makalah tekban polietilen tereftalat (pet)

31
MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA TEKNOLOGI BAHAN “ POLIETILEN TEREFTALAT (PET)” Disusun Oleh Kelompok : 8 Anggota : 1. Andriano Suryawan Utama (3335131867) 2. Asep Rifki (333513xxxx) 3. Putri Kurnia (333513xxxx) 4. Utami Triana Lusi (333513xxxx) Kelas : A Mata Kuliah : Proses Industri Kimia Dosen : Elvi, S.T., M.T Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Upload: andriano-suryawan-utama

Post on 15-Sep-2015

433 views

Category:

Documents


130 download

DESCRIPTION

PET

TRANSCRIPT

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIATEKNOLOGI BAHAN POLIETILEN TEREFTALAT (PET)

Disusun Oleh Kelompok: 8Anggota: 1. Andriano Suryawan Utama (3335131867) 2. Asep Rifki (333513xxxx) 3. Putri Kurnia (333513xxxx) 4. Utami Triana Lusi (333513xxxx)Kelas: AMata Kuliah: Proses Industri KimiaDosen: Elvi, S.T., M.T

Universitas Sultan Ageng TirtayasaFakutas TeknikJurusan Teknik KimiaCilegon Banten2014KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya makalah tentang teknologi bahan yang berjudul Polietilen Tereftalat (PET) ini dapat diselesaikan sebagaimana mestiya.Makalah teknologi bahan ini dibuat untuk dapat memenuhi syarat dalam mengikuti ujian akhir semester mata kuliah proses industri kimia. Makalah ini berisi tentang informasi mengenai Polietilen Tereftalat (PET) yang meliputi pengertian, klasifikasi, cara pembuatan, fabrikasi, dan aplikasi dari Polietilen Tereftalat (PET).Penulis berharap makalah ini bisa menjadi pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan penulis sendiri khususnya mengenai teknologi polimer tentang Polietilen Tereftalat (PET).Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah di masa yang akan datang.Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Cilegon, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 21.3 Tujuan Penulisan 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Polyethylene Terepthalate (PET)32.2 Sifat-sifat Reaktan dan Produk x2.3 Deskripsi Proses Pembuatanx2.4 Klasifikasi pada Poliethylene Terephtalate (PET)x2.5 Fabrikasi pada Poliethylene Terephtalate (PET)x2.6 Aplikasi dari Poliethylene Terephtalate (PET)x2.7 Bahaya dari Poliethylene Terephtalate (PET)xBAB III KESIMPULAN DAN SARAN3.1 Kesimpulan x3.2 Saran xDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangSebagai negara berkembang, Indonesia melaksanakan pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri. Dengan kemajuan dalam sektor industri diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam pembangunanya, sektor industri ini dikembangkan dalam beberapa tahap dan secara terpadu melalui peningkatan hubungan antara sektor industri dengan sektor lainnya.Industri kimia merupakan salah satu contoh sektor industri yang sedang dikembangkan di Indonesia, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan negara. Dalam mengembangkan dan meningkatkan industri ini diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi yang ada, karena industri kimia membutuhkan perangkat-perangkat yang memang dibutuhkan dan juga membutuhkan sumber daya alam seefisien mungkin. Disamping itu perlu juga penguasaan teknologi baik yang sederhana maupun yang canggih, sehingga bangsa Indonesia dapat meningkatkan eksistensinya dan kredibilitasnya sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Kebutuhan industri-industri kimia saat ini, maka kebutuhan akan bahan baku industri kimia tersebut pun semakin meningkat. Bahan baku industri ada yang berasal dari dalam negeri dan ada juga yang masih di impor. Salah satu bahan baku yang masih diimpor adalah Polyethylene Terepthalate (PET).Polyethylene Terepthalate (PET) ini sering dikenal dengan nama polyester memiliki rumus struktur sebagai berikut : PET dengan berat molekul yang besar banyak digunakan untuk membuat serat sintetis, resin, pembungkus makanan dan minuman, dan lain-lain. Penyimpanan PET dalam wujud cair membutuhkan temperatur yang tinggi sehingga peralatan yang digunakan akan lebih mahal. Selain itu PET dalam wujud cair akan menyulitkan pengiriman. Oleh karena itu lebih efektif bila PET cair diubah menjadi padatan dengan proses kr istalisasi.

