makalah sbmk

Upload: sri-rahayu

Post on 07-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Model pembelajaran kooperatif

TRANSCRIPT

  • MAKALAH STRATEGI BELAJAR

    MENGAJAR KIMIA

    MODEL PEMBELAJARAN

    KOOPERATIF

    DISUSUN OLEH : SRI RAHAYU (F1061131012)

    ANASTASIA ILIN (F10611310

    PANDU EKA PUTRA ARIANA (F10611310

    PROGRAM STUDI PENDIDIKA KIMIA

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN LMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS TANJUNGPURA

    PONTIANAK

    2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami

    dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Model Pembelajaran

    Kooperatif. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata

    kuliah Strategi Belajar Mengajar Kimia di Universitas Tanjungpura Pontianak.

    Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis

    penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan

    saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

    Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya

    kepada Bapak Rahmat Rasmawan, M.Pd selaku dosen yang telah memberikan tugas dan

    petunjuk serta arahannya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

    Pontianak, 20 Oktober 2014

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii

    DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang................................................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 2

    C. Tujuan.............................................................................................................................. 2

    BAB II PEMBAHASAN

    A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif.................................................................... 3

    B. Ciri Khas Model Pembelajaran Kooperatif...................................................................... 4

    C. Landasan Teoritis Model Kooperatif................................................................................ 4

    D. Tujuan Pembelajaran Kooperatif...................................................................................... 5

    E. Sintaks/Fase Model Pembelajaran Kooperatif.................................................................. 9

    F. Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif....................................................................... 9

    G. Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Kooperatif...................................................... 19

    BAB III PENUTUP

    Kesimpulan........................................................................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 21

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu sama lain, karena sifatnya yang

    individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia yang lainnya sehingga sebagai

    konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk beriteraksi dengan

    sesamanya, selain itu manusia memiliki potensi, latar belakang historis, serta harapan masa

    depan yang berbeda-beda. Perbedaan antarmanusia yang tidak terkelola secara baik dapat

    menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antarsesamanya. Agar manusia

    terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang saling

    tenggang rasa. Dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan formal banyak

    dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan gender, suku, agama, dan lain-lain.

    Dari karakter yang heterogen tersebut, timbul suatu pertanyaan bagaimana guru dapat

    memotivasi seluruh siswa mereka untuk belajar dan membantu saling belajar satu sama lain,

    menyusun kegiatan kelas sehingga siswa benar-benar memahami ide, konsep dan

    keterampilan, cara mengorganisasikan kelas sehingga siswa saling menjaga satu sama lain,

    saling mengambil tanggung jawab satu sama lain, dan belajar untuk menghargai satu sama

    lain terlepas dari suku, tingkat kinerja, atau ketidakmampuan karena cacat.

    Model pembelajaran kooperatif nampaknya merupakan jawaban atas pertanyaan

    tersebut. Pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok yang terkelola dan

    terorganisasikan sedemikian sehingga peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil

    untuk mencapai tujuan-tujuan akademik, effektif dan sosial (Johnson dan Johnson,1989).

    Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip yang harus tercermin

    didalamnya.. lima prinsip tersebut adalah : 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung

    jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5) evaluasi proses

    kelompok (Lie, 2000). Dalam menyelesaikan tugasnya, peserta didik yang satu

    membutuhkan peserta didik yang lain, karena mereka bekerja dalam satu team. Masing-

    masing peserta didik memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi pada

    kelompoknya. Peserta didik yang paham terhadap salah satu tugas harus membantu peserta

    didik lain yang belum memahami tugas tersebut. Demikian pula peserta didik yang belum

    paham harus meminta penjelasan kepada yang telah paham. Mereka juga harus

    berinteraksi satu sama lainnya melalui tatap muka dan komunikasi. Evaluasi dilakukan

  • 2

    baik secara individual maupun kelompok. Prinsip-prinsip pembelajaran demikian akan

    mengeliminasi kompetisi yang menimbulkan krisis kepribadian seperti frustasi,

    kecemasan yang berlebihan, dan rasa rendah diri yang berujubg pada motivasi belajar yang

    rendah. Dari uraian diatas, nampak bahwa model pembelajaran koopertif dapat menjadi

    solusi alternatif dalam mengurangi dampak krisis kepribadian sebagaiman yang

    dikemukakan oleh Erikson.

