makalah ulumul hadist sejarah perkembangan hadist dari masa rasulullah hingga tabiin

40
MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS DARI MASA RASULULLAH SAMPAI TABI’IN Mata Kuliah : Ulumul Hadist Dosen Pengampu : Dr. H. Moh. Akib Muslim, M.Ag Disusun oleh kelompok 2 psikologi islam B: Mohamad Adi Yusuf (933404614) M. Azharul Munir (933404214) Fitrianingsih (933405814) Kurota A’yuni (933405414) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM JURUSAN USHULUDDIN

Upload: nisa

Post on 25-Dec-2015

149 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

berisi materi tentang perkembangan hadits dari masa rasulullah, sahabat, tabiin, hingga itba tabiin.

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS DARI MASA RASULULLAH SAMPAI TABI’IN

Mata Kuliah : Ulumul Hadist

Dosen Pengampu : Dr. H. Moh. Akib Muslim, M.Ag

Disusun oleh kelompok 2 psikologi islam B:

Mohamad Adi Yusuf (933404614)

M. Azharul Munir (933404214)

Fitrianingsih (933405814)

Kurota A’yuni (933405414)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

JURUSAN USHULUDDIN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI

2014

Page 2: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

A. PENDAHULUAN

Hadist merupakan segala bentuk perbuatan, perkataan maupun ketetapan

dari rasulullah,pada masa awal islam hadist berkembang cukup pesat, sehingga

ajaran islam semakin cepat pula untuk berkembang hingga berbagai wilayah, di

dalam hadist dibahas segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum islam baik

itu yang dianjurkan atau diamalkan maupun yang dilarang atau yang harus

dijauhi. Pada masa awal islam penulisan hadist sagat dilarang karena

dikhawatirkan akan tercampurnya dengan al qur’an yang pada saa itu dalam

proses pembukuan, sedangkan pembukuan hadist dilakukan setelah pembukuan al

qur’an yaitu tepatnya pada abad ke 2 hijriyah.

Dalam mempelajari perkembangan hadist diperlukan juga memahami

pertumbuhan hadist dari zaman rasulullah SAW. hadist merupakan sumber hukum

yang kedua setelah alqur’an, hadist digaunakan saat tidak ditemukannya kunci

permasalahan dalam al qur’an sebagai sumber rujukan utama umat islam, kemudia

hadist bisa dierima bila hadist tersebut telah memenuhi syarat kesahihan hadist,

yaitu dari segi sanad maupun matannya yang telah teruji kuantitas dan

kualitasnya. Dalam perkembangan hadist terdapat tujuh periode dari zaman

rasulullah hingga zaman sekarang.

Pada makalah ini, pembuat makalah menyampaikan tentang bagiamana

setting historis dari hadist masa rasulullah SAW sampai ke masa tabi’in?

Bagaimana karakteristik hadist masa rasulullah SAW sampai ke masa tabi’in?

Bagaimana produk produk hadist masa rasulullah SAW sampai ke masa tabi’in?

1

Page 3: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

B. PERIODESASI HADIST NABI

Periodesasi perkembangan hadist ialah tahapan-tahapan masa yang telah

ditempuh dan dialami dalam perkembangan hadist, sejak masa Rasulullah SAW

masih hidup sampai terbentuknya kitab-kitab yang dapat dilihat dimasa sekarang.

Menurut Prof. DR. Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy.1Hadist Rasul

sebagai dasar hukum yang kedua melalui enam masa perkembangan dan sekarang

sedang menempuh periode ketujuh.

Masa pertama, Masa wahyu dan pembentukan hukum serta dasar-dasarnya

dari permulaan Nabi dilahirkan hingga wafat pada tahun 11 H. (dari 13 S.H – 11

H). Nabi Muhammad saat melaksanakan tugas sebagai rasul, berdakwah

menyampaikan dan mengajarkan risalah islamiyah pada umatnya.Sebagai sumber

hadist Nabi Muhammad mendapat perhatian dari seluruh sahabat.Seluruh

perbuatan Nabi diucapkan dan tindak tanduk beliau menjadi tumpuan perhatian

para sahabat. Para sahabat menerima hadits (syari’at) dari Rasulullah SAW dapat

secara langsung, yakni mereka langsung mendengar sendiri dari Nabi, baik karena

ada sesuatu soal yang diajukan oleh seseorang lalu Nabi Menjawabnya, ataupun

Nabi sendiri yang memulai pembicaraannya, tetapi mereka juga menerima secara

tidak langsung, yaitu mereka menerima dari sesama sahabat yang telah menerima

dari Nabi, atau mereka menyuruh seseorang untuk bertanya kepada Nabi jika

mereka sendiri malu bertanya.

Masa kedua, masa membatasi riwayat, masa Khalaur Rasyidin (12 H - 40H).

Pada waktu khalifah abu bakar, periwayatan hadis belum begitu di perluas.Karena

beliau mengerahkan minat umat (sahabat) untuk menyebarkan al-quran dan

memerintahkan kepada para sahabat untuk berhati-hati dalam menerima

riwayat.Perkembangan hadis dan menyebarkan riwayat yang terjadi pada masa

sesudah abu bakar dan umar yaitu pada masa khalifah Utsman dan Ali r.a.

Masa ketiga, masa perkembangan riwayat dan perlawanan dari kota ke kota

untuk mencari hadist, yaitu masa sahabat kecil dan tabi’in besar (41 H – akhir

abad pertama H). Sesudah masa Utsman dan Ali timbullah usaha yang lebih

sungguh-sungguh untuk mencari dan menghafal hadits.Para sahabat menyebar ke

masyarakat luas mengadakan perlawatan-perlawatan guna mencari dan 1 Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, sejarah & pengantar ulumu hadist, (Semarang: pt pustaka rizki putra, 1999), hal 26

2

Page 4: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

mendapatkan hadits.2 Dengan meluasnya daerah kawasanislam, para sahabat pun

berpindah-pindah ketempat-tempat itu. Karena kota-kota dimana para sahabat

bertempat tinggal merupakan tempat mengajarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis,

tempat mengeluarkan sarjana-sarjana tabi’in dalam bidang hadis.

Masa keempat, masa pembukuan hadist 3(dari permulaan abad kedua H

hingga akhirnya).Jika pada periode pertama hijriah, mulai dari zaman Rasul, masa

Khalifah empat dan sebagian besar zaman Amawiyah, yakni hingga akhir abad

pertama hijriah, hadits-hadits itu berpindah dari mulut kemulut.Ulama pertama

yang menghimpunkan dan membukukan hadits atas instruksi Khalifah ialah Abu

Bakar Muhammad ibnu Ubaidillah ibnu Syihab Az-Zuhri, seorang tabi’in yang

ahli dalam urusan fiqh dan hadits.Tokoh- tokoh hadits yang muncul pada abad

kedua hijrah ini antara lain : Imam Malik, Yahya ibnu Said Al-Qaththan, Waqi’

ibnu Jarrah, Sufyan As-Tsaury, Ibnu Uyainah, Syu’bah ibnu Hajjaj, Abu Hanifah,

Asy-syafi’i dan lain- lain.

