makalah fix sk 4 blok 5

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sistem musculoskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energy kimia menjadi energy mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap, dan posisi. (Sloane, 2004) Jaringan otot ini sendiri mencapai 40% sampai 50% berat tubuh. Pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Tentunya karena beratnya serta fungsinya yang begitu besar dalam kelangsungan hidup manusia system kardiovaskular tidak hanya meliputi dua hal itu saja. persendian merupakan suatu artikulasi yang terjadi saat permukaan dari dua tulang bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya. Persendian dapat diklasifikasikan berdasarkan tulang yang berartikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian), tendon dan bagaimana osteogenesis (pembentukan tulang itu sendiri). Tak lupa kami sajikan juga TMJ 1

Upload: anggunulfanurpratiwi

Post on 18-Jan-2016

89 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalahblokj 5

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem musculoskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan

tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai

kemampuan mengubah energy kimia menjadi energy mekanik (gerak). Sedangkan rangka

adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh

mempertahankan bentuk, sikap, dan posisi. (Sloane, 2004)

Jaringan otot ini sendiri mencapai 40% sampai 50% berat tubuh. Pada umumnya

tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot

menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Tentunya karena beratnya serta fungsinya

yang begitu besar dalam kelangsungan hidup manusia system kardiovaskular tidak hanya

meliputi dua hal itu saja.

persendian merupakan suatu artikulasi yang terjadi saat permukaan dari dua tulang

bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya. Persendian dapat

diklasifikasikan berdasarkan tulang yang berartikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan

dengan persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian),

tendon dan bagaimana osteogenesis (pembentukan tulang itu sendiri). Tak lupa kami sajikan

juga TMJ (Temporomandibula Joint) Sendi yang menghubungkan rahang bawah

(mandibula) ke tulang tengkorak pada bagian sisi kepala (temporo) yang berfungsi

sebagai pergerakan rahang naik turun dan kesamping secara halus.

Dan untuk berbicara, mengunyah dan menguap. Otot-otot yang menempel dan

mengelilingi sendi rahang mempertahankan posisi dan pergerakan fungsi

Temporo Mandibularis Joint (TMJ).

1

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan system muskuluskeletal dengan gangguan pada

Temporamandibular Joint.

1.3 Tujuan

1.Agar mengetahui tentang apa itu musculoskeletal.

2.Agar mengetahui TMJ dan penyusun-penyusun TMJ.

3. Agar mengetahui kelainan-kelainan apa saja yang dapat terjadi dalam TMJ.

4. Mengetahui rencana perawatan yang tepat pada kelainan TMJ.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Muskuloskeletal

2.1.1 Definisi Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari

otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet).

Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah

energi kimia menjadi energi mekanik (gerak) . Sedangkan rangka adalah

bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh

mempertahankan bentuk, sikap dan posisi (Sloane, 2004).

2.1.2 Fungsi Sistem Muskuloskelatal.

Sistem muskuluskeletalmemiliki beberapa fungsi penting, yakni :

a. Memberi bentuk tubuh, menyangga berat badan sekaligus

menegakkan tubuh.

b. Tempat perlekatan otot-otot dan alat gerak pasif Otot melekat erat

pada tulang melalui jaringan ikat yang disebut tendon

c. Penghasil sel darah tertentu (misalnya granulosit dan eritrosit).

d. Penyimpan dan sumber cadangan mineral tertentu. Misalnya ion

kalsium dan fospor, di mana bila konsentrasi dalam darah di

atasnormal, maka ion tersebut akan disimpan dalam sel tulang.

Sebaliknya bilakonsentrasi menurun, maka ion akan dilepaskan ke

dalam darah. Aksi inidikendalikan oleh hormon untuk

mempertahankan hemostasis.

e. Melindungi organ interna (alat dalam) terutama organ vital. Sebagai

contoh bahwa ossa cranii melindungi otak dan sternum beserta

costaemelindungi jantung dan paru (Moore, 2002).

