makalah novel 4

63
KATA PENGANTAR Puji serta syukur kita panjaktan kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT, yang dengan segala karuniaNya, makalah Tentang “Sepuluh Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, keluarga sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam mengemban risalahnya. Terima kasih Penyusun sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian Makalah ini. Terutama kepada Bapak Dosen Pembimbing. Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah. Demikian juga dengan Penyusun, sekalipun Makalah ini telah selesai melalui proses dan review yang cukup lama, namun masih terbuka kemungkinan adanya beberapa kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, masukan, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk lebih menyempurnakan isi Makalah ini pada kesempatan mendatang. Mudah-mudahan sedikit yang kami bisa sumbangkan ini, akan dicatat oleh Allah SWT sebagai bagian dari amal sholeh Penyusun dan akan menjadi ilmu yang bermanfaat, yang senantiasa akan mengalirkan pahala bagi orang-orang yang mengajarkannya.

Upload: wahyudin

Post on 14-Jun-2015

2.143 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Novel 4

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjaktan kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT,

yang dengan segala karuniaNya, makalah Tentang “Sepuluh Ringkasan dan

Ulasan Novel Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam

tak lupa kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, keluarga sahabat serta

para pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam mengemban risalahnya.

Terima kasih Penyusun sampaikan kepada berbagai pihak yang telah

memberikan kontribusi dalam penyelesaian Makalah ini. Terutama kepada Bapak

Dosen Pembimbing.

Tak ada gading yang tak retak, begitu kata pepatah. Demikian juga dengan

Penyusun, sekalipun Makalah ini telah selesai melalui proses dan review yang cukup

lama, namun masih terbuka kemungkinan adanya beberapa kekurangan di dalamnya.

Oleh karena itu, masukan, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk lebih

menyempurnakan isi Makalah ini pada kesempatan mendatang.

Mudah-mudahan sedikit yang kami bisa sumbangkan ini, akan dicatat oleh

Allah SWT sebagai bagian dari amal sholeh Penyusun dan akan menjadi ilmu yang

bermanfaat, yang senantiasa akan mengalirkan pahala bagi orang-orang yang

mengajarkannya.

Garut, November 2009

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

Page 2: Makalah Novel 4

Pembahasan

1. Anak Perawan Di Sarang Penyamun ....................................................... 1

2. Aki ............................................................................................................ 6

3. Pulang.............. ........................................................................................ 11

4. Senja Di Jakarta ....................................................................................... 16

5. Telepon .................................................................................................... 20

6. Bako ......................................................................................................... 24

7. Olenka ...................................................................................................... 29

8. Anak Tanah Air ........................................................................................ 32

9. Pertemuan Dua Hati ................................................................................. 37

10. Disimpang Jalan ....................................................................................... 41

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 44

Page 3: Makalah Novel 4

1. ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN

edasing terpaksa keluar dari persembunyiannya ketika kobaran api mulai

membakar habis rumahnya. Sekawanan penyamun tidak hanya menjarah

harta benda dan membunuh penduduk yang tak berdosa, tetapi juga

membumihanguskan pemukiman di desa terpencil itu. Di antara teriakan

penduduk yang melarikan diri dan mayat yang bergelimpangan itulah, bocah itu

menangis. Tak tahu apa yang harus diperbuat.

M

Kawanan penyamun itu lalu membawa si bocah bersama hasil jarahannya,

masuk hutan kembali ke sarangnya. Salah seorang di antara penyamun itu, lalu

mengasuh dan membesarkan Medasing. Tumbuhlah ia sebagai bagian dari

kehidupan penyamun. Berbagai ilmu bela diri ia pelajari. Setelah ayah angkatnya

itu meninggal dunia, Medasing— karena kesaktiannya—dipercayakan untuk

menjadi kepala penyamun. "Medasing ialah kepala penyamun berlima itu; kata

orang ia kebal, tahan besi dan ada padanya ilmu halimun untuk melenyapkan diri"

(hlm. 7).

Demikianlah sosok Medasing yang kini merencanakan penjarahan rumah

Haji Sahak, saudagar kaya-raya di Pagar Alam, yang hendak pulang bersama anak

dan istrinya, setelah haji itu baru saja menjual sejumlah kerbaunya di Palembang.

Persiapan pun dilakukan.

Di kegelapan malam, kelima penyamun itu—Amat, Sohan, Tusin, Sanip,

dan Medasing, sang pemimpin—mulai beraksi. Namun, perlawanan yang

diberikan Haji Sahak dan pengiringnya menyebabkan Sohan tewas, Tusin dan

Amat luka parah. Haji Sahak sendiri, tewas. Istrinya pingsan, dan para

pengiringnya melarikan diri. Tinggallah kini, Sayu, anak perawan haji itu yang

selamat. Namun, kemudian, Medasing membawa anak perawan itu ke sarangnya.

Tentu juga berikut harta kekayaan hasil jarahannya.

Kehadiran seorang gadis di tengah para penyamun itu ternyata ikut pula

mempengaruhi pikiran mereka. Setidak-tidaknya, Samad, salah seorang

Pengarang : S. Takdir AlisjahbanaPenerbit : Balai PustakaTahun : 1940; Cetakan XI, 1990

Page 4: Makalah Novel 4

penyamun yang bertugas sebagai mata-mata, bermaksud hendak membawa kabur

gadis itu, sekaligus membinasakan keempat kawanan penyamun.

Setelah beberapa hari Samad tak sempat melaksanakan niatnya, tibalah

saat yang dinantikannya. Ketika itu mereka bermaksud melakukan aksi

perampokan pada seorang kaya yang akan pulang ke Pasemah, sungguhpun orang

kaya itu dikawal tentara dengan persenjataan lengkap. Namun, belum sempat

mereka beraksi, secara tak sengaja Medasing menginjak ranting yang

menyebabkan kehadiran mereka diketahui para pengawal calon korbannya.

Akibatnya, Tusin tewas tertembak. Samad yang kemudian dicurigai punya niat

busuk, melarikan diri entah ke mana.

Kawanan penyamun itu kini tinggal berdua. Amat sendiri mati akibat luka-

lukanya ketika menjarah Haji Sahak. Jadi, di sarang penyamun itu tinggal

Medasing, Sanip, dan Sayu. Belakangan, karena perbekalan mereka makin

berkurang, kedua penyamun itu pergi berburu. Sarang mereka hanya ditunggui

Sayu, si perawan cantik yang sudah mulai terbiasa dengan kehidupan para

penyamun itu. Perburuan Medasing dan Sanip, rupanya mendatangkan kesialan.

Keduanya terjerumus ke jurang. Tanpa sengaja Sanip tertusuk tombaknya sendiri,

sedangkan Medasing hanya mengalami patah tulang.

Sementara itu, istri almarhum Haji Sahak yang ternyata selamat dan

kembali ke rumahnya, masih terus diliputi kesedihan. Suaminya meninggal, dan

anak gadisnya, Sayu, dibawa kabur para penyamun. Dengan demikian, ia harus

tetap mengurus kebutuhannya sehari-hari. Belum lagi tagihan dari pemilik kerbau

yang tempo hari menitipkan kerbaunya untuk dijual. Bedu, kakak Nyi Haji

Andun, akhirnya menyarankan agar janda Haji Sahak itu menjual rumahnya, lalu

pindah ke pinggiran kampung, dekat hutan.

Medasing yang tulang sikunya patah, dengan susah payah akhirnya sampai

juga di markasnya di tengah hutan. Dalam keadaan demikian, penyamun itu hanya

dapat menerima perawatan Sayu. Rupanya gadis itu merasa iba melihat keadaan

Medasing yang tergeletak tak berdaya. Berhari-hari Sayu merawat Medasing.

Lama-kalamaan timbul juga rasa khawatir perawan itu mengingat persediaan

makanan sudah sangat tipis. la lalu mengusulkan agar mereka secepatnya

Page 5: Makalah Novel 4

meninggalkan hutan dan kembali ke kampungnya, Pagar Alam.

Menyadari bahwa dalam keadaan demikian mereka akan mati kelaparan,

Medasing tak menolak keinginan Sayu. Pergilah keduanya meninggalkan hutan,

menuju Pagar Alam.

Betapa terkejutnya Sayu ketika ia bersama Medasing sampai di kampung

halamannya. Kini, rumah orang tuanya itu sudah menjadi milik orang lain.

Menurut penghuni baru itu, Nyi Haji Andun sekarang tinggal di pinggiran desa.

Dengan keterangan itu, keduanya melanjutkan perjalanan, mencari tempat tinggal

Nyi Haji Andun.

Saat itu, Nyi Haji Andun sedang sakit. Ia selalu mengigau tentang anak

gadisnya yang dibawa kabur penyamun. Pada saat yang demikian itulah, tiba-tiba

saja Medasing dan Sayu sampai di sana. Kini, anak gadisnya yang selama ini ia

rindukan, mendadak muncul di hadapannya. Tumpah sudah kerinduan ibu-anak

itu. Namun, beberapa saat kemudian, karena keadaan Nyi Haji Andun memang

sudah begitu parah, ia pun meninggal di depan putrinya tersayang.

Sungguh, pemandangan itu telah mampu mengubah pikiran Medasing. la

sadar akan perbuatannya selama ini. Maka, saat itu bulatlah sudah keputusannya

untuk pergi meninggalkan gadis itu.

Lima belas tahun berlalu. Penduduk Pagar Alam kini ramai hendak

menyambut kedatangan Haji Karim beserta istrinya yang baru menunaikan ibadah

haji. Kedua suami-istri itu sudah dikenal baik oleh masyarakat Pagar Alam

sebagai hartawan yang baik budi dan suka menolong penduduk yang kekurangan.

Wajarlah jika kembalinya suami-istri itu disambut dengan sukacita.

Malam harinya, Haji Karim yang dermawan itu, termenung sendiri. Ia

teringat masa lalunya. Pada saat demikian, tiba-tiba terdengar seseorang

mendekatinya. Betapa terkejutnya Haji itu, sebab tanpa diduga, orang yang

tampak begitu miskin itu, tidak lain adalah Samad, salah seorang penyamun yang

bertugas sebagai mata-mata, beberapa waktu yang lalu. Haji Karim tentu saja

masih mengenalnya karena orang itu bekas anak buahnya sendiri. Karim

kemudian mengajak Samad sekeluarga tinggal bersamanya. Namun, pagi harinya,

Samad yang dalam perjalanan hidupnya tak pernah

Page 6: Makalah Novel 4

jauh dari penderitaan, memutuskan untuk pergi meninggalkan Haji' Karim

dan istrinya; meninggalkan bekas pemimpinnya, Medasing—yang kini bernama

Haji Karim—dan istrinya yang tidak lain adalah Sayu—anak perawan Haji Sahak

yang dulu hendak ia larikan.

