migrein bab 1
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Sakit kepala atau yang dalam bahasa medisnya disebut Cephalalgia, adalah
suatu kondisi
sakit yang terletak di sekitar kepala, terkadang rasa sakit pada leher atau bagian atas
leher juga disebut sakit kepala. Sakit kepala merupakan salah satu jenis penyakit yang
sering dirasakan orang banyak.
Salah satu jenis sakit kepala yang juga banyak dikeluhkan adalah sakit kepala
sebelah atau migrain. Kata migrain berasal dari bahasa Yunani yaitu hemicrania
(hemi = setengah, cranium = tengkorak kepala). Serangan sakit kepala migrain terasa
lebih menyiksa dan terkadang datang tiba-tiba. Penderita migrain akan merasakan
nyeri dan berdenyut seperti dipukuli dan ditarik-tarik dan biasanya disertai dengan
gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah. Penderitanya pun cenderung
menjadi lebih sensitif terhadap cahaya, suara dan bau-bauan. Hal itu tentu amat
mengganggu dan bisa menghambat segala aktifitas si penderita.
Serangan sakit kepala migrain dapat terjadi beberapa kali setahun sampai
beberapa kali seminggu, dengan lama serangan biasanya 1-2 jam. Migrain atau sakit
kepala sebelah sebenarnya belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun,
diperkirakan jenis sakit kepala ini disebabkan karena adanya hiperaktifitas impuls
listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak sehingga terjadi pelebaran
pembuluh darah otak serta proses inflamasi (luka radang).
Sebanyak 3 dari 4 penderita migrain adalah perempuan. Artinya, lebih banyak
perempuan yang mengalami migrain daripada pria. Di seluruh dunia, migrain
mengenai 25% wanita dan 10% pria. Migrain paling sering mengenai orang dewasa
(umur antara 20 sampai 50 tahun),tetapi seiring bertambahnya umur, tingkat
keparahan dan keseringan semakin menurun.
Migrain biasanya banyak mengenai remaja. Bahkan, anak-anak pun dapat
mengalami migrain, baik dengan atau tanpa aura. Resiko mengalami migrain semakin
besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migrain.
Pada wanita migren sangat berhubungan dengan naik-turunnya hormon.
Banyak wanita yang terserang migren beberapa hari sebelum menstruasi. Sebagian
wanita lainnya justru menderita migren ketika datang bulan.
Fakta menunjukkan bahwa migren yang lebih banyak menyerang perempuan
dewasa merupakan sakit kepala tipe sekunder. Biasanya migren bersifat kronis,
dimana serangannya akan datang berulangkali. Migren biasanya terasa disekitar
pelipis (temple), kadang-kadang di dahi, sekeliling mata atau bagian belakang kepala.
Yang anda perlukan adalah berbaring ditempat yang tenang dan gelap.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Migren adalah nyeri kepala berulang dengan adanya interval bebas gejala dan
sedikitnya memiliki 3 dari gejala berikut: nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala
berdenyut, unilateral, adanya aura (visual, sensori, motorik), gejala berkurang dengan
tidur, dan adanya riwayat keluarga yang sama.1 Lama serangan pada anak adalah 2
sampai 4 jam, sedang pada dewasa 4 sampai 72 jam.
Beberapa faktor predisposisi migren adalah
Riwayat keluarga (genetik)
Usia (sering pada pubertas)
Menstruasi
Terlambat makan
Rangsangan berlebihan (sorotan cahaya, bau yang menyengat)
Perubahan cuaca
Terlalu banyak atau kurang tidur dan stres.
Klasifikasi migren
Menurut The International Headache society (IHS-2) 2004, migren dapat
dibagi atas migren tanpa aura, dengan aura, childhood periodic syndrome, retinal
migraine, probable migraine, migren dengan komplikasi dan kejang yang dicetuskan
oleh migren.
1. Migren tanpa aura (common migraine) sering dijumpai pada anak dan
remaja (70%). Pada tipe ini nyeri kepala terjadi di daerah frontal bilateral atau
unilateral, berdenyut, dengan intensitas sedang atau berat, lama serangan
antara 1 sampai 72 jam, dan frekuensinya 6 sampai 8 kali per bulan. Klinis
seperti aura tidak spesifik dan bermanifestasi sebagai rasa lemah, pucat, dan
mudah tersinggung. Keadaan ini lebih sering disertai oleh mual dan nyeri
perut dibandingkan muntah. Muntah berulang sering merupakan manifestasi
pada anak pra-sekolah.