3

2.1.3 Anatomi Sistem Muskuloskeletal

1. Sistem Otot

a) Otot rangka

Otot rangka terdiri dari serabut serabut yang tersusun dalam berkas

yang disebut fasikel. Semakin besar otot semakin banyak jumlah serabutnya

(Sloane, 2004).

a. Epimisium adalah jaringan ikat yang rapat dan melapisi keseluruhan otot

dan terus berlanjut sampai ke fasia dalam.

b. Perimisium, mengacu pada ekstensi epimisium yang menembus dalam

otot untuk melapisi berkas fasikel.

c. Endomisium, adalah jaringan ikat halus yang melapisi setiap serabut otot

individual.(Sloane, 2004).

b) Otot polos

Memiliki sifat kimia dan mekanis yang sama dengan otot rangka

tetapi ada beberapa karakteristik yang khas. Filamen miosin tebal lebih

panjang dibandingkan miosin tebal otot rangka. Miofilamen tipis tidak

memiliki troponin dan tropomiosin. Dapat ditemukan miofilamen

berukuran sedang yang tidak terlibat dalam proses kontraktil tetapi

berfungsi sebagai kerangka kerja sitoskeletal untuk menopang sel (Sloane,

2004).

c) Otot jantung

Merupakan kombinasi otot rangka dan otot polos. Miofilamen disusun

dalam pola pemitaan regular sehingga otot jantung berlurik. Filamen aktin

tipis mengandung troponin dan tropomiosin. Otot jantung memiliki tubulus

T dan retikulum sarkoplasma yang terbentuk dengan baik (Sloane, 2004).

4

2. Sistem rangka

Kerangka (skelet) adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi

beberapa organ lunak terutama dalam tengkorak dan panggul.(pearce 2008)

Fungsi rangka

1. Tulang memberikan topangan dan bentuk pada tubuh.

2. Pergerakan. Tulang berfugsi sebagai pengungkit. Jika otot-otot (yang

tertanam pada tulang) berkontraksi, kekuatan yang diberikan pada

pengungkit menghasilkan gerakan.

3. Perlindungan. Sistem rangka melindungi organ-organ lunak yang ada

dalam tubuh.

4. Pembentukan sel darah (hematopoiseis).

5. Tempat penyimpanan mineral. (Sloane, 2004).

Sendi merupakan persambungan antara dua atau lebih dari tulang rangka.

a. Jenis sendi berdasarkan strukturnya terdiri dari tiga:

1. Fibrosa : hubungan antara sendi oleh jaringan fibrosa

2. Kartilago/tulang rawan : ruang antar sendinya berikatan dengan

tulang rawan

3. Sinovial/sinovial joint : ada ruang sendi dan ligamen untuk

mempertahankan persendian.

b. Jenis sendi berdasarkan fungsinya :

1. Sendi dinartrosis atau sendi mati, secara struktural persendian ini

dibungkus jaringan ikat fibrosa dan kartilago.

a) Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa

rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contohnya sutura

sagital, dan sutura parietal.

b) Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan

dengan kartilago hialin. Contohnya lempeng epifisis (Sloane, 2004).

5

1) Sendi amfiartrosis atau sendi pergerakan terbatas.

a) Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan

diskus kartilago. Contohnya simfisis pubis antar tulang-tulang pubis.

b) Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan

dihubungkan dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contohnya

tulang yang terletak bersisihan dihubungkan dengan membran

introseus.

c) Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk

dengan pas dalam kantong tulang. Contohnya gigi yang tertanam

dalam alveoli tulang rahang (Sloane, 2004).

2) Sendi diartrosis atau sendi yang dapat bergerak bebas atau sendi sinovial,

sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu kapsul

sendi yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada sendi sinovial

dilapisi kartilago artikular (Slaone, 2004).

a) Sendi sfenoidal dikenal sebagai sendi traksial atau multi aksial,

memungkinkan gerak ke tiga arah. Contohnya sendi panggul, dan

bahu.

b) Sendi engsel dikenal sebagai sendi uniaksial, memungkinkan

perputaran ke satu arah. Contohnya sendi pada lutut dan siku.

c) Sendi kisar (pivot point) dikenal sebagai sendi uniaksial

memungkinkan terjadi rotasi disekitar aksis sentral. Contohnya

persendian tempat tulang atlas berotasi disekitar proserus odontoid

aksis dan persendian antar bagian kepala proksimal tulang radius dan

ulna.