Medasing dan Sayu—Haji Karim dan istrinya—hidup bahagia bersama

kedua anak- nya, sedangkan Samad, "hina-miskin dan sebatang kara menuju

harapan yang tak dapat diharapkan" (hlm. 130).

***

ovel Anak Perawan di Sarang Penyamun, pertama kali muncul sebagai

cerita bersambung di majalah Peninjauan tahun 1932. Jadi novel ini ditulis

pada saat Alisjahbana berusia 24 tahun. Delapan tahun kemudian, novel ini baru

diterbitkan (1940) oleh penerbit Pustaka Rakyat, Jakarta. Pada tahun 1964, novel

ini terbit pula di Malaysia dalam edisi bahasa Melayu. Sebelumnya, yaitu tahun

1962, novel ini mengalami ekranisasi; diangkat sebagai cerita film dengan Usmar

Ismail sebagai Sutradaranya.

N

Cerita film ini berkisar pada petualangan tokoh Medasing yang kemudian

menjadi pemimpin penyamun. Kehidupannya di tengah hutan telah menempanya

menjadi seorang yang tak kenal belas kasihan. Namun, kehadiran Sayu, gadis

yang dibawa kabur sebagai hasil jarahannya, serta kelemah lembutan dan

ketulusan hatinya, telah mencairkan kekerasan jiwa Medasing. Lalu, kesadarannya

itu ia wujudkan dengan menjadi seorang dermawan dan naik haji bersama

istrinya, Sayu.

Di samping petualangan Medasing yang digambarkan cukup menarik itu,

kekuatan novel ini adalah pelatarannya. Latar alam dengan berbagai tumbuhan

dan binatangnya, sangat mendukung suasana yang dihadapi tokoh-tokohnya. Latar

hutan beserta tebing-tebingnya, digambarka-n dengan amat menarik.

Studi mengenai novel ini pernah dilakukan Tji' Inah (FS UI, 1961) dan

Suhardiyono (FS UGM, 1971) sebagai bahan skripsi sarjana muda. Adapun yang

dilakukan Pamusuk Eneste sebagai bahan skripsi sarjananya (setebal 226

halaman, FS UI, 1977), meneliti Anak Perawan di Sarang Penyamun—dan dua

novel lainnya, Salah Asuhan dan Athcis— dalam kaitannya dengan pernfilman

Page 7: Makalah Novel 4

(ekranisasi) ketiga novel itu, dengan analisis yang cukup tajam dan mendalam.

Page 8: Makalah Novel 4

2. Aki

enyakit TBC yang diidap Aki menyebabkannya seperti orang yang sudah

tua. Dalam usia yang baru berumur 29 tahun, lelaki kurus kering ini tampak

seperti berumur 42 tahun. Biasanya, keadaan orang seperti itu disebabkan masa

mudanya yang habis dengan main perempuan jahat. Selain itu, bentuk tubuhnya

yang bongkok membuat Aki menjadi bahan tertawaan yang mengasyikkan. Akan

tetapi, ternyata hal itu tak dilakukan teman-temannya di kantor. Bahkan, mereka

sangat hormat kepada orang yang di mata mereka adalah orang yang berhati lurus

dan bertingkah wajar.

P

Penyakit TBC yang diderita Aki itu suatu ketika mencapai titik kritis.

Puncaknya adalah ketidak bernafasan Aki untuk beberapa saat. Sebagai istri setia,

Sulasmi terkejut melihat kenyataan yang menimpa suaminya. la kalap. Akan

tetapi, tak lama kemudian suaminya siuman, bahkan sebuah senyum tersungging

di bibirnya. Di antara senyuman itu, Aki mengatakan dengan pasti bahwa ia akan

mati pada tanggal 16 Agustus tahun depan. la berharap Sulasmi mau menyediakan

segala perlengkapan yang diperlukan untuk menghadapi hari kematiannya itu.

Rekan-rekan Aki di kantor menganggap lelaki itu sudah gila. Tidak

terkecuali anggapan kepala kantornya. la yang sudah merencanakan kenaikan

pangkat dan gaji Aki, tidak percaya kepada omongan pegawai kesayangannya itu.

Diselidikinya tingkah laku lelaki itu, tetapi Aki memang tidak gila. "Di sini

didapatinya Aki sedang bercakap-cakap dengan seorang bawahannya tentang

pekerjaan. Sep itu seketika lamanya memperhatikan cakap Aki, tapi satu kata pun

tiada menandakan bahwa Aki telah gila. la pergi ke meja Aki, diperhatikannya

pekerjaan Aki yang sedang terbentang di atas meja. Pekerjaan itu tiada cacatnya"

(hlm. 17).

Hari kematian yang dikatakan Aki telah tiba. Semua orang bersiap-siap.

Akbar dan Lastri, anak-anak Aki, meminta izin tidak bersekolah. Pegawai-

pegawai kantor menghiasi mobil kantor dengan bunga-bungaan. Kepala kantor

Pengarang : Idrus (21 September 1921-18 Mei 1979)Penerbit : Balai PustakaTahun : 1949

Page 9: Makalah Novel 4

berlatih menghapalkan pidato yang kelak akan dibacakan di kubur Aki. Lelaki itu

sendiri memakai pakaian terbagus yang dimilikinya untuk menyambut Malaikatul

maut yang akan menjumpainya pukul tiga sore nanti.

Ketika pukul tiga telah lewat, Sulasmi memberanikan diri untuk melihat

suaminya. Dilihatnya mata suaminya yang tertutup rapat. Lalu, dipanggilnya

nama Aki berulang-ulang, tetapi tak ada jawaban. Dengan diiringi tangis, Sulasmi

berlari ke luar kamar untuk menemui orang-orang yang menungguinya. Tahulah

para penunggu itu bahwa Aki telah meninggal. Saling berebut mereka masuk ke

kamar Aki. Akan tetapi, mereka terkejut dan berlarian dari kamar ketika melihat

Aki sedang merokok. "Tiada seorang pun yang berani mengatakan, apa yang

dilihat mereka dalam kamar itu. Mereka puntang-panting lari meninggalkan

rumah Aki. Dan yang belum masuk kamar, karena keinginan hendak tahu yang

amat besar, menjulurkan kepalanya juga, tapi segera pun mereka lari puntang-

panting keluar. Sehingga akhirnya semua pegawai itupun meninggalkan rumah

Aki secepat datangnya" (hlm. 36).

Sulasmi bersyukur bahwa Aki tidak mati. Ternyata, Aki hanya tertidur dan

tebangun karena keributan pegawai-pegawai teman sekantornya.

Entah mengapa, sejak peristiwa itu Aki selalu terlihat sehat. la tampak lebih

muda dari usia yang 42 tahun. Lalu, sebagai pengganti kepala kantor yang telah

meninggal tiga tahun yang lalu, ia terlihat atraktif. Bahkan, Aki kembali

bersekolah di fakultas lukum, bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa yang

usianya jauh di bawah Aki. Tentang hidup? Lelaki yang telah sembuh dari TBC

ini ingin hidup lebih lama lagi. la mgin hidup seratus tahun lagi. Separuh

hidupnya akan diabdikan sebagai pegawai dan separuh hidupnya lagi akan

dipergunakan sebagai akademikus.

***

alam sejarah kesusastraan Indonesia, Idrus dikenal sebagai pengarang yang

menampilkan gaya penulisan yang menurut H.B. Jassin sebagai

kesederhanaan baru (nieuwc zakcUjheid)—Ajip Rosidi menyebut gaya ini dengan

istilah gaya-menyoal-baru (nieuwe zakelijkhcids stijl) yang serba sederhana.

Gaya penulisan demikian itu, umumnya tampak kuat dalam cerpen-cerpen Idrus

D

Page 10: Makalah Novel 4

yang paling awal.

"Yang paling baik ialah roman pendeknya yang berjudul Aki, 1950 (sic/)".

Demikian Teeuw (1980: 221) mengomentari novel Idrus ini. Selanjutnya Teeuw

mengatakan, "buku kecil ini menarik terutama karena leluconnya yang ringan,

yang dibiarkan berkembang sepenuhnya karena temanya yang tidak bersifat real

itu."

Dalam perjalanan novel Indonesia, tema yang ditampilkan Idrus dalam Aki

memang dapat dikatakan baru. Seseorang dapat menentukan saat

kematiannya yang dipercayai oleh orang-orang di sekelilingnya, adalah

hal yang aneh dan lucu. jadi, ada kesan bahwa Idrus ingin mengejek orang-

orang yang sangat ketakutan menghadapi kematian. Padahal, maut pasti

datang tanpa seorang pun tahu kapan waktunya.

Page 11: Makalah Novel 4

3. PULANG

ujuh tahun lamanya Tamin meninggalkan desanya. la bergabung dengan

pemuda-pemuda lain menjadi Heiho dan dikirim Jepang ke luar negeri.

Kini, ia pulang menemui orang tua, adik, dan desa yang selalu dirindukan selama

dalam pengembaraannya.

TOrang tuanya bercerita tentang sapi dan sawah pusaka yang terpaksa dijual

demi kebutuhan hidup selama zaman Jepang dan revolusi. Tamin memahami

kesulitan yang dialami orang tuanya. Kemudian ia menebus sawah dan membeli

sapi dengan uang simpanan dan uang hasil penjualan perhiasannya. Ia berniat

kembali menjadi petani.

Penduduk desa menerima Tamin dengan penuh keramahan. Mereka

senang melihat pemuda itu bekerja keras mengolah tanah. Mereka juga senang

mendengarkan tem-bang yang disusun Tamin selama dalam pengembaraannya

dulu. Selain itu, penduduk desa menganggapnya sebagai pahlawan yang telah

bergerilya mempertahankan kehor-matan bangsa dan negerinya.

Sebaliknya bagi Tamin, anggapan penduduk desanya itu lebih memberikan

rasa malu dan takut daripada rasa bangga. la takut warga desa, lebih-lebih kedua

orang tua dan adiknya, mengetahui hal yang sebenarnya selama ia dalam

pengembaraan. Maka, tatkala orang-orang sekelilingnya meminta agar ia

menceritakan pengalamannya, ia terpaksa berbohong. Dikatakannya bahwa ia

bersama pemuda-pemuda lain, bergerilya di gunung-gunung di Jawa Barat,

berjuang melawan Belanda yang berniat menjajah kembali negeri ini.

Tamin tidak merasa tenteram dan damai tinggal di desanya. Hati nuraninya

tak kuat terus-menerus berbohong kepada orang tua dan adiknya, juga penduduk

desa. Pujian sebagai pejuang terhadap dirinya makin menambah kegusarannya. la

tak punya ke-beranian untuk menceritakan hal yang sebenarnya. la takut melihat

kekecewaan penduduk desanya apabila mereka tahu hal yang sesungguhnya.

