sahabat dalam periwayatan hadist

35
Tugas Kelompok Dosen Pengampuh Hadist ADE ZAMARUDDIN, M.Ag SAHABAT DALAM PERIWAYATAN HADIST Disusun Oleh ABDULLAH ARIEF Kelas A (Semester III) FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA 1

Upload: abdullah-arief-tif-09-a

Post on 26-Jun-2015

597 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Sahabat Dalam Periwayatan Hadist

TRANSCRIPT

Tugas Kelompok Dosen Pengampuh

Hadist ADE ZAMARUDDIN, M.Ag

SAHABAT DALAM PERIWAYATAN HADIST

Disusun Oleh

ABDULLAH ARIEF

Kelas

A (Semester III)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

2010

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa pula penulis sampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahmat sekalian alam. Seiring dengan itu,

tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah

memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini menjelaskan secara ringkas mengenai Sahabat dan

Periwayatan Hadist. Akan tetapi, Penulis menyadari akan kekurangan dari makalah ini.

Karena “Tak ada gading yang tak retak”. Setiap kesalahan tidak akan luput dalam

penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga dengan selesainya

makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...… 1

BABII PEMBAHASAN....................................................................................... 2

A. Pengertian Sahabat……………………………………………………..... 2

B. Sahabat dan Periwayatan Hadist………………………………………... 4

C. Cara Sahabat Menerima Hadist dari Sahabat Lain………………….... 6

D. Masa Penyebarluasan Hadist ke Sahabat Lain…………………..…… 10

E. Sahabat Yang Meriwayatkan Hadist Nabi SAW………………….….. 11

BAB III PENUTUP............................................................................................ 19

A. KESIMPULAN........................................................................................ 19

B. SARAN...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... iii

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita sudah cukup mengetahui tentang pengertian tentang ilmu hadist,

pembagian hadist dan kedudukan hadist dalam alqur’an hingga

perkembangan hadist tersebut dari masa ke masa nya yang dimulai semenjak

zaman Nabi Muhammad SAW sampai dengan berkembangnya hadist

kontemporer yang dikarang oleh banyak golongan syi’ah saat ini. Dalam hal

ini untuk menjaga keeksistensian para sahabat dalam menriwayatkan hadist

Nabi SAW baik secara langsung bertemu atau hanya melihat Nabi SAW saja

ketika dalam majelis sehingga dapat meriwayatkan banyaknya hadist-hadist

hingga menkodifikasikan hadist tersebut.

Untuk itu dalam makalah ini kami ingin mengungkapkan secara ringkas

tentang arti dan peranan sahabat tersebut dalam periwayatan hadist dari Nabi

Muhammad SAW, serta hal-hal yang berkaitan lainnya yang menyangkut

tentang seputar sahabat Nabi SAW dalam penyebarluasan serta penyampaian

hadist ke sahabat lainnya.

B. Permasalahan

Beberapa yang menjadi topik sentral permasalahan dalam makalah ini

yang akan dibahas adalah:

1. Pengertian sahabat itu sendiri ?

2. Hubungan sahabat dalam periwayatan hadist Nabi SAW ?

3. Cara sahabat menerima hadist dari sahabat lain pada masa itu ?

4. Masa penyebarluasan hadist ke sahabat lain ?

5. Sahabat yang meriwayatkan hadist Nabi Muhammad SAW ?

6. Peranan Sahabat dalam meriwayatkan Hadist tersebut ?

4

BAB II

SAHABAT DALAM PERIWAYATAN HADIST

A. Pengertian sahabat

Secara etmologis, kata “sahabat” berasal dari shahiba, bentuk pluralnya

ashhab dan ashahib, yang mempunyai arti; menemani atau menyertai.

Kata shahiba seringkali digunakan untuk setiap orang yang menyertai

oranglain dalam pergaulan hidup, baik penyertaan itu hanya sebentar saja

maupun dalam waktu yang relative lama. Setahun, sebulan, sehari atau hanya

sesaat, maka hal itu dapat dikatakan sebagai sahabat.1

Pendapat demikian ini juga dikatakan pleh Ajjaj al- Khatib,2 yang

menjelaskan bahwa setiap orang yang menyertai atau menemani orang lain,

baik lama atau sebentar, bisaa dikatakan sebagai sahabat. Namun, menurut

kata shahabi itu berasal kata al-suhbah, yang sinonim dengan kata shahiba,

yaitu menyertai. Penggunaan kata itu berlaku pula untuk orang yang

menyertai Nabi SAW kendatipun hanya sehari atau sejam, sesuai dengan asal

katanya sahabat.

Dalam ilmu hadist, sebutan sahabat digunakan untuk orang-orang yang

menyertai Nabi Muhammad SAW selama menyebarkan risalah Allah SWT.

Definisi yang diberikan para ulama mengenai sahabat ini berbeda-beda, ada

yang ringkas dan ada pula yang panjang, namun intinya sama. Perbedaan itu

tampaknya disebabkan tidak adanya dalil yang secara langsung menjelaskan

apa yang dimaksud dengan sahabat, meskipun banyak ayat atau sabda Nabi

SAW yang menyatakan peranan sahabat di sampan Rasul. Dari dalil-dalil

inilah lahir definisi sahabat, sangatlah lumrah, apabila terjadi ketidaksamaan

pandangan, terutama dalam pemaparannya.

