makalah gerontik ra-1

Upload: anggraini-hidayat

Post on 05-Mar-2016

244 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan mengenai rheumatoid artritis pada lansia

TRANSCRIPT

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iiBAB I2PENDAHULUAN21.1LATAR BELAKANG2BAB II4TINJAUAN TEORI42.1 PENGERTIAN42.2 JENIS-JENIS REMATIK42.3 ETIOLOGI52.4 TANDA DAN GEJALA62.5 MANIFESTASI KLINIS72.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG102.7 PENATALAKSANAAN112.7.1 Farmakologis112.7.2 Non Farmakologis142.8 KOMPLIKASI16BAB III18ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. D18BAB IV33PEMBAHASAN33BAB V37PENUTUP375.1 Kesimpulan37DAFTAR PUSTAKA38

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan meningkatnya taraf kesehatan dan kesejahteraan, maka jumlah umat manusia yang mencapai usia lanjut semakin bertambah. Demikian juga yang terjadi di Indonesia, angka harapan hidup untuk penduduk laki-laki 67 tahun dan wanita 71 tahun. Indonesia berada dalam transisi demografi, struktur berubah dari populasi muda (1971), menuju tua (2020). Perubahan-perubahan akan terjadi padatubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitanya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan rematik (Darmojo, 2006).Penyakit rematik adalah penyakit yangtidak hanya menyerang sendi, tetapi juga menyerang organ atau bagian tubuh lainya. Secara umum, definisi rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Penyakit rematik yang paling sering adalah osteoarthritis akibat degenerasi atau proses penuaan, arthritis rematoid (penyakit autoimun), dan gout karena asam urat tinggi (Junaidi, 2012).Berbagai gangguan fisik atau penyakit muncul pada lansia. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan (Healthy People, 1997). Salah satu diantaranya adalah penyakit persendian atau artritis. Artritis menempati urutan pertama (44%) penyakit kronis yang dialami oleh lansia. Diantara artritis yang paling banyak adalah artritis reumatoid. Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit kronis sistemik yang progresif pada jaringan pengikat dan mencakup peradangan pada persendian synovial yang simetris sehingga menyebabkan kerusakan persendian (Reeves, 2001). Rheumatoid Arthritisditandai oleh gejala umum inflamasi, berupa demam, keletihan, nyeri dan pembengkakan sendi (Corwin, 2009).Hampir 8% orang-orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendi-sendinya, misalnya linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa seperti nyeri. Biasanya yang terkena ialah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul) (Azizah, 2011). Hasil survei di benua Eropa pada tahun 2004 menunjukkan bahwa penyakit reumatikmerupakan penyakit kronik yang paling sering dijumpai. Kurang lebih 50% penduduk Eropa yang berusia diatas 50 tahun mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal (Deslinda, 2011).Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1 persen). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3 : 1.7 Perbandingan ini mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur. Artritis Reumatoid menyerang 2,1 juta orang Amerika, yang kebanyakan wanita. Serangan pada umumnya terjadi di usia pertengahan, nampak lebih sering pada orang lanjut usia. 1,5 juta wanita mempunyai artritis reumatoid yang dibandingkan dengan 600.000 pria.Di Indonesia, data epidemiologi tentang penyakit rheumatoid arthritis masih sangat terbatas. Hasil penelitian WHO-Community Study of the Elderly, Central Java 1990, bahwa dari 1203 responden lansia, penyakit atau keluhan yang menempati presentase paling banyak adalah arthritis atau reumatisme dengan jumlah presentase 49,0% (Azizah, 2011). Hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lansia yang dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%) (Pusat Komunikasi Publik, Departemen Kesehatan, 2008 dalam Afriyanti, 2009). Hasil penelitian terakhir dari Zeng QY tahun 2008 (Purnomo, 2010), prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat reumatik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas.

BAB IITINJAUAN TEORI2.1 PENGERTIANPenyakit rematik adalah penyakit yangtidak hanya menyerang sendi, tetapi juga menyerang organ atau bagian tubuh lainya.Secara umum, definisi rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Penyakit rematik yang paling sering adalah osteoarthritis akibat degenerasi atau proses penuaan, arthritis rematoid (penyakit autoimun), dan gout karena asam urat tinggi (Junaidi, 2012).Rematik didefinisikan sebagai semua bentuk nyeri yang menyerang semua persendian, otot-otot, dan jaringan pengikat tubuh yang ditandai dengan peradangan sendi akibat dari berkurangnya cairan sinovial dalam sendi yang berguna untuk melumasi sendi agar tetap dapat digerakkan dan diputar menurut fungsinya (Angga, Harry J, 2002).

