ulumul hadistbab i

21
BAB I PENDAHULUAN Hadits Nabi Muhammad SAW berkedudukan sebagai sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur’an, dimana pengertian hadits yaitu ‘segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi Muhammad SAW yang bersang kutan dengan hukum. Hadits dikatakan lengkap apabila terdiri dari tiga unsur pokok penyusunnya yaitu adanya sanad (sandaran atau jalannya sebuah hadits; yang terdapat para perawi-perawi hadits didalamnya), matan (isi atau lafazd hadits; yang terletak sesudah matan hadits) dan rawi (orang yang terakhir kali meriwayatkan dan membukukan hadits). Ulumul Hadits merupakan ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan tentang hadits Nabi Muhammad SAW, yang memiliki beberapa cabang ilmu lagi salah-satunya adalah ilmu Rijalul Hadits yaitu ilmu yang membahas tentang para perawi-perawi yang terdapat di dalam matan suatu Hadits. Uraian lebih lanjut tentang ilmu Rijalul Hadits akan dibahas pada bab selanjutnya. 1

Upload: ardy-suardy

Post on 07-Aug-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ulumul HadistBAB I

BAB IPENDAHULUAN

Hadits Nabi Muhammad SAW berkedudukan sebagai sumber hukum

islam yang kedua setelah Al-Qur’an, dimana pengertian hadits yaitu ‘segala

perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi Muhammad SAW yang bersang kutan

dengan hukum. Hadits dikatakan lengkap apabila terdiri dari tiga unsur pokok

penyusunnya yaitu adanya sanad (sandaran atau jalannya sebuah hadits; yang

terdapat para perawi-perawi hadits didalamnya), matan (isi atau lafazd hadits;

yang terletak sesudah matan hadits) dan rawi (orang yang terakhir kali

meriwayatkan dan membukukan hadits).

Ulumul Hadits merupakan ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan

tentang hadits Nabi Muhammad SAW, yang memiliki beberapa cabang ilmu lagi

salah-satunya adalah ilmu Rijalul Hadits yaitu ilmu yang membahas tentang para

perawi-perawi yang terdapat di dalam matan suatu Hadits. Uraian lebih lanjut

tentang ilmu Rijalul Hadits akan dibahas pada bab selanjutnya.

1

Page 2: Ulumul HadistBAB I

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Rijal al-Hadits

Ilmu Rijal al-Hadits merupakan suatu ilmu yang tinggi nilainya, besar

pengaruhnya dan kita sangat memerlukannya, yang merupakan separuh dari ilmu

hadits. Hadits terdiri dari sanad dan matan. Dan sanad merupakan para perawi,

maka dengan mengetahui keadaan mereka, perjalanan hidup mereka, merupakan

separuh dari ilmu hadits ini.

Ilmu Rijal al-hadits ialah ilmu yang mempelajari tentang sejarah perawi-

perawi hadits yang berpegang kepada mazhab itu, dapat diterima atau ditolak

riwayat mereka, dan pegangan-pegangan mereka, serta cara mereka menerima

hadits.

Ilmu Rijal al-Hadits merupakan suatu ilmu yang didalam ilmu itu dibahas

tentang keadaan-keadaan perawi-perawi, perjalanan hidup mereka, baik mereka

dari golongan sahabat, golongan tabi’in dan tabi’it tabi’in.

B. Manfaat Mempelajari Sanad

Keutamaan mempelajari sanad (para perawi) akan menentukan hasil hadits

yang diperoleh darinya, dan hasil-hasil itulah yang sangat mulia dan sangat tinggi.

Dengan sanad-lah dapat diketahui hadits mana yang dapat diterima, mana yang

ditolak, mana yang sah diamalkan, mana yang tidak sah. Kebanyakan hukum dan

penjelasan-penjelasan tentang al-Qur’an bersumber kepada hadits-hadits yang kita

peroleh sesudah mempelajari sanad. Banyak hadits-hadits dan atsar-atsar yang

menerangkan keutamaan sanad.