1.2Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini yaitu1. Apa yang dimaksud dengan Polietilene Terephtalate (PET)?2. Apa saja klasifikasi dari Polietilene Terephtalate (PET)?3. Bagaimana proses pembuatan Polietilene Terephtalate (PET) , fabrikasi serta aplikasinya?

1.3Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teknologi bahan mengenai Polietilene Terephtalate (PET) dan mengetahui Pengertian, klasifikasi, proses pembuatan, fabrikasi serta aplikasi dari polietilene terephlatate

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Polyethylene Terepthalate (PET)Perkembangan ilmu dan teknologi mengenai polyester (polyethyleneterepthalate) dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krencle dan Carotherspada akhir tahun 1930. Adapun penelitian Krenclemengenai hal tersebut di atas berdasarkan pada teknik alkil resin yaitu reaksi antara glycerol dengan phtalic acid anhydrid.Sedangkan penelitian lain , yaitu Carothers mempelajari persiapan dan hal-hal lain yang berkenaan dengankeliniearan polyester (polyethylene terepthalate). Dari percobaannya telah ditemukan beberapa sifat pembentukan fiber.Hasil percobaan ini merupakan kemajuan tentang struktur bebas dari polimer. Penemuan ini mendasari pola pikir lebih lanjut, yaitu dengan adanya penemuan polyamide, nylon 66 pada tahun 1935, sehingga menuju ke arah pendirian industri tekstil sintetis yang modern. Penemuan Carothers masih memiliki kekurangan yaitu fiber yang dihasilkan memiliki titik leleh yang sangat rendah. (Kirk Othmer, 1981) Pada tahun 1942, Rex Whinfield dan W Dickson yang bekerja pada perusahaan Calico Printers Association di Inggris menemukan sintetis polimer linieryang dapat diproduksi melalui Ester Exchange antara Ethylene Glycol(EG) dan Dimethyl terepthalate (DMT) yang menghasilkan polyethylene terepthalate. (http://www.wikipedia.org/wiki/polyethyleneterepthalate )Pada perkembangan selanjutnya produksi polyester (polyethylene terepthalate) untuk serat-serat sintetis menggunakan bahan baku Terepthalate Acid (TPA) dan Ethylene Glycol EG). Produksi serat polyester (polyethylene terepthalate) secara komersial dimulai pada tahun 1944 di Inggris dengan nama dagang Terylene dan pada tahun 1953 di Amerika Serikat (Dupont) dengan nama dagang Dacron (Kirk Othmer, 1981)Polietilena tereftalat (disingkat PET, PETE atau dulu PETP, PET-P) adalah suatu resinpolimerplastiktermoplast dari kelompok poliester. PET banyak diproduksi dalam industri kimia dan digunakan dalam serat sintetis, botol minuman dan wadah makanan, aplikasi thermoforming, dan dikombinasikan dengan serat kaca dalam resin teknik. PET merupakan salah satu bahan mentah terpenting dalam kerajinan tekstil. Gambar 1 Struktur kimia polietilena tereftalat

