunan diatas dalam bentuk sebagai berikut:

Page 4: Model linear

Page 4

Vektor sebagai Matriks Khusus• Jumlah baris dan kolom suatu matriks

secara bersama-sama membentuk suatu dimensi dalam matriks. Jika matriks berisi m kolom dan n baris maka dikatakan mempunyai dimensi m x n. Suatu matriks mungkin hanya berisi satu kolom, maka matriks tersebut disebut vector kolom. Apabila hanya berisi satu baris maka disebut vector baris. Vektor baris menggunakan simbol:

Page 5: Model linear

Page 5

Operasi dengan Matriks

• Penjumlahan dan pengurangan matriks• Secara umum :

[ aij ] + [ bij ] = [ cij ] dimana cij = aij + bij

[ aij ] - [ bij ] = [ dij ] dimana dij = aij – bij

Page 6: Model linear

Page 6

• Perkalian SkalarMengalikan matriks dengan bilangan dalam istilah aljabar matriks, dengan suatu skalar diartikan sebagai mengalikan setiap elemen matriks dengan skalar yang diberikan.

Page 7: Model linear

Page 7

• Perkalian Matriks

Secara umum bila matriks A memiliki dimensi m x n dan matriks B memiliki dimensi p x q maka hasil perkalian matriks AB dapat ditentukan jika dan hanya jika n = p. Selain itu AB memiliki dimensi m x q dengan baris seperti dalam matriks lead A.

Jika diketahui :

Hitunglah AB maka :

Page 8: Model linear

Page 8

• Permasalahan dalam Membagi

Suatu matriks tidak mungkin dibagi dengan matriks lainnya. Untuk dua bilangan a dan b jika a/b dapat ditulis dengan , dimana b-1 merupakan invers dari b namun keduanya memiliki hasil yang berbeda.

Page 9: Model linear

Page 9

• Penyimpangan Cara Penulisan

Penjumlahan yang ditulis secara singkat dapat menggunakan huruf Yunani Σ(sigma)

Yang dibaca jumlah x jika j berkisar dari 1 sampai dengan 3.

Page 10: Model linear

Page 10

Catatan mengenai Operasi Vektor• Perkalian Vektor

Suatu vector kolom u dengan dimensi m x 1 dan vector baris v’ dengan dimensi 1 x n, akan menghasilkan hasil kali uv’ dengan dimensi m x n.

Dan

dapat diperoleh:

Page 11: Model linear

Page 11

Ketidakbebasan Linear

• Suatu himpunan vektor v1, . . . , v2 dikatakan tidak bebas secara linear jika salah satu diantaranya dapat dinyatakan sebagai kombinasilinear dari vektor sisanya.

Page 12: Model linear

Page 12

Ruang Vektor

• Keseluruhan vector-vektor yang dihasilkan oleh berbagai kombinasi linear dari 2 vektor bebas u dan v merupakan ruang vector yang berdimansi dua. Kedua pasang vector yang bebas secara linear u dan v dikatakan merentang ruang-ruang dimensi.

Page 13: Model linear

Page 13

Hukum Komutatif, Asosiatif, dan Distributif

• Penjumlahan Matriks– Hukum Komutatif

– Hukum Asosiatif

Page 14: Model linear

Page 14

• Perkalian Matriks– Hukum Komutatif : Perkalian matriks tidak berlaku

komutatif, karena AB belum tentu sama dengan BA.• AB ≠ BA

– Hukum Asosiatif

Contoh :

Maka

– Hukum Distributif

A(B+C) = AB + AC [ yang mengalikan A]

(B+C)A = BA + CA [ yang dikalikan A]

Dalam setiap kasus juga harus memenuhi syarat perkalian matriks.

Page 15: Model linear

Page 15

Matriks Identitas dan Matriks Nol

• Matriks Identitas

matriks identitas seperti yang di definisikan ketika awal sebagai matriks kuadrat dengan 1 pada diagonal utamanya dan 0 pada posisi lainya. Matriks ini dinyatakan simbol I atau In. Jadi

Page 16: Model linear

Page 16

• Matriks Nol

Sama juga seperti matriks identitas yang berperan sebagai 1 di matriks, maka matriks nol berperan sebagai angka nol. Matriks nol adalah matriks yang seluruh elemennya adalah nol.

Page 17: Model linear

Page 17

• Keistimewaan Aljabar Matriks• Keistimewaan ini membuat kita tidak

terlalu yakin pada aljabar skalar. Misal, dalam aljabar cd = ce, maka secara tersirat d = e tapi dalam matriks tidak demikian.

• C =

dapat kita peroleh

Matriks sperti diatas disebut matriks singular.

