lpj k2n ui 2011 titik palu'e - program rutin

84
[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011 K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Pulau Palue merupakan sebuah pulau yang berada di utara Pulau Flores dengan luas wilayah 41 km 2 dan wilayah perairannya 345.45 km 2 . Palue merupakan sebuah kecamatan yang masuk dalam Kabupaten Sikka di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak di sebelah barat kabupaten Sikka ± 93 km dari ibu kota Maumere, dan merupakan sebuah pulau tropis yang berada dalam sebuah gugusan kepulauan dalam perairan Lautan Flores berada dalam posisi geografis 8º 17’ 31,54-8º 21’15,65 lintang selatan dan 121º4’36,00 – 121º 44’47,03 Bujur Timur. Peta Pulau Palue (Sumber : http.www.kabsikka.co.id) Keadaan tropografis sebagian bergunung-gunung dan berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan ± 70-80º, untuk topografi datarnya pada umumnya terletak di daerah pantai, dan sedikit di daerah pegunungan dengan persentase ± 0,7 dari total keseluruhan luas daerah kecamatan

Upload: margaretha-quina

Post on 07-Dec-2014

134 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Laporan akhir Kuliah Kerja Nyata UI Titik Palu'e, Sikka, Nusa Tenggara Timur, untuk program: (1) Kesehatan; (2) Penyuluhan Hukum; (3) Kebersihan; dan (4) Pendidikan.

TRANSCRIPT

Page 1: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum

Pulau Palu’e merupakan sebuah pulau yang berada di utara Pulau

Flores dengan luas wilayah 41 km2 dan wilayah perairannya 345.45 km2.

Palue merupakan sebuah kecamatan yang masuk dalam Kabupaten Sikka di

Provinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak di sebelah barat kabupaten Sikka ±

93 km dari ibu kota Maumere, dan merupakan sebuah pulau tropis yang

berada dalam sebuah gugusan kepulauan dalam perairan Lautan Flores

berada dalam posisi geografis 8º 17’ 31,54-8º 21’15,65 lintang selatan dan

121º4’36,00 – 121º 44’47,03 Bujur Timur.

Peta Pulau Palue

(Sumber : http.www.kabsikka.co.id)

Keadaan tropografis sebagian bergunung-gunung dan berbukit-bukit

dengan tingkat kemiringan ± 70-80º, untuk topografi datarnya pada

umumnya terletak di daerah pantai, dan sedikit di daerah pegunungan

dengan persentase ± 0,7 dari total keseluruhan luas daerah kecamatan

Page 2: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 2

Palu’e. Kecamatan Palu’e beriklim tropis, suhu berkisar antara 27ºC- 29ºC

pada musim panas suhu maksimum 29oC dan pada musim hujan 23,8ºC atau

rata-rata 27, 2º C, kelembapan udara rata-rata 78% pertahun. Kecepatan

angin pada musim panas 12-13 knots. Musim panas 7-8 bulan (April/Mei-

Oktober/November) dam musim hujan yang lebih dari 4 bulan (November-

Desember, Maret-April). Curah hujan pertahun antara 1.000 mm-1.500 mm,

dengan jumlah hari hujan sebesar 60-120 hari per tahun. Penggunaan tanah

di kecamatan Palu’e didominasi lahan pertanian yaitu 1.703 ha, sedangkan

penggunaannya lainnya yaitu kawasan hutan dan gunung Rokatenda seluas

352 ha atau sekitar 8,94 %, semak belukar dan lereng atau perbukitan seluas

2.65 ha atau sekitar 66, 28 %. Secara administrasi pemerintahan kecamatan

Palue terdiri dari 8 buah desa dan 24 dusun.1

1.2. Potensi Wilayah

a. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan sensus penduduk 2011, penduduk Kecamatan Palu’e

berjumlah 9939 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,25%.

Mayoritas penduduk Pulau Palu’e berada pada garis kemiskinan. Menurut

data dari Pemerintahan Kabupaten Sikka Kecamatan Palue, jumlah Kepala

Keluarga (KK) miskin sebanyak 1996 KK dari 2691 KK. Dapat dikatakan

pulau ini merupakan pulau yang tertinggal atau orang Palu’e biasa

mengatakan “Pulau yang Terlupakan”. Tingkat pendidikan pada tahun 2010

didominasi tidak tamat SD sebesar 23%, tamat SD sebesar 10,18%, tamat

SLTP sebesar 3,25%, tamat SLTA sebesar 1.6% dan tamat PT/akademik

0,38%. Jumlah sarana pendidikan sebanyak 12 unit meliputi SD sebanyak 10

unit dan SLTP sebanyak 2 unit. Puskesmas sebanyak 2 unit.

b. Sumber Daya Alam

Pada sub sektor pertanian, kecamatan Palu’e memiliki lahan kering

yang potensial, yang cukup subur karena merupakan jenis tanah

vulkanik.Pertanian seluas 1.078, 21 ha atau 21,10%. Secara umum, petani

Kecamatan Palu’e adalah petani subsistem yakni mengerjakan jenis

tanaman ubi-ubian, kacang-kacangan dan jagung, untuk kebutuhan

sendiri. Sub sektor perkebunan seluas 2.267, 32 ha atau 57,99% terdiri

dari kelapa, kakao dan mete. Sektor perternakan yang dominan di

kecamatan Palu’e adalah kambing, babi, ayam, dan anjing. Sub sektor

Perikanan di kecamatan Palu’e belum dikelolah secara maksimal. Nelayan

1 Pemerintah Kecamatan Palu’e, Profil Kecamatan Palue Kabupaten Sikka 2008: Deskripsi dan

Sumber Daya, (Maumere, 2008), hal. 1-15

Page 3: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 3

Palu’e masih menggunakan alat tangkapnya sederhana seperti pukat,

pancing bahkan sebagian masih menggunakan alat tangkap tradisional

seperti bubu. Dengan demikian mempengaruhi jumlah hasil tangkapnya.

Potensi wisata di kecamatan Palu’e dibedakan atas 2 yaitu: wisata alam

dan wisata budaya. Untuk wisata alam seperti, sumber air panas di

Kesokoja, Rokirole, Nitunglea dan Reruwairere, juga potensi bahari di

perairan seputar Pulau Palue. Sedangkan wisata Budaya seperti Pati

Karapau, yang terdapat di desa Nitunglea, Rokirole, Tuanggeo, dan

Ladolaka, yaitu upacara pemotongan hewan kurban berupa kerbau arwah

leluhur yang terjadi pada ritus lima tahunan, dan upacara Tu Te’u atau

usir tikus, yang terjadi di desa Maruriwu dan Reruwairere. Wisata alam

seperti yang kami sampaikan di atas dapat dijelaskan sesuai spesifikasi

sebagai gunung api rokatenda, penyulingan air panas, mata air panas

Reruwairere dan pantai pasir putih.2

1.3. Sarana Dan Prasarana

Selain fasilitas pendidikan dan kesehatan yang telah

disampaikan, terdapat pula beberapa fasilitas seperti fasilitas peribadatan.

Fasilitas peribadatan yang ada di kecamataan Palu’e antara lain dua buah

Gereja dan tiga buah Kapela, seluruh masyarakat kecamatan Palu’e 100%

Katolik, yang tersebar di dua paroki yaitu Paroki Keluarga Kudus Lei dan

Paroki Ave Maria Bintang Laut Uwa, yang akan merayakan pesta usia

emasnya pada tahun 2012 mendatang. Fasilitas Perekomomian

masyarakat Palu’e dari luar Palu’e (Pasar Ropa, Kecamatan Maurole

Kabupaten Ende) yang berlangsung setiap Rabu atau dari kota Maumere

melalui pengangkutan kapal Motor. Ada dua pasar desa yaitu Pasar Desa

Reruwairere dan Pasar Desa Tuanggeo yang terjadi pada hari Sabtu,

keberadaban pasar ini belum terlalu nampak aktivitasnnya. Fasilitas

perkantoran dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bagi

kepentingan masyarakat Palu’e, antara lain berupa kantor pemerintahan

seperti kantor camat, kantor kepala desa dan kantor polisi. Bagunan

rumah yang ada di kecamatan Palu’e s/d tahun 2011 berjumlah 2.497

buah yang terdiri dari 281 atau 11, 67% rumah permanent, 673 buah atau

23,51% rumah semi permanen dan sisanya 1543 atau 64,52% rumah

temporer.3

2 Ibid., hal. 4

3 Ibid., hal. 6

Page 4: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 4

1.4. Fasilitas Umum4

Kebutuhan air bersih untuk keperluan masyarakat Palu’e

diperoleh dari PAH (Penampung air hujan) yang ada pada masing-masing

keluarga. Keberadaan PAH ini sangat membantu dalam memenuhi

kebutuhan air bersih masyarakat. Jumlah PAH yang ada di Kecamatan

Palu’e sampai dengan tahun 2009 berjumlah 795 buah yang tersebar di

seluruh desa yang ada di Kecamatan Palu’e. Pemenuhan kebutuhan daya

listrik penduduk kecamatan Palue diperoleh dari tenaga generator dan

panel surya. Panel surya diperkenalkan di kecamatan Palu’e pada tahun

1999 untuk desa Nitunglea sebanyak 100 rumah tangga dan pada tahun

2003 dilanjutkan pada desa-desa lain yakni Desa Maruriwu 401 KK, Desa

Tuanggeo 301 KK, Desa Rokirole 225 KK, Desa Nitunglea 204 KK, Desa

Kesokoja 219 KK dan Desa Lidi 193 KK.Untuk fasilitas Telekomunikasi

telah ada tower HP,namun belum menjangkau seluruh desa, baru dua desa

yang terjangkau. Untuk Transportasi, jaringan transportasi darat yang ada

di kecamatan Palu’e adalah jalan yang adalah kabupaten dan jalan desa.

Mobilisasi masyarakat mengunakan kendaraan roda dua. Sarana

transportasi laut adalah Kapal Motor, sebanyak ± 10 buah yang melayani

dari Palu’e ke Maumere.

1.5. Permasalahan

Permasalahan-permasalah saat ini yang dialami tiap sektor di

kecamatan palue seperti aksebilitas ke kota Maumere sebagai ibukota

Kabupatren Sikka masih rendah hal ini dikarenakan kapal/ perahu motor

terbatas, kapal/perahu motor dengan fasilitas tidak memadahi dan motor

yang belum layak untuk mengangkut penumpang karena fasilitas yang

tidak memadahi. Aksebilitas antar desa belum dibangun infrastruktur

jalan, jalan yang dibangun baru enam desa,dua desa belum dibangun.

Dibidang pendidikan angka droup out sebesar 3, 17% dan mengulang

kelas atau tinggal kelas 5,9 %. Selain itu jumlah tenaga guru PNS maupun

bukan PNS sangat tidak memadahi. Selain itu prasarana sekolah seperti

buku pegangan siswa, ruang perpustakaan masih kurang pula. Di bidang

kesehatan, cakupan pelayanan Kesehatan Ibu Bayi dan Balita dan

pelayanan imunisasi masih kurang, polindes tidak memiliki tenaga

kesehatan ,status gizi buruk dan gizi kurang masih tinggi serta jenis

penyakit menular seperti kusta dan frambusia masih ada untuk kecamatan

palue. Potensi laut belumdimanfaatkan secara maksimal, karena

4 Ibid., hal. 8

Page 5: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 5

pengetahuan dan keterampilan nelayan masih rendah serta fasilitas

penangkapan masih kurang. Dibidang pertanian, produksi pertanian

masih rendah, karena luas kepemilikan lahan rata-rata 0,20 ha serta

topografi yangb relatif terjal sehingga usaha pertanian pangan menjadi

tidak efisien. Dalam kualitas SDM, masih banyak pengangguran serta

motivasi dan etos kerja rendah. Sehingga akumulasi darp permasalahan

diatas menyebabkan kemiskinan.

1.6. Profil Desa Tuanggeo

Sejarah Penamaan

Tuanggeo berarti lontar berbengkok-bengkok, dimana kisah

tentang asal muasal nama ini tetap diingat dan dikokohkan oleh Laki Mosa

– Laki Mosa melalui tradisi lisan. Dikisahkan bahwa sepasang suami istri

dari Cawalom, kampung Roki-Role pergi ke hutan dan menemukan

seorang bayi dalam ruas bambu ke delapan. Mereka kemudian

memelihara bayi tersebut dan menamakannya Pio. Pio kemudian tumbuh

menjadi anak yang nakal dan selalu ingin tahu. Pada usia 12 tahun Pio

mengajak teman-temannya mencari ‘tiang api’ yang mengeluarkan asap

sebagai tanda korban bakaran. Teman-temannya menolak, bahkan dipukul

dan ditendang. Selama tujuh hari Pio dikalahkan oleh teman-temannya.

Pada hari ke delapan Pio berhasil mematahkan paha kanan salah seorang

temannya. Karena takut, kalut dan sedih, Pio melarikan diri ke kampung

tetangganya. Di kampung itulah Pio menemukan ‘tiang api’ yang dicari-

carinya dan merasa cocok dengan tempat itu. Tempat tersebut bernama

Tuanggeo, nama yang dirasakan sangat cocok di hati Pio. Di tempat

tersebut Pio mendapatkan kekuatan gaib untuk mengalahkan lawan-

lawannya. Kebanggaan masa silam akan kekuatan dan kehebatan Pio ini

kemudian diabadikan menjadi nama desa Tuanggeo.5

Kondisi Alam

Keadaan alam Palue umumnya dan Tuanggeo khususnya

bergelombang, berbukit-bukit dan bergunung (Gunung Api Rokatenda,

875 m dpl), dengan tingkat kemiringan rata-rata berkisar 60-85%. Pulau

Palue sendiri dikenal sebagai pulau gunung api, mengacu pada Gunung Api

Rokatenda yang terletak di tengah pulau.

5 Silvia Fanggidae, Dampak Bantuan Pangan di Indonesia Terhadap Mekanisme Penyesuaian Lokal: Studi Kasus Pedesaan Nusa TenggaraTimur 1998-2000, (Kupang : IITTS Publications. 2008), hal.14

Page 6: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 6

Masalah Air

Kondisi alam Pulau Palue sangat kering dengan curah hujan yang

sangat minimal. Air merupakan salah satu masalah utama di wilayah ini,

terutama karena tidak ada sumber mata air. Rata-rata orang Palue

mengkonsumsi air hujan dengan membuat bak-bak penampungan yang

besar untuk kebutuhan satu tahun mereka. Selain itu mereka juga

mengkonsumsi ‘air suling,’ yaitu air yang diperoleh dari uap panas yang

keluar dari perut bumi. Air tersebut dialirkan dengan pipa bambu yang

kemudian menetes seperti embun.6

Selain itu mereka juga mengkonsumsi air pisang. Air pisang ini

diperoleh dengan cara mengorek batang pisang dan memasang sebilah

bambu kecil sebagai penyalur air yang keluar dari batang pisang tersebut.

Dari batang pisang ini akan mengalir air dan ditadah di ember atau

tempayan. Air pisang biasanya mulai ditadah sore hari dan diambil pada

pagi berikutnya. Akan tetapi sekarang sudah mulai banyak orang memiliki

bak penampungan air hujan, yang disumbang sebagian oleh AusAID/Dian

Desa. Kini air batang pisang sudah mulai jarang

diambil.

Letak Geografis dan Administratif

Desa Tuanggeo sendiri dapat dicapai dengan berjalan kaki dari

tempat turun perahu selama 2-3 jam dengan melalui bukit-bukit tandus;

serta dapat pula dicapai dengan ojek melalui jalan umum yang terbuat dari

semen dengan biaya Rp 10.000,00. Jalan semen yang dibuat pada tahun

1997 merupakan satu-satunya infrastruktur yang menghubungkan

Tuanggeo dengan desa-desa lainnya dimulai dari Maluriwu sampai dengan

Nitunglea.7 Dibandingkan dengan kondisi sebelumnya di mana kondisi

geografis dengan minimnya fasilitas membuat Pulau Palue termasuk

daerah yang terisolasi dari wilayah Flores lainnya, akses ke Palu’e secara

umum dan Tuanggeo secara khusus telah jauh membaik. Secara

administratif Pulau Palue menjadi satu kecamatan sendiri di Kabupaten

Sikka, yakni Kecamatan Palue. Kecamatan Palue memiliki delapan desa, di

mana Tuanggeo merupakan salah satunya. Sebenarnya secara geografis

Pulau Palue lebih dekat dengan Kabupaten Ende. Tetapi masyarakat di

Palue sendiri lebih memilih masuk ke Kabupaten Sikka, karena Sikka

6 Ibid., hal. 15

7 Berdasarkan observasi dan pengalaman anggota kelompok

Page 7: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 7

dikembangkan untuk menjadi pusat perekonomian Flores. Masyarakat

Palue berharap bisa mendapat bagian dari perkembangan Kabupaten

Sikka tersebut.

Desa Tuanggeo terdiri dari tiga dusun, yakni Dusun Sali, Dusun

Tomu dan Dusun Lei. Sebelah Utara Tuanggeo berbatasan dengan Laut

Flores; sebelah Selatan dengan hutan larangan (masyarakat menyebutnya

sebagai bosowese, yang diyakini berasal dari Bahasa Belanda), Bukit

Manunai, Gunung Rokatenda; sebelah Timur dengan Desa Ladolaka, Dusun

Teo, Nara dan Matamere; sebelah Barat dengan Desa Roki Role.

Demografis dan Fasilitas Umum

Luas desa Tuanggeo adalah 5km2. Jumlah penduduk menurut data

Agustus 2001 sebanyak 1.043 jiwa (591 perempuan dan 452 laki-laki).

Tingkat kepadatan penduduk adalah 208 jiwa/km2. Sebagian besar

penduduk bermata pencaharian sebagai petani, utamanya pertanian lahan

kering, sesuai dengan karakteristik wilayah tersebut. Tujuan utama

aktivitas pertanian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan

sendiri.8

Di desa Tuanggeo terdapat satu rumah ibadah Katholik, satu

polindes, tiga posyandu, dua SD Katholik, satu pasar lokal (setiap hari

sabtu), 30 PAH (penampungan air hujan) dengan rata-rata 8-9 kk/PAH.

PAH ini sebagian besar merupakan bantuan AusAid/Dian Desa serta

swadaya masyarakat. Sebagian diantaranya sudah rusak dan tidak dapat

digunakan lagi.

Akses antar desa di Tuanggeo masih tergolong cukup sulit apabila

dibandingkan dengan desa di wilayah pesisir. Untuk mencapai Sali dari

Lei, harus melalui jalan hutan yang berbukit-bukit dan berakar-akar

dengan kondisi jalan yang licin, terkadang bahkan terdapat sampah di

beberapa bagiannya. Sementara untuk mencapai Tomu dari Lei, hanya

dimungkinkan melewati jalan tanah yang terbilang landai. Jalan ini dapat

dilewati motor, namun masyarakat memiliki kepercayaan bahwa jalan ini

termasuk angker dan tidak baik dilewati pada waktu-waktu tertentu

seperti pada saat pukul 6-8 malam.

Tempat tinggal masyarakat mengelompok di pusat-pusat dusun,

dengan jalan-jalan antar dusun lebih banyak berisi kebun. Struktur

8 Ibid., hal. 17

Page 8: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 8

perumahan di Tuanggeo cenderung rapat dan mengelompok, dengan

kombinasi antara bangunan tradisional dan bangunan modern yang

terbuat dari beton. Atap rumah biasanya asbes, sementara kebanyakan

rumah tidak menutupi jendelanya dengan kaca dan membiarkannya

terbuka begitu saja. Lantai rumah bervariasi antara tanah dan beton, salah

satunya dikarenakan banyaknya debu yang tidak akan habis walaupun

rumah sering disapu.9

9 Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh kelompok.

Page 9: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 9

BAB 2

DESKRIPSI PROGRAM RUTIN

2.1. Rumah Kreatif

2.1.1. Perencanaan Rumah Kreatif

Rumah Kreatif merupakan program mencerdaskan warga

melalui bacaan yang diwadahi bak sebuah rumah. Rumah Kreatif

ini akan dilengkapi dengan berbagai jenis buku-buku untuk usia

anak (buku-buku dongeng, buku pintar), remaja maupun dewasa

dan umum, serta buku-buku tentang budidaya laut, cara bercocok

tanam, buku-buku keterampilan mengolah makanan ringan, buku-

buku resep makanan, novel, dan sebagainya.

Rumah Kreatif menjadi wadah untuk beraktivitas

melakukan berbagai hal sepertimembaca, menulis, berhitung,

menggambar, menyanyi, menari, mendongeng, menonton film,

olah raga, dan bermain. Rumah Kreatif pun dapat menjadi sarana

untuk berkumpul warga, berdiskusi dan bertukar pikiran sehingga

dapat warga dapat bersatu dalam wawasan yang luas. Sehingga

ketika ada pihak luar yang berusaha menghancurkan warga atau

merebur wilayahnya warga dapat bersatu untuk melawan.

Tujuan

- Menyediakan fasilitas membaca yang layak bagi

masyarakat umum: bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, dan

anak-anak.

- Menyediakan tempat bagi masyarakat umum untuk

meningkatkan dan mengembangkan kreatifitas mereka.

- Membuka wawasan dan minat baca masyarakat umum.

- Mencari kader-kader agar Rumah kreatif tetap

berkesinambungan walaupun K2N UI 2011 telah usai.

- Menjadi wadah untuk masyarakat beraktifitas, mengasah

kreativitas, dan mencari informasi yang mereka inginkan.

Sasaran

Page 10: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 10

Rumah kreatif merupakan wadah untuk berkumpul,

mencari informasi dan mengasah kreatifitas bagi seluruh

warga meliputi orang tua, bapak-bapak, ibu-ibu, orang

dewasa, remaja dan anak-anak yang terdapat di delapan

desa di Pulau Palu’e.

Persiapan Pra Pelaksanaan

Beberapa persiapan yang kami lakukan agar

terlaksananya program kerja Rumah Kreatif ini antara lain

mengumpulkan buku-buku bacaan untuk segala umur.