d) Persendian kondiloid dikenal dengan sendi biaksial, memungkinkan

terjadi gerak ke dua arah di sudut kanan setiap tulang. Contohnya

sendi antar tulang radius dan tulang karpal dan juga antar kondilus

oksipital tengkorak dan atlas.

e) Sendi pelana adalah persendian kondiloid yang termodifikasi

sehingga memungkinkan gerakan yang sama. Contohnya satu-

6

satunya sendi pelana adalah persendian antar tulang karpal dengan

ibu jari.

f) Sendi peluru dikenal dengan sendi ninaksial, memungkinkan gerakan

meluncur antar satu tulang terhadap tulang lainnya. Contohnya

persendian antar tulang-tulang karpal dan tulang-tulang tarsal

(Sloane, 2004).

2.2 Sendi Temporomandibular (TMJ)

2.2.1 Definisi Sendi Temporomandibular

Sendi temporomandibular merupakan sendi yang menghubungkan

rahang bawah (mandibula) ke tulang tengkorak pada bagian sisi kepala

(temporo). Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula yang terletak masuk

ke dalam fosa mandibula pada tulang temporal di bawah telinga. Kedua tulang

ini dipisahkan oleh diskus artikularis (Jurnal USU bab I,2010).

Temporomandibular Joint atau sendi temporomandibular merpakan

sendi yang menghubungkan temporal dan mandibula, yang terdiri dari :

1. Tulang mandibula dengan kondilisnya (ujung membulat).

2. Diskus, yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada

tulang temporal.

3. Sistem neuromuskular, yaitu saraf-saraf yang mempersarafi otot.

7

2.2.2 Anatomi Sendi Temporomandibular

Gambar : Anatomi sendi temporomandibular

Sendi temporomandibula merupakan artikulasi (persendian) antara

tulang temporal dan mandibula, Sendi temporomandibula terdiri dari

artikulasi yang dibentuk oleh tulang yaitu fossa glenoidalis pada tulang

temporal dan prosesus kondiloideus pada mandibula. Tulang temporal dan

mandibula dipisahkan oleh diskus artikularis.

Struktur sendi temporomandibular, terdiri dari :

1. Fossa glenoidales

Fosa glenoidalis merupakan cekungan pada tulang temporal yang

mempunyai bentuk lonjong. Letaknya di depan meatus auditorius. Batas

bagian anterior dari cekung ini adalah eminensia artikularis, sedang batas

cekung bagian posterior adalah tulang tipis yang merupakan dinding dari

8

tulang temporal. Tulang tipis dari cekung sendi ini adalah radiks media

dari tulang zigomatikus. Fosa ini dilapisi oleh jaringan ikat fibrous

berwarna putih.

2. Prosessus kondiloideus

Merupakan tulang dengan struktur elipsoid, melekat pada ramus

mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun

sedikit terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk

seperti tombol lebih lebar pada daerah mediolateral daripada

anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong dan mempunyai poros yang

berorientasi mediolateral. Permukaan tulang artikular terdiri atas cekungan

fossa artikular dan bagian dari eminensia artikular. Meniskus adalah suatu

suatu jaringan fibrosa, berbentuk pelana yang merupakan struktur yang

memisahkan kondilus dan tulang temporal.

3. Ligamentum kapsula

Fungsi dari ligamen yang membentuk sendi temporomandibula

adalah sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan

prosesus kondiloideus dari tulang mandibula serta membatasi gerak

mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan

gerakan lain. Ligamen yang menyusun sendi temporomandibula terdiri

dari :

a. Ligamen temporomandibular, lebih luas di bagian atas dari pada

di bagian bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus

zigomatikus dan ke tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di

bagian bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen ini

berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah lateral.

b. Ligamen sphenomandibular, bentuknya tipis dan pipih, melekat ke

spina angularis os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian

bawah sebelah lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini

berhubungan dengan muskulus pterigoideus eksternus di bagian atas,

di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior, lobus

kelenjar parotis dan ramus mandibula

9

c. Ligamen stylomandibular, bentuknya bulat dan panjang. Ligamen

ini melekat ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di

bagian bawah melekat ke angulus mandibula dan margo posterior

dari ramus mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus

masseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral.