2

Page 3: Ulumul HadistBAB I

Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Sirin bahwa beliau itu berkata : “Ilmu

ini (hadits) ialah agama, karenanya telitilah orang-orang yang kamu mengambil

agamamu daripadanya.”

Abdullah ibn al-Mubarak berkata : “Menerangkan sanad hadits termasuk

tugas agama. Andai kata tidak diperlukan sanad, tentu siapa saja dapat

mengatakan apa yang dikehendakinya. Antara kami dan mereka adalah sanad.

Perumpamaan orang yang mencari hukum-hukum agamanya tanpa memerlukan

sanad, adalah semisal orang yang menaiki loteng tanpa tangga.”

Asy-Syafi’y berkata : “Perumpamaan orang yang mencari (menerima)

hadits tanpa sanad, sama dengan orang yang mengumpulkan kayu api dimalam

hari yang gelap.”

C. Faktor-Faktor Yang Mendorong Munculnya Imu Rijal al-Hadits

Beberapa faktor yang mendorong munculnya Ilmu Rijal al-Hadits yaitu :

Tidak seluruh hadits diriwayatkan secara mutawatir. Bahkan sebagian

besar hadits diriwayatkan secara ahad, meskipun keahadan sanad ada di

tingkat sahabat. Sehingga muncul keraguan akan keotentikan hadits yang

diriwayatkan secara ahad.’

Proses kodefikasi (pembukuan) hadits terjadi pada masa yang sangat jauh

dari wafatnya Rasulullah SAW, sehingga muncul keraguan keotentikan

hadits, apakah memang benar-benar berasal dari Rasulullah SAW atau

tidak.

3

Page 4: Ulumul HadistBAB I

Berdasarkan Firman Allah SWT, QS. Al-Hujarat ayat 6 :

�وا �ص�يب ت �ن أ �وا �ن �ي �ب ف�ت � �إ �ب �ن ب ف�اس�ق� �م ج�اء�ك �ن إ �وا آم�ن �ذ�ين� ال $ه�ا ي� أ �ا ي

�اد�م�ين� ( ن �م ت ف�ع�ل م�ا ع�ل�ى �ح�وا �صب ف�ت �ة� ه�ال �ج� ب )6ق�وم.اArtinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar

kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum

tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu

menyesal atas perbuatanmu itu.”

D. Syarat-Syarat Perawi

Ada beberapa persyaratan tertentu bagi seorang perawi dalam upaya

meriwayatkan hadits, semua ulama hadits, Ushul Fiqh mensyaratkan untuk orang

yang dapat kita berhujjah dengan riwayatnya, baik dia laki-laki ataupun

perempuan, syarat-syarat tersebut yaitu :

1. Baligh, artinya sudah cukup umur ketika meriwayatkan hadits.

2. Muslim, artinya beragama islam waktu menyampaikan hadits.

3. Adil, artinya orang baliqh dan berakal yang tidak mengerjakan dosa

besar dan kecil.

4. Dhabith, artinya tepat menangkap apa yang didengarnya, dan

dihapalnya dengan baik.

5. Tidak Syadz, artinya hadits yang diriwayatkan tidak berlawanan

dengan hadits yang lebih kuat atau dengan Al-Qur’an.

Ilmu Rijal al-Hadits terbagi atas dua yaitu :

1. Ilmu tarikhir Ruwah ialah “Ilmu yang mengenalkan kepada kita perawi-

perawi hadits dari segi mereka meriwayatkan hadits. Maka ilmu ini

4

Page 5: Ulumul HadistBAB I

menerangkan keadaan-keadaan perawi, hari kelahirannya, kewafatannya,

guru-gurunya, masa mulai mendengar hadits dan orang-orang yang

meriwayatkan hadits dari padanya, negerinya, tempat kediamannya,

perlawatan-perlawatannya, sejarah kedatangannya ke tempat-tempat yang

dikunjungi dan segala yang berhubungan dengan hadist”. (biografi para

perawi)