Buku-buku yang dikumpulkan merupakan hasil dari

sumbangan peserta K2N UI 2011. Selain buku-buku, kami

pun mengumpulkan barang-barang yang diperlukan dalam

keberlangsungannya program kerja Rumah Kreatif seperti

alat tulis, alat permainan dan lain-lain.

2.1.2. Pelaksanaan

a. Pengkajian lapangan

Kami tiba di Pulau Palu’e Kecamatan Palu’e ini pada

hari Jumat, 24 Juli 2011. Kegiatan ini dilakukan selama dua

hari yaitu pada hari Sabtu 25 Juli 2011 dan hari Minggu 26

Juli 2011. Pada hari Sabtu kegiatan pengkajian berupa

mendengarkan pemaparan mengenai pulau dan kecamatan

Palu’eini oleh Kepala Kecamatan Palu’e. Selain pemaparan

dari Kepala Kecamatan Palu’e, kami pun memaparkan

program-program yang akan kami selenggarakan di Pulau

Palu’e ini sehingga apa yang kami lakukan dapat sesuai

dengan apa yang dibutuhkan oleh warga masyarakat.

Proses pengkajian lapangan ini berlangsung di Kantor

Kecamatan dan dihadiri oleh kepala desa dari 8 desa yang

terdapat di Kecamatan Palu’e. Pada waktu itu berlangsung

diskusi antara kami dan warga. Dari hasil dari pengkajian

ini maka ditentukanlah lokasi Rumah Kreatif yaitu di Paroki

Page 11: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 11

Lei yang merupakan tempat warga datang untuk beribadah

dan tempat berkumpul warga di desa-desa wilayah Paroki

Lei. Penentuan Lokasi di Paroki Lei ini juga berdasarkan

diskusi warga yang disesuaikan dengan lokasi tempat

peserta K2N UI tinggal yaitu di empat desa yang berada di

gunung.

Pada hari Minggu 25 Juli 2011, pengkajian lapangan

yang dilakukan adalah mensurvei tempat yang akan

dijadikan rumah kreatif dan menemui pastur setempat

untuk meminta ijin melaksanakan program kerja Rumah

Kreatif di Paroki Lei. Oleh pastur di Paroki Lei ditanggapi

dengan tangan terbuka dan mengijinkan kami

melaksanakan Program Rumah Kreatif disana.

Tempat Rumah Kreatif yang disediakan untuk kami

adalah berupa ruang terbuka berbentuk persegi panjang

yang berada di luar Paroki. Tempat tersebut dinaungi oleh

atap dan tembok yang tidak penuh pada tiga sisi dan satu

sisi terbuka tanpa tembok. Ruangan ini cukup luas untuk

diadakannya Rumah Kreatif.

b. Lokasi Rumah Kreatif

Lokasi dari Rumah Kreatif ini bertempat di Paroki

Lei, Dusun Lei, Desa Tuanggeo, Kec. Palu’e. Pemilihan lokasi

ini karena Paroki Lei dipergunakan oleh penduduk empat

desa atas di Kec. Palu’e, meliputi: Desa Ladolaka, Desa

Tuangge, Desa Rokirole, dan Desa Nitung Lea. Ruangan

terbuka persegi panjang yang ada di depan Paroki Lei inilah

yang kemudian dipakai untuk lokasi Rumah kreatif kami

yang selanjutnya dinamakan Rumah Kreatif “Pela Nipi”.

Secara sosial, masyarakat Palu’e pada umumnya

terkenal sebagai masyarakat yang religius. Hampir tiap pagi

selalu ada acara misa di gereja dan pada hari Minggu adalah

waktu yang amat tepat bagi warga untuk berkumpul setelah

acara misa di gereja. Bisa dikatakan lokasi itu adalah lokasi

ang paling akrab bagi warga di empat desa atas.

Page 12: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 12

Topografi di Desa Tuanggeo hampir sama seperti

topografi di desa-desa lainnya. Kondisi tanah di Desa

Tuanggeo yang juga merupakan di Pulau Palu’e secara

keseluruhan yaitu tanah pasir yang berdebu dan sulit

dijadikan sebagai tanah resapan air. Rumah-rumah yang

dilalui hampir tiap-tiapnya terdapat makam anggota

keluarga yang telah meninggal.

Tiap-tiap penduduk yang kita temui menuju dusun

itu akan menyapa kita dengan ramah. Begitu pula anak-anak

yang sedang bermain dengan riang akan nampak oleh kita.

Tidak jarang anjing peliharaan yang berkeliaran pun akan

kita lewati. Kondisi Desa Tunggeo termasuk rapi karena

babi-babi yang dipelihara, biasanya dalam keadaan terikat

dan berada di dalam kandang.

c. Dekorasi dan Pelabelan Buku

Dekorasi dan memberi label pada buku

dilaksanakan selama dua hari setelah pengkajian lapangan

dilakukan. Dekorasi Rumah Kreatif yang kami lakukan

meliputi membuat model pohon impian, menghias rumah

kreatif, membuat papan nama rumah kreatif,

membersihkan tempat yang akan digunakan sebagai Rumah

Kreatif.

Pemberian label padabuku dilakukan agar buku

terinventasirasi dengan baik. Dalam kegiatan melabel ini

kami melibatkan remaja disekitar untuk ikut serta. Kegiatan

dekorasi punmelibatkan remaja dan warga untuk bersama

menghias Rumah Kreatif. Bersama remaja yang turut serta

membantu kami, kami pun memberi nama Rumah Kreatif

ini dengan Bahasa Palu’e, Rumah Kreatif K2N UI 2011 “Pela

Nipi”. “Pela Nipi” dalam Bahasa Palu’e berarti jembatan

mimpi. Kami berharap semoga Rumah Kreatif Pela Nipi bisa

menjadi inspirasi yang menjembatani warga untuk berjuang

demi cita-cita dan masa depan yang lebih baik.

Page 13: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 13

d. Pembukaan Rumah Kreatif

Pembukaan Rumah Kreatif ini dilakukan pada hari

Kamis,30 Juni 2011 yang bertempat di Paroki Lei.Secara

informal, kami mengundang seluruh warga masyarakat dari

seluruh desa khususnya 4 desa yang berada di gunung yaitu

Nitung Lea, Rokirole, Tuanggeo dan Ladolaka.Pada

pembukaan ini pun kami mengundang Kepala Kecamatan

Palu’e, Bapak Yeremias Ngajo untuk meresmikan Rumah

Kreatif K2N UI 2011 “Pela Nipi”.

Pela Nipi sendiri dalam bahasa Palu’e memiliki

makna “Jembatan Mimpi”.Adapun alasan kami menamakan

Rumah Kreatif ini dengan Jembatan Mimpi adalah, kami

mengharapkan Rumah Kreatif yang selanjutnya kami

dirikan ini dapat berguna untuk menjembatani setiap

harapan yang dimiliki tunas bangsa di Palu’e dan melihat

cakrawala dengan buku. Tidak lupa dengan adanya Rumah

kreatif ini, para warga masyarakat dapat bertukar pikiran

membagi pengalaman. Karena untuk mendapatkan

pendidikan yang lebih tinggi, para anak Palu’e harus

menyebrang pulau demi menjemput cita-cita.

Dalam acara ini ternyata peserta yang datang

mayoritas adalah anak-anak dan dihadiri oleh Kepala

Kecamatan. Hal ini terjadi karena anggapan masyarakat

bahwa Rumah Kreatif hanya diperuntukan untuk anak-anak

saja. Selain itu undangan informal berupa ajakan untuk

mengundang warga masih kurang berpengaruh dalam

masyarakat, serta keterlibatan Kepala desa untuk mengajak

warga masih kurang efektif sehingga orang dewasa yang

berpartisipasi pada acara pembukaan Rumah Kreatif K2N

2011 “Pela Nipi” tidak banyak. Untuk Desa Tuanggeo

sendiri, warga tidak datang dalam acara ini karena di desa

tersebut sedang ada acara peresmian puskesmas di kantor

kepala desa.

Acara Pembukaaan Rumah Kreatif ini dibawakan

oleh salah satu peserta K2N UI 2011, Ardita Dwi Anggraeni.

Dibukanya rumah kreatif ini ditandai dengan pemotongan

pita yang dilakukan oleh Kepala Kecamatan Palu’e.

Semenjak acara pembukaan Rumah Kreatif, secara resmi

Page 14: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 14

semua warga dapat berkunjung dan membaca buku di

Rumah Kreatif.

e. Pelaksanaan Rumah Kreatif

Program Kerja Rumah Kreatif ini berlangsung setiap

hari dan bertempat di Paroki Lei. Teknis pelaksanaannya,

kami melaksanakan program Rumah Kreatif ini pada pukul

13.00- 16.00. Hal ini dilakukan karena pagi hari merupakan

acara untuk Program kerja Kelompok atau Program Kerja

Rutin yang disesuaikan dengan kebiasaan warga dalam

berkumpul dan disesuaikan pula dengan jam bermain anak

setelah pulang sekolah. Kebiasaan beribadah ke gereja pada

hari Minggu pun kami manfaatkan untuk mengumpulkan

anak-anak dan warga di Rumah Kreatif karena letak gereja

dan rumah kreatif yang berdampingan.

Pada setiap harinya kegiatan yang dilakukan di

Rumah Kreatif berbeda-beda sesuai dengan jadwal. Adapun

pembagian waktu yang dilakukan yaitu dua jam pertama

untuk kegiatan yang telah ditentukan sesuai dan satu jam

terakhir untuk kegiatan bebas seperti membaca, bermain,

dan lain-lain.

Beberapa kebiasaan yang kami terapkan dalam

kegiatan Rumah Kreatif ini antara lain berbaris sebelum

duduk dan menulis nama secara antri di daftar hadir,

membaca doa sebelum dan sesudah kegiatan Rumah Kreatif

dan membiasakan untuk meletakan mainan pada

tempatnya. Kebiasaan ini kami terapkan agar kegiatan

dalam rumah kreatif berlangsung secara tertib dan teratur

serta melatih anak untuk disiplin.

Setiap kegiatan di rumah kreatif ini, memiliki

penanggung jawab yang berganti tiap harinya, dimana

jadwalnya telah ditentukan oleh koordinator rumah kreatif.

Dalam satu hari biasanya terdiri dari tiga orang yang

berjaga, kecuali pada hari Kamis dan Minggu yang

merupakan hari khusus untuk program rumah kreatif

sehingga kami semua berkumpul di sana. Jadwal jaga ini

Page 15: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 15

bersifat bebas dimana terkadang petugas yang seharusnya

terjadwal berjaga bisa saja digantikan oleh yang lain

ataupun bagi peserta K2N yang memiliki waktu senggang

dan bisa singgah di rumah kreatif untuk membantu mereka

yang sedang bertugas.

Bahasa Inggris

Kegiatan belajar Bahasa Inggris ini dilakukan sebanyak

dua kali selama pelaksanaan rumah kreatif setiap hari Jumat.

Pada minggu pertama yaitu tanggal 1 Juli 2011 dengan materi

yang diberikan introduce self atau tentang perkenalan diri

seperti nama, usia, juga tempat tinggal, kemudian perkenalan

angka, juga menyanyikan lagu anak-anak yang berbahasa

Inggris. Anak-anak yang hadir pada waktu itu sangat banyak

sekitar 52 orang dari dua desa yang berdekatan yaitu Tuanggeo

dan Rokirole.

Pada saat itu mereka amat antusias. Kami juga sempat

merasa kewalahan dengan jumlah anak yang banyak waktu itu.

Saat itu yang bertugas jaga pertama kali adalah Inka, Dinda, dan

Risa. Beruntung ada seorang SMP yang membantu kami

bernama Bu Tia.Tentu saja Bu Tia lebih ahli menangani anak-

anak ketimbang kami.Bisa dikatakan kami sekaligus belajar dari

beliau secara tidak langsung.

Kemudian pada minggu kedua yaitu pada tanggal 8 Juli

2011, perkenalan dilanjutkan dengan menyebutkan hobbi juga

masih disertai dengan nyanyian anak-anak. Jumlah anak-anak

yang hadir waktu itu sekitar 18 orang yang sebagian besar

berasal dari Desa Tuanggeo dan yang lainnya berasal dari Desa

Ladolaka. Pada hari itu yang bertugas jaga adalah Siska,

Setiorini, dan Quina.

Panggung dongeng

Panggung dongeng merupakan wadah untuk mengasah

kreatifitas anak-anak dalam mendengar dan

Page 16: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 16

bercerita.Pelaksanaannya dilakukan hanya satu kali saja pada

Minggu, 3 Juli 2011.Kegiatan mendongeng ini diawali dengan

sebuah cerita dan narasi yang diperagakan oleh anak-anak K2N

kemudian diulangi atau diikuti oleh anak-anak.

Hari minggu adalah hari dimana seluruh peserta K2N

Palu’e bertugas di rumah kreatif.Saat itu anak-anak yang datang

ke rumah kreatif berjumlah 33 orang.Mereka semua

dikumpulkan setelah acara misa di Gereja.

Saat itu narasi dibacakan oleh Sinta, sementara Inka, Dea,

dan Dita yang menjadi aktor peraganya. Sisanya, yang lain

bertugas mengawasi dan mendampingi bersama anak-anak.

Setelah peragaan cerita selesai, kemudian perwakilan dari

anak-anak kemudian melakukan hal yang serupa. Acara ini

banyak menarik minat dan antusias anak-anak yang pada

umumnya sangat pemalu dan kurang memiliki rasa percaya

diri.

Kegiatan mewarnai dan menggambar

Kegiatan mewarnai ini biasanya dilakukan oleh anak

kelas 3 SDK kebawah.Sementara kegiatan menggambar

biasanya dilakukan oleh anak kelas 3 SDK keatas. Untuk

kegiatan mewarnai, gambar akan disediakan oleh PJ yang

bertanggung jawab hari itu. Namun biasanya kami lebih sering

mengajak peserta rumah kreatif untuk menggambar saja.

Kegiatan ini secara fokus dilaksanakan sebanyak tiga kali

selama waktu pelaksanaan rumah kreatif yaitu pada tanggal 4

Juli yang dihadiri sekitar 20 anak dengan penanggung jawab

yang bertugas saat itu adalah Siska, Fariz, dan Reyzi. Kemudian

pada tanggal 12 juli yang dihadiri oleh 33 anak dengan

penanggung jawab yang bertugas adalah Shinta, Anju, dan Julia.

Serta pada tanggal 14 Juli 2011 yang dihadiri oleh sedikit atau

hanya berjumlah enam anak dan yang bertugas jaga adalah

semua peserta K2N karena hari kamis seperti halnya hari

Minggu adalah jadwal bersama jaga rumah kreatif. Meski

begitu, sesungguhnya kegiatan menggambar dan mewarnai ini

Page 17: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 17

juga masuk kedalam acara atau jam bebas yang biasa dilakukan

hampir setiap hari.

Membaca dan membaca puisi

Kegiatan membaca ini dilakukan setiap hari selama jam

buka rumah kreatif. Anak-anak diperbolehkan membaca buku

yang telah disediakan pada rak-rak.Kegiatan membaca buku ini

hanya diperbolehkan dilakukan ditempat.Buku-buku yang ada

tidak boleh dipinjam atau dibawa pulang untuk memastikan

buku itu tetap terjaga dan terinventarisasi dengan baik.

Untuk meningkatkan minat anak-anak dalam hal

membaca dan pengetahuan dalam bidang seni.Kami

mengadakan kegiatan membaca puisi ini hanya dilakukan sekali

yaitu pada tanggal 5 Juli 2011. Peserta K2N yang bertugas jaga

saat itu adalah Astri, Anju, dan Julia. Latar belakang kegiatan

membaca puisi dikarenakan kami mendapati fakta dilapangan

bahwa anak-anak Palu’e kurang memiliki rasa percaya diri.

Kami ingin agar anak-anak lebih berani untuk maju dan

tampil di depan. Kami meminta mereka secara berganti untuk

membaca puisi seperti puisi-puisi yang ada dalam majalah Bobo

atau buku-buku lain yang ada di rumah kreatif. Anak-anak yang

hadir saat itu berjumlah 15 dari dua desa, Tuanggeo dan

Rokirole.

Menulis, surat, tentang cita-cita, menulis pohon impian

Kegiatan menulis ini dilakukan dengan memberikan

latihan dan pembiasaan menulis bagi anak-anak. Kami

mengajak anak-anak di rumah kreatif menulis cerita, puisi,

surat, maupun cita-cita, juga mengisi pohon impian yang telah

dihias. Kegiatan ini cukup sering dijadwalkan pelaksanaannya

selama tiga kali yaitu pada tanggal 6 Juli, 13 Juli, 17 juli 2011.

Page 18: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 18

1.2. Anak-anak sedang bermain di rumah kreatif (doc. Tim Rumah Kreatif)

Pada tanggal 6 Juli 2011 anak-anak yang hadir berjumlah

15 orang yang hadir dari Desa Tuanggeo dan Desa Rokirole.

Anggota yang bertugas jaga pada hati itu adalah Shinta, Natalie,

dan Dwi. Sedangkan pada tanggal 13 Juli 2011 jumlah anak

yang hadir yaitu 13 anak yang datang dari Desa Tuanggeo dan

Ladolaka dimana anggota yang berjaga hari itu adalah Siska,

Ayu, dan Dwi. Sementara

untuk tanggal 17 Juli

2011 anak yang hadir

berjumlah 25 yang

semuanya berasal dari

Desa Tuanggeo dan yang

berjaga adalah semua

peserta K2N.

Dari kegiatan

menulis ini kami juga

mengumpulkan surat-

surat yang berisi cerita

dan harapan mereka

sebagai penduduk

Palu’e ditujukan kepada

yang mereka sebut

sebagai “kakak-kakak di

Jakarta”. Begitu juga

surat yang masuk

kedalam kotak surat

yang masuk di rumah

kreatif. Dari surat-surat

atau tulisan yang dibuat

kami menemukan bahwa beberapa anak-anak Palu’e memiliki

bakat menulis yang baik dengan kadar sastra yang terasa enak

untuk dinikmati.

Melipat Kertas

Kegiatan melipat kertas origami ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengasah keterampilan kerajinan tangan untuk

anak-anak.Kegiatan ini dijadwalkan satu kali yaitu pada Senin,

11 Juli 2011 dan yang bertugas jaga adalah Yasinka, Dinda, dan

Page 19: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 19

Astri. Dalam pelaksanaannya kami membagikan kertas origami

yang telah disiapkan untuk rumah kreatif kemudian

mengajarkan anak-anak membuat beberapa bentuk seperti

bangau, keranjang, perahu, dan lain sebagainya. Anak-anak

terlihat sangat menikmati proses pembuatan kertas lipat ini.

Kegiatan ini kami selipkan diantaranya karena manfaatnya baik

sekali untuk kecerdasan otak kanan.

Selain sebagai satu kegiatan yang terjadwal,

sesungguhnya kegiatan melipat kertas ini juga dilakukan cukup

sering sebagai acara bebas selain permainan yang dilakukan

anak-anak setelah pemberian materi selama dua jam tiap

harinya. Hasil dari kegiatan melipat kertas ini biasanya

dimanfaatkan sebagai hiasan yang mempercantik dan

menambah dekorasi di rumah kreatif. Selain untuk dekorasi

rumah kreatif, anak-anak diperbolehkan membawa pulang hasil

pekerjaan mereka jikalau mereka menginginkannya.

Permainan Softskill atau Pengembangan Diri

Permainan Pengembangan dirisesungguhnya bukanlah

kegiatan yang direncanakan untuk rumah kreatif awalnya. Ide

kegiatan ini berawal dari keprihatinan kami terhadap tingkat

keberanian dan kepercayaan diri yang masih kurang dari anak-

anak Palu’e.Anak Palu’e yang kami temui amat pemalu terutama

saat berhadapan atau berinteraksi dengan orang baru. Pun

halnya dengan acara-acara yang diselenggarakan di rumah

kreatif, mereka lebih senang menerima sesuatu dibandingkan

memberikan sesuatu dalam mengisi acara-acara di rumah

kreatif. Untuk itulah kegiatan ini dicetuskan sebagai ide untuk

memenuhi kebutuhan yang ada dalam masyarakat.

Permainan pengembangan diri ini dilaksanakan pada hari

Minggu, 10 Juli 2011 dengan melibatkan seluruh peserta K2N.

Permainan-permainan yang ada disini selain untuk

meningkatkan keberanian individu, tapi juga menambah

ketangkasan, dan meningkatkan kebersamaan. Permainan itu

diantarannya seperti, jaring laba-laba, pesan berantai, jatuhan

dan mengalirkan bola tenis menggunakan gulungan buku

secara berkelompok.

Page 20: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 20

1.3. Seorang anak sedang membacakan buku pada saat pembukaan Rumah Kreatif (doc. Tim

Rumah Kreatif)

Anak-anak yang hadir saat itu berjumlah 15

orang.Mereka semua berasal dari Desa Tuanggeo dan hal inilah

yang amat disayangkan karena tidak ada anak desa lain yang

hadir. Akan tetapi, mereka sangat antusias dalam mengikuti

kegiatan ini karena hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi

mereka.

Sosialisasi tentang UI

Dari berbagai acara yang dilakukan rumah kreatif seperti

bernyayi, melipat kertas, Bahasa Inggris, dan lain sebagainya,

acara itu kebanyakan lebih banyak menarik minat anak-anak

ketimbang orang dewasa. Padahal salah satu tujuan dari rumah

kreatif itu sendiri adalah sebagai sarana untuk mewadahi

berbagai kegiatan dari seluruh tingkatan usia. Untuk itulah

kami berusaha merancang beberapa program yang bisa

dijalankan untuk menarik minat orang dewasa agar lebih

tertarik mengunjungi rumah kreatif.Dari beberapa program itu

terdapat dua program yang berhasil dilaksanakan, salah

satunya adalah program sosialisasi tentang UI.