1 Lihat Muhammad Ibn Mukarram Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, ttp.tth. Jilid II hal. 7. 2 Lihat Ushul al-Hadist Ulumuhu wa Musthalahuhu, hal. 385.

5

Secara umum para ulama hadist mengatakan bahwa yang dikatakan

sahabat adalah umat islam yang pernah melihat Rasul Allah.

Para ulama3 mendefinisikan sahabat sebagai berikut :

1. Muhammad Nawawi al-Jawi berpendapat bahwa orang yang dinyatakan

sahabat Nabi itu adalah setiap mukmin yang berkumpul dengan Nabi

setelah beliau diangkat menjadi Rasul, meskipun belum ada perintah

untuk berda’wah. Yakni, dengan pertemuan yang saling mengenal

walaupun dalam keadaan gelap, buta, belum baliqh, bahkan hanya

sekedar bertemu atau melihat atau dilihat Nabi kendatipun dengan jarak

jauh, hal ini dinyatakan tetap sebagai sahabat Nabi.

2. Al-Bukhari menyatakan yang disebut sahabat itu adalah orang yang

menyertai Nabi atau melihatnya sedangkan dia dari kalangan orang-orang

islam, maka ia adalah sahabat

3. Menurut Ibnu Hazm bahwa yang dinamakan sahabat Rasul itu adalah

setiap orang yang pernah bersama-sama dengan nabi dalam suatu majlis,

walaupun sesaat dan dapat mendengarkan pembicaraan Nabi walaupun

sekalimat atau dapat melihat sesuatu yang ia memahaminya dari Nabi itu.

4. Ibnu al-Shalah dalam muqaddimah bukunya mengatakan bahwa menurut

kalangan ulama ahli hadist, seperti yang dinyatakan oleh Ibnu al-

Mudhaffar al-sam’ani, bahwa yang dinamakan sahabat nabi itu adalah

orang-orang yang meriwayatkan hadist secara langsung dari Nabi

walaupun hanya satu buah saja. Bahkan menurut para ulama, orang yang

hanya melihat Nabi bias disebut sebagai sahabat.

Jadi, sahabat adalah orang yang menyertai Nabi selama beliau

menyebarkan Risalah kenabiannya. Di sini peranan sahabat dalam membantu

nabi sangat berarti, baik ketika Nabi hidup, maupun setelah wafatnya,

terutama dalam menyebarkan da’wah Islam ke seluruh jazirah Arab. Bahkan

mereka berhasil menciptakan generasi yang lebih baik setingkat berada

dibawah mereka yaitu generasi tabi’in.

3 Lihat Muhammad al-nawawi al-Jawi dalam Kasyifat al-Saja. Maktabah wa mathba’ah, Pekalongan. Tth. Hal 4, Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari dalam al-Jami’ al-Shahih, tth. Hal. 287.

6

B. Sahabat dan Periwayatan Hadist

Dalam konteks periwayatan hadist, sahabat nabi merupakan generasi

pertama yang langsung menerima sabda-sabda dari Nabi. Namun dalam

aktivitasnya, para sahabat berbeda-beda cara dalam menerima sabda tersebut,

bahkan tiap seorang dari sahabat tidak dapat dan tidak munkin mengetahui

langsung semua hadis, sebab Rasul tidak selamanya berbicara, beramal atau

membuat persetujuan atas suatu tindakan sahabat, di hadapan mereka dalam

jumlah yang banyak, terutama ucapan atau perbuatan yang dilakukan di

rumahnya sendiri, tidak banyak yang mengetahuinya selain isteri-isterinya,

para pembantu dan orang-orang yang selalu bergaul dengannya. Karena

terjadinya (ashab al-wurud) hadist tidak selalu terjadi di hadapan sahabat

dalam jumlah yang banyak.

Aktivitas sahabat dalam periwayatan hadist, lebih jelas lagi terlihat dari

kesungguhan mereka dalam menyertai kehidupan Rasul, sehingga dalam

keadaan apapun kegiatan Rasul selalu didampingi oleh para sahabat meskipun

tidak semua sahabat yang selalu mendampingi rasul tiap hari. Data-data

sejarah menunjukkan kesungguhan sahabat dalam meliput kegiatan Rasul,

antaralain suatu ketika Rasul memasuki ka’bah bersama beberapa sahabat

kemudian pintunya dikunci dari dari dalam, maka para sahabat yang lain yang

tidak sempat mengikuti Rasul terpaksa menunggu di luar sambil bertanya-

tanya apa gerangan yang dikerjakan rasul di dalam ka’bah. Ketika Rasul

keluar, Abdullah Ibn Umar bertanya kepada Bilal yang mendapat kehormatan

mendampingi Rasul memasuki ka’bah itu, Abdullah berkata :

Apa yang dikerjakan Rasul di dalam ? Bilal menjawab: Nabi memperbaiki

posisi tiang ka’bah dan kemudian shalat.4

Dalam hal-hal kecil sifatnya dari kegiatan Rasul, tampaknya para sahabat

tidak rela melepaskan perhatiannya. Motivasi untuk mengikuti ruang gerak

Rasul yang dikuti oleh sahabat, ternyata bukan hanya sekedar kekaguman

4 Lihat, ibn Hajjar al-Asqalani, Fath al-Bari fi syarh al-Shahih al-Bukhari , Dar al-Fikr wa maktabah al-Salafiyah, ttp. 1959 Jilid II hal. 125.

