makalah parkinson

Upload: raden-nida-yudiastri-muthia

Post on 07-Mar-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

neuro 1

TRANSCRIPT

PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN PARKINSONDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Neurobihaviour 1

Disusun Oleh:Kelompok 8 group 3

Annisa Noor Ramdhani220110130091Desti Rahmawati220110130016Iriani Dewi Setiawan220110130066Raden Nida Y.M.220110130128

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR2015DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA1BAB I PENDAHULUAN21.1Latar Belakang21.2Tujuan3BAB II TINJAUAN PUSTAKA42.1Definisi42.2Etiologi42.3Patofisiologi52.4Faktor Resiko62.5Manifestasi Klinis72.6Klasifikasi132.7Pemeriksaan penunjang142.8Penatalaksanaan152.9Pengkajian262.9.1 Anamnesis262.9.2 Pemeriksaan fisik292.10 Diagnosis Keperawatan352.11 Rencana Intervensi35BAB III SIMPULAN51DAFTAR PUSTAKA52

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit parkinson merupakan penyakit nuerodegradatif ke 2 yang sering terjadi setelah alzaimer. Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita hamipr seimbang. Persentase yang terjangkit penyakit parkinson adalah 5 10 % orang, gejala awal biasa muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun (sumber, th).Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia hingga 85 tahun sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui (Sumber, th). Banyak dampak negatif yang muncul pada pasien ParkinsonKarena banyaknya jumlah penderita dan dampak negatifnya, menjadi penting bagi mahasiswa untuk membuat makalah terkait Parkinson. Diharapkan dengan makalah tersebut, mahasiswa dapat memahami apa itu Parkinson, klasifikasi, faktor risiko, etiologi, patofisiolgi dan gejala Parkinson, serta asuhan keperawatan (pengkajian intervensi keperawatan) yang perlu diterapkan pada pasien Parkinson

TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah :1. Untuk menjelaskan definisi, epidemiologi, dan prognosis Parkinson2. Untuk menjelaskan faktor risiko, Etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi dan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan parkinson3. 4. Untuk menjelaskan mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan Parkinson (pengkajian, diagnose/masalah keperawatan dan intervensi keperawatan beserta rasionalnya) pada pasien dengan Parkinson5. Untuk mengetahui apa itu penyakit Parkinson6. Untuk mengetahui perjalanan penyakit Parkinson7. Dapat menjelaskan kembali mengenai penyakit Parkinson 8. Dapat menjelaskan kembali mengenai rencana asuhan keperawatan pada paisen dengan parkinson

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiPenyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progesif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002).Parkinson merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot, dan hilangnya refleks-refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik (produksi dopamin) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus striatum (nukleus kaudatus dan nukleus lentikularis). Basal ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi, mengakhiri pergerakan, serta mengatur gerakan-gerakan otomatis (Slyvia dan Price, 1999).Jadi dari definisi di atas pada dasarnya Parkinson adalah.2.2 EtiologiPenyebab penyakit Parkinson belum diketahui. Namun terdapat dugaan disebabkan keturunan, infeksi oleh virus yang non konvensional (belum diketahui), pemaparan terhadap zat yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang premature atau di percepat (sumber, tahun).

2.3 Patofisiologi

2.4 Faktor ResikoParkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di subtansi nigra yaitu suatu kelompok sel yang mengatur gerakan gerakan yang tidak dikehendaki atau involuntary, yang mengakibatkan pendertia tidak dapat mengatur atau menahan gerakan-gerakan yang tidak disadari.Mekanisme bagaimana kerusakan masih belum jelas, tetapi ada bebrapa factor resiko yaitu:1. Usia Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 tahun, 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini karna berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuroal, terutama pada subtansia nigra pada penyakit Parkinson. (Sumber, th)2. GenetikPenelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria. Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun (Sumber, th).

3. Faktor Lingkungan (Sumber, th)a. Xenobiotik Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria.b. PekerjaanLebih banyak terjadi pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.c. InfeksiPaparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra.

