lo tutorial 5 (mitras c. labiro)

6
Nama : Mitras C. Labiro Stambuk : G 501 11 043 Kelompok : 1 Topik : Prolonged Fever Learning Objective 1. Jejas ?? Kandungan sel yg mana ?? 2. 5 tanda inflamasi ! 3. Etiologi pnyakit apa akenario ? 4. Menejemen ( yang dia d bri suplemen atau transfusi ?) 5. Patogenesis timbulnya semua gejala ? 6. Bagaimna respon imun trhadap pnyakit pd skenario ? 7. Prinsip diagnosis ( smua2nya , prosedur pemeriksaan )? 8. Diagnosis banding ? 9.epidemiologi? 10. Definisi penyakit autoimun , contohnya ! Jawaban 1. Jejas (sign) atau tanda klinis yang menggambarkan suatu keadaan gejala penyakit tertentu. Leukositosis. (seldarah putih) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24568/3/ Chapter%20II.pdf ) 2. Inflamasi terjadi akibat dari reaksi tubuh terhadap invasi mikroorganisme patogen atau terhadap trauma karena luka, terbakar, atau bahan kimia. Pada bagian yang mengalami peradangan akan muncul tanda-tanda seperti : 7 (1) Rubor atau kemerahan, (2) Tumor atau pembengkakan, (3) Dolor atau nyeri, (4) Kalor atau panas dan (5) Functio laesa atau hilangnya fungsi. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24568/3/ Chapter%20II.pdf ) 3. Berdasarkan manifestasi klinisnya diagnosis SLE didapatkan penurunan nilai Hb, WBC dan Trombosite,

Upload: ihwaan-ukhrawii-alii

Post on 12-Aug-2015

46 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

w4fety

TRANSCRIPT

Page 1: LO Tutorial 5 (Mitras C. Labiro)

Nama : Mitras C. Labiro

Stambuk : G 501 11 043

Kelompok : 1

Topik : Prolonged Fever

Learning Objective

1. Jejas ?? Kandungan sel yg mana ??

2. 5 tanda inflamasi !

3. Etiologi pnyakit apa akenario ?

4. Menejemen ( yang dia d bri suplemen atau transfusi ?)

5. Patogenesis timbulnya semua gejala ?

6. Bagaimna respon imun trhadap pnyakit pd skenario ?

7. Prinsip diagnosis ( smua2nya , prosedur pemeriksaan )?

8. Diagnosis banding ?

9.epidemiologi?

10. Definisi penyakit autoimun , contohnya !

Jawaban

1. Jejas (sign) atau tanda klinis yang menggambarkan suatu keadaan gejala penyakit tertentu. Leukositosis. (seldarah putih) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24568/3/Chapter%20II.pdf)

2. Inflamasi terjadi akibat dari reaksi tubuh terhadap invasi mikroorganisme patogen atau terhadap trauma karena luka, terbakar, atau bahan kimia. Pada bagian yang mengalami peradangan akan muncul tanda-tanda seperti : 7 (1) Rubor atau kemerahan, (2) Tumor atau pembengkakan, (3) Dolor atau nyeri, (4) Kalor atau panas dan (5) Functio laesa atau hilangnya fungsi. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24568/3/Chapter%20II.pdf)

3. Berdasarkan manifestasi klinisnya diagnosis SLE didapatkan penurunan nilai Hb, WBC dan Trombosite, penaikan Laju Endap Darah merupakan 4 tanda dari 11 manifestasi klinis SLE. Sehingga diagnosis pasti menunjukkan kasus pada skenario berhubungan dengan SLE.( WICAKSONO N. UTOMO, 2012/HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENYAKIT DENGAN STATUS KESEHATAN PADA PASIEN LES ( LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK ) DI RSUP dr. KARIADI, SEMARANG).

4. SLE derajat berat: Pemberian steroid sistemik dengan dosis sesuai dengan kelainan organ sasaran yang terkena.Pengobatan pada keadaan khusus;

Page 2: LO Tutorial 5 (Mitras C. Labiro)

1. Anemia Hemolitik Autoimun Prednison 60-80 mg/hari. Dapat ditingkatkan sampai dengan 100-200 mg/hari bila dalam beberapa hari sampai 1 minggu belum ada perbaikan.

2. Trombositopenia Autoimun Prednison 60-80 mg/hari. Bila tidak ada respon dalam 4 minggu, ditambah immunoglobulin intravena (IVIg) dosis 0,4 mg/kg BB/hari selama 5 hari.