Lebih jauh, ia takut menghadapi kemarahan penduduk desa yang akan

Pengarang : Toha Mohtar (17 September 1926)Penerbit : PembangunanTahun : 1958

Page 12: Makalah Novel 4

mengecapnya sebagai pengkhianat.

Tamin sendiri merasa bahwa dirinya bukan patriot yang rela

mengorbankan nyawa-nya demi membela tanah air dan bangsanya. Selama

menjadi heiho, ia dan pasukannya dikirim oleh Jepang ke Burma untuk

mempertahankan kekuasaan Jepang. Kemudian, setelah Jepang menyerah, ia tidak

bergabung dengan bangsanya untuk mempertahankan kemerdekaan. Disebabkan

ketidaktahuannya dan termakan oleh propaganda yang dilancarkan sekutu, ia

bergabung dengan tentara sekutu. Tamin justru bertempur melawan bangsanya

sendiri. Namun, ketika ia mengetahui keadaan yang sebenarnya, ia merasa

berdosa.

Penduduk desa tidak menggugat karena mereka toh tidak mengetahui

bahwa se-benarnya Tamin telah bertempur melawan bangsanya. Rasa berdosa

semakin men-cekamnya karena ia khawatir kalau-kalau kebohongannya selama

ini, terbongkar. Maka, ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya.

Hari-hari dalam pengembaraannya yang kedua kali ini, hati Tamin tidak

juga merasa damai. Ia selalu dibayangi rasa berdosa dan takut bertemu dengan

orang sekampungnya. la takut kalau-kalau ada orang yang mengenalnya datang ke

desanya dan menceritakan siapa Tamin sebenarnya. Rasa bersalah itu terus

memburu dalam setiap langkahnya.

Tamin mengembara dan berpindah-pindah tempat tanpa tujuan yang pasti.

Setelah menggelandang berbulan-bulan, akhirnya ia bertemu dengan Pak

Banji, tetangga sekampungnya, di Surabaya. Pak Banji menyampaikan kabar

bahwa ayah Tamin telah meninggal dunia. Ibu dan adik Tamin sangat

mengharapkan agar ia kembali ke desanya. Selain itu, penduduk kampung juga

mengharapkan agar ia pulang. Mereka merindukan Tamin, merindukan tembang-

tembang yang selalu didendangkannya.

Melalui cerita Pak Banji, Tamin berkesimpulan bahwa penduduk desanya

tidak mengetahui siapa ia sebenarnya. Mereka begitu tulus mencintai Tamin.

Akhirnya, ia sadar bahwa selama ini ia hanya dikejar-kejar rasa ketakutannya.

Tamin memutuskan untuk pulang ke desanya. Kali ini ia datang dengan

perasaan lega. Perasaan bahwa ia tetap dibutuhkan oleh penduduk desanya. Ia

Page 13: Makalah Novel 4

juga sadar, kepulangannya kali ini sekaligus untuk membuktikan bahwa

sesungguhnya sejak dulu Tamin ingin berjuang untuk bangsanya. Pembelaannya

pada jepang, dan kemudian pada sekutu, semata-mata karena ketidaktahuannya

akibat propaganda dan bujuk rayu Jepang dan Sekutu. Kini, perjuangannya

adalah: ... "Sebagai desa yang telah berjasa dalam perjuangan gerilya, pemerintah

akan mendirikan dam yang akan mengatur pengairan sawah seluruh desanya

dengan baik." (hlm. 139). Begitulah, Tamin kemudian membuktikan

perjuangannya; membangun desanya sendiri.

***

ovel Pulang semula merupakan cerita bersambung dalam majalah Ria

(1952— 1953) dengan nama pengarangnya Badarijah UP, salah satu nama

samaran Toha Mohtar. Penulisannya dilakukan tidak langsung sekaligus,

melainkan bagian demi bagian. Pada tahun 1952, begitu keseluruhan rampung

dimuat sebagai cerita bersambung di majalah Ria—yang salah satu redakturnya

adalah Toha Mohtar sendiri— Basuki Efendy, sutradara dari Perusahaan Film

Negara, mengangkat cerita Pulang ke dalam film (ekranisasi) dengan pemeran

utama, Turino Djunaedi sebagai Tamin.

N

Setelah diterbitkan sebagai buku, Pulang memperoleh Hadiah Sastra dari

BMKN pada tahun 1960 untuk novel yang terbit tahun 1958.

Studi mengenai novel Pulang, cukup banyak dila-kukan. Untuk skripsi

sarjana muda tercatat ada empat (dua dari FS UGM, 1969 dan 1983, dua lagi dari

FS Unas, 1973 dan 1979). Begitu juga skripsi sarjana tercatat ada empat, yaitu

sebuah dari FS Undip (?), dua dari FS Unas (1977 dan 1982) yang judul

penelitiannya nyaris tidak berbeda—oleh karena itu, analisisnya juga tak jauh

berbeda—, satu lagi dari FS UI (1985) dilakukan oleh Sunu Wasono yang

melihatnya secara sosiologis dengan cukup mendalam.

Page 14: Makalah Novel 4

4. SENJA DI JAKARTA

aden Kaslan memanfaatkan kedudukannya dalam anggota Dewan Partai

Indonesia ketika Husin Limbara, ketua Partai Indonesia, memintanya untuk

menangani penyediaan dana pemilu partainya. la mengatur agar partai mendapat

dana. Caranya, dengan mendirikan perusahaan-perusahaan fiktif yang akan

menangani lisensi impor barang-barang kebutuhan pokok rakyat. Istri Raden

Kuslan, Fatma, dan anak tunggalnya, Suryono—anak tiri Fatma—masing-masing

menjabat direktur perusahaan-perusahaan fiktif tersebut. Tak ketinggalan, Husin

Limbara dan teman-teman separtai memperoleh jabatan direktur bermacam-

macam nama perusahaan.

R

Suryono sebenarnya adalah pegawai pada Kementerian Luar Negeri yang

baru saja pulang dari dinas di luar negeri. Atas desakan ayahnya, ia berhenti

sebagai pegawai negeri dan kemudian berkecimpung dalam bisnis yang ditangani

ayahnya. la yang ketika pulang mengeluh terus karena fasilitas yang diberikan

kementeriannya, kini menjadi kaya-raya dan menjabat direktur beberapa

perusahaan.

Di sisi lain, Suryono dikenal sebagai playboy. Intim dengan wanita-wanita

kesepian— seperti Dahlia—pelacur-pelacur kelas atas, dan tak ketinggalan

dengan ibu tirinya sendiri, Fatma.

Pegawai jujur seperti Idris, yang tak mau ikut arus zaman, harus menerima

ketidak-puasan istrinya, Dahlia, yang selalu menuntut kebutuhan materi. Tanpa

sepengetahuan suaminya, Dahlia melayani Suryono yang memberikan kepuasan

materi dan biologis saat Idris tak ada di rumah. Hal ini juga menimpa Sugeng,

pegawai Kementerian Perekonomian, yang selalu dituntut oleh istrinya agar

mendapatkan rumah secepatnya. Namun, Sugeng tidak seperti Idris yang teguh

memegang prinsip pegawai negeri, ia turut ambil bagian dalam bisnis yang

ditangani Raden Kaslan sesuai dengan jabatannya.

Pada saat orang-orang seperti Raden Kaslan, Suryono, Husin Limbara, dan

Pengarang : Muchtar LubisPenerbit : Pustaka JayaTahun : 1970; Cetakan II, 1981

Page 15: Makalah Novel 4

kawan-kawannya mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya, rakyat jelata hidup

dalam kesusahan. Orang-orang seperti Saimun dan Itam yang bekerja sebagai

tukang sampah, Pak Ijo, kusir tua dan istrinya, selalu dalam bayang-bayang

kelaparan. Juga Neneng, yang terpaksa melacurkan diri agar bisa memperoleh

sesuap nasi. Mereka sama sekali tidak diperhatikan oleh orang macam Raden

Kaslan dan kawan-kawannya, yang selalu digembar-gemborkan dalam kampanye

bahwa mereka berjuang untuk meningkatkan taraf hidup rakyat.

Sementara itu, sekelompok orang yang selalu dengan bangga menyebut

dirinya budayawan, tidak henti-hentinya mengadakan diskusi, berdebat, dan

masing-masing mau menang sendiri membela konsep yang diajukan. Mereka

seakan lupa pada rakyat yang harus mengantri beras, minyak, garam, dan

kebutuhan pokok lainnya. Mereka lupa pada rakyat yang harus mempertahankan

hidup dengan segala cara, bahkan tak segan membunuh orang untuk menyambung

hidup. Bahkan, di antara mereka terjadi gontok-gontokan.

Keadaan Jakarta makin bertambah kacau dengan adanya berita di koran-

koran oposisi, yang membongkar kecurangan oknum-oknum partai yang berkuasa

dalam mengum-pulkan dana. Koran-koran oposisi menelanjangi partai-partai yang

memegang pemerin-tahan dengan menyebut nama-nama yang terlibat dalam

perusahaan-perusahaan fiktif yang memegang lisensi impor. Meskipun koran-

koran pemerintah membantah isu ter-sebut, pemerintah tetap saja tak dapat

bertahan. Akhirnya, kepala negara membubarkan kabinet dan memerintahkan

pengusutan terhadap isu lisensi impor tersebut.

Suasana tak menentu seperti yang terjadi di Jakarta, dimanfaatkan dengan

baik oleh orang yang mempunyai sifat bunglon, salah satu di antaranya adalah

Halim. Pada saat Partai Indonesia berkuasa, Halim memihak partai tersebut. la

memperoleh sejumlah besar uang untuk surat kabar yang dipimpinnya. Tentu saja,

sebagian besar masuk ke kantongnya dan mendapat "hadiah" dari Partai Indonesia

menjadi anggota parlemen. Ketika Partai Indonesia tak kuat menahan serangan

oposisi, Halim berpihak pada oposisi dan berbalik menyerang partai yang dahulu

memberi fasilitas kepadanya.

Buntut peristiwa terbongkarnya bisnis lisensi impor, Raden Kaslan

Page 16: Makalah Novel 4

mendapat pang-gilan dari pihak yang berwajib. Sugeng ditangkap polisi di

rumahnya, sedangkan Suryono bersama ibu tirinya, Fatma, bermaksud kabur.

Namun, di kawasan Puncak, mobil mereka mengalami kecelakaan. Suryono

mengalami luka berat dan terpaksa dirawat di rumah sakit Bogor. Fatma sendiri

yang selamat dan kembali ke Jakarta. "Malamnya rumah sakit Bogor menelepon

Fatma di Jakarta, bahwa Suryono telah meninggal dunia" (hlm. 332).

Senja di Jakarta tetap dalam kesuraman, dan mereka yang jujur tetap

tersisih.

