makalah blok 17 kolesistisis

14
7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 1/14 Kolesistitis Akut  Nella 1  NIM : 102011185 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan kolesistitis akut  biasanya terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu. Kolesistitis akut sering berawal sebagai serangan kolik biliaris yang memburuk secara progresif. Sekitar 60-70% pasien melaporkan adanya riwayat serangan yang sembuh spontan. Namun, seiring dengan makin  parahnya serangan, nyeri kolesistitis akut makin menjadi generalisata di abdomen kanan atas. Seperti kolik biliaris, nyeri kolesistitis dapat menyebar ke daerah antarskapula, skapula kanan atau bahu. Tanda peradangan peritoneum seperti peningkatan nyeri dengan penggetaran atau  pada pernapasan dalam dapat ditemukan. Pasien juga mengalami anoreksia dan sering mual. Kolesistitis akut merupakan suatu penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan penyakit peradangan pada dinding kandung empedu yang disebabkan karena kolelitiasis serta terapi yang sesuai. 1 Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 Telephone: (021) 5694-2061 Email: [email protected] Pembahasan 1

Upload: nella

Post on 03-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 1/14

Kolesistitis Akut

 Nella1

 NIM : 102011185

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan

Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan kolesistitis akut

 biasanya terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu. Kolesistitis akut sering berawal

sebagai serangan kolik biliaris yang memburuk secara progresif. Sekitar 60-70% pasien

melaporkan adanya riwayat serangan yang sembuh spontan. Namun, seiring dengan makin

 parahnya serangan, nyeri kolesistitis akut makin menjadi generalisata di abdomen kanan atas.

Seperti kolik biliaris, nyeri kolesistitis dapat menyebar ke daerah antarskapula, skapula kanan

atau bahu. Tanda peradangan peritoneum seperti peningkatan nyeri dengan penggetaran atau

 pada pernapasan dalam dapat ditemukan. Pasien juga mengalami anoreksia dan sering mual.

Kolesistitis akut merupakan suatu penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup pasien.

Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang berkaitan

dengan penyakit peradangan pada dinding kandung empedu yang disebabkan karena kolelitiasis

serta terapi yang sesuai.

1 Alamat Korespondensi:

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

Telephone: (021) 5694-2061

Email:  [email protected] 

Pembahasan

1

Page 2: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 2/14

A. Anamnesis

Anamnesis merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis suatu penyakit. Secara

umum anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan

cara melakukan serangkaian wawancara yang dapat langsung dilakukan terhadap pasien

(auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).1 Pada

anamnesis perlu ditanyakan beberapa hal seperti:

1. Identitas

 Nama

Umur/ usia

Jenis kelamin

Alamat

Pekerjaan

2. Keluhan utama

Menanyakan apa keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien datang berobat.

 

3. Riwayat penyakit sekarang (RPS)

Cerita kronologis yang terperinci dan jelas tentang keadaan pasien sebelum adakeluhan sampai dibawa berobat

Pengobatan sebelumnya dan hasilnya

Perkembangan penyakit

4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama

sebelumnya serta riwayat penyakit lain yang pernah diderita pasien.

5. Riwayat Keluarga

Untuk mengetahui bagaimana status kesehatan keluarga serta mencari tahu

apakah terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama.

2

Page 3: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 3/14

6. Riwayat psychosocial (sosial)

Mengetahui bagaimana lingkungan kerja, sekolah atau tempat tinggal serta faktor 

resiko gaya hidup.1

B. Pemeriksaan Fisik 

1. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan tanda-tanda vital :

Tekanan Darah

- Normal (>18th): 120/80 mmHg pada usia dewasa.2

- Kasus : 110/70 mmHg

Heart Rate

- Normal (>18th): 70-75 kali/menit.2

- Kasus : 98 kali/menit

Suhu

- Normal (>18th): 37 C/98,6 F.2 

- Kasus : 38,5 celcius

Pernafasan

- Normal (>18th): 15 – 20 kali/menit.2

- Kasus : 24 kali/menit

2. Inspeksi: melihat keadaan fisik pasien adakah terdapat tanda-tanda abnormal

seperti

Pasien kelihatan nyeri pada ulu hatinya mungkin menandakan adanya kolik 

abdomen.

Sklera kelihatan kekuningan mengindikasikan adanya ikterus.

Frekuensi pernafasan 24kali permenit menunjukkan sakit yang mungkin

disertai oleh peradangan.