Ide kegiatan sosialisasi ini berawal dari stigma atau

pandangan masyarakat Palu’e bahwa kami mahasiswa UI dari

Jakarta adalah mahasiswa kaya yang menempuh pendidikan di

kampus yang mahal.Maka tujuan kami dari program ini adalah

untuk meluruskan pandangan yang kami rasa kurang tepat

itu.Adapun manfaat dari program yang kami harapkan adalah

untuk memberi

motivasi agar

masyarakat Palu’e lebih

mendorong pemuda-

pemuda atau anak

mereka untuk

menempuh pendidikan

yang lebih tinggi lagi.

Dalam proses

pelaksanaannya ini

kami bahkan sedikit

membandingkan biaya

Page 21: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 21

pendidikan yang ada di Maumere yang ternyata tidak berbeda

jauh dengan yang ada di UI atau bahkan bisa menjadi lebih

murah karena di UI ada program BOP-Berkeadilan dan

banyaknya kesempatan beasiswa yang bisa diperoleh baik dari

pemerintah, swasta, bahkan internasional.

Acara yang kami lakukan ini mendapat antusiasme tinggi

dari warga. Sebagian masyarakat Palu’e merasa puas dengan

konfirmasi dan informasi yang mereka peroleh. “nah kalo kamu

sudah bicara begini, sekarang kami jadi tahu kan informasi itu.

Jadi kami pun berharap bisa mendapat akses informasi baru

tentang UI dari kalian-kalian ini.” Papa Kris memberi tanggapan.

Program sosialisasi masuk UI ini dilaksanakan

bersamaan dengan pengembangan diri game pada hari Minggu,

10 Juli 2011. Program ini melibatkan seluruh personil K2N yang

dibagi menjadi dua pembagian dengan tugas pengembangan

diri game. Program ini disosialisasikan dengan memberi

pengumuman di Gereja sebelumnya agar setelah misa bisa

dilakukan program sosialisasi masuk UI untuk yang dewasa

sementara Pengembangan diri game untuk anak-anak.

Penyuluhan Hukum dan Diskusi Politik

Selain program sosialisasi masuk UI, program

penyuluhan hukum dan diskusi politik adalah program lainnya

yang dirancang untuk menarik minat orang dewasa agar lebih

tertarik untuk datang ke rumah kreatif. Program ini

dilaksanakan lebih dulu dibandingkan dengan program

sosialisasi masuk UI yaitu pada kamis, 7 Juli 2011.Program ini

dibuat dengan format saling berbagi dan diskusi yang

dikondisikan dengan tempat duduk yang melingkar.Kedua

program ini dihadiri oleh sebelas orang bapak-bapak dari Desa

Tuanggeo.

Penyuluhan hukum dan diskusi politik ini dibuat dengan

sesi yang terpisah. Awalnya dilakukan dengan diskusi politik

terlebih dahulu dengan tema “pemilih yang cerdas” dengan

mengangkat mosi “bolehkah kita memilih keluarga atau kerabat

Page 22: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 22

kita dalam memperjuangkan kursi secara politik?” diskusi ini

dimoderatori oleh Julia.

Setelah diskusi politik kemudian dilanjutkan dengan

penyuluhan hukum. Meskipun namanya penyuluhan namun

format yang dilakukan sama dengan program sebelumnya yaitu

dalam bentuk diskusi. Acara ini dipegang oleh Quina.Acara ini

dibuat untuk menerangkan hal-hal yang masih kurang jelas dari

penyuluhan hukum yang pernah dilaksanakan sebelumnya

mengenai hukum agraria.Selain itu dalam penyuluhan hukum

ini juga didiskusikan tentang perdagangan manusia.

Menyanyi

Kegiatan menyanyi ini merupakan acara bebas yang

selalu ada dalam kegiatan rumah kreatif. Menyanyi ini ibarat

warna yang menerangi kegiatan di rumah kreatif. Rona

kesukaan memancar pada wajah anak-anak tiap melakukannya.

Lagu-lagu yang biasa kami nyanyikan adalah lagu-lagu

bertema nasional dan perjuangan. Terkait dengan program

dokumentasi adat, kami juga mendata tentang lagu-lagu daerah

di Palu’e. Seperti lagu berjudul: ikimea, rerominai, yang disertai

dengan rekaman tarian adat.

Pada saat acara “Ragam Ekspresi Palu’e” kami juga

menampilkan lagu nasionalisme dan perjuangan yang

dibawakan oleh anak-anak di rumah kreatif. Untuk itu kami

mengadakan latihan sebelum tampil pada tanggal 18 Juli 2011

di Paroki Lei. Kami berlatih dua buah lagu berjudul Tanah air

dan Aku Anak Indonesia.Pada hari itu yang membimbing anak-

anak berlatih menyanyi adalah Yasinka dan Risa.

Pentas Kreatif

Pentas Kreatif yang merupakan salah satu acara

paling penting dalam program rutin Rumah Kreatif

dilaksanakan pada Selasa, 19 Juli 2011. Acara Pentas Kreatif

Page 23: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 23

ini diberi nama Ragam Ekspresi Palu’e. Ragam Ekspresi

Palu’e ini diadakan khususnya untuk mempresentasikan

hasil kerja kami selama satu bulan, antara lain presentasi

dari Kelompok Posyandu Lansia, Kelompok Pendidikan dan

Pelayanan Khusus, Kelompok UKM VCO dan Briket, dan

Kelompok UKM Makanan dan Minuman Tradisional, serta

presentasi dari program rutin Rumah Kreatif, Kampung

Berseri, Palu’e Pulau Sehat, dan Penyuluhan Hukum,

gabungan dari empat desa. Selain mempresentasikan hasil

dari pelaksanaan program-program K2N UI 2011 Pulau

Palu’e, di acara tersebut juga dimeriahkan dengan

persembahan lagu-lagu kebangsaan oleh para mahasiswa

dan anak-anak Rumah Kreatif, persembahan dari Anak-

Anak Berkebutuhan Khusus, contoh VCO atau minyak

kelapa murni dan briket, contoh olahan makanan

tradisional yang sudah dikemas dan siap jual, serah terima

Rumah Kreatif dari mahasiswa kepada OMK (Orang Muda

Katolik) Gereja Lei serta pemutaran film Laskar Pelangi.

Acara Ragam Ekspresi Palu’e ini diadakan di Ruang

Aula Pertemuan Paroki Lei Desa Tuanggeo. Acara ini

diketuai oleh Julia Ikasarana, dihadiri oleh pejabat-pejabat

desa, kecamatan, dan Wakil Bupati Sikka, Wera Damianus

yang berasal dari Desa Nitunglea. Pejabat desa yang

diutamakan untuk hadir dalam acara ini adalah pejabat

yang berasal dari empat desa tempat kami menggelar

program K2N, yakni Desa Nitunglea, Desa Rokirole, Desa

Tuanggeo, dan Desa Ladolaka. Juga warga dan anak-anak

dari keempat desa tersebut.

Ragam Ekspresi Palu’e ini dipandu oleh dua orang

pembawa acara, yaitu Margaretha Quina dan Ardita Dwi

Anggraeni. Acara direncanakan mulai pada pukul 13.00

WITA sampai 15.40 WITA, dengan susunan acara sebagai

berikut pembukaan oleh MC, menyanyikan lagu wajib

nasional Indonesia Raya, sambutan dari dosen pembimbing

yang diwakili oleh Pater Otto Gusti, sambutan dari salah

satu kepala desa yang mewakili empat desa, dan sambutan

dari Wakil Bupati Sikka. Kemudian pada 13.55 WITA masuk

pada inti acara, yaitu Presentasi Program rutin yang akan

dibawakan oleh Anju Hasiholan, presentasi kelompok VCO

Page 24: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 24

dan Briket oleh Stefani Astri, presentasi UKM makanan

tradisional oleh M. Farizka Alwahida, presentasi kelompok

pendidikan dan pelayanan khusus oleh Dwi Susilo Komar

sekaligus penampilan dari anak-anak berkebutuhan khusus

Mimi Meti dan Lengga, dan terakhir presentasi dari

kelompok posyandu lansia oleh Ardita D. A.

Setelah presentasi program-program dilaksanakan,

mahasiswa/i K2N UI 2011 memberikan persembahan lagu-

lagu kebangsaan dan lagu bebas yang totalnya adalah 4

lagu. Lagu-lagu yang dibawakan antara lain Genderang

Universitas Indonesia, Tanah Airku, Aku Anak Indonesia, dan

Laskar Pelangi. Pada lagu Tanah Airku mahasiswa

bernyanyi bersama seorang siswa SDKK Cawalo bernama

Nova. Kemudian dilanjutkan dengan acara serah terima

Rumah Kreatif kepada kadernya yaitu Orang Muda Katolik

Gereja Lei yang diwakili oleh Kak Ucok, kemudian

dilanjutkan dengan sosialisasi singkat untuk masuk

Universitas Indonesia yang akan dibawakan oleh Shinta

Armeilia, dan sebelum penutupan oleh MC, ada sebuah

persembahan lagu dari anak-anak Rumah Kreatif dan

pemberian hadiah kepada 2 orang peserta paling aktif di

Rumah Kreatif. Acara ini ditutup oleh pemutaran film

Laskar Pelangi.

Sebelum tiba di hari H, ada beberapa persiapan yang

kami lakukan agar acara Ragam Ekspresi Palu’e ini dapat

berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan yang kami

lakukan antara lain beberapa kali rapat koordinasi, latihan

menyanyikan persembahan lagu, dan menyiapkan

presentasi. Selain hal-hal tersebut, beberapa hal teknis yang

perlu kami persiapkan juga adalah menyiapkan konsumsi,

baik untuk kami maupun untuk para tamu dan warga yang

nanti akan menghadiri acara ini, menyiapkan cadangan

solar untuk menyalakan listrik selama 5-6 jam, serta

dekorasi panggung maupun tempat duduk tamu dan

penonton. Semua persiapan ini dilaksanakan berkat

berbagai bantuan dari warga Desa Nitunglea, Rokirole,

Tuanggeo, dan Ladolaka.

Page 25: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 25

Dalam pelaksanaannya, acara ini harus mundur 70

menit dari jadwal yang sudah dirancang sebelumnya. Ada

beberapa alasan yang pada akhirnya diputuskan untuk

mengulur waktu pembukaan acara Ragam Ekspresi Palu’e

ini, antara lain acara ini belum bisa dimulai karena harus

menunggu kedatangan Wakil Bupati Sikka yang baru tiba di

Palu’e sekitar Pukul 12.00 WITA yang terlambat datang

karena harus melayat musibah kematian salah satu warga

di desanya, yaitu Desa Nitunglea. Kami memutuskan untuk

menunda acara juga karena perwakilan dari kepala desa,

yaitu Kepala Desa Ladolaka, yang akan memberikan

sambutan belum datang pada waktu yang sudah ditentukan.

Acara yang dijadwalkan selesai pada pukul 15.40 WITA

akhirnya selesai pukul 17.25 WITA.

Namun demikian, meskipun acara ini harus diundur

lebih dari satu jam, tetapi susunan acara yang sudah

dirancang tidak banyak berubah, hanya presentasi dari

program rutin yang dipindah setelah presentasi dari empat

program kelompok dan sosialisasi masuk UI yang pada

akhirnya harus ditiadakan karena keterbatasan waktu.

Antusiasme warga terhadap acara ini cukup besar, jumlah

warga yang datang juga cukup banyak, mereka datang dari

empat desa yang menjadi target K2N UI 2011. Semua unsur

masyarakat berkumpul mulai dari pastor, lakimosa (kepala

adat), aparat desa, tukang ojek, anak-anak, pemuda/i, dan

orang tua. Ekspresi antusias warga juga terlihat saat kami

menggunakan pakaian adat Palu’e, lengkap dengan

aksesorisnya seperti gelang gading dan anting emas. Acara

Ragam ekspresi Palu’e ini juga ditunjang dengan fasilitas-

fasilitas yang cukup lengkap, seperti keyboard atau organ,

sound system lengkap dengan mikrofon, laptop, dan listrik

yang dinyalakan sejak pukul 12.00 WITA. Minuman dan

makanan ringan juga disuguhkan untuk para tamu

undangan dan warga yang hadir dalam acara ini selagi acara

ini berlangsung.

Kaderisasi

Page 26: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 26

Untuk kaderisasi, kami menyerahkannya kepada OMK

(Orang Muda Katolik) Santo Don Bosco. OMK merupakan

organisasi remaja katolik yang ada di Paroki Lei. Remaja ini

pun sering melakukan perkumpulan pada hari Minggu

setelah ibadah misa. Kaderisasi secara resmi kami lakukan

pada saat Pentas Kreatif “Ragam Ekspresi Palu’e”. Kami

memberikan semacam sertifikat kepada perwakilan OMK

sebagai tanda serah terima. Kemudian kegiatan-kegiatan

Rumah Kreatif ini akan dilanjutkan sebagai sekolah minggu

di Paroki Lei setelah misa. Selain itu buku-buku yang ada di

rumah kreatif akan diletakan di dalam ruangan tertutup

agar tidak rusak dan mendapat penjagaan oleh orang yang

tinggal di Paroki Lei. Untuk warga yang ingin membaca

buku dipersilakan. Begitulah penuturan dari ketua OMK,

kak Vian.

Dokumentasi Adat

Kegiatan pendokumentasian adat ini bertujuan

untuk mengetahui pencapaian dari pengetahuan tradisional

yang ada disana. Pengetahuan tradisional merupakan tata

nilai dalam tatanan kehidupan sosial,budaya, ekonomi dan

lingkungan, yang hidup di tengah-tengah masyarakat

tradisional. Ciri yang melekat dalam pengetahuan

tradisional adalah sifatnya yang dinamis, berkelanjutan dan

dapat diterima oleh komunitasnya (JKTI, 2002).

Pengetahuan tradisional ini dapat terwujud melalui

seperangkat aturan, keterampilan, tata nilai dan etika yang

mengatur tatanan komunitas sosial yang terus hidup dan

berkembang dari generasi ke generasi.

Semakin berkembangnya teknologi dan arus

informasi yang kuat menyebabkan nilai-nilai dan tatanan

asli yang telah lahir sejak lama tergerus. Hal ini

dimungkinkan dengan hadirnya media massa ditengah-

tengah kehidupan masyarakat yang mendorong turunnya

partisipasi masyarakat akan kegiatan adat di daerahnya.

Sehingga diperlukan adanya pendokumentasian kegiatan

tersebut guna menyelamatkan khazanah kekayaan bangsa

Indonesia.

Page 27: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 27

Sehingga, rumah kreatif diberikan keluangan dalam

membantu pemulihan pendokumentasian adat guna

menyelamatkan dan melestarikan kekayaan yang dimiliki

disana. Kegiatan ini berlangsung dengan melakukan

pengumpulan data baik secara observasi, wawancara

maupun kegiatan yang sifatnya membangun kembali minat

dari adat itu sendiri. Palu’e memiliki keanekaragaman

kegiatan adat yang berbeda satu sama lain, sehingga kami

melakukan kegiatan ini secara terpencar di empat desa

yang kami tinggali. Untuk Desa Nitunglea sendiri kami

membaginya secara tiga wilayah adat. Yaitu wilayah

Lakimosa Nitung, Lakimosa Cua, dan Lakimosa Awa.

Kegiatan pengumpulan dokumentasi adat ini dilakukan

secara individu dengan mewawancarai para tetua adat

disana, berkunjung ke tempat-tempat adat dan bertanya

pada masyarakat seputar kegiatan adat di daerahnya. Untuk

wilayah lakimosa Nitung dilaksanakan pada tanggal 30 Juni

2011 bertempat di kediamannya, wilayah lakimosa Cua

pada tanggal 29 Juni 2011 di kediamannya, dan wilayah

lakimosa Awa pada tanggal 4 Juli 2011 di kediaman

lakimosa Awa.

2.2 Perencanaan Palue Pulau Sehat

Kesehatan merupakan salah satu masalah terpenting dalam

kehidupan manusia. Kesehatan menjadi prioritas utama manusia. Dalam

UUNo.23, tahun 1992 pasal 1 tentang Kesehatan10 menyatakan bahwa:

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam

pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang

utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya

kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.Menyoal perilaku

hidup bersih dan sehat sebagai sebuah langkah awal dalam meningkatkan

kualitas kesehatan di suatu daerah maka tidak akan terlepas dari peran

lingkungan itu sendiri. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek

terhadap kualitas kesehatan. Apabila lingkungan bersih, maka kesehatan

masyarakat akan baik. Penerapan gaya hidup bersih dan sehat dapat

10

Diakases dari http://www.affaveti.org/wp-content/uploads/2010/09/uu23_1992_ind.pdf, pada 26 September 2011, pukul 00:47 WIB.

Page 28: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 28

dimulain dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang

sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar

rumah yang sehat.

Dalam pengertian lainnya mengenai konsep kesehatan. WHO

(1981) mendefinisikan: Health is astate of complete physical, mental and

social well -being,and not merely the absence of disease or

infirmity(Kesehatan adalah suatu kondisi dimana fisik, mental, dan

kesejahteraan sosial dalam kondisi yang utuh, dan bukan sekedar

ketidakhadiran penyakit atau kelemahan). 11 WHO mendefinisikan

pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,

maupun kesejahteraan sosial seseorang.Paradigma sehatadalah cara

pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik,

proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah

yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral,

dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan

dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya

penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma sehat

memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat

pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi

sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap

mengupayakan yang sakit segera sehat.Pada prinsipnya kebijakan

tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan

kesehatan daripada mengobati penyakit.

Berkenaan dengan program dalam rangka membangun bangsa

Indonesia yang dibuat oleh pemerintah, K2N UI 2011 mengadakan

kegiatan yang salah satu program kerjanya yang dilaksanakannya adalah

kesehatan untuk semua. Program ini direncanakan untuk beberapa tujuan

seperti, meningkatkan pengetahuan masyarakat yang salah satunya

titiknya adalah pulau Palue untuk menginformasikan tentang pentingnya

kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat pulau palue tentang

pentingnya menjalankan pola hidup sehat, dan mengajarkan dan

membiasakan masyarakat pulau palue menerapkan pola hidup sehat

dalam kehidupan sehari-hari.

11

Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs220/en/, pada Senin 26 September 2011, pukul 00:33 WIB.

Page 29: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 29

1.4. Penyuluhan kesehatan tentang cara menggosok gigi yang benar (doc. Tim Palu’e Pulau Sehat)

Berdasarkan pada tujuan yang tertuang pada program kerja yang

dimiliki oleh K2N UI 2011,

maka kelompok titik

Pulau Palue akan

melaksanakan program

rutin kesehatan untuk

semua yang diterapkan

dalam rangka meraih

tujuan-tujuan dari

diadakannya program

pelayanan kesehatan ini,

maka akan dilaksanakan

beberapa program kerja

yang akan

diimplementasikan di

Pulau Palue dengan

berawal dari pengkajian sampai dengan materi apa yang cocok untu

diberikan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan. Program-

program tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Bahaya Narkoba, Minuman Keras dan HIV AIDS

2. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan

3. Penyuluhan Kesehatan dan Gizi serta KB

4. Penyuluhan Kebersihan untuk Anak Sekolah

2.3.Kampung Berseri

2.3.1. Perencanaan Kampung Berseri

Lingkungan yang bersih, rapi, nyaman, dan bermanfaat merupakan

idaman setiap masyarakat yang hidup di suatu daerah. Tetapi, masih banyak

masyarakat yang hidup di pedesaan maupun di perkotaan yang tidak sadar

akan pentingnya hal tersebut. Program kampung berseri merupakan solusi

yang dianggap dapat memenuhi hal tersebut. Program kampung berseri yang

tergabung dalam program rutin K2N UI 2011 akan diadakan di titik-titik

terluar perbatasan Indonesia. Program kerja yang terdapat dalam program

rutin ini adalah kerja bakti, sanitasi, dan pemanfaatan tanah kosong untuk

tanaman konsumsi.

Page 30: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 30

1.5. Penyuluhan kesehatan tubuh di SDK Tomu (doc. Palu’e Pulau Sehat)

Kerja bakti yang merupakan salah satu program rutin berusaha untuk

mengajak masyarakat berpartisipasai dalam menjaga lingkungannya tetap

bersih dan rapi. Dengan menjaga kebersihan, diharapkan kedepannya

kesehatan warga yang tinggal di lingkungan tersebut dapat terjaga dan

terhindar dari sumber penyakit12. Kesadaran masyarakat akan pentingnya

kebersihan lingkunganpun meningkat dan kualitas hidup di lingkungan

tersebutpun meningkat seiring dengan kebersihan lingkungan yang terjaga.

Semangat gotong royong yang merupakan salah satu budaya Indonesia

kembali bangkit dengan adanya program ini.

Selain itu, dalam menjaga kebersihan lingkungan tidak cukup hanya

dengan kerja bakti dalam membersihkan fasilitas umum, tetapi juga

dibutuhkan pengelolaan sanitas yang baik. Sanitasi yang kurang baik akan

menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat dan menjadi tempat

berkembangnya segala macam penyakit. Adapaun macam-macam penyakit

yang kemungkinan

akan ada yaitu demam,

diare, demam

berdarah, Hepatitis A,

Kolera , Typhus ,

Cacingan, dan Malaria.

Penyakit-penyakit

yang disebutkan

merupakan penyakit

endemikyang ada di

pulau-pulau

perbatasan13. Selain itu

permasalahan dari

pengolahan sampah

perlu diperhatikan

pula, karena saat ini

permasalahan pengolahan sampah dapat dikatakan merupakan persoalan

serius bukan hanya di daerah perkotaan namun juga di daerah

perdesaan.Oleh sebab itu, dalam program rutin kampung berseri dimasukkan

12Kementrian Lingkungan Hidup.2011.Kualitas Lingkungan Hidup Melalui Program MIH.10

Agustus: 1 hlm.http://www.menlh.go.id, 11 September, pk 10.31.

13Fakultas Kesehatan Masyarakat UnDip. 2009. Masalah Kesehatan Lingkungan dan Profesi

Kesehatan Masyarakat.31

Maret.http://www.fkm.undip.ac.id/?p=agenda_mod&j=lihat&id=bagian. 12 September. Pk

01.10.