7

terhadap Rasul Allah akan tetapi ada kaitannya dengan realisasi dan

aktualisasi dari pelaksanaan syariat itu sendiri.

Kesungguhan sahabat dalam menerima hadist, tampaknya lebih

diperlihatkan Umar, sehingga riwayat ini tersampaikan ke generasi

berikutnya. Dan melihat periwayatan hadist baik di zaman Rasul maupun

sesudah Rasul seperti yang terdapat dalam riwayat-riwayat dari sahabat Nabi,

dimana para sahabat tidak sederajat dalam menerima periwayatan ini bahkan

dalam mengetahui keadaan Rasul itu sendiri. Ketidaksederajatan itu

disebabkan keadaan mereka tidak sama, seperti ada yang tinggal di kota, di

daerah. Sibuk berdagang, bertani, terus menerus beribadah dan tinggal di

mesjid, sering bepergian, dan Nabi pun tidak selalu mengadakan “ceramah

terbuka”. Sementara periwayatan itu berlangsung dari mulut ke mulut melalui

kekuatan hafalan, yakni menerimanya dengan metode menghafal pula

meskipun ada sebagian kecil yang mencatatnya.

Keadaan demikian menuntut orang di kalangan sahabat yang berpikiran

cemerlang, berotak brilian dan berkesempatan bergaul dengan Rasul secara

rutin, yang diperlukan untuk menjadi mediator atau penyampai hadist yang

diterimannya langsung dari Rasul untuk disampaikan kepada mereka seperti

yang dilakukan Umar dan tetangganya.

Hasbi Ash-Shiddieqy5 mencatat kriteria sahabat yang banyak menerima

hadist dari Rasul sebagai berikut :

1. Yang mula-mula masuk Islam yang dinamakan al-sabiquna al-awwalun,

seperti khulafa al-rasyidin dan Abdullah Ibn Mas’ud.

2. Yang selalu berada di samping nabi dan sungguh-sungguh menghafalnya,

seperti Abu Hurairah. Dan yang mencatatnya seperti Abdullah Ibn Amr

Ibn ash.

3. Yang lama hidupnya sesudah Nabi wafat, dan menerima hadist dari

sesama sahabat seperti Anas Ibn Malik dan Abdullah Ibn Abbas.

5 Lihat, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, hal. 28.

8

4. Yang erat perhubungannya dengan Nabi, yaitu : Ummahatu al-Mu’minin,

seperti Aisyah dan Umu salamah.

C. Cara Sahabat Menerima Hadis Pada Masa Nabi Muhammad Saw.

Banyak terdapat berbagai macam hadis yang terhimpun di dalam kitab-

kitab hadis. Yang kita lihat sekarang ini adalah berkat kegigihan dan

kesungguhan para sahabat dalam menerima dan memelihara hadis pada masa

dahulu.

Cara para sahabat menerima hadis pada masa Rasulullah Saw berbeda

dengan cara yang dilakukan oleh generasi setelah itu. Cara para sahabat

menerima hadis dimasa Nabi Muhammad Saw yaitu dilakukan oleh sahabat

yang dekat dengan beliau, seperti Khaula Faurra Syidan, dimasa Nabi para

sahabat mempunyai minat yang besar untuk memperoleh hadis dari pada

Nabi Muhammad Saw. oleh karena itu mereka berusaha keras mengikuti

Nabi Muhammad Saw agar perkataan, perbuatan atau taqrir beliau dapat

mereka terima atau mereka lihat secara langsung.6 Jika diantara para sahabat

ada yang berhalangan maka dicari sahabat yang lain untuk dapat mendengar

dan melihat apa yang disampaikan. Nabi Muhammad Saw pokoknya setiap

Nabi menyampaikan sesuatu hukum atau melakukan ibadah apapun jangan

sampai tidak ada sahabat yang melihatnya.

Sebagai contoh para sahabat sangat berminat untuk memperoleh hadis.

Nabi Muhammad Saw. Dapat kita lihat sebuah tindakan yang dilakukan oleh

Umar Ibnu Al-Khattab. Untuk dan mendapat hadis dari Nabi Muhammad

Saw dengan tetangganya apabila hari ini tetangganya yang mencari hadis

pada Nabi maka esok harinya giliran Umar yang bertindak. Dalam rangka

mencari hadis pada Nabi Muhammad Saw.

6 Nawir Yuslem, Ulumul Hadist (Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya, 2001) h. 88

9

Siapa diantara sahabat yang bertugas menemui dan mengikuti Nabi serta

mendapatkan hadis dari beliau, maka ia segera menyampaikan untuk sahabat-

sahabat yang lain.7

Dalam hal ini ada empat cara yang ditempuh oleh para sahabat untuk

mendapatkan hadis dari Nabi Muhammad Saw.

1. Para sahabat selalu mendatangi pengajian-pengajian yang

disampaikan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah selalu menyediakan

waktu bagi para sahabat untuk menyampaikan berbagai ajaran

agama Islam. Para sahabatpun selalu berusaha mengikuti berbagai

majelis yang disitu disampaikan berbagai pesan-pesan keagamaan

walaupun mereka mengikuti secara bergiliran. Jika ada sahabat

yang tidak bisa hadir maka disampaikan oleh sahabat-sahabat

yang hadir.8

2. Rasulullah Muhammad Saw sendiri yang mengalami berbagai

persoalan yang Nabi sendiri yang menyampaikan persoalan

tersebut kepada para sahabat, jika sahabat yang hadir jumlahnya

banyak maka apa yang disampaikan oleh Nabi dapat tersebar luas.