3. Efusi Pleura Prednison 1-1,5 mg/kg BB/hari.4. Lupus Pneumonitis Prednison 1-1,5 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu.(sumber: Slide SLE: Diagnosis dan penatalaksanaannya.pdf)

5. patogenesis LES bersifat multifaktoral seperti faktor genetik,faktor lingkungan, dan faktor hormonal terhadap respons imun.Faktor genetik memegang peranan pada banyak penderita lupus dengan resiko yang meningkat pada saudara kandung dan kembar monozigot. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa banyak gen yang berperan terutama gen yang mengkode unsur-unsur sistem imun. Diduga berhubungan dengan gen respons imun spesifik pada kompleks histokompabilitas mayor kelas II, yaitu HLA-DR2 dan HLA-DR3 serta dengan komponen komplemen yang berperan dalam fase awal reaksi ikat komplemen ( yaitu C1q, C1r, C1s, C4, dan C2) telah terbukti. Gen-gen lain yang mulai ikut berperan adalah gen yang mengkode reseptor sel T, imunoglobulin dan sitokin. Studi lain mengenai faktor genetik ini yaitu studi yang berhubungan dengan HLA (Human Leucocyte Antigens) yang mendukung konsep bahwa gen MHC (Major Histocompatibility Complex) mengatur produksi autoantibodi spesifik. Penderita lupus (kira-kira 6%) mewarisi defisiensi komponen komplemen, seperti C2,C4, atau C1q14-15. Kekurangan komplemen dapat merusak pelepasan sirkulasi kompleks imun oleh sistem fagositosit mononuklear sehingga membantu terjadinya deposisi jaringan. Defisiensi C1q menyebabkan sel fagosit gagal membersihkan sel apoptosis sehingga komponen nuklear akan menimbulkan respon imun. Faktor lingkungan dapat menjadi pemicu pada penderita lupus, seperti radiasi ultra violet, tembakau, obat-obatan, virus. Sinar UV mengarah pada self-immunity dan hilangnya toleransi karena menyebabkan apoptosis keratinosit. Selain itu sinar UV menyebabkan pelepasan mediator imun pada penderita lupus, dan memegang peranan dalam fase induksi yanng secara langsung mengubah sel DNA, serta mempengaruhi sel imunoregulator yang bila normal membantu menekan terjadinya kelainan pada inflamasi kulit14-16. Faktor lingkungan lainnya yaitu kebiasaan merokok yang menunjukkan bahwa perokok memiliki resiko tinggi terkena lupus, berhubungan dengan zat yang terkandung dalam tembakau yaitu amino lipogenik aromatik13. Pengaruh obat juga memberikan gambaran bervariasi pada penderita lupus. Pengaruh obat salah satunya yaitu dapat meningkatkan apoptosis keratinosit. Faktor lingkungan lainnya yaitu peranan agen infeksius terutama virus dapat ditemukan pada penderita lupus. Virus rubella, sitomegalovirus, dapat mempengaruhi ekspresi sel permukaan dan apoptosis15-16. Faktor ketiga yang mempengaruhi patogenesis lupus yaitu faktor hormonal. Mayoritas penyakit ini menyerang wanita muda dan beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan timbal balik antara kadar hormonestrogen dengan sistem imun. Estrogen mengaktivasi sel B poliklonal sehingga mengakibatkan produksi autoantibodi berlebihan pada pasien LES18-20.Autoantibodi pada lupus kemudian dibentuk untuk menjadi antigen nuklear ( ANA dan anti-DNA). Selain itu, terdapat antibodi terhadap struktur sel lainnya seperti eritrosit, trombosit dan fosfolipid. Autoantibodi terlibat dalam pembentukan kompleks imun, yang diikuti oleh aktivasi komplemen yang mempengaruhi respon inflamasi pada banyak jaringan, termasuk kulit dan ginjal

Page 3: LO Tutorial 5 (Mitras C. Labiro)

Sumber: ( WICAKSONO N. UTOMO, 2012/HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENYAKIT DENGAN STATUS KESEHATAN PADA PASIEN LES ( LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK ) DI RSUP dr. KARIADI, SEMARANG).