3. Palpasi: meraba dibagian abdomen

3

Page 4: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 4/14

Adakah pasien mempunyai rasa nyeri tekan menyeluruh ataupun hanya di

suatu tempat sahaja.

Jika sakit dibagian kuadran kanan atas, indikasikan penyakit yang

 berhubungan dengan hepatobilier.

Suhu badan yang terasa panas, menunjukkan pasien demam yang

 berkemungkinan peradangan dibagian yang sakit.

Untuk memastikan lakukanlah muphy sign, jika positif mengindikasikan

 pasien sakit dibagian empedu atau saluran empedu.

C. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis kolesistitis akut biasanya dibuat beradasarkan riwayat yang khas dan

 pemeriksaan fisis. Trias yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan atas, demam dan

leukositosis sangat sugestif. Biasanya terjadi leukositosis meningkat . Bilirubin serum

sedikit meningkat pada pasien, sementara pasien mengalami peningkatan

aminotransferase serum (biasanya kurang dari lima kali lipat). Pemeriksaan alkali

 phospatase biasanya meningkat pada pasien dengan kolesistitis. Pemeriksaan enzim

amilase dan lipase diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pankreatitis, namun

amilase dapat meningkat pada kolesistitis. 3

Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut.

Hanya pada 15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang

(radiopak) oleh karena mengandung kalsium cukup banyak. Kolesistografi oral tidak 

dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada obstruksi sehingga

 pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut. Gambaran adanya kalsifikasi

diffus dari kandung empedu (empedu porselain) menunjukkan adanya keganasan pada

kandung empedu.3

Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan

sangat bermanfaat untuk memprlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung

empedu, batu dan saluran empedu ekstra hepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG

mencapai 90 – 95%. Adapun gambaran di USG yang pada kolesistitis akut diantaranya

adalah cairan perikolestik, penebalan dinding kandung empedu lebih dari 4 mm dan tanda

sonographic Murphy. Adanya batu empedu membantu penegakkan diagnosis.3

Sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan CT scan abdomen dan MRI dilaporkan

lebih besar dari 95%. Pada kolesistitis akut dapat ditemukan cairan perikolestik,

4

Page 5: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 5/14

 penebalan dinding kandung empedu lebih dari 4 mm, edema subserosa tanpa adanya

ascites, gas intramural dan lapisan mukosa yang terlepas. Pemeriksaan dengan CT – scan

dapat memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak 

terlihat pada pemeriksaan USG.3

Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA atau 96n Tc6Iminodiacetic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak 

mudah. Normalnya gambaran kandung empedu, duktus biliaris komunis dan duodenum

terlihat dalam 30-45 menit setelah penyuntikan zat warna. Terlihatnya gambaran duktus

koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral

atau scintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut.3

 Endoscopic Retrogard Cholangiopancreatography (ERCP) dapat digunakan

untuk melihat struktur anatomi bila terdapat kecurigaan terdapat batu empedu di duktus

 biliaris komunis pada pasien yang beresiko tinggi menjalani laparaskopi kolesistektomi.4

D. Working Diagnosis

1. Kolesistitis akut dengan kolelitiasis

Kolesistitis adalah inflamasi akut dan kronis dari kandung empedu,

 biasanya berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus

sistikus dan menyebabkan distensi kandung empedu. Kasus kolesistitis ditemukan

 pada sekitar 10% populasi, sekitar 90% kasus berkaitan dengan batu empedu,

sedangkan 10% sisnya tidak. Kasus minorotas yang disebut juga dengan istilah

acalculous cholecystitis ini, biasanya berkitan dengan pasca bedah umum, cedera

 berat, sepsis (infeksi berat). Individu yang beresiko terkena kolesistitis adalah

 jenis kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan kehamilan, dan suku bangsa

tertentu.3

Kolelitiasis adalah pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu

kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu

material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Kedua penyakit

diatas dapat terjadi sendiri saja, tapi sering kali dijumpai bersamaan karena saling