***

enja di Jakarta pertama kali terbit dalam bahasa Indonesia tahun 1970 oleh

penerbit Badan Penerbit Indonesia Raya. Sejak tahun 1981 (cetakan kedua)

hingga sekarang diterbitkan oleh penerbit Dunia Pustaka Jaya. Semula novel ini

berjudul Yang Terinjak dan Melawan, sebuah karya Mochtar Lubis yang

ditulisnya ketika ia masih berstatus tahanan rumah. Ketika pertama kali novel ini

terbit di London tahun 1963, hasil terjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh Claire

Holt, judulnya diganti menjadi Twilight in Jakarta. Setelah terbit edisi bahasa

Belanda, berjudul Schemer over Djakarta hasil terjemahan P.H. Fruithof dari edisi

bahasa Inggris. Dua tahun kemudian, penerbit Pustaka Antara di Kuala Lumpur

menerbitkannya pula dalam bahasa Melayu dengan judul Sendja di Djakarta.

Barulah pada tahun 1970 terbit dalam edisi asli bahasa Indonesianya. Sebelum itu,

Senja di Jakarta juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Italia, Spanyol, dan

Korea. Belakangan, novel ini diterjemahkan pula ke dalam bahasa Jepang.

S

Ceritanya sendiri berkisar pada gambaran yang terjadi pada masyarakat

ibukota Jakarta, termasuk para pejabat pemerintah dan politikus pada

pertengahan tahun 50-an. Merajalelanya korupsi, penyalahgunaan kekuasaan,

kebobrokan moral, dan pe-nyelewengan telah menyebabkan kemiskinan di mana-

mana. Keadaan perekonomian makin mencekik rakyat. Dalam keadaan demikian,

meningkatnya suhu politik makin melengkapi penderitaan rakyat menjadi

berkepanjangan. Gambaran itulah yang di-angkat Mochtar Lubis dalam novelnya

Senja di Jakarta ini. Jadi, semacam potret tentang keadaan masyarakat—dan

aparat pemerintah termasuk politikus—pada dasawarsa ta-hun 50-an.

Page 17: Makalah Novel 4

Sebelum novel ini diterbitkan di Indonesia, masyarakat Indonesia justru

lebih dulu mengenalnya lewat film dengan judul yang sama, hasil garapan

sutradara Nico Pe-lamonia dan perusahaan film Tuti Mutia Film Production tahun

1967.

Berbagai tanggapan atas novel Senja di Jakarta umumnya bernada

memberi sambutan yang baik. Teeuw (198U: 264 265) mengatakan bahwa Senja

di Jakarta merupakan karya Mochtar Lubis yang agung, yang menurut Ajip Rosidi

(1976: 112) telah mendapat sambutan yang hangat dari pers dunia.

Mcngenai lot..r beiakang proses perierbitan Senja di Jakarta dinyatakan

sendiri oleh Mochtar Lubis dalam Catalan Subversif (1980: 151). Adapun studi

terhadap novel ini pernah dilakukan oleh Endo Senggono (FS UI, 1985) yang

melihatnya secara sosiologis Jan lengkap rnemberikan banyak informasi

mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan novel Sen fa di Jakarta. Studi

lainnya mengenai novel ini, berikut karya Mochtar Lubis lainnya, penksa ulasan

pada ringkasan novel Jalan Tak Ada Ujung (hlm. 135).

5. Telepon

Page 18: Makalah Novel 4

aud bekerja pada sebuah toko di Jakarta. Sebetulnya ia sudah sangat bosan

dengan pekerjaannya. Namun, karena tak ada pekerjaan lain, ia terpaksa

melakukannya juga. Daud mempunyai hobi yang tak biasa, ia gemar sekali

menelepon. Kegemaran yang dimulai dari iseng-iseng itu lama-kelamaan menjadi

semacam kebutuhan. Ia tak peduli kapan, di mana, dan kepada siapa ia

menelepon. Yang penting, apabila hasrat hatinya untuk menelepon sudah

terpenuhi, ia akan segera senang. la seakan terbebas dari beban yang

mengimpitnya.

D

Demikianlah, telepon yang seharusnya dipergunakan untuk hal-hal yang

baik, berubah fungsinya di tangan Daud. Ia menggunakan telepon untuk

mengancam, menakut-nakuti orang yang diteleponnya walaupun dalam hatinya

tak ada niat jahat. la hanya ingin melampiaskan keinginan—yang tak dapat

dihindarinya—yang timbul sesaat.

Orang yang pertama kali ditakut-takutinya adalah Tajudin, direktur

perusahaan yang telah memecat Burhan, teman Daud. Lalu Ibu Suroso, pelanggan

tetap toko buku tempat Daud bekerja. Daud sangat puas setelah menakut-nakuti

mereka dengan ancaman atau omongan yang sama sekali tak ada faktanya. Pada

malam hari setelah Daud menakut-nakuti mangsanya, ia akan membayangkan

keadaan orang yang menjadi korbannya itu. Kadang-kadang terbersit rasa sesal di

hatinya, apalagi bila yang ditakut-takutinya itu adalah orang yang baik, seperti Ibu

Suroso.

Demikianlah, perbuatan itu dilakukan berulang-ulang, sampai pada suatu

ketika, Lisa—kekasihnya—memergokinya. Daud terpaksa mengakui perbuatan

yang telah dilarang pacarnya itu. Akibatnya, Lisa mengancam akan memutuskan

hubungan mereka. Ancaman Lisa membuat Daud takut dan berjanji sekali lagi

untuk tidak mengulangi perbuatan yang merugikan orang lain itu. Namun, untuk

menghentikan kegemarannya itu, ternyata tidaklah semudah seperti waktu

mengucapkannya; ia tetap menelepon orang-orang yang menurutnya harus

Pengarang : Sori SiregarPenerbit : Balai PustakaTahun : 1982

Page 19: Makalah Novel 4

diancam.

Rupanya perasaan Daud tidak selamanya tenang. Hal itu terjadi ketika ia

iseng-iseng menelepon seseorang. Orang yang menerima telepon itu mengaku

sebagai orang yang dimaksud Daud, padahal ia menyebutkan sekadar nama yang

tiba-tiba terlintas begitu saja di kepalanya.

Sejak peristiwa itu Daud mulai dihinggapi rasa gelisah; dan kegelisahan itu

memuncak ketika tanpa diduga ia menerima telepon dari sekretaris Tajudin yang

memberitahukan bahwa Tajudin telah mengetahui siapa yang mengancamnya,

yaitu Daud. Lebih jauh bahkan telah meminta polisi untuk rnenangkap Daud

dengan alasan melakukan ancaman pembunuhan disertai bukti-bukti berupa

rekaman pembicaraan telepon.

Daud mulai menduga-duga bahwa telah terjadi pengkhianatan terhadap

dirinya. la menduga Lisa dan Burhanlah yang melakukannya, karena hanya kedua

orang tersebut yang mengetahui kegemaran Daud. Namun, ternyata bukan

mereka. Lalu siapa?

Dalam kegelisahan itu, Daud mulai menimbang-nimbang untuk

menghentikan ancaman-ancaman lewat telepon, seperti yang disarankan Lisa dan

Situmeang, teman seperantauan Daud. Usaha yang dilakukannya adalah tidak

melakukan kontak telepon dengan siapa pun. Di dalam dirinya telah timbul rasa

ngeri jika melihat telepon. la juga sudah berpikir untuk meminta maaf kepada

orang-orang yang telah menjadi korbannya.

Hal yang tak diduga sama sekali oleh Daud adalah ketika Simangunsong

datang ke rumah kontrakannya di Kebon Kacang. Yang lebih mengejutkan lagi

ketika tiba-tiba ia dipukuli sahabat seperantauannya itu. Simangunsong berang

karena perayaan pernikahan adik sepupunya berantakan akibat ulah seorang

penelepon gelap yang me-ngatakan bahwa di tempat pesta itu terdapat bom yang

sewaktu-waktu dapat meledak. Para undangan tentu saja bubar begitu mendengar

berita yang kemudian terbukti hanya omong kosong itu. Simangunsong

berkesimpulan bahwa penelepon gelap itu tak lain adalah Daud. Padahal bukan.

Kalau bukan Daud, lalu siapa?

Simangunsong lalu mencari informasi siapa pengacau itu. Terungkaplah

Page 20: Makalah Novel 4

bahwa pelakunya seorang wanita yang kehilangan anak yang sedang

dikandungnya. la kesepian di rumahnya yang besar, dan untuk membunuh rasa

sepinya, setiap hari ia menelepon siapa saja. Kegemaran yang sudah menjadi

semacam penyakit itu, kabarnya akan hilang jika wanita itu dikaruniai seorang

anak lagi.

Akan halnya Daud, ia terpaku mendengar cerita Simangunsong itu. Di

dalam benaknya terlintas telepon dari seorang wanita yang nada suaranya begitu

kesepian. Timbul rasa takutnya: apakah dirinya seperti wanita itu? Daud

membayangkan, jangan-jangan dia tidak waras seperti wanita itu. "Daud

merangkul Simangunsong, membenamkan wajahnya ke dada sahabatnya itu dan

tersedu di sana.

... Di tengah-tengah keheningan ruangan itu, suara Simangunsong

terdengar jelas. Tidak. Kau tidak sakit, Daud. Kau tidak sakit'" (him. 96).

***

udul novel ini, Telepon, mengisyaratkan bahwa akan terjadi komunikasi

antaranggota 1 masyarakat lewat hasil peradaban manusia. Kenyataannya

memang demikian. Namun, berbagai masalah yang mendera manusia; depresi,

kesepian, atau keputusasaan yang banyak melanda masyarakat perkotaan telah

mengubah fungsi telepon sebagai alat pelarian mereka. Kenyataan, dewasa ini

yang terjadi di masyarakat memang demikian. Oleh Sori Siregar sisi negatif

telepon diangkat dalam novelnya ini. Rasa keterasingan dan keterpencilan,

ternyata dapat menjerumuskan seseorang ke dalam lingkaran masalah yang tak

berkesudahan jika ia mencoba menyelesaikan tidak pada tempatnya. Dengan kata

lain, pelarian yang salah sesungguhnya bukanlah usaha penyelesaian, melainkan

justru menambah masalah baru. Atau, bahwa berbagai masalah—sebagai dampak

kemajuan teknologi—sebetulnya pertama-tama ditimbulkan oleh ulah manusia

sendiri.

J

Novel ini adalah pemenang harapan Sayembara Mengarang Roman yang

diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1979.

6. BAKO

Page 21: Makalah Novel 4

iola tua itu kini kian hari kian berdebu. la diletakkan di atas lemari" (hlm.