Masa kelima,masa mentashihkan hadist dan menyaringnya (awal abad

ketiga,hingga akhir).Pada masa ini pembukuan hadits memiliki 3 (tiga) sistem

pembukuan, yaitu :

1.Pengarang menghimpun semua serangan (celaan) yang dilancarkan oleh

ulama-ulama kalam kepada pribadi ulama-ulama hadits. Misalnya : si pulan itu

dituduh tidak adil atau tidak dlabith jadi tidak dapat diterima haditsnya, atau

ditunjukkan kepada hadits-haditsnya sendiri, misalnya dikatakan hadits-hadits itu

mengandung khurafat atau bertentangan dengan dalil lain yang labih kuat dan

sebagainya. Diantara ulama yang mengarang dengan sistem ini adalah Ibnu

Qataibah (w. 234 H) dan Ali bin Al-Madani (w. 234 H).

2.Pengarang menghimpun hadits secara “Musnad”, yakni menghimpun

hadits-hadits Nabi dari tiap-tiap sahabat tanpa memperhatikan masalah-

masalahnya (isi haditsnya) dan kualitasnya (shahih, hasan dan dhaif), misalnya

semua hadits Nabi yang melalui Aisyah dikelompokkan dengan judul “hadits-

hadits Aisyah” meskipun menurut hadits-hadits yang berbeda-beda masalahnya.

Diantara kitab-kitab hadits yang disusun dengan cara seperti ini yaitu Musnad

2M.agus solahudin, ulumul hadis, (bandung: pustaka setia, 2008), hal 363ibid., hal 38

3

Page 5: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

Ahmad bin Hanbal (104 - 241 H) dan Musnad Ahmad ibnu Rahawih (161 - 238

H).

3.Pengarang menghimpun hadits-hadits secara bab perbab seperti kitab fiqh

dan tiap-tiap bab memuat hadits-hadits yang sama maudlu’nya (masalahnya),

misalnya bab shalat, bab zakat dan sebagainya. Dan dalam hal ini ada dua macam

yaitu : Pertama, Hanya menghimpunkan hadits-hadits shahih saja. Kedua,

Disamping memuat hadits-hadits shahih juga memuat hadits-hadits hasan dan

dhaif.

Masa keenam, dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu pada masa

abbasiyah angkatan kedua.Ulama-ulama hadits pada abad kedua dan ketiga

disebut “Ulama Mutaqaddimin”, 4yang mengumpulkan hadits semata-mata

berperang. Setelah abad keriga berlalu, bangkitlah ulama ulama abad keempat dan

seterusnya yang disebut “Ulama Mutaakhirin”, kebanyakan hadits yang mereka

kumpulkan adalah petikan atau kutipan dari kitab-kitab mutaqaddimin itu, sedikit

saja dari padanya dikumpulkan dari usaha mencari sendiri kepada para

penghafalnya.

Kalau pada abad ketiga seperti Bukhari, Muslim dan Imam-imam lain telah

berhasil menghimpun sejumlah hadits-hadits shahih, pada abad keempat para

ulama telah berhasil pula mengumpulkan hadits-hadits shahih yang tidak terdapat

di dalam kitab-kitab shahih sebelumnya.

Usaha-usaha ulama hadits yang terpenting dalam periode ini ialah :

1.Mengumpulkan hadits-hadits Bukhari Muslim dalam sebuah kitab.

2.Mengumpulkan hadits-hadits enam.

3.Mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat dalam berbagai kitab hadits.

4.Mengumpulkan hadits-hadits hukum dan menyusun kitab-kitab Athraf.

Diantara kitab-kitab Athraf ini antara lain :

1) Athrafush-Shahihaini oleh Ibrahim Ad-Dimasqy (400 H).

2) Athrafush-Sunanil Arba’ah oleh Ibnu Asakir Ad-Dimasqy (571 H).

3) Athraful-Kutubis Sittah oleh Muhammad ibnu Tahir Al-Maqdisy

(507 H) dan lain sebagainya.

4M.agus solahudin, ulumul hadis, (bandung: pustaka setia, 2008), hal 454

Page 6: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

Masa ketujuh, masa membuat syarah, membuat kitab-kitab takhrij.

Mengumpulkan hadist-hadist hukum dan membuat kitab-kitab jami’ yang umum

serta membahas hadist-hadist zawa-id (656 H hingga sekarang). Setelah kota

Baghdad jatuh pada tahun 656 H ke tangan bangsa Tartar, maka pindahlah

pemerintahan Abbasiyah ini ke Kairo (Mesir), tetapi khalifahnya hanya sebagai

simbol saja. Sementara yang berkuasa pada hakikatnya adalah raja Mesir dari

Mamalik.Pada abad VII H, Turki telah dapat menguasai daerah-daerah bagian

Barat (Maroko) dan sebagainya.

Islam ketika itu tidak lagi meneliti tentang pribadi-pribadi hadits (sanad),

bahkan sanad itu dipelajari atau dibaca sekedar untuk mendapat berkahnya

(tabarruk).Kendati demikian keadaannya, namun masih ada beberapa ulama yang

sanggup dan berani melawat ke daearah-daerah Islam dan tempat-tempat yang

mereka kunjungi, mereka memberikan imla’ul hadits.

Pada masa ini ada tiga daerah yang menjadi perhatian umat Islam tehadap

sunnah, yaitu Mesir, India dan Saudi Arabia.

C. HADIST PADA MASA RASULULLAH SAW

a) SETTING HISTORIS

1. Larangan penulisan hadist dan keterbatasan baca tulis

Orang orang arab sangat terkenal akan kemampuan dalam

menghafalannya hal tersebut berlawanan dengan kemampuan yang lain

yaitu dalam hal baca dan tulis yang dikenal dengan sifat ummi( tidak bisa

baca dan tulis). Pada masa awal islam kemampuan tulis menulis

dikalangan para sahabat, masih sangat langka yang bisa menulis hadist.

Sahabat yang mampu membuat catatan atau tulisan yaitu Abu bakar ash

shiddiq (w 13 H), ali bin abi thalib (w 40 H), Abdullah bin amr Al ash’ (w

63 H) dan Abdullah bin Abbas (w 68 H)5

Oleh karena keterbatasan baca dan tulis, saat rasulullah SAW

masih hidup, beliau sangat melarang para sahabat yang telah mendapatkan

hadist untuk menuliskan hadist yang telah diterimanya, dibawah ini

dijelaskan hadist mengenai petunjuk untuk tidak menulis hadist:

5M. Syuhudi ismail, Kaedah kesahihan sanad hadis, (Jakarta, PT bulan bintang, 1995), hal5

Page 7: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

�ا �ئ ي ش� ى ع�ن �ب� �ت ك و�م�ن� �ن� أ �ق�ر� ال � �ال ا �ا ئ ش� ى ع�ن �و�ا �ب �ت �ك ت � ال( ) أحمد رواه �م�ح�ه� �ي ف�ل �ن� ا �ق�ر� ال �ر� غ�ي

“janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal dariku, terkecuali

al qur’an. Dan barang siapa yang telah menulisnya,selain al qur’an

hendaklah dia menghapusnya”6

Dari hadist diatas dapat dijelaskan bahwa rasulullah telah melarang

penulisan hadist dikalangan sahabat, sahabat difokuskan untuk menulis

ayat-ayat al qur’an saja. Sedangkan menulis selain al qur’an seperti hadist

dilarang ditulis hal tersebut dimaksudkan agar tidak muncul kekhawatiran

akan bercampurnya al qur’an dan hadist, bagaimana tidak khawatir? Al

qur’an dan hadist sama-sama berbahasa arab dan sama-sama disampaikan

oleh rasulullah, jika keduanya ditulis dalam satu catatan sangat sulit

membedakan antara al qur’an dan hadist.