2.5 Manifestasi KlinisManifestasi klinis klien dengan penyakit Parkinson adalah (Sumber, th):1. Gejala Motorika. Tremor/bergetar Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor). Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi. b. Rigiditas/kekakuan Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, maka langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini disebabkan oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon). c. Akinesia/Bradikinesia Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, kesulitan mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga air liur sering keluar. Gerakan volunter menjadi lebih lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari tempat tidur, sulit bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila saat berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah atau air liur lebih sering keluar dari mulut.d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. 13Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.e. MikrografiaTulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini. f. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan. g. Bicara monotonHal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat. h. DimensiaAdanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif. i. Gangguan behavioralLambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup. j. Gejala LainKedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif) 2. Gejala non motorik (Sumber, th)a) Disfungsi otonom1. Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.2. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic3. Pengeluaran urin yang banyak4. Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.b) Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresic) Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambatd) Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)e) Gangguan sensasi,1. Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,2. Penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan3. Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia)Orang yang hidup dengan Parkinson sangat rentan terhadap penurunan berat badan dan kekuragan gizi. Selain itu juga pasien Parkinson mengalami gangguan menelan sehingga sulit untuk menelan makanan. Strategi yang tepat untuk pasien ini adalah dengan memberikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein dengan bentuk makanan yang kecil kecil ataumakanan yang dihaluskan supaya mudah ditelan. Kalu tidak bisa diberikan makanan melalui oral biasa diberikan melalui enteral misalnya tabung naso-lambung untuk makan jangka pendek atau percutaneous endoscopic gastrotomi(PEG) bisa di pertimbangkan untuk makan jangka panjang. Pasien dengan Parkinson harus rutin dilengkapi dengan 1000-1500mg kalsium dan vitamin d 10-15 mgperhariuntuk mengurangi timbulnya osteoporosis. (Karen Green, 2012) 2.6 KlasifikasiComment by Kemahasiswaan: di awal setelag definisiPenyakit Parkinson dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :Tingkat I : (Tingkat awal)a. Kerusakan pada sebelah tungkaib. Sedikit kelemahanc. Tangan dan lengan bergetarTingkat II : (Tingkat ringan)a. Keusakan pada kedua belah tungkai & lenganb. Wajah seperti berkedokc. Gaya berjalan diserat dan pelanTingkat III : (Tingkat sedang)Gangguan jalan makin meningkatTingkat IV : (Cacat berat)a. Akinesiab. RigidityTingkat V : Ketergantungan penuhSedangkan klasifikasi parkinson berdasarkan penyebab adalah sebagai berikut :1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans.Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatikDapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)3. Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lentikularis), hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal (parkinsonismus juvenilis).2.7 Pemeriksaan penunjangPada penyakit Parkinson tidak ada pemeriksaan untuk menegakan diagnostik pada penyakit Parkinson, pemeriksaan klinis dan anamnesa serta respon pasien tentag pemakaian obat terhadap penyakit dapat meperkuat dugaan diagnosa. Namun ada beberapa pemeriksaan lanjutan bila terjadi dimensia yaitu:1. EEG (Electroencephalography), biasanya terjadi perlambatan yang progresif.2. CT Scan Kepala, biasanya terjadi atropi kortikal difu, sulki melebar, hidrosefalua ex vakuo.

