perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id uji dosis …/uji... · perpustakaan.uns.ac.id...

66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user UJI DOSIS EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ADRIAN ARNASAPUTRA G0008191 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Upload: lamtu

Post on 12-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UJI DOSIS EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus

sabdariffa L.) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN

(Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ADRIAN ARNASAPUTRA

G0008191

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.

Komplikasi hipertensi antara lain penyakit jantung koroner, stroke, serta gagal

ginjal (Bustan, 1997). Pada tahun 2000, sebanyak 972 juta (26 %) orang dewasa

di dunia baik negara maju maupun negara berkembang mengalami hipertensi.

Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahaan gaya hidup tidak

sehat (Darmojo, 2001). Di Indonesia, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga

tahun 2001 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi yaitu dari 96 per 1000

penduduk pada tahun 1995 menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun 2001.

Prevalensi hipertensi pada penduduk golongan usia di atas 25 tahun ke atas

meningkat dari 8 % pada tahun 1995 menjadi 28 % pada tahun 2001 (Hapsara,

2004). Masalah utama pada hipertensi adalah 90 % lebih dari penderita hipertensi

merupakan hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya (Darmojo, 2001).

Salah satu cara mengatasi masalah pada hipertensi adalah dengan diuretik.

Diuretik adalah suatu zat yang meningkatkan laju pengeluaran volume

urin. Secara klinis, diuretik bekerja dengan menurunkan laju reabsorbsi

natrium dari tubulus sehingga menyebabkan natriuresis (peningkatan keluaran

natrium) dan kemudian menimbulkan diuresis (peningkatan pengeluaran air)

(Guyton dan Hall, 2008a). Penggunaan obat diuretik terutama hidroklorotiazid

dapat menimbulkan berbagai macam efek samping seperti gangguan elektrolit

(hipokalemia, hiponatremia, dan hiperkalsemia) serta insufisiensi ginjal

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

(Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan dari alam yang

mempunyai fungsi diuretik sebagai pengobatan tradisional pada kasus

hipertensi perlu dipertimbangkan.

Di Indonesia, pengobatan tradisional sudah dilakukan sejak ratusan

tahun yang lalu. Hal ini disebabkan Indonesia mempunyai banyak tanaman

obat dan keanekaragaman hayati lain yang dapat digunakan sebagai alternatif

pengobatan. Adapun pengertian pengobatan tradisional adalah suatu upaya

kesehatan dengan alternatif lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan

pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari

Indonesia atau mancanegara, sedangkan pengertian tanaman obat adalah obat

yang dibuat dari bahan atau perpaduan bahan-bahan yang diperoleh dari

tanaman yang belum berupa zat murni dan digunakan secara turun-temurun

(Suprapto, 1992). Tanaman obat relatif mudah didapat, murah, dan efek

sampingnya relatif rendah. Satu tanaman obat bisa memiliki efek farmakologi

lebih dari satu. Namun, tanaman obat memiliki beberapa kelemahan, antara

lain sebagian besar efek farmakologisnya yang lemah, belum ada bahan baku

standar, belum dilakukan uji klinik, dan mudah tercemar berbagai jenis

mikroorganisme (Katno, 2004).

Salah satu tanaman yang telah digunakan sebagai obat tradisional

adalah bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Kelopak bunga rosela yang telah

digunakan dalam pengobatan tradisional diyakini bermanfaat sebagai diuretik,

antiseptik, antimikroba, antihelmintik, sebagai obat untuk pireksia (demam),

sariawan, serta hipertensi (Perry, 1980; Olalelye, 2007; Okasha et al., 2008;

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Mardiah et al., 2009). Kelopak bunga rosela memiliki kandungan senyawa

kimia seperti antosianin, flavonoid, dan polifenol yang dapat memberikan

manfaat terutama untuk pengobatan alternatif (Oppel, 2007). Flavonoid adalah

salah satu dari sekian banyak zat kimia yang telah terbukti secara

eksperimental dapat berfungsi sebagai diuretik alami (Xiao et al., 2005).

Flavonoid menyebabkan peningkatan ekskresi elektrolit seperti Na+ dan Cl-

pada tubulus sehingga menimbulkan efek diuresis (Chodera et al., 1991;

Juniora et al., 2010).