Dikalangan sahabat-sahabat yang lain jika yang hadir jumlahnya

sedikit maka Nabi Muhammad Saw memerintah kepada sahabat yang

hadir untuk segera menyampaikan berita tersebut kepada sahabat-

sahabat yang tidak hadir. Contoh sebagaimana peristiwa yang dialami

oleh Nabi sendiri dengan seorang pedagang. Seperti yang termaktub

didalam sebuah hadis sebagai berikut :

7 Muhammad Ajaj Al-kharib, Assunnah Dablat-Tadwin (Beirut : Dar al-Fikr, th. 1981) h. 20.8 Nawir Yuslem, Ulumul Hadist. h. 15.

10

Dari Abu Hurairah, r.a bahwa Rasulullah melewati seorang

penjual makanan lantas beliau bertanya bagaimana caranya engkau

berjualan ? maka si pedagang menjelaskannya pada Rasulullah.

Selanjutnya beliau menyuruh pedagang itu memasukkan tangannya

ke dalam tumpukan makanan tersebut, ketika tangannya ditarik

keluar terlihat tangannya basah, maka ketika itu Rasulullah bersabda,

tidaklah termasuk golongan kami orang yang menipu. (HR.Ahmad).9

Dari pengertian hadis tersebut diatas menunjukkan bahwa

Rasulullah jika melihat para sahabat melakukan kesalahan segera

Rasul memperbaikinya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Umar Ibnu

Khattab bahwa ia menyaksikan seseorang sedang berwudhu untuk

melakukan shalat, namun orang tersebut tidak membasahi bagian

atas kuku kaki, lantas hal tersebut dilihat oleh Rasulullah Saw, dan

beliau segera memerintahkan kepada orang tersebut untuk

mengalami kembali wudhuknya itu. Dan orang tersebut juga segera

mengulangi wudhuknya itu dengan sempurna. Ini salah satu contoh

beliau jika mengalami satu-satu persoalan segera diperbaiki,

walaupun persoalan tersebut dianggap kecil.10

3. Diantara para sahabat mengalami berbagai persoalan kemudian

mereka menanyakan langsung kepada Rasulullah Saw tentang

bagaimana hukumnya terhadap persoalan tersebut. Kemudian

Rasulullah Muhammad Saw segera memberikan fatwa atau

penjelasan hokum tentang peristiwa tersebut. Kasus yang dialami

sahabat apakah kasus yang terjadi pada diri sahabat itu sendiri

maupun terjadi pada sahabat yang lain.11 Pokoknya jika diantara

para sahabat mengalami satu-satu masalah, para sahabat tidak

merasa malu-malu untuk datang secara langsung menanyakan pada

Rasulullah Saw. Jika ada juga para sahabat yang malu bertanya

9 Ajaj Al-Khatib, I-Sunnah Dabla Tadwin, h.60. 10 Khudri Bek, Tarikh Tasyri’ Al-Islam (Kairo : Dar Al-Fikr, 1967) h.110. 11 M.Ajjaz Al-Khatib, Ushul Al-Hadist. Juz I.h.42.

11

langsung pada Rasulullah maka sahabat mengutus sahabat yang

lain yang berani menanyakan secara langsung tentang peristiwa

apa yang dialami sahabat pada waktu itu, sehingga tidak ada

persoalan yang tidak jelas hukumnya.12

4. Kadang-kadang ada juga sahabat yang melihat secara langsung

Rasulullah Saw melakukan satu-satu perbuatan, hal ini berkaitan

dengan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji serta

ibadah-ibadah lainnya. Para sahabat yang menyaksikan hal tersebut

segera menyampaikan untuk sahabat yang lain atau generasi

sesudahnya, diantaranya yaitu peristiwa yang terjadi antara

Rasulullah dengan malaikat Jibril mengenai masalah iman, Islam,

ikhsan dan tanda-tanda hari kiamat.13

Artinya : Dari Abu Hurairah r.a dia berkata, adalah Nabi Saw tampak

pada suatu hari ditengah- tengah manusia, maka datang seorang laki-

laki seraya bertanya, apakah iman itu ? Rasulullah Saw menjawab,

Iman itu adalah engkau beriman. Akhirnya Rasulullah Saw

mengatakan kepada para sahabat, Dia malaikat Jibril yang mengajari

manusia tentang masalah agama (HR.Bukhari).14 Setelah mendapatkan

hadis dengan cara-cara diatas, para sahabat menghafal sebagaimana

halnya

12 Ibid, h.18. 13 Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, h.9314 Husen Al-Majid, Imam Bukhari Muhaddisan Wafaqiahn (Kairo : Dar Qaumiyah Al-Thaibah’ah

AL-Azhar, tt)h.12.

12

dengan al-qur’an.