    B. Rumusan Masalah

    1. Pengertian pembelajaran kooperatif

    2. Ciri khas model pembelajaran kooperatif

    3. Landasan teoritis model kooperatif

    4. Tujuan pembelajaran kooperatif

    5. Sintaks atau fase model pembelajaran kooperatif

    6. Tipe-tipe model pembelajaran kooperatif

    7. Lingkungan belajar model pembelajaran kooperatif

    C. Tujuan

    1. Mengetahui pengertian pembelajaran kooperatif

    2. Mengetahui ciri khas model pembelajaran kooperatif

    3. Mengetahui landasan teoritis model kooperatif

    4. Mengetahui tujuan pembelajaran kooperatif

    5. Mengetahui sintaks atau fase model pembelajaran kooperatif

    6. Mengetahui tipe-tipe model pembelajaran kooperatif

    7. Mengetahui lingkungan belajar model pembelajaran kooperatif

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian

    Posamentier secara sederhana menyebutkan cooperative learning atau belajar secara

    kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan

    mereka sebuah atau beberapa tugas.

    Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya

    mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil

    untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada

    gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan

    bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri

    mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang

    menganut paham konstruktivisme.

    Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh

    siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

    dirumuskan.

    Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model

    pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

    kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan

    menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran

    kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus

    dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses

    pembelajaran.

    Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

    kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

    mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37).

    Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

    konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang

    lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif

    dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

    pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang

  • 4

    untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya

    menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

    Menurut Slavin menyatakan bahwa pendekatan konstruktivis dalam pengajaran secara

    khusus membuat belajar kooperatif ekstensif, secara teori siswa akan lebih mudah

    menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling

    mendiskusikannya dengan temannya.

    Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

    kooperatif merupakan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok yang

    didasari dengan kerja sama dan setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas

    pembelajarannya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama

    antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif

    merubah peran guru dari peran yang berpusat pada Model Pembelajaran Kooperatif 3

    gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut teori

    konstruktivis, tugas guru (pendidik) adalah memfasilitasi agar proses pembentukan

    (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal.

    B. Ciri Khas Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

    kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

    memiliki ciri-ciri:

    untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja

    sama

    kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

    jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis

    kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

    penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

    Adapun ciri khas model pembelajaran kooperatif adalah terbentuknya kelompok

    belajar, namun tidak semua belajar kelompok dapat disebut sebagai pembelajaran

    kooperatif.

    C. Landasan Teoritis Model Pembelajaran Kooperatif

    Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori

    pembelajaran sosial (Arends, 1997). Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu

    pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik

  • 5

    selama aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer

    begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi

    untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan

    bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dari

    uraian di atas nampak bahwa guru bukanlah sebagai pusat pembelajaran, sumber utama

    pembelajaran, serta pentransfer pengetahuan sebagaimana terjadi pada pembelajaran

    konvensional. Pusat pembelajaran telah bergeser dari guru ke peserta didik. Dalam model

    pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi

    peserta didik, pembimbing peserta didik dalam belajar 4 kelompok, pemberi motivasi

    peserta didik dalam memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki

    ketrampilan kooperatif.

    Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif ini adalah:

    a) Teori Konstruktivisme

    b) Teori Vigotsky

    a. Teori Konstruktivisme

    Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,

    yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori

    behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat

    mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih

    memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan

    pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan

    pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena

    setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan

    pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi

    untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.

    Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih

    menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting,

    tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting.

    Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan

    mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya

    memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa membangun pemahamannya

    terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif,

    dan keyakinan yang dimiliki.

  • 6

    Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar

    menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.

    Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil

    dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari

    pemberian tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses

    mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna

    mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.

    b. Teori Vygotsky

    Lev Semionovich Vygotsky, seorang ahli psikologi Rusia memiliki kesamaan

    dengan Piaget (ahli psikologi dan biologi dari Switzerland) dalam memandang

    perkembangan kognitif anak Vygotsky memandang bahwa akuisisi "system isyarat"

    (sign system) terjadi dalam sekuen tahapan yang invarian untuk setiap anak

    sebagaimana disampaikan oleh Piaget. Namun, Vygotsky berbeda dalam memandang

    "pemicu" perkembangan kognitif anak. Ia meyakini bahwa perkembangan kognitif

    anak terkait sangat kuat dengan masukan dari orang lain. Vygotsky mendasarkan

    karyanya pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami

    hanya bila ditinjau dari konteks pengalaman historis dan budaya anak. Kedua,

    perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat (sign system) di mana ia tumbuh.