2.8 PenatalaksanaanComment by Kemahasiswaan: bisa masuk ke dalam askep?Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul. (Sumber, th)Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness. Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari. 1. Terapi Obat-obatan (sumber, th)Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:a. Antikolinergik (sumber, th)Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.b. Carbidopa/levodopa (sumber, th)Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik. Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.Sejak diperkenalkan akhir tahun 1960an, levodopa dianggap merupakan obat yang paling banyak dipakai sampai saat ini. Levodopa dianggap merupakan tulang punggung pengobatan penyakit parkinson. Berkat levodopa, seorang penderita parkinson dapat kembali beraktivitas secara normal. (sumber, th)Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya.Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal.Efek samping levodopa dapat berupa: (sumber, th)a. Neusea, muntah, distress abdominalb. Hipotensi posturalc. Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.d. Diskinesia.Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.e. Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin berkurang. Untuk menghilangkan efek samping levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga dengan memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme kerja berbeda seperti dopamin agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor. Jika kombinasi obat-obatan tersebut juga tidak membantu disini dipertimbangkan pengobatan operasi. Operasi bukan merupakan pengobatan standar untuk penyakit parkinson juga bukan sebagai terapi pengganti terhadap obat-obatan yang diminum.c. COMT inhibitors (sumber, th)Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Untuk mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang menggunakan obat levodopa. Tolcapone adalah penghambat enzim COMT, memperpanjang efek L-Dopa. Tapi karena efek samping yang berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis yang sama, entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi liver. d. Agonis dopaminAgonis dopamin seperti bromokriptin (Parlodel), pergolid (Permax), pramipexol (Mirapex), ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson. (sumber, th)Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik. e. MAO-B inhibitors (sumber, th)Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Yaitu untuk mengaluskan pergerakan. Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia. Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian, yang sampai saat ini tidak bisa diterangkan secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah stomatitis. f. Amantadine (Symmetrel) (sumber, th)Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.g. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopaUntuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk maksud ini dapat digunakan karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih banyak levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian dikonversi menjadi dopamine di otak. Efek sampingnya umunya hampir sama dengan efek samping yang ditimbulkan oleh levodopa. 2. Deep Brain Stimulation (DBS) Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan elektroda yang memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus ke dalam otak. Terapi ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan minimal invasif yang dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan minimal untuk mencangkokkan alat medis yang disebut neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target di dalam otak yang terlibat dalam pengendalian gerakan.Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi ini digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek samping, dokter menargetkan wilayah subthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah stimulasi elektris. Pilihan wilayah target tergantung pada penilaian klinis. (sumber, th)DBS kini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik dengan kemajuan pembedahan terkini kepada para pasien dengan penyakit parkinson. DBS direkomendasikan bagi pasien dengan penyakit parkinson tahap lanjut (stadium 3 atau 4) yang masih memberikan respon terhadap levodopa. (sumber, th)Pengendalian parkinson dengan terapi DBS menunjukkan keberhasilan 90%. Berdasarkan penelitian, sebanyak 8 atau 9 dari 10 orang yang menggunakan terapi DBS mencapai peningkatan kemampuan untuk melakukan akltivitas normal sehari-hari.Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat. (sumber, th)3. Terapi FisikSebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya.Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut. (sumber, th)4. Terapi SuaraPerawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik yang menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk meningkatkan kejernihan suara. (sumber, th)5. Terapi genPada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN. Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-derived neurotrophic factor) pada ganglia basal dengan menggunakan implant kathether melalui operasi. Dengan berbagai reaksi biokimia, GDNF akan merangsang pembentukan L-dopa. (sumber, th)6. Pencangkokan syarafCangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan. Percobaan pertama yang dilakukan adalah randomized double-blind sham-placebo dengan pencangkokan dopaminergik yang gagal menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk pasien di bawah umur. (sumber, th)7. OperasiOperasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di mana terapi dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik. (sumber, th)8. Terapi neuroprotektifTerapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamine agonis, dan complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10. (sumber, th)9. NutrisiBeberapa nutrient telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian digunakan secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L- Tyrosin yang merupakan suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70 % dalam mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap 110 pasien. (sumber, th)THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor koenzim dalam biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah dibanding L-Tyrosin dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan katalase untuk menetralkan anion superoxide yang dapat merusak sel. (sumber, th)Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki struktur dan fungsi mirip dengan koenzim Q10. (sumber, th)10. QigongTerdapat dua penelitian mengenai qigong pada penyakit bParkinson. Dalam percobaan di Bonn, studi terhadap 56 pasien didapatkan peningkatan gejala motorik dan non-motorik di antara pasien yang melakukan latihan qigong terstruktur 1 kalin seminggu selama 8 minggu. Penulis berspekulasi bahwa gambaran aliran energy yang membantu peningkatan dalam movement pasien. (sumber, th)Namun demikian studi kedua menunjukkan qigong tak efektif pada penyakit Parkinson. Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan randomized cross-over trial untuk membandingkan latihan aerobic dengan qigong pada penyakit Parkinson tahap lanjut.dua kelompok pasien PD dinilai, kemudian melakukan 20 sesi baik latihan aeronik maupun qigong, dinilai lagi, kemudian setelah selang 2 bulan, ditukar dengan 20 sesi lainnya, kemudian dinilai lagi. Penulis mendapatkan peningkatan kemampuan motorikdan fungsi kardiorespirator setelah mengikuti latihan aerobic, tetapi tak mendapatkan manfaat setelah mengikuti qigong. Penulis juga menyimpulkan latihan aerobik tak memiliki manfaat terhadap kualitas hidup pasien. (sumber, th)11. BotoxBaru-baru ini, injeksi Botox sedang diteliti sebagai salah satu pengobatan non-FDA di masa mendatang. (sumber, th)Comment by Kemahasiswaan: Apa hasil sementara? Mun euweuh mah ga usahj

