ulumul quran
DESCRIPTION
Ilmu TafsirTRANSCRIPT
Oleh :Dr. KH. Asep Habib Alwi,
MA
علوم القرآن
Definisi Ulumul Qur’an
Secara bahasa Berasal dari bahasa arab, kata Ulum merupakan bentuk jamak dari ilmu, ilmu yg dimaksuk adalah sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema dan tujuan.Adapun Al Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut istilah Ilmu yg mencakup pembahasan yg berkaitan dengan Al Qur’an dari sisi informasi tentang asbab annuzul, kodifikasi, dan tertib penulisan Al Qur’an ayat-ayat yg diturunkan di Mekkah (Makkiyah) ayat-ayat yg diturunkan di Madinah (Madaniyyah), dll yg berkaitan dengan Al Qur’an.
Ruang Lingkup Ulumul Qur’an
1. turunnya Al Qur’an
2. Sanad
3. Qira’at
4. Kata-kata Al Qur’an
5. Makna-makna Al Qur’an yang berkaitan dengan hukum
6. Makna Al Qur’an yang berpautan dengan kata-kata Al Qur’an
Persoalan
Ilmu
1. Adab tilawat Al Qur’anCabang-cabang Ulumul Qur’an
2. tajwid3. Mawatin An Nuzul
4. Tawarikh An Nuzul
5. Asbab An Nuzul6. Qira’at
7. Gharib Al Qur’an
8. I’rab Al Qur’an
9. Wujuh wa an-nazhah’ir
16. Ma’rifat Al Muhkam wa Al Mutasyabih
11. Nasikh wa Al Mansukh
12. Badai’u Al Qur’an 13. I’jaz Al Qur’an
14. Tanasub Al Qur’an 15. Aqsam Al Qur’an
10. Amtsal Al Qur’an
SEJARAH TURUNNYA AL QUR’AN & PENULISANNYA
Secara bahasa Berasal dari lafal قرآن sama dengan ةءقرا yang berarti menghimpun dan memadukan sebagian huruf-huruf dan kata-kata dengan sebagian lainnya.
Menurut istilah Kalam yang bersifat mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang ditulis dalam mushaf, yang dinukilkan secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah
Pengertian Al Qur’an
1. Meneguhkan dan menguatkan jiwa Nabi Muhammad SAW
HIKMAH DITURUNKANNYA AL QUR’AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR
2. Membimbing dan membina umat dalam melaksanakan syari’at islam
3. Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukum
4. Bukti nyata bahwa Al Qur’an diturunkan dari Allah SWT.
5. Sebagai jawaban terhadap masalah atau kasus yg muncul pada masyarakat waktu itu
Pada masa Nabi, Al Qur’an belum ditulis dan di bukukan dalam satu Mushaf disebabkan beberapa hal sbb :
Penulisan Al Qur’an Pada Masa Nabi
1. Tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan Al Qur’an dalam satu mushaf, sebagaimana pada masa Abu Bakar dan Usman bin Affan.
2. Oleh karena Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur mulai Nabi SAW diangkat menjadi Rasul sampai menjelang akhir wafat, maka suatu hal yg logis bila Al Qur’an baru bisa dibukukan daam satu mushaf setelah beliau wafat
3. Selama proses turunnya Al Qur’an masih terdapat kemungkinan adanya ayat-ayat yg mansukh dan adanya urutan ayat serta surat yg belum sesuai menurut tertib turunnya wahyu.
Adapun para penulis wahyu yg di angkat oleh Rasulullah
pada masaNya adalah
1. Ali Ibnu Abi Thalib
2. Mu’awiyah3. Ubay bin Ka’ab4. Zaid bin Tsabit
1. Pada masa Abu Bakar
Pengumpulan Al Qur’an Pada Masa Khulafa’ur Rasyidin
a. Tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan Al Qur’an dalam satu mushaf, sebagaimana pada masa Abu Bakar dan Usman bin Affan.
b. Oleh karena Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur mulai Nabi SAW diangkat menjadi Rasul sampai menjelang akhir wafat, maka suatu hal yg logis bila Al Qur’an baru bisa dibukukan daam satu mushaf setelah beliau wafat
c. Selama proses turunnya Al Qur’an masih terdapat kemungkinan adanya ayat-ayat yg mansukh dan adanya urutan ayat serta surat yg belum sesuai menurut tertib turunnya wahyu.