Agar dapat menyampaikan kembali apa yang telah diterima dari

rasulullah, rasulullah lebih menganjurkan untuk menghafal dari pada

menuliskan hadist, hadist mengenai petunjuk penghafalan hadist yaitu:

�ع�مد�ا م�ت ع�ل�ى� �ذ�ب� ك و�م�ن� ج� ح�ر� و�ال� ى ع�ن �وا و�ح�د�ث

�ار الن م�ن� م�ق�ع�د�ه� �ء �و�ا �ب �ت �ى �ف�ل“dan ceritakanlah dariku. Tidak ada keberatan bagimu apa yang

kamu dengar dariku. Barang siapa berdusta atas diriku hendkalah dia

menepati kediamannya dineraka” (H.R al bukhari muslim)7

Hadist yang kedua yaitu

( ) البار عبد رواه �ب� الغ�ائ �م� �ك م�ن اه�د� الش� غ� �ل �ب �ي ل �آل أ”ketahuilah hendaklah orang yang hadist diantara kamu

menyampaikan kepada orang yang tidak hadir” (H.R abd al-Bar)8

6M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta, gaung persada, 2008), hal 467 Ibid., hal 448Ibid., hal 45

6

Page 8: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

Dari kedua hadist tersebut dapat dikatakan rasulullah lebih

menganjurakan untuk menghafal hadist kemudian menyapaikannya kepada

yang lain. Lebih jelasnya kedua hadist tersebut mengandung pengertian:

1) Diantara sahabat, banyak yang kuat ingatannya

2) Dianntara sahabat kadang ada yang tidak hadir pada saat rasulullah

menyampaikan ajaran islam, hal tersebut terjadi karena tempat

tinggal yang jauh, kesibukan sehari hari dan ada juga yang malu

bertannya langsung kepada rasullah tentang suatu masalah.

2. Rasulullah sebagai sumber rujukan para sahabat

Nabi dalam melaksanakan tugasnya dalam menyebarkan ajaran

islam yaitu menyampaikan risalah islamiyah kepada umtnya nabi sebagai

sumber hadist menjadi figure sentral yang mendapat perhatian dari para

sahabat .segala aktivitas beliau seperti perkataan, perbuatan dan segala

keputusan beliau diingat dan disampaikan kepada sahabat lain yang tidak

mengahadiri majlis rasulullah. Ada juga diantara sahabat hadir secara

bergiliran untuk mendapatkan hadist rasulullah agar tidak ketinggalan satu

hadist pun.

Rasulullah SAW menjadi pusat nara sumber referensi dan tumpuan

pertanyaan ketika mereka menghadapi sebuah masalah baik secara

langsung maupun tidak langsung9 seperti melalui istri istri beliau dalam

masalah keluarga dan kewanitaan karena mereka yang paling mengetahui

keadaan rasulullah dalam keluarga. Dari bahasan tersebut nabi sebagai

panutan yang baik (uswatun hasanah) bagi umatnya dijelaskan dalam

alqur’an

�ا ك م�ن ل �ه8 ن و�ة8ح�س� س�� أ الله� ل� و� س� ر� ف�ي �م� �ك ل �ان� ك �ق�د� ل

�ر� �ى �ث ك ألله� �ر� و�ذ�ك خ�ر�� أأل �وم� �ى و�أل �لله خ�و�أا �ر� ي ان�

“sesungguhnya telah ada dalam diri rasulullah itu suri tauladan

yang baik bagimu yaitu orang orang yang mengharap rahamat dari allah

dan hari kiamat dan dia banyak menyebut allah” (al ahzab (33) : 21)10

9 Abdul majid khon, ulumul hadist, (Jakarta, AMZAH, 2008), hal 4110Ibid,.hal 43

7

Page 9: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

b) KARAKTERISTIK

1. Hadist diterima secara langsung maupun tidak secara langsung

(delegasi) dan juga menggunakan surat dinas untuk para gubernur,

amir dan para penguasa.

Para sahabat sangat berminat untuk mendapatka hadist nabi ada 2

cara11, yaitu yang pertama secara langsung, yaitu mereka mendengar

sendiri dari rasulullah SAW, biasanya melalui majelis-majelis Rasulullah

SAW, merupakan majelis ilmu untuk memberikan pengajaran kepada para

sahabat, melalui majelis ini para sahabat memperoleh banyak peluang

menerima hadist sehingga mereka mengusahakan diri mereka untuk selalu

hadir, hal ini bisa terjadi karena kedekatan tempat tinggal dari majelis

Rasulullah SAW dan tidak sedang terjadi halangan apapun untuk

menghadiri majelis beliau, ada juga diantara sahabat ada yang bergantian

mendatangi majelis Rasulullah SAW seperti yang dilakukan Umar bin

khattab r.a (w 22 H) dan Ibn zaid yang berasal dari perbukitan madinah.

Kedua secara tidak lansung atau menggunkan delegasi. hal ini bisa

terjadi karena tidak dekatnya tempat tinggal dari majelis Rasulullah SAW

yang jaraknya sangat jauh dan sedang terjadi halangan untuk menghadiri

majlis beliau seperti sakit atau terjadi tugas mendadak, Para delegasi ini

datang dari segenap kawasan arab untuk berbai’at kepada Rasulullah SAW

dan bergabung dengat umat muslim, Rasulullah mengajari hadist dan

membekali berbagai nasihat dan bimbingan, mereka juga menanyakan

berbagai hal dan Rasulullah SAW juga memberikan jawaban dengan jelas

dan setelah mendapatkan ilmu yang cukup dari rasulullah mereka kembali

ke masyarakatnya, contoh seorang delegasi yang menggunakan cara tidak

langsung yaitu Dhammam ibn Tsalabah dari Hudzaim

Nabi Muhammad SAW juga mengirim surat kepada para gubernur,

amir dan para penguasa12, hal itu dilakukan tidak ada tujuan lain selain

untuk menyebarluaskan agama islam dan juga untuk menjawab segala

permasalahan hukum yang terjadi pada suatu daerah, surat itu dikirim oleh

11Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, sejarah & pengantar ulumu hadist, (Semarang: pt pustaka rizki putra, 1999), hal 3112M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta: gaung persada, 2008), hal47

8

Page 10: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

utusan terpercaya. Isi dari surat tersebut biasanya mengenai suatu

pembahasan masalah contohnya mengenai batas ketentuan zakat unta dan

kambing. Dan adakalanya surat tersebut berisi tentang nasihat dan

bimbingan agar berbuat baik kepada rakyat mereka disamping itu juga

menghormati dan berbuat baik kepada para utusan (delegasi) yang telah

mereka kirim.