PET dapat berwujud padatanamorf (transparan) atau sebagai bahan semi-kristal yang putih dan tidak transparan, tergantung kepada proses dan riwayat termalnya. Monomernya dapat diproduksi melalui esterifikasiasam tereftalat dengan etilen glikol, dengan air sebagai produk sampingnya. Monomer PET juga dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasietilen glikol dengan dimetil tereftalat dengan metanol sebagai hasil samping. Polimer PET dihasilkan melalui reaksi polimerasikondensasi dari monomernya. Reaksi ini terjadi sesaat setelah esterifikasi/transesterifikasinya dengan etilen glikol sebagai produk samping (dan etilen glikol ini biasanya didaur ulang).Kebanyakan (sekitar 60%) dari produksi PET dunia digunakan dalam serat sintetis, dan produksi botol mencapai 30% dari permintaan dunia. Dalam penggunaannya di bidang tekstil, PET biasanya disebut dengan poliester saja.Plastik PET merupakan serat sintesis poliester (darkon) yang transparan dengan daya tahan kuat, tahan terhadap asam, kedap udara, fleksibel, dan tidak rapuh. Dalam hal penggunaanya, pelastik PET menempati urutan pertama . Penggunaanya sekitar 72 % sebagai kemasan minuman dengan kualitas yang baik. Pelastik PET merupakan poliester yang dapat dicampur dengan polimer alam seperti : sutera , wol dan katun untuk menghasilkan bahan pakaian yang bersifat tahn lama dan mudah perawatannya. PET merupakan jenis 1, Tanda ini biasanya tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya serta tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol plastik, berwarna jernih/ transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. BOTOL JENIS PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.

2.2Sifat-sifat Reaktan dan Produk Pada pembuatan polyethylene terepthalate bahan-bahan yang digunakan adalah terepthalate acid dan ethylene glycol sedangkan produk yang dihasilkan adalah polyethylene terepthalate. Sifat-sifat fisika dan kimia bahan-bahan tersebut diuraikan sebagai berikut :1. Terepthalate Acid (TPA)a. Sifat-sifat Fisika : Struktur kimia: Rumus moleku l: C6H4(COOH)2 Berat molekul: 166,13 g/molWujud : Bubuk atau kristal berwarna putih Densitas : 1,522 g/cm3 Titik lebur: 427 oC Titik didih: 402oC Kelarutan dalam air: 1,7 g/ 100 mL (25 oC) Panas spesifik: 1202 J/(kg.K) Larut dalam dimethyl sulfoxide dan alkaliserta sedikit larut dalam etanol, metanol, asam asetat, dan asam sulfat.(Kirk Othmer, 1981)

b. Sifat-sifat Kimia : Bereaksi dengan ethylene glicol menghasilkan polyethylene terepthalate Bereaksi dengan metanol menghasilkan dimethyl terepthalate Dihasilkan dengan mengoksidasikan p-dimetil benzena Dihasilkan dengan mengoksidasikan p-xylenedengan menggunakan katalis cobalt. Dihasilkan dengan mereaksikan dipotassium terepthalate dengan asam sulfat(Kirk Othmer, 1981)

2. Ethylene glycola. Sifat-sifat Fisika : Struktur kimia: Rumus moleku l: C2H4(OH)2 Berat molekul: 62,068 g/mol Densitas: 1,1132 g/cm3 Titik lebur : -12,9 oC Titik didih: 197,3 oC Titik nyala: 111 oC (closed cup) Temperatur Autoignition: 410 oC Visko sitas: 20,9 mPa.s (20 oC) Index refractive: 1,431820D Panas penguapan: 52,24 kJ/mol (pada 101.3 kPa) Larut dalam air(Kirk Othmer, 1981)

a. Sifat-sifat Kimia : Bereaksi dengan ethylene glicol dengan menggunakan katalis antimon Trioksida menghasilkan polyethylene terepthalate. Bereaksi dengan Carbonat menghasilkan ethylene carbonat dan metanol Dihidrasi dengan menggunakan katalis asam menghasilkan 1,4-dioxane Bereaksi dengan Methylamine menghasilkan N-methylmorpholin. Bereaksi dengan keton dan aldehid menghasilkan 1,3-dioxolanes(cyclic Ketals dan acetals) dan air. Dihasilkan dari reaksi hidrolisis etylene oxide. (Kirk Othmer, 1981)