2.2 JENIS-JENIS REMATIK

1. OsteoartrithisDefinisi osteoarthritis menurut American Rheumatism Association (ARA) adalah sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya gejala dan tanda pada lutut yang berhubungan dengan defek integritas kartilago, dan pada batas sendi.2. Artritis ReumatoidArthritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi progresif, sistematik, dan kronis (Pusdinakes,1995). Arthritis Reumatoid merupakan peradangan yang kronis dan sistemik pada sendi sinovial.Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliarthritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien arthritis reumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya. Pasien ini dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah, atau gangguan nonartikular lain.(Mansjoer, A. 2000).Arthritis Reumatoid adalah kumpulan gejala (syndrom) yang berjalan secara kronik dengan ciri : radang non spesifik sendi perifer (diluar axis skeletal), biasanya simetris, mengakibatkan kerusakan yang progresif (makin lama makin rusak), tergolong penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, awal radang sering disertai stres baik fisik maupun rohani. (Suhadi, Stephanus. 2000).3. Arthritis Gout

Arthritis Gout adalah istilah yang dipakai untuk sekelompom penyakit gangguan metabolit yang terjadi karena deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat dalam cairan ekstraseluler. Menurut pengertian Depkes (1992), arthritis gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari.

4. Olimialgia ReumatikPenyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau mengenai usia lanjut sekitar 50 tahun keatas.

2.3 ETIOLOGI

Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009)

a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009). b. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009). c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009). d. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009). e. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo, 2012).

2.4 TANDA DAN GEJALA

Ada beberapa gejala klinis yang lazim ditemukan pada penderita arthritis reumatoid. Gejala klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gejala klinis yang sangat bervariasi.1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anorexia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.2. Poliarthritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.3. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri mekanis. Sebaliknyanyeri inflamasi akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas.4. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi, kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.5. Arthritis erosive merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi tulang.6. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, sublukasi sendi metakarpofalangeal, leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yyang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari sublukasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terangsang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutma dalam melakukan gerak ekstensi.7. Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis reumatoid. Lokasi paling sering dan deformitas ini adalah bursa olekranon(sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya.. adapun nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.8. Manifestasi ekstra artikular: arthritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata dan pembuluh darah dapat rusak.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis RA terbagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular dan manifestasi ekstraartikular (Suarjana, 2009). 1. Manifestasi artikular RA terjadi secara simetris berupa inflamasi sendi, bursa, dan sarung tendo yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan kekakuan sendi, serta hidrops ringan (Sjamsuhidajat, 2010). Tanda kardinal inflamasi berupa nyeri, bengkak, kemerahan dan teraba hangat mungkin ditemukan pada awal atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada RA kronik (Surjana, 2009). Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala asimptomatik setelah bertahun-tahun dari onset terjadinya (Longo, 2012).

Gambar 6. Sendi Metacarpopalangeal dan proksimal interfalangeal yang bengkak pada penderita artritis reumatoid (Longo, 2012).

Distribusi sendi yang terlibat dalam RA cukup bervariasi. Tidak semua sendi proporsinya sama, beberapa sendi lebih dominan untuk mengalami inflamasi, misalnya sendi sendi kecil pada tangan (Suarjana, 2009).

2. Manifestasi ekstraartikular jarang ditemukan pada RA (Syamsyuhidajat, 2010). Secara umum, manifestasi RA mengenai hampir seluruh bagian tubuh. Manifestasi ekstraartikular pada RA, meliputi (Longo, 2012) :

a. Konstitusional, terjadi pada 100% pasien yang terdiagnosa RA. Tanda dan gejalanya berupa penurunan berat badan, demam >38,3oc , kelelahan (fatigue), malaise, depresi dan pada banyak kasus terjadi kaheksia, yang secara umum merefleksi derajat inflamasi dan kadang mendahului terjadinya gelaja awal pada kerusakan sendi (Longo, 2012).

b. Nodul, terjadi pada 30-40% penderita dan biasanya merupakan level tertinggi aktivitas penyakit ini. Saat dipalpasi nodul biasanya tegas, tidak lembut, dan dekat periosteum, tendo atau bursa. Nodul ini juga bisa terdapat di paru-paru, pleura, pericardium, dan peritonuem. Nodul bisanya benign (jinak), dan diasosiasikan dengan infeksi, ulserasi dan gangren (Longo, 2012).

c. Sjogrens syndrome, hanya 10% pasien yang memiliki secondary sjogrens syndrome. Sjogrens syndrome ditandai dengan keratoconjutivitis sicca (dry eyes) atau xerostomia (Longo, 2012).

d. Paru (pulmonary) contohnya adalah penyakit pleura kemudian diikuti dengan penyakit paru interstitial (Longo, 2012).

e. Jantung (cardiac) pada