2. Hafalan dan tulisan masih sederhana

Ada banyak sahabat yang menggunakan kemampuan hafalannya

dalam menerima setiap hadist yang disampaikan oleh nabi hal tersebut

karena bangsa arab terkenal dengan hafalannya yang sangat kuat

dibandingkan kemampuan membaca dan menulis mereka, selain tidak bisa

menulis, mereka juga tidak sepakat jika hadist itu ditulis, ibn abbas (w 68

H), juga termasuk salah satu dari mereka, ibn abbas berpendapat bahwa

(menulis itu dapat melemahkan hafalan)13

Dibandingkan dengan sahabat yang bisa menhafal jumlah sahabat

yang bisa menulis hadist sangat sedikit, mereka secara pribadi telah

berusaha mencatat hadist hadist, catatan atau shahifah yang terbuat dari

pelepah kurma, kulit kulit kayu dan tulang tulang hewan, menurut Dr.

Muhammad Musthafa al A’zhami, jumlah para sahabat yang mampu

menulis hadist sekitar 50 orang.14

3. Rasulullah menggunakan metode muyyasar (bertahap dan

menyesuaikan dengan audiens)

Rasululah mengunakan cara bertahap agar para sahabat yang

menerima hadist, bisa menerimanya dengan baik tahapanya megajari

akidah yang benar, ibadah, hukum, ajaran kepada etika luhur dan

membangkitkan keberanian orang orang yang berada disekitar nabi

Muhammad SAW, agar selalu bersabar dan teguh hati15.

13zeid B.smeer, ulumul hadist, (Malang: UIN malang press, 2008), hal 2014M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta: gaung persada, 2008), hal 5015Muhammad ajaj al-khatib, Ushul al-hadist pokok pokok ilmu hadits, (Jakarta: gaya media

pratama, 2001), hal 529

Page 11: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

Rasulullah SAW juga dalam berdakwah menyesuaikan dengan

audiens atau sahabat yang menerima hadist, beliau berbicara disesuaikan

dengan kemampuan intelektual dalam menangkap apa yang disampaikan

oleh rasulullah, karena setiap sahabat mempunyai kemampuan intelektual

yang berbeda, jika yang bertanya suatu masalah mempunyai intelektual

yang baik, rasulullah SAW menggunakan isyarat agar bisa berfikir dengan

jernih, saat menyampaikan dakwahnya beliau juga memberikan senggang

waktu agar para sahabat tidak jenuh atau bosan saat waktu pembelajaran.

Disamping itu untuk menyebarkan dan menyampaikan islam

rasulullah juga menempuh jalan tegas , tetapi juga memilih yang termudah

tidak berbelit belit agar mudah diterima oleh para sahabat, beliau juga

mengajak sahabat untuk berbuat kemudahandari ibn abbas (w 68 H),

diriwayatkan bahwa beliau:16

�م ح�د�ك � أ �ذ�اغ�ض�ب� و�إ و�ا ر� �ع�س� �ت و�ال و�ا ر� �س� ي و� �م�و�ا ع�ل

و ( ر �س�ك�ت� )ف�لى ابس بن إ اه"mengajarlah kalian, permudahlah dan jangan mempersulit. Dan

bila salah seorang dari kalian marah, maka hendaklah diam"

c) PRODUK-PRODUK HADIST

1. Muncul tradisi diantara sahabat dan adanya tradisi tulis

Ada beberapa sahabat yang menulis hadist rasulullah SAW atas

izin dari khusus dari beliau, seperti Abdullah ibn amr, catatan yang ditulis

oleh para sahabat tersebut disebut shahifah, hanya saja kita tidak bisa

mengetahui secara keseluruhan isi shahifah tersebut, karena sebagian besar

para sahabat telah memusnahkannya atau membakarnya saat mereka

belum wafat, hal tersebut terjadi karena muncul kekhawatiran bila

shahifah shahifah tersebut jatuh ketangan orang orang yang tidak ahlinya,

namun ada juga sahabat yang tetap menjaganya dan mewariskan shahifah-

nya kepada orang yang mereka percaya. dibawah ini beberapa sahabat

yang memiliki kemampuan dalam hal menulis yaitu:17

1) Abdullah ibn amr ibn ash (w 63 H)

16Ibid., hal 54 -5517M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta: gaung persada, 2008), hal 50

10

Page 12: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

Shahifah-nya diberi nama (shahifah shodikoh (arab)), dalam

shahifah ini termuat lebih dari 1000 hadist.

2) Jabir bin Abdullah al-Ashari (w 78 H)

Shahifah-nya diberi namashahifah jabir, menurut imam

muslim dalam kitab shahih-nya memuat juga hadist dari

shahifah jabir yang membahas mengenai ibadah haji

3) Ali bin abi thalib (w 40 H)

Shahifah-nya berisi tentang hadist hadist rasulullah SAW

mengenai hukum diyat (denda)

4) Abu bakar ash shiddiq (w 13 H)

Pada awalnya Abu bakar ash shiddiq juga memiliki shahifah,

namun karena beliau khawatir bahwa orang orang akan lengah

akan al qur'an maka shahifah-nya, beliau musnahkan.

2. Tersebarnya islam di berbagai wilayah dengan memperkenalkan

hadis

Hadist yang diterima oleh para sahabat sangat cepat diterima oleh

masyarakat karena besarnya minat yang dimiliki oleh masyarakat, dari

kemenangan peperangan juga termasuk penyebaran umat islam, dari

penyebaran tersebut bukan sekedar untuk mencari nafkah namun juga bisa

mempercepat tersebarnya hadist nabi.

Umat islam sangat berminat untuk mendapatkan dan

menyampaikan hadist, hal tersebut disebabkan :18

1. Rasulullah memiliki suri tauladan yang baik. Jadi sahabat

rasulullah SAW menjadikan nabi muhamad SAW menjadi

panutan yang harus diikuti oleh orang orang yang beriman

kepada allah SWT, karena rasullah SAW memiliki akhlak

yang baik dan terpuji

2. Nabi Muhammad SAW sangat berpengetahuan dalam ajaran

islam karena beliau sebagai utusan allah untuk meyiarkan

agama islam, pada masa itu dikalangan sahabat sangat tertarik

kepada orang yang berpengetahuan tinggi, sehingga

18M. Syuhudi ismail, Kaedah kesahihan sanad hadis, (Jakarta: PT bulan bintang, 1995), hal11

Page 13: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

meyebabkan sahabat menjadikan rasulullah sebagai

pembimbing agama mereka

3. Saat menyampaikan dakwahnya nabi tidak mempersulit

dakwahnya, hal tersebut agar lebih mudah diterima oleh para

sahabat yang menghadiri majlis beliau, sehingga menarik

minat untuk mendengarkan dakwa rasulullah SAW hingga

selesai

4. Nabi memerintahakan agar para sahabat senantiasa untuk

menyampaikan pengajaran yang telah diterima untuk

disampaikan lagi kepada sahabat lain yang tidak hadir pada

saat itu

5. Berkumpulnya para delegasi dari berbagai wilayah setelah

fathul mekah, mereka ingin memeluk islam karena islam

mampu menjadi agama yang sangat cinta damai bagi seluruh

umatnya.