 berkaitan. Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut memiliki batu

empedu. Batu empedu yang menyumbat saluran empedu akan membuat kandung

empedu meregang, sehingga aliran darah dan getah bening akan berubah,

terjadilah kekurangan oksigen dan kematian jaringan empedu. Sedangkan kasus

tanpa batu empedu, kolesistitis lebih disebabkan oleh faktor keracunan empedu

(endotoksin) yang membuat garam empedu tidak dapat dikeluarkan dari kandung

empedu. Gejalanya meliputi nyeri perut kanan atas dengan kombinasi mual

muntah dan panas. Pada pemeriksaan fisis ditemukan nyeri tekan pada perut

5

Page 6: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 6/14

kanan atas dan sering teraba kandung empedu yang membesar dan tanda-tanda

 peritonitis.4

E. Diagnosis Differential

1. Pancreatitis akut

Pankreatitis adalah reaksi peradangan pancreas. Secara klinis pancreatitis akut

ditandai dengan nyeri perut yang akut disertai dengan kenaikan enzim dalam darah

dan urin. Perjalanan penyakit sangat bervariasi dari ringan yang self limited sampai

sangat berat yang disertai dengan gangguan ginjal dan paru-paru yang berakibat fatal.

Gejala pancreatitis akut yang paling mencolok adalah rasa nyeri yang timbul tiba-tiba,

kebanyakan intens, terus-menerus dan makin lama makin bertambah. Rasa nyeri

kebanyakan terletak di epigastrium, kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri

dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri menyebar diperut dan menjalar keabdomen bagian bawah. Nyeri berlangsung beberapa hari. Selain nyeri sebagian

kasus juga didapatkan gejala mual dan muntah serta demam. Kadang-kadang didapat

tanda kolaps kardiovaskular, renjatan dan gangguan pernafasan.5

Factor yang memperberat pancreatitis akut sebagian besar belum diketahui.

Pada hampir 80% kasus pancreatitis akut jaringan pancreas mengalami inflamasi

tetapi masih hidup, keadaaan ini disebut pancreatitis interstitial, sisanya sekitar 20%

mengalami nekrosis pancreas atau peripankreas yang merupakan komplikasi yang

 berat, mengancam nyawa dan memerlukan perawatan intensif. Nekrosis peripankreas

diduga terjadi sebagai sebagai akibat aktivasi lipase pancreas pada jaringan lemak  peripankreas. Kematian tersebar pasien pancreatitis akut terdapat pada pasien yang

mengalami nekrosis pancreas yang mengalami infeksi ini.5

2. Koledokolitiasis

Koledokolitiasis adalah batu yang terdapat pada duktus koledokus. Batu yang

sejak awal dibentuk di duktus koledokus disebut koledokolitiasis primer. Proporsinya

tidak lebih dari 5%. Sebanyak 95% kasus terjadi karena migrasi dari kandung empedu

yang disebut dengan koledokolitiasis sekunder. Pasien yang tidak segera ditanganiakan beresiko mengalami infeksi yang disebut kolangitis. Pada kondisi demikian

sangat beresiko tinggi terjadi kematian. Penanganan koledokolitiasis dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu ERCP atau bedah terbuka (laparotomi).6

F. Etiologi dan Patogenesis

6

Page 7: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 7/14

Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis

cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama

kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) sedangkan sebagian kecil kasus

(10%) timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus) Batu biasanya

menyumbat duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu dan terjadi distensi

kandung empedu. Distensi kandung empedu menyebabkan aliran darah dan limfe

menjadi terganggu sehingga terjadi iskemia dan nekrosis dinding kandung empedu.

Meskipun begitu, mekanisme pasti bagaimana stasis di duktus sistikus dapat

menyebabkan kolesistitis akut, sampai saat ini masih belum jelas. Diperkirakan banyak 

faktor yang dapat mencetuskan respon peradangan pada kolesistitis, seperti kepekatan

cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa

dinding kandung empedu yang diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi. Peradangan

yang disebabkan oleh bakteri mungkin berperan pada 50 sampai 85 persen pasien

kolesistitis akut. Organisme yang paling sering dibiak dari kandung empedu para pasien

ini adalah E. Coli, spesies Klebsiella, Streptococcus grup D, spesies Staphylococcus danspesies Clostridium. Endotoxin yang dihasilkan oleh organisme-organisme tersebut dapat

menyebabkan hilangnya lapisan mukosa, perdarahan, perlekatan fibrin, yang akhirnya

menyebabkan iskemia dan selanjutnya nekrosis dinding kandung empedu Kolesistitis

akut akalkulus terdapat pada 10 % kasus. Peningkatan resiko terhadap perkembangan

kolesistitis akalkulus terutama berhubungan dengan trauma atau luka bakar yang serius,

dengan periode pascapersalinan yang menyertai persalinan yang memanjang dan dengan

operasi pembedahan besar nonbiliaris lainnya dalam periode pascaoperatif. Faktor lain

yang mempercepat termasuk vaskulitis, adenokarsinoma kandung empedu yang

mengobstruksi, diabetes mellitus, torsi kandung empedu, infeksi bakteri kandung empedu