2. Pada masa Usman bin Affan
Pengumpulan Al Qur’an Pada Masa Khulafa’ur Rasyidin
Ciri-ciri Al Qur’an yg ditulis pada masa Khalifah Usman bin Affan
a. Ayat-ayat yg ditulis berdasarkan riwayat yg mutawatir berasal dari Nabi SAW.
b. Tidak terdapat di dalamnya ayat-ayat Al Qur’an yang telah mansukh atau dinasakh bacaannya
c. surat-surat maupun ayat-ayat telah disusun dengan tertib sebagaimana Al Qur’an yg berada di tangan kaum muslimin sekarang ini.
d. Tidak terdapat di dalamnya yg tidak tergolong kepada Al Qur’an, seperti apa yg ditulis oleh sebagian sahabat Nabi dalam mushafnya, senagai penjelasan atau keterangan terhadap makna ayat-ayat tertentu
e. Mushaf-mushaf yg ditulis mencakup tujuh huruf dimana Al Qur’an diturunkan dengannya
Bagaimana Proses Penyempurnaan Pemeliharaan Al Qur’an
Setelah Masa Khalifah
Mengapa penulisan Al Qur’an harus disempurnakan
?1. Mushaf yg ditulis atas perintah Khalifah Usman tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yg tujuh
2. Banyak orang non Arab yg memeluk Islam, mereka merasa kesulitan membaca mushaf itu.
Sebab :
akhirnya pada masa Khalifah Abd Al Malik diletakkanlah tanda titik pada Mushaf Usmani oleh Abu Al Aswad Ad-Du’ali, Yahya bin Ya’mar (45 – 125 H), dan Nashr bin ‘Ashim Al-Laits (w. 89 H), dan kemudian diletakkan hamzah, tasydid, Ar-Raum, dan Al Isymam oleh Al Khalid bin Ahmad Al Farahidi Al-Azdi
3. Al Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup untuk seluruh manusia bukan hanya orang Arab.
Rasm Al Qur’an
1. Definisi Rasm Al Qur’an (Rasm Usmani) Adalah tata cara menuliskan Al Qur’an yg ditetapkan pada masa Khalifah Usman bin Affan.
Mushaf Usman ditulis dengan kaidah-kaidah sbb :
a. Al Hadzf
b. Al Ziyadah
c. Al Hamzah
d. Badal
e. Washal dan Fashl
f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi
2. Pendapat para Ulama tentang Rasm Al Qur’an
a. Rasm Usmani bersifat Tauqifi, yakni bukan produk budaya manusia yg wajib diikuti oleh siapa saja ketika menulis Al Qur’an.
b. Rasm Usmani bersifat bukan Tauqifi, tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan yg di setujui Usman dan diterima umat sehingga wajib diikuti oleh siapa saja ketika menulis Al Qur’an.
c. Rasm Usmani bersifat bukan Tauqifi. Tidak ada halangan untuk menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat menggunakan cara tertentu untuk menulis Al Qur’an yg berlainan dengan Rasm Usmani.
3. Kaitan Al Qur’an dengan qira’at (cara membaca Al Qur’an)
Disebabkan keberadaan Mushaf Usmani yang tidak berharakat dan bertitik maka hal itu membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at seperti qira’ah tujuh (sab’ah), qira’ah sepuluh, dan qira’ah empat belas.
ASBAB AN-NUZUL
Pengertian dan macam-macam Asbab An-Nuzul
Secara bahasa “Asbab An-Nuzul” berarti turunnya ayat-ayat Al Qur’an
- Sebab - sebab turun ayat dalam bentuk peristiwa :
1. Peristiwa berupa pertengkaran
Menurut istilah adalah sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu akan memberi jawaban terhadap sebab itu atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.
1. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu
2. Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan
- Sebab - sebab turun ayat dalam bentuk pertanyaan :
2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu
3. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang
Macam-macam Asbab An-Nuzul
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun-Nuzul dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Ta’addud Al Asbab wa An-Nazil Wahid (sebab-sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun satu)
2. Ta’addud An-Nazil wa Al Asbab Wahid (persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu)
Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turunnya ayat dan masing-masing menyebutkan sebab yang berbeda, maka permasalahannya ada 4 macam :
1. Salah satu dari keduanya shahih dan lainnya tidak; Penyelesaiannya dengan jalan memiliki riwayat yang shahih dan menolak yang tidak shahih
2. Keduanya shahih akan tetapi salah satunya mempunyai penguat (murajjih) dan lainnya tidak;
Penyelesaiannya dengan jalan mengambil yang kuat rajihannya
3. Keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak mempunyai penguat akan tetapi, keduanya dapat diambil sekaligus.