2.9 PengkajianPenumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system persarafan meliputi anamnesis riwayat penykit, pemeriksaan fisik, pemerikssan diagnostic dan penngkajian psikososial.2.9.1 AnamnesisAnamnesis pada Parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial.a. Identitas KlienMeliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.b. Keluhan UtamaHal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya reflex postural.c. Riwayat penyakit sekarangPada anamnesis klien seringmengeluhkan adanya tremor, sering kali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat jika klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya peri=ubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditasi deserebtasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis peboroi, sulit menelan, konstipasi, serta gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.d. Riwayat penyakit dahuluPengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit antung, anemia, penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.e. Riwayat penyakit keluargaWalaupun penyakit Parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetic yang jelas tetapi pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderrita hipertensi dan dabetes mellitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.f. Pengkajian psikosisiospiritualPengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.2.9.2 Pemeriksaan fisik (sumber, th)?a. Keadaan umumKlien dengan penyakit Parkinson pada umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran, tetapi ada perubahan pada tanda vital yaitu bradikardi, hipotensi dan penurunan frekuensi pernafasan.b. B1 (Breathing)Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi pada penyakit Parkinson adalah hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.1. Inspeksi : Klien mengalami batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot napas.2. Palpasi : Ditemukan taktil premitus seimbang kiri dan kanan.3. Perkusi : Ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru4. Auskultasi :Ditemukan bunyi napas tambahan seperti stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.c. B2 (Blood)Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system saraf otonomd. B3 (BRAIN)1. Inspeksi : Ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.2. Tingkat kesadaran Compos mentis dan juga bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.3. Pemeriksaan fungsi serebri Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan jangka panjang.4. Pemeriksaan saraf kranialSaraf I : tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.Saraf II : hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.Saraf III, IV, dan VI : Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.Saraf V : Ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan, saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal.Saraf VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional.Saraf IX dan X : Kesulitan dalam menelan makanan.Saraf XI : Tidak ada atrofi oto sternokleidomastoideus dan trapezius.Saraf XII : Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.5. Pengkajian Sistem MotorikInspeksi umum, didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditasi deserebrasi.a. Tonus Ototb. Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. Tanda awal kaku ektremitas dan kaku pada semua gerakan. Kesulitan dalam memulai, mempertahankan, dan membentuk aktivitas motoric dan lambat dalam menghasilkan aktivitas normal. Berlanjutnya penyakit ditandai dengan adanya tremor. Sering kali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.Karakteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, serta gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari.6. Pengkajian reflex.Terdapat kehilangan reflex postural, jika kline mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan bergaya berjalan seperti di dorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan ( salah satunya kedepan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.Pengkajian system sensoriSesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap system sensori secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati.e. B4 (Bladder)Penurunan reflex kandung kemih area perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.Klien mungkin mengalami incontinensia urin, ketidakmampuan mengomunisasikan kebutuhan serta ketidak mampuan mnggunakan urinal karena kerusakan control motoric dan postural. Selama periode ini dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik sterilf. B5 (Bowel)Pemenuhan nutrisi berkurang sehubungan dengan intek nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot, dan adanya tremor menyeluruh. Penurunan aktifitas umum klien sering mengalami konstipasi.g. B6 (Bone)Adanya kesulitan untuk beraktifitas karna kelemahan, kelelahan otot, serta tremor secara umum pada seluru otot dan kaku pada seluru gerakan menyebabkan masalah pada pola aktifitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan kordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahanpada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik bila melakukan aktifitas.2.10 Diagnosis Keperawatan (sumber, th)1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot2. Kurang perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hygiene) yang berhubungan dengan tremor dan gangguan motoric3. Konstipasi yang berhubungan dengan medikasi and penurunan aktivitas4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, perlambatan dalam proses makan, serta kesulitan mengunyah dan menelan.5. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah6. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.2.10 Rencana Intervensi

NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria hasilIntervensiRasional

1Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan otot dan kelemahan ototTujuan : dalam waktu 2x24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.Kriteria hasil : klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.1. Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot

2. Lakukan latihan postural

3. Ajarkan teknik berjalan khusus :a. Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak, memandang lurus ke depan dan menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar ( missal berjalan dengan kaki terpisah ).b. Klien dianjurkan untuklatihan berjalan dengan diiringi music atau lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensorik.c. Latihan bernapas sambil berjalan membantu untuk menggerakan rangka tulang rusuk dan transport oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang kadar oksigennya rendah.d. Melakukan periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.