Saat ini, penelitian mengenai berapa dosis kelopak bunga rosela yang

efektif sebagai diuretik masih jarang ditemukan. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk melakukan uji dosis ekstrak etanol kelopak bunga rosela sebagai

diuretik pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

B. Rumusan Masalah

Berapakah dosis ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus

sabdariffa L.) yang paling efektif sebagai diuretik pada tikus putih jantan

(Rattus norvegicus) pada penelitian ini?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis ekstrak etanol kelopak

bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang paling efektif sebagai diuretik pada

tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai dosis

ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang paling

efektif sebagai diuretik pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

2. Aspek Aplikatif

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya

mengenai uji dosis ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa

L.) sebagai diuretik pada hewan yang tingkatannya lebih tinggi dengan dosis

yang lebih besar.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ginjal

a. Anatomi Makroskopis dan Mikroskopis

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang,

terletak setinggi vertebra torakalis XII-vertebra lumbalis III pada rongga

retroperitoneal. Bagian lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan

bagian medialnya berbentuk cekung. Pada bagian medial ginjal terdapat

hilus yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah, saraf,

dan ureter (Mutschler, 1991).

Ginjal terdiri dari dua bagian utama yaitu korteks dan medulla.

Medulla ginjal tersusun atas beberapa massa jaringan berbentuk kerucut

disebut piramid. Apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris

Bellini. Setiap duktus papilaris Bellini masuk ke dalam kantong disebut

kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu membentuk kaliks mayor

dan selanjutnya membentuk pelvis ginjal (Price and Wilson, 2006).

Ginjal tersusun oleh sekitar 1 juta nefron yang bertanggung jawab

dalam mekanisme pembentukan urin. Tiap nefron terdiri dari korpus dan

tubulus. Korpus ginjal terdiri atas satu kapsul Bowman dan kumpulan

kapiler glomerolus. Tubulus terdiri atas tubulus proksimal dengan bagian

pars konvulata dan pars rekta, bagian penghantar, tubulus distal dengan

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

bagian pars konvulata dan pars rekta, serta tubulus penampung. Bagian

yang lurus dari tubulus proksimal, distal, serta penghantar dinamakan

ansa Henle (Mutschler, 1991).

b. Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal adalah membuang bahan-bahan sisa metabolisme

serta mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh (Sherwood, 2001;

Guyton and Hall, 2008b). Menurut Mutschler (1991), ginjal juga

menjalankan beberapa fungsi antara lain:

1) Ekskresi zat-zat metabolisme melalui urin, misalnya urea dan

kreatinin.

2) Pengaturan kebutuhan air dan elektrolit serta keseimbangan asam

basa.

3) Pengaturan (hormonal) volume cairan ekstra sel dan tekanan darah

arteri.

4) Sintesis eritropoetin dan dengan demikian mempengaruhi

pembentukan eritrosit.

5) Hidroksilasi 25-hidroksi-kolekalsiferol menjadi 1,25-dihidroksi-

kolekalsiferol yang berperan pada metabolisme kalsium dan fosfat.

c. Proses Pembentukan Urin

Pembentukan urin terdiri dari filtrasi glomerulus, reabsorpsi

tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi glomerulus dimulai ketika sejumlah

besar cairan dari kapiler glomerulus menuju ke kapsula Bowman

(Sherwood, 2001, Guyton and Hall, 2008b). Di glomerulus, dinding

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

glomerulus bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat

dilintasi air, garam-garam, dan glukosa (Tjay dan Rahardja, 2002).

Cairan yang telah difiltrasi meninggalkan kapsula Bowman dan

melewati tubulus. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif air dan

komponen seperti glukosa dan garam-garam (reabsorbsi tubulus)

sehingga terbentuk filtrat (Sherwood, 2001; Tjay dan Rahardja, 2002).

Selain itu, pada tubulus terjadi penambahan zat-zat tertentu seperti H+

dan K+ ke dalam filtrat melalui proses sekresi tubulus (Sherwood, 2001).

Akhirnya, filtrat dari tubulus ditampung di suatu saluran pengumpul

(ductus coligentes) serta disalurkan dan ditampung ke kandung kemih

sebagai urin (Tjay dan Rahardja, 2002).