4. Selaput sinovial

Di bagian dalam dari kapsula artikularis melekat suatu selaput yang

tipis yang disebut selaput sinovial. Selaput ini mengeluarkan cairan sendi

yang disebut dengan sinovia. Selaput ini tidak membungkus meniskus.

Cairan sendi ini bekerja sebagai minyak sendi yang memungkinkan

meniskus dan prosesus kondiloideus bergerak dengan halus.

5. Diskus artikularis

Letak kondilus mandibula tidak berkontak langsung dengan

permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan oleh suatu diskus yang halus

yang disebut dengan diskus artikularis. Diskus artikularis terletak antara

kondilus mandibula dan fosa glenoidalis. Fungsi diskus tidak hanya

berperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan yang

menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi, dan

mencegah tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak (Dipoyono,

2008).

Diskus artikularis berasal dari rongga sendi terbagi menjadi dua

bagian yaitu rongga sendi bagian atas dan rongga sendi bagian bawah oleh

tulang yang berbentuk gepeng yang disebut dengan diskus artikularis

atau meniskus. Meniskus ini mempunyai permukaan yang cekung di

bagian bawah dan pada bagian atas berbentuk sebagian cekung dan

sebagian lagi cembung (konveks-konkaf). Bentuk meniskus yang demikian

ini sesuai dengan keperluannya yaitu mengisi ruangan sendi yang terdapat

antara permukaan prosesus kondiloideus dan fosa glenoidalis. Permukaan

bawah yang cekung sesuai dengan permukaan prosesus kondiloideus

sedang permukaan atas yang cembung-cekung tadi sesuai dengan

10

permukaan dari fosa glenoidalis. Diskus artikularis terdiri dari sel-sel

fibroblast, sel tulang rawan dan kondrosit. Diskus ini dapat menahan

tekanan yang mengenai sendi, tanpa mengurangi kelenturannya.

6. Otot-otot rahang

1. M. temporalis fungsinya untuk menarik rahang bawah ke atas

(gerakan seperti gunting).

Origo : fossa temporalis dan fascia temporalis

Insersio : Pinggir anterior dan permukaan medial prosessus

coronoideus mandibula

2. M. masseter fungsi secara umum adalah menarik rahang bawah ke

atas dan ke sisi yang aktif.

Origo : Prosessus zygomaticus maxilla; pinggir bawah arcus

Zygomatici

Insersio : Angulus dan ramus mandibula, dasar prosessus

coronoideus

3. M. pterygoideus berfungsi membantu mengontrol pergerakan rahang

bawah. Tetapi fungsi utama otot pterygoideus adalah mengangkat

rahang bawah dan menarik dalam dengan sedikit gerakan ke depan

secara bersamaan.

a. M. Pterygoideus Eksternal/Lateral

Origo : Kepala bawah utama: permukaan lateral lamina

lateralis prosessus pterigoideus

Kepala atas pembantu: permukaan infratemporalis ala

major ossis sphenoidalis

Insersio: Fovea pterygoidea prosessus condylaris mandibulae,

discus articularis articulation temporomandibularis.

b. M. Pterygoideus Internus/Medialis

Origo : Fossa pterygoidea, prosessus pyramidalis ossis

pelatini, lamina lateralis prosessus pterygoidei

11

Insersio: Permukaan medial dan angulus mandibula,

berhadapan dengan M. Masseter (pada tuberositas

pterygoidea).

4. M. digastricus fungsinya untuk membuka mulut.

5. M. mylohioid

7. Saraf

Saraf mandibula merupakan cabang terbesar dari N. trigeminal, saraf

ini berjalan dari kepala keluar melalui foramen ovale dan menginervasi

regio mandibula, faring, 2/3 anterior lidah dan regio posterior aurikula.

Nervus mandibularis terbagi atas cabang yang kecil anterior dan cabang

yang besar posterior. Cabang anterior adalah saraf motoris utama. Cabang-

cabang dari bagian anterior N. mandibularis ini adalah N. Maseterikus dan

N. pterigoideus lateralis, N. Temporalis profundi ,N. Bukinatorius. Cabang

dari bagian posterior N. mandibularis adalah N. Aurikulotemporalis , N.

Lingualis , N. alveolaris inferior Nervus ini mengadakan cabang-cabang

saraf lagi.