3. Antimony Trioxidea. Sifat-sifat fisika Rumus moleku l: Sb2O3 Berat molekul: 291,52 g/mol Wujud: Padatan kristal berwarna putih Densitas: 5,2 g/cm3 Titik lebur: 656 oC Titik didih: 1425 oC Kelarutan dalam air: 1,4 mg/100 ml (30 oC)( http://www.wikipedia.org/wiki/antimony-trioxide )

b. Sifat-sifat kimia : Digunakan sebagai katalis pada reaksi pembentukan polyethylene terepthalate dari terepthalate acid dan ethylene glycol. Dihasilkan dari reaksi oksidasi antimon 4Sb + 3O2 2Sb2O3 Bereaksi dengan asam klorida menghasilkan antimony trihloridedan airSb2O3 + 6HCl 2SbCl3+ 3H2O Bereaksi dengan asam bromida menghasilkan antimony tribromide dan airSb2O3 + 6HCl 2SbCl3+ 3H2O Bereaksi dengan asam klorida menghasilkan antimony oxychloride dan airSb2O3 + 2HCl 2SbOCl + H2O (Kirk Othmer, 1981)

4. Polyethylene terepthalatea. Sifat-sifat Fisika : Struktur kimia: Rumus moleku l: C10H8O4 Densitas: 1370 kg/m3 Modulus young: 2800-3100 Mpa Tensile strength: 55-75 Mpa Temperature glass: 75 Titik lebur: 260 Konduktivitas thermal : 0.24 W/(m.K) Panas Specific: 1.0 KJ/(Kg.K) Penyerapan air: 0.16 Viskositas intrinstik: 0.629 dl/g Sifat-sifat kimia: Dihasilkan dari reaksi antar terephlatate acid dan ethylene glycol dengan menggunakan katalis Sb2O3 Dihasilkan dari reaksi antara dimetyil terephlatate dan ethylene glycol(Kirk Othmer,1981)

2.3Deskripsi Proses Pembuatan Poliethylene Terephlatate (PET) dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu melalui reaksi ester exchange antara dimethyl terephlatate (DMT) dengan ethylene glycol (EG) dan melalui esterifikasi langsung antara terephlatate acid (TPA) dan ethylene glycol (EG). 1. Proses pembuatan dengan reaksi esterifikasi langsunga. Tahap Persiapan Bahan BakuTerepthalate acid (TPA) yang berbentuk bubuk diangkut dari tangki penyimpanan terepthalate acidn dengan menggunakan bucket elevator untuk dimasukkan ke dalam tangki pencampur . Bersamaan dengan itu dimasukkan juga ethylene glycol (EG) dari tangki penyimpananethylene glycolyang dialirkan dengan menggunakan pompa dan juga ethylene glycol (EG) yang di recycle dari proses. Rasio molar antara terepthalate acid dengan ethylene glycol yang akan masuk ke dalam mixer adalah 1:2. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan pengaduk dan berlangsung selama 30 menit pada temperatur 800C serta tekanan 1 atm. Campuran yang dihasilkan berupa slurry.

b. Tahap reaksii. Reaksi pembentukan Bishydroxyethyl Terepthalate (BHET) Slurry (TPA + EG) yang dihasilkan dari tangki pencampuran dialirkan ke reaktor esterifikasi dengan menggunakan pompa .Selanjutnya katalis antimony trioxide (Sb2O3) yang berasal dari tangki penyimpanan antimony trioxidedicampurkan ke dalam reaktor esterifikasi. Dalam reaktor esterifikasi yang dilengkapi dengan pengaduk ini berlangsung proses esterifikasi langsung yaitu terbentuknya gugus isomer dari reaksi antara TPA dan EG dengan konversiterepthalate acid sebesar 90 %. Hasil yang diperoleh dari reaksi tersebut adalah bishydroxyethyl terepthalate(BHET), air (H2O) dan terepthalate acid(TPA) yang tidak bereaksi.Pada reaktor ini, reaksi berjalan secara endotermis. Kondisi operasi reaktor esterifikasi ini pada temperatur 250 0C dan tekanan 1 atm selama 100 menit.Reaksi yang terjadi pada reaktor esterifikasi adalah :