    Sistem isyarat mengacu kepada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk

    membantu orang bertikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Teori Vygotsky

    di atas mempunyai dua implikasi utama dalam pembelajaran, yaitu, perlunya

    pengelola pembelajaran secara kooperatif dengan pengelompokkan peserta didik

    secara heterogen dari sisi kemampuan 5 akademik, dan kedua, pendekatan

    pembelajaran yang menekankan pentingnya scaffolding, dengan menekankan

    pentingnya tanggung jawab peserta didik pada tugas belajarnya. (Slavin, 2000).

    Vygotsky menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan interaksi

    sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Menurut Vygotsky

    (Slavin, 2000), peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman

    sebaya yang lebih mampu. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan

    memperkaya perkembangan intelektual peserta didik. Pada setting kooperatif, peserta

    didik dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya mereka. Tutorial oleh teman yang

    lebih kompeten akan sangat efektif dalam mendorong petrtumbuhan daerah

    perkembangan proximal (Zone of Proximal Development) anak.

  • 7

    Vygotsky yakin bahwa tujuan belajar akan tercapai jika anak belajar

    menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih

    berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka. Daerah perkembangan terdekat

    adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan orang saat ini. Zone

    of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara tingkat perkembangan aktual, yang

    ditentukan melalui penyelesaian masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan

    potensial anak, yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bimbingan

    (scaffolding) orang dewasa atau teman sebaya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta

    didik bekerja didalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas-tugas yang tidak

    dapat mereka selesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan

    (scaffolding) orang dewasa atau teman sebaya.

    Pemahaman Kognitif

    Piaget (dalam Slavin, 2000) memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin

    tahu bawaan yang mendorongnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Baik

    lingkungan fisik maupun sosialnya. Piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik

    dan pemanipulasian lingkungan akan mengembangkan kemampuannya. Ia juga

    mempercayai bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya dalam

    mengemukakan ide dan berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil

    pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis.(Slavin, 2000). Melalui

    pertukaran ide dengan teman lain, seorang anak yang sebelumnya memiliki pemikiran

    subyektif terhadap sesuatu yang diamati akan merubah pemikirannya menjadi obyektif

    Aktivitas berpikir anak seperti itu terorganisasi dalam suatu struktur kognitif (mental)

    yang disebut dengan "scheme" atau pola berpikir (patterns of behavior or thinking).

    Berkaitan dengan pandangan Piaget dalam hal pembelajaran, Duckworth

    (Slavin, 1995) mengemukakan bahwa pedagogi yang balk harus melibatkan anak pada

    situasi di mana anak mandiri melakukan percobaan, dalarn arti anak mencoba segala

    sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tandatanda, memanipulasi

    simbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan

    apa yang la temukan dan membandingkan temuannya dengan anak lain.

    Scaffolding

    Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama

    tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan

    kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat

    melakukannya (Slavin, 1997).

  • 8

    Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan

    memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan,

    menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan

    tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.

    Belajar Sosial

    Teori John Dewey dan Herbert Thelan

    Menurut Dewey (Arends, 1997), kelas seharusnya merupakan cermin dari

    masyarakat luas dan berfungsi sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan nyata.

    Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan

    demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta didik dalarn kelas.

    Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi peserta didik untuk belajar secara

    kooperatif dan memikirkan masalah-masalah sosial yang penting setiap hari.

    Bersamaan dalam aktivitasnya rnemecahkan masalah di kelompoknya, peserta didik

    belajar prinsip-prinsip demokrasi melalui interaksi dengan peserta didik lain.

    Beberapa tahun setelah Dewey, Thelan (dalam Arends, 1997) berpendapat

    bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang

    bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan masalah antar pribadi. Thelan tertarik

    dengan dinamika kelompok dan rnengernbangkan bentuk yang lebih rinci dan

    terstruktur dari penyelidikan kelompok, dan mempersiapkan dasar konseptual untuk

    pengembangan pembelajaran kooperatif (Arends, 1997).

    D. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

    Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas

    akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam

    memahami konsep-konsep yang sulit.

    Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang

    mempunyai berbagai macam latar belakang.

    Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan

    social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang

    lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam

    kelompok.