2. Migren dengan aura (classic migraine) merupakan suatu proses bifasik.
Pada fase inisial terjadi gelombang eksitasi yang diikuti oleh depresi fungsi
kortikal dan terjadi penurunan aliran darah setempat. Pada fase berikutnya
terjadi peningkatan aliran darah di arteri karotis interna dan eksterna sehingga
menimbulkan nyeri kepala, mual dan muntah. Serangan nyeri kepala berulang
sekurang-kurangnya dua kali, bersamaan atau didahului gejala aura homonim
yang reversible secara bertahap antara 5 sampai 20 menit dan berlangsung
kurang dari 60 menit. Migren klasik lebih jarang ditemukan pada anak dan
remaja.
Muntah siklik sering dijumpai pada anak usia 4 sampai 8 tahun berupa serangan
mual dan muntah secara terus menerus, selama 1 jam sampai 5 hari. Serangan akan
mereda sendiri dan diantara serangan pasien dalam keadaan normal. Diagnosis
ditegakkan bila tidak dijumpai kelainan gastrointestinal yang berarti dan ada riwayat
migren pada keluarga.
Migren abdominal timbul berupa serangan nyeri di daerah tengah abdomen
secara episodik berulang, selama 1 sampai 72 jam diikuti mual dan muntah dengan
masa diantara serangan anak dalam keadaan normal.
2.3. Etiologi Migren
Penyebab nyeri kepala migren tidak diketahui. Faktor keturunan, stres,
olahraga, makanan tertentu seperti coklat, kopi berperan sebagai faktor
predisposisi migren.1,33 Perubahan hormonal, alergi makanan, paparan
terhadap cahaya silau dan suara yang bising berpengaruh terhadap migren.
Peningkatan kadar serotonin di sirkulasi dan substansi P serta polipeptida
vasodilator berperan langsung mempengaruhi pembuluh darah intrakranial
dan ekstrakranial.
Faktor genetik yang mempengaruhi migren ditandai dengan adanya suatu pola
yang autosomal dominan yaitu suatu faktor intrinsik dari otak. Terdapat dua
gen yang berperan dalam autosomal dominan pada migren yaitu FHM1 (kode
gen pada lengan pendek kromosom) dan FHM2 (gen pada lengan panjang
kromosom).
Hormon sangat berpengaruh terhadap patofisiologi migren, terbukti dengan
ditemukannya wanita yang lebih banyak menderita migren pada usia pubertas.
Rangsang nyeri dari struktur kranial lain, terutama struktur miofasial dapat
terintegrasi dengan rangsang nyeri vaskuler dari pembuluh darah kepala.
Kedua rangsang nyeri ini berkumpul di inti spinal nervus trigeminus di batang
otak, selanjutnya disalurkan ke talamus. Inti batang otak ini mendapat
pengaruh fasilitasi dan inhibisi dari supraspinal yang umumnya bergantung
pada faktor emosi dan psikososial.
Pencetus migren berasal dari beberapa faktor seperti korteks serebri sebagai
respon terhadap emosi atau stres, talamus akibat stimulasi aferen yang
berlebihan misalnya cahaya yang menyilaukan, suara bising dan makanan.
Hipotalamus juga sebagai pencetus akibat perubahan hormonal serta sirkulasi
karotis interna dan karotis eksterna sebagai respon terhadap vasodilator.
Pencetus yang paling umum pada anak adalah stres, termasuk konflik
keluarga, depresi, ansietas, gangguan tidur, masalah di sekolah serta gangguan
emosional dan fisik.
2.4 Patofisiologi migren
Patofisiologi migren masih belum jelas, namun ada tiga teori yang
dapat menjelaskan mekanisme terjadinya migren. Teori pertama adalah teori
vaskular yang menyebutkan bahwa pada serangan migren terjadi vasodilatasi
arteri ekstra kranial. Teori kedua adalah teori neurologi yang menyebutkan
bahwa migren adalah akibat perubahan neuronal yang terjadi di area otak
yang berbeda dan dimediasi perubahan sistem neurotransmisi. Teori ini fokus
pada fenomena depolarisasi kortikal yang menyebar yang menyebabkan
munculnya aura. Teori ketiga menyebutkan tentang perubahan vaskular akibat
disfungsi neuronal sehingga terjadi vasodilatasi meningeal.