Page 18: Model linear

Page 18

Transpos dan Invers• Sifat-sifat Transpose

1. (A’)’ = A

2. (A + B) = A’ + B’

3. (AB)’ = B’A”

Page 19: Model linear

Page 19

• Sifat-sifat Invers1. Invers matriks A yang ditunjukan dengan

simbol A-1 hanya dapat ditentukan bila A adalah matriks bujursangkar AA-1 = A-1A = I

2. Tidak semua matriks bujursangkar memiliki invers.

3. merupakan invers satu sama lain.

4. Bila A merupakan n x n, maka juga harus n x n.

5. Bila suatu matriks mempunyai invers, maka matriks tersebut bersifat unik.

Page 20: Model linear

Page 20

Rantai Markov Terbatas• Proses markov digunakan untuk

mengukur atau mengestimasi pergerakan yang terjadi setiap saat. Proses ini melibatkan penggunaan matriks transisi markov, dimana setiap nilai dalam matriks transisi adalah probabilitas pergerakan dari satu keadaan ( lokasi, pekerjaan, dan sebagainya ) ke keadaan lainnya. Dengan mengulang perkalian vector dengan matriks transisi, kita dapat mengestimasi perubahan keadaan setiap saat.

Page 21: Model linear

Page 21

Model Linear dan

Aljabar Matriks(Lanjutan)

Created By:Taufiq A. Rizqi

Page 22: Model linear

Page 22

Syarat-syarat untuk Nonsingular Matriks

• Syarat Cukup vs Syarat Perlu

• Syarat untuk Nonsingularitas

Page 23: Model linear

Page 23

• Syarat Cukup vs Syarat Perlu

Syarat perlu adalah bentuk prasayarat; Misalkan bahwa pernyataan p benar hanya jika pernyataan q benar; jadi q merupakan syarat perlu oleh p. Pernyataan ini ditulis dalam symbol sebagai berikut : p → q (dibaca : “p hanya jika q”)

Namun, p dapat dikatakan benar meskipun q tidak benar. Dalam hal ini, q dikatakan sebagai syarat cukup untuk terjadinya p. kebenaran q mencukupi untuk pembentukan kebenaran p , tetapi bukan merupakan kondisi atau syarat yang diperlukan p. Hal ini dinyatakan dengan symbol : p ← q (dibaca : “p jika q” atau dapat juga dibaca “Jika q, maka p”)

Tetapi bisa juga q adalah kedua-duanya, baik syarat perlu maupun syarat cukup untuk terjadinya p. dalam keadaan seperti ini dapat kita tulis dalam symbol : p ↔ q (dibaca: “p jika dan hanya jika q”)

Page 24: Model linear

Page 24

• Syarat untuk Nonsingularitas

Bila kondisi kuadrat telah dipenuhi (syarat perlu), syarat cukup untuk terjadinya nonsingular matriks adalah bahwa baris matriks atau kolom matriks tersebut harus bebas secara linear. Jika kedua syarat tersebut, yakni bentuk kuadrat dan bebas secara linear diambil bersama-sama, hal itu merupakan syarat yang diperlukan dan cukup untuk terjadinya non singular (nonsingular ↔ bentuk kuadrat dan bebas secara linier)

Page 25: Model linear

Page 25

• Rank (Peringkat) Matriks

Berikut tiga jenis operasi baris dasar pada sebuah matriks ;1. Pertukaran dari dua baris di dalam matriks

2. Perkalian (atau pembagian) dari sebuah baris dengan skalar apa pun k 0

3. Penambahan dari ‘k dikali dengan baris manapun” kepada baris yang lain

Page 26: Model linear

Page 26

Pengujian Nonsingularitas dengan Menggunakan Determinan

1. Determinan dan Nonsingularitas• Determinan matriks kuadarat A ditulis sebagai |A|,

adalah bilangan skalar/konstan yang didefinisikan secara tunggal berkaitan dengan matriks tersebut. Determinan didefinisikan hanya untuk matriks kuadrat. Rumus : |A|= = ad-bc

• Berdasarkan dimensi matriks A, determinan |A| seperti diatas disebut determinan orde-kedua (second-order determinant).

Page 27: Model linear

Page 27

2. Evaluasi determinan Orde Ketiga• Suatu determinan orde 3 diasosiasikan

dengan matriks 3 x 3. Rumus determinannya :

|A| = = ɑ -b + c

= aei - afh + bfg - bdi + cdh - ceg

Page 28: Model linear

Page 28

3. Menghitung determinan Orde-n dengan Ekspansi Laplace

• Nilai determinan |A| dari orde-n dapat dicari dengan ekspansi Laplace untuk baris atau kolom manapun sebagai berikut :

• |A| = ij|Cij| [ekspansi dengan baris ke-i]

• = ij|Cij| [ekspansi dengan kolom ke-j]