  • 9

    E. Sintaks/Fase Model Pembelajaran Kooperatif

    Fase Indikator Aktivitas Guru

    1 Menyampaikan tujuan dan

    memotivasi siswa

    Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

    ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

    memotivasi siswa

    2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

    jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

    3 Mengorganisasikan siswa ke

    dalam kelompok-kelompok

    belajar

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

    caranya membentuk kelompok belajar dan

    membantu setiap kelompok agar melakukan

    transisi efisien

    4 Membimbing kelompok

    bekerja dan belajar

    Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

    pada saat mengerjakan tugas

    5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

    yang telah dipelajari atau masing-masing

    kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

    6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau

    hasil belajar siswa baik individu maupun

    kelompok.

    F. Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division),

    tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

    Universitas John Hopkins dan merupakan model pembelajaran kooperatif paling

    sederhana (Ibrahim dkk, 2000 : 6). Masing-masing kelompok memiliki kemampuan

    akademik yang heterogen (Depelovment MA Project, 2002 : 31), sehingga dalam

    satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang

    kemampuan sedang dan satu siswa lagi berkemampuan rendah.

    Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang secara sadar dan

    sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari

    ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.

  • 10

    b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap

    anggota mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnis,

    maupun kemampuan.

    Guru menyampaikan materi pelajaran.

    Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja

    akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran

    yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota

    kelompok.

    Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat

    menjawab pertanyaan atau kuis dari guru siswa tidak saling membantu.

    Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui

    penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

    Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi

    pelajaran, dan kepada siswa secara indivual atau kelompok yang meraih prestasi

    tinggi memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

    Kelebihan dalam pembelajarankooperatif tipe STAD adalah:

    Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa

    lain

    Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan

    Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

    Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain (Ibrahim, dkk. 2000 : 72).

    Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

    membutuhkan waktu yang lama

    Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang

    pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder

    apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan

    perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 72).

    Tes, Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap siswa

    harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada

    kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau tes sesuai dengan

    kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuias atau tes ini, setiap siswa bekerja

  • 11

    sendiri bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Penentuan Skor, Hasil kuis

    atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam

    daftar skor individual, untuk melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-

    rata skor peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian

    hasil kelompok.

    2. Model Pembelajaran Teams Games Tournaments ( TGT )

    a. Pengertian

    Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau

    model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh

    siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya

    dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan

    permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games

    Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping

    menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan

    keterlibatan belajar.

    Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied

    Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns

    Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang

    beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis

    kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam

    kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT)

    hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem

    skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam

    turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara

    dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan

    bahwa Teams games tournament TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata

    pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan pembelajaranyang

    dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti perhitungan dan

    penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.

    b. Langkah-langkah pembelajaran TGT

    Langkah 1 : Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)

    Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran dan harus memberitahu siswa agar

    cermat mengikuti proses pembelajaran karena informasi yang diterimanya pada fase ini

  • 12

    sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan skor kuis yang

    akan diperoleh sangat menentukan skor tim mereka.

    Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)

    Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6

    orang siswa, terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi

    kelompok disini adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji

    materi yang disampaikan oleh guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan

    akademiknya kurang sehingga mereka secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis.

    Kekompakkan kerjasama tim akan mampu meningkatkan hubungan antar sesama

    anggota tim, rasa percaya diri, dan keakraban antar siswa.

    Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)

    Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan.Materinya terdiri dari

    sejumlah pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru pada

    fase sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh

    informasi secara klasikal dan hasil latihan di kelompoknya.

    Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok

    Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap

    kelompok, kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan

    diperoleh gambaran perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat

    memberikan penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada

    tabel berikut.

    Dari sintaks pembelajaran di atas tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber dari

    guru, akan tetapi siswalah yang secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri

    bersama anggota kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar

    konstruktivisme. Dengan demikian, guru hanya berperan sebagai fasilitator agar

    terjamin kondisi yang baik untuk pembelajaran.

    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif

    Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut

    Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari

    pembelajaran TGT antara lain:

  • 13

    Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

    Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

    Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

    Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

    Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

    Motivasi belajar lebih tinggi

    Hasil belajar lebih baik

    Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

    Sedangkan kelemahan TGT adalah:

    Bagi Guru

    Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari

    segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai

    pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang

    dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang

    sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara

    menyeluruh.

    Bagi Siswa

    Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit

    memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas

    guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik

    tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

    3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

    a. Pengertian

    Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas

    Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins.

    Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan 5 atau 6

    anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam

    bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan

    yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang sama

    berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok

    ahli (Ibrahim, dkk. 2000 : 52).