2. Ilmu Jarhi wat Ta’dil ialah “Ilmu yang menerangkan tentang cacat-cacat

yang dihadapkan kepada para perawi dan tentang pentakdilannya

(memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus

dan tentang martabat-martabat kata-kata”. Ilmu ini pada hakekatnya

merupakan suatu bagian dari ilmu Rijal al-Hadits. Akan tetapi, karena

bagian ini dipandang sebagai bagian yang terpenting maka ilmu ini

dijadikan sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Perbedaan ilmu rijal al-hadist dengan ilmu sejarah perawi (tarikh rijal),

ilmu thabaqat dan ilmu jarh wa at-ta’dil:

1. Ilmu sejarah perawi (tarikh rijal) ialah ilmu yang membahas tentang hari

kelahiran dan wafat perawi. Dengan ilmu ini, kita dapat menetapkan ke-

muttashil-an (kesinambungan) sanadnya atau ke-munqathi’-annya

(terputus). Seorang perawi yang mengaku mendengar hadist dari seorang,

tidak dapat kita tolak pengakuannya, terkecuali kalau kita mengetahui hari

lahirnya ketika orang sebelumnya wafat.

2. Ilmu thabaqat ialah ilmu yang membahas tentang orang-orang yang

berserikat dalam suatu urusan (orang-orang yang semasa dan sekerja).

5

Page 6: Ulumul HadistBAB I

Faedah mengetahui ilmu ini ialah dapat membedakan orang-orang yang

senama dan tidaklah disangka pada yang lain, hal ini diketahui dengan

jalan umur dan pengambilan (sama-sama berguru pada seorang guru).

3. Ilmu jarh wa at-ta’dil ialah ilmu yang dengannya dapat kita ketahui siapa

yang diterima dan ditolak dari perawi-perawi hadist.

E. Biografi Beberapa Perawi Hadist

a. Abu Hurairah

Abu Hurairah adalah Abd ar-Rahman ibn Sakhr ( Abdullah ibn Sahkr) ad-

Dausy at-Tamimy. Beliau lahir tahun 21 sebelum Hijrah atau 602 M. para ahli

sejarah berbeda pendapat nama beliau ini. Demikian pula tentang nama ayahnya.

Beliau sendiri menerangkan bahwa di masa Jahiliyah beliau bernama Abu Syams.

Setelah memeluk islam, beliau diberi nama oleh Nabi saw, dengan Abd ar-

Rahman atau Abdullah, ibunya bernama Maimunah, yang memeluk islam berkat

seruan Nabi saw.

Abu Hurairah datang ke Madinah pada tahun khaibar yakni pada bulan

Muharram tahun 7 H, lalu memeluk agama islam. Selain beliau memeluk islam,

beliau menetap beserta Nami saw dan menjadi ketua jamaah Ahlus Suffah.

Karena inilah beliau mendengar hadist dari Nabi saw. Menurut penthaqiqan Baqy

ibn Makhlad, seperti yang dikutib oleh Ibnu Dausy, beliau meriwayatkan hadist

sejumlah 5.374 hadist, menurut Al-Kirmany 5.364 hadist. Dari jumlah tersebut

325 hadist disepakati oleh Al-Bukhary dan Muslim. Al-Bukhary sendiri

6

Page 7: Ulumul HadistBAB I

meriwayatkan 93 hadist dan Muslim sendiri meriwayatkan sejumlah 189 hadist.

Lebih dari 800 perawi menerima hadist dari beliau.

Abu Hurairah adalah orang yang pertama diantara tujuh sahabat yang

banyak meriwayatkan hadist. Al-Hafizh Ibnu Hajar telah menerangkan

keistimewaan Abu Hurairah dala kitab Al-Ishabah. Abu Hurairah pernah menjadi

gubernur Madinah, dan pada pemerintahan Umar, beliau diangkat menjadi

gubernur di Bahrain, kemudian beliau diberhentikan. Beliau meninggal di

Madinah pada tahun 99 H (679 M).

b. Anas Ibn Malik

Anas ibn Malik adalah Abu Tsumamah (Abu Hamzah) Anas ibn Malik ibn

Nardhr ibn Dhamdham al-Najjary al-Anshary, seorang sahabat yang telah selalu

melayani Rasulullah selama 10 tahun. Anas dilahirkan di Madinah pada tahun 10

sebelum hijrah (612 M). setelah Rasul tiba di Madinah, ibunya menyerahkan Anas

kepada rasul untuk menjadi khadam (pelayan) rasul. Setelah Rasul wafat, Anas

pindah ke Bashrah sampai akhir hayatnya.