D. HADIST PADA MASA SAHABAT

Sahabat adalah mereka yang bertemu dengan Rasulullah saw  dalam

keadaan mu’min dan meninggal dalam keadaan mu’min. Selain memperhatikan

al-Qur’an, pada masa ini Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali secara sungguh-

sungguh memperhatikan perkembangan periwayatan hadis.

a) SETTING HISTORIS

1. Kedudukan hadist

Hadist menjadi perhatian sekunder yang dilandasi alqur’an, alqur’an

dianggap sebagai pokok dan hadist merupakan cabangnya yaitu menjelaskan

hal yang lebih pokok tersebut.al qur'an sebagai sumber hukum utama umat

islam jika di dalam al qur'an tidak menjelaskan suatu hukum suatu

permasalahan hadist bisa menjadi sumber rujukan hukum yang kedua19. Hadist

sebagai sumber hukum yang kedua, namun menuntut para sahabat untuk

selalu berpegang teguh dengan hadist dan mengamalkannya.

Pada masa sahabat al qur'an memang mejadi perhatian khusus selain

menjadi kitab umat islam, juga pada masa sahabat terjadi proses pembukuan

19zeid B.smeer, ulumul hadist, (Malang: UIN malang press, 2008), hal 1912

Page 14: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

alqur'an menjadi satu mushaf, para sahabat lebih berkonsentrasi untuk

membukukan al qur'an, para sahabat takut jika terkonsentrasi untuk hadist,

proses pembukuan alqur'an menjadi terabaikan, hal ini bisa menyebabkan

tercampurnya ayat ayat al qur'an dengan ayat yang bukan alqur'an, termasuk

hadist , karena hadist dan al qur'an mempunyai kesamaan dari segi bahasa,

yaitu menggunakan bahasa arab.

2. Adanya tasyabuh (penyerupaan kitab dengan agama lain)

Terjadi banyak problem yang dihadapi oleh para sahabat salah satunya

timbul kelompok yang murtad, timbulnya peperangan sehingga banyak penghafal

alquran yang gugur dan kosentrasi mereka untuk membukukan al qur’an.

Demikian pula kasus lain, kondisi orang orang asing/non arab yang masuk islam

yang tidak paham bahasa arab secara baik sehingga dikhawatirkan tidak bisa

membedakan al quran dan hadist.

Dalam kasus pembukuan alquran khalifah umar bin khatab sangat

khawatir jika terjadi adanya tasyabuh atau penyerupaan kitab agama islam

dengan agama lain yakni ahli kitab dari Yahudi dan Nasrani yang meninggalkan

kitab allah dan menggantikannya dengan kitab mereka dan menempatkan biogafi

para nabi mereka didalam kitab tuhan mereka20.

b) KARAKTERISTIK

1. Tasyadud fi riwayah (kesungguhan membatasi riwayat)

Para sahabat tetap memelihara hadist seperti halnya hadist hadist yang

diterimanya dari rasulullah SAW. Secara utuh ketika beliau masih hidup.Akan

tetapi, dalam meriwayatkannya mereka sangat berhati hati dan membatasi diri,

kehati hatian dalam meriwatkan dan usaha membatasi periwayatan yang

dilakukan oleh para sahabat disebabkan karena mereka mengkhawatirkan

terjadinya kekeliruan pada hdist yang diriwatkan. Mereka menyadari bahwa hadist

merupaka sumberhukum tasryi’ setelah alqur’an yang harus dijaga dari

kekeliruan, sebagaimana alnya al qur’an.

Oleh karena itu, para sahabat khususnya para Khulafa Ar-rasyidin (abu

bakar, umar, utsman dan ali) dan para sahabat lainnya, seperti Az-Zubair, ibnu

abbas dan abu ubaidah (w 18 H) berusaha memperketat periwayatan dan

20Abdul majid khon, ulumul hadist, (Jakarta: AMZAH, 2008), hal 5313

Page 15: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

penerimaan hadist. Untuk menyaring hadist yang akan diriwayatkan baik dari segi

perawi maupun kualitas sanad yang harus bersambung dan matan hadist hadist

yang akan diriwayatkan.

2. Taqlil ar riwayah

Para sahabat terkesan untuk meminimalisasi periwayatan hadist nabi21,

pada masa khalifah umar bin khatab memberlakukan hukuman dera bagi siapa

saja yang yang memperbanyak periwayatan hadist, ada beberapa faktor penyebab

mengapa sahabat membatasi riwayat, yaitu:

1) Pada masa khalifah abu bakar ash shidiq pusat perhatian masih tertuju

pada pemecahan masalah politik, yaitu terpusat demi kesetabilan umat

muslim sepeninggalan nabi Muhammad SAW.

2) Pada era sahabat masih banyak sahabat yang mengetahui hadist nabi,

sehingga setiap persoalan hukum dan social mereka mengetahui sendiri

jawabannya.

3) Para sahabat lebih memfokuskan dalam hal kegiatan penulisan dan

pengkodifikasian hadist nabi, dalam masa khlifah umar bin khattab

penyebaran al qur’an lebih di prioritaskan ketimbang hadist hal ini

disebabkan kekhawatiran oleh khalifah umar bin khatab jika hadist lebih di

utamakan maka pemeluk islam yang baru akan lebih mengutamakan

hadist ketimbang al qur’an yang hal tersebut telah menyalahi kedudukan al

qur’an sebagai kitab utama agama islam.

4) Para sahabat takut akan terjadinya pemalsuan hadist dan juga takut akan

terjerumus dosa kalau salah dalam meriwayatkan hadist.

3. Sistem periwayatan hadist

Ada 2 sistem dalam meriwayatkan hadist dari rasulullah.Pertama, dengan jalan

periwayatan lafzhi (redaksinya persis dengan yang diwurudkan rasulullah SAW).

Kedua dengan jalan periwayatan ma’nawy (makna).22

1) Periwayatan lafzhi

21 Abdul majid khon, ulumul hadist, (Jakarta: AMZAH, 2008), hal 48

22M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta, gaung persada, 2008), hal 5214

Page 16: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

Yaitu periwayatan hadist yang redaksi atau matannya persis seperti

yang diturunkan oleh rasulullah SAW. Hak ini dapat dilakukan apabila

mereka hafal hadist yang disabdakan oleh rasulullah SAW.