Berdasarkan gejala klinis migren, terdapat tiga fase terjadinya migren
yaitu pencetus, aura dan nyeri kepala. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa pencetus melibatkan batang otak sebagai pembangkit migren dan
mungkin berhubungan dengan channelopathy familial. Setelah itu, aliran
darah otak regional berkurang yang diikuti depresi gelombang penyebaran
kortikal. Pada penderita dengan aliran darah otak yang menurun, maka aura
akan muncul. Aliran darah otak yang berkurang ini akan diikuti oleh
vasodilatasi selama munculnya nyeri kepala, yang mungkin akibat dari
perubahan aktivitas neuron yang mensarafi arteri kranial. Penelitian
imunohistokimiawi mendapatkan adanya neurotransmiter selain noradrenalin
dan asetilkolin yang bersifat vasodilator yaitu 5-HT, vasoactive intestinal
peptide (VIP), nitric oxide (NO), substansi P, neurokinin A dan CGRP.
Vasodilatasi kranial menyebabkan aliran darah yang meningkat setiap kali
jantung berdetak sehingga terjadi pulsasi pada pembuluh darah yang terlibat.
Pulsasi tersebut akan dirasakan oleh reseptor regangan pada dinding vaskular
dan menyebabkan peningkatan sensorik saraf perivaskular (trigeminus)
sehingga terjadi nyeri kepala dan gejala lain. Rangsangan trigeminal ini akan
mengeluarkan neuropeptida sehingga vasodilatasi dan aktivitas saraf
perivaskular bertambah.
Hipereksitasi korteks serebri
Gambar 2.1. Patofisiologi migren.
2.5 Gejala klinik migren
Gejala klinik yang sering dijumpai pada migren berupa nyeri kepala
berulang, biasanya unilateral dengan interval bebas gejala dengan disertai
minimal tiga keluhan seperti nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala
berdenyut, berhubungan dengan aura (visual, sensorik ataupun motorik),
membaik dengan tidur, dan adanya riwayat keluarga migren.
Pada migren tanpa aura, selain keluhan diatas, dapat juga dijumpai
keluhan pucat, fotofobia, fonofobia, osmofobia, dan parestesia. Sedang pada
migren dengan aura, sebelum terjadinya nyeri kepala, biasanya didahului
dengan aura. Aura visual muncul dengan gejala pandangan kabur, skotoma,
fotopsia, fortification spectra, dan distorsi ireguler terhadap objek. Pada
beberapa orang, terkadang disertai vertigo dan lightheadedness. Aura sensorik
muncul berupa parestesia perioral dan kebas atau mati rasa pada tangan dan
kaki.
Cortical spreading depression
Aktivasi sistem trigeminovaskul
Sterile neurogenic inflammation
Sensitisasi sentral dan perifer
Serangan migren
Nukleus batang otak
Migren dengan atau tanpa aura mempunyai patofisiologi yang sama,
tergantung intensitas iskemik pada serebral yang akan menimbulkan ada atau
tidak adanya aura.
2.6. Diagnosis
Diagnostis migren pada anak ditegakkan berdasarkan kriteria The
International Headache Society (IHS).13,28,29,43 Diagnosis klinik IHS menjadi
standar baku emas migren, sebab lebih mudah dan mempunyai akurasi yang baik.
Diagnosis migren menurut IHS:
1. Migren tanpa aura:
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung 1 sampai 72 jam
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:
1. Lokasi unilateral, mungkin bilateral, frontotemporal (tanpa oksipital)
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghindari
aktifitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga)
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
1. Mual dan atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
2. Migren dengan aura:
A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B
B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini:
1. Gangguan visual yang reversibel termasuk: positif atau negatif (seperti
cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis)
2. Gangguan sensoris yang reversibel termasuk positif (seperti diuji dengan
peniti dan jarum) atau negatif (hilang rasa/kebas)
3. Gangguan bicara disfasia yang reversibel sempurna
C. Paling sedikit dua dari dibawah ini:
1. Gejala visual homonim atau gejala sensoris unilateral
2. Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual ≥ 5 menit atau aura
yang lainnya ≥ 5 menit
3. Tiap gejala berlangsung ≥ 5 menit dan ≤ 60 menit
D. Tidak berkaitan dengan kelainan lain
2.7. Terapi Preventif
Terapi preventif migren merupakan pemberian terapi secara terus menerus,
dalam keadaan tanpa nyeri kepala, untuk mengurangi frekuensi dan intensitas
nyeri kepala migren.45
Menurut The American Academy of Neurology, pemberian terapi preventif
pada anak dan remaja bertujuan untuk :
1. Menurunkan frekuensi, keparahan, durasi dan ketidakmampuan akibat sakit
kepala
2. Menurunkan ketergantungan terhadap obat-obatan yang kurang atau tidak
efektif
3. Meningkatkan kualitas hidup
4. Mencegah penggunaan obat pada masa akut dengan dosis yang terus
meningkat
5. Edukasi pasien untuk dapat menangani penyakitnya sendiri
6. Mengurangi distress dan gejala psikologis akibat nyeri kepala
Terapi preventif diindikasikan pada beberapa keadaan berikut:
1. Terdapat 2 kali atau lebih serangan per bulan yang menyebabkan disabilitas
selama 3 hari atau lebih dalam 1 bulan
2. Kontraindikasi atau gagal dengan terapi akut migren
3. Penggunaan terapi akut (abortif) lebih dari 2 kali dalam 1 minggu
4. Mengalami migren yang tidak lazim seperti hemiplegic migraine, migren
dengan aura yang memanjang dan migrainous infarction.