8. Suplai pembuluh darah dan saraf dalam TMJ

Suplai saraf sensoris ke sendi temporomandibula didapat dari

nervous auriculotemporalis dan nervous masseter cabang dari nervous

mandibularis. Jaringan pembuluh darah untuk sendi berasal dari arteri

temporalis superficialis cabang dari arteri carotis externa.

2.3 Pergerakkan Sendi Temporo Mandibular

1. Mastikasi

a) Matikasi merupakan proses pengunyahan makanan (Dorland, 1998).

Pengunyahan adalah proses menghancurkan partikel makanan di

dalam mulut, dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar

ludah sehingga merubah ukuran dan konsistensi makanan yang

akhirnya membentuk bolus yang mudah untuk ditelan (Andriyani,

2001).

12

b) Selama proses pengunyahan, komponen yang terlibat adalah tulang,

otot, ligamen dan gigi. Otot pengunyahan utama adalah m. masseter,

m. temporalis, m. pterygoideus lateralis, m. pterigoideus medialis

sedangkan otot pengunyahan tambahan seperti m. mylohyoideus, m.

geniohyloideus, m. styloyoideus, m. infrahyoideus, m. buksinator dan

labium oris (Andriyani, 2001).

c) Mengunyah terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap membuka

mandibula, tahap menutup mandibula dan tahap berkontaknya gigi

antagonis satu sama lain atau kontak gigi dengan bolus makanan.

Selama proses pengunyahan, otot yang aktif pada saat gerakan

membuka mandibula adalah m. ptrerygoideus lateralis. Pada saat

bersamaan, m. masseter, m. temporalis, m. pterygoideus medialis yang

berlangsung cepat dan lancar tidak melakukan aktivitas atau menjadi

relaksasi selama mulut dalam keadaan terbuka, baik ketika mulut

terbuka perlahan atau terbuka secara maksimal (Andriyani, 2001).

d) Gerakan menutup mandibula disebabkan oleh kontraksi m. masseter,

m. temporalis, m. pterygoideus medialis, sedangkan m. pterygoideus

lateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup

perlahan, m.temporalis dan m. masseter juga berkontraksi membantu

gigi-geligi saling berkontak pada oklusi normal (Andriyani, 2001).

2. Gerakan membuka mulut

Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih

kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus

pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan

menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior

muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan

relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan

muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar.

Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu

horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan

13

angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan

ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus

digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang

berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada

tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya

mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan

bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada

keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis

mandibularis (Andriyani, 2001).

3. Geraka menutup mulut

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis,

dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada

berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup

pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior

dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan

kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus

pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan

pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior

muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter

untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis,

sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal8.

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot

pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah

bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior

muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput

mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit

mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini

berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas

di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular.

Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio

temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak.

14

Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik

dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan

bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme (Andriyani,

2001).

2.3.1 Tipe Pergerakan Sendi Temporomandibular

Terjadi dua jenis pergerakan dalam sendi temporomandibular (TMJ).

Dua jenis pergerakan ini adalah :

1. Pergerakan rotasi

Dalam sistem mastikasi, rotasi terjadi ketika mulut membuka dan

menutup pada titik atau sumbu yang tetap kondilus. Dengan kata lain gigi

terpisah dan dapat teroklusi kembali tanpa adanya perubahan posisi dari

kondilus. Pada sendi temporomandibular, rotasi terjadi sebagai pergerakan

antara permukaan superior-inferior sendi. Dengan dengan demikian rotasi

adalah pergerakan antara permukaan superior kondilus dengan permukaan

inferior dari diskus artikularis. Pergerakan rotasi dari mandibula dapat

terjadi pada tiga bidang, yaitu horizontal, frontal, dan sagital (Hayati,

2009).

a. Aksi horizontal dari rotasi

Gambar : Aksis horizontal dari rotasi

Pergerakan mandibula di sekitar aksi horizontal adalah pergerakan

membuka dan menutup. Pergerakan ini disebut sebagai hinge movement dan

merupakan satu-satunya yang masih dianggap sebagai gerakan rotasi murni

(Hayati, 2009).