Mayoritas sahabat menempuh periwayatan hadist melalui jalan ini

mereka berusaha agar periwayatan hadist sesuai dengan redaksi dari

rasulullah SAW. Dan bukan mnurut redaksi mereka. Bahkan menurut ajaj

al-khatib, seluruh sahabat mengingkan agar periwayatan hadist itu

dilakukan dengan lafzhi agar tidak ada salah dalam menfalami hadist yang

diriwayatkan.

Sebagian dari mereka secara ketat melarang mereka agar secara

ketat melarang meriwayatkan hadist dengan carama’nawy bahkan mereka

tidak boleh mengganti satu huruf atau satu kata pun, diantara para ssahabat

yang menuntut meriwayatkan hadist dengan cara lafzhi adalah ibnu umar.

Dia sering menegur sahabat yang membacakan hadist yang berbeda walau

satu katapun, dengan apa yang didengar dari rasulullah SAW.

2) Periwayatan ma’nawy

Para sahabat lainnya berpendapat bahwa dalam keadaan darurat

karena tidak hafal persis seperti yang diwurudkan rasulullah, dibolehkan

meriwayatkan hadist secara ma’nawy. Periwayatan ma’nawy artinya

periwayatan hadist yang matannya tidak saama dengan yang didengar dari

rasulullah SAW, tetapi isi atau maknanya tetap terjagadengan utuh sesuai

dengan dimaksudkan oleh rasulullah SAW.

Periwayatan hadist yang ma’nawy mengakibatkan munculnya

hadist hadist yang redaksinya antara satu hadist dengan hadist lainnya

berlainan meskipun maksud dan maknanya.Hal ini sangat bergantung para

sahabat kepada para sahabat atau generasi berikutnya untuk meriwayatkan

hadist tersebut dengan hati hati.

4. Rihlah fi talabil hadist\ (perjalanan mendapatkan hadist nabi)

Tradisi melakukan perjalanan menuntut hadist sudah berlaku sejak masa

rasulullah SAW, beberapa sahabat mendengar risalah baru melakukan perjalanan

menghadap rasulullah SAW, melakukan perjalanan menuntut hadist merupakan

15

Page 17: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

hal yang umum, seringkali mereka menempuh perjalanan yang sangat jauh demi

mendengarkan satu hadist atau sekedar mengukuhkan atau mencermati hadist

yang diterima.

Sudah sewajarnya sahabat yang hendak mengumpulkan hadist rasulullah

SAW, harus melakukan Rihlah fi talabil hadist (perjalanan mendapatkan hadist

nabi) dari satu negara ke negara lain, menjumpai sahabat lainnya yang telah

mengambil hokum dari rasulullah SAW23, perjalanan mendapatkan hadist tidaklah

terhenti karena banyak umat islam saat itu melakukan hal ini untuk mengkaji

ulang atau menunjukan hadist yang diterima kepada ahlinya untuk diseleksi

c) PRODUK-PRODUK HADIST

Pada umumnya para sahabat tidak mensyaratkan apa-apa dalam menerima

hadist dari sesama mereka. Namun agar hadist tetap terjaga dari pemalsuan atau

hadist bohong maka para khalifah menggunakan cara apapun untuk

melindunginya, salah satu nya dengan menggunakan saksi saksi bagaimana hadist

tersebut diriwayatkan.24

Seseorang yang menyampaikan hadistnya dengan meminta seorang saksi

atau menyuruh seorang perawi bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, tidak

ada suatu peraturan dalam menerima hadist. Yang perlu dilakukandalam

menerima hadist yaitu kepercayaan penuh kepada perawi. Jika seorang sahabat

suatu waktu ragu tentang hadist yang telah dirawatkan sahabat lain, maka sahabat

yang ragu tersebut boleh meminta oarng yan meriwayatkan tadi mendatangkan

seorang saksi atau menyuruh dia untuk bersumpah.

Seleksi terhadap hadist nabi dan bukan hadist nabi

Seleksi terhadap hadist nabi pada masa-masa sahabat berlangsung sangat

ketat, para sahabat sangat membatasi dan sangat hati hati dalam menyeleksinya,

dalam menyeleksi hadist sendiri para sahabat hanya berbekal kewaspadaan, daya

ingat yang kuat dan ketelitian yang tinggi, karena keterbatasan alat indra juga

pernah terjadi kesalahan dalam menyeleksi, kesalahannya seputar kesalahan tidak

sengaja, salah mempersepsikan fakta dan juga kekeliruan lain biasanya dalam

23Muhammad ajaj al-khatib, Ushul al-hadist pokok pokok ilmu hadits, (Jakarta, gaya media pratama, 2001), hal 10024Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, sejarah & pengantar ulumu hadist, (Semarang: pt pustaka rizki putra, 1999), hal 47

16

Page 18: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

pengindraan terutama pendengaran, skala kesalahan diatas dapt diseleseikan

dengan baik oleh para sahabat yaitu dengan saling menegur atau mengingatkan

antar sahabat jika terjadi kesalahan.

Ada beberapa faktor agar hadist tersebut dapat diterima saat penyeleksian

yaitu dari segi matannya dan sanadnya, dari segi matan hadist tersebut harus tidak

tidak syadz dan juga tidak berillat, kemudian dari segi sanadnya, sanadnya harus

bersambung, perawi harus adil yaitu pada setiap kesehariannya tidak bertindak

zhalim, tidak menyimpang dan mempunyai kejujuran yang tinggi dan juga perawi

tersebut harus kuat hafalannya yaitu harus mampu menghafal apa yang didengar

kemudian mampu menyampaikan hafalan tersebut kapan dan dimana saja

diperlukan.

E. HADITS PADA MASA TABI’IN

Tabi’in adalah mereka yang bertemu dengan sahabat nabi dalam keadaan

beriman dan meninggal dalam keadaan beriman.

a) SETTING HISTORIS

1. Semakin jauhnya dari masa rasulullah membuat kecenderungan

mendapatkan hadits dari sahabat

Masa tabiin muncul pada abad kedua hijriyah yaitu tahun 100

hijriyah, kecenderuangan para tabi'in mendapatkan hadist dari para

sahabat, karena sahabat adalah guru yang paling menetahui perihal

rasulullah SAW bukan dari rasulullah langsung karena rasulullah telah

meninggal cukup lama dari masa ini25 yaitu tahun hijriyah, hal tersebut

menimbulkan kecenderungan mendapatkan hadits dari sahabat, pada masa

ini islam sudah mulai merbah semakin luas diberbagai wilayah dan juga

mulai muncul pengkodifikasian hadist yang dilakukan oleh khalifah umar

bin abdul aziz (w 101 H) pada tahun hijriyah.

Pada masa ini sahabat yang sangat berjasa menyebarkan ajaran

kepada kalangan tabi'in adalah .para sahabat menggunakan metode untuk

mengajarkan islam kepada para tabi'in agar mudah diserap ilmunya,

dikalangan tabi'in mulai berkurang yang memiliki kemampuan yang kuat

dan lebih cenderung menuliskannya.