6. Terjadi non- Toleransi Imun Timus Secara Sentral terhadap Antigen dalam TubuhLimfosit berkembang dari prekursor di sumsum tulang. Sel-sel limfoid akan berdiferensiasi menjadi limfosit B, limfosit T, dan sel NK. Di kelenjar timus, limfosit T tidak mengekspresikan molekul koreseptor baik CD4 maupun CD8 (double negative). Sel-sel limfosit T kemudian berubah menjadi double positive (ada CD4 dan CD8).Tahap selanjutnya adalah seleksi positif:a. Yang terpapar MHC I: CD8. b. Yang terpapar MHC II: CD4.c. Yang tidak terpapar MHC akan apoptosis.d. Yang bereaksi dengan self antigen akan mengalami kematian sel

Penyakit AutoimunPenyakit autoimun dapat disebabkan oleh antigen eksogen maupun

endogen.I. Eksogen:a. Mimikri molekulerb. Stimulan superantigenik (bakteri dan virus)c. MikrobaII. Endogen:a. Presentasi antigen yang salahb. Peningkatan T helper cellc. Peningkatan fungsi sel Bd. Ketidakseimbangan sitokine. Imunoregulasi yang tidak normalPenyakit autoimun dapat dibagi menjadi 3 golongan besar:1. Kelainan autoimun yang organ spesifik

a. Thyroiditis Hashimoto: penghancuran sel-sel tiroid oleh proses seluler dan mediasi antibodi (hipotiroid).b. Grave's disease: hipertiroidisme karena autoimun

2. Kelainan autoimun yang non-organ spesifika. SLEb. Rheumatoid arthtritisc. Anemia hemolitik autoimun

3. Kelainan autoimun kombinasi antara organ spesifik dan non-organ spesifik:

a. Anemia hemolitik autoimunb. Leukemia Limfositik Kronikc. Limfoma: keganasan sistem limfatik

(sumber: Slide SLE: Diagnosis dan penatalaksanaannya.pdf)

7. Diagnosis terhadap SLE dapat dilakukan jika memenuhi 4 dari 11 kriteria tersebut, sedangkan untuk mencurigai kemungkinan penyakit tersebut adalah SLE, diperlukan 2 keterlibatan hal berikut :

Gender wanita, usia produktif

Page 4: LO Tutorial 5 (Mitras C. Labiro)

Gejala konstitutional: lemah, turun berat badan, demam tanpa infeksi Muskuloskeletal: arthritis, atralgia, miositis Kulit: ada ruam biasanya berbentuk seperti kupu-kupu (butterfly/malar rash),

fotosensitivitas, purpura, vaskulitis, urtikaria. Ginjal : hematouria, proteinuria, sindroma nefrotik GIT: mual, muntah, nyeri abdomen Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal Jantung: perkarditis, endokarditis, miokarditis RES: organomegali (limfadenopati, hepatosplenomegali) Hematologi: anemia, leukopenia, trombositopenia Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversa,

neuropati kranial dan perifer.(sumber: Slide SLE: Diagnosis dan penatalaksanaannya.pdf)

8. Diagnosis Banding: RA (Rheumatoid Arthritis) merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan adanya arthritiserosif pada sendi sinovial. Bermula pada membran sinovial, mengenai 3 atau lebih daerah persendian. Sendi yang terkena simetris, morning stiffness lebih dari 30 menit. LED dan CRP meningkat. (sumber: Slide SLE: Diagnosis dan penatalaksanaannya.pdf)

9. Epidemiologi LES: Penyakit ini menyerang wanita muda dengan insiden puncak usia 15-40 tahun selama masa reproduktif dengan ratio wanita dan pria 5:1. Dalam 30 tahun terakhir, LES telah menjadi salah satu penyakit penyakit reumatik utama di dunia. Prevalensi LES di berbagai negara sangat bervariasi antara 2,9/100.000-400/100.000. LES lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti bangsa negro, Cina, dan mungkin saja Filipina2.(sumber: Sumber: ( WICAKSONO N. UTOMO, 2012/HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENYAKIT DENGAN STATUS KESEHATAN PADA PASIEN LES ( LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK ) DI RSUP dr. KARIADI, SEMARANG).

10. PENYAKIT AUTOIMMUN MELALUIKOMPLEKS IMMUN .1. Lupus Eritromatosus Sistemik ( LES ) .2. Arteritis Reumatoid .3. Sicca Komplex .4. Sindrom Goodpasteur .5. Anemi Pernisiosa .6. Reumatik Fever .7. Sindrom Paska Perikariotomi .8. Sindrom Paska MCI ( Penyakit Dressler ) .9. Skleroderma .10. ITP .11. Penyakit Bulosa ( Vesikuler ) (sumber:his127_slide_serologi_dan_immunology_diagnostik_penyakit_autoimmune.pdf).