Beliau meriwayatkan sejumlah 2.276 atau 2.236 hadist. Sejumlah 166

hadist disepakati oleh Al-Bukhary dan Muslim, 93 diantaranya diriwayatkan oleh

Al-Bukhary dan 70 diriwayatkan oleh Muslim. Hadist-hadistnya diriwayatkan

oleh anak-anaknya yaitu Musa An-Nadir dan Abu Bakar.

Anas ibn Malik wafat di Bashrah pada tahun 93 H (712 M) dalam usia 100

tahun. Qatadah mengatakan bahwa di hari Anas wafat, Muwarrid berkata ‘hari ini

telah lenyap separuh ilmu’.

7

Page 8: Ulumul HadistBAB I

c. Aisyah ash-Shiddiqiyah

Aisyah ash-Shiddiqiyah adalah Aisyah binti Abi Bakr ash-Shiddiq. Ibunda

beliau bernama Ummu ruman binti Amr ibn Umaimir al-Kinaniyah. Aisyah

dilahirkan sesudah Nabi saw diangkat menjadi Rasul. Beliau wafat pada bulan

Ramadhan sesudah melakukan shalat Witir pada tahun 57 atau 58 H (688 M).

Beliau meriwayatkan 2.210 hadits, Al-Bukhari dan Muslim menyepakati sejumlah

170 Hadits.

Beliau meriwayatkan hadits dari Nabi saw dan dari para sahabat.

Diantaranya ialah ayahanda beliau sendiri, Umar Hamzah ibn al-Aslamy, Sa’ad

ibn Abi Waqqash, Fathimah az-Zahrah. Hadits-hadits nya diriwayatkan oleh

banyak sahabat dan tabi’in. diantara para tabi’in adalah Said ibn al-Musayyab

Abdullah ibn Amr ibn rabi’ah, Urwah, Asy-Sya’by.

d. Asy-Syafi’y

Asy-Syafi’y adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris ibn al-Abbas ibn

Syafi’y ibn as-Sa’ib ibn Ubaid ibn Abdul Yaziz ibn Hasyim ibn Abdul Muththalib

ibn Abdu Manaf al-Muththaliby al-quraisyi, salah searang dari pembangun

mazhab yang tersebar luas di dunia Islam. Beliau dilahirkan pada tahun 150 H dan

wafat pada tahun 204 H. beliau meriwayatkan hadits dari Malik, Ibrahim ibn

Sa’ad, Uyainah, Amar ibn Muhammad ibn Ali ibn Syafi’y dan lain-lain. Beliau

telah menghafal Al-Qur’an di waktu berumur 7 yahun dan menghafal Al-

Muwaththa’ di waktu berumur 10 tahun.

Diantara hasil karyanya adalah kitab Ar-Risalah, Ikhtilaf al-Hadits, Jama’

al-‘Ilmi,Ibthal al-Istihsan, Ahkam al-Qur’an, Bayan al-Fardhi, Shifat al-Amri wa

8

Page 9: Ulumul HadistBAB I

an-Nahyi, Ikhtilaf al-Malik wa asy-Syafi’y, Al-Umm, As-Sunan dan beberapa

kitab lain.

e. Al-Bukhary

Al-Bukhary adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn

al-Mughirah al-Ja’fy. Kakek-kakek beliau beragama Majusi. Beliau dilahirkan di

Bukhara sebagai seorang anak yatim pada malam hari raya puasa pada tahun 194

H (810 M), dan wafat pada tahun 256 H (870 M). kakeknya yang mula-mula

memeluk islam ialah Al-Mughirah diislamkan oleh Al-Yaman al-Ja’fy, gubernur

Bukhara. Karenanya beliau dikatakan Al-Ja’fy. Ayah beliah adalah seorang ahli

hadits, yang meninggal sewaktu beliau masih kecil dan meninggalkan untuknya

banyak harta. Karena itu beliau dididik oelh ibunya dan beliau mendapat pelajaran

pertama dari seorang ulama fiqh.