D. Masa Penyebarluasan Hadist ke Sahabat Lain

Para sahabat selalu berusaha agar periwayatan hadis bisa tersebar luas

keberbagai pelosok daerah. Hal ini terwujud setelah Rasulullah wafat. Yang

nampak sekali terjadi pada masa Usman Ibnu Affan, karena mereka

memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para sahabat untuk

menyebarluaskan periwayatan hadis ke daerah-daerah lain yang dimulai

dengan penyebaran syiar agama Islam mengikuti pula dengan penyebaran

hadis-hadis.15

Sejalan dengan kondisi diatas, dan dengan dalamnya tuntutan untuk

mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat yang baru memeluk agama

Islam, maka khalifah Usman Ibnu Affan serta Ali Ibnu Abi Thalib, mulai

memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada sahabat dalam rangka

menyebarluaskan periwayatan hadis, sehingga terjadilah penukaran

informasi, mereka memberi dan menerima satu sama lain, sehingga terjadilah

ikhtisar riwayat Al-hadis peningkatan kualitas periwayatan hadis.16

Diantara beberapa kota yang banyak terdapat para sahabat dan aktifitas

periwayatan hadis, antaranya :

1. Madinah.

Dikota ini banyak terdapat para sahabat yang mempunyai ilmu agama

yang mendalam, terutama bidang hadis diantaranya, Disyar r.a, Abdullah

Ibnu Sabid dan banyak sahabat- sahabat lainnya.17

2. Mekkah

Dikota ini perkembangan hadis juga mengalami kemajuan hampir sama

dengan kota Madinah. Disana ditunjuk Muaz Jabal sebagai guru yang

mengajar penduduk setempat tentang halal dan haram. Peranan kota

Mekkah dalam hal penyebaran hadis pada masa selanjutnya adalah sangat

15 Ibid, h.16. 16 Ibid, h.23. 17 Subhi As-Shalih, Ulumul Al-Hadis Wamustalah (Beirut : Darul Ilmi Cul Malay) h.121.

13

signifikan terutama pada musim-musim haji, dimana pada waktu itu

merupakan sangat tepat. Dimana para sahabat saling bertemu satu sama

lainnya, terutama para tabi’in. Waktu itu terjadi penukaran informasi

tentang hadis yang kemudian mereka bawa pulang ke daerah masing-

masing.18

3. Kufah dan Basrah

Setelah Irak ditaklukkan pada masa Khalifah Umar Ibnu Al-Khattab dikota

Keffah tinggallah sejumlah para sahabat yang terkenal seperti Ali Ibnu

Abi Thalib, Sa’ad Zaid Amru Ibnu Nufail dan sahabat-sahabat yang lain.19

Begitu juga di kota Basrah banyak terdapat sahabat-sahabat, seperti

Anas Ibnu Malik yang dikenal sebagai Imam Fi Al-Hadis di Basrah, Abu

Musa Al-Asyari, Abdullah Ibnu Abbas dan sahabat-sahabat yang lain.

Periwayatan hadis pada masa tabi’in umumnya masih bersifat dari mulut

ke mulut, bagaikan seorang murid mendengar hadis pada gurunya, lalu

disimpan didalam hatinya dengan menghafalkan hadis-hadis tersebut.

Sedangkan pada sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in tradisi itulah makin

berkembang dan terarah pada kegiatan-kegiatan mencari hadis sampai

mereka harus pergi ke tempat yang jauh untuk mencari dan meneliti

validitas dari hadis tersebut, atau hanya untuk bersilaturrahmi dengan

sahabat-sahabat yang lain. Disitulah mereka bisa memperoleh hadis. Cara

yang seperti ini umumnya dilakukan oleh para tabi’in karena dengan yang

demikian terjadilah pertukaran riwayat antara satu dengan yang lainnya.

E. Sahabat Yang meriwayatkan Hadist Nabi SAW

Penting untuk diketahui, bahwa para sahabat telah dianggap banhyak

meriwayatkan hadis bila ia sudah meriwayatkan lebih dari 1000 hadis.

Mereka itu adalah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik,

18 Nawir Yuslem, h.1719 Ajaj Al-Khatib, Al-Sunnah Qabla Al-Tadwin. h.169

14

Sayyidah Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, dan Abu Said al-

Hudri.

1. Abu Hurairah

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan

hadis di antara tujuh orang tersebut. Baqi bin Mikhlad mentahrijkan

hadis Abu Hurairah sebanyak 5374 Hadis. Di antara jumlah tersebut

352 hadis disepakati oleh Bukhori Muslim, 93 hadis diriwayatkan oleh

Bukhori sendiri dan 189 hadis diriwayatkan oleh Muslim sendiri.

Menurut keterangan Ibn Jauzi dalam Talqih Fuhumi al Atsar bahwa

hadis yang diriwayatkannya sebanyak 5374, tapi menurut al Kirmani

berjumlah 5364 dan barada dalam Musnad Ahmad terdapat 3848 buah

hadis.

Rasulullah sendirilah yang menjulukinya Abu Hurairah, ketika

beliau melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari

Rasulullah itu semata karena kecintaan beliau kepadanya sehingga

jarang ada orang memanggilnya dengan nama sebenarnya yaitu

Abdurrahman bin Sakhir yang berasal dari bani Daus bin Adnan. Abu

Hurairah memeluk islam pada tahun tujuh hijriyah yaitu pada tahun

terjadinya perang Khoibar dan meninggal di Aqiq pada tahun 57 H.

demikian menurut pendapat yang kuat.