4. Anjurkan mandi hangat dan masase otot.

5. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri, sesuai toleransi

6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.1. Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekuan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.

2. Latihan postural untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik ke depan dan ke bawah.

3. Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh condong ke depan.

4. Mandi hangat dan masase membantu otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.

5. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

6. Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim fisioterapis.

2.Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, keilangan kontrol otot/koordinasiTujuan : dalam waktu 2x24 jam perawatan diri klien terpenuhi.Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuha n merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya, mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL

2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.

3. Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas

4. Rencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.

5. Modifikasi lingkungan

6. Gunakan pagar disekeliling tempat tidur

7. Monitoring kemampuan komunikasi BAK, kemampuan menggunakan urinal, pispot. Antarkan ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan

8. Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.

9. Kolaborasi pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar

10. Konsultasi ke dokter terapi okupasi1. Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual

2. Menghindari klien dari keadaan cemas dan ketergantungan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien randah

3. Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.

4. Klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan

5. Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi

6. Memberi bantuan dalam mendorong klien bangun tanpa bantuan orang lain.

7. Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurologic.

8. Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi

9. Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau BAB

10. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

3. Gangguan eliminasi: konstipasi berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas.Tujuan : Dalam waktu 2x24jam kebutuhan eliminasi konstipasi terpenuhi.Kriteria hasil : klien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat, konsistensi feses lembek, tidak teraba massa pada kolon, bising usus normal ( 15-30x/menit).1. Monitor adanya konstipasi.

2. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi.

3. Modifikasi defekasi yang teratur. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat.

4. Atur posisi duduk toilet.

5. Bila klien mampu minum, berikan asupan cairan yang cukup (2 liter/hari) jika tidak ada kontraindikasi.

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laksatif, supositoria, enema)1. Klien Parkinson mempunyai masalah konstipasi berat. Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah melemahnya otot-otot yang digunakan dalam defekasi, kurangnya latihan, tidak adekuatnya asupan cairan, dan penurunan aktivitas sistem saraf otonom dan obat-obatan digunakan untuk mengobati penyakit, juga menghambat sekresi normal usus.

2. Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi.

3. Defekasi yang teratur dan rutin dapat membangun semangat klien untuk mengikuti pola yang teratur, sadar untuk meningkatkan asupan cairan dan makan makanan yang mengandung serat. Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi regular.

4. Dudukan toilet ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toileting karena klien sulit bergerak dari posisi berdiri ke posisi duduk.

5. Asupan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi fses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi regular.

6. Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air pada usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.

4.Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, perlambatan dalam proses makan, serta kesulitan mengunyah dan menelan.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.Kriteria : mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium1. Evaluasi kemampuan makan klien

2. Observasi/timbang berat badan klien jika memungkinkan

3. Manajemen mencapai kemampuan menelan.a. Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk bolusb. Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelanc. Klien dianjurkan menelan secara berurutand. Klien diajarkan untuk meletakkan makanan diatas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelane. Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke sisi lainf. Untuk mengontrol saliva, klien dianjurkan untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menelang. Massase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantuh. Berikan makanan kecil dan lunak.4. Monitor pemakaian alat bantu

5. Kajilah fungsi system gastrointestinal, yang meliputi suara bising usus, catat terjadi perubahan didalam lambung seperti mual, dan muntah. Observasi perubahan pergerakan usus, misalnya diare, konstipasi

6. Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/ hari selama tidak terjadi gangguan jantung

7. Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti; serum, transferrin, BUN/kreasinin dan glukosa1. Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Klien beresiko terjadi aspirasi akibat penurunan reflex batukComment by Kemahasiswaan: Tuliskan alasan mengapa klien perlu dievaluasi kemampuan makannya?

2. tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot dan kepekaan terhadap pemasangan ventilatorComment by Kemahasiswaan: Bukan tujuan tapi alasan, mengapa perlu ditimbang?Dg tau BB maka akan..?

3. Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan dapat membantu pemenuhan nutrisi klien via oral. Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung

4. Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dank lien diizinkan untuk istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus juga membantu makan. Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang dapat digenggamsendiri digunakan sebagai alat bantu.

5. Fungsi system gastrointestinal sangat penting untuk memasukkan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung.

6. Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar dan mencegah terjadinya

7. Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.

5.Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasiKriteria : klien dapat berkomunikasi dengan sumber kemampuan yang ada1. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi

2. Menentukan cara-cara komunikasi, seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar atau papan tulis, bahasa isyarat, penjelasan arti dari komunikasi yang disampaikan.

3. Pertimbangkan bentuk komunikasi bila terpasang intravenous kateter

4. Letakkan bel/lampu panggilan di tempat tidur yang mudah dijangkau, dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakana kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.

5. Buatlah catatan dikantor perawatan tentang keadaan klien yang tak dapat berbicara

6. Anjurkan keluarga / orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien, memberikan informasi tentang keluarganya dan keadaan yang sedang terjadi

7. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa1. Gangguan bicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit Parkinson. Bicara mereka yang lemah, monoton, halus menuntut kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat, dengan penekanan perhatian pada apa yang mereka katakana

2. Mempertahankan kontak mata akan membuat klien interes selama komunikasi. Jika klien dapat menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau senang dengan isyarat-isyarat sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak. Kemampuan menulis kadang-kadang melelahkan klien. Selain itu dapat mengakibatkan frustasi dalam upaya memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga data bekerja sama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien

3. Kateter intravena yang terpasang ditangan akan mengurangi kebebasan menulis/memberi isyarat

4. Ketergantungan klien pada ventilator akan lebih baik dan rileks, perasaan aman, dan mengerti bahwa selama menggunakan ventilator, perawat akan memenuhi segala kebutuhannya

5. Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset secara periodic, hal ini dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien. Amplifier kecil membantu bila klien mengalami kesulitan mendengar

6. Keluarga dapat merasakan akrab dengan klien berada dekat selama berbicara, dengan pengalaman ini dapat membantu/mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku

7. Ahli terapi wicara-bahasa dapat ,e,bantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metoda komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien

6.Koping tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam koping individu menjadi efektif

Kriteria : mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatf1. Kaji perubahan gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan

2. Dukung kemampuan koping

3. Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian

4. Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejaidan tentang realitas bahwa masih dapt menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat

5. Beri dukungan psikologis secara menyeluruh

6. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dengan memperbaiki kebiasaan

7. Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari

8. Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya

9. Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi

10. Monitor gangguan tidur peningkata kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri.

11. Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi1. Menentukan bantuan individual daam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi

2. Kepauhan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit. Dukungan dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempetahankan partisipasi aktif

3. Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negative terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional

4. Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.

5. Klien penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan dukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatnya mobilitas). Oleh karena Parkinson mengarah akan menunjukkan menarik diri dan depresi, klien harus aktif berpartisipasi dalam program terapi yang mencakup program social dan rekreasi.

6. Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan

7. Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari untuk mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak adanya keinginan dan apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri. Apa pun yang dilakukan hanya kemanan sewaktu mencapai tujuan dan meningkatknya kemampuan koping.

8. Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.

9. Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang pera individu masa mendatang

10. Dapat mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

11. Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerja sama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.

BAB IIISIMPULAN

Penyakit prakinson merupakan penyakit yang belum diketahu penyebabnya biasanya terjadi pada kelompok usia lanjut pada usia 50-60an tahun. Dengan keluhan utama yang sering muncul yaitu gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh kelemahan otot da hilangnya reflex postural. Diagnosa utama yang sering muncul pada pasien dengan penyakit Parkinson adalah hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan dan kekakuan otot. Dengan demikian intervensi keperawatan yg utama utk pasien ini adalah

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca,B.Fransisca.(2008).Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Selemba MedikaBurnner and Suddarth.(2011). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 12. Jakarta : EGC Green, Karen. (2012). Best Practice Guidline for Dietitians on the Management Of Parkinsons. The British Dietitix Association.Mutaqqin, Arif.(2011). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan system Persyarafan. Jakarta:Selemba MedikaWidagdo, Wahyu Skp, dkk.(2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Trans Info MediaPrice, Sylvia A.(2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Vol 2.Jakarta: EGC.

50