25zeid B.smeer, ulumul hadist, (Malang: UIN malang press, 2008), hal 2317

Page 19: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

2. Merebahnya hadist ke berbagai wilayah

Setelah umat islam telah menguasai banyak wilayah, selanjutnya

mereka mulai mendakwahkan ajaran islam yang juga termasuk

mngajarkan hadist keberbagai wilayah yang telah dikuasai, sehingga masa

ini disebut masa (instisyar al-riwayah)26, banyak terdapat kota kota besar

sebagai tempat pembinaan dalam periwayatan hadist, sebagai tempat

tujuan para tabi'in memperoleh hadist, diantara kota kota tersebut adalah:

a. Madinah

Tokoh tokoh dari kalangan yang meriwayatkan hadist di

Madinah, antara lain: abu bakar, umar, ustman, ali (sebelum pindah

ke kufah), aisyah (w 52 H), ibn umar(w 72 H) abu said al-khudri

(w 74 H)

Dikalangan para tabi'in yang mendapatkan hadistt dari

sahabat diatar adalah salim ibn Abdullah ibn umar (w 106 H), abu

bakar ibn abdul ar-arahman ibn al harist ibn hisyam (w 94 H) dan

lain-lain

b. Mekah

Salah satu tokoh penyiar islam pada masa sahabat yaitu

Mu'adz ibn abbas, sedangkan dari kalangan tabi'in yang

memperoleh hadist yaitu atha ibn abi rabbah (w 114 H), abu zubair

Muhammad ibn muslim (w 136 H)

c. Kufah

penyiar islam dikalangan sahabat yang menyiarkan agama

islam di kufah yaitu Abdullah ibn mas'ud (w 32 H), sa'ad ibn abi

waqqash (w 54 H), sa'id ibn zaid (w 51 H), salman al farisi dan lain

lain

d. Jumlah perawi yang semakin banyak dan sangat dipengaruhi

oleh sekte

Setelah al qur'an sudah selesai dibukukan dan telah dihafalkan

secara urut, kemudian para umat muslim saat itu terfokus pada

26 hasan. Mustofa, ilmu hadist, (bandung: pustaka setia, 2012), hal 13018

Page 20: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

pendalaman hadist, yang memunculkan banyak sekali perawi perawi

hadist, dampak dari banyaknya perawi bisa memunculkan sekte sekte 27dan

sangat berdampak pada tingkat keontektikan hadist, munculnya hadist

palsu juga disebabkan oleh faktor ini, contoh adanya sekte khawarij,

mu'tazilah dan lain sebagainya.

Para pelaku sekte pada masa itu kebanyakan bertujuan untuk

mengklaim, bahwa alirannya yang paling benar atau memiliki hadist yang

paling shahih, hal tersebut menimbulkan inisiatif untuk membentengi

hadist dari kepalsuan, yaitu dengan cara:

Kodifikasi hadist secara resmi

Agar hadist tetap terjaga dari berbagai bentuk pemalsuan

dan agar tidak hilang, maka dilakukan usaha pembukuan, inisiatif

ini muncul pada masa khalifah umar ibn abdul aziz (w 101 H),

Beliau sadar bahwa  para perawi yang membendaharakan hadits 

dalam kepalanya, semakin lama banyak yang meninggal. Beliau

khawatir apabila tidak segera dibukukan hadits dari para

perawinya,kemungkinan hadits-hadits tersebut itu akan lenyap dari

muka bumi ini.

Al-jarh wa ta'dili

Suatu metode untuk menyeleksi hadist sebagai alat untuk

mendeteksi kualitas perawi dan sekaligus menyaring hadist hadist

yang bermasalah, metode ini muncul karena melemahnya kualitas

hafalan ditambah lagi munculnya sekte sekte yang

menyalahgunakan hadistsebagai alat legitimasi paham mereka.

Merumuskan kaidah kaidah dan kriteria peneriamaan hadist,

penyeleksiannya terhadap perawi yang dikenal kepribadiannya dan

tergolong perawi yang berkompeten dalam masalah hadist.

b) KARAKTERISTIK

27zeid B.smeer, ulumul hadist, (Malang: UIN malang press, 2008), hal 2619

Page 21: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

1. Adanya pemisahan antara alqur'an dan hadist dalam bentuk tulisan

dan tersusun dalam bentuk kitabdan tercampurnya antara hadist

nabi dan fatwa sahabat

Pada masa tabi'in sudah dapat dipisahakan karena penulisan al

qur'an telah selesai pada tahun hijriyah, sedangkan hadist sendiri dalam

proses pembukuan, yang pertama kali mempelopori penyusunan hadist

yaitu khalifah umar ibn abdul aziz. Perhimpunan pada masa ini masih

tercampur dengan fatwa sahabat.

Bercampurnya hadits dengan fatwa sahabat28. Dalam kodifikasi

hadits abad ke dua, para ulama’ berhasil menyusun kitab tadwin. Dalam

kitab-kitab mereka, belum adanya klasifikasi antara hadits marfu’, mauquf

dan maqthu’ juga belum ada pembagian secara shahih, hasan dan dhaif.

Sehingga para ulama’ penyusun tadwin ini tidak melakukan penyaringan

dan pemisahan terhadap hadits-hadits yang mereka lakukan.

2. Adanya kodifikasi hadist

Pada masa sahabat belum ada pembukuan hadis secara resmi yang

diprakarsai pemerintah, padahal peluang untuk membukukan hadis terbuka

namun bnyak sahabat yang melakukan pencatatan hadist, perbedaan antara

kodifikasi hadis secara resmi dari penulisan hadis adalah Kodifikasi hadis

secara resmi dilakukan oleh suatu lembaga administratif yang diakui

masyarakat, sedang penulisan hadis dilakukan oleh perorangan, Kegiatan

kodifikasi hadis tidak hanya menulis, tapi juga mengumpulkan,

menghimpun serta mendokumentasikannya. Dan Tadwin hadis

dilakukannya secara umum, yang melibatkan segala perangkat yang

dianggap berkompeten terhadapnya, sedang penulisan hadis dilakukan

oleh orang-orang tertentu.

Pada masa tabi’in wilayah islam bertambah luas. Perluasan daerah

tersebut diikuti dengan penyebaran ulama untuk menyampaikan ajaran

islam di daerah-daerah, termasuk ulama hadis..Maka kondisi tersebut

sebagai alasan kodifikasi hadis. Selain itu alasan lain mengapa kodifikasi

perlu dilakukan adalah adanya pertama kekhawatiran hilangnya hadis-

28 Abdul majid khon, ulumul hadist, (Jakarta: AMZAH, 2008), hal 6020

Page 22: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

hadis, dengan meninggalnya para ulama di medan perang. Kedua,

kekhawatiran akan tercampurnya dengan hadist palsu

Kodifikasi disebut juga tadwin. Tadwin al-hadits mempunyai

makna penulisan hadis Nabi ke dalam suatu buku (himpunan, dan

susunan) yang pelaksanaanya dilakukan atas legalitas pemerintahan

khalifah umar ibn abdul aziz (w 101 H),29 khalifah umar ibn abdul aziz

mengintruksikan kepada para penjabat daerah unutk mengumpulkan para

penghafal hadist dengan mengirim surat kepada penjabat daerah yang

berisi

ع�ن� �ث� �ح�د�ي ال م�ن� �د�ك� ن ع� �ت� �ب �ث ي �م�ا ب �ي� �ل ا �ب� �ت �ك ا

�ت� ي خ�ش� ى �ن ف�إ وسلم عليه الله صلى الله� و�ل� س� ر�

�م�اء� �ع�ل ال و�ذ�ه�اب� � �م �ع�ل ال و�س� د�ر�”perhatikan atau periksalah hadist hadist rasulullah SAW