+ 250 1 atm,100 menit TPAEG BHET air

Uap air dan ethylene glycol yang keluar dari reaktor esterifikasi mempunyai temperatur 250 0C dialirkan menuju partial condenser untuk mengkondensasikan uap yang terbentuk. Selanjutnya uap dan cairan yang dihasilkan dari partial condenserdengan temperatur 160 0C dialirkan ke knock out drum untuk dipisahkan. Cairan yang telah dipisahkan kemudian dialirkan menuju cooler (E-10) untuk menurunkan temperaturnya menjadi 80 0C yang kemudian akan dialirkan menuju ke tangki pencampuran. Sedangkan BHET (bishydroxyethyl terepthalate) yang terbentuk, terepthalate acid yang tidak bereaksi dan katalis dialirkan dari bagian bawah reaktor esterifikasi ke reaktor prepolimerisasi dengan menggunakan pompa.

ii. Proses PrepolimerisasiProses prepolimerisasi berlangsung dalam reaktor prepolimerisasi yang dilengkapi dengan pengaduk pada suhu 270 0C dan tekanan 1 atm dengan konversi bishydroxyethyl terepthalate(BHET) sebesar 95 % . Proses ini menghasilkan monomer dengan derajat polimerisasi 20 (prepolimer), ethylene glycol, dan bishydroxyethyl terepthalate yang tidak bereaksi.Reaksi yang terjadi dalam reaktor prepolimerisasi adalah : Bishydroxythyl Terephlatate 270 , 1 atm Ethylene Glycol + PrepolimerSebagian uap ethylene glycol dan air yang tidak bereaksi akan menguap dan dialirkan ke knock out drum. Selanjutnya monomer dari reaktor prepolimerisasi yang terbentuk dialirkan ke reaktor polikondensasi dengan menggunakan pompa.

iii. Proses Polikondensasi Pada proses polikondensasi akan terbentuk ikatan monomer -monomer menjadi polimer yang panjang dengan derajat polimerisasi yang semakin bertambah besar. Proses polikondensasiberlangsung pada temperatur 2900C dan tekanan 0,00197 atm (200 Pa) dengan konversi prepolimer sebesar 99 % dalam reaktor polikondensasi. Untuk memvakumkan tekanan dari 1 atm menjadi 0,00197 atm digunakan steam ejector. Reaksi yang terjadi adalah :

Pada proses ini uap ethylene glycolyang tidak bereaksi akan di hisap oleh aliran steam yang sangat kencang yang dihasilkan oleh steam ejector . Selanjutnya steam dan ethylene glycol dikondensasikan dengan menggunakan condenser. Ethylene glycol yang dipisahkan kemudian direcycle ke tangki pencampuran yang terlebih dahulu didinginkan pada cooler.

c. Tahap Pemisahan ProdukCairan kental polyethylene terepthalate (PET) yang dihasilkan dari reaktor polikondensasi dialirkan ke filter press untuk dipisahkan dari katalis Sb2O3. Selanjutnya cairan kental polyethylene terepthalate (PET) tersebut dipompakan dan selanjutnya diturunkan temperaturnya dari 290 0C menjadi 60 0C dengan menggunakan cooler. Setelah didinginkan, Cairan kental polyethylene terepthalate tersebut dimasukkan ke kristaliser untuk mengkristalkan produk PET. Setelah keluar dari kristaliser, PET kristal dan mother liquor dialirkan menuju centrifuge dengan menggunakan pompa untuk dipisahkan antara PET kristal dengan mother liquornya. Mother liquoryang telah dipisahkan dari kristal PET kristal dialirkan ke mother liquor tank, sedangkan PETkristalnya dialirkan menuju Pelletizeruntuk dibentuk menjadi pelet dengan ukuran 3 mm. Kemudian pellet PET diangkut menuju ke tangki penyimpanan dengan menggunakan belt conveyor. Kadar prepolimer dan PET non kristal yang boleh tercampur dalam produk PET kristal adalah sebesar 1 % ( www.tradeindia.com , 2007 )