Beberapa hal yang juga dipertimbangkan adalah efek samping dari
penggunaan terapi akut, penerimaan pasien terhadap obat dan biaya. Terapi preventif
migren yang adekuat secara umum tampak perbaikan dalam 1 hingga 2 bulan.
Pemberian terapi preventif diupayakan dengan obat yang memiliki level
efektivitas tertinggi, efek samping yang terendah, dan dimulai dengan dosis rendah
kemudian dititrasi secara perlahan. Lamanya pengobatan bervariasi antara 1 sampai 6
bulan. Setelah terapi berhasil selama 6 hingga 12 bulan, penghentian terapi preventif
dapat dipertimbangkan.
Beberapa grup utama obat-obatan yang berperan sebagai terapi preventif
serangan nyeri kepala migren antara lain:
1. Obat-obat kardiovaskular seperti β-Adrenergic Blocker, Calcium Channel
Blocker
2. Obat-obat antidepresi seperti Tricyclic Antidepressants (TCA), Selective
Serotonin/Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SSRI)
3. Obat anti epilepsi seperti topiramat, asam valproate
4. Antagonis serotonin seperti siproheptadin
5. Non Steroid Anti Inflammation Drugs (NSAID) dan lainnya seperti
riboflavin, mineral
Umumnya mekanisme kerja dari obat yang digunakan sebagai terapi
preventif adalah dengan menghambat eksitasi korteks seperti kerja obat anti
epilepsi dan calcium channel blocker, dan dengan memperbaiki dismodulasi
nociceptive, yaitu sistem adrenergik dan serotonergik, seperti yang dilakukan
oleh TCA, SSRI dan β-adrenergic blocker.
Golongan β-adrenergic blocker bekerja dengan menghambat agregasi
platelet sehingga terjadi penurunan produksi prostaglandin dan katekolamin.
Obat ini dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi
sistem serotonin dengan penghambatan sistem noradrenergik, absorpsi baik
melalui sistem gastrointestinal, dan dimetabolisme di hati. Pada pasien migren
yang dicetuskan oleh stres, obat ini bermanfaat, dengan efek samping mudah
lelah, mual, muntah, depresi, mimpi buruk, hipoglikemia, bradikardi dan
hipotensi.
Obat golongan calcium channel blocker bekerja dengan cara
menghambat masuknya kalsium ke dalam sel sehingga menghambat
pembentukan impuls (automaticity) dan conduction velocity. Kalsium
intraseluler juga berperan meregulasi beberapa hormon, enzim, dan
neurotransmiter. Pelepasan serotonin sendiri dipengaruhi oleh kalsium,
sehingga pemberian calcium channel blocker dapat menghambat pelepasan
serotonin, sehingga dapat menjadi preventif serangan migren.
Obat golongan anti epilepsi antara lain topiramat dan asam valproat.
Asam valproat bekerja dengan menghambat ekstravasasi plasma, substansi P,
menghambat lecutan serotonergik di dorsal raphe nuclei dan bekerja pada
kanal kalsium dan sodium. Efek sampingnya adalah dizziness, drowsiness,
peningkatan nafsu makan, rambut rontok, gemetar, gangguan pencernaan.
Topiramat bekerja dengan memperkuat aktivitas γ-amino butyric acid
(GABA), tetapi kemungkinan mekanisme yang lain adalah dengan memblok
aktivitas kanal sodium, menurunkan aktifitas karbonik anhidrase dan
glutamat. Efek samping antara lain parestesia, fatique, mual dan anoreksia.