(misalnya Leptospira, Streptococcus, Salmonella atau Vibrio cholera) dan infeksi parasitkandung empedu. Kolesistitis akalkulus mungkin juga tampak bersama dengan berbagai

 penyakit sistemik lainnya (sarkoidosis, penyakit kardiovaskuler, sifilis, tuberkulosis,

aktinomises).  Selain itu, dapat timbul juga pada pasien yang dirawat cukup lama yang

mendapat nutrisi secara parenteral. Hal ini dapat terjadi karena kandung empedu tidak 

mendapatkan stimulus dari kolesistokinin (CCK) yang berfungsi untuk mengosongkan

kantong empedu, sehingga terjadi statis dari cairan empedu.3,4

G. Batu Empedu

1. Batu Kolesterol

Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung jawab bagi lebih

dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini merupakan batu

kolesterol campuran yang mengandung paling sedikit 75 % kolesterol berdasarkan

7

Page 8: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 8/14

 berat serta dalam variasi jumlah fosfolipid, pigmen empedu, senyawa organik dan

inorganik lain. Kolesterol dilarutkan di dalam empedu dalam daerah hidrofobik 

micelle, sehingga kelarutannya tergantung pada jumlah relatif garam empedu dan

lesitin10.7

Menurut Meyers & Jones, 1990 Proses fisik pembentukan batu kolesterol

terjadi dalam empat tahap:

Supersaturasi empedu dengan kolesterol.

Pembentukan nidus.

Kristalisasi/presipitasi.

Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan senyawa lain

yang membentuk matriks batu.7

2. Batu pigmen

Batu pigmen merupakan sekitar 10 % dari batu empedu di Amerika Serikat.

Ada dua bentuk yaitu batu pigmen murni yang lebih umum dan batu kalsium

 bilirubinat. Batu pigmen murni lebih kecil (2 sampai 5 mm), multipel, sangat keras

dan penampilan hijau sampai hitam. Batu-batu tersebut mengandung dalam jumlah

 bervariasi kalsium bilirubinat, polimer bilirubin, asam empedu dalam jumlah kecil

kolesterol (3 sampai 26%) dan banyak senyawa organik lain. Didaerah Timur, batu

kalsium bilirubinat dominan dan merupakan 40 sampai 60 % dari semua batu

empedu. Batu ini lebih rapuh, berwarna kecoklatan sampai hitam

Patogenesis batu pigmen berbeda dari batu kolesterol. Kemungkinan

mencakup sekresi pigmen dalam jumlah yang meningkat atau pembentukan pigmen

abnormal yang mengendap dalam empedu. Sirosis dan stasis biliaris merupakan

 predisposisi pembentukan batu pigmen. Pasien dengan peningkatan beban bilirubin

tak terkonjugasi (anemia hemolitik), lazim membentuk batu pigmen murni. Di negara

Timur, tingginya insiden batu kalsium bilirubinat bisa berhubungan dengan invasi

 bakteri sekunder dalam batang saluran empedu yang di infeksi parasit Clonorchis

8

Page 9: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 9/14

sinensis atau Ascaris Lumbricoides. E.coli membentuk B-glukoronidase yang

dianggap mendekonjugasikan bilirubin di dalam empedu, yang bisa menyokong

 pembentukan kalsium bilirubinat yang tak dapat larut.7

3. Batu campuran

Merupakan batu campuran kolesterol yang mengandung kalsium. Batu ini

sering ditemukan hampir sekitar 90 % pada penderita kolelitiasis. batu ini bersifat

majemuk, berwarna coklat tua. Sebagian besar dari batu campuran mempunyai dasar 

metabolisme yang sama dengan batu kolesterol.7

H. Epidemiologi

Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan kolesistitis

akut biasanya terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu. Sekitar 10-20% warga

Amerika menderita kolelitiasis (batu empedu) dan sepertiganya juga menderita

kolesistitis akut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita, usia tua dan lebih sering

terjadi pada orang kulit putih. Pada wanita, terutama pada wanita-wanita hamil dan yang

mengkonsumsi obat-obat hormonal, insidensi kolesistitis akut lebih sering terjadi.