Page 31: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 31

pembenahan dan pengelolaan sanitasi yang baik agar dapat mencegah

penyakit-penyakit.

Terakhir adalah pemanfaatan lahan kosong untuk tanaman konsumsi.

Daerah-daerah yang akan di datangi oleh peserta K2N UI 2011 merupakan

daerah yang dengan perkarangan yang luas. Pekarangan yang luas ini jarang

sekali dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menanam sesuatu yang

bermanfaat. Pemanfaatan lahan kosong untuk tanaman konsumsi dianggap

suatu ide dalam menanggapi kekosongan pekarangan yang sering sekali

ditelantarkan. Dengan begitu, masyarakat dapat memanfaatkan tanaman

yang telah di tanam seperti sayuran dan tanaman obat-obatan untuk dipakai

keperluan sehari-hari dan masyarakat tidak perlu jauh-jauh lagi untuk

mendapatkan sayuran dan tanaman obat karena di pekarangan rumahnya

telah ditanami sayuran dan tanaman obat tersebut14.

2.3.2 Deskripsi Program

Pelaksanaan program kerja ini diawali dengan kegiatan assessment.

Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi

lingkungan, perilaku dan pandangan masyarakat terhadap lingkungan

sekitar, serta permasalahan yang terjadi pada lingkungan setempat.

Hasil dari kegiatan assessment akan digunakan sebagai acuan

penyusunan program kerja. Penyusunan program tersebut disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat, yang tentunya akan

berbeda di setiap lokasi, walaupun secara garis besar memiliki kesamaan.

a) Sasaran = Masyarakat Desa Tuanggeo, Kec. Palue, Kab Sikka, NTT.

b) Tujuan

Program kerja rutin K2N UI 2011 Kampung berseri memiliki tujuan

untuk mengajak warga pulau Palue agar senantiasa menjaga kebersihan

lingkungan, sanitasi, dan memberdayakan lahan kosong. Selain itu,

harapannya program ini dapat menjadi wadah interaksi antar peserta K2N

dengan segenap warga desa sehingga dapat membangkitkan rasa persatuan

dan mengasah semangat bergotong royong.

14

Sutaryono.2011. Pemanfaatan Tanah Kosong & Penertiban Tanah Terlantar.24 Februari.http://dppd.slemankab.go.id. 12 September, pk. 07.10.

Page 32: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 32

1.6. Anak-anak SDK Lei setelah penyuluhan kesehatan (doc. Tim Palu’e Pulau Sehat)

2.3.3 Pelaksanaan Kegiatan

Hal pertama yang

dilakukan dalam

pelaksaaan kampung

berseri di desa Tuanggeo

adalah melakukan

assessment setiap dusun

hal apa yang dapat

dilakukan untuk setiap

dusun. Walaupun dalam

satu desa, namun

karakteristik setiap dusun

berbeda-beda.Tuanggeo

memiliki tiga dusun yaitu

dusun Tomu, Sali dan Lei.

Alasan pelaksanaan

dilakukan berdasarkan dusun karena mengingat waktu yang terbatas dan

medan topografi yang berat karena memiliki topografi dengan kemiringan

yang curam. Dari hasil assessment dan berpedoman dengan proposal yang

telah dibuat akhirnya pelaksanaan yang dapat dilaksanakan dalam program

kampung berseri ini adalah kerja bakti membersihkan perkarangan rumah

warga, sekolah dan puskesmas, sosialisasi buang pilah sampah kepada

masyarakat, pemanfaatan pupuk kompos, tempat pembuangan akhir dan

aksi bersih pantai yang dilakukan oleh warga desa Maruriwu dan

Reruwairere. Pemberian penghargaan kepada desa terasri tidak dapat

dilakukan karena beberapa pertimbangan sehingga hal itu tidak dilakukan.

Adapun rinciaan kegiatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1 Juli 2011

Kegiatan kampung berseri di lakukan di dusun Tomu, setelah

sebelumnya berkoordinasi dengan Kepala Dusun Tomu dan guru-guru SDK

Tomu 134 perihal rencana pelaksaaan kampung berseri di dusun Tomu. Hal

yang dilakukan adalah mengajak warga dusun Tomu untuk kerja bakti

membersihkan pekarangan sekitar dan sekolah.Sosialisasi selain melalui

ketua dusun, ketika hari H dilakukan dengan metode door to door, mengajak

warga dusun Tomu secara langsung dengan mendatangi dari rumah ke

rumah.Selain itu dilakukan juga membersihkan lingkungan sekolah bersama

siswa-siswi SDK 134 Tomu.Disela-sela melakukan kegiatan kerja bakti,

dilakukan sosialisasi pemanfaatan pupuk kompos dan pentingnya

Page 33: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 33

1.7. Bersih Pustu di Dusun Sali, Tuanggeo (doc. Tim Kampung Berseri)

keberadaan TPA. Selain itu pula terdapat waktu luang kita isi dengan

kegiatan pendidikan hidup sehat dan bersih seperti mencuci tangan bersama

dan sosialisasi cara mencuci tangan dengan benar dan menggunakan sabun

serta penyakit-penyakit yang sering timbul yang diakibatkan karena

lingkungan yang kotor.

8 Juli 2011

Kegiatan kampung berseri dilakuan di dusun Lei.Sosialisasi telah

dilakukan melalui kepala dusun dan tokoh masyarakat telah dilakukan

perihal rencana pelaksanaan kegiatan kampung berseri di dusun lei. Namun

karena kegiatan kampong berseri bertepatan dengan acara keberangkatan

Frater (calon Pasto) setempat sehingga warga dusun Lei mengantar sampai

ke pelabuhan Uwa dan kebanyakan dari warga tidak berada di tempat. Oleh

karena itu kegiatan yang dapat dilakukan adalah kerja bakti membersihkan

lingkungan sekitar sekolah SDK Lei bersama siswa-siswi SDK Lei.

15 Juli 2011

Kegiatan kampung

berseri dilakukan di dua

tempat berbeda yaitu

dusun Sali desa Tuanggeo

dan aksi bersih pantai Uwa,

desa Reruwairere dan

Maruriwu. Kegiatan

kampung dusun Sali

bersama masyarakat

sekitar melakukan

pembersihan Puskesmas

yang akan segera di

resmikan. Masyarakat yang

ikut serta dalam aksi ini

cukup banyak dan mereka

sangat antusias melaksanakan kegiatan kerja bakti.Di waktu yang bersamaan

dilakukan aksi bersih pantai di pantai Uwa.Kegiatan ini diikuti oleh warga

desa Maruriwu dan Reruwairere. Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan

adalah ,membersihkan sekitaran pantai dari sampah yang dibuang secara

sembarangan terutama sampah plastik yang sulit untuk diuraikan oleh alam.

Setelah aksi bersih pantai dilakukan pembuatan tugu K2N UI 2011 Pulau

Palue di dekat dermaga. Alasan lokasi ini yang dipilih sebagai lokasi

pembuatan tugu dengan pertimbangan lokasi ini merupakan salah satu

Page 34: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 34

1.8. Salah satu halaman dari modul yang disiapkan oleh Tim Penyuluhan Hukum (doc. Tim Penyuluhan Hukum Tuanggeo)

tempat pusat kegiatan masyarakat palue dan merupakan gerbang utama

ketika masyarakat akan atau meninggalkan palue. Peserta yang mengikuti

kegiatan aksi bersih pantai ini juga cukup banyak bahkan diluar espektasi

dari peserta K2N.

2.4. Penyuluhan Hukum

2.4.1. Perencanaan Penyuluhan Hukum

Program penyuluhan hukum di Pulau Palue merupakan program

sosialisasi atas permasalahan-permasalahan hukum yang relevan dan

mengemuka dalam kehidupan keseharian masyarakat Pulau Palue, baik

permasalahan yang bersifat mikro maupun bersifat makro. Diharapkan,

dengan dilakukannya program ini, masyarakat Palue dapat menjadi

masyarakat yang sadar hukum dan dapat mengetahui hak-haknya serta

melaksanakan kewajiban-kewajibannya menurut hukum.

Sasaran dari kegiatan Program Penyuluhan hukum ini adalah

warga yang telah dianggap dewasa berdasarkan hukum adat di daerah

masing-masing atau warga yang telah dianggap dewasa berdasarkan

hukum nasional yang tercantum

dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPer) yaitu 21

tahun, sudah atau pernah menikah.

Meski demikian di dalamnya juga

disisipkan penyuluhan hukum

secara ‘implisit’ bagi anak-anak

terkait perlindungan diri mereka.

Tujuan dari penyuluhan

hukum ini secara umum adalah

memberikan pengetahuan kepada

masyarakat Pulau Palue mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan

bidang hukum; mewujudkan

kesadaran hukum masyarakat

Pulau Palue; memberikan

pemahaman kepada masyarakat

mengenai hak dan kewajibannya

Page 35: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 35

sebagai warga negara; dan menumbuhkan semangat nasionalisme pada

seluruh masyarakat di Pulau Palue.

Dalam proses persiapan, tim Penyuluhan Hukum menyiapkan

materi-materi yang dibutuhkan, meliputi penjelasan singkat mengenai

materi yang bersangkutan, pengertian-pengertian dan isu-isu terkait, serta

perundang-undangan terkait dan penjelasannya. Materi tersebut meliputi

pengantar sistem hukum Indonesia secara umum, penangkapan ikan

secara ilegal, hukum pertanahan, hukum keluarga, dan akan menjadi bekal

dalam pelaksanaan penyuluhan hukum dengan menyesuaikan kebutuhan

lokasi masing-masing.

Secara garis besar, penyuluhan hukum akan dilakukan dalam tiga

tahapan, yaitu Pengkajian pada minggu pertama, penyuluhan informal

pada minggu kedua dan ketiga, danpenyuluhan formal pada minggu

keempat. Tahap assessment merupakan tahap pencarian informasi

mengenai segala hal terkait hukum yang berlaku di daerah tersebut,

hukum nasional maupun hukum adat daerah setempat. Tahap ini

dilakukan dengan beberapa metode, yaitu observasi, kunjungan ke tokoh

adat, kunjungan ke instansi pemerintah, kunjungan ke rumah-rumah

warga, dan penentuan intervensi masalah. Selanjutnya setelah Pengkajian,

dilakukan penyuluhan informal dalam bentuk bincang-bincang dengan

warga dalam waktu dan tempat yang tidak formal dengan memasukkan

materi hukum di dalamnya. Sebagai acara puncak dari penyuluhan hukum,

pada minggu terakhir diadakan satu kali penyuluhan formal, yaitu

penyuluhan hukum dengan format tempat, acara, maupun peserta yang

dilakukan dengan konsep acara tertentu (misalnya talkshow, seminar,

atau workshop) dan dengan mengusahakan pembicara yang kompeten

dari badan pemerintahan yang bersangkutan.

2.4.2. Pelaksanaan Penyuluhan Hukum

a) Assessment

Page 36: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 36

1.9. Pengkajian yang dilakukan secara umum di Pulau Palu’e pada saat Kampanye Calon Kades Reruwairere (doc. Tim Penyuluhan Hukum

Tuanggeo)

Tahap Pengkajian untuk penyuluhan hukum dilaksanakan pada minggu

pertama masa tugas yaitu pada tanggal 23 Juni 2011 s.d. Kamis, 30 Juni

2011. Pada tahap Pengkajian di Desa Tuanggeo, setiap anggota

kelompok yang bertempat tinggal di desa ini mencari tahu mengenai isu

hukum yang mengemuka di Pulau Palu’e secara umum dan di Desa

Tuanggeo secara khusus.

Pengkajian dilakukan dalam setiap kesempatan bincang-bincang santai

dengan aparat desa, pemuka adat, pemuka agama, dan masyarakat

dengan cara menyisipkan pertanyaan seputar permasalahan hukum

kepada mereka. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dimulai dengan

melemparkan pertanyaan pokok kepada mereka untuk menyebutkan

dan menguraikan mengenai permasalahan hukum yang dianggap

penting oleh mereka dan kemudian menggali pernyataan mereka

dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih rinci. Selain itu, kelompok

juga menanyakan mengenai isu-isu lain yang tidak disebutkan tetapi

mungkin berkenaan dengan Pulau Palu’e. Dari hasil Pengkajian,

ditetapkan satu topik yang menjadi pokok utama penyuluhan hukum

baik formal maupun informal, yaitu hukum pertanahan. Penetapan

hanya satu

topik dalam

penyuluhan

hukum

dilakukan

agar

penyuluhan

yang

diberikan

dapat bersifat

dalam dan

fokus serta

praktis dapat

diterapkan,

sehingga

masyarakat

benar-benar

dapat

mengerti topik pertanahan tersebut dan dengan demikian memberikan

nilai tambah bagi kehidupan mereka. Terdapat beberapa pertimbangan

dalam memilih topik tersebut, yaitu:

Page 37: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 37

1.10. Penyuluhan informal dilakukan bersamaan dengan Pesta Perpisahan Frater Nico (doc. Tim Penyuluhan Hukum Tuanggeo)

1. Masyarakat Palu’e sebagian besar belum mengerti hukum

positif tentang tanah di Indonesia, padahal tanah merupakan

penopang kehidupan masyarakat yang sangat erat kaitannya

dengan kehidupan masyarakat Palu’e;

2. Tanah di Palu’e sebagian besar belum bersertifikat, sehingga di

satu sisi

masyarakat

belum bisa

sepenuhnya

menikmati nilai

guna tanah

sebagai akses

kepada

permodalan,

memiliki posisi

yang lemah

dalam sengketa

tanah 15 , serta

di sisi lain

berpengaruh

terhadap tertib

pertanahan di

Indonesia16;

3. Belum pernah dilaksanakan sosialisasi tentang pendaftaran

tanah di Palu’e

Dalam tahap Pengkajian ini, anggota kelompok juga mempersiapkan

koneksi yang dibutuhkan untuk penyuluhan hukum formal ke

depannya, serta mencari kemungkinan kaderisasi bagi tiap-tiap desa

15 Dalam sengketa tanah perdata yang dibawa ke Pengadilan, maka berlaku kekuatan pembuktian sesuai dengan hukum acara perdata yang diatur dalam RbG (Rechtsreglemet Buitengewesten; Kitab Undang-Undang Acara Perdata yang berlaku di luar Jawa dan Madura), di mana alat bukti surat memiliki kekuatan pembuktian yang paling kuat dibandingkan dengan alat bukti lainnya. Hal ini berimplikasi pada lebih kuatnya posisi pihak yang memiliki alat bukti surat jika dibandingkan dengan pihak yang tidak diperkuat dengan alat bukti surat, seperti masyarakat ini.

16Tertib Pertanahan merupakan program yang dicanangkan Pemerintah melalui Catur Tertib Pertanahan (tanah dalam arti wilayah) yaitu Tertib Administrasi Pertanahan, Tertib Hukum Pertanahan, Tertib Penggunaan Tanah, dan Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup.

Page 38: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 38

1.11. Diskusi hukum dan politik di rumah kreatif (doc. Tim Penyuluhan Hukum Tuanggeo)

maupun Pulau Palu’e. Dari hasil Pengkajian, direncanakan bahwa

penyuluhan hukum formal nantinya akan mengusahakan untuk bekerja

sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dengan mengundang

salah satu perangkat BPN sebagai pembicara. Sedangkan terkait dengan

kaderisasi, diputuskan untuk terus mencari kader sambil menjalankan

program dengan pertimbangan padat dan kompleksnya materi hukum

serta pelaksanaan penyuluhan hukum yang menyebar di 8 (delapan)

desa.

b) Penyuluhan Hukum Informal

Penyuluhan hukum di Pulau Palu’e dilaksanakan secara bergiliran

oleh tim penyuluh hukum di lima titik, yaitu dua kali di Desa Tuanggeo

(Kajukeri pada 1 Juli 2011 dan Lei pada 7 Juli 2011), masing-masing

satu kali di Desa Rokirole pada 7 Juli 2011, Desa Nitunglea pada 10 Juli

2011, dan Desa Lidi pada 16 Juli 2011.

Kajukeri, 1 Juli 2011

Penyuluhan hukum informal di Kajukeri dilaksanakan bersamaan

dengan pesta perpisahan dengan Frater Nico, seorang frater TOP

(Tahun Orientasi Pastoral) yang akan meninggalkan Palu’e setelah dua

tahun bertugas. Setelah acara makan bersama pada pesta, yaitu pada

pukul 22.00 s.d. 23.30 WITA, salah seorang tim penyuluh hukum yang

menghadiri pesta tersebut memohon waktu hadirin untuk berdiskusi

mengenai masalah hukum yang terjadi di Palu’e. Penyuluhan ini

dihadiri oleh sekitar 20 orang, dan dilaksanakan dalam bentuk diskusi

dan tanya jawab dengan dibawakan oleh Margaretha Quina, di mana

komunikasi bersifat dua arah dan penyuluh bersifat sebagai fasilitator

untuk memancing

pertanyaan maupun

pengetahuan warga

mengenai hukum. Dalam

pertemuan pertama ini,

fokus pembahasan adalah

masalah pertanahan, dalam

kaitannya pula dengan

proses peradilan dan

pembuktian, sertifikasi

tanah, baik dari segi hukum

adat dan hukum perdata

Page 39: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 39

1.12. Penyuluhan hukum formal di Uwa (doc. Tim Penyuluhan Hukum Tuanggeo)

barat.

Lei, 7 Juli 2011

Penyuluhan hukum informal pada tanggal 7 Juli 2011

dilaksanakan di rumah kreatif sekaligus untuk mengisi materi diskusi

yang merupakan salah satu sub-program dari Rumah Kreatif, terjadi

pada pukul 15.00 s.d. 17.00 WITA. Dalam penyuluhan ini, tidak hanya

masalah hukum yang dibahas, namun juga masalah politik. Penyuluhan

ini dihadiri oleh 11 orang yang kesemuanya adalah laki-laki, baik yang

tua maupun yang muda. Penyuluhan dibuka dengan diskusi mengenai

masalah politik yang dibawakan oleh Julia Ikasarana, yang membahas

mengenai partai politik dan pemilihan umum serta relevansinya

dengan keadaan di Palu’e. Dipaparkan pula mengenai tips untuk

menjadi pemilih rasional, serta beberapa hal praktis terkait resolusi

konflik. Selanjutnya, materi mengenai hukum pertanahan dibawakan

oleh Margaretha Quina, yang karena keterbatasan waktu langsung

dibuka dengan forum tanya jawab yang ditanggapi secara singkat.

c) Penyuluhan Hukum Formal

Penyuluhan hukum formal dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Juli 2011,

di Kantor Kecamatan Palu’e, Uwa. Penyuluhan ini dihadiri 38 orang

yang merupakan perwakilan dari 8 desa, meliputi aparat desa, tokoh

masyarakat, serta perwakilan dari para pemuda. Pada awalnya

direncakan bahwa penyuluhan akan dilakukan oleh Bapak Caesar,

Wakil Kepala BPN Kabupaten Sikka, yang telah menyanggupi untuk

menyampaikan materi tersebut, dengan Margaretha Quina sebagai

moderator. Namun, dikarenakan BPN kekurangan tenaga terkait tugas

pendataan di

Kabupaten

Maumere,

beberapa hari

menjelang

acara BPN

memberitahu

kan

Page 40: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 40

pembatalan keterlibatannya dalam acara ini. Tim Penyuluhan hukum

menyikapi hal ini dengan memutuskan untuk melakukan penyuluhan

secara mandiri dengan Margaretha Quina (Fakultas Hukum UI 2008)

sebagai pembicara. Persiapan materi dilakukan dengan studi pustaka

serta berkonsultasi pula dengan BPN via telepon. Selain menyajikan

presentasi satu arah dan menyiapkan materi dalam bentuk keluaran

print (handout) untuk dibagikan untuk tiap desa. Tim juga

mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dengan

menganalisa pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul pada

penyuluhan hukum informal.

Pembagian tugas melibatkan seluruh peserta K2N UI 2011 di Pulau

Palu’e dengan pos-pos sebagai berikut yaitu moderator, notulensi dan

penanggung jawab waktu (timekeeper), konsumsi, registrasi,

perlengkapan lapangan dan kebersihan, dekorasi, liaison officer (LO

Wakil Bupati & Bapak Camat), serta dokumentasi.

Adapun jalannya acara dipersiapkan sebagai berikut:

Waktu Acara

08.30 Persiapan oleh MC

08.35 Menyanyikan lagu Indonesia Raya

dan Doa

08.45 Sapaan awal dari Bapak Camat

Sambutan dari Pater Otto Gusti

Sambutan dari Wakil Bupati

09.00 Pre-Test

09.30 Materi

10.15 Tanya Jawab dan Diskusi (Sesi I)

11.00 Istirahat & Snack

11.20 Tanya Jawab dan Diskusi (Sesi II)

12.00 Post-Test (Kuisioner)

12.30 Penutupan

Pada hari-H, pelaksanaan acara terlambat dari jadwal yang

direncanakan dikarenakan menunggu jumlah peserta agar acara dapat

berjalan efektif. Diputuskan bahwa setelah terdapat perwakilan dari 4

(empat) desa, maka acara dapat dimulai. Pada pukul 10.00 WITA, acara

dimulai sesuai dengan susunanacarayang telah ditentukan. Setelah

pembicara menyampaikan materi, peserta diberi kesempatan untuk

menyampaikan pertanyaan dalam sesi tanya jawab. Dalam sesi ini,

pembicara juga mempersilakan Bapak Wakil Bupati Sikka untuk turut

Page 41: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 41

1.13. Bapak Mboy Zakarias, Lakimosa Keri (doc. Tim

Penyuluhan Hukum Tuanggeo)

memberikan jawaban sebagai pandangan pelengkap dan gambaran dari

segi praktis pemerintahan bagi peserta. Karena keterbatasan waktu,

sesi tanya jawab yang tadinya direncanakan terdiri atas 2 (dua) sesi

terpaksa dipersingkat menjadi 1 (satu) sesi saja. Dalam sesi tanya

jawab mengemuka tiga pertanyaan yang ditanyakan oleh Bapak

Bonifasius (Desa Tuanggeo), Bapak Petrus Cawa (Reruwairere), serta

Bapak Kepala Desa Ladolaka.

d) Dokumentasi Hukum

Adat

Dokumentasi hukum adat adalah

kegiatan pencatatan hukum adat yang

berlaku pada saat ini di Pulau Palu’e di

keempat desa tempat pelaksanaan K2N

UI 2011. Dokumentasi hukum adat

dilaksanakan di Desa Tuanggeo pada

sepanjang masa K2N UI 2011 dengan

melakukan wawancara dengan ketua adat

wilayah lakimosa yang bersangkutan. Di

Tuanggeo, wilayah lakimosanya adalah

Wilayah Lakimosa Keri dan Tomu, di

mana terdapat tiga lakimosa diantaranya

yaitu Bapak Mboy Zakarias (81) dan

Bapak Yohanis Nara yang merupakan

Lakimosa Keri.