Ia adalah pemimpin para ahli suffah yang menggunakan seluruh

waktunya untuk beribadah di masjid Nabi. Suffah adalah tempat

beratap di dalam masjid para sahabat yang juhud itu melindungkan diri

di sana. Allah ternyata mengabulkan doa Nabi agar Abu Hurairah

dianugrahi hafalan yang kuat. Ia memang paling banyak hafalannya di

antara para sahabat. Imam Bukhori, Muslim dan at Tirmidzi

mentakhrijkan sebuah hadis darinya bahwa ia pernah berkata “aku

pernah mengadu kepada Rasulullah, wahai utusan Allah aku pernah

mendengar banyak darimu tetapi aku tidak hafal. Rasulullah bersabda,

bentangkanlah selendangmu, akupun membentangkannya lalu

Rasulullah menceritakan banyak hadis kepadaku dan aku tidak

melupakan sedikitpun apa yang beliau ceritakan kepadaku.”

15

Abu Hurairah telah meriwayatkan dari Nabi, Abu Bakar, Umar,

Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Zaid, Aisyah dan sahabat sahabat

lain. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melebihi 800

orang terdiri dari para sahabat dan tabi’in seperti Abdullah bin Abbas,

Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Anas bin Malik.

Sedangkan dari tabi’in di antaranya Said bin Al Musayyad, Ibn Sirrin,

Ikrimah, Mujahid dan as Sya’bi.

Sanad paling soheh yang berpangkal darinya ialah Ibn Shihab az

Zuhri, dari Said bin al Musayyad dari Abu Hurairah. Adapun yang

paling dhoif adalah Assari bin Sulaiman, dari Daud bin Yazid al Audi,

dari bapaknya (Yazid al Audi) dari Abu Hurairah.

2. Abdullah bin Umar

Hadis yang beliau riwayatkan sebanyak 2630 hadis. Di antara jumlah

tersebut yang muttafaq alaihi sebanyak 170 hadis, yang dari Bukhori

sebanyak 80 hadis dan yang dari Muslim sebanyak 31 hadis.

Abdullah bin Umar adalah putra kholifah ke dua yaitu kholifah Umar

bin Khottob dan saudara kandung sayyidah Hafsah ummul mukminin.

Ia salah seorang di antara orang orang yang bernama Abdullah (al

abadillah al arba’ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa.

Abdullah bin Umar dilahirkan tidak lama sesudah Nabi di utus.

Umurnya 10 tahun ketika masuk Islam bersama ayahnya, kemudian

mendahului ayahnya untuk hijrah ke madinah pada saat perang Uhud ia

masih sangat muda sehingga Rasulullah menganggapnya masih terlalu

kecil untuk ikut perang dan tidak diizinkan. Tetapi sesudah perang

Uhud ia banyak mengikuti peperangan seperti perang Yarmuk,

penaklukan Afrika, Mesir, serta penyerbuan Basrah.

Di antara silsilah sanad yang paling soheh yang sampai kepada

Abdullah bin Umar ialah melalui Malik ibn Anas dari Nafi’ sedangkan

yang paling lemah ialah melalui Muhammad Abdullah ibn Kosim dari

16

ayahnya kemudian dari kakeknya.

Disamping menghafal hadis hadis yang diterimanya, beliau juga

menuliskannya dalam beberapa risalahnya. Hal ini diantaranya

diketahui oleh Nafi’ di antara hadis hadis yang diriwayatkannya ada

juga yang ditulis oleh para ulama yang menerimanya seperti Sa’id bin

Jubair, Abdul Ajiz bin Marwan, Abdul Malik bin Marwan dan Nafi’.

Abdullah bin Umar wafat pada tahun 73 H, ada yang mengatakan

bahwa al Hajjaj menyusupkan seseorang ke rumahnya kemudian

membunuhnya. Dikatakan mula-mula di racun, kemudian di tombak

dan dirajam. Pendapat lain mengatakan bahwa Ibn Umar meninggal

secara wajar, informasi ini diragukan kebenarannya.

3. Anas bin Malik

Hadis yang beliau riwayatkan sebanyak 2286 hadis. Di antara jumlah

tersebut yang muttafaq alaihi sebanyak 168 hadis yang diriwayatkan

Bukhori sebanyak 8 hadis dan yang diriwayatkan Muslim sebanyak 70

hadis. Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas ibn Malik ibn an

Nadzor ibn Damdam ibn Zaid ibn Harom Ibn Jundub ibn Amir ibn

Gonam ibn Addi ibn an Najar al anshori. Ia dikenal juga dengan

sebutan Abu Hamzah. Anas bin Malik lahir pada tahun 10 sebelum

hijrah dan wafat pada tahun 93 h di basrah. Beliau adalah sahabat yang

paling akhir meninggal di Bashrah.

Ia hidup bersama Rasulullah dalam kedudukannya sebagai pembantu

yang dipersembahkan oleh ibunya yaitu Ummu Sulaim pada usia 10

tahun. Ayahnya bernama Malik ibn an Nadzor. Rasulullah sediri

memperlakukannya dengan sangat bujaksana, bukan sebagai seorang

tuan kepada pembantunya. Dalam hal ini Anas pernah bercerita bahwa

Rasulullah tidak pernah menyinggung perasaannya, bermasam muka,

atau menegur apa saja yang dikerjakan maupun yang ditinggalkan

kecuali hanya menyerahkannya kepda Allah.

Silsilah sanad yang paling soheh yang sampai kepadanya ialah melalui

17

Malik bin Anas dari Ibn Syihab az Zuhri. Sedangkan yang paling lemah

ialah melalui Daud ibn al Muhabbir dari ayahnya dari Abban ibn Abi

Iyasi.