Pembentukan urin pada orang dewasa normal rata-rata sebanyak 1

ml per menit atau 1,5 liter per hari (Sherwood, 2001). Rata-rata di daerah

tropis volume urin dalam sehari antara 800-1300 ml untuk orang dewasa

Beberapa faktor dapat mempengaruhi volume urin seperti umur, berat

badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan

aktivitas orang yang bersangkutan (Wirawan et al., 1995).

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Gambar 1. Proses Pembentukan Urin (Filtrasi, Reabsorsi, dan Sekresi)

(Sherwood, 2001)

2. Diuretik

Diuretik adalah zat-zat yang dapat menyebabkan bertambahnya

pengeluaran urin melalui mekanisme kerja langsung terhadap ginjal.

Diuresis memiliki dua pengertian yaitu menunjukkan adanya penambahan

volume urin serta menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat

terlarut dan air (Tjay dan Rahardja, 2002). Secara umum diuretik dibagi

menjadi dua golongan besar, yaitu penghambat mekanisme transpor

elektrolit (benzotiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium, dan

penghambat karbonik anhidrase) dan diuretik osmotik (manitol, gliserin,

dan isosorbid) (Nafrialdi, 2007). Jenis-jenis diuretik serta tempat kerja dan

cara kerja terangkum dalam tabel di bawah ini:

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Tabel 1. Obat, Tempat, dan Cara Kerja Diuretik (Nafrialdi, 2007)

Obat Tempat kerja utama Cara kerja

Diuretik

osmotik

(1) Tubuli proksimal

Penghambatan reabsorbsi natrium

dan air melalui daya osmotiknya.

(2) Ansa henle

Penghambatan reabsorbsi natrium

dan air oleh karena hipertonis

daerah medula menurun.

(3) Duktus koligentes Penghambatan reabsorbsi natrium

dan air akibat adanya kecepatan

aliran filtrate yang tinggi.

Penghambat

enzim karbonik

anhidrase

Tubuli proksimal Penghambatan terhadap reabsorbsi

bikarbonat

Tiazid Hulu tubuli distal Penghambatan terhadap reabsorbsi

natrium klorida

Diuretik hemat

kalium

Hilir tubuli distal dan

duktus koligentes

daerah korteks

Penghambatan reabsorbsi natrium

dan sekresi kalium dengan jalan

antagonisme kompetitif

(spironolakton) atau secara

langsung (triamteren dan amilorid)

Diuretik kuat Ansa henle bagian

asenden pada bagian

dengan epitel tebal

Penghambatan terhadap transport

elektrolit natrium, kalium dan

klorida.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik. Pertama,

tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah dengan

reabsorbsi natrium sedikit akan lebih kecil memberikan efek dibandingkan

diuretik yang bekerja pada daerah dengan reabsorbsi natrium banyak.

Kedua, status fisiologi dari organ seperti dekompensasi jantung, sirosis hati,

gagal ginjal sehingga memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.

Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor (Siregar, 1987).

3. Hidroklorotiazid (HCT)

Hidroklorotiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem

akibat payah jantung ringan sampai sedang. Karena daya hipotensinya lebih

kuat, hidroklorotiazid banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk

hipertensi ringan sampai sedang (Tjay dan Rahardja, 2002).

a. Farmakodinamik

Efek farmakodinamik dari tiazid adalah meningkatkan ekskresi

Na+, Cl- dan sejumlah air. Peningkatan ekskresi ini disebabkan oleh

mekanisme tiazid dalam menghambat reabsorbsi Na+ dan Cl- pada hulu

tubulus distal (Anderson et al., 2002; Nafrialdi, 2007).

b. Farmakokinetik

Tiazid diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna dan

diekskresi melalui filtrasi glomerolus maupun sekresi aktif dalam tubulus

proksimal. Hidroklorotiazid bekerja mulai dari 2 jam setelah pemberian

secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 4-6 jam, dengan masa

kerja 6-12 jam (Mutschler, 1991; Nafrialdi, 2007). Hidroklorotiazid

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

hampir tidak dimetabolisme oleh tubuh. Kurang lebih 95% dari

hidroklorotiazid yang masuk dalam tubuh manusia diekskresikan dalam

bentuk asalnya (Anderson et al., 2002).

c. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi utama tiazid adalah hipertensi, gagal jantung kongestif,

nefrolitiasis yang disebabkan hiperkalsiuria idiopatik, diabetes insipidus

nefrogenik, toksisitas, alkalosis metabolik hipokalemi dan hiperurisemia,

penurunan toleransi glukosa, hiperlipidemia, serta hiponatremi.