Dokumentasi hukum adat dilaksanakan

dengan mengacu pada satu kerangka,

yaitu memisahkan antara hukum perdata

dengan hukum publik. Hukum perdata

kemudian dikhususkan lagi yaitu hukum

keluarga, hukum kebendaan, hukum

perjanjian, dan hukum pembuktian dan

daluwarsa. Sedangkan hukum publik

meliputi acara-acara adat, sanksi-sanksi

adat, dan masa pije. Anggota kelompok

mencoba untuk menggali sedalam

mungkin hukum adat yang ditemukan

dengan menyesuaikan dengan kesediaan

Lakimosa, dengan memprioritaskan

Page 42: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 42

kedalaman materi. Tidak semua bidang pada akhirnya dapat

didokumentasikan dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga. Materi

yang terdokumentasi di Desa Lei dalam aspek hukum publik meliputi

Poo Dubu (upacara memberi makan arwah), larangan bom ikan, Pua

Karapau, Pio Pikariwu, serta pengertian pije secara umum serta

beberapa pije yang ada di Lei. Sementara dalam aspek perdata adalah

hukum keluarga yang meliputi hukum perkawinan, belis dan tahapan

acara, hubungan kawin adat dan kawin agama, perceraian, hamil di luar

nikah, upacara adat untuk anak yang baru lahir.

Page 43: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 43

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Rumah Kreatif

Konsep Rumah Kreatif K2N UI 2011 ini merupakan sebuah ruang yang

dapat digunakan oleh semua umur sebagai tempat berkumpul warga dari

berbagai desa untuk berinteraksi, bertukar wawasan sehingga persatuan

antar warga dalam suatu wilayah. Seperti yang dipaparkan oleh American

Planning Association mengenai Public Space.

“A public space may be a gathering spot or part of a neighborhood,

downtown, special district, waterfront, or other area within the public

realm that helps promote social interaction and a sense of community.”

(American Planning Association/APA)

Sebuah komunitas merupakan kumpulan orang yang saling

berinteraksi dan tinggal dalam jarak yang berdekatan.Dalam istilah

Biologi merupakan sekumpulan makhluk hidup yang saling

berinteraksi dan hidup dalam suatu lingkungan.

“Community is a group of interacting people, possibly living in close

proximity, and often refers to a group that shares some common values,

and is attributed with social cohesion within a shared geographical

location, generally in social units larger than a household.”

(Wikipedia.com)

Bahwasanya masyarakat Pulau Palu’e merupakan sebuah komunitas

yang lahir dan tinggal di Pulau Palu’e. Mereka saling berinteraksi satu dengan

lainnya. Dalam kenyataan yang kami temui di lapangan adalah hubungan

beberapa desa masih kurang terjalin dengan baik. Adapun hal tersebut

terjadi salah satunya karena ada perang yang disebabkan perebutan batas

desa seperti yang terjadi antara Desa Rokirole dan Nitung Lea sehingga

sampai sekarang warga dari masing-masing desa masih sering bersaing dan

ingin terlihat lebih dibandingkan desa yang lain. Melihat hal tersebut, agar

masalah tidak ditempatkan pada persiangan yang negatif maka rumah kreatif

diharapkan dapat mempersatukan Palu’e sebagai satu komunitas.

Page 44: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 44

1.14. Seluruh anggota K2N Pulau Palu’e berbusana adat dalam Ragam Ekspresi Palu’e

(doc. Tim Rumah Kreatif)

Menurut penuturan Wakil Bupati Sikka, Pulau Palu’e ini merupakan

pulau terlupakan karena letaknya yang cukup jauh dari peradaban kota.

Untuk menuju ke kota yaitu Maumere, dari Pulau Palu’e ditempuh dengan

perahu selama 4-5 jam. Karena jarak itulah, Pulau Palu’e susah mendapatkan

informasi dan kurang terjamah oleh peradaban modern. Didukung prasarana

di Pulau Palu’e yang kurang mendukung antara lain kurang tersedianya

listrik dan sinyal ponsel. Fakta yang kami temui di lapangan, listrik di Pulau

Palu’e hanya tersedia pada malam hari pukul 19.00- 22.00 WITA. Pada jam

tersebut biasanya warga menonton televisi yang hanya dimiliki oleh

beberapa rumah dan ditonton oleh banyak warga. Warga biasanya lebih

memilih tayangan sinetron “Nada Cinta” yang ditayangkan di Indosiar

dibandingkan menonton siaran berita karena menurut warga menonton

sinetron ini menjadi hiburan yang menarik setelah bekerja di kebun seharian.

Kemudian,koran pun tidak sampai ke Pulau Palu’e karena akses laut yang

sulit untuk dilalui setiap harinya. Sinyal ponsel yang hanya ada di spot

tertentu di Pulau Palu’e. Oleh karena itu, informasi-informasi didapat dari

luar dan dari Pulau Palu’e ke luar masih minim. Hal inilah yang menghambat

wawasan yang semestinya dapat diperoleh di Pulau Palu’e.

Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat Palu’e tergolong masih

rendah. Hal ini terlihat dari data penduduk dari kecamatan tercatat

persentase penduduk yang tidak tamat SDK sebesar 23,58%, tamatan SDK

sebesar 10.18%, tamat SLTP

3,25%, tamat SLTA sebesar

1,6%, tamat akademi/PT

0,38%, dan sisanya masih

belum mengenyam

pendidikan. Oleh karena itu

rumah kreatif disini hadir

untuk dapat membuka

wawasan masyarakat

Palu’e. Di dukung dengan

buku-buku yang beragam

berupa majalah dan buku

pengetahuan anak-anak,

remaja, ibu-ibu dan bapak-

bapak yang dapat dibaca oleh warga masyarakat.Karena dengan membaca

dapat memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat Palu’e seperti

sebuah semboyan “Buku Membuka Cakrawala Dunia”. Barbhara Tuchman,

seorang sejarawan dan penulis Amerika pun menggambarkan akibat apabila

membaca buku tidak dibudayakan dalam sebuah quote:

Page 45: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 45

“Books are the carriers of civilization. Without books, history is silent, literature

dumb, science crippled, thought and speculation at a standstill.”

(Barbhara Tuchman,1912)

Adapun beberapa kegiatan yang kami adakan untuk mendukung konsep dan

tujuan dari rumah kreatif dan beberapa temuan dari setiap kegiatanya,antara

lain:

a) Membaca dan Menulis

Membaca dan menulis merupakan hal dasar dasar

dalam keterampilan berbahasa. Secara tradisional,

keterampilan dasar berbahasa memang dibagi ke dalam empat

kategori yaitu (1) listening comprehension – mendengarkan dan

mengerti; (2) speaking - berbicara; (3) reading comprehension –

membaca dan mengerti; dan (4) writing – menulis.

Keterampilan dasar tersebut tentunya diperlukan sebagai cara

untuk memperluas wawasan dan menuangkan kreatifitas.

Sehingga tentunya keterampilan ini perlu diasah sejak usia

anak-anak agar dapat mengembangkan daya kreatifitasnya.

Dalam kegiatan membaca di Rumah Kreatif “Pela Nipi”

ini kami menemukan anak yang masih belum lancar membaca

padahal telah duduk dibangku SDK, contoh kasus : dewi,siswa

SDK kelas 3, dia masih mengeja ketika membaca dan dalam

menulis masih juga dituntun untuk per hurufnya. Peristiwa ini

kami temui ketika 1 jam bebas dan anak-anak dipersilakan

untuk membaca dan bermain. Kami biasa mendekati anak-anak

yang membaca dan mendengarkannya. Hal ini tentunya

menjadi perhatian bagi kami. Akan tetapi secara keseluruhan

anak-anak bisa membaca.

Kemudian dari beberapa hal yang kami lakukan dalam

kegiatan menulis, yaitu menulis surat, menulis cita-cita dan

menulis pesan kesan, kami menemukan bahwa beberapa dari

mereka lebih mudah untuk menuangkan apa yang ada dalam

pikiran dan hatinya dengan menulis yaitu ketika mereka

beberapa dari anak-anak menulis surat untuk orang tua

mereka yang ada di Malaysia. Mereka menulis apa yang mereka

rasakan dan apa yang mereka inginkan kepada orang tua

Page 46: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 46

mereka. Mereka merasa kangen terhadap orang tua mereka

dan menginginkan orang tua mereka untuk segera pulang dan

menemui mereka. Hal-hal tersebut di ataslah yang mungkin

menjadi penyebab rendahnya kualitas dan tingkat pendidikan

di Pulau Palu’e.

b) Menggambar dan Mewarnai

Kegiatan menggambar ini kami sering mendapati anak-

anak menggambar pemandangan gunung dengan jalan, sawah

dan sungi mengalir dan rumah dengan bunga dan orang.

Tentunya ini merupakan hal yang menarik bagi kami karena

gambar ini pun kami temui pada anak kecil yang ada di Jawa

dan mungkin pulau-pulau lainnya.

Kemudian dalam kegiatan menggambar dan mewarnai

ini kami menemukan anak yang belum mengenal warna

padahal ia telah duduk di bangku SDK kelas 3 yaitu dewi.

Adapun seorang anak yang bernama mboi, ia berbakat

dalam menggambar karena gambarnya berbeda dengan anak-

anak yang lain dan ia pun cukup lincah dalam menggerakan

tangannya dengan crayon dan spidol. Dan apabila

kemampuannya diolah lagi tentunya akan menjadi lebih baik.

c) Bernyanyi dan Menari

Dalam bernyanyi dan menari, melalui kegiatan rumah

kreatif ini kami menemukan bahwa tari-tarian tradisional dan

lagu-lagu tradisional ternyata diajarkan dalam pelajaran

muatan lokal di sekolah. Akan tetapi, ketika kami menanyakan

lagu-lagu tradisional pada anak-anak, kebanyakan dari mereka

cenderung malu menyanyikannya. Kami pun akhirnya

memperolehnya dari anak SMP yang sedang membaca di

rumah kreatif. Lagu tersebut yaitu lagu pio pika riwu yang

menceritakan dongeng ksatria yang dahulu berkuasa di Pulau

Palu’e. Lirik dari lagu pio pika riwu ini terdapat dalam

lampiran.

Page 47: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 47

d) Belajar Bahasa Inggris

Dalam kegiatan belajar Bahasa Inggris ini kami

menemukan ternyata anak-anak masih belum mengenal

Bahasa Inggris dan masih sulit dalam pengucapannya. Hal ini

dikarenakan di sekolah tingkat SDK masih belum diajarkan

mata pelajaran bahasa inggris. Selain itu, anak-anak masih

kental dengan bahasa ibu yaitu Bahasa Palu’e.

e) Bermain

Di rumah kreatif biasanya mereka bermain

menggunakan permainan yang kami bawa dan mereka cukup

senang dengan itu karena merupakan hal baru bagi mereka.

Kami pun melihat bahwa anak-anak sekarang sudah jarang

menggunakan permainan daerah yang mereka miliki. Berikur

beberapa permainan yang kami dokumentasikan:

f) Lastik

Jenis permainan ini biasa dimainkan oleh anak laki-laki

yang tinggal di pesisir. Permainan ini cukup sederhana yaitu

dengan menggunakan alat berupa batang kayu yang berpola

Y dan dikaitkan dengan karet diantaranya. Permainan ini

menggunakan batu dan batu tersebut dipakai untuk

menembak semacam alat seperti ketapel. Anak-anak daerah

pesisir Nitung sering memainkannya dan cara bermainnya

hanya dengan menembak sejauh mungkin ke laut. Bisa juga

dipakai untuk menembak burung yang tinggal diatas bukit.

g) Marie e Mario

Permainan ini biasa dimainkan sore hari maupun menjelang

istirahat di sekolah. Permainan ini menceritakan tentang kisah

anak yang diberikan kepada orang miskin. Jumlah pemain yang

dibutuhkan minimal 5 orang, permainan ini sangat mudah,

anak-anak dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah anak

yang berbeda. Anak yang jumlahnya sedikit dikategorikan

Page 48: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 48

sebagai anak miskin sedangkan jumlah pemain yang lebih

banyak dikategorikan sebagai anak kaya. Lalu kelompok anak

kaya akan membagikan satu anaknya kepada kelompok miskin

sambil menyanyikan lagu.

Kelompok Kaya (KK) : Beta kaya, kaya, kaya, beta kaya, kaya,

kaya, marie e mario

Kelompok Miskin (KM): Beta miskin, miskin, miskin, beta miskin,

miskin, miskin, marie e mario

KK : Kamu mau minta siapa marie e mario

KM : Kami mau minta si (sebut nama anak), marie e mario

KK : Kamu kasih dianya apa, marie e mario

KM: Kami kasih dianya (sebut barang yang akan diberikan),

marie e Mario

KK : Pergilah sudah, anak tersayang, marie e mario

KM : Terimakasih tuan dan nyonya marie e mario

Permainan ini dinyanyikan secara bergantian dan posisinya

selalu berganti antara si kelompok kaya dan kelompok miskin.

h) Ndero Ban

Permainan ini dalam bahasa Indonesia berarti bermain

ban. Permainan ini menggunakan alat sederhana yaitu ban

bekas dan kayu kecil. Mereka biasanya berlomba dalam

memainkan permainan ini dengan membentuk trek

memanjang sambil berlari. Permainan ini biasa dimainkan oleh

anak laki-laki maupun anak perempuan.

i) Panggung Dongeng

Kegiatan panggung dongeng ini kami mengajak anak

untuk memerankan tokoh-tokoh dalam cerita. Mereka dipacu

untuk maju ke depan tampil akan tetapi mereka sangat sulit

Page 49: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 49

untuk maju dan tampil. Kami harus mendatangi mereka dan

mengajaknya maju.Adapun yang sudah kami dekati tetap saja

tidak mau maju.Dalam kegiatan panggung dongeng ini pun

kami mendapati pelafalan bahasa Indonesia mereka berbeda

dengan kami. Karena memang sejak kecil dan lingkungan

sekitar menggunakan bahasa Palu’e sehari-harinya.

j) PermainanPengembangan Diri

Permainan pengembangan diri ini kami lakukan untuk

kembali menggali kemampuan anak-anak Pulau Palu’e.

Permainan yang kami lakukan antara lain, mengalirkan bola

tenis secara beregu, pesan berantai, jaring laba-laba dan

menjatuhkan badan.

Permainan mengalirkan bola tenis ini kami melihat

mereka cukup antusias mengikuti. Anak-anak dapat melakukan

dengan tuntas hingga akhir. Kerjasama mereka dalam

mempertahankan bola agar tidak jatuh dapat dikatakan

kompak dan berusaha mau mengulang kembali jika bola jatuh.

Permainan pesan berantai ini dilakukan secara beregu.

Anak-anak diajak bermain untuk menerima pesan dan

menyampaikannya kepada teman selanjutnya. Permainan ini

diharapkan dapat melatih kekompakan mereka dalam

menyampaikan pesan hingga pendengar terakhir. Anak-anak

melakukannya dengan antusias yang terkadang diiringi

teriakan kecil penuh kegemasan.

Permainan jaring laba-laba adalah permainan yang

melatih ketangkasan. Anak-anak yang dibagi dalam kelompok

diajak untuk mengatasi tantangan secara bersama-sama untuk

melewati jalan-jalan yang dibentuk dengan tali menyerupai

jaring laba-laba. Aturan dalam permainan ini adalah anak yang

melaluinya tidak boleh menyentuh atau merusak jaring laba-

laba buatan tersebut dan juga anak-anak yang tergabung dalam

satu kelompok tidak boleh melewati jalur yang sama untuk

kedua kalinya. Permainan ini membutuhkan tenaga ekstra

manakala jaring yang dilewati merupakan bagian yang tinggi

sehingga kawan sekelompok harus menggendongnya. Meski

Page 50: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 50

melelahkan namun permainan ini dilakukan dengan penuh

semangat dan kecerdikan.

Permainan terakhir adalah jatuhan. Permainan ini

dilakukan dengan cara salah seorang anak menjatuhkan diri

dan membiarkan dirinya ditangkap oleh temannya. Permainan

ini untuk menumbuhkan rasa kepercayaan anak-anak kepada

temannya. Bagaimana rasa kepercayaan anak itu akan terlihat

dari posisi jatuhnya.

k) Tentang Cita-Cita (Pohon Impian)

Dalam kegiatan ini kami mendapati kebanyakan dari

anak-anak masih belum mengerti akan cita-citanya. Oleh

karena itu kami memberikan pengertian akan cita-cita dan

impian. Cita-cita yang keluar dari mereka kebanyakan adalah

profesi yang ada di Pulau Palu’e. Seperti perawat dan guru. Hal

ini menunjukan bahwa kurangnya wawasan masyarakat Palu’e

adalah akibat dari minimnya informasi yang masuk ke Pulau

Palu’e.

l) Dokumetasi Adat

Pua Karapau di Dusun Nitung

Kegiatan pendokumentasian hukum adat ini dilakukan

di Dusun Nitung dengan melakukan wawancara kepada Kepala

Adat (Lakimosa Nitung) pada tanggal 30 Juni 2011 bertempat

di kediaman Lakimosa Nitung. Selain itu kami juga melakukan

wawancara kepada Kepala Desa Nitunglea, Valentinus Mangge

tentang Pua Karapau ini.

Pua Karapau adalah suatu upacara adat yang

mendatangkan kerbau ke suatu kampung untuk kemudian

akan disembelih dalam acara Pati Karapau pada lima tahun

berikutnya. Rentang waktu kegiatan antara satu Pua Karapau

dengan Pua Karapau berikutnya adalah sepuluh tahun,

sedangkan rentang waktu antara Pua Karapau dengan Pati

Karapau adalah lima tahun. Pada masa antara Pua Karapau

dengan Pati Karapu ini biasanya dilakukan kegiatan

pembangunan, baik berupa pembangunan rumah maupun

pembangunan proyek pemerintah lainnya.

Page 51: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 51

1.15 Salah satu aktifitas budaya yang didokumentasikan (doc. Tim Rumah Kreatif)

Filosofi dari diadakannya upacara adat ini adalah untuk

meminta belas kasih Tuhan agar hasil bumi dapat mencukupi

kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kegiatan Pua Karapau ini

dapat dipercepat apabila ada suatu proyek pembangunan yang

mendesak untuk dilakukan dengan seizin Lakimosa di dusun

yang bersangkutan. Sebagai gantinya, pihak yang akan

mengadakan pembangunan tersebut harus memberikan

sebuah kerbau untuk dimuat dan dipelihara selama lima tahun

ke depan.

Pati Karapau di Dusun Nitung

Masih sama pada tanggal 30 Juni 2011, Pati Karapau

merupakan lanjutan dari kegiatan Pua Karapau. Pati Karapau adalah

suatu upacara adat yang

dilakukan setelah masa

Pua Karapau berakhir.

Acara ini berupa

pemotongan kerbau besar

yang telah didatangkan

pada saat Pua Karapau

lima tahun sebelumnya

pada sebuah tugu batu

besar. Biasanya setelah

upacara Pati Karapau

berakhir, akan berlaku

suatu masa haram

melakukan kegiatan

agraria seperti menanam, mencangkul tanah, memetik tanaman,

memanen, dan lain sebagainya selama tiga hari.

Selain itu, setelah upacara Pati Karapau selesai dilaksananakan,

akan berlaku masa haram melakukan pembangunan dan juga masa

haram melakukan tari-tarian adat sepertia tari Togo dan tari Misa.

Pesta adat Pati Karapau ini dilangsungkan selama lima hari berturut-

turut dan dihadiri oleh hampir seluruh masyarakat adat di pulau

Palu’e sehingga setiap kepala keluarga di desa yang bersangkutan

akan melaksanakan pemotongan babi untuk menjamu kerabat yang

datang dari desa lain. Prosesi Pati Karapau ini diiringi dengan tari-

tarian tradisional (Togo dan Misa) dan musik khas daerah Palu’e. Alat

Page 52: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 52

musik yang digunakan berupa gong dan gendang tradisional. Filosofi

dari pengadaan acara Pua Karapau ini adalah sebagai ungkapan rasa

syukur masyarakat suatu desa atas berlimpahnya hasil bumi untuk

pemenuhan kehidupan masyarakat.

Neorate

Neorate adalah suatu upacara adat untuk mengenang dan

menghargai arwah leluhur yang meninggal dalam suatu marga. Setiap

marga akan mengambil sebuah batu sebagai pengganti orang yang

telah meninggal dan batu tersebut akan diletakkan atau dikuburkan di

suatu tempat yang berisi batu-batu lainnya dalam satu marga.

Upacara adat ini dilakukan setiap lima tahun sekali dan tidak dapat

dipercepat atau diperlambat.

Kegiatan dari upacara adat ini adalah mengubah susunan dan

tumpukan batu-batu yang terkubur, selain itu setiap kepala keluarga

akan memotong seekor babi secara bersama-sama. Prosesi

pemotongan babi tersebut harus dimulai oleh Lakimosa dan

masyarakat tidak boleh mendahuluinya. Dalam pemilihan batu

sebagai pengganti orang yang meninggal tersebut harus sesuai dengan

saran dari seorang dukun adat.