kemudian tuliskanlah! Aku khawatir akan lenyapnya ilmu dengan

meninggalnya para ulama (para ahlinya) dan janganlah kamu terima

kecuali hadist hadist dari rasulullah SAW"

c) PRODUK HADIST

Pada masa pemerintahan khaliah kedelapan yaitu khalifah umar bin abdul

aziz (99-101 H), menganggap perlunya penghimpunan hadist, karena khawatir

akan hilang dan lenyap apa saja yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW setelah

wafatnya para sahabat yang menhafal hadist, kemudian beliau mengintruksikan

kepada seluruh gubernur dinegeri islam agar para tabi’in segera menghimpun

hadist.yang

Menurut pendapat yang paling populer orang yang pertama kali

melakukan intruksi khalifah umar bin abdul aziz yaitu ibnu asy-syihab az-

zuhri30(d 60).yang dimaksud disini orang yang menhimpun hadist secara formal

dan hadistnya ditulis secara menyeluruh.berikut ini aktivitas dibeberapa kota

islam yang melakukan penghimpunan beserta orang yang melakukan

penghimpunannya yaitu:

29M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta: gaung persada, 2008), hal 47

30 Abdul majid khon, ulumul hadist, (Jakarta: AMZAH, 2008), hal 6021

Page 23: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

3) Abdullah bin abdul aziz bin juraij (w 150 H) di mekah

4) Ibnu ishak (w 151 H) di mekah

5) Abdurahman abu amr al auza’i (w 156 H) di syiria

6) Sufyan ats tsauri (w 161 H) di kufah

7) Imam malik bin anas (w 179 H) di madinah

8) Ar rabi’ bin shabih (w 160 H) di bashrah

9) Al laits bin sa’ad (w 175 H) di mesir

10) Ibn mubarak (w 181 H) di khurasan

11) Ma’mar al azdy (w 153 H) di yaman

Setelah dilakukan kodifikasi hadist, munculah kitab kitab hadist yang

dibuat oleh para tabi’in diantaranya yaitu:31

1. Al-Mushannaf secara bahasa diartikan sesuatu yang tersusun. Dalam

bahasa istilah, yaitu teknik pembukuan hadis yang didasarkan pada

klasifikasi hokum fiqh dan di dalamnya mencantumkan hadis marfu’,

mawquf, dan maqthu, yang menulis hadist ini misalnya:

a. al musahanaf sy’bah ibn hajaj (160 H)

b. al musahanaf sufyan ibn unaiyah (198 H)

c. al musahanaf al laits ibn sa’ad (w 175 H)

d. al musahanaf al auza’i ( w 150 H)

e. al musahanaf al humady (w 219 H)

2. Al muwaththa’ secara bahasa diartikan suatu yang dimudahkan, selain itu

pengertian secara istilah al muwaththa’ mempunyai arti yang sama

dengan al mushanaf yaitu tekhnik pembukuan hadist yang didasarkan

pada klasifikasi hukum fiqh dan didalamnya mencantumkan hadist

marfu’, hadist mawquf, dan hadist maqthu’, misalnya al muwaththa’

imam malik (95-179H)

3. Al-jami, yaitu teknik pembukuan hadis yang mengakumulasi Sembilan

masalah, yaitu aqa’id, hokum, perbudakan (riqaq), adab makan minum,

tafsir, tarikh dan sejarah, sifat-sifat akhlak (syama’il), fitnah (fitan), dan

sejarah (manaqib). Misalnyaal jami’ abdul razzaq as-san’any (w 211 H)

4. Musnad secara bahasa ialah tempat sandaran, sedangkan dalam istilah

adalah pembukuan hadis yang didasarkan pada nama para sahabat yang

meriwayatkan hadis tersebut, seperti:

a. al musnad abu hanifah (w 150 H) b. al musnad zaid bin ali

31ibid., hal 6122

Page 24: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

c. al musnad al imam asy syafi’i (w 204 H)

F. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas kita mengambil kesimpulan

bahwa rasulullah SAW, para sahabat dan para tabi’in sangat bersungguh

sungguh untuk menyebarkan agama islam, hal tersebut dapat dirasakan

hingga saat ini yaitu semakin banyaknya umat islam didunia ini.

Sejarah perkembangan hadist dibagi menjadi tujuh periode yaitu

dimulai dari masa rasulullah hingga masa masa kita sekarang, periode

pertama (zaman nabi muhammad SAW), periode kedua (masa sahabat

khulafaur rasyidin), periode ketiga (masa sahabat kecil dan tabi’in besar),

periode ke empat (masa pembukuan hadist), masa kelima (masa

kodifikasi hadist), masa keenam (abad ke 4 H sampai 656 H) dan periode

ke tujuh (dari tahun 656 H sampai saat ini)

Dari makalah diatas dibahas masa rasulullah SAW, masa

sahabat dan masa tabi’in perbedaan perkembangan hadist dari ketiga

masa tersebut dapat dilihat darisegi periwayatannya, yaitu pada zaman

rasulullah SAW dan sahabat periwayatan sangat dibatasi sedangkan pada

23

Page 25: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

masa tabi’in periwayatan sudah mulai dilkukan dengan baik yaitu

ditandai dengan kodifikasi hadist dan memunculkan kitab kitab hadist.

DAFTAR PUSTAKA

Smeer, zeid B. Ulumul hadist.Malang :UIN malang prees. 2008

Khon, abdul majid.Ulumul hadis.Jakarta :bumi aksara. 2008

Ismail ,syuhudi. Kaedah kesahihan sanad hadis.Jakarta :PT bulan bintang. 1995

Sulaiman, noor.Antologi ilmu hadits.Jakarta : gaung persada prees. 2008

Indri. Studi hadits. Jakarta:kencana. 2010

Rodliyana, muhammad dede. Perkembangan pemikiran ulum al-hadits ari klasik hingga modern.Bandung :pustaka setia. 2004

Ash shiddieqy, teungku muhammad hasbi. Sejarah & pengantar ilmu hadits. Semarang: pt pustaka rizki putra. 1999

Mudasir, M. Ilmu hadist. Bandung: pustaka setia. 2008

Solahudin.Ulumul hadist.Bandung : pustaka setia. 2013

24

Page 26: Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin

Rohman, fatchur. Ilmu ilmu hadist. Bandung: PT al ma’arif. 1974

Al-khathib, muhammad ajaj. Ushul al-hadist pokok pokok ilmu hadits. Jakarta: Gaya media pratama. 2001

Hasan, mustofa. Ilmu hadits. Bandung:pustaka setia. 2012

25