Beberapa teori mengatakan hal ini berkaitan dengan kadar progesteron yang tinggi yang

menyebabkan statis aliran kandung empedu. Di Indonesia, walaupun belum ada data

epidemiologis penduduk, insidens kolesistitis dan kolelitiasis di negara kita relatif lebih

rendah dibandingkan dengan negara-negara barat.3

I. Manifestasi klinik 

Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di

sebelah kanan atas dan nyeri tekan, takikardia serta kenaikan suhu tubuh. Keluhan

tersebut dapat memburuk secara progresif. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak 

atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya

keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai

dengan gangren atau perforasi kandung empedu. Sekitar 60-70% pasien melaporkan

adanya riwayat serangan yang sembuh spontan.

Tanda peradangan peritoneum seperti peningkatan nyeri dengan penggetaran atau

 pada pernapasan dalam dapat ditemukan. Pasien mengalami anoreksia dan sering mual.

Muntah relatif sering terjadi dan dapat menimbulkan gejala dan tanda deplesi volume

vaskuler dan ekstraseluler. Pada pemeriksaan fisis, kuadran kanan atas abdomen hampir 

selalu nyeri bila dipalpasi. Pada seperempat sampai separuh pasien dapat diraba kandung

9

Page 10: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 10/14

empedu yang tegang dan membesar. Inspirasi dalam atau batuk sewaktu palpasi subkosta

kudaran kanan atas biasanya menambah nyeri dan menyebabkan inspirasi.

Ketokan ringan pada daerah subkosta kanan dapat menyebabkan peningkatan

nyeri secara mencolok. Nyeri lepas lokal di kuadran kanan atas sering ditemukan, juga

distensi abdomen dan penurunan bising usus akibat ileus paralitik, tetapi tandarangsangan peritoneum generalisata dan rigiditas abdomen biasanya tidak ditemukan,

asalkan tidak ada perforasi. Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan

(bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu

di saluran empedu ekstra hepatik. Pada pasien-pasien yang sudah tua dan dengan diabetes

mellitus, tanda dan gejala yang ada tidak terlalu spesifik dan kadang hanya berupa mual

saja.

Walaupun manifestasi klinis kolesistitis akalkulus tidak dapat dibedakan dengan

kolesistitis kalkulus, biasanya kolesistitis akalkulus terjadi pada pasien dengan keadaan

inflamasi kandung empedu akut yang sudah parah walaupun sebelumnya tidak terdapattanda-tanda kolik kandung empedu. Biasanya pasien sudah jatuh ke dalam kondisi sepsis

tanpa terdapat tanda-tanda kolesistitis akut yang jelas sebelumnya.3,4

J. Penatalaksanaan

1. Terapi konservatif 

Walaupun intervensi bedah tetap merupakan terapi utama untuk kolestasis

akut dan komplikasinya, mungkin diperlukan periode stabilisasi di rumah sakit

sebelum kolesistektomi. Pengobatan umum termasuk istirahat total, perbaiki statushidrasi pasien, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, koreksi elektrolit, obat

 penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodik. Pemberian antibiotik pada

fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi seperti peritonitis, kolangitis

dan septisemia. Golongan ampisilin, sefalosporin dan metronidazol cukup memadai

untuk mematikan kuman – kuman yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti

 E. Coli, Strep. faecalis dan Klebsiela, namun pada pasien diabetes dan pada pasien

yang memperlihatkan tanda sepsis gram negatif, lebih dianjurkan pemberian

antibiotik kombinasi.3

2. Terapi bedah

Saat kapan dilaksanakan tindakan kolesistektomi masih diperdebatkan, apakah

sebaiknya dilakukan secepatnya (3 hari) atau ditunggu 6 – 8 minggu setelah terapi

konservatif dan keadaaan umum pasien lebih baik. Sebanyak 50 % kasus akan

membaik tanpa tindakan bedah. Ahli bedah yang pro operasi dini menyatakan, timbul

gangren dan komplikasi kegagalan terapi konservatif dapat dihindarkan dan lama

10

Page 11: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 11/14

 perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat dan biaya daat ditekan. Sementara

yang tidak setuju menyatakan, operasi dini akan menyebabkan penyebaran infeksi ke

rongga peritoneum dan teknik operasi lebih sulit karena proses infalamasi akut di

sekitar duktus akan mengaburkan anatomi. Namun, kolesistostomi atau

kolesistektomi darurat mungkin perlu dilakukan pada pasien yang dicurigai atau

terbukti mengalami komplikasi kolesistitis akut, misalnya empiema, kolesistitis

emfisematosa atau perforasi. Pada kasus kolesistitis akut nonkomplikata, hampir 30