Tia te’u

Tia te’u adalah suatu kegiatan adat berupa pengusiran hama

tikus yang terdapat di satu kampung. Prosesinya berupa pembantaian

tikus secara bersama-sama yang diakhiri dengan melarung sepasang

tikus ke laut dengan menggunakan perahu mainan yang diberikan

layar dan sesajen. Selama prosesi ini berlangsung tidak ada orang dari

luar kampung ini yang diperbolehkan masuk ke dalam wilayah

kampung yang bersangkutan. Jika ada orang yang melanggar, orang

tersebut akan dijatuhi denda berupa babi kecil dan uang sejumlah

seratus ribu rupiah. Prosesi ini dilakukan terakhir kali pada tahun

1988.

Page 53: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 53

Phije

Phije merupakan suatu masa haram untuk melakukan kegiatan

agraria seperti menanam, mengolah tanah, dan juga memanen. Masa

Phije ini berlangsung setelah Pati Karapau selama tiga hari berturut-

turut. Masa Phije ini juga dapat berlangsung bagi sebuah kepala

keluarga yang telah selesai membuat perahu dan akan pertama kali

mengarungkan perahunya ke laut. Jika ada orang yang melanggar

masa phije ini akan mendapatkan suatu musibah yang tidak

diinginkan, misalnya sakit yang tidak kunjung sembuh dan kejadian

ini akan berhenti bila orang tersebut telah mendapatkan maaf dari

Lakimosa di dusun setempat.

Watu Pou

Ada satu cerita rakyat yang berhasil diperoleh dari beberapa

pembicaraan dengan warga setempat, yakni cerita tentang batu

jangkar. Konon katanya batu tersebut merupakan kapal laut dari bugis

yang terdampar di Pulau Palu’e. Batu tersebut terletak di desa

Nitunglea ke sebelah timur sebelum Desa Lidi. Batu ini disebut batu

jangkar karena konon katanya batu ini berfungsi seperti jangkarnya

Pulau Palu’e. Masayarakat dulu percaya apabila batu ini jatuh dari

tempatnya, maka Pulau Palu’e akan tenggelam. Saat ini bentuk batu

jangkar sudah tidak tampak secara kasat mata, mungkin karena sudah

tertutupi oleh semak belukar yang tumbuh di sana.

Tutu Reru

Kegiatan adat ini merupakan suatu upacara taruh lilin yang

biasa dilakukan oleh putra Desa nitunglea ketika ingin keluar dari

Pulau Palu’e dalam waktu yang lama baik itu karena melanjutkan

sekolah lebih tinggi, ataupun merantau. Acara tutu reru ini dilakukan

dengan meletakkan banyak lilin ke makam anggota keluarga yang

telah meninggal ataupun ke batu neurate leluhur mereka. Kegiatan

adat ini dilanjutkan dengan berdoa dan melakukan sembahyang.

Biasanya setelah acara tutu reru, keluarga akan menyelenggarakan

pesta perpisahan kecil yang mengundang keluarga dan satu dusun.

Page 54: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 54

Acara tutu reru ini dilaksanakan pada malam hari selepas matahari

tenggelam.

Kendala yang Dihadapi

Adapun kendala yang sering kelompok hadapi dalam

melaksanakan kegiatan rumah kreatif antara lain, yaitu: adanya

sosialisasi yang berjalan kurang lancar sehingga yang datang ke

rumah kreatif lebih banyak anak-anak sementara orang dewasa masih

sedikit. Hal ini salah satu penyebab diantaranya yaitu kepemimpinan

formal dari aparat beberapa desa kurang kuat. Juga kondisi dari

peserta Rumah Kreatif itu sendiri dimana semangat yang dimiliki

naik-turun namun hal ini juga yang menjadi tantangan menarik bagi

kelompok untuk berfikir kreatif dengan memunculkan ide-ide baru

yang diharapkan juga akan dilakukan oleh kader-kader selanjutnya.

Harapan Warga

Untuk kegiatan Rumah Kreatif ini warga berharap untuk terus

bisa berjalan. Apalagi jika mengingat bahwa kondisi fasilitas

pendidikan di Pulau Palu’e masih kurang memadai. Warga justru

menginginkan tempat-tempat yang difungsikan sebagai rumah bacaan

selain Rumak Kreatif seperti perpustakaan agar segera dibangun oleh

Pemda setempat. Begitu pula dengan keinginan dari Desa Ladolaka

agar mempunyai SDK sendiri. Keinginan warga terhadap Rumah

Kreatif antara lain agar ditambahnya buku-buku yang dikirimkan dari

Jakarta.

Adapun selain program Rumah Kreatif juga program rutin atau

pun program kelompok lainnya, warga Palu’e amat berharap dari

pemerintah agar mau membantu mereka untuk menyediakan

program air bersih yang amat mereka butuhkan. Hal ini mengingat

bahwa tanah di Palu’e bukan merupakan tanah resapan air juga

kenyataan bahwa penduduk Palu’e menggantungkan kebutuhan

mereka dari air hujan yang tidak selalu datang tepat waktu. Belum lagi

dengan peristiwa gempa Gunung Rokatenda yang baru saja terjadi

sehingga menyebabkan keretakan dan kebocoran pada banyak perigi

atau penampung air hujan di rumah-rumah penduduk.

Page 55: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 55

3.2 Kesehatan Untuk Semua: Palue Pulau Sehat

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada seminggu setiap

sebelum pelaksanaan penyuluhan kesehatan berlangsung, didapatkan

beberapa hal yang menjadi fokus sehingga perlunya dilakukan

penyuluhan kesehatan untuk masyarakat Palue.

Pada permasalahan Gizi dan Asi dilaksanakannya penyuluhan

karena dalam melihat kondisi kehidupan masyarakat berkenaan dengan

keadaan kesejahteraan berdasarkan tingkat ekonomi, banyak diantaranya

yang hidup dalam ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentunya

mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup yang berkenaan dengan

pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti pangan dan pakaian yang

digunakan.

Berkaitan dengan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat Palue

biasanya dapat dilihat berdasarkan sumber daya alam yang ada di sekitar

tempat mereka tinggal dan hidup.Kondisi gizi yang ada dalam pangan

keseharian masyarakatnya tentu berkaitan dengan permasalahan

gizi.Sehingga dengan demikian penyuluhan gizi pun perlu dilaksanakan.

Antusias warga Desa Tuanggeo sebagai tempat yang dijadikan

dalam pertemuan penyuluhan ASI Ekslusif dan Gizi menjadi wadah

masyarakat dengan kelompok dalam berbagi pengetahuan dan

pengalaman secara akademis juga secara sosio-kultural masyarakat

Palue.Dalam hal ini banyak diantara ibu-ibu muda yang hadir masih

awam mengetahui tentang ASI Eksklusif.Penyuluhan ASI Ekslusif menjadi

bahasan yang difokuskan pada hari itu dengan diakhiri pada pemberian

biskuit MP-ASI.Disamping pengetahuan para ibu yang hadir mengenai

Cege atau jangung yang digoreng sebagai satu asupan bagi pangan ibu

yang sedang menyusui.

Page 56: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 56

1.16 Penyuluhan KB dan HIV/AIDS di Paroki Lei (doc. Palu’e Pulau Sehat)

Selain membahas mengenai ASI eksklusif dan gizi, pengetahuan

masyarakat tentang

KB alami masih

sangat minim sekali.

Pemberian

penyuluhan

mengenai KB alami

bukan dengan KB

konvensional dirasa

karena adanya

himbauan dari pihak

kepercayaan

masyarakat Katolik

yang melarang

penggunaan KB

konvensional seperti

KB dengan

menggunakan alat kontrasepsi.Namun, pelaksanaan penyuluhan ini

dilakukan sama-sama dalam rangka mendukung program pemerintah

untuk mengurangi angka ledakan pertumbuhan penduduk.Selain itu, ada

permasalahan yang perlu diangkat mengenai garis keturunan laki-laki

dalam sistem kekerabatan masyarakat Palue. Hal ini memberikan

pengetahuan masyarakat lokal terhadap kelompok bahwa dibutuhkannya

keturunan berupa anak laki-laki sebagai pewaris dalam kehidupan

keluarga dan kekerabatan.Apabila dalam suatu pasangan yang sudah

memiliki anak sebanyak 2 orang namun belum dikaruniai anak laki-laki

maka mereka terus berusaha untuk memiliki keturuanan berupa anak

laki-laki.

Penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan di Desa Tuanggeo ini juga

diadakan dalam rangka memperluas pengetahuan masyarakat mengenai

gaya hidup sehat. Dari beberapa hasil penelitian yang diadakan oleh

Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional), peningkatan

mutu kesehatan yang signifikan akan berpengaruh kepada kesejahteraan

ekonomi. Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik

dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.17Peningkatan kesejahteraan

ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah

penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok

masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup,

17Arum Atmawikarta, “Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi”. Diakses dari

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8547/, pada 26 September 2011, Pukul 01:16 WIB.

Page 57: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 57

1.16 Seorang warga asyik memperhatikan penyuluhan kesehatan yang diberikan (doc.

Palu’e Pulau Sehat)

seperti halnya dengan tingkat pendapatan tahunan.Di negara-negara yang

tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup

lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk

untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan

hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan

pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung.18

3.3. Kampung Berseri

Secara keseluruhan pengetahuan bagaimana suatu desa

dikatakan bersih dan asri telah dipahami oleh masyarakat desa Tuanggeo.

Mereka telah menerapkan pemisahan kandang ternak dengan tempat

tinggal manusia, pembuangan tempat sampah akhir di beberapa tempat

telah diterapkan pula, walupun kebanyakan masyarakat di desa ini

mengumpulkan sampah-sampah mereka di pekarangan mereka dan

membakar sampah tersebut. Kondisi yang sebagian berdebu dikarenakan

karena kondisi di desa ini merupakan lingkungan yang sulit air sehingga

penggunaan air benar-benar diminimalisasi sekali dalam penggunaan.

Dalam pelaksaaan kegiatan

kerja bakti secara umum

dapat dikatakan bahwa

kegiatan ini belum

dikerjakan secara rutin oleh

warga desa. Mengenai

pemilahan sampah telah

dilakukan sosialisasi kepada

masyarakat sehingga dengan

ini dapat mengurangi

kerusakan yang diakibatkan

oleh sampah-sampah

anorganik yang dapat

merusak alam sekitar. Secara

umum sampah yang ada di di desa Tuanggeo adalah Sampah Organik,

yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran,

daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut

menjadi kompos; Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah

membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik

mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah

18Ibid., hal.2.

Page 58: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 58

ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk

dijadikan produk lainnya. Pengolahan sampah yang dilakukan di desa

Tuanggeo terutama dengan mengumpulkan sampah pada suatu tempat

dan membakarnya, namun sosialisasi tentang bahayanya pengolahan

sampah dengan membakar sampah sembarang karena sampah bisa

terdiri dari berbagai bahan yang belum tentu aman. Bahan seperti kaleng

aerosol dapat meledak bila kena panas, sedangkan bahan dari plastik dan

karet dapat menghasilkan gas yang menimbulkan kanker bila dibakar.

Telah disosialisasikan pula bila pembakaran tidak bisa dihindari,

dipastikan bahwa hanya sampah organik yang dibakar, tidak terlalu

banyak sampah basah, dan dilakukan jauh dari kerumunan orang banyak

atau benda lain yang dapat memperburuk pembakaran. Beberapa sampah

anorganik yang dapat didaur ulang adalah plastik wadah pembungkus

makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik

kertas koran, HVS, maupun karton. Sosialisasi pemanfaatan sampah

terutama sampah yang tidak dapat diproses oleh alam telah dilakukan

antara lain menggunakan kembali plastik dan kaleng yang telah dipakai

sebagai produk kerajinan tangan, dimana biasa jadi jika ditekuni dapat

menjadi potensi ekonomi yang dapat memajukan kehidupan ekonomi.

Selain itu pula sosialisasi pemanfaatan sampah hijau dan kotoran ternak

sebagai pupuk kompos telah dilakukan pula dan antusiasme masyarakat

tinggi untuk hal ini. Agar sampah-sampah tidak berserakan kemana-mana

idealnya setiap rumah memiliki tempat sampah. Dengan meminimalisasi

serakan sampah dapat meminimalisasi dampak negatif dari sampah

terutama dalam dampaknya dalam menyebarkan bahan penyakit. Tentang

hal ini pula telah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat di desa

Tuanggeo, namun realisasi belum sempat untuk bersama-sama dengan

peserta K2N membuat tempat sampah masal. Kita berharap sepulang kita

di desa tersebut masyarakat dapat merealisasi pembuatan tempat sampah

tersebut. Diselala kegiatan kampung berseri kita pula memasukkan

pendidikan hidup sehat dan bersih kepada masyarakat dan anak-anak

sekolah di desa Tuanggeo. Hal yang telah dilakukan misalnya praktek

mencuci tangan yang baik, menggosok gigi, informasi penyakit-penyakit

diakibatkan lingkungan yang kotor dan bagaimana cara

menanggulangginya. Untuk membudayakan kegiatan kerja bakti peranan

pemerintah desa sangat penting selain peranan dari tokoh agama dan

adat juga sama pentingnya dilihat dari segi posisi. Selain itu pula bilamana

kerja bakti padat dilakukan secara rutin oleh warga masyarakat secara

tidak langsung dapat menumbuh kembangkan rasa cinta terhadap

lingkungan dan meningkatkan rasa kesatuan dan rasa saling memiliki

antar warga masyarakat. Penganugrahan kepada kampung yang terasri

Page 59: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 59

tidak dilakukan karena peserta K2N Palue berada di beberapa desa dan

mengurangi gap antar desa maupun dusun yang selama ini secara tidak

langsung sedikit terasa. Kegiatan selain dilakukan di desa Tuanggeo,

dilakukan pula aksi bersih pantai oleh warga desa yang berada disekitar

pinggiran pantai Uwa. Respon masyarakat akan kegiatan ini sangat baik,

ini terlihat dari jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan terbilang

banyak. Diharapkan kembali pembersihan pantai dapat dilakukan secara

rutin sehingga pantai dapat berada dalam keadaan bersih. Biasanya

selama ini menurut informasi dari warga setempat, aksi pembersihan

pantai dilakukan bersamaan dengan kegiatan adat. Dilakukan pula

pembangunan tugu Palue di depan pelabuhan Uwa, dimana sebagai

pertimbangan bersama diketahui tempat ini merupakan gerbang masuk

utama Pulau Palue.

3.2.4 Penyuluhan Hukum

Berdasarkan hasil Pengkajian selama satu minggu, ditemukan beberapa

permasalahan hukum di Pulau Palu’e, yaitu meliputi hukum pertanahan,

kekerasan dalam rumah tangga, perlindungan anak, serta masalah

administrasi terkait Kartu Tanda Penduduk dan Paspor.

Menurut Lawrence W. Friedman, sistem hukum terdiri atas struktur

hukum (legal structure), substansi hukum (legal substance), dan budaya

hukum (legal culture). Ia menentukan pengertian struktur adalah,

“The structure of a system is its skeleton framework; it is the

permanent shape, the institutional body of the system, the tough

rigid nones that keep the process flowing within bounds..”,

(terjemahan bebasnya: “Struktur dari sebuah sistem adalah

kerangka tengkoraknya, yang merupakan bentuk permanen,

tubuh institusional dari sistem, jam rigid tangguh yang menjaga

proses mengalir di dalam batasannya”)

Kemudian substansi dirumuskan sebagai:

“The substance is composed of substantive rules and rules about

how institutions should behave,”

Page 60: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 60

1.18 Seorang wanita membawa beban yang sangat berat, yang biasa ditemui dalam keseharian wanita Palu’e (doc. Tim

Penyuluhan Hukum Tuanggeo)

(terjemahan bebasnya: “Substansi terdiri dari aturan-aturan

substantif dan aturan mengenai sebuah institusi harus berlaku”)

dan budaya hukum dirumuskan sebagai:

“The legal culture, system their beliefs, values, ideas and

expectation. Legal culture refers, then, to those ports of general

culture customs, opinions ways of doing and thinking that bend

social forces toward from the law and in particular ways.”.19

(terjemahan bebasnya: Struktur hukum mensistematikakan

kepercayaan, nilai-nilai, ide-ide, dan ekspektasi-ekspektasi

mereka. Budaya hukum menunjuk pada pelabuhan dari

kebiasaan-kebiasaan dari budaya umum, opini-opini dari cara-

cara berlaku dan berpikir yang mengikat kekuatan sosial terhadap

hukum dan dalam cara tertentu”)

Hukum sebagai

suatu sistem

sangat

diperlukan bagi

bangsa Indonesia

sebagai negara

yang sedang

berkembang. 20

Terhadap hal ini,

dasar fungsi

hukum sebagai

“sarana

pembaharuan

masyarakat” (law

as a tool social

engeneering) mengambil peran, di mana hukum dilihat sebagai sarana

untuk mengubah masyarakat. Mochtar Kusumaatmadja menegaskan

bahwa

19 Lawrence W. Friedman, American Law: An Invaluable Guide To The Many Faces of the

Law, And How It Affects Our Daily Lives, (New York: W.W. Norton & Company, 1984), hlm. 1-8. dan pada “Legal Culture and Social Development”,Stanford Law Review, (New York, 1987), hlm. 1002-1010 serta dalam Law in America: a Short History, (New York: Modern Library Chronicles Book, 2002), hlm. 4-7

20 Lili Rasjidi dan Ida Bagus Wiyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: CV.

Mandar Maju, 2003), hlm. 5 dst

Page 61: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 61

“Hukum merupakan suatu alat untuk memelihara

ketertiban dalam masyarakat. Mengingat fungsinya sifat

hukum, pada dasarnya adalah konservatif artinya,

hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang

telah tercapai. Fungsi demikian diperlukan dalam setiap

masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang

membangun, karena di sini pun ada hasil-hasil yang

harus dipelihara, dilindungi dan diamankan. Akan tetapi,

masyarakat yang sedang membangun, yang dalam difinisi

kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum

tidak cukup memiliki memiliki fungsi demikian saja. Ia

juga harus dapat membantu proses perubahan

masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum

yang menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban

dalam arti statis, dan menekankan sifat konservatif dari

hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkan

suatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan.”21

Dalam hubungan dengan fungsi hukum yang telah

dikemukakannya, Mochtar Kusumaatmadja memberikan definisi

hukum dalam pengertian yang lebih luas, tidak saja merupakan

keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan

manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-

lembaga (institution) dan proses-proses (processes) yang

mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan. 22

Dengan kata lain suatu pendekatan normatif semata-mata tentang

hukum tidak cukup apabila hendak melakukan pembinaan hukum

secara menyeluruh.

Dalam golongan masyarakat tertentu, hukum yang berlaku dalam

suatu masyarakat ada kalanya mengalami transisi, sehingga nilai-nilai

yang ada dalam masyarakat tersebut belum selaras dengan kaidah-

kaidah nasional yang diatur dalam perundang-undangan. Hal ini

terutama dijumpai ketika perundang-undangan nasional dibentuk

dengan cara modifikasi, yaitu dengan mengundangkan nilai-nilai

21Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan (Kumpulan

Karya Tulis) (Bandung: Alumni, 2002), hlm. 14

22Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional,

(Bandung: Binacipta, 1986) hlm. 11.

Page 62: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 62

untuk mengubah nilai-nilai lama yang ada di masyarakat, agar nilai-

nilai baru tersebut diikuti dan dipatuhi sebagai suatu standar yang

baru dalam sistem nilai masyarakat sebagaimana dikemukakan dalam

teori Hukum Pembangunan di atas di mana hukum berperan sarana

pembaruan masyarakat. Permasalahan-permasalahan yang ditemui

dalam K2N UI 2011 ini tidak lain adalah suatu bentuk penyesuaian

dari masyarakat yang berada dalam tahap transisi karena struktur,

substansi, dan budaya hukum yang belum selaras, dan diharapkan,

dengan diadakannya penyuluhan-penyuluhan baik secara formal

maupun informal, masyarakat dapat mengenal dan mematuhi hukum

positif yang berlaku di Republik Indonesia.

Pertanahan

Kerangka konsep:

a. Agraria urusan tanah dan segala apa yang ada di dalamnya dan

diatasnya, seperti telah diatur dalam Undang-undang Pokok

Agraria, LN 1960-104, hukum agraria (Agrarisch Recht Bld.) adalah

keseluruhan dan pada ketentuan-ketentuan hukum, baik hukum

perdata maupun hukum tata negara (staatsrecht) maupun pula

hukum tata usaha negara (administratif recht) yang mengatur

hubungan-hubungan antara orang termasuk badan hukum dengan

bumi, air, dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah negara dan

mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada

hubungan tersebut.23

b. Hukum adat adalah hukum non-statutair yang sebagian besar

adala hukum kebiasaan dan sebagian kecil hukum Islam. Hukum

adat mencakup hukum yang berdasarkan keputusan-keputusan

hakim yang bersi asas-asas hukum dalam lingkungan di mana ia

memutuskan perkara. Hukum adat berakar pada kebudayaan

tradisional, dan merupakan suatu hukum yang hidup karena ia

menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat. Sesuai

dengan fitrahnya sendiri, hukum adat terus-menerus dalam

keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri.24

23 Subekti dan Tjitrosoedibjo, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1969(

24 Raden Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, cet. 17, (Jakarta: Pradnya Paramita,

2007), hlm. 3.