Sedangkan kontraindikasi tiazid adalah anuria, kehamilan, edema yang

sangat berat, serta alergi terhadap derivat sulfonamid (Anderson et al.,

2002; Nafrialdi, 2007).

d. Efek Samping

1) Gangguan Toleransi Karbohidrat

Dapat terjadi hiperglikemia baik pada pasien diabetes atau bahkan

pada uji toleransi glukosa tidak normal yang ringan. Efek tersebut

berkaitan dengan hambatan pelepasan insulin pakreatik dan penurunan

penggunaan glukosa oleh jaringan (Katzung, 2001).

2) Hiperlipidemia

Tiazid menyebabkan peningkatan 5-15 % kolesterol serum dan

menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) (Katzung, 2001).

3) Hiponatremia

Disebabkan kombinasi antara peningkatan antidiuretik hormon (ADH)

yang mengiduksi hipovolemia, penurunan kapasitas pelarutan ginjal

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dan menyebabkan haus (Katzung, 2001).

4) Reaksi Alergi

Tiazid adalah sulfonamid dan mempunyai reaktivitas silang dengan

anggota lain dari kelompoknya (Katzung, 2001).

5) Lain-lain

Kelemahan, kelelahan, dan parestesia dapat menyerupai penghambat

karboanhidrase lain (Katzung, 2001).

e. Dosis

Hidroklorotiazid tersedia dalam sediaan tablet 25 dan 50 mg.

Dosis yang biasa digunakan untuk hipertensi adalah 12,5-25 mg per hari

dan untuk gagal jantung kongestif 25-100 mg per hari (Katzung, 2001).

Dosis yang dianjurkan untuk diuretik adalah 25 mg per hari (Nafrialdi,

2007).

4. Bunga Rosela

Bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki lebih dari 300

spesies yang tersebar di daerah tropis dan nontropis. Nama lain bunga rosela

antara rozelle, red sorrel, sour-sour, lemon bush, florida cranberry, oseille

rouge (Perancis), quimbombo chino (Spanyol), karkad (Afrika Utara), bisap

(Senegal) (Hutapea, 2001).

a. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospremae

Kelas : Dicotyledoneae

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Bangsa : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L. (Hutapea, 2001)

b. Ciri Morfologi

Tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa L.) berbentuk semak, tegak,

dan tingginya 0,5-5 m. Batangnya bulat, tegak, berkayu, dan berwarna

merah. Daunnya tunggal, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi

beringgit, penampang bulat, dan berwarna hijau. Bunganya tunggal,

terletak di ketiak daun, kelopak bunga dibentuk dari lima helai daun

kelopak, pangkal berlekatan, berwarna merah, serta mahkota bunga

berbentuk corong. Buahnya bebentuk kotak, berambut, dan berwarna

merah. Akarnya tunggang dan berwarna putih (Hutapea, 2001).

Gambar 2. Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) (Yan and Wong,

2009)

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Kandungan Senyawa

Kandungan senyawa yang terdapat pada kelopak bunga rosela adalah

flavonoid. Flavonoid kelopak bunga rosela terdiri dari flavonol dan pigmen

antosianin. Antosianin pada kelopak bunga rosela berada dalam bentuk

glukosida yang terdiri dari cyanidin-3-sambubioside, delphinidin-3-glucose,

dan delphinidin-3-sambubioside. Flavonol terdiri dari gossypectin, hibiscin,

dan quercetia (Mardiah et al., 2009). Kelopak bunga rosela juga

mengandung alkaloid, L-ascorbic acid, anisaldehid, antosianin, beta karoten,

protocathecuic acid, beta sitosterol, asam sitrat, galaktosa, polifenol,

cyaniding-3-rutinoside, mukopolisakarida, pektin, polisakarida, asam

stearat, dan lilin (Hirunpanich, 2005). Zat gizi lain yang tak kalah penting

terkandung dalam kelopak bunga rosela adalah kalsium, niasin, riboflavin,

dan besi yang cukup tinggi. Kandungan besi pada kelopak segar bunga

rosela dapat mencapai 8,98 mg/100 gr. Selain itu, kelopak bunga rosela

mengandung 1,12 % protein, 12 % serat kasar, 21,89 mg sodium, vitamin C,

dan vitamin A (Mardiah et al., 2009).