  • 14

    a. Langkah-langkah model jigsaw dibagi menjadi 6 tahapan, yaitu :

    Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan

    verbal, buku teks, atau bentuk lain

    Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar

    Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan kerja di empat

    duduk masing-masing

    Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar

    Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa Nurhadi

    dan Agus Gerrard, 2003 : 40)

    Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa :

    Menyiapkan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi, Beberapa aspek dari

    tujuan dan motivasi siswa tidak berbeda untuk pembelajaran model jigsaw. Guru

    yang berhasil memulai pelajaran dengan menelaah ulang, menjelaskan tujuan

    mereka dengan bahasa yang mudah dipahami, dengan menunjukkan bagaimana

    pelajaran itu terkait dengan pelajaran sebelumnya.

    Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan

    verbal, buku teks atau bentuk-bentuk lain, Menyajikan informasi verbal secara

    jelas kepada siswa dan memberikan petunjuk bagaimana melakukannya. Petunjuk

    itu tidak akan diulang di sini. Bagaimanapun juga, penting untuk menggaris

    bawahi suatu perhatian singkat tentang penggunaan buku teks.

    Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa

    Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan yaitu:

    Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain

    Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan

    Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya

    Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

    Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain (Ibrahim, dkk. 2000 : 70).

    Sedangkan kekurangannya, yaitu :

    Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang

    pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder

    apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan

    perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 71).

  • 15

    4. Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

    a. Pengertian

    Dalam Nurhadi (2005: 120), Frank Lyman (1981) think pair share merupakan

    metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses

    pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekeja sama antar siswa yang

    mempunyai kemampuan heterogen. Dikemukakan oleh Lie (2002:56) bahwa, think pair

    share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan

    bekerjasama dengan orang lain. Think pair share memiliki prosedur secara eksplisit dapat

    memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu

    sama lain (Ibrahim, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama,

    saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara

    kooperatif.

    Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan salah satu model

    pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan

    diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Karakteristik

    model think pair share siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi

    untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini selain diharapkan dapat menjembatani

    dan mengarahkan proses belajar mengajar juga mempunyai dampak lain yang sangat

    bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah

    siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi

    informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya

    jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.

    Pembelajaran think pair share dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan

    ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan ide-idenya dengan

    orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala

    keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan

    kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.

    Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan

    rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.

    Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

    kooperatif tipe think pair share adalah model Pembelajaran yang dapat mengaktifkan

    seluruh kelas karena siswa diberi kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan

    orang lain dalam kelompok kecil sehingga membantu siswa untuk respek pada orang lain

    dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan dan siswa

  • 16

    dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan

    menerima umpan balik.

    Pengertian think pair share menurut peneliti adalah model pembelajaran yang

    menuntut siswa agar dapat berpikir sendiri dan bekerja sama dengan siswa yang lain dalam

    kelompok kecil dalam mengembangkan kemampuan sehingga 8 diperlukan interaksi yang

    baik dalam membagi informasi untuk menyelesaikan permasalahan.

    b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)

    Dalam Nurhadi (2005 :120), Lyman dan kawan-kawan menggunakan langkah-langkah

    sebagai berikut:

    Langkah I : thinking (berpikir)

    Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berkaitan dengan pelajaran; dan siswa diberi

    waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.

    Langkah II : pairing (berpasangan)

    Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan yang telah dipikirkan.

    Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan telah

    diajukan atau penyampaian ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya

    guru mengijinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

    Langkah III : sharing (berbagi)

    Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau

    bekerja sama dengan secara kelas secara keseluruhan mengenai yang telah mereka

    bicarakan, langkah ini akan efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke

    pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut

    memperoleh kesempatan untuk melapor.

    Sedangkan menurut Huda (2011 : 136), prosedur pembelajaran think pair share adalah

    sebagai berikut :

    1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat

    anggota/siswa.

    2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

    3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri

    terlebih dahulu.

    4. Kelompok membentuk anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan

    mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

  • 17

    5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk

    mebagikan hasil diskusinya.

    Dari langkah-langkah pembelajaran think pair share yang dikemukakan oleh kedua ahli,

    belum dicantumkan sintaks pembelajaran kooperatif secara keseluruhan. Langkah-

    langkah dalam pembelajaranpun menggunakan kegiatan awal, inti dan akhir. Oleh karena

    itu, peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran think pair share dengan

    menggabungkannya dengan sintaks pembelajaran kooperatif yakni sebagai berikut:

    A. Kegiatan Awal

    1. Membuka pelajaran: memeriksa kesiapan peserta didik.

    2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

    3. Guru memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan dan

    direncanakan.