% pasien tidak berespons terhadap terapi medis dan perkembangan penyakit atau

ancaman komplikasi menyebabkan operasi perlu lebih dini dilakukan (dalam 24

sampai 72 jam). Komplikasi teknis pembedahan tidak meningkat pada pasien yang

menjalani kolesistektomi dini dibanding kolesistektomi yang tertunda. Penundaan

intervensi bedah mungkin sebaiknya dicadangkan untuk (1) pasien yang kondisi

medis keseluruhannya memiliki resiko besar bila dilakukan operasi segera dan (2)

 pasien yang diagnosis kolesistitis akutnya masih meragukan.3,4

Kolesistektomi dini/segera merupakan terapi pilihan bagi sebagian besar 

 pasien kolesistitis akut. Di sebagian besar sentra kesehatan, angka mortalitas untuk 

kolesistektomi darurat mendekati 3% sementara resiko mortalitas untuk 

kolesistektomi elektif atau dini mendekati 0,5 % pada pasien berusia kurang dari 60

tahun. Tentu saja, resiko operasi meningkat seiring dengan adanya penyakit pada

organ lain akibat usia dan dengan adanya komplikasi jangka pendek atau jangka

 panjang penyakit kandung empedu. Pada pasien kolesistitis yang sakit berat atau

keadaan umumnya lemah dapat dilakukan kolesistektomi dan drainase selang

terhadap kandung empedu. Kolesistektomi elektif kemudian dapat dilakukan pada

lain waktu. Sejak diperkenalkan tindakan bedah kolesistektomi laparoskopik diIndonesia ada awal 1991, hingga saat ini sudah sering dilakukan di pusat – pusat

 bedah digestif. Di luar negeri tindakan ini hampir mencapai angka 90% dari seluruh

kolesitektomi. Konversi ke tindakan kolesistektomi konvensional menurut Ibrahim A.

dkk, sebesar 1,9% kasus, terbanyak oleh karena sukar dalam mengenali duktus

sistikus yang diakibatkan perlengketan luas (27%), perdarahan dan keganasan

kandung empedu. Komplikasi yang sering dijumpai pada tindakan ini yaitu trauma

saluran empedu (7%), perdarahan, kebocoran empedu. Menurut kebanyakan ahli

 bedah tindakan kolesistektomi laparoskopik ini sekalipun invasif mempunyai

kelebihan seperti mengurangi rasa nyeri pasca operasi. Menurunkan angka kematian,

secara kosmetik lebih baik, memperpendek lama perawatan di rumah sakit danmempercepat aktivitas pasien. Pada wanita hamil, laparaskopi kolesistektomi terbukti

aman dilakukan pada semua trimester.3,4

K. Komplikasi

11

Page 12: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 12/14

1. Empiema dan hidrops

Empiema kandung empedu biasanya terjadi akibat perkembangan kolesistitis

akut dengan sumbatan duktus sistikus persisten menjadi superinfeksi empedu yang

tersumbat tersebut disertai kuman-kuman pembentuk pus. Biasanya terjadi pada

 pasien laki-laki dengan kolesistitis akut akalkulus dan juga menderita diabetesmellitus. Gambaran klinis mirip kolangitis dengan demam tinggi, nyeri kuadran

kanan atas yang hebat, leukositosis berat dan sering keadaan umum lemah. Empiema

kandung empedu memiliki resiko tinggi menjadi sepsis gram negatif dan/atau

 perforasi. Diperlukan intervensi bedah darurat disertai perlindungan antibiotik yang

memadai segera setelah diagnosis dicurigai.

Hidrops atau mukokel kandung empedu juga terjadi akibat sumbatan

 berkepanjangan duktus sistikus biasanya oleh sebuah kalkulus besar. Dalam keadaan

ini, lumen kandung empedu yang tersumbat secara progresif mengalami peregangan

oleh mukus (mukokel) atau cairan transudat jernih (hidrops) yang dihasilkan oleh sel-sel epitel mukosa. Pada pemeriksaan fisis sering teraba massa tidak nyeri yang mudah

dilihat dan diraba menonjol dari kuadran kanan atas menuju fossa iliaka kanan.