Obat golongan NSAID bekerja dengan menghambat sintesis
prostaglandin, leukotrien, dan mencegah inflamasi neurogenik dari sistem
trigeminovaskular. Naproxen diabsorpsi baik setelah pemberian secara oral
maupun rektal, dengan waktu paruh 12-15 jam. Obat ini bermanfaat pada
penderita migren yang mengalami artritis atau nyeri muskuloskletal. Efek
samping berupa mual, muntah, gastritis dan perdarahan lambung, karena itu
disarankan penggunaan obat ini tidak lebih dari 2 hingga 3 bulan.
BAB 3
KESIMPULAN
Migren adalah nyeri kepala berulang dengan adanya interval bebas gejala dan
sedikitnya memiliki 3 dari gejala berikut: nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala
berdenyut, unilateral, adanya aura (visual, sensori, motorik), gejala berkurang dengan
tidur, dan adanya riwayat keluarga yang sama.1 Lama serangan pada anak adalah 2
sampai 4 jam, sedang pada dewasa 4 sampai 72 jam.
Beberapa faktor predisposisi migren adalah
Riwayat keluarga (genetik)
Usia (sering pada pubertas)
Menstruasi
Terlambat makan
Rangsangan berlebihan (sorotan cahaya, bau yang menyengat)
Perubahan cuaca
Terlalu banyak atau kurang tidur dan stres.
Klasifikasi Migren
1. Migren tanpa aura (common migraine) sering dijumpai pada anak dan
remaja (70%). Pada tipe ini nyeri kepala terjadi di daerah frontal bilateral atau
unilateral, berdenyut, dengan intensitas sedang atau berat, lama serangan
antara 1 sampai 72 jam, dan frekuensinya 6 sampai 8 kali per bulan. Klinis
seperti aura tidak spesifik dan bermanifestasi sebagai rasa lemah, pucat, dan
mudah tersinggung.
2. Migren dengan aura (classic migraine) merupakan suatu proses bifasik.
Pada fase inisial terjadi gelombang eksitasi yang diikuti oleh depresi fungsi
kortikal dan terjadi penurunan aliran darah setempat. Pada fase berikutnya
terjadi peningkatan aliran darah di arteri karotis interna dan eksterna sehingga
menimbulkan nyeri kepala, mual dan muntah. Serangan nyeri kepala berulang
sekurang-kurangnya dua kali, bersamaan atau didahului gejala aura homonim
yang reversible secara bertahap antara 5 sampai 20 menit dan berlangsung
kurang dari 60 menit.
Pengobatan Migrain
Pada tahap awal, anda dapat menggunakan antinyeri yang dapat dibeli bebas
tanpa resep,seperti parasetamol, atau obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti
aspirin, ibuprofen,atau natrium naproxen, untuk mengurangi gejala migrain. Dokter
biasanya menganjurkan untuk lebih dahulu menggunakan NSAID untuk melihat
apakah obat ini mampu mengurangi nyeri sebelum memberikan obat anti migrain
golongan lain yang harus dibeli dengan resep,yang mempunyai banyak efek samping.
Anda juga dapat mencoba mengurangi frekuensi timbulnya migrain dengan
mengenali dan menghindari pencetus yang dapat menyebabkan migrain.
Jika migrain yang diderita ringan sampai sedang, hanya perlu antinyeri yang
dijual bebas untuk menghilangkan gejala. Jika migrain sedang sampai berat, perlu
antimigrain yang dibeli dengan resep. Jika anda sering mengalami serangan migrain,
dokter mungkin menyarankan untuk meminum obat pencegah migrain.
Beberapa obat pencegah migrain dapat menimbulkan efek samping ringan
sampai berat pada beberapa penderita. Penderita yang mempunyai gangguan jantung
atau tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol sebaiknya tidak mengkonsumsi obat
ini. Pasien yang berumur lebih dari 65 tahun, obat pencegah migrain tidak dianjurkan.
Walaupun obat-obatan biasanya merupakan pengobatan utama migrain, terapi
pelengkap biasanya dapat membantu mengurangi gejala dan frekuensi serangan
migrain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kapita selekta kedokteran / editor, Mansjoer Arief,Suprohaita, Wardhani
Wahyu Ika,dkk, Ed 3. Jilid 2. Jakarta : media Aesculapius, 2000.
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23436/4/Chapter%20II.pdf
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3457/1/neurologi-hasan.pdf