Karena keluasan ilmunya tersebut Qatadah mengatakan di hari

wafatnya Anas bahwa Muwarid berkata pada hari ini telah lenyap

seperdua ilmu.

4. Aisyah Ummul Mukminin

Beliau meriwayatkan hadis dari Rasulullah sebanyak 2210 hadis dari

jumlah tersebut 174 hadis muttafakun alaihi, 64 hadis diriwayatkan

Bukhori dan 68 Hadis diriwayakan Muslim. Aisyah adalah istri Nabi,

putri Abu Bakar as Siddiq, teman sekaligus orang yang paling dikasihi

Nabi. Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang

lain. Rasulullah memperistrinya pada tahun dua hijriah, Rasulullah

selalu mengalah kepadanya dan mengikuti kesenangannya dengan

penuh cinta. Hal itu tidaklah aneh karena akhlak mulia yang ada pada

dirinya tidak dimiliki oleh wanita lain. Beliau mempelajari bahasa,

syair, ilmu kedokteran, nasab nasab. Berkata az Zuhri andaikan ilmu

yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang dimiliki semua isteri

Nabi dan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu Aisyah masih lebi utama.

Urwah menambahkan aku tidak pernah melihat seorang pun yang

mengerti ilmu kedokteran, syair, dan fiqh melebihi aisyah.

Dalam menyampaikan sebuah hadis Aisyah kerap kali

menggambarkan perihal yang meyebabkan nabi mengeluarkan hadis

dan dalam kontek apa maksud dan tujuan yang hendak ditunjukan.

Itulah sebagian dari keluasan ilmunya. Selain menerima hadis hadis

langsung dari Rasul, ia juga menerima dari sahabat sahabat lainnya Abu

Bakar, Umar, Saad ibn Abi Waqas, Fatimah az Zahra dan Usaid ibn

Hudair. Sementara yang menerima hadis dari Aisyah bukan hanya para

tabi’in tapi juga para sahabaty lainnya. Di antara pada sahabat yang

meriwatkan hadis darinya adalah Abu Hurairah, Abu Musa al Asy’ari,

Zaid ibn Khalid al Juhni dan Safiah binti Saibah. Sedangkan para tabiin

18

yang menerima hadis darinya diantaranya Said ibn Musayyab, Alkomah

ibn Qais, Masruk ibn Al Ajda’, Aisyah binti Tholhah, Hafsah binti

Sirrin.

Silsilah sanad yang paling tinggi derajatnya samapai kepadanya

adalah melalui Yahya ibn Said dari ubaidah ibn Amr ibn Hafs dari al

Kosim ibn Muhammad. Silsilah lainnya ialah melalui ibn Syihab az

Zuhri atau Hisyam ibn Urwah ibn Zubair. Sedangkan silsilah yang

paling lemah adalah melalui al Haris ibn Syubl dari Ummu an Nu’man.

Murid-murid Aisyah diantaranya adalah generasi tabi’in. setidaknya ada

4 ulama besar yang lahir darinya antara lain Urwah ibn Zubair, Al

Qasim ibn Muhammad, Umrah binti Abi Rahmah dan Muadzah al

Adawiyah.

5. Abdullah Ibn Abbas

Hadis-hadis yang beliau riwayatkan sebanyak 1660 hadis. Dari

jumlah tersebut yang muttafaq alaihi sebanyak 95 hadis diriwayatkan

Bukhori sebanyak 28 hadis dan yang diriwayatkan Muslim sebanyak 49

hadis.

Abdullah ibn Abbas adalah anak paman Rasul yaitu al Abbas ibn

Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Manaf al Makky al Madani at Thaifi.

Sedang ibunya adalah saudara Maimunah istri Rasulullah, yaitu Ummu

Al Fadl Lubabah binti al Haris al Hilaliah. Ia dilahirkan tiga tahun

sebelum hijrah dan meninggal di Thaif tahun 68 hijrah.

Hadis-hadis yang telah diriwayatkannya disamping diterima dari Rasul

juga menerima dari ayah dan Ibunya, Abu Bakar, Usman, Ali, Umar,

dan Ubay ibn Ka’ab, Muad ibn Jabal dan sahabat sahabat lainnya.

Sedangkan para ulama yang meriwayatkan hadisnya diantaranya ialah

Abdullah ibn Umar, Abu at Tufail, Said ibn Al musayyab, Anas ibn

Malik, dan lainnya.

Hadis yang langsung diterima dari Nabi sendiri sebanyak

sebagaimana yang ditemukan pada sohih Bukhori dan Muslim adalah

lebih dari 10 hadis. Yang menurut para ulama lainnya bagaimana yang

19

dikemukakan oleh al Asqalani menyebutkan jumlahnya lebih kecil dari

itu, menurut al Ghazali hanya empat hadis, menurut Ghandar hanya 9

hadis, dan menurut Yahya al Qattan hanya 10 hadis.

Silsilah sanad hadis yang paling tinggi nilainya yang sampai kepadanya

adalah ialah melalui ibn Shihab az Zuhri dari Ubaidillah ibn Abdillah

ibn Utbah. Sedang silsilah yang paling lemah adalah melaui

Muhammad ibn Marwan as Suddi as Shogir dari al Kalbi dari Abu

Sholeh.