11). Alat musik itu memang sudah hampir sepuluh tahun lamanya dibiarkan

tak tcrawat. Padahal, dulu si bocah laki-laki yang biasa dipanggil Man itu, sering

meiihat ayahnya memainkannya, la belum juga mengerti, mengapa ayahnya kini

tak lagi mau mcnjamah benda itu. Dan sesungguhnya ia ingin sekali mengetahui

alasan ayahnya menghentikan kebiasaannya. memainkan biola itu.

B

Suatu ketika ayahnya bercerita tentang pengalaman masa mudanya. Dari

cerita itulah si bocah sedikit banyak mengetahui bahwa ayahnya pernah gagal

menamatkan sekolahnya di SMA. Kegagalan itulah yang mendorong ayahnya

pulang ke kampung halaman. Walaupun begitu, semangat untuk menuntut ilmu

sama sekaii belum pudar. Ayahnya kemudian memasuki SGB (Sekolah Guru

Bawah) di PP. Diceritakan pula bahwa sewaktu di SMA, sang ayah menjalin

hubungan cinta dengan seorang wanita, putri sulung seorang polisi. Hubungan

cinta itu terus berlanjut lama, walaupun orang-orang di kampungnya menentang

hubungan itu. Diceritakannya pula bahwa wanita itu sudah tidak gadis lagi. la

seorang janda dengan dua orang anak. Dan, bukan orang sekampungnya. Namun,

cinta lebih kuat dari semua itu. Perkawinan itu pun terjadi hingga lahir seorang

anak laki-laki yang kemudian disusul oleh adik-adiknya. Olch karena itulah, si

bocah di bawa ke rumah bako, yakni keluarga sepertalian darah dengan ayah.

Belakangan, setelah anak laki-laki itu beranjak dewasa, ia mengetahui

bahwa ibunya menjadi gila karena ditinggal lama oleh sang ayah. Meskipun

begitu, ia masih belum mengerti mengapa ibunya sampai menjadi giia. Tidak

adakah penyebab lain yang membuat pikiran ibunya sampai tak waras begitu.

Itulah pertanyaan yang selalu ia coba jawab atas dasar cerita-cerita ayahnya

kemudian, dan keterangan dari neneknya.

Satu hal yang jelas adalah keadaan dirinya yang cacat. Penyakit poliolah

yang membuat kakinya cacat. Namun, itu tidak menjadikan lelaki itu putus

harapan. la tetap bertekad untuk terus melanjutkan sekoiahnya ke jenjang

Pengarang : Darman Moenir (27 Juli 1952)Penerbit : Balai PustakaTahun : 1983; Cetakan III, 1988

Page 22: Makalah Novel 4

pendidikan yang lebih tinggi. Paling tidak, ia berhasil merasakan pendidikan di

Sekolah Seni Rupa Indonesia Negcn.

Setamat pendidikan di salah satu akademi, pemuda itu tidak langsung

bekerja. Ayahnya sebenarnya berharap agar ia dapat bekerja sebagai pegawai

negeri. Namun, pemuda itu justru berpikiran lain, Menuntut ilmu bukanlah untuk

bekerja sebagai pegawai negeri, demikian pendiriannya. Meskipun adik-adiknya

membutuhkan uluran tangannya untuk membiayai sekoiah mereka, ia tctap ingin

bekcrja sesuai dengan kehendak hatinya.

Mungkin sikap tersebut tidak terlepas dari pendidikannya sewaktu tinggal

bersama uminya—kakak pcrempuan ayahnya. Pada diri uminya, pemuda itu

banyak belajar agama dan mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Pada saat itu mulai

tumbuh sikap ingin mandiri atau sedikitnya bertanggung jawab pada did sendiri.

Walaupun begitu, ia harus mengakui bahwa biaya sewaktu kuliah lebih banyak

diterima dari uminya. Menyadari hal itu, ia tidak mau menyia-nyiakan waktu; ia

banyak belajar dan mem-baca. Ia juga mulai mengenal para pengarang terkenal.

Semua itu memberi pengaruh cukup kuat pada dirinya. Paling tidak, ia mulai

membiasakan diri untuk membuat karangan atau mulai rajin berkecimpung dalam

keg ia tan tulis-menulis. Memang, dunia itulah yang hendak ia jadikan

pekerjaannya.

Sementara itu, sejalan dengan penyadaran dirinya untuk menentukan masa

depan-nya, lelaki itu mencoba bercermin pada orang-orang yang ada di

sekelilingnya. Ibunya, misalnya, yang tak waras lagi, sama sekali tak dapat

diharapkan lagi. Ayahnya, dengan gaji yang pas-pasan sebagai seorang guru,

masih tctap repot mengurusi anak-anaknya, sementara pemuda itu tak dapat

membantu apa-apa. Pemuda itu juga tak dapat terus menggantungkan hidup pada

uminya, meskipun pcrempuan itu memiliki sawah dan ladang yang cukup luas.

Seorang lagi, Bak Tuo—yang masih sekerabat dengan uminya—sungguh

merupakan kepala keluarga yang tak patut dijadikan contoh teladan. Kebiasaan

berjudi dan menghabiskan uang pensiunannya hanya untuk judi, telah

menyebabkan keluarganya telantar. Bahkan, Bak Tuo mulai berani pula mencuri

uang ayah pemuda itu. Akibatnya, kedua orang tua yang sebenarnya sudah

Page 23: Makalah Novel 4

berumur itu, berkelahi.

Bagi si pemuda, kehidupan Bak Tuo memberi ny a kesadaran betapa pen

ting ke-hidupan masa muda. Kehidupan masa muda Bak Tuo, sampai ia

menghabiskan masa pensiunnya, hampir tak pernah lepas dari kebiasaan berjudi.

Dari situlah si pemuda mengambil sikap seperti ini: "aku menyimak dan menarik

pelajaran dari apa yang dialami Bak Tuoku. la adalah contoh yang amat tepat

untuk dijadikan sebagai manusia yang sia-sia di masa tua sesudah mengabaikan

masa dan hari mudanya" (hlm. 83).

Seorang lagi yang ikut mempengaruhi sikap hidup si pemuda adalah

seorang petani sejati yang biasa disebut Gaek. "Mempunyai tempat di hatiku,

rasanya ia adalah laki-laki seribu dongeng. Setiap dongeng yang ia ceritakan

selalu mengena di hatiku, di benakku. la adalah laki-laki yang mengisi masa

kanak-kanakku secara lebih sempurna" (hlm. 93). Lebih dari itu, si pemuda—

betapapun ia hidup cacat—makin menyadari bahwa sesungguhnya hidup adalah

kerja. Ternyata Gaek mampu hidup dan meng-hidupi masa depannya karena ia

mencintai kerja. Lelaki itu benar-benar telah berhasil memberi makna dalam

hidupnya. Pemaknaan bagi kehidupan inilah yang kin! di-temukan si pemuda

dalam diri orang-orang sekitarnya. Kelak ia akan berusaha untuk menjalani

kehidupan ini dengan penuh rnakna. Itulah yang menjadi tekad si pemuda.

***

ovel Bako ini sesungguhnya lebih menyerupai catatan biografis sebuah

keluarga. Ceritanya disampaikan lewat tokoh "aku" yang sejak

kecilnya mencoba me mahami keberadaan dirinya dalam sebuah keluarga dan

masyarakat. Bentuk pen-ceritaannya cukup rumit; rumit karena setiap tokoh yang

diceritakan selalu dihubung-kan dengan tokoh "aku". Dengan demikian, bentuk

flashback atau sorot balik terjadi di sana-sini. Hal itu dimungkinkan karena

pemaparannya mirip cuplikan peristiwa-peristiwa yang bersifat fragmentaris.

Hanya lewat tokoh "aku" itulah berbagai peristiwa menjadi saling berkaitan.

Dalam hal ini, novel Bako cukup menarik. Secara keseluruhan, peristiwa-

peristiwa fragmentaris sangat menonjol dalam novel ini. Di dalamnya ter-ungkap

N

Page 24: Makalah Novel 4

pula tradisi dan adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat matrilineal. Dalam

beberapa hal, terungkap pula sisi positif dan negarif masyarakat yang menganut

tradisi tersebut.

Sebagai karya sastra, dalam hal bentuk, novel ini boleh dikatakan

menampilkan pembaharuan. Boleh jadi karena itulah novel ini dinyatakan sebagai

pemenang hadiah utama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta

pada tahun 1980.

7. OLENKA

Pengarang : Dudi DarmaPenerbit : Balai PustakaTahun : 1983; Cetakan III, 1986

Page 25: Makalah Novel 4

ertemuan antara Fanton Drummond dan Olenka hanya secara kebetulan.

Mereka bertemu di lift apartemen Tulip Tree, tempat tinggal mereka.

Pertemuan yang terus-menerus membuat Fanton tidak bisa melupakan bayangan

Olenka dari pikiran-nya. Setiap saat Fanton selalu membayangkan wajah dan

tubuh Olenka, sekaligus ingin memperistrinya.

P

Meskipun Fanton akhirnya mengetahui bahwa Olenka sudah bersuami dan

mem-punyai anak, ia tidak terlalu mempedulikannya- Bahkan ia terkadang merasa

cemburu pada Wayne Danton, seorang pengarang amatir, yang bisa memperistri

Olenka.

Sebelum Fanton Drummond hadir dalam kehidupan Olenka, keadaan

keluarga Wayne-Olenka sedang guncang walaupun belum sampai pada tahap

perceraian. Keadaan itu disebabkan suami-istri itu mempunyai gaya hidup yang

berbeda; Wayne seorang pengarang dan Olenka seorang pelukis. Di antara mereka

tidak ada kecocokan. Wayne sering menempelkan sobekan-sobekan kertas, yang

berisi kata-kata yang akan digunakannya dalam pembuatan cerpen atau novel, di

dinding kamar; sedangkan Olenka sering membaca buku yang seolah-olah tidak

mau ditegur orang lain.

Tingkah laku Fanton yang menunjukkan bahwa ia menginginkan Olenka

dapat ditangkap oleh wanita itu. Mungkin karena Fanton sering memuji-muji hasil

karyanya, Olenka menjadi akrab dengan pria itu. Bahkan, hubungan mereka

semakin intim seperti layaknya suami-istri.

Fanton dan Olenka sudah berjanji bahwa pada suatu waktu mereka harus

berpisah. Lalu, memang demikianlah nyatanya. Mereka berpisah. Namun,

kenyataannya Fanton tak bisa melupakan Olenka setelah mereka berpisah. Untuk

menghilangkan kegelisah-annya, Fanton berusaha melupakan dan menghilangkan

bayangan Olenka dart pikirannya, tetapi justru terjerat pada bayangan tubuh

Olenka. Akhirnya, ia berkelana mencari jejak wanita itu ke Indiana, Kentucky,

dan kembali ke Illinois.

Di Chicago Fanton berkenalan dengan Mary Carson di hotel La Salle.