Pada usia 10 tahun, beliau mulai menghafal hadits dan umur 16 tahun

beliau menghafal kitab-kitab susunan Ibnu al-Mubarak dan Waki’ serta melawat

untuk menemui ulama hadits di berbagai kota. Beliau melawat ke Maru,

Naisabury, Rey, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir, Damaskus

dan Asqalan. Beliau meriwayatkan hadits dari segolongan penghafat hadits,

diantaranya makky ibn Ibrahim al-Balkhy, Abdan ibn Ustman al-Marwazy,

Abdullah ibn Musa al-Qaisy, Abu Ashim asy-Syaibany, Muhammad ibn Abdullah

al-Anshary, Muhammad ibn Yusuf al-Firyabi, Abu Nu’aim al- Fadhel ibn Dikkin,

Ali ibn al-Madiny, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn Ma’in, Isma’il ibn Idris al-

Madiny, Ibnu Rahawaih dan lain-lain.

9

Page 10: Ulumul HadistBAB I

Al-Bukhary telah membuat suatu cara baru yang kuat untuk membedakan

antara hadits yang shahih dan yang tidak, sedang kitab-kitab yang

sebelumnyatidak berbuat demikian, hanya mengumpulkan hadits yang sampai

pada penulis kitab, sedang pembahasan perawi-perawinya diserahkan kepada

orang-orang yang akan mempelajarinya saja. Beliau sendiri berkata “Dalam kitab

Ash-Shahih aku takhrij-kan dari 600.000 hadits dan setiap aku akan menulis

hadits di dalamnya terlebih dahulu aku mandi dan bershalat dua rakaat.” Hadits-

hadist beliau diriwayatkan oleh Abu Zur’ah, Abu Hatim, Ibnu Abid Dun’ya, Ibnu

Khuzaimah, Al-Fadhel ibn Abbas ar-Razy, Abu Quraisy Muhammad ibn Jum’ah

al-Qahsatany, Muhammad ibn Yusuf al-Firyabi yang meriwayatkan kita Ash-

Shahih darinya.

Al-Bukhary mempunyai hafalan yang sangat kuat khususnya dalam bidang

hadits, dalam masa kanak-kanak beliau telah menghafal 70.000 hadits lengkap

denga sanadnya. Beliau mengetahui hari lahir, hari wafat dan tempat-tempat para

perawi hadits dan dicatatnya pula apa yang beliau hafal itu. Beliau mempunyai

keahlian dalam berbagai bidang ilmu hadits. Beliau adalah orng yang pertama

yang menyusun kitab shahih yang kemudian jejaknya diikuti oleh nama-nama lain

sesudahnya. Beliau menyusun kitabnya itu dalam waktu 16 tahun.

Diantara kitab-kitabnya ialah Al-Adab al-Mufrad, Raf’u al-Yadaini fish

Shalati, Al-Qira’ah khalfa al-Imam, Birr al-Walidaini, At-Tarih al-Kabir, At-

Tarikh ash-Shaghir, Adh-Dhu’afa’, Al-Jami’ al-Kabir, At-Tafsir al-Kabir, Asyri-

bah, Al-Hibah, Asam ash-Shahabah, Al-Mabsuth, Al-‘llal, Al-Kuna dan Al-

Fawa’id.

10

Page 11: Ulumul HadistBAB I

f. Muslim

Muslim adalah Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-

Qusyairy an-Naisabury, salah seorang imam hadits yang terkemuka. Beliau

dilahirkan pada tahun 206 H dan wafat di Naisabury pada tahun 261 H. beliau

melawat ke Hijaz, Iraq, Syiria dan Mesir untuk mempelajari hadits dari ulama

hadits. Beliau meriwayatkan hadits dari Yahya ibn Yahya an-Naisabury, Ahmad

ibn Hanbal, Ishaq ibn Rahawaih dan Abdullah ibn Maslamah Al-Qa’naby, Al-

Bukhary dan lain-lain. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh ulama Baghdad yang

sering beliau datangi, At-Tirmidzy, Yahya ibn Said, Muhammad ibn Abd al-

Wahhab Al-Farra’, Ahmad ibn Salamah, Abu Awanah, Ya’qub ibn Ishaq al-

Isfarayiny, Nashr ibn ahmad dan lain-lain.