6. Jabir bin Abdullah

Hadis-hadis yang diriwayatkannya sebanyak 1540 hadis dari

jumlah teresebut yang mutaffaq alaihi sebanyak 60 hadis, yang

diriwayatkan Bukhari sebanyak 16 hadis dan yagn diriwayatkan

Muslim sebanyak 126 hadis. Beliau dilahirkan pada tahun 16 sebelum

hijrah sedangkan meninggalnya di Madinah tahun 78 hijrah. Ayahnya

adalah Abdullah ibn Amr ibn Haram ibn Sa’labah al Khajraji al

Anshori as Salami. Di masjid Nabawi madinah ia memberikan

bimbingan pengajian pada masyarakat kemana saja ia pergi seperti ke

Mesir dan Syam selalu dikunjungi masyarakat yang ingin mengambil

ilmunya dan meneladani ketakwaannya. Ia mendapat gelar kehormatan

di antaranya al faqih, al imam, dan mufti Madinah.

Beliau menerima hadis hadis disamping dari Rasulullah sendiri, juga

dari para sahabat lainnya seperti Abu Bakar, Umar, Ali, dan Abu

Ubaidah, Tholhah, Muad ibn Jabal, Ammar ibn Yasin, Kholid ibn al

Walid, abu Burdah ibn Nayyar, Abu Hurairah dan banyak lagi sahabat

sahabat lainnya.

Sedang para tabi’in yang meriwayatkan hadis darinya ialah

Abdurrahman, Uqail dan Muhammad (anaknya sendiri), Said ibn al

Musayyab, Abu az Zubair dan lain lain. Silsilah sanad yang paling

tinggi nilainya adalah hadis hadis yang diriwayatkan oleh ulam

Makkah melalui Sufyan ibn Uyainah dari Amr Ibn Dinar.

20

7. Abu Said al Hudri

Hadis hadis yang beliau riwayatkan sebanyak 1170 hadis, dari

jumlah tersebut yang muttafaq alaihi sebanyak 46 hadis, yang

diriwayatkan bukhori sebanyak 16 dan yang diriwayatkan Muslim

sebanyak 52 hadis. Abu Said al Hudri adalah nama gelar yang

diberikan kepadanya sedang nama aslinya adalah Saad ibn Malik ibn

Sinan al Khajraji al Anshori. Ia dibawa ayahnya menngunjungi Rasul

untuk ikut berperang pada perang Uhud pada waktu itu ia baru

berumur 13 tahun tetapi Rasul melarangnnya karena dinilai masih

terlalu kecil. Ia meninggal pada tahun 74 hijriyah.

Kepribadiannya ia dikenal sebagai seorang yang zuhud dan ‘alim.

Dalam perjuangan untuk menegakkan agama Islam, Abu Said ikut

berperang sebanyak 12 kali.

Hadis hadis yang diterima disamping dari rasul adalah dari para

sahabat lainnya seperti Malik Ibn Sinan (ayahnya) Qatadah ibn an

Nukman (saudaranya se ibu) Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Abu

Musa al Asyari, Zaid ibn Sabit dan Abdullah ibn Salam.

Sedang para sahabat yang meriwayatkan hadis hadisnya antara lain

Abdurrahman (anaknya), Zainab binti Ka’ab Ibn ajrad, Abdullah ibn

Umar, Abdullah ibn Abbas, Abu At Tufaili, Nabi’ dan Ikrima.

21

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian yang terdapat pada bab pembahasan dapat disimpulkan :

1. Sahabat adalah orang yang menyertai Nabi selama beliau

menyebarkan Risalah kenabiannya. Di sini peranan sahabat dalam

membantu nabi sangat berarti, baik ketika Nabi hidup, maupun setelah

wafatnya, terutama dalam menyebarkan da’wah Islam ke seluruh

jazirah Arab.

2. Periwayatan dilakukan secara berlangsung dari mulut ke mulut

melalui kekuatan hafalan, yakni menerimanya dengan metode

menghafal pula meskipun ada sebagian kecil yang mencatatnya.

3. Penyebaran hadist Nabi SAW pada waktu itu telah mencangkup di

daerah Mekkah, Madinah, Kufah dan Busrah.

4. Sahabat-sahabat yang paling banyak meriwayatkannya adalah : Abu

Hurairah, ‘Abdullah Ibn Umar Ibn Khattab, Anas Ibn Malik, ‘Aisyah

Ashshiddiqiyyah, ‘Abdullah Ibn ‘Abbas, jabir Ibn ‘Abdullah, Abu

Said Al-Khudri. Tak ada dalam kalangan sahabat meriwayatkan hadis

lebih dari seribu, selain mereka ini.

B. SARAN

Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang

terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan

saran dari teman-teman semua agar makalah ini dapat dibuat dengan lebih

baik lagi.

22

DAFTAR PUSTAKA

As-Shalih, Dr. Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Hadis. . Jakarta: Pustaka Firdaus. 2007.

Azami, Prof. Dr. M.M, Hadis Nabawi dan sejarahnya kodifikasinya. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2006.

Khaeruman, Drs. Badri. Otentitas Hadist, Bandung : Rosda, 2004.

Shalih, Subhi , Membahas Ilmu-ilmu Hadis. Pustaka Pirdaus, 2007

Yuslem Nawir, Ulumul Hadist, Jakarta : PT.Mutiara Sumber Widya, 2001.

23