Page 26: Makalah Novel 4

Perkenalan singkat ini dimanfaatkan oleh Fanton untuk melenyapkan bayangan

Olenka yang » sering berkelebat dalam pikirannya. Tanpa pikir panjang, ia

langsung menyatakan cintanya kepada Mary. Namun, ditolak secara halus oleh

wanita itu karena ia belum berpikir untuk kawin. Melihat kenyataan seperti ini,

Fanton merasakan diri seperti melayang. Akhirnya, ia menulis surat-surat

masturbasi; menulis surat untuk Mary, tapi tidak dikirim, melainkan disimpan

beberapa hari, kemudian dibaca sendiri suratnya. Setelah itu, ia bertindak seakan-

akan seperti Mary yang membalas suratnya—padahal ia sendiri yang menulis

surat jawaban itu—, lalu disimpannya surat itu untuk beberapa lama, kemudian ia

baca surat itu, demikian seterusnya.

Tak berapa lama setelah kejadian itu, Fanton mendapat surat yang sangat

panjang dari Olenka. Dalam surat itu Olenka menceritakan asal-usulnya secara

menyeluruh. Juga tentang rasa kasihannya kepada Wayne, tentang cintanya yang

sesungguhnya kepada Fanton, barikan kisah hidupnya sebagai lesbian dengan

seorang wanita yang dinamainya Winifred.

Kisah hidupnya ini mirip dengan kisah hidup Ursula dan Winifred dalam

novel The Rainbow karya D.H. Lawrence. Olenka juga mengatakan bahwa

perkawinannya dengan Wayne hanyalah karena keterpaksaan, yakni agar ia dapat

hidup normal sebagai seorang wanita. Meskipun Olenka mencintai Fanton, ia

sadar bahwa bagaimanapun Wayne adalah suaminya dan Steven adalah anaknya,

ia akan menolong hidup kedua orang itu.

Surat Olenka tersebut justru membuat Fanton semakin tergila-gila pada

wanita itu. Ia kemudian mencarter pesawat terbang untuk mengelilingi

Bloomington sekadar melupakan Olenka. la masih tetap berharap agar Olenka

mengirimkan surat untuknya lagi, tetapi sia-sia, Olenka tidak pernah menulis surat

lagi.

Fanton akhirnya dapat bertemu dengan Mary Carson lagi, yang kini sudah

cacat akibat kecelakaan pesawat terbang yang ditumpanginya. Meskipun Mary

cacat, Fanton masih bersedia mengawininya. Mary tetap menolak karena ia tak

mau nantinya lelaki itu hanya akan berperaM sebagai juru rawat saja. Padahal,

dalam hati wanita itu sebenarnya ia sangat mencintai Fanton semenjak pertemuan

Page 27: Makalah Novel 4

mereka dulu di Chicago, tetapi pada waktu itu Mary dalam keadaan bimbang,

sehingga tidak dapat mem-berikan suatu putusan.

Sepulangnya Fanton dari Alicjuippa—dari rumah Mary—, ia membaca

berita di surat kabar yang berisi tentang pemalsuan lukisan oleh Olenka Danton—

yang kemudian ditemui pingsan di kamar hotelnya karena terlalu banyak menelan

obat tidur.

Selanjutnya, Fanton berusaha menemui Olenka di rumah sakit. Namun,

"menurut Loket Penerangan Rumah Sakit, Olenka sudah meninggalkan rumah

sakit lebih kurang seperempat jam yang lalu melalui pintu samping. Saya tidak

menyesal, tidak kecewa. Yang saya pendam dalam hati hanyalah kekosongan"

(hlm. 213).

Begitulah, ketidakhadiran Olenka kali ini sama sekali tak membuatnya

bersedih. la sudah tidak lagi memikirkan Olenka. Yang dipikirkannya kali ini

adalah dirinya sendiri yang tak pernah ia mengerti siapa dirinya, mau ke mana,

dan akan berhenti di mana perjalanannya. la kini sadar bahwa apa yang ada dalam

hati nuraninya, dan apa yang ada dalam pikirannya harus dapat

dipertanggungjawabkan. "Dan saya harus mempertanggungjawabkannya. Maka,

dalam usaha saya untuk menjadi pemeluk teguh, saya menggumam, 'Tuhanku,

dalam termangu, aku ingin menyebut nama-MU'" (hlm. 215). Inilah kesadaran

Fanton akan keberadaan dirinya sebagai makhluk-Nya yang tak mempunyai

kekuasaan apa-apa dibandingkan kekuasaan-Nya.

***

ovel karya Budi Darma ini sebenarnya mempergunakan bentuk pencerita

akuan (first person narrator)—dengan tokoh Fanton yang bertindak sebagai

pencerita dan sekaligus tokoh utama—, tetapi disampaikan melalui surat Lewat

surat-surat itulah,

Nbaik yang ditulis oleh Fanton maupun oleh Olenka, pembaca dapat

mengetahui pikiran dan perasaan tokoh-tokoh tersebut. Memang demikianlah,

lewat pikiran dan perasaan tokoh-tokoh itulah novel ini dikembangkan, penuh

dengan berbagai pernyataan yang tak jarang saling bertentangan atau ambivalensi

satu dengan lainnya. Kadang-kadang juga bertumpang-tindih, bercampur-aduk,

Page 28: Makalah Novel 4

dan silih berganti tidak hanya antara lakuan dan pikiran atau perasaan tokoh

tertentu, tetapi juga jakuan antartokohnya. Jadi, di dalamnya sering kita hanya

menjumpai lompatan-lompatan pikiran yang beraneka ragam. Untuk memberi

keterangan lebih lanjut, pengarangnya sengaja menyertakan catatan tambahan

yang penjelasannya ditempatkan pada bagian halaman belakang novel.

Sebelumnya, dipaparkan juga asal-usul proses penulisan Olenka, yang sedikit

banyak sangat membantu pemahaman pembaca terhadap novel ini.

Sambutan para kritikus sastra — yang terungkap lewat sejumlah resensi —

umumnya memberi tanggapan yang memuji sebagai karya pembaharuan

atau sebagai karya

dalam Olenka, termasuk teknik penceritaan kolase. Di bagian lain, Panuti

Sudjiman juga mengulas beberapa teknik penceritaan yang dipergunakan

pengarang dalam novel-novel inkonvensional sebagai hasil usaha melepaskan diri

dari konvensi teknik penceritaan yang terasa membelenggu.

Novel Olenka sebelunnnya adalah pemenang hadiah pertama Sayembara

Mengarang Roman yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta pada tahun

1980. Setelah diter-bitkan sebagai buku pada tahun 1983, novel ini berhasil

memperoleh hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta pada tahun yang sama.

8. ANAK TANAH AIR

Pengarang : Ajip Rosidi (31 Januari 1938)Penerbit : GramediaTahun : 1985

Page 29: Makalah Novel 4

ersekolah di Jakarta!... Tentu lain belajar di kota besar daripada di sebuah

kota kecil kabupaten..." (hlm. 10). Inilah salah satu alasan mengapa Ardi

menyambut gembira tawaran pamannya, Abdulmanan, untuk ikut dan bersekolah

di Jakarta. Maka, walaupun perjalanan ke ibu kota cukup melelahkan, terutama

mengingat penuhnya kendaraan sebagaimana biasanya selepas Lebaran, Ardi

dengan senang hati menurut saja apa yang dikatakan pamannya.

B

Setelah di Jakarta, Ardi baru mengetahui, ternyata tempat tinggal pamannya

lebih mirip gubuk daripada rumah. Itupun ternyata sudah ditempati bertiga;

pamannya, Muhammad siswa SMA yang juga bekerja di Departemen Keuangan,

dan Rusmin, siswa Taman Dewasa. Kini, ditambah dengan Ardi. Jadi, gubuk kecil

itu ditempati berempat.

Meskipun penghasilan pamannya tidak besar, niat menyekolahkan Ardi

tetap ia lak-sanakan. Ardi dimasukkan di Taman Dewasa supaya dapat berangkat

bersama-sama dengan Rusmin. Selepas sekolah Ardi lebih banyak rnengobrol

dengan Muhammad yang usianya hampir sebaya dengan paman Abdulmanan,

daripada dengan Rusmin yang usianya tidak jauh berbeda dengan Ardi.

Jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh dan ditempuh anak tanggung

itu dengan berjalan kaki, cukup membuarnya sengsara. Paling tidak, itu

menyangkut soal kakinya yang belum terbiasa bersepatu. Namun, keadaan yang

tak enak itu tidak mengurangi niatnya untuk bersekolah. Belakangan, ia juga

bergaul dengan siswa Taman Madya yang setingkat dengan SLTA. Ardi mulai

tertarik pada kesenian. la juga mulai mencoba membuat beberapa sketsa yang

ternyata berhasil dimuat di majalah Mimbar Indonesia. Pengaruhnya ternyata

cukup besar. Anak tanggung itu makin giat melatih melukis dan kegiatan kesenian

lainnya.

Lulus Taman Dewasa, Ardi masuk Taman Madya. Kegiatannya makin

bertambah. "Ardi juga bersekolah sore hari sekarang. Maka, waktu pagi

digunakannya untuk berkunjung ke rumah kawannya untuk bercakap-cakap atau

melukis" (hlm. 103). Dalam pada itu, suhu politik menjelang pemilu sedikit

Page 30: Makalah Novel 4

banyak telah mendapat per-hatian juga, walaupun hanya sebatas mendengarkan

cerita-cerita, mengikuti beritanya atau diskusi tentang itu.

Pada saat yang demikian, tiba-tiba saja daerah tempat tinggal Ardi dilanda

ke-bakaran, yang memakan banyak rumah. "Mungkin saja ada orang melepas api

untuk membakari rumah rakyat, agar pemerintah dapat main dengan orang-orang

berduit. Tetapi mungkin pula sebabnya. Oxang-oraug melepas api membakari

rumah rakyat untuk membuat rakyat makin tidak puas kepada pemerintah.

Bukankah sekarang menghadapi pemilihan umum?" (hlm. 115).

Selepas Taman Madya, Ardi tidak mclanjutkan pendidikannya. la juga tidak

lagi tinggal bersama pamannya, la kini tinggai bersama Ahmad, sesama pelukis,

yang kegiatannya akhir-akhir ini banyak tercurahkan pada organisasi pemuda.

Organisasi seperti itu memang ramai bermunculan sejalan dengan meningkatnya

suhu politik. Namun, Ardi lebih menekuni kegiatan melukis.