Abu Abdullah Muhammad ibn Ya’qub menerangkan bahwa ketika Al-

Bukhary berdiam di Naisabury, Muslim sering mengunjunginya, tetapi setelah

terjadi perselisihan paham antara Muhammad ibn Yahya denga Al-Bukhary dalam

masalah lafal Al-Qur’an, Muhammad ibn Yahya mencegah orang-orang

mengunjungi Al-Bukhary, Al-Bukhary meninggalkan kota. Murid-muridnya pun

menjauhkan diri terkecuali Muslim, walaupun Muhammad ibn Yahya tidak

menyukai Muslim menghadiri majelis Al-Bukhary. Sebagian ulama berkata

“Kitab Muslim adalah kitab yang kedua sesudah kitab Al-Bukhary dan tidak ada

seorang pun yang menyamai Al-Bukhary dalam mengkritik sanad-sanad hadits

dan perawi-perawinya selain dari Muslim.”

11

Page 12: Ulumul HadistBAB I

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ilmu Rijal al-Hadits merupakan suatu ilmu yang didalam ilmu itu dibahas

tentang keadaan-keadaan perawi-perawi, perjalanan hidup mereka, baik

mereka dari golongan sahabat, golongan tabi’in dan tabi’it tabi’in.

2. Manfaat mempelajari sanad yaitu : dengan sanad-lah dapat diketahui

hadits mana yang dapat diterima, mana yang ditolak, mana yang sah

diamalkan, mana yang tidak sah. Asy-Syafi’y berkata : “Perumpamaan

orang yang mencari (menerima) hadits tanpa sanad, sama dengan orang

yang mengumpulkan kayu api dimalam hari yang gelap.”

3. Beberapa faktor yang mendorong munculnya Ilmu Rijal al-Hadits yaitu :

Tidak seluruh hadits diriwayatkan secara mutawatir. Bahkan sebagian

besar hadits diriwayatkan secara ahad, meskipun keahadan sanad ada

di tingkat sahabat. Sehingga muncul keraguan akan keotentikan hadits

yang diriwayatkan secara ahad.’

Proses kodefikasi (pembukuan) hadits terjadi pada masa yang sangat

jauh dari wafatnya Rasulullah SAW, sehingga muncul keraguan

keotentikan hadits, apakah memang benar-benar berasal dari

Rasulullah SAW atau tidak.

Berdasarkan Firman Allah SWT, QS. Al-Hujarat ayat 6 yang Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

12

Page 13: Ulumul HadistBAB I

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu

itu.”

4. Syarat-syarat perawi haditst yaitu :

Baligh, artinya sudah cukup umur ketika meriwayatkan hadits.

Muslim, artinya beragama islam waktu menyampaikan hadits.

Adil, artinya orang baliqh dan berakal yang tidak mengerjakan dosa

besar dan kecil.

Dhabith, artinya tepat menangkap apa yang didengarnya, dan

dihapalnya dengan baik.

Tidak Syadz, artinya hadits yang diriwayatkan tidak berlawanan

dengan hadits yang lebih kuat atau dengan Al-Qur’an.

5. Beberapa Perawi Hadist : Abu Hurairah, Anas Ibn Malik, Aisyah ash-

Shiddiqiyah, Asy-Syafi’y, Al-Bukhary, Muslim.

13

Page 14: Ulumul HadistBAB I

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad dan M. Mudzakir. 2000. Ulumul Hadits. Bandung : CV.

Pustaka Setia.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu

Hadits. Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra.

Assa’idi, Sa’dullah. 1996. Hadis-Hadis Sekte. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Haque, M. Atiqul. 2004. Jejak-Jejak Hadits: Khazanah Hadits dalam Kisah.

Bandung: MQ Publishing.

http://rijalulhadits.blogspot.com/ diakses tanggal 12 Desember 2012.

14