Pasien hidrops kandung empedu sering tetap asimtomatik, walaupun nyeri kuadran

kanan atas kronik juga dapat terjadi. Kolesistektomi diindikasikan, karena dapat

timbul komplikasi empiema, perforasi atau gangren.8

2. Gangren dan perforasi

Gangren kandung empedu menimbulkan iskemia dinding dan nekrosis

 jaringan bebercak atau total. Kelainan yang mendasari antara lain adalah distensi berlebihan kandung empedu, vaskulitis, diabetes mellitus, empiema atau torsi yang

menyebabkan oklusi arteri. Gangren biasanya merupakan predisposisi perforasi

kandung empedu, tetapi perforasi juga dapat terjadi pada kolesistitis kronik tanpa

gejala atau peringatan sebelumnya abses.

Perforasi lokal biasanya tertahan dalam omentum atau oleh adhesi yang

ditimbulkan oleh peradangan berulang kandung empedu. Superinfeksi bakteri pada isi

kandung empedu yang terlokalisasi tersebut menimbulkan abses. Sebagian besar 

 pasien sebaiknya diterapi dengan kolesistektomi, tetapi pasien yang sakit berat

mungkin memerlukan kolesistektomi dan drainase abses.

Perforasi bebas lebih jarang terjadi tetapi menyebabkan angka kematian

sekitar 30%, Pasien ini mungkin memperlihatkan hilangnya secara transien nyeri

kuadran kanan atas karena kandung empedu yang teregang mengalami dekompresi,

tetapi kemudian timbul tanda peritonitis generalisata.8

12

Page 13: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 13/14

L. Pencegahan

Seorang yang pernah mangalami serangan kolesistitis akut dan kandung empedunya

 belum diangkat, sebaiknya mengurangi asupan lemak dan menurunkan berat badannya.

M. Prognosis

Penyembuhan spontan didapatkan 85% kasus, sekalipun kandung empedu

menjadi tebal, fibrotic, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi

kolesititis rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi

gangren, empiema, dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis

umum. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotic yang adekuat pada awal

serangan. Tindakan bedah akut pada pasien tua (>75tahun) memiliki prognosis jelek 

disamping kemungkinan timbul komplikasi pasca bedah.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.

Pasien menderita kolesistitis akut yang disertai dengan kolelitiasis. Kolesistitis merupakan

 peradangan pada dinding kandung empedu yang ditandai dengan trias gejalanya yakni nyeri

 perut kuadran kanan atas, demam dan leukositosis. Terdapat dua jenis kolesistitis berdasarkan

 penyebab utamanya yakni kolesistitis akut kalkulus dan kolesistitis akut akalkulus. Terapi dibagi

menjadi dua yakni terapi konvensional berupa perbaikan kondisi umum pasien, antibiotik sesuai

dengan pola kuman, analgesik dan terapi pembedahan bila terdapat inidikasi, dimana saat ini

lebih sering dilakukan laparaskopik kolesistektomi.

Daftar Pustaka :

1. Supartondo, Setiyohadi B. Buku ajar ilmu penyakit dalam : anamnesis. Edisi ke

-5. Jakarta : Interna Publishing; 2009.h.25-9.

2. Jonathan G. At a glance : anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi ke-8. Jakarta :

Erlangga; 2007.h. 196-8.

3. Pridady. Buku ajar ilmu penyakit dalam : kolesistitis. Edisi ke-5. Jakarta : Interna

Publishing; 2009.h.716-20

4. Lesmana LA. Buku ajar ilmu penyakit dalam : penyakit batu empedu. Edisi ke-8.

Jakarta : Erlangga; 2007.h.721-5.

5. Nurma A. Buku ajar ilmu penyakit dalam : pankreatitis akut. Edisi ke-8. Jakarta :

Erlangga; 2007.h.731-8.

6. Delp, Manning. Major diagnosis buruk. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2009.h.402-4.

13

Page 14: Makalah Blok 17 Kolesistisis

7/28/2019 Makalah Blok 17 Kolesistisis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-blok-17-kolesistisis 14/14

7. Cahyono JB. Batu empedu. Edisi ke-5. Yogjakarta : Kanisius; 2009.h.50-4.

8. Sarr MG, Cameron JL. Buku ajar bedah : sistem empedu. Edisi ke-2. Jakarta:EGC; 2006.h.121-123

14