    4. Guru membentuk kelompok

    B. Kegiatan Inti

    Tahap think:

    5. guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

    6. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-

    sendiri terlebih dahulu.

    Tahap pair :

    7. Kelompok membentuk anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan

    mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

    8. Guru mengontrol kerja siswa dalam berdiskusi dan membantu siswa mengarahkan

    jika masih terdapat hal-hal yang belum dipahami.

    Tahap share :

    9. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk

    menshare hasil diskusinya.

    10. Guru memimpin jalannya diskusi kelas.

    C. Kegiatan Penutup

    11. Guru memberi penguatan/penghargaan terhadap hasil diskusi.

    12. Guru mengadakan evaluasi.

    Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran TPS

  • 18

    Menurut Huda (2011 : 171) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok berempat

    adalah sebagai berikut :

    1. Mudah dipecah menjadi berpasangan.

    2. Lebih banyak muncul ide.

    3. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan.

    4. Guru mudah memonitor.

    Sedangkan kekurangan dari kelompok berempat adalah sebagai berikut :

    1. Butuh banyak waktu.

    2. Butuh sosialisasi yang lebih baik.

    3. Jumlah genap; menyulitkan pengambilan suara.

    4. Setiap anggota kurang memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada kelompoknya.

    5. Setiap anggota mudah melepaskan diri dari keterlibatan.Perhatian anggota sangat

    kurang.

    5. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)

    a. Pengertian

    Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada

    umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman

    pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

    b. Langkah- langkah penerapan tipe NHT:

    1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa

    sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

    2. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor

    dasar atau skor awal.

    3. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-

    5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.

    4. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.

    5. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama)

    anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk

    oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.

    6. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

    memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.

    7. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.

  • 19

    8. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

    berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar

    ke skor kuis berikutnya (terkini).

    G. Lingkungan Belajar Model Pembelajaran Kooperatif

    Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi

    dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana

    mempelajarinya. Guru menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan

    kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam

    mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya.

    Lingkungan belajar dicirikan oleh proses demokratis dan peranan aktif siswa dalam

    menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Lingkungan

    belajar untuk dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif adalah meliputi :

    Metode : metode mengajar yang dapat digunakan adalah penemuan, inkuiri,

    pemecahan masalah, atau pemberian tugas melalui pendekatan kontekstual.

    Media : buku siswa, LKS, modul

    Peralatan/bahan : sesuai dengan materi

    Prasarana/sarana : kelas yang dapat digunakan untuk diskusi kelompok

    Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model

    pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan

    kemampuan bekerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan untuk membantu teman.

  • 20

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan membentuk kelompok-

    kelompok yang didasari dengan kerja sama dan setiap anggota kelompok harus

    bertanggung jawab atas pembelajarannya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif ini adalah:

    a) Teori Konstruktivisme

    b) Teori Vigotsky

    Langkah langkah model pembelajaran kooperatif

    Fase Indikator Aktivitas Guru

    1 Menyampaikan tujuan dan

    memotivasi siswa

    Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

    yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

    memotivasi siswa

    2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

    jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

    3 Mengorganisasikan siswa ke

    dalam kelompok-kelompok

    belajar

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

    caranya membentuk kelompok belajar dan

    membantu setiap kelompok agar melakukan

    transisi efisien

    4 Membimbing kelompok

    bekerja dan belajar

    Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

    pada saat mengerjakan tugas

    5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

    yang telah dipelajari atau masing-masing

    kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

    6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau

    hasil belajar siswa baik individu maupun

    kelompok.

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2012. Model Pembelajaran Inquiri. (online)(http://www.ras-

    eko.com/2011/05/model-pembelajaran-inquiry.html diakses pada 15 Oktober 2014).

    Anonim. 2012. Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran Inkuiri. (online)(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_tm_054161_chapter

    2.pdf diakses pada 15 Oktober 2014).

    Kunandar.2007. Guru Professional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo.

    Mulyasa. 2008. Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

    DanMenyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

    Muslich Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

    Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan. Rawamangun-Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

    Suprijono, A. 2011.Cooperative Learning.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    Tabrani, Khadijah. 2012. Lingkungan Belajar Model Pembelajaran. (online)(http://khadijahtabrani.blogspot.com/2012/07/lingkungan-

    belajar-model-pembelajaran.html, diakses tanggal 15 Oktober 2014).