15

b. Aksi vertikal dari rotasi

Gambar : Aksis vertical dari rotasi

Pergerakan mandibula di sekitar aksis frontal terjadi ketika satu kondilus

bergerak ke anterior (Hayati, 2009).

c. Aksi sagital dari rotasi

Gambar : Aksis sagital dari rotasi

Pergerakan mandibula dalam aksis sagital terjadi ketika suatu kondilus

bergerak kearah inferior (Hayati, 2009).

2. Pergerakan translasi

Pergerakan translasi dapat didefinisikan sebagai pergerakan dimana

setiap titik dari objek yang bergerak secara simultan mempunyai kecepatan

dan arah yang sama. Pada sistem mastikasi, translasi terjadi ketika

mandibula bergerak maju seperti pada protusi. Baik gigi, kondilus, dan

ramus, semuanya bergerak pada arah yang sama ke derajat yang sama.

16

Translas terjadi pada kavitas superior dari sendi, di antara permukaan

superior diskus artikularis dan permukaan inferior dari fossa artikularis

(antara kompleks diskus kondilus da fossa artikularis).

Selama pergerakan normal dari mandibula, baik rotasi dan translasi

terjadi secara simultan. Dengan kata lain, ketika mandibula berotasi pada

satu atau lebih aksis, setiap aksis bertranslasi (Hayati, 2009).

Gambar : Pergerakan translasi

2.4 Kelainan dan Gangguan pada Temporomandibular Joint

1. Pertumbuhan Abnormal

Gangguan pertumbuhan pada sistem mastikasi dibagi dalam dua kategori

umum menurut jaringan yang terlibat yaitu:

a. Gangguan pada tulang

b. Gangguan pada otot

Gangguan kongenital pada tulang diantaranya agenesis (tidak tumbuh),

hypoplasia (perkembangan yang tidak sempurna), hyperplasia

(pertumbuhan yang berlebihan), neoplasia (pertumbuhan yang tidak

terkontrol)

2. Kelainan letak pada sendi temporomandibular

Disc displacement permukaan posterior dari disc menipis dan inferior

retrodiscal lamina dan lateral distal, lateral ligamen memanjang maka disc

akan bergeser melalui permukaan artikularis kondilus.

17

3. Dislokasi

Dislokasi adalah pergerakan kandilus ke arah depan dari eminensia

artikulare. Kelainan ini dapat berupa dislokasi tanpa danya pengurangan

atau reduksi dan dislokasi dengan adanya pengurangan atau reduksi

4. Ankylosis

Ankylosis merupakan penyakit yang menyebabkan keterbatasan pada saat

pembukaan mulut. Ankylosis dibagi menjadi dua yaitu:

a. Extracapsular ankylosis

ankylosis tipe ini melibatkan prossesus koronoid dan otot

temporalis disebabkan oleh pembesaran dari prossesus koronoid,

trauma pada area lengkung zigomatic, infeksi disekitar otot

temporalis

b. Intercapsular ankylosis

Disebut juga penyatuan dari sendi, hal ini dapat menyebabkan

pembukaan pada mandibula berkurang. Ditimbulkan oleh

penyatuan dari kondilus, disk, kompleks fossa, penyatuan tulang

5. Trauma atau fraktur

Luka pada bagian TMJ khususnya kondilus disebabkan oleh mekanisme

yang sangat bervariasi. Penyebab dari fraktur misalnya kecelakaan,

kekerasan, kecelakaan saat olahraga, jatuh.

Luka digolongkan kedalam luka pukulan wajah karena tinju, pemukul

baseball. Luka yang kedua ketika seseorang bergrak mengenai benda yang

diam. Contoh, ketika seseorang jatuh dan dagu mengenai aspal.

2.4.1 Gejala pada TMJ

1. Nyeri sekitar rahang

2. Nyeri kepala

3. Gangguan pengunyahan

4. Bunyi sendi ketika membuka atau menutup mulut

5. Terbatasnya buka mulut

6. Nyeri otot terutama otot leher dan bahu

18

7. Nyeri telinga

8. Telinga berdengung

9. Vertigo : sakit kepala

2.4.2 Penyebab

Faktor-faktor etiologi TMJ

1. Trauma

Trauma dapat dibagi menjadi dua :

Macrotrauma : Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan

struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.

Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama,

seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan

microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.

2. Stress emosional

Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan adalah

peningkatan stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot.

Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbik adalah yang paling

bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering memiliki

peran yang sangat penting pada TMD. Stres adalah suatu tipe energi. Bila

terjadi stres, energi yang timbul akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan

secara internal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti

hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau peningkatan tonus otot kepala dan

leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti

bruxism atau clenching yang merupakan salah satu etiologi TMD.

3. Deep pain input

Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi normal (seperti

mengunyah, bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan fungsional.

Contohnya adalah bruxism, dan kebiasaankebiasaan lain seperti menggigit-

gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang

dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering menimbulkan masalah adalah

19

bruxism, termasuk clenching dan grinding. Bruxism adalah mengerat gigi atau

grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah

mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada

siang ataupun malam hari. Pasien yang melakukan clenching atau grinding

pada saat tidur sering melaporkan adanya rasa nyeri pada sendi rahang dan

kelelahan pada otot-otot wajah saat bangun tidur.

2.5 Perawatan pada kelainan TMJ

Perawatan pada kelainan TMJ dapat melalui beberapa cara, yaitu:

1.Tanpa bedah

a. Mengubah kebiasaan buruk

Penderita sebaiknya lebih memperhatikan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari.

Misalnya kebiasaan menggemertakkan gigi, bruxism, atau menggigit-gigit

sesuatu. Kebiasaan ini harus digantikan dengan kebiasaan baik seperti

membiarkan otot mulut dalam kondisi tenang dengan gigi atas dan bawah

tidak terlalu rapat, lidah menyentuh palatum dan berada tepat di belakang gigi

maksila.

b. Mengurangi kelelahan TMJ

Sebaiknya tidak membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai kesempatan.

Contohnya jangan tertawa berlebihan.

c. Kompres panas atau dingin

Mengompres kedua sisi wajah baik dengan kompres panas atau dingin akan

membantu relaksasi TMJ.

d. Obat anti inflamasi

Seorang dokter gigi akan menyarankan obat anti inflamasi nonsteroid

lainnya, misalkan ibuprofen. Hal ini bertujuan untuk mengurangi inflamasi

dan rasa sakit.

20

e. Biteplate

TMJ mengalami kelainan pada posisi mengunyah, sebuah biteplate akan

diberikan. pasang di gigi untuk menyesuaikan maksila dengan mandibula.

Posisi mengunyah yang benar tentunya akan membantu mengurangi

tekanan di struktur TMJ.

f. Penggunaan night guard

Alat ini berguna untuk mengatasi kebiasaan bruxism di malam hari.

2. Adapun perawatan lanjutan jika perawatan non bedah tidak berhasil mengurangi

gejala TMD, sebagai berikut

a. Perawatan gigi

memperbaiki gigitan dengan menyeimbangkan permukaan gigi. Caranya

bisa dengan mengganti gigi yang hilang atau tanggal, memperbaiki

restorasi atau membuat mahkota tiruan baru.

b. Obat kortikosteroid

Untuk sakit dan peradangan pada sendi, obat kortikosteroid akan diinjeksikan

ke dalam TMJ.

c. Arthrocentesis

Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke dalam TMJ untuk

membuang kotoran atau sisa peradangan yang mengganggu TMJ.

d. Pembedahan

Pembedahan ada dua metode yaitu:

1. Discoplasty merupakan pembedahan untuk membentuk atau contouring

meniscus dari temporomandibular

2. Disectomy merupakan prosedur operasi dimana pusat dari sebuah

intervetebral disc, nukleus pulposus, yang menyebabkan sakit pada saraf

tulang belakang atau radiating urat akan dihilangkan (dibuang).

21

BAB III

KONSEP MAPPING

3.2 Hipotesa.

Ada hubungannya system Muskuluskeletal dengan gangguan pada

Temporamandibular Joint.