d. Manfaat

Kelopak bunga rosela yang telah digunakan dalam pengobatan

tradisional diyakini bermanfaat sebagai diuretik, antiseptik, antimikroba,

antihelmintik, sebagai obat untuk pireksia (demam), sariawan, serta

hipertensi (Perry, 1980; Olalelye, 2007; Okasha et al., 2008; Mardiah et

al., 2009). Di Thailand, bunga rosela digunakan sebagai terapi

pengobatan dan pencegahan batu ginjal (Prasongwatana et al., 2008).

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Pemberian ekstrak rosela juga dapat menurunkan kadar Low Dencity

Lipoprotein (LDL) (Fasoyiro et al., 2005).

e. Cara Pemakaian

Kelopak bunga rosela yang sudah dikeringkan direbus hingga

warna bunga memudar. Setelah itu, air rebusan disaring dan siap

dikonsumsi (Widyanto, 2008). Referensi lain menyebutkan, seduh atau

rebus 5-10 gr kelopak kering bunga rosela dengan 300 cc air hingga

mendidih, saring, lalu minum airnya hangat-hangat sebagai teh dua kali

sehari (Wijayakusuma, 2008).

f. Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai Diuretik

Peran kelopak bunga rosela sebagai diuretik dipengaruhi oleh

senyawa flavonoid yang dikandungnya. Flavonoid adalah salah satu dari

sekian banyak zat kimia yang telah terbukti secara eksperimental dapat

berfungsi sebagai diuretik alami (Xiao et al., 2005). Flavonoid

menyebabkan peningkatan ekskresi elektrolit seperti Na+ dan Cl- pada

tubulus sehingga menimbulkan efek diuresis (Chodera et al., 1991;

Juniora et al., 2010).

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

B. Kerangka Pikir

Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosela (Flavonoid)

Variabel Pengganggu

Tak Terkendali (Genetika, Keadaan

Ginjal, Stres)

Penghambatan Reabsorbsi Na+

dan Cl-

Ginjal

Diuretik Golongan Tiazid

(Hidroklorotiazid) Volume Urin Meningkat

Variabel Pengganggu Terkendali

(Makanan dan Mnimuman)

Glomeruli

Filtrasi

Filtrat

Tubulus

Tikus Putih

Keterangan: : berlangsung proses

: menuju ke

: menghambat

: menyebabkan

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

C. Hipotesis

Dosis tertinggi ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus

sabdariffa L.) pada penelitian ini merupakan dosis yang paling efektif sebagai

diuretik pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium

dengan rancangan penelitian the post test only with control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan dan

Penelitian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi : Tikus putih jantan (Rattus norvegicus)

2. Sampel : Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) di Laboratorium

Pengembangan dan Penelitian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada

(UGM) Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

1) Galur Wistar

2) Umur ± 3 bulan

3) Berat badan ± 200 gram (toleransi 10 %)

b. Kriteria eksklusi yaitu cacat fisik

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu

pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang

berkaitan dengan karakteristik populasi hewan uji (Taufiqurahman, 2009).

E. Besar Sampel

Menurut Maryanto dan Fatimah (2004), besar sampel dapat ditentukan

dengan menggunakan rumus Federer.

Rumus Federer :

Keterangan:

n = besar sampel tiap kelompok

t = banyaknya kelompok

Pada penelitian ini banyaknya kelompok adalah 5 kelompok, maka

besarnya sampel tiap kelompok adalah:

(n-1) x (5-1) > 15

(n-1) x 4 > 15

n - 1 > 3,75

n > 4,75

Dengan demikian, setiap kelompok penelitian minimal memerlukan

sampel sebanyak 5 ekor tikus putih jantan. Pada penelitian ini digunakan 5 ekor

tikus putih jantan per kelompok sehingga besar sampel total sebanyak 25 ekor

tikus putih jantan.

(n-1) x (t-1) > 15

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak etanol kelopak

bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan hidroklorotiazid (HCT).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah volume urin tikus putih

(Rattus norvegicus).