Penyelesaiannya dengan menganggap terjadinya beberapa sebab bagi turunnya ayat tersebut
4. Keduanya shahih, tidak mempunyai penguat dan tidak mengambil keduanya sekaligus karena waktu peristiwanya jauh berbeda.
Penyelesaiannya dengan menganggap berulang-ulang ayat itu turun sebanyak asbab an-nuzul.
Ungkapan-ungkapan Asbab An-Nuzul
1. Sabab An-Nuzul diturunkan dengan ungkapan yang jelas
2. Sabab An-Nuzul tidak ditunjukkan dengan lafal sabab tetapi
dengan mendatangkan lafal ف
3. Sabab An-Nuzul dipahami secara pasti dari konteksnya
4. Sabab An-Nuzul tidak disebutkan dengan ungkapan sebab secara jelas
Urgensi dan Kegunaan Asbab An-Nuzul
1. Memberikan Pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah mensyari’atkan agama-Nya melalui Al Qur’an
2. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya
3. Dapat menolak dugaan adanya Hasr dalam ayat yang menurut lainnya mengandung Hasr
4. Dapat mentakhsis hukum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan kekhususan sebab dan bukan keumuman lafadz.
5. Mempermudah untuk menghafal ayat-ayat Al Qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dan ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.
MUNASABAH AL-QUR’AN
A. Pengertian Munasabah
Secara etimologi “Munasabah” berarti al-musyakalah dan al-muqarabah.
1. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya
Menurut terminologi adalah sesuatu yang menjelaskan korelasi makna antar ayat atau antar surat.
B. Macam-macam Munasabah
2. Munasabah antara nama surat dan tujuan turunnya
3. Munasabah antara bagian suatu ayat
4. Munasabah antara ayat yang letaknya berdampingan
5. Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat di sampingnya
6. Munasabah antara fashilah dan isi ayat
7. Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama
8. Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
Apa Urgensi dan Kegunaan
1. Untuk memahami makna ayat yang satu dengan ayat yang lain dalam isi kandungannya masing-masing
2. Mempermudah para Mufassir dalam memahami ayat-ayat dalam Al Qur’an serta memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an
3. Untuk membantah sebagian anggapan orang bahwa tema-tema Al Qur’an tidak memiliki relevansi antara satu bagian dengan bagian yang lainnya
Mempelajari Munasabah ?
Macam-macam Munasabah
Macam-macam Munasabah
antara ayat yang berdampingan
Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya Munasabah antara nama surat dan tujuan turunnya Munasabah antara bagian suatu ayat Munasabah antara ayat yang letaknya berdampingan Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan
kelompok ayat di sampingnya Munasabah antara fashilah dan isi ayat Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang
sama Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal
surat berikutnya
Jelas
Tidak jelas
Ta’kid Tafsir I’tiradh Taysdid
tanzir Mudharat Istithrad Takhallush
MAKIYYAH DAN MADANIYYAH
A. Pengertian
Makiyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah
1. Dari sudut Masa
Madaniyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah
B. Klarifikasi Ayat dan Surat-surat Al Qur’an
2. Dari Sudut Tempat Turunnya Ayat
3. Dari Sudut Mukhattab / orang yang dituju
1. Menyeru kepada ketauhidan
Ciri-ciri ayat Makiyyah
2. Peringatan dan ancaman dari syirik3. Seruan untuk beriman kepada hari akhir dan kebangkitan manusia dari kubur4. Berisi tantangan terhadap orang arab untuk membuat sebuah surat seperti Al Qur’an
5. Kisah - kisah pendusta yang telah lalu
6. Jihad atau memerangi kaum musyrikin
1. Seruan jihad atau mati di jalan Allah
2. Penjelasan tentang jaminan hukum-hukum islam seperti Riba dll
3. Penjelasan mengenai hukum hadd, seperti zina, mencuri dsb
4. Membongkar aib kaum munafik5. Membungkam ocehan ahli kitab dan bangsa Yahudi
Ciri-ciri ayat Madaniyyah
Ciri - ciri ayat Makiyyah dan Madaniyyah
1. Membantu ahli tafsir dalam menafsirkan Al Qur’an
2. Bisa menghayati uslub-uslub Al Qur’an dan mengambil faedahnya untuk diterapkan pada kaedah-kaedah dakwah
3. Mempelajari perjalanan sejarah dari sela-sela ayat Al Qur’an
4. Pengetahuan tentang kebenaran yang fundamental misi Al Qur’an diturunkan
Apa Kegunaanmempelajarinya ?
AL MUHKAM DAN AL MUTASYABIH
A. Definisi
Al Muhkam secara etimologis berarti melarang dan menyempurnakan sesuatuSecara terminologis berarti kalimat yang memberikan makna yang jelas dan dapat dijangkau oleh pemahaman akal
Al Mutasyabih secara etimologis berarti keraguan, kemiripan atau kebingunganSecara terminologis berarti sesuatu yang memberikan makna yang tidak jelas, tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan keterangan yang lain
- Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat mutasyabih tidak dapat diketahui kecuali hanya oleh Allah
B. Sikap para Ulama Terhadap Ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
إن الله يغفر الذنوب جميعا
- Al Raghib Al Ashfahani berpendapat bahwa ayat-ayat Mutasyabih terbagi menjadi tihga bagian :
Mereka mencoba mengembalikan ayat mutasyabih kepada ayat muhkam. Seperti firman Allah SWT:
1. ayat-ayat yang tidak dapat dijangkau maksudnya oleh akal manusia dan hanya Allah SWT sendiri yang mengetahui
2. ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum atau bahasa dan dapat diketahui oleh العلم فى الراسخون
3. ayat-ayat yang hanya diketahui oleh ulama-ulama tertentu yang sudah mendalami Ilmu ayat ( العلم فى ( الراسخون
1. Bentuk yang terdiri dari satu huruf
Fawatih Al Suwar
2. Bentuk yang terdiri dari dua huruf
3. Pembukaan surat yang terdiri dari tiga huruf
4. Pembukaan surat yang terdiri dari empat huruf
5. Pembukaan surat yang terdiri dari lima huruf
Ciri-cirinya Banyak surat-suratnya yang dimulai dengan huruf-huruf muqothaah dan terdapat pada pembukaan surat
Macam-macam bentuk Fawatih Al Suwar
Pembukaan-pembukaan surat atau potongan surat ini termasuk ayat-ayat Mutasyabihat maka, memiliki dua pendapat para ulama
Pendapat yang pertama :
Pendapat para Ulama tentang Fawatih Al Suwar
Ulama memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah SWT
Pendapat yang kedua :
Memandang huruf-huruf di awal surat-surat sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia.
1. Mempermudah menafsirkan suatu ayat dan mengambil hukum ayat-ayat Al Qur’an
D. Arti penting dan Urgensi mempelajari Ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabih
2. Para Mufassir dan Fuqaha dapat mengambil hikmahnya dan sekuat tenaga untuk mendapatkan kejelasan maknanya
meskipun dengan cara menta’wilkan/ mentarjihkan
3. Para Mufasir dalam mendalami suatu ayat bukan saja dari segi huruf dan kalimat saja, namun dapat memahami satu kalimat dari bayan dan
keindahan balaghahnya.
4. Para Mufassir dalam menterjemahkan makna ayat-ayat Al Mutasyabih dapat menggambarkan secara abstrak bukan secara fisik
dalam hal menyarikan sifat-sifat ayat.
QIRA’AT AL QUR’AN
A. Definisi Qira’at
1. Perbedaan cara melafalkan ayat, perihal tafkhim, tarqiq imalah, idgham, izhar, isyba’, mad, qasar, tasydid, dan takhfif.
B. Latar belakang munculnya Qira’at
2. Perbedaan dialek masing-masing daerah
Qira’at secara etimologis berarti bacaan atau cara membaca
Secara terminologis berarti pengetahuan tentang beragam cara melafalkan kata atau kalimat yang terdapat di dalam Al Qur’an yang memilki aturan tersendiri.
3. Khalifah Utsman mengirimkan Al Qur’an ke berbagai daerah
1. Nafi Ibnu Nu’aim (70-169 H)
Qira’ah yang termasyhur adalah Qira’ah Sab’ah
2. Abdullah Ibnu Katsir Al Makki (45-120 H)
3. Abu Amr Ibnu Al-Ala (48-154 H) 4. Abdullah Ibnu Amir (21-118 H)
5. Asim Al-Asad W. 127 H6. Hamzah Al-Kufi
Disebut Qira’ah sab’ah karena disandarkan kepada imam qira’at yang tujuh
Mereka itu adalah :
7. Al Kisai Al-Farisi
1. Menguatkan ketentuan hukum
C. Urgensi Mempelajari Qira’at dan Pengaruhnya Dalam Istinbat (Penetapan Hukum)
2. Menarjih hukum yang di perselisihkan para ulama
3. Menggabungkan dua ketentuan hukum yang berbeda
4. Menunjukkan dua ketentuan hukum yang berbeda dalam kondisi yang berbeda pula
5. Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata di dalam Al Qur’an yang mungkin sulit dipahami maknanya.
MUKJIZAT AL-QUR’AN
Definisi Mukjizat
1. Hal atau peristiwa yang luar biasa2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku Nabi
3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian4. Tidak ada yang mampu menandingi Mukjizat
Mu’jizat secara bahasa berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampuMenurut istilah berarti peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi.
Unsur-unsur yang terdapat pada Mukjizat
Segi-segi kemukjizatan Al Qur’an 1. Gaya bahasa
2. Susunan kalimat3. Hukum Allah yang sempurna
Al Qur’an menggunakan 2 cara dalam menetapkan hukum :
a. Secara global
b. Secara terperinci
4. Ketelitian redaksinya
Ketelitian redaksi Al Qur’an bergantung pada hal berikut :
a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya
b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya makna yang dikandungnya
c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah bilangan kata yang menunjukkan akibatnya
d. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya
e. Keseimbangan khusus
5. Berita tentang hal-hal yang gaib 6. Isyarat-isyarat ilmiah
a. Cahaya matahati bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan
b. Kandungan oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas
c. Perbedaan sidik jari manusia
d. Aroma/ bau manusia berbeda-beda
e. Masa penyusuan yang tepat dan masa kehamilan minimal
f. Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia
g. Yang merasakan nyeri adalah kulit
1. Kemukjizatan Al Qur’an hanya pada susunan lafaz-lafaznya saja. ( Al Jurjani, Al Jahidz, dan Abd Qahir Al Jurjani )
Pendapat Ulama tentang segi-segi kemukjizatan Al Qur’an
2. Kemukjizatan Al Qur’an hanya pada keilmiahannya saja. ( Muh. Ismail Ibrahim, Az Zamarkhasari dan Fahnur Razi )
3. Kemukjizatan Al Qur’an karena uslubnya lain dari yang lain, susunannya indah, adanya berita kejadian yang akan terjadi. ( Imam Qurtubi )
4. Kemukjizatan Al Qur’an ada pada keindahan bahasa dan uslub-uslubnya, berisi beberapa ilmu pengetahuan, memenuhi semua hajat manusia, adanya berita gaib dll. ( Az Zarqani )
TAFSIR, TAKWIL, DAN TERJEMAH
Definisi Tafsir, Takwil, dan Terjemah
Kata Tafsir diambil dari kata ا HرIْي Kِس IْفNَت - Pر Qِس NْفPُي - Nر SِسNَف yang berarti keterangan atau uraian Menurut istilah berarti ilmu mengenai bagaimana cara pengucapan lafazh-lafazh Al Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk kandungan-kandungan hukum, dan makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Kata Takwil diambil dari kata H ُيIًال KِوIْأNَت – PُلQِو
NْأPُي – NُلSِوNَأ yang berarti
menerangkan atau menjelaskan
Menurut istilah berarti mengembalikan sesuatu kepada Ghayahnya, yakni menerangkan apa yang dimaksud.
Arti Terjemah adalah salinan dari bahasa ke bahasa lain atau memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
a. Terjemah maknawiyah tafsiriyah
Penerjemahan terbagi menjadi 3 corak
b. Terjemah harfiyah bi al-mitsli
c. Terjemah harfiyah bi duni al-mitsli
TAFSIR
1. Lebih umum dan lebih banyak digunakan untuk lafazh dan
kosakata dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah dan kitab-kitab
yang lainnya2. Menerangkan makna lafazh yang tak menerima selain dari
satu arti 3. Menetapkan apa yang
dikehendaki ayat dan menerapkan seperti yang
dikehendaki Allah4. Menerangkan makna lafazh, baik berupa hakikat atau majaz
TAKWIL
1. Lebih banyak dipergunakan makna dan kalimat dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah saja
2. Menetapkan makna yang dikehendaki suatu lafazh yang
dapat menerima banyak makna karena didukung oleh dalil
3. Menyeleksi salah satu makna yang mungkin diterima oleh
suatu ayat tanpa meyakinkah bahwa itulah yang dekehendaki
Allhah
4. Menafsirkan batin lafazh
PERBEDAAN TAFSIR DAN TAKWIL
KLASIFIKASI TAFSIR
Tafsir bi Al Ma’tsur adalah penafsiran Al,Qur’an yang mendasarkan pada penjelasan Al Qur’an, Rasul, pasa
Sahabat melalui ijtihadnya dan aqwal tabi’in.
Tafsir bi Al Ma’tsur Tafsir bi Al Ra’yi
Sumber penafsiran bi al ma’tsur
1. Al Qur’an
2. Otoritas hadits Nabi
3. Otoritas penjelasan sahabat
4. Otoritas penjelasan tabi’in
Periode pertumbuhan tafsir bi Al Ma’tsur
a. Periode I, masa Nabi, sahabat dan permulaan masa tabi’in.
b. Periode II, masa pemerintahan Umar bin Abd Aziz
c. Periode III, masa dimulainya penyusunan kitab tafsir al ma’tsur
Keistimewaan tafsir bi al ma’tsur
1. Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami Al Qur’an
2. Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan pesan-pesannya
3. Membatasi para mufasir agar tidak terjerumus dalam subyektifitas yang berlebihan
Kelemahan tafsir bi al ma’tsur
a. Terjadi wadh dalam tafsir
b. Masuknya unsur israiliyyat
c. Penghilangan sanad
d. Para mufasir mudah terjerumus ke dalam uraian kebahasaan dan kesastraan yang bertele-tele sehingga pesan pokok Al Qur’an menjadi tidak jelas
e. Seringkali konteks turunnya ayat atau sisi kronologis turunnya ayat-ayat hukum yang dipahami dari uraian (nasikh-mansukh)
Tafsir bi Al Ra’yi adalah penafsiran Al,Qur’an yang mendasarkan pada ijtihad dan pemikiran mufasir yang telah mengetahui bahasa arab dan metodenya, dalil hukum yang ditunjukkan serta problema penafsiran.
Seperti asbab an-nuzul, nasikh-mansukh
Sebab munculnya tafsir bi Al-Ra’yi
Adanya interaksi umat islam dengan peradaban yunani yang banyak menggunakan akal
Mengenai keabsahan tafsir bi Al-Ra’yi para ulama berbeda pendapat dan menjadi dua kelompok
Kelompok yang melarang Kelompok yang mengizinkan
Tafsir bi Al-Ra’yi
Apa pendapat UlamaTentang Keabsahan ?
1. Menafsirkan Al Qur’an berdasarkan ra’yi berarti membicarakn firman Allah tanpa pengetahuan
2. Yang berhak menjelaskan Al Qur’an hanyalah Allah
3. Rasulullah SAW. Bersabda : “siapa saja menafsirkan Al Qur’an atas dasar pikirannya semata, atau atas asar sesuatu yanhg belum diketahuinya, maka bersiap-siaplah mengambil tempat dineraka.
4. Adanya tradisi di kalangan sahabat dan tabi’in untuk berhati-hati ketika berbicara tentang penafsiran Al Qur’an.
Argumentasi kelompok yang mengizinkan
1. Di dalam AlQur’an banyak ayat-ayat yang menyerukan untuk mendalami kandungan Al Qur’an
2. Mengapa ijtihad diperbolehkan? Nabi tidak menjelaskan setiap ayat Al Qur’an
3. Para sahabat sering berselisih pendapat mengenai penafsiran suatu ayat.
4. Rasulullah pernah berdo’a untuk Ibnu Abbas.Doa tersebut berbunyi :
اللهم َفقه َفى الدُين ِوعلمه التْأِوُيل
“ya Allah berilah pehaman agama kepada Ibnu Abbas dan ajarilah ia takwil ”
Argumentasi kelompok yang mengizinkan
Corak tafsir bi Al Ra’yi
Maqbul/MahmudahMardud/Madzmum
1. Memaksakan diri mengetahui makna yang dikehendaki Allah pada suatu ayat tanpa memenuhi syarat untuk itu
2. Mencoba menafsirkan ayat yan maknanyha hanya diketahui Allah (otoritas Allah semata)
3. Menafsirkan ayat Al Qur’an dengan disertai hawa nafsu dan sikap istihsan
5. Menafsirkan AlQur’an dengan memastikan bahwa makna yang dikehendaki Allah adalah demikian …. Tanpa didukung dalil.
Tafsir bi Ar Ra’yi dapat diterima selama menghindari hal-hal berikut :
الحمد لله رب العالمْين
.... ِوالِسًالم