Dalam sebuah pameran tunggal karya Hasan, teman sesama pelukis, Ardi

ber-kenalan dengan Rini dan Hermin. Atas usul Rini yang ingin agar dirinya

dijadikan model, Hasan dan Ardi kemudian datang ke rumah gadis itu. Dari sini

hubungan mereka makin rapat, khususnya Ardi dan Hermin. Sampai pada suatu

saat sepasang anak manusia yang berlainan jenis itu bersepakat untuk

menumbuhkan perasaan cinta masing-masing. "Kukira cinta itu tumbuh, seperti

benih, kalau menemukan tanah yang subur. Cintaku menemukan persemaian

dalam dirirnu. Tidakkah itu cukup?" (hlm. 173). Begitulah, keduanya tenggelam

dalam lautan cinta.

Malamnya, tanpa diduga Ardi ditawari untuk bekerja pada sebuah majalah.

"Aku merasa takjub. Sore itu aku memperoleh cinta dan malam ini mcmperoleh

pekerjaan" (hlm. 178).

Setelah merasa mempunyai penghasilan tetap, Ardi pindah dari rumah

Ahmad. la menyewa sebuah rumah kecil di bilangan Setiabudi. Hubungan dengan

kekasihnya makin rapat, bahkan tidak jarang melakukan hubungan intim layaknya

suami-istri.

Sementara itu, kelompok seniman Lekra/PKI dengan cara-cara halus dan

terselubung, berhasil metibatkan Ardi datam suatu penandatanganan Konscpsi

Page 31: Makalah Novel 4

Presiden. Sebagai seniman, pelukis muda itu tidak tahu-menahu perihal maksud

dan tujuan konsepsi tersebut. la juga tidak menduga jika tanda tangannya—yang

menurut Suryo, anggota PKI, hanya urusan administrasi—akan dipublikasikan

secara luas dan dimuat di media massa. Akibatnya'sangat fatal! Ardi dipandang

sebagai orang yang sudah menjadi anggota komunis. Ayah Hermin yang

antikomunis, tentu saja tidak mau anaknya bergaul dengan anggota partai yang

dibencinya. Hermin dilarang berhubung-an dengan Ardi. Belakangan, diketahui

pula bahwa Hermin ternyata; lebih mengingin-kan pemuda lain.

Pelukis muda yang sebenarnya berbakat itu, masih juga belum menyadari

masalah yang sedang dihadapinya. la terlalu polos. Maka, ketika Ahmad,

sahabatnya, juga menjauhi, Ardi masih menganggapnya sebagai alasan yang

dicari-cari. Lebih dari itu, sketsa-sketsanya yang dikirim ke beberapa majalah juga

tak ada satu pun yang dimuat. Ardi dikucilkan oleh pacarnya dan sahabat-

sahabatnya.

Dalam kesendirian yang menyakitkan, dalam keterpencilan dan

kedukaannya, tiba-tiba datanglah Suryo mendesak agar Ardi menyelenggarakan

pameran tunggal. Suryo juga menawarkan pekerjaan. Lebih dari itu, kader PKI

yang lihai itu menyelipkan selembar ribuan yang waktu itu benar-benar

dibutuhkan pelukis malang itu. Dalam keadaan seperti itulah, tanpa minta

pertimbangan sahabat-sahabatnya, Ardi menyata-kan kesediaannya.

Pameran tunggal karya pelukis Ardi jadi dilaksanakan dengan pengunjung

yang luar biasa ramainya. Korari-koran memujinya setinggi langit Sejak itulah,

pelukis yang masih juga belum mengerti intrik-intrik politik, aktif mengikuti

berbagai kegiatan yang diselenggarakan Lekra/PKL Seniman lugu itu benar-benar

sufcsts, baik ma tori popularitasnya.

Setelah beberapa kali ia dikirim ke luar negeri, tanpa sengaja ia bertemu

dengan sahabatnya, Hasan. Temannya yang satu ini sama sekalt tidak mau terlibat

urusan politik. la merasa senang ketika Ardi menyatakan niatnya akan keluar dari

anggota Lekra/PKl. Pemuda itu baru menyadari kekeliruannya. Tetapi belum

sempat niat itu dilaksanakan, terjadi tragedi nasional: pengkhianatan PKI 30

September 1965. Ardi menyelamatkan diri ke Jawa Tengah, tetapi tak diketahui

Page 32: Makalah Novel 4

nasibnya. Begitu juga Hasan, sahabatnya, entah berada di mana. Hanya Hasan

memiliki keteguhan hati untuk tidak ikut terlibat dalam kegiatan politik. "Menurut

hematku, komunisme adalah paham yang akan selalu dapat tumbuh subur datam

setiap masyarakat yang mempunyai kondisi tertentu. Maka, yang penting adalah

kita harus mengusahakan agar masyarakat kita jangan sampai mempunyai kondisi

yang dapat menjadi bumi yang subur bagi tumbuhnya paham itu" (hlm. 312-313).

***

ovel Anak Tanah Air: Secercah Kisah ini, konon ditulis dalam dua versi:

versi pertama ditulis di Iwakura, Kyoto, November 1980; versi kedua

(final) ditulis di Hashimotocho, Osaka, Agustus 1983, Lengkapnya, novel ini

terdiri dari tiga bagian: bagian pertama, "Kilasan-kilasan" menceritakan tokoh

Ardi semasa sekolah di Taman Dewasa dan Taman Madya; bagian kedua, "Helai-

helai Kehidupan" menceritakan masa dewasa Ardi hingga terpedaya kelompok

Lekra/PKI; dan bagian terakhir, "Surat-surat Dini Hari" memuat surat-surat Hasan

yang ditujukan entah kepada siapa.

N

Dilihat dari sudut pencerita, novel ini mempergunakan tiga bentuk

pencerita, yaitu diaan (bagian pertama), akuan (bagian kedua), dan bentuk surat

(bagian ketiga). Secara tematik, keseluruhan novel ini ingin

menceritakan/mengangkat masalah politik yang terjadi antara tahun 50-an sampai

dengan 1965. Deskripsinya yang cukup terinci mengenai cara-cara PKI

menyebarkan pengaruhnya, terkesan semacam dokumen se-jarah yang terjadi

pada waktu itu. Demikian pula gambaran kehidupan para seniman waktu itu,

banyak melibatkan nama dan peristiwa yang memang ada secara faktual. Dalam

hal tersebut itulah kekuatan novel ini.

9. PERTEMUAN DUA HATI

Pengarang : Nh. DiniPenerbit : GramediaTahun : 1986

Page 33: Makalah Novel 4

epindahan suami Bu Suci ke Semarang, memaksa guru sekolah dasar itu

juga ikut pindah ke sana. Beruntung ada salah satu sekolah yang

menerimanya sehingga Bu Suci tidak terlalu lama menganggur. Bahkan "ada

kemungkinan aku akan mengajar lebih dini dari yang telah direncanakan semula"

(hlm. 18). Menurut kepala sekolah, ada seorang guru yang mcngalami kecelakaan.

Bu Suci menggantikan tempat guru yang mendapat kecelakaan itu, yakni

mengajar dua kelas.

K

Pada awal menjalankan tugasnya sebagai guru yang memegang dua kelas,

keduanya kelas riga, Bu Suci menjalankan tugasnya dengan baik. Semua berjalan

lancar. Begitu pula urusan rumah tangganya tak menemui masalah. Namun, pada

hari keempat, Bu Suci, yang telah mempunyai sepasang putra, memperoleh

keterangan bahwa salah seorang muridnya, Waskito, belum juga masuk kelas. la

heran, sebab semua murid yang sekelas dengan Waskito tak satu pun yang

mengetahui mengapa murid itu belum juga masuk kelas. Ternyata, di kalangan

teman-temannya, Waskito dikenal sebagai murid yang bengal. Begitu pula guru-

guru menyebutnya sebagai murid yang nakal, murid yang sering membuat

kekacauan.

Itulah masalah yang dihadapi oleh Bu Suci. la bertekad untuk

mengembalikan Waskito menjadi murid yang wajar. Bersamaan dengan itu,

masalah lain datang pula, Itu menyangkut anaknya sendiri. Si Bungsu ternyata

mengidap penyakit ayan. Itu berarti anaknya harus memperoleh perawatan

intensif seorang neorolog, ahli saraf. Berarti pula perhatian khusus harus diberikan

demi kesembuhan anak keduanya itu. Dengan demikian, dua masalah sekaligus

datang menimpa Bu Suci. Saat itu terbersit keraguannya dalam menyelesaikan

masalah ini. Sebagai ibu, ia tak ingin masa depan anaknya suram; dan sebagai

guru, ia juga berharap agar semua muridnya menjadi anak yang baik, anak yang

berguna bagi sesamanya.

Pernah pula terlintas dalam pikiran Bu Suci untuk lebih memperhatikan

anaknya sendiri; "sepintas laru, tentu saja aku mementingkan anakku daripada

muridku. Tetapi benarkah sikap itu?" (hlm. 46). Di lain pihak, ia juga menyadari

Page 34: Makalah Novel 4

profesinya sebagai guru; sebagai orang tua bagi murid-muridnya. Maka,

keputusan Bu Suci adalah tidak memilih salah satu dari persoalan itu, melainkan

memilih keduanya. "Anak dan Murid. Bukan anak atau murid. Ya, akhirnya itulah

yang harus kupilih;, keduanya" (hlm. 47).

Sementara Bu Suci terus memperhatikan anak bungsunya, ia berusaha

mencari keterangan perihal latar belakang kehidupan Waskito. Dari sejumlah

informasi, akhirnya ia menyimpulkan bahwa kenakalan Waskito sesungguhnya

hanya semacam kom-pensasi anak yang merasa kurang mendapat perhatian kedua

orang tuanya. "Jenis anak-anak lain tidak akan memandang hal itu sebagai satu

masalah. Namun, bagi Waskito, yang sedari kecil merasa ditolak, tidak

diperhatikan, hal itu merupakan beban yang mengganjal di hatinya" (hlm. 52).

Kesimpulan tersebut telah memperkuat tekad Bu Suci untuk

mengembalikan Waskito menjadi murid yang wajar, sama seperti murid yang lain.

Waskito pada mulanya menanggapinya secara baik. Murid-murid lainnya juga

mulai menerima Waskito se-bagaimana biasanya hubungan sesama murid.

Sungguhpun demikian, beberapa rekan sejawat Bu Suci ada yang

menanggapinya secara lain. Beberapa guru, ada yang kurang mendukung itikad

baik Bu Suci, yang menurut mereka berlebihan. Mereka juga beranggapan bahwa

anak macam Waskito yang sudah terbiasa dimanja dengan harta, tak bakal dapat

disembuhkan lagi. Anggapan itu kemudian seolah-olah memperoleh pembenaran,

ketika suatu hari Waskito mengamuk.

Tenru saja peristiwa itu sangat memukul hati Bu Suci. Ja mulai meragukan

kemam-puannya untuk menyadarkan murid bengal itu. Di samping itu, peristiwa

itu juga telah "menggoncangkan kepercayaan sekolah kepada Waskito" (hlm. 69).