3. Variabel Pengganggu

a. Variabel pengganggu yang terkendali

Makanan dan minuman

b. Variabel pengganggu yang tidak terkendali

1) Variasi kepekaan (genetik) tikus putih terhadap zat dan obat yang

digunakan

2) Keadaan ginjal dari tikus putih

3) Stres

G. Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)

Ekstrak etanol kelopak bunga rosela adalah hasil ekstraksi kelopak

bunga rosela dengan metode sokhletasi menggunakan pelarut etanol 70%.

Kelopak bunga rosela yang memiliki karakteristik antara lain terdiri dari

lima helai daun kelopak, pangkalnya saling berlekatan, berwarna merah, dan

mahkota bunga berbentuk corong didapatkan serta dikeringkan, kemudian

diekstraksi di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Terpadu (LPPT)

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Ekstraksi dilakukan dengan

metode sokhletasi karena beberapa keuntungan yang dimilikinya, yaitu

bahan pelarut yang digunakan tidak banyak dan pelarut yang

digunakan selalu baru (Voight, 1994). Skala pengukuran yang digunakan

adalah ordinal.

2. Hidroklorotiazid (HCT)

Hidroklorotiazid adalah obat diuretik derivat dari tiazid yang bekerja

dengan meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan sejumlah air dengan

mekanisme menghambat reasorbsi aktif natrium, klorida, dan air pada tubuli

distal. Hidroklorotiazid mempunyai lama kerja 6-12 jam (Nafrialdi, 2007).

Hidroklorotiazid digunakan sebagai pilihan pertama untuk pengobatan

hipertensi ringan sampai sedang karena daya hipotensinya (Tjay dan

Rahardja, 2002). Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal.

3. Volume Urin

Volume urin adalah jumlah urin tampung yang dihitung dari nilai

rata-rata pengeluaran urin tikus putih selama 16 jam dimana pengamatan

dilakukan setiap 4 jam sampai 4 kali setelah pemberian perlakuan. Jika

volume urin yang dihasilkan lebih besar dari volume urin kontrol negatif

atau sama besar dengan volume urin pada kontrol positif, efek diuresis dapat

diasumsikan. Pengukuran volume urin menggunakan injection spuit dan

penghitungan waktu menggunakan stopwatch. Skala pengukuran yang

digunakan adalah rasio.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

H. Rancangan Penelitian

Tikus putih jantan (25 ekor)

Analisis data dengan uji statistik

+ Aquadest

2,5 ml

+ HCT

0,3 mg/200 gr BB tikus

putih/2,5 ml

+ Ekstrak

kelopak bunga rosela dosis 1 (65 mg/200 gr

BB tikus putih/2,5 ml)

+ Ekstrak kelopak

bunga rosela dosis 2

(130 mg/200 gr BB tikus

putih/2,5 ml)

Penampungan urin selama 4 jam

Diadaptasikan selama 7 hari

Dipuasakan dari makanan selama 6 jam, tetap diberikan air minum

Kelompok I (5 ekor)

Kelompok IV (5 ekor)

Kelompok III (5 ekor)

Kelompok II (5 ekor)

Kelompok V (5 ekor)

+ Ekstrak kelopak

bunga rosela dosis 3

(260 mg/200 gr BB tikus

putih/2,5 ml)

Pengukuran volume urin tiap 4 jam dan pengukuran intake cairan selama 16 jam

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

I. Instrumen Penelitian

1. Metabolic cage complete set for rats: tempat uji diuretik untuk masing-

masing tikus putih.

2. Kandang tikus: tempat untuk mengadaptasikan tikus putih pada tempat

percobaan.

3. Timbangan hewan: timbangan duduk dan timbangan neraca untuk

menimbang berat badan tikus putih.

4. Spuit pencekok: alat untuk memasukkan bahan uji pada tikus putih secara

peroral.

5. Bekker glass: alat untuk membuat ekstrak etanol kelopak bunga rosela.

6. Stop watch: alat untuk mengetahui waktu pengukuran volume urin tikus.

7. Injection spuit: alat untuk mengukur volume urin hasil uji diuretik.

J. Bahan Penelitian

1. Pelet sebagai bahan makanan untuk tikus putih

2. Ekstrak kelopak bunga rosela sebagai bahan uji

3. Aquadest sebagai kontrol negatif

4. Hidroklorotiazid sebagai kontrol positif

K. Cara Kerja

1. Membuat ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.)

Ekstrak pada percobaan ini dibuat di Lembaga Penelitian dan

Pengembangan Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada (UGM)

Yogyakarta. Ekstrak dibuat dengan metode sokhletasi dengan pelarut etanol

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

70% dan hasilnya berupa ekstrak kering. Ekstrak kering kemudian

dilarutkan dengan aquadest dan diberikan secara per oral pada tikus.