2. Proses pembuatan Poliethylene Terephlatate (PET) dengan Reaksi transesterifikasiPada dasarnya proses pembuatan Poliethylene Terephtalate (PET) dengan reaksi transesterifikasi antara antara dimethyl terephlatate (DMT) dengan ethylene glycol (EG) dibandingkan dengan reaksi esterifikasi langsung antara terephlatate acid (TPA) dan ethylene glycol (EG), prinsip kerjanya sama saja. Yang berbeda adalah produk samping yang dihasilkan. Jika pada reaksi esterifikasi langsung, produk samping yang terbentuk adalah air sedangkan pada reaksi transesterifikasi, produk samping yang terbentuk adalah metanol.Sebelum tahun 1963, proses pembuatan Polietilen Tereftalat (PET) sangatlah sulit, namun sekarang terdapat berbagai macam proses pembuatan Polietilen Tereftalat (PET) semua digunakan untuk memproduksi PET industri, sekarang dunia masih banyak aplikasi. Metode ini mencakup dua langkah yaitu yang pertama, dimetil tereftalat (DMT) dicampur dengan etilena glikol atau 1,4 - butanediol dengan adanya katalis untuk reaksi transesterifikasi esterifikasi tersebut. Katalis yang umum digunakan adalah seng, kobalt, mangan asetat, atau campurannya dengan trioksida antimon dalam jumlah massa dimetil tereftalat DMT 0,01% ~ 0,05%. Ketika bereaksi dan tercampur akan terbentuk Bishydroxyethyl Terepthalate (BHET) dengan produk samping metanol . Reaksi ini dapat di mulai pada 1500C, tetapi dalam banyak hal di lakukan pada 2000C atau lebih untuk meningkatkan laju reaksi. Jadi selama reaksi berlangsung metanol menguap dan juga EG. Jika reaksi tersebut di lakukan dalam sebuah autoklaf, gas yang di hasilkan di dinginkan dan akan mengembunkan EG. Yang kemudian di kembalikan ke autoklaf. Gas yang tertinggal, yang terdiri dari metanol, di dinginkan lebih lanjut supaya mengembun dan di pulihkan kemudian dipindahkan ke bejana polikondensasidan dipolikondensasikan selama 2700 2800C. Melalui reaksi kondensasi EG harus diisolir. Untuk melanjutkan reaksi, uap EG harus dihilangkan. Oleh karena itu gas dalam bejana reaksi di buang hingga tekanan uap mencapai 0,5 -1 mmHg mutlak.Pada reaktor polikondensasi pertama, suhu reaksi adalah 270 , setelah polikondensasi reaksi suhu ketel dari 270 ~ 280 , menambahkan sejumlah kecil stabilisator dalam rangka meningkatkan stabilitas termal . Reaksi polikondensasi bawah pada keadaan vakum tinggi (tekanan residu tidak lebih dari 266Pa) dan pengadukan yang kuat, untuk mendapatkan poliester dengan berat molekul yang tinggi. Serat Poliethylene Terephlatate (PET) harus memiliki berat molekul tidak kurang dari 20.000 g. Poliethylene Terephlatate (PET) yang digunakan dalam membuat sebuah film fotografi, kaset audio atau video memiliki berat molekul sekitar 25.000 g sedangkan Poliethylene Terephtalate (PET) yang digunakan dalam plastik umum memiliki berat molekul sekitar 20.000-30.000g.Sepertipada nylon, polymer dikeluarkan dari bejana reaksi oleh tekanan gas nitrogen, didinginkan supaya memadat, dan dipotong-potong menjadiflake.