Page 63: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 63

c. Hak ulayat adalah kewenangan yang menurut hukum adat

dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah

tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk

mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah dalam

wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya,

yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun

temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat

tersebut dengan wilayah yang bersangkutan.25

d. Hukum antar tata hukum internal adalah Keseluruhan peraturan

dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah

yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-

hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga negara dalam

satu negara memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-

stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan

kuasa waktu, tempat pribadi, dan soal-soal.26

e. Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur

bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil

dengan perantaraan hakim; lebih konkrit lagi mengatur tentang

bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta

memutusnya dan pelaksanaan dari pada putusannya.27

1. Penyuluhan Hukum Informal

Dalam penyuluhan hukum informal di Desa Tuanggeo, ditemukan

bahwa masyarakat menghadapi permasalahan sebagai berikut:

1. Dalam sengketa tanah yang sampai ke pengadilan, seringkali

masyarakat menghadapi permasalahan mengenai kekuatan

pembuktian dalam pengadilan; karena tanah di Palu’e kebanyakan

belum bersertifikat.

25 Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 231.

26 Soedargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1977), hlm. 21.

27 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1977),

hlm. 2.

Page 64: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 64

Jawab: Sertifikat merupakan alat bukti yang kuat, dan Indonesia

menganut sistem positif sehingga apa yang tercantum dalam

sertifikat dianggap benar. Dalam sengketa perdata, hakim mencari

kebenaran formil, yaitu berdasarkan yang didalilkan para pihak

dengan memperhatikan kekuatan pembuktian.

2. Perjanjian-perjanjian adat yang dibuat secara lisan di masa lalu,

dan pada masa kini dijadikan alasan untuk menghaki tanah yang

bukan haknya. Bahkan di tanah Palu’e pernah terjadi perang

saudara yang dikarenakan batas administratif tanah yang

bersinggungan dengan batas adat (wilayah Lakimosa). Hal ini

diawali dengan banyaknya tanah yang diberikan kepada menantu

atau saudara untuk digarap selama bertahun-tahun, hingga

penguasaan secara fisik ada pada orang yang diberikan hak

tersebut. Kemudian seringkali terjadi masalah mengenai

kepemilikan secara yuridis, karena terkadang terjadi sengketa

kepemilikan antara pemegang hak secara fisik dengan ahli waris

dari pemegang hak terdahulu.

Jawab: Dilihat kembali fakta materiil dari perjanjian tersebut

dengan mencari saksi-saksi yang dapat memberikan gambaran

bagaimana kejadian yang sebenar-benarnya. Yang menjadi

patokan adalah jenis perjanjian dan intensi dari perjanjian

tersebut. Jika memang perjanjiannya hibah, maka hak milik telah

beralih kepada pemegang hak yang baru; namun apabila hak yg

diberikan sekedar hak untuk mengolah, maka kepemilikan tetap

pada pemegang hak terdahulu sehingga ahli waris gue berhak

ketika pemegang hak terdahulu telah meninggal.

3. Hak wanita atas tanah, di mana hukum adat Palu’e yang patrilineal

berdampak pada ketiadaan hak waris bagi wanita karena

dianggap telah keluar dari keluarganya dan masuk ke keluarga

suaminya ketika ia menikah.

Jawab: Dalam hukum nasional (UUPA) sebenarnya wanita berhak

memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam kepemilikan

tanah. Namun, bila dikaitkan dengan hukum adat yang masih

berlaku dalam hubungan hukum privat, maka dikembalikan

kembali pada Lakimosa untuk menentukan kebijakan secara

kasuistis.

Page 65: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 65

4. Bantuan bagi masyarakat miskin dalam hal biaya pendaftaran

tanah.

Jawab: UUPA Pasal 19 ayat (4) menyatakan bahwa pendaftaran

tanah dapat diberikan secara cuma-cuma bagi masyarakat yang

tidak mampu.

2. Penyuluhan Hukum Formal

Permasalahan yang dicoba dijawab pada penyuluhan hukum formal

adalah:

1. Bagaimanakah sistem hukum pertanahan Indonesia dalam

kaitannya dengan hukum adat?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia?

3. Bagaimanakah hak-hak atas tanah yang diakui dalam hukum

positif Indonesia?

(materi presentasi terlampir)

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut disiapkan bahan

presentasi yang disajikan oleh Pembicara sebagai berikut:

I. Dasar-dasar Pertanahan

a. Pengertian dan Fungsi Tanah

b. Hubungan Hukum Tanah Nasional dan Hukum Adat

c. Hak Penguasaan Atas Tanah dan Sistematikanya

i. Hak Bangsa Indonesia

ii. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat

d. Pengakuan Atas Hak Ulayat

II. Hak-hak Atas Tanah

a. Hak Atas Tanah Primer

b. Hak Atas Tanah Sekunder

c. Hak Milik

d. Hak Guna Usaha

e. Hak Pakai

f. Sistem Perolehan Tanah

III. Pendaftaran Tanah (Sertifikasi)

a. Pentingnya sertifikasi

Page 66: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 66

b. Dasar Hukum

c. Syarat Permohonan Pendaftaran Tanah

i. Subjek

ii. Objek

iii. Asal Tanah (Alas Hak)

d. Teknis Pendaftaran Tanah

e. Segi Fisik dan Yuridis Tanah

f. Perlibatan Aparat Desa dalam Sertifikasi

Bahan yang disajikan saat penyuluhan hukum formal adalah bahan

yang mengkompilasikan isu-isu yang muncul saat penyuluhan hukum

informal. Dalam pengumpulan data, dilakukan studi literatur,

wawancara dengan wakil kepala BPN Bpk Caesar, serta hasil dialog

dengan warga dalam penyuluhan informal. Pertanyaan-pertanyaan

yang muncul pada saat penyuluhan formal tidak jauh berbeda dengan

pertanyaan pada saat penyuluhan informal. Dalam menjawab

pertanyaan, Bapak Wakil Bupati turut serta menambahkan jawaban

penyuluh dan memberikan perspektif lain sebagai pemerintah.

Pertanyaan yang muncul:

1. Bpk. Bonafasius (Tuanggeo): Kedudukan hukum tanah tidak

bersertifikat yang sudah dihuni sejak dahulu dan dijadikan

perkampungan, apakah merupakan hak perseorangan atau tanah

perkampungan berdasarkan UUPA?

Jawab: Hak perseorangan; di UUPA tidak mengenal tanah

perkampungan. Salah satu ketentuan konversi memberikan hak

individual bagi tanah yang berasal dari tanah adat.

2. Petrus Cawa (Reruwairere): Hak menguasai dari negara, di mana

pada daerah pantai, tanah menjorok kelaut dan menjadi kebiasaan

bahwa pemilik yang berbatasan dengan bibir pantai mengklaim

milik mereka. Banyak bangunan pemerintah yang akan dibangun

akhirnya terhambat karena klaim ini. Jadi, berapa jarak dari bibir

pantai untuk hak milik perseorangan?

Jawab: Sebagai suatu negara yang berdaulat dan tunduk pada

hukum, maka kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan

oleh pemerintah. Salah satu bentuknya adalah dengan Peraturan

Perundang-undangan, dan terkait dengan hal ini Pemerintah telah

mengaturnya dalam Perpres No. 30 Tahun 1996 tentang

Page 67: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 67

Konservasi SDA Hayati. Daerah-daerah tertentu seperti bibir

pantai dibatasi hak kepemilikan individualnya untuk dapat masuk

dalam daerah tempadan (Perlindungan Setempat). Pemanfaatan

di daerah kali mengenal daerah perlindungan (misalnya 10 meter

atau 5 meter) di mana masyarakat dapat memanfaatkan sampai

bagian terpinggir dari kali tersebut, tapi pengakuan hak atas

tanah untuk individu hanya sampai 10 meter dari bibir kali.

Dalam Perpres Konservasi SDA Hayati, batas kali kecil adalah 10

meter dari bibir kali untuk dijadikan jalan inspeksi. Sementara

sungai dapat mencapai 50 meter dari bibir sungai dan pantai

dapat mencapai 100 meter dari titik air surut (terendah) dengan

disesuaikan dengan bentuk pantainya. Hal-hal teknis dan detail

bagi tiap daerahnya ditentukan di Rencana Detail Tata Ruang yang

dikeluarkan dalam Peraturan Daerah. Hal yang diatur dalam

Keppres Konservasi SDA Hayati ini merupakan atuan umum yang

harus dituangkan secara lebih rinci dalam Peraturan Daerah.

Dalam tataran pelaksanaannya, dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

3. Kepala Desa Ladolaka:

a. Dahulu ada hutan lindung di Palu’e, namun seiring perkembangan

jaman menjadi pemukiman penduduk. Bagaimana kedudukan

hutan lindung ini? Ketika tanah menjadi milik perseorangan,

tentu ada konflik. Bagaimana peran negara?

Jawab: (oleh Bapak Wakil Bupati Sikka) Palu’e termasuk ke dalam

wilayah administratif Kabupaten Sikka, yang sampai dengan hari

ini berdasarkan hukum positif masih belum memiliki hutan

lindung. Yang ada di Palu’e hanyalah hutan lindung adat yang

keberadaannya berdasarkan hukum adat. Hutan lindung yang

dilindungi secara nasional adalah hutan lindung yang ditetapkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan, di mana hutan

lindung tidak boleh dijadikan pemukiman penduduk. Namun,

hutan lindung adat tidak termasuk dalam wilayah publik di mana

negara dapat memaksakan sanksi, karena hutan lindung tersebut

bukanlah hutan lindung yang berdasarkan hukum positif. Hutan

lindung adat sebenarnya dapat dikatakan sah dari perspektif

hukum nasional untuk dijadikan pemukiman. Namun, secara adat

hal tersebut dapat menimbulkan konsekuensi tertentu; yang

berada dalam wilayah kekuasaan hukum Lakimosa.

Page 68: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 68

b.Mengenai komitmen moral dari hukum agraria terkait pajak yang

selama ini dipungut tanpa sertifikat.

Jawab: Dalam penyuluhan hukum tersebut, pertama-tama

dijawab oleh Pembicara bahwa bukti pembayaran pajak

merupakan salah satu dokumen yang dapat dijadikan bukti alas

hak dalam sertifikasi. Sebelum melihat lebih jauh kepada

peraturan perundang-undangan, sebenarnya dapat dilihat bahwa

secara tautan logika hal ini dapat dibenarkan karena dengan

begitu pemungutan pajak bagi tanah yang belum bersertifikat

diakui. Masalah perpajakan merupakan hal yang berbeda namun

terkait erat dengan permasalahan agraria, di mana masalah

perpajakan tidak diatur dalam UU Agraria melainkan dalam UU

Tata Cara dan Ketentuan Umum Perpajakan. Pajak yang

dikenakan atas tanah adalah Pajak Bumi dan Bangunan, dengan

dasar hukum pemungutan :

♦ Undang-Undang No 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan.

♦ Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1985 tentang

Persentase Nilai Jual Kena Pajak Pada Pajak Bumi dan Bangunan.

♦ Keputusan Menteri Keuangan No. 1002/KMK.04/ 1985 tentang

Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak PBB.

♦ Keputusan Menteri Keuangan No. 1003/KMK.04/ 1985 tentang

Penuntun Klasifikasi dan besarnya Nilai Jual objek Pajak sebagai

dasar Pengenaan PBB.

♦ Keputusan Menteri Keuangan No. 1006/KMK.04/ 1985 tentang

Tata Cara Penagihan PBB dan Penunjukkan Pejabat yang

Berwenang Mengeluarkan Surat Paksa.

♦ Keputusan Menteri Keuangan No. 1007/KMK.04/ 1985 tentang

Pelimpahan Wewenang Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan/atau

Bupai/Walikota madya Kepala Daerah Tingkat II.

♦ Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 816 Ta-hun 1989 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pemungut- an Pajak Bumi dan Bangunan di

Wilayah DKI Jakarta.

Page 69: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 69

♦ Peraturan Pelaksanaan Lainnya.

♦ Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994.

Objek PBB adalah Bumi dan/atau Bangunan; di mana Bumi adalah

Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada

dibawahnya (Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan,

tambang, dll), serta Bangunan adalah konstruksi teknik yang

ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau

perairan di wilayah Republik Indonesia. Sementara itu, Subjek PBB

adalah Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara

nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau; memperoleh

manfaat atas bumi, dan/atau; memiliki, menguasai atas bangunan,

dan/atau; memperoleh manfaat atas bangunan.

Wajib Pajak adalah Subjek Pajak (orang pribadi/badan hukum) yang

dikenakan kewajiban membayar pajak. Pada umumnya setiap

orang/badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi atau

memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai dan

atau memperoleh manfaat atas bangunan yang bersangkutan bisa

dikenakan pajak bumi dan bangunan. Apabila suatu bidang tanah dan

bangunan tidak diketahui secara jelas siapa yang menanggung

pajaknya, maka yang menetapkan adalah Direktorat Jendral Pajak.

Penetapan ini ditentukan berdasarkan bukti-bukti apakah ada

perjanjian antara pemilik dan penyewa yang mengatur, siapa yang

menanggung kewajiban pajaknya dan siapa yang secara nyata

mendapat manfaat atas bidang tanah dan bangunan tersebut. Tetapi

bila ternyata orang atau badan yang ditetapkan sebagai pihak yang

harus membayar pajak itu menolak, maka yang bersangkutan dapat

memberikan keterangan tertulis kepada Direktur Jendral Pajak.

Dalam hal ini DirJen Pajak dapat menyetujui atau mungkin

menolaknya dengan alasan-alasan tertentu. Jawaban dapat diperoleh

dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya keterangan

tersebut.

Pajak Bumi dan Bangunan dapat dikenakan kepada Wajib Pajak

sekalipun tanahnya tidak memiliki Sertifikat. Dasar penarikan PBB

haruslah dengan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah

Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

(KP PBB) mengenai pajak terutang.yang harus dibayar dalam 1 (satu)

tahun pajak.

Page 70: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 70

b. Penanya memohon untuk menitipkan pesan ke instansi yang

berwenang terkait dengan pendaftaran tanah, di mana dinyatakan

oleh Beliau bahwa usaha pendaftaran secara bersama-sama telah

sering dicoba dilakukan namun selalu menemui hambatan hingga

pada akhirnya berakhir dengan stagnasi. Selain itu, Penanya juga

menanyakan apakah ada hubungan dengan biaya, administrasi, atau

hal lainnya.

Jawab: Tim Penyuluhan Hukum menyatakan akan menyampaikan hal

ini dalam Presentasi di Kabupaten Sikka, dan telah

menyampaikannya. Terkait dengan biaya dan administrasi,

seharusnya tidak menjadi penghambat dalam dilaksanakannya

pendaftaran tanah.

4. Dokumentasi Hukum Adat

Pencatatan terhadap hukum adat yang berlaku di Pulau Palu’e

menghasilkan bahasan singkat namun cukup untuk memberikan

gambaran umum mengenai topik yang terdokumentasikan, yang

secara garis besar mencakup beberapa acara adat yang merupakan

hukum adat publik, serta beberapa peraturan tentang orang dan

kekeluargaan yang termasuk dalam hukum adat perdata.

Hukum Adat Publik

1. Laki Mosa

Pemimpin adat di Palu’e disebut sebagai Laki Mosa, yang secara

harafiah berarti lelaki besar/gemuk. Di Palu'e terdapat 17 orang

Lakimosa, yang dibagi menjadi Lakimosa yang memuat kerbau

pada upacara Pua Karapau (yang terdapat di empat desa di

wilayah pegunungan) dan Lakimosa yang memuat tikus pada

upacara Tung Te’u. Lakimosa yang memuat kerbau terdiri dari 9

(sembilan) orang Lakimosa, namun sekarang tinggal 7 (tujuh)

orang yang terdiri dari Lakimosa Ndeo, Keli, Tomu, Cawalo, Koa,

Nitung, dan Cua. Sementara Lakimosa yang memuat tikus terdiri

dari 8 (delapan) lakimosa yang terdapat di empat desa di wilayah

pesisir.

Di desa Tuanggeo, terdapat tiga orang Lakimosa yaitu Bapak Mboy

Zakarias dan Yohanis Nara. Lakimosa di Palu’e sekaligus

merupakan tuan tanah dan juga merupakan mereka yang memiliki

Page 71: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 71

hak untuk memelihara dan/atau memotong kerbau pada upacara

Pua Karapau. Lakimosa sebagai posisi adat tertinggi memiliki

kapling tertinggi atas tanah, dan juga memiliki kekuasaan atas

tanah adat yang dimiliki secara komunal untuk kepentingan

bersama (misalnya untuk upacara adat Pua Karapau).

Penentuan mengenai Lakimosa ditentukan dengan garis

keturunan seperti halnya raja-raja. Yang berhak (dan

berkewajiban) untuk menjadi Lakimosa adalah anak laki-laki

pertama dari Lakimosa sebelumnya. Biasanya, Lakimosa benar-

benar dipersiapkan semenjak lahir agar ia tetap tinggal di tanah

Palu’e; bahkan seharusnya ia tidak boleh bersekolah karena ia

harus mengetahui semua detail mengenai adat. Apabila anak laki-

laki pertama tersebut meninggal atau berhalangan, maka anak

laki-laki selanjutnyalah yang akan diangkat sebagai Lakimosa.

Dalam keluarga Lakimosa yang merupakan pihak pemelihara

kerbau, salah seorang keluarga perempuannya memiliki tanggung

jawab sebagai Puka Karapau, yaitu mempelai dari kerbau yang

akan disembelih pada Pua Karapau. Puka Karapau ini tidak

diperbolehkan untuk menikah seumur hidupnya, karena ia sudah

dinikahkan dengan kerbau pada saat upacara Pua Karapau.

Namun, berdasarkan kebijakan Lakimosa, apabila Puka Karapau

menemukan jodoh yang ingin melamarnya, ia dapat menikah

meskipun belis yang harus dibayarkan harganya sangat tinggi.

Tanggung jawab sebagai Puka Karapau merupakan tanggung

jawab seumur hidup dari wanita yang terpilih ini, dan berlaku

untuk lebih dari satu kali pemotongan kerbau. Sehingga, jika

kerbau dimuat untuk kedua, ketiga, keempat kali, dan seterusnya

ketika Puka Karapau yang bersangkutan masih hidup, maka ia

akan terus bertanggung jawab atas perannya sebagai mempelai

kerbau untuk kedua, ketiga, keempat, dan kesekian kali hingga ia

meninggal dan ditentukan Puka yang baru.

2. Upacara Pua Karapau

Upacara Pua Karapau adalah upacara pemotongan kerbau yang

dimuat dari daratan Flores yang dilaksanakan setiap 5 (lima)

tahun sekali. Upacara ini terdiri dari dua rangkaian yang terdiri

dari upacara memuat kerbau dan upacara memotong kerbau.

Jangka waktu semenjak kerbau didatangkan dari daratan Flores

hingga ia dipotong haruslah 5 tahun pemeliharaan, meskipun

Page 72: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 72

dapat ditunda berdasarkan kebijakan Lakimosa apabila terdapat

hal-hal tertentu atau jika keadaan belum siap untuk melaksanakan

upacara ini.

Upacara ini merupakan pesta rakyat, di mana maka setiap rumah

wajib memotong babi untuk memberi makan setiap orang yang

datang ke seluruh Palu'e. Ketika memuat kerbau, orang menari

tanpa berhenti sedikitpun semenjak kerbau dimuat di Maumere

sampai dengan sampai di Palu'e. Perjalanan kerbau dari daratan ke

Palu'e digambarkan begitu ramai dengan riuh rendah sorak sorai

dan musik tradisional yang dimainkan oleh masyarakat yang

mengiringi pemuatan kerbau. Kerbau yang dimuat biasanya

berjenis kelamin jantan. Sampai di Palu’e, tepatnya di Desa

Tuanggeo (atau di tiga desa lainnya yang juga melakukan upacara

Pua Karapau), akan diadakan upacara penyambutan kerbau

tersebut sekaligus pemberian nama bagi kerbau. Upacara tersebut

berjalan selama lima hari lima malam tanpa henti, dengan riuh

rendah permainan musik tradisional, tari-tarian, serta pesta dan

hidangan tanpa henti. Nama kerbau tersebut diberikan sesuai

dengan nama pemilik dari mana kerbau tersebut dibeli. Untuk

kerbau Tuanggeo, namanya adalah Sius, yang dipelihara di Tomu.

Dalam upacara Pua Karapau, ada pula yang disebut Puka, yaitu

wanita dari lingkaran keluarga lakimosa, yang dianggap sudah

menjadi isteri dari si kerbau ini sehingga ia tidak boleh menikah.

Ketika mau memuat kerbau dari Flores, Puka harus masuk dalam

rumah adat dan tidak boleh bergerak. Jika Puka gelisah, bergerak-

gerak atau keluar dari rumah adat, maka perjalanan pemuatan

kerbau dari Flores ke Palu’e di atas laut tidak akan mulus.

Mengenai Puka Karapau sebagian besar telah dijelaskan di atas,

yaitu pada penjelasan mengenai Lakimosa.

Dalam kaitannya dengan upacara Pua Karapau, pihak Lakimosa

dibagi dua berdasarkan tanggung jawabnya, yaitu ada yang

bertanggung jawab untuk memotong kerbau dan ada pula yang

bertanggung jawab untuk memelihara kerbau. Puka karapau

adalah dari pihak yang memelihara kerbau. Antara pihak yang

melakukan pemotongan dengan pihak puka karapau tidak

diperbolehkan untuk saling menegur dan tidak boleh saling

bersentuhan tubuh, karena dianggap jika hal tersebut dilakukan

maka kerbaunya akan sulit sekali mati, atau pemotongan akan

Page 73: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 73

gagal. Semua hubungan antara kedua belah pihak ini dilakukan

dengan isyarat.

Waktu pelaksanaan Pua Karapau biasanya sekitar pukul 4 sore.

Pada saat Pua Karapau, dalam satu hari rumah adat tempat kerbau

tersebut diletakkan harus dihancurkan dan dibangun kembali saat

itu juga. Biasanya, pembangunan rumah adat ini memakan waktu

maksimal 2 (dua) hari. Sebelum upacara sendiri, kira-kira satu

minggu sebelum upacara Karapau, rumah adat tempat pemuatan

kerbau tersebut haruslah sudah berdiri.