2. Penentuan dosis

a. Dosis ekstrak etanol kelopak bunga rosela

Volume cairan maksimal yang dapat diberikan secara per oral

pada tikus adalah 5 ml/100 gr (Ngatidjan, 1991). Disarankan takaran

dosis tidak sampai melebihi setengah kali volume maksimalnya (Imono

dan Nurlaila, 1986). Pada orang Indonesia, dosis kelopak bunga rosela

yang digunakan adalah dosis yang biasa dipakai di masyarakat, yaitu 3-4

kuntum kelopak bunga rosela, jika dikonversi menjadi ± 10 gr atau ±

10000 mg (Wijayakusuma, 2008).

Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai

spesies dan manusia, konversi dosis manusia dengan berat badan 70 kg

pada tikus dengan berat 200 gr adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991). Pada

orang Indonesia dengan berat rata-rata 50 kg, maka dosis kelopak bunga

rosela untuk tikus yaitu:

= (10000 mg x 0,018 x 50/70)/200 gr BB tikus putih

= 128,571 mg/200 gr BB tikus putih

= 128,6 mg/200 gr BB tikus putih » 130 mg/200 gr BB tikus putih

Dalam percobaan ini, dosis ekstrak etanol kelopak bunga rosela

dibuat bertingkat:

Kelompok I: Dosis rendah/dosis 1 = 0,5 x 130 mg/200 gr BB = 65

mg/200 gr BB tikus putih

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Ekstrak etanol kelopak bunga rosela 65 mg kemudian dilarutkan dengan

2,5 ml aquadest sehingga dalam 2,5 ml larutan terdapat konsentrasi

ekstrak etanol kelopak bunga rosela sebanyak 65 mg.

Kelompok II: Dosis sedang/dosis 2 = 1 x 130 mg/200 gr BB = 130

mg/200 gr BB tikus putih

Ekstrak etanol kelopak bunga rosela 130 mg kemudian dilarutkan dengan

2,5 ml aquadest sehingga dalam 2,5 ml larutan terdapat konsentrasi

ekstrak etanol kelopak bunga rosela sebanyak 130 mg.

Kelompok III: Dosis tinggi/dosis 3 = 2 x 130 mg/200 g BB = 260 mg/200

g BB tikus putih

Ekstrak etanol kelopak bunga rosela 260 mg kemudian dilarutkan dengan

2,5 ml aquadest sehingga dalam 2,5 ml larutan terdapat konsentrasi

ekstrak etanol kelopak bunga rosela sebanyak 260 mg.

b. Dosis hidroklorotiazid

Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai

spesies dan manusia, konversi dosis manusia dengan berat badan 70 kg

pada tikus dengan berat 200 g adalah 0,018. Volume cairan maksimal

yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah 5 ml/ 100 g BB

(Ngatidjan, 1991). Disarankan takaran dosis tidak sampai melebihi

setengah kali volume maksimalnya (Imono dan Nurlaila, 1986). Menurut

Nafrialdi (2007), dosis hidroklorotiazid yang dianjurkan sebagai diuretik

adalah 25 mg/ hari. Dengan demikian, dosis hidroklorotiazid untuk tikus

putih yaitu:

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

= (25 mg x 0,018 x 50/70)/200 g BB tikus putih

= 0,32 mg/200 g BB tikus putih » 0,3 mg/200 g BB tikus putih

Hidroklorotiazid 0,3 mg kemudian dilarutkan dengan 2,5 ml

aquadest sehingga dalam 2,5 ml larutan terdapat konsentrasi

hidroklorotiazid sebanyak 0,3 mg.

3. Langkah Penelitian

a. Sebelum Perlakuan

Hewan diadaptasi selama kurang lebih 1 minggu di tempat

percobaan dan dipuasakan dari makanan selama 6 jam sebelum

perlakuan. Hewan uji kemudian dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok

masing-masing terdiri atas 5 ekor tikus putih. Kemudian tikus putih

ditimbang dengan menggunakan timbangan hewan dan diberi perlakuan.

b. Pemberian Perlakuan

1) Kelompok I: tikus putih diberi aquadest 2,5 ml sebagai kontrol

negatif.