22

SISTEM MUSKULOSKELATAL

OTOT RANGKA SENDI

ANATOMI FISIOLOGI

GANGGUAN TMJ

PERAWATAN

TEMPORAMANDIBULAR JOINT

TRAUMA

BAB IV

PEMBAHASAN

Sistem muskuloskelatal merupakan sIstem tubuh yang terdiri dari otot

(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot merupakan

jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi

energy mekanik (gerak). Sedangkan otot merupakan rangka bagian tubuh yang

terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk,

sikap dan posisi. Pada temporomandibular joint sangat dipengaruhi dengan

adanya sIstem muskuloskelatal sebagai penyusunnya. Temporomandibular joint

adalah persendian dari kondilus mandibula dengan fossa glenoidalis dari tulang

temporalis. Dan pada Temporamandibular joint merupakan satu-satunya sendi

yang ada di kepala yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka,

menutup rahang, mengunyah, serta berbicara. Bagian-bagain dari sendi

temporomandibular joint adalah kondilus mandilus, fossa glenoidalis, diktus

artikularis , ligamen, membran sinovial. Kondilus mandibularis terletak diatas

leher ramus dari mandibula. Fossa glenoidalis merupakan komponen dari tulang

temporal yang berbentuk konkaf.

Pada bagian rahang didepan telinga terdapat bagian yang dinamakan

dengan diktus artikularis. Duktus artikularis merupakan bagian yang memisahkan

antara kondilus dengan fossa mandibula serta eminensia. Dan ligamen merupakan

jaringan ikat fibrous avaskuler yang kuat. Ligamen terdiri dari 3 yaitu ligamen

temporomandibular, ligamen sphenomandibula, dan ligamen stilomandibula.

membantu otot pterigoideus lateralis melakukan gerakan protrusif. Otot

pterigoideus lateralis berfungsi melakukan gerakan gerak protrusif. Otot-otot ini

dapat berkontraksi ketika mendapat impuls yang dibawah oleh saraf-saraf. Saraf-

saraf yang berperan dalam membawa impuls untuk merangsang sendi

temporomandibular berkontraksi. Saraf pada mandibular merupakan cabang

terbesar dari N.trigeminal.

23

Apabila pada bagian komponen penyusun TMJ mengalami suatu

kerusakan atau kelainan pada salah satu bagian dari sendi temporomandibular

dapat menyebabkan kelainan pada sendi temporomandibular, maka akan

menimbulkan gangguan pada bagian TMJ tersebut. Salah satunya adalah

gangguan dislokasi pada TMJ merupakan salah satu kelainan yang mana terjadi

pergeseran kandilus ke arah depan dari eminensia artikulare Dislokasi ini terjadi

karena adanya trauma (kecelakaan, pukulan pada wajah). Dislokasi ini dapat di

atasi dengan perawatan non bedah apabila dislokasi nya tidak terlalu berbahaya.

Sebaliknya di lakukan pembedahan apabila perawatan secara non bedah tidak

dapat membantu proses penyembuhan pada kelainan temporomandibula joint.

24

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan.

Temporomandibular joint merupakan sendi yang menghubungkan

rahang bawah (mandibula) ke tulang tengkorak pada bagian sisi kepala

(temporo). Pada temporomandibula joint dapat terjadi suatu gangguan, salah

satunya dikarenakan akibat adanya dislokasi atau pergeseran pada daerah

fossa mandibularis.

5.2 Saran.

Diharapkan mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan khususnya Fakultas

Kedokteran Gigi dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu acuan atau

pedoman untuk menambah ilmu pengetahuan, khususnya system

muskuloskelatal pada Temporomandibular Joint yang berpengaruh terhadap

gangguan dislokasi pada daerah fossa mandibularis.

25

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Anita. 2001. Aspek Fisiologis Pengunyahan dan Penelanan Pada

Sistem Stomatognasi. Universitas Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran

Gigi. Hal: 1, 4-5

Dipoyono H.M. 2008. Gangguan Nyeri dan Bunyi Clicking pada Sendi

Temporomandibula. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hal: 3-6

Dorland, 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 26. Jakarta: EGC

Ganong. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC

Hayati, Nur, dkk. 2009. Dislokasi Sendi Temporomandibular (Jurnal). Jakarta:

Universitas Indonesia

Parker, Michael W. 1990. Sebuah Model Dinamis Etiologi dalam Gangguan

Temporomandibular Journal of American Dental Association. Maret 1990.

Vol. 120, 283-290.

Pedersen. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC

Setiadi. 2011. Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi: Laskar Aksara

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

26