Pada saat pemotongan kerbau, maka dilakukan upacara yang

dipenuhi dengan ritual adat yang diturunkan secara turun-

temurun oleh para Lakimosa terdahulu. Ritual adat ini diiringi pula

dengan tari-tarian dan juga musik tradisional, serta terdapat

kalimat-kalimat dalam bahasa Palu’e yang harus diucapkan pula

oleh Lakimosa.

Setelah pemotongan kerbau, ada tenggat waktu semenjak

dipotongnya kerbau menuju pemuatan kerbau yang baru. Jika

terdapat bencana atau hal-hal buruk sehingga Lakimosa

memutuskan diadakannya Pua Karapau, maka akan dimuat kerbau

yang baru. Ukuran standar pemuatan kerbau yang baru setelah

upacara pemotongan adalah 5 tahun, sehingga pemuatan dan

pemotongan seharusnya berulang setiap 10 tahun. Namun

terkadang, terutama di masa sekarang, waktu memuat kerbau

lebih cepat.

Terdapat alasan khusus mengapa kerbau digunakan masyarakat

Palu’e untuk memberi makan para leluhur, yang terkait dengan

asal usul orang Palu’e. Lakimosa di sini menaungi suku Kemalaja,

yang asal katanya dari Himalaya, di mana suku ini dipercayai

berasal dari India. Orang India menganggap gajah adalah binatang

suci, dan seharusnya gajah inilah yang dikorbankan untuk leluhur.

Namun dikarenakan di Flores tidak ada gajah, maka dicari

binatang yang memiliki kesamaan dan dapat mengimbangi gajah,

yang pada akhirnya diambillah kerbau karena tanduknya dianggap

gading gajah.

Upacara memuat kerbau sendiri merupakan upacara yang mahal,

dengan kalkulasi kotor sekitar Rp 20-30juta hanya untuk

pemuatan kerbau. Terdapat beberapa pije (pantangan) terkait

Page 74: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 74

dengan Pua Karapau ini, di antaranya Uwimuri dan Kimalaja.

Uwimuri adalah acara ‘makan ubi baru’, dan jika dilaksanakan

pada saat kerbau sedang dipelihara, sebelum pelaksanaan

Uwimuri ini harus melewati suatu upacara terdahulu. Biasanya,

Uwimuri dilaksanakan setelah paskah. Sedangkan Kimalaja adalah

suatu pantangan bagi Lakimosa yang memuat kerbau untuk tidak

memakan sejenis siput laut.

3. Poo Dubu

Poo Dubu adalah upacara memberi makan arwah yang dilakukan

apabila dianggap terjadi malapetaka atau adanya permohonan

akan datangnya hujan. Berbeda dengan Pua Karapau yang

mengharuskan adanya waktu pemeliharaan kerbau sebagai

kurban, Poo Dubu tidak mengharuskan adanya jangka waktu

pemeliharaan ataupun pemuatan, dan yang dikorbankan dalam

upacara ini adalah babi berukuran kecil. Upacara ini dilakukan

dengan memotong seekor anak babi. Cara pemotongannya pun

harus dilakukan dengan aturan khusus, yaitu hanya dilukai

kepalanya, kemudian diambil darahnya, lalu dibakar hidup-hidup

sampai mati. Posisi membakar babi tersebut haruslah dengan

memegang kaki babi di atas dan kepalanya dibawah. Secara

simbolis diberikan lima cuilan bagi leluhur, bersama dengan darah,

padi, dan beras sebagai semacam sesajen. Malamnya, daging babi

tersebut digunakan untuk memberi makan warga, lalu pije untuk

tidak bekerja selama dua hari, di mana masyarakat adat yang

melakukan upacara tersebut hanya diperbolehkan duduk dan

makan. Ketika satu orang melakukan upacara Poo Dubu, maka satu

wilayah Lakimosa diharuskan melakukan pije di atas. Yang

kedapatan melanggar pije akan dikenakan denda adat yang sangat

besar, berupa babi besar satu dengan uang dua juta. Pada masa

lalu, denda adat bagi pelanggar pije Poo Dubu adalah dengan emas,

yang mana sebenarnya hanya digunakan satu kali tiap lima tahun.

Upacara ini masih dilakukan sampai sekarang apabila dianggap

ada malapetaka atau ada permintaan akan hujan. Upacara ini

berkelanjutan, dalam artian ketika masyarakat membutuhkan

upacara ini, maka akan dilaksanakan baik secara perorangan

maupun komunal. Tidak dibutuhkan prakarsa lakimosa sebagai

inisiatif dilaksanakannya upacara ini, melainkan peroranganlah

dapat meminta kepada lakimosa untuk pelaksanaannya.

Page 75: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 75

4. Larangan Bom Ikan

Pada 2008, dibuat kesepakatan dari seluruh lakimosa di Palu'e

dengan memasang tugu di sebelah utara Ladolaka untuk tidak

menggunakan bom ikan pada saat kegiatan menangkap ikan. Jika

ditemukan penggunaan bom ikan tersebut, maka sanksinya adalah

dipanah beramai-ramai dengan panah adat. Orang dari seluruh

kampung akan turun ke laut untuk mengejar pengguna bom ikan

yang bersangkutan. Pada praktiknya, kesepakatan ini berjalan

dengan sangat efektif karena hingga saat ini baru 1 (satu) orang

yang ditemukan melanggar hal ini. Sanksi panah adat memang

tidak dilaksanakan, namun orang-orang dari seluruh kampung

benar-benar turun ke pantai untuk memukuli yang bersangkutan.

Selain itu dilaksanakan pengadilan adat dan Pelaku diwajibkan

membayar denda adat. Di satu sisi, kebijakan ini termasuk dalam

kategori ‘main hakim sendiri’, namun di sisi lain merupakan

kebijakan adat yang harus dihargai sebagai kearifan lokal. Tidak

ada kontra dari Pemerintah Daerah setempat mengenai kebijakan

ini, karena dinilai sifatnya adalah preventif.

Hukum Adat Perdata

Dalam dokumentasi hukum adat perdata, karena area yang

didokumentasikan sangatlah luas, maka dibagi dalam 4 (empat)

bagian, yaitu: (1) Hukum Perorangan dan Kekeluargaan Adat; (2)

Hukum Kebendaan Adat; (3) Hukum Perjanjian dan Perikatan Adat;

dan (4) Hukum Acara Adat. Dalam hal ini, yang terdokumentasikan

secara garis besar oleh Tim Penyuluhan Hukum hanyalah bagian

pertama, yaitu Hukum Perorangan dan Kekeluargaan Adat yang

meliputi status personal dan upacara adat bagi perorangan, serta

hukum Perkawinan.

1. Kedewasaan

Pada umumnya, hukum adat menyatakan seseorang dewasa

apabila ia telah kuat gawe atau telah dapat bekerja sendiri.

Kategori lain dari kedewasaan adalah apabila ia telah menikah

atau keluar dari keluarganya.28 Di Palu’e, seseorang dikatakan

dewasa apabila ia telah menikah.

28 Supriadi, Op.cit., hlm. 125.

Page 76: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 76

Terdapat perbedaan cara berpakaian antara mereka yang remaja

dan mereka yang telah menikah. Bagi perempuan remaja, pakaian

yang digunakan bercirikan kerah segi empat dan rambut dikonde.

Sementara bagi perempuan dewasa, lengan panjang dengan

rambut digelung di atas.

2. Hukum Perkawinan Adat

Perkawinan di Palu’e, seperti pada masyarakat adat umumnya,

mensyaratkan serangkaian upacara tertentu dan pembayaran belis

(semacam mas kawin) dari salah satu pihak kepada pihak lainnya.

Tidak ada persyaratan mengenai hari atau waktu tertentu

pelaksanaan perkawinan (biasa dikenal sebagai penghitungan hari

baik), namun terkadang dikenal adanya hitung mimpi. Jika malam

ini mimpi baik, maka perkawinan dapat dilanjutkan, namun jika

mimpi buruk bahkan memungkinkan perkawinan tersebut

dibatalkan. Pada umumnya secara adat pernikahan dilaksanakan

di musim barat yaitu pada masa pasca-berlayar. Ada pula nikah

massal di Paroki pada bulan Agustus.

Pada jaman dahulu di masa nenek moyang, masa pacaran lama

sekali karena menanti persiapan dari laki-laki. Adat perkawinan di

Palu'e dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) Kawin hormat, yaitu

perkawinan dengan melalui tingkatan-tingkatan permintaan,

pembayaran belis bertahap seperti akan dijelaskan berikutnya;

dan (2) Kawin pintas, yaitu kawin di luar persetujuan orang tua,

dengan memenuhi pula pembayaran belis namun tidak seberat

pada mereka yang melalui kawin hormat.

Tahapan-tahapan perkawinan adat di Palu’e tetaplah sama

semenjak masa nenek moyang hingga kini. Perbedaan hanya ada

pada besaran belis yang diberikan, yang disesuaikan dengan

keadaan masa kini berdasarkan kebijakan Lakimosa. Tahapan-

tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pacaran (tidak ada nama khusus di Palu’e untuk menyebut

masa pacaran). Untuk menyatakan bahwa suatu pasangan

berpacaran, diawali dengan pengantaran Roa ke rumah si

gadis, berupa satu pasang emas dengan sirih pinang,

tembakau, dan lain-lain roa diantar ke rumah si gadis.

Biasanya, seseorang memulai tahapan ini ketika umurnya

telah lebih dari 20. Dalam tahapan ini, selanjutnya

Page 77: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 77

1.17 Satu liwu belis adat Palu’e (doc. Tim Penyuluhan Hukum Tuanggeo)

dipanggillah semua keluarga perempuan untuk

merembukkan mengenai persetujuan pengantaran roa ini, di

mana jika keluarga perempuan menyetujui, maka seluruh

keluarga akan memakan sirih pinang yang diantarkan.

Kemudian pihak keluarga perempuan akan mendatangi

rumah dari pihak keluarga laki-laki untuk menyatakan

persetujuannya.

b. Wulu Soro, yaitu tahapan pembicaraan adat belis yang

pertama. Pihak perempuan akan memberikan permintaan

belis, yang akan disepakati atau dirembukkan oleh pihak laki-

laki. Selanjutnya, belis yang disebutkan oleh pihak perempuan

akan diantarkan oleh pihak laki-laki ke rumah pihak

perempuan.

Dalam upacara

pengantaran

belis ini,

masyarakat yang

ikut

mengantarkan

akan menjaga

adanya

nyanyian-

nyanyian adat,

tari-tarian serta

riuh rendah

dalam

perjalanan

pengantaran. Pengantaran belis merupakan syarat yang tidak

dapat disimpangi, sekalipun rumah mempelai perempuan dan

laki-laki dipisahkan jarak yang sangat jauh, misalnya dari Uwa

(wilayah pesisir) ke Awa (desa terjauh di Nitunglea yang

berjarak lebih dari 10km dari pesisir dengan melewati bukit

dan lereng yang curam).

Belis standar bagi perempuan Palu’e untuk dipinang ialah

paling sedikit 10 liwu (1 liwu sama dengan empat bijih anting)

dengan gading, 2 (dua) ekor babi yang besar sekali (istilahnya

air susu mama), dan 8 (delapan) babi berukuran sedang.

Perempuan yang diberi belis juga akan memberikan imbalan

belis berupa kain tenun. Pemberian ini untuk menjaga nama

Page 78: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 78

1.18 Tas adat yang digunakan mempelai wanita saat upacara perkawinan (doc. Tim

Penyuluhan Hukum Tuanggeo)

baik dan harga diri, paling tidak disyaratkan proporsional

dengan belis yang diberikan kepadanya. Imbalan terendah

pada masa sekarang adalah 1 ton (dua pikul) beras, 500 kg

(satu pikul) kacang hijau. Standar modern ini pertama kali

dibuat oleh Bapak Mboy Zakarias (81) sebagai Lakimosa Keri.

Biasanya pesta dilakukan di rumah laki-laki, setelah itu baru

kedua mempelai

diantar ke tempat

perempuan dengan

wanita diusung di atas

kursi.

c. Kawin adat, yang

dilakukan dengan

mengantar

perempuan ke rumah

laki-laki dengan

membawa pula

barang-barangnya

dari rumahnya yang

terdahulu. Pada

malam itu dilakukan

baku suap antara

kedua mempelai, yang

merupakan acara

suap-suapan daging

dan nasi di Ulu Phidhu

yang merupakan

tempat sakral di dalam rumah adat. Di saat inilah perkawinan

dinyatakan sah. Lalu, mempelai perempuan diharuskan

menginap dua malam di rumah laki-laki dan pada hari ketiga

kembali ke rumahnya.

Setelah tahapan-tahapan ini selesai, barulah kedua keluarga

berkumpul untuk menentukan kapan akan dilakukan perkawinan

secara agama di gereja. Mengingat kuatnya adat di Palu’e, para

Pastor belum berani memberikan sakramen perkawinan jika belis

antar belum selesai.

3. Batalnya Perkawinan, Perceraian, serta Hamil di Luar Nikah

Page 79: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 79

Dalam perkawinan adat di Palu’e, dikenal batalnya perkawinan

dengan konsekuensi atas belis yang telah diberikan. Apabila

perkawinan batal dalam tahapan Wulu Soro, jika datangnya

pembatalan adalah dari pihak laki-laki, maka belis yang telah

diberikan pada pihak perempuan akan hangus dan tidak

dikembalikan. Namun jika datangnya dari si gadis, maka belis yang

telah diberikan harus dikembalikan dua kali lipat. Jika kedua

pasangan ingin kembali lagi atau memutuskan kembali untuk

menikah, maka belis yang telah diberikan harus ditambah dengan

satu pasang emas dengan seekor babi berukuran besar untuk soko

ngara taki nguru (memulihkan nama baik yang telah rusak)

Dalam adat Palu'e, tidak diperbolehkan adanya perceraian. Hukum

adat tidak pernah juga melarang atau membolehkan poligami. Hal

ini kemudian dilengkapi dengan adanya peran agama Katolik yang

sangat kuat, di mana 100% penduduk Palu’e beragama Katolik

yang tidak mengenal perceraian dan poligami, sehingga pada

akhirnya praktek perceraian dan poligami hampir tidak pernah

terjadi di pulau Palu’e. Jika pun ada, maka hal tersebut dilakukan

oleh orang Palu’e yang tinggal di luar pulau, bukan oleh mereka

yang mendiami Pulau Palu’e.

Dalam hal terjadi hamil di luar nikah, secara adat pasangan

diberikan kesempatan untuk memilih menikah ataukah tidak

(lepas). Jika pilihan pasangan ialah untuk menikah, maka akan

dikenai belis pula namun dengan besaran belis yang lebih besar.

Jika pasangan memilih untuk lepas, maka denda yang disyaratkan

sangatlah besar, berupa kelapa, tanah, babi, yang jumlahnya

berkali-kali lipat dari belis standar perkawinan. Jika belis ini belum

dibayarkan, maka masyarakat melalui Lakimosa akan menyita

semua benda-benda harta milik dari pihak laki-laki. Setelah belis

tersebut dilunasi, barulah barang-barangnya dapat dikembalikan.

4. Susu Kua Nama Beja

Upacara ini merupakan upacara adat untuk anak yang baru lahir

yang dilaksanakan bagi setiap bayi setelah dua minggu dilahirkan.

Tujuannya ialah agar si bayi jangan sakit, mengetahui tentang

marganya, dan sebagai upacara penolak bala. Upacara ini hanya

dilaksanakan satu kali saja seumur hidup. Saat upacara, baik

wanita atau laki-laki telinga kiri dan kanan harus dilubangkan

kemudian dipasang emas yang lebih kecil. Saat upacara

Page 80: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 80

melubangkan telinga, terdapat barang-barang tertentu seperti

moke, kunyit, dan lain-lain yang harus disediakan. Yang dapat

melakukan adalah saudara perempuan yang sudah kawin keluar

dari sang bapak. Setelah telinga dilubangkan, ubun-ubun bayi

diberi kunyit sebagai pertanda supaya ubun-ubunnya cepat keras.

Pada umumnya di Palu’e, sebelum kelahiran bayi orangtua telah

mencarikan nama walaupun jenis kelamin sang calon bayi belum

diketahui. Biasanya untuk menghindari kesalahan penamaan

karena lahir bayi dari jenis kelamin berbeda dari nama yang

disiapkan, maka nama dibuatkan cadangan untuk jenis kelamin

sebaliknya. Dalam hal ini nama laki-laki mengikuti nama kakeknya,

sedangkan perempuan mengikuti nama neneknya, dengan maksud

supaya nama tersebut tidak boleh hilang. Menurut kepercayaan,

jika nama sudah diwariskan pada cucu, maka si empunya nama

akan cepat pergi. Hal ini mengakibatkan dihindarinya pemberian

nama kakek/nenek yang masih hidup kepada cucunya; sehingga

biasanya yang digunakan adalah nama nenek/kakek yang telah

meninggal.

Page 81: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 81

BAB 4

PENUTUP

Pelaksanaan program rutin K2N UI 2011 menjadi suatu hal yang

sangat penting perhatikan karena dengan adanya dukungan dari berbagai

pihak mulai dari pemerintah, masyarakat, dan tokoh agama katolik di

pulau Palue terlaksana sebagai fokus kajian dalam ranah sosial-budaya

masyarakat Palue. Program rutin yang terlaksana selama di pulau Palue

menjadi khazanah informasi dan wawasan bagi masyarakat disana.

Melalui wadah seperti forum dalam berdiskusi, belajar bersama di rumah

kreatif, bersama-sama memikirkan suatu masalah yang tengah gencar

terjadi di masyarakat melalui hukum positifis, dan kegiatan bersama

untuk meningkatkan kualitas kebersihan di kehidupan masyarakat

memberikan suatu kemampuan untuk mendukung pemberdayaan

manusia yang ada di palue dan pengetahuan sosio-kultural kelompok

dalam melihat setiap isu yang besar terjadi.

Desa Tuanggeo yang menjadi satu tempat pusat aktifitas kehidupan

masyarakat Palue selain di Desa Maliruwu, dikarenakan di Desa Maluriwu

dan Tuanggeo terdapat dua paroki dan gereja yang dijadikan sebagai

tempat beribadat umat Katolik pulau Palue. Dan hal itu sering dilihat

terjadi pada hari minggu karena misa yang dilaksanakan oleh kedua gereja

dilaksanakan pada setiap hari minggu sebagai waktu ibadat umat katolik

serta pada hari itu pula menjadi hari istirahatnya seluruh kegiatan

masyarakat palue setiap minggunya.

Keseluruhan dari kegiatan program rutin yang dilaksanakan telah

memberikan dampak terhadap masyarakat untuk mengerti pentingnya

pendidikan, peran, juga interaksi sosial, dan relasi yang terbentuk dalam

wadah setiap pelaksanaan program.

Page 82: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 82

DAFTAR PUSTAKA

1. Campilan, D.M. 2002. The Importance ol Local Knowledge in Conserving

Crop Diversity, SciDev.Net. tanggal 9-9-2011

2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria,

Lembaran Negara Tahun 1960 No. 104, Tambahan Lembaran Negara no.

2043.

3. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, Lembaran Negara No., Tambahan Lembaran Negara No.

49 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara No. 3262.

4. Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, Lembaran Negara No. 126 Tahun 2000, Tambahan

Lembaran Negara No. 3984.

5. Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, Lembaran Negara No. 58

Tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara No. 3643.

6. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,

Lembaran Negara No. 57 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara No.

3696.

7. Friedman, Lawrence W. American Law: An Invaluable Guide To The Many

Faces of the Law, And How It Affects Our Daily Lives. (New York: W.W.

Norton & Company, 1984)

8. Friedman, Lawrence W. (2) “Legal Culture and Social Development”,

Stanford Law Review. (New York, 1987).

9. Friedman, Lawrence W. (3) Law in America: a Short History, (New York:

Modern Library Chronicles Book, 2002).

10. Friedman, Lawrence W. (4) Pembinaan Hukum Dalam Rangka

Pembangunan Nasional. (Bandung: Binacipta, 1986) hlm. 11.

Page 83: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 83

11. Gautama, Soedargo. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia.

(Bandung: Binacipta, 1977)

12. Kusumaatmadja, Mochtar. Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan

(Kumpulan Karya Tulis) (Bandung: Alumni, 2002).

13. Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. (Yogyakarta:

Liberty, 1977).

14. Rasjidi, Lili dan Ida Bagus Wiyasa Putra. Hukum Sebagai Suatu Sistem,

(Bandung: CV. Mandar Maju, 2003)

15. Rahayu, Sri Endarti. 2004. Makalah Pentingnya Pengetahuan Tradisional

Dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati. Tanggal 9-9-2011

16. Soejoeti, Sunanti Z. “Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks

Sosial Budaya.” Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

17. Soepomo, Raden. Bab-bab Tentang Hukum Adat. cet. 17. (Jakarta:

Pradnya Paramita, 2007)

18. Subekti dan Tjitrosoedibjo. Kamus Hukum. (Jakarta: Pradnya Paramita,

1969).

19. Supriadi. Hukum Agraria. (Jakarta: Sinar Grafika, 2007).

Sumber Internet :

1. Kementrian Lingkungan Hidup.2011.Kualitas Lingkungan Hidup Melalui

Program MIH.10 Agustus: 1 hlm. http://www.menlh.go.id. Diaksespada

tanggal 11 September 2011 pukul 10.31 WIB.

2. Fakultas Kesehatan Masyarakat UnDip. 2009. Masalah Kesehatan

Lingkungan dan Profesi Kesehatan Masyarakat. 31 Maret.

http://www.fkm.undip.ac.id/?p=agenda_mod&j=lihat&id=bagian.

Diakses pada tanggal 10 September pukul 01.10 WIB.

Page 84: LPJ K2N UI 2011 Titik Palu'e - Program Rutin

[LPJ PROGRAM RUTIN] Palu’e, Juni – Juli 2011

K2N Universitas Indonesia 2011 | Kelompok Rufus Taku Sanu 84

3. Sutaryono.2011. Pemanfaatan Tanah Kosong & Penertiban Tanah

Terlantar. 24 Februari. http://dppd.slemankab.go.id. 12 September, pk.

07.10.