Page 29: Model linear

Page 29

Sifat-sifat Dasar Determinan

• Sifat I

pertukaran baris dengan kolom tidak mempengaruhi nilai determinan. |A| = |A’|

= = ad - bc

Page 30: Model linear

Page 30

• Sifat II

pertukaran dua baris manapun (atau dua kolom manapun) akan mengubah tanda, tetapi nilai bilangan dari determinan-nya tidak berubah

• Pertukaran kedua baris menghasilkan = = cb – ad = -(ad – bc)

Page 31: Model linear

Page 31

• Sifat III

dengan mengalikan satu baris atau satu kolom dengan skalar k akan mengubah nilai determinan sebesar k kali,

contoh :

= kad – kbc = k(ad – bc) = k

Page 32: Model linear

Page 32

• Sifat IV

penambahan (pengurangan) dari suatu kelipatan baris/kolom manapun ke (dari) baris/kolom yang lain akan menyebabkan nilai determinannya tidak berubah.

= a(d + kb) – b(c + ka) =

ad – bc =

Page 33: Model linear

Page 33

• Sifat V

bila suatu baris/kolom adalah kelipatan dari baris/kolom lainnya, maka nilai determinannya menjadi nol. Jika dua baris/kolom sama, maka determinan akan menghilang

= 2ab – 2ab = 0

= cd – cd = 0

Page 34: Model linear

Page 34

Aturan Cramer

• Derivasi aturan Cramer• Menurut Rumus Invers : x* = A-1d = (adj A)d

• Menurut Aturan Cramer :

x*j =

Page 35: Model linear

Page 35

Aljabar Matriks vs Penghapusan Variabel

• Aljabar matriks memberikan kita suatu cara penulisan yang ringkas untuk setiap system persamaan linear, dan juga melengkapi kriteria determinan untuk menguji adanya satu jawaban. Dalam kasus tertentu, metode matriks juga dapat memberikan keunggulan dalam perhitungan, seperti disaat kita diharuskan memecahkan pada waktu yang sama beberapa system persamaan yang mempunyai matriks koofisien A yang identik tetapi vector konstanta yang berbeda. Dalam kasus ini, ,etode penghapusan variable akan mensyaratkan bahwa prosedur perhitungan diulangi setiap kali system persamaan baru dipertimbangkan.

Page 36: Model linear

Page 36

Model Input-Output Leontief

• Matriks Leontief adalah sebagai berikut :

I – A =

1. Susunan Model Input-Output

output

Input I II III … N

Page 37: Model linear

Page 37

2. Model terbuka• Agar permintaan akhir dan input ada, kita harus

memasukkan dalam model suatu sector terbuka diluar jaringan n industry. Sector terbuka seperti itu dapat mengakomodasi aktivitas pelanggan rumah tangga, sector pemerintah, dan bahkan para Negara asing. Secara simbolis fakta ini dapat dinyatakan dengan :

ij < 1 (j = 1, 2 , …, n)

Page 38: Model linear

Page 38

3. Pengertian Ekonomi dari Kondisi Hawkins-Simon

• Kondisi Hawkins-Simon, |B2| > 0, mensyaratkan bahwa : (1 – a11) > 0 atau a11 < 1

• Secara ekonomis, hal ini mensyaratkan jumlah dari komoditas pertama yang digunakan dalam produksi dari komoditas pertama yang bernilai satu dollar menjadi bernilai kurang dari satu dollar. Bagian lain dari kondisi |B2|> 0 mensyaratkan bahwa :

(1 – a11)(1 – a22) – a12a21 > 0 atau secara ekuivalen a11 + a12a21 + (1 – a11)a22 < 1

Page 39: Model linear

Page 39

4. Model tertutup• Dalam model tertutup, tidak ada lagi input

primer, jadi jumlah setiap kolom dalam matriks koofisien input A sekarang harus benar-enar sama dengan 1; yaitu

a0j + aij + a2j + a3j = 1, atau :

A0j = 1 – a1j – a2j – a3j

Page 40: Model linear

Page 40

Keterbatasan Analisis Statis• Pertama adalah karena proses penyesuaian memerlukan waktu

lama untuk penyelesaiannya maka keadaan ekuilibrium seperti yang telah ditentukan dalam kerangka analisis statis tertentu dapat hilang relevansinya, bahkan sebelum keadaan ekuilbrium tercapai, bila kekuatan eksogen dalam model waktu itu mengalami perubahan.

• Kedua, meskipun proses penyesuaian memperkenankan menempuh jalannya sendiri, keadaan ekuilibrium yang digambarkan dalam analisis statis mungkin seluruhnya tak dapat dicapai. Sehingga menyebabkan kasus yang disebut ekuilibirum tak stabil (unstable equilibrium). Masing-masing secara jelas mengisi perbedsaam yang nyata dalam analisis statis sehingga penting sekali untuk menyelidiki ke dalam daerah analisis tersebut.