2) Kelompok II: tikus putih diberi hidroklorotiazid dosis 0,3 mg/200 g

BB tikus putih/2,5 ml.

3) Kelompok III: tikus putih diberi ekstrak etanol kelopak bunga rosela

65 mg/200 g BB tikus putih/2,5 ml.

4) Kelompok IV: tikus putih diberi ekstrak etanol kelopak bunga rosela 130

mg/200 g BB tikus putih/2,5 ml.

5) Kelompok V: tikus putih diberi ekstrak etanol kelopak bunga rosela

260 mg/200 g BB tikus putih/2,5 ml.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c. Sesudah Perlakuan

Setiap tikus putih langsung dimasukkan ke dalam kandang khusus

untuk uji diuretik (metabolic cage complete set for rats). Penampungan

dan pengukuran urin tikus putih dilakukan setiap 4 jam, selama 16 jam.

L. Teknik Analisis Data

Data (volume urin dan intake cairan) yang diperoleh ditabulasi dalam

tabel dan grafik. Selanjutnya data (volume urin dan intake cairan) dianalisis

apakah memenuhi syarat uji parametrik yaitu dengan diuji normalitas dan

homogenitas variansinya. Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk

karena jumlah sampel yang kecil (< 50). Uji homogenitas varians antar

kelompok menggunakan uji Levene.

Bila didapatkan p > 0,05 pada kedua uji tersebut, berari distribusi data

nominal dan varians antar kelompok homogen. Selanjutnya, data diuji dengan

dengan uji one-way Anova. Bila didapat hasil yang signifikan (p < 0,05), data

diuji lebih lanjut dengan uji post-hoc untuk mengetahui manakah di antara

kelompok percobaan yang berbeda secara signifikan.

Bila syarat uji parametrik tidak terpenuhi (distribusi data tidak normal

dan varians antar kelompok tidak homogen), data dianalisis dengan uji statistik

non-parametrik yang sebanding dengan uji one-way Anova, yaitu uji Kruskal-

Wallis. Bila terdapat perbedaan signifikan, data selanjutnya diuji dengan uji

Mann-Whitney. Analisis statistik dilakukan dengan SPSS v.17.0.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Penelitian uji dosis ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus

sabdariffa L.) sebagai diuretik pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) ini

menggunakan 25 ekor tikus putih jantan, galur Wistar, dan berat badan ± 200

gram. Tikus-tikus tersebut dibagi dalam lima kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih. Kelompok I sebagai kontrol negatif

diberikan aquadest (2,5 ml). Kelompok II sebagai kontrol positif diberikan

hidroklorotiazid (0,3 mg/200 gr BB/2,5 ml). Kelompok III, IV, dan V berturut-

turut diberi perlakuan dengan ekstrak etanol kelopak bunga rosela dosis 1 (65

mg/200 gr BB/2,5 ml), dosis 2 (130 mg/200 gr BB/2,5 ml), dosis 3 (260

mg/200 gr BB/2,5 ml). Pengamatan dan pengukuran dilakukan dengan cara

menampung volume urin setiap 4 jam beserta intake cairan selama 16 jam.

Hasil pengamatan pada penelitian uji dosis ekstrak etanol kelopak

bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai diuretik pada tikus putih jantan

(Rattus norvegicus) dirangkum dalam Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel 2. Pengukuran Volume Urin (ml) Tiap 4 Jam

Kelompok

Rerata ± Standar Deviasi Volume Urin (ml)

4 jam I 4 jam II 4 jam III 4 jam IV

Kontrol Negatif 2,72 ± 1,17 6,06 ± 1,88 4,36 ± 2,38 2,62 ± 2,20

Kontrol Positif 5,48 ± 1,54 6,44 ± 2,56 5,36 ± 2,09 2,72 ± 1,77

Dosis 1 Rosela 1,96 ± 0,86 1,12 ± 1,15 1,98 ± 1,08 2,46 ± 1,51

Dosis 2 Rosela 2,36 ± 0,83 2,92 ± 2,27 2,48 ± 1,17 1,98 ± 1,