Bu Suci kemudian diberi waktu sebulan dalam usahanya menyadarkan Waskito.

Bagaimana-pun, idealismenya sebagai seorang guru memberi keyakinan yang

kuat pada dtrinya bahwa dengan pendekatan dan cara yang tepat, pastilah murid

bengal itu akan kembali menjadi murid yang wajar. Keyakinan Bu Suci ternyata

benar. Pada akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Tidak hanya itu, ia juga

menjadi murid yang baik.

Tentu saja Bu Suci merasa senang. Terlebih lagi, kesehatan anak bungsunya

Page 35: Makalah Novel 4

juga makin baik dan tidak lagi memperlihatkan tanda-tanda kambuh.

***

gak berbeda dengan novel-novel Nh. Dini lainnya, Pertemuan Dua Hati

memperlihatkan minat sastrawati yang produktif ini kepada persoalan

dunia pendidikan. Kisah seorang guru sekolah dasar ini, tampaknya sengaja

hendak menempatkan peran dan tanggung jawab seorang guru. Di lain pihak,

terkesan juga hendak menggam-barkan betapa tugas seorang guru tidak ringan. Bu

Suci yang harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya sakit ayan, muridnya

bengal, dan rekan sejawatnya kurang memberi dukungan, ternyata tetap

menjunjung tinggi idealisme profesinya sebagai guru. Dengan keyakinan itu,

betapapun beratnya, akhirnya dapat pula ia jalankan dengan baik. la berhasil

melaksanakan kewajibannya, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai ibu

guru.

A

Sekitar lebih dari sepuluh resensi yang mengulas buku ini, umumnya

memberi pujian pada tema ceritanya. Sesungguhnya, memang dalam hal tema

itulah, novel ini memperlihatkan kekuatannya. Sebagai bahan pengajaran untuk

menanamkan pen-tingnya hubungan baik antara guru dan murid, novel ini kiranya

sesuai untuk dijadikan salah satu bahan acuan.

Studi yang cukup mendalam mengenai novel ini pernah dilakukan oleh

Oktaviani (FSU1, 1991) sebagai bahan penelitian skripsi sarjananya.

Tahun 1989, novel ini diangkat menjadi sinetron TVRI, dengan Titiek

Sandhora sebagai pemeran utamanya.

10. DI SIMPANG JALAN

Pengarang : Ras Siregar (10 Juni 1936)Penerbit : Pustaka Karya Grafika UtamaTahun : 1988

Page 36: Makalah Novel 4

ulanya pertemuan Bahrum dan Anita Rahman berlangsung biasa-biasa

saja dan wajar, Bahrum yang oleh kantornya diberi kesempatan untuk

mengikuti kursus manajemen, berkenalan dengan Anita yang juga ditugaskan oleh

kantornya unluk mengikuti pendidikan yang sama. Pertemuan mereka di tempat

kursus yang makin kerap, lambat-laun menumbuhkan rasa simpati pada diri

keduanya, sungguhpun sebenarnya rnasing-masing sudah berkeluarga. Malahan

Bahrum sudah mempunyai lima orang anak, sedangkan Anita belum.

M

Hidup berkeluarga tanpa anak, rupanya belum membuat Anita merasa

bahagia. Apalagi perkawinannya dengan Rahman, suaminya, sesungguhnya tidak

didasari oleh perasaan saling mencintai, melainkan karena kehendak kedua orang

tua yang masih famili. Konon, Rahman berasal dari keluarga berkecukupan. Di

Malang, ayahnya mempunyai perusahaan kopi. Kendati demikian, Rahman tidak

melanjutkan sekolah-nya ke perguruan tinggi. la hanya tamat SMA dan kemudian

bekerja di P dan K Jakarta. Sebaliknya, Anita dapat menyelesaikan studinya

hingga tamat perguruan tinggi. Dengan pendidikannya itu, ia bekerja di

perusahaan swasta dan menduduki jabatan di bagian personalia.

Kepada Bahrum jualah Anita dapat menceritakan segala keluhannya. Bagi

Anita, Bahrum memang mcnyenangkan. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak ia

dapatkan dari suaminya, Anita tak merasa risih mengutarakan hal-hal yang sangat

pribadi sifatnya, misalnya dalam hubungan intimnya dengan Rahman, la merasa

diperlakukan sebagai tempat pemuas nafsu suaminya belaka. "Ya, jika dia ingin

campur, tengah malam ia datang ke tempat tidurku dan ...!" (hlm. 40),

Rumah tangga yang tak" lagi harmonis itu, akhirnya berpuncak pada

pertengkaran saat seminggu setelah ayah Rahman meninggal. Malam ketujuh itu

Anita tidak datang ke rumah merruanya. Ketika Rahman menanyakan mengapa

tidak datang, Anita menjawab, bahwa ia pergi nonton bersama teman-temannya.

Anita begitu tak peduli dengan kematian mertuanya. Hal itulah yang

menyebabkan suaminya naik pitam dan menampar Anita dua kali. Anita

kemudian minta diceraikan. Rahman meninggalkan Anita, yang lalu dibalas

istrinya dengan meninggalkan rumahnya. Anita menyewa sebuah kamar di

Page 37: Makalah Novel 4

pondokan. Pemilik pondok itu adalah seorang wanita yang senang menghabiskan

waktu dengan bermain bridge. la mempunyai seorang keponakan ber-nama Yanto

yang masih kuliah di Universitas "I". Di pondokan itu ada lima orang wanita yang

menyewa kamar, termasuk Anita. Salah seorang bernama Tini yang doyan

berkencan dengan lelaki berduit. Anita pun pernah diajaknya.

Rahman pernah pula datang ke pondokan tempat Anita tinggal. la

membujuk istrinya agar mau pulang ke rumah mereka di Cilandak, namun Anita

menolaknya. Rahman terpaksa pulang dengan tangan hampa.

Suatu saat istri Bahrum pulang ke rumah orang tuanya di Lampung yang

menurut kabar sedang sakit. Bahrum sendiri sengaja tidak ikut. la lebih senang

menjaga anak-anaknya yang sekolah dan sekaligus ingin mengetahui Anita

selanjutnya.

Sementara itu, Anita mengambil cuti dari pekerjaannya. Kesempatan itu

tentu saja dimanfaatkan Bahrum untuk mengajaknya jalan-jalan; melepaskan

perasaan masing-masing. Pada saat-saat seperti itu, hubungan mereka laksana

sepasang sejoli yang sedang memadu kasih.

Suatu malam, .Bahrum mengantar Anita pulang ke pondokannya agak larut

malam. Sepulangnya Bahrum, Anita merasakan keadaan pondokannya begitu

sepi. Penghuni lainnya entah sedang pergi ke mana. Hanya Yanto yang tinggal.

Tanpa curiga Anita masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian. Saat itulah, Yanto

mengikutinya dari belakang. Tanpa diduga Anita, tiba-tiba saja pemuda itu

mendekapnya; bermaksud hendak memperkosanya. Perbuatan rnesum itu nyaris

saja terjadi kalau Anita tidak berusaha keras mclakukan perlawanan. la segera

kabur meninggalkan pondokannya, pergi menuju rumah Bahrum. Tentu saja lelaki

yang sedang ditinggal istrinya itu kaget melihat kedatangan Anita. Seteiah

mendengar ketcrangan Anita, Bahrum mengusulkan agar kekasih gelapnya itu

tinggal di rumahnya, sekalian untuk mengenal kelima orang anaknya.

Seteiah dua hari Anita tinggal dan mulai mengenal anak-anak Bahrum,

datang interlokal dari Lampung yang menyuruh agar Bahrum menjemput istrinya

ke sana, karena istrinya akan segera kembali ke Jakarta. Bahrum terpaksa

Page 38: Makalah Novel 4

meninggalkan Anita di rumahnya. Anita sendiri merasa senang dapat mengenal

anak-anak Bahrum. De-mikian juga sebaliknya, kelima anak Bahrum dapat cepat

akrab.

Suatu hari Rahman datang menemui Anita di rumah Bahrum. la tetap

mengajak Anita kembali bersamanya. Anak-anak Bahrum ternyata senang juga

kepada Rahman. Mereka teiah berjanji untuk sama-sama pergi bertamasya ke

Cibodas. Mulanya, Anita menolak pergi dengan mereka, tetapi akhirnya mau juga.

Sepulang dari Cibodas, Bahrum dan istrinya telah menanti mereka di rumah.

Bahrum memperkenalkan Anita dan Rahman kepada istrinya. Kemudian, istri

Bahrum mengatakan bahwa ia dan anak-anak akan berkunjung ke rumah Anita

dan Rahman di Cilandak.

Anita dan Rahman berjanji akan menyambut keluarga Bahrum. Tak lama

kemudian, mereka berpamitan. Setibanya di rumah, Rahman merangkul Anita.

Mereka bersatu kembali demi terwujudnya rumah tangga yang ceria dan bahagia.

***

ovel Ras Siregar ini semula merupakan cerita bersambung yang dimuat

harian Kompas. Seteiah mengalami revisi seperlunya, barulah diterbitkan

sebagai buku. Begitulah keterangan yang terdapat di dalam pengantar novel ini.

NDi Simpang Jalan adalah novel kedua Ras Siregar. Novel pertamanya,

Terima Kasih terbit tahun 1969 yang menurut Pamusuk Eneste (1990: 149), terbit

tahun 1968.

Cerita novel Di Simpang Jalan sebenarnya lebih menyerupai gambaran

kehidupan seorang istri yang bekerja, sebagaimana yang diperankan oleh tokoh

Anita. Sedangkan hubungannya dengan Banning walaupun baru sebatas kencan

dan tidak lebih dari itu, dimungkinkan oleh sikap Anita sendiri yang banyak

memberi "angin" kepada lelaki yang sudah beranak-istri itu. Jadi, kalau saja Anita

bersikap wajar, rasanya Bahrum juga akan tetap menjaga hubungannya dengan

Anita secara wajar. Begitulah, pe-ngarang terkesan hendak menekankan, bahwa

terjadinya berbagai penyelewengan atau skandal yang terjadi pada para pegawai

berbagai perusahaan, sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh sikap para

pegawai wanitanya yang sering bersikap tak wajar.

Page 39: Makalah Novel 4

Beruntung, bahwa balk Bahrum maupun Rahman, suami Anita, lebih

mementingkan urusan rumah tangga daripada kesenangan pribadinya, sehingga

tak sampai terjadi hubungan yang dapat menghancurkan rumah tangga masing-

masing.

Daftar Pustaka

Mahayana M.S, Sofyan O., Dian A. (2000). Ringkasan dan Ulasan Novel

Indonesia Modern. Jakarta : PT Gramedia.

Page 40: Makalah Novel 4