2.4Klasifikasi pada Poliethylene Terephtalate (PET)Adapun klasifikasi atau macam-macam jenis produk yang dihasilkan dari bahan Poliethylene Terephtalate (PET), yaitu Tekstil-Poliethylene Terephtalate (PET) Resin, Botol / A-Poliethylene Terephtalate (PET) Film-Poliethylene Terephtalate (PET)( http://wikipedia.org/wiki/polietilen-tereftalat/ )

2.5Fabrikasi pada Poliethylene Terephtalate (PET)Penggunaan Poliethylene Terephtalate (PET) di dunia sebagai kemasan botol - botol minuman mencapai 1,5 juta ton setiap tahunnya (Suh dkk., 2000). Pada 2010 peningkatan penggunaanPoliethylene Terephtalate (PET) mencapai 56,0 juta ton (Imran dkk., 2010).Meningkatnya penggunaan Poliethylene Terephtalate (PET) menyebabkan jumlah limbah Poliethylene Terephtalate (PET) meningkat dengan cepat pula. Walaupun plastik jenis poliester ini tidak menimbulkan bahaya yang langsung terhadap lingkungan, yakni dalam hal ia tidak mengeluarkan/membuat/menyebabkan timbulnya bahan - bahan yang menyebabkan turunnya kualitas kesehatan manusia, namun plastik ini tidak dapat langsung didegradasi di alam (Wang dkk, 2009).Secara umum keunggulan Poliethylene Terephtalate (PET)adalah pada sifat-sifat yang baik pada kuat tarik, ketahanan kimia, kejernihan dan stabilitas termal (Caldicott, 1999).Poliethylene Terephtalate (PET) memiliki beberapa karakteristik, diantaranya : Transparan (tembus pandang), bersih, dan jernih Memiliki sifat beradaptasi terhadap suhu tinggi (300C) yang sangat baik Permeabilitas uap air dan gas sangat rendah Tahan terhadap pelarut organik seperti asam asam dan buah buahan sehingga dapat digunakan untuk mengemas produk sari buah Tidak tahan terhadap asam kuat, fenol, dan benzyl alkohol. Kuat, tidak mudah rusak. Botol plastik yang menggunakan Poliethylene Terephtalate (PET) mampu menahan tekanan yang berasal dari minuman berkarbonasi.Berikut ini merupakan diagram alir pembuatan Poliethylene Terephtalate (PET) dengan proses esterifikasi langsung antara antara terephlatate acid (TPA) dan ethylene glycol (EG).

Gambar 2 Diagram alir pembuatan Poliethylene Terephtalate (PET) dengan proses esterifikasi langsung

2.6Aplikasi dari Poliethylene Terephtalate (PET)Poliethylene Terephtalate (PET) banyak diproduksi dalam industri kimia dan digunakan dalam serat sintetis, botol minuman (botol plastik yang jernih atau transparan) seperti botol mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya, dan wadah makanan, aplikasi thermoforming, dan dikombinasikan dengan serat kaca dalam resin teknik. Poliethylene Terephtalate (PET) juga merupakan salah satu bahan mentah terpenting dalam kerajinan tekstil dalam pembuatan kain. Selain itu juga Poliethylene Terephtalate (PET) digunakan dalam pembuatan film fotografi dan juga kaset audio maupun kaset video. Namun penggunaan Poliethylene Terephtalate (PET) dalam pembuatan botol yang berkode 1 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai, bukan untuk dipakai berkali-kali dan jangan dipakai untuk air hangat apalagi panas.

2.7Bahaya dari Poliethylene Terephtalate (PET)Tentunya penggunaan Poliethylene Terephtalate (PET) dalam pembuatan suatu produk .

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1KesimpulanBerdasarkan tinjauan pustaka dan literatur yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa: A B C D E

3.2SaranAdapun saran yang penulis dapat berikan, yaitu: A B C D E

DAFTAR PUSTAKA

Basset ,J . 1994 . Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.Harjadi, W., 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: GramediaHendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP PressImran, M., Kim, Bo-Kyung., Han, Myungwan., Cho, Bong Gyoo., Kim, Do Hyun. 2010. Sub- and Supercritical Glycolysis of Polyethylene Terephthalate (PET) Into The Monomer Bis(2-Hydroxyethyl) Terephthalate (BHET) Polymer Degradation and Stability, 95, 1686-1693 .Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. New York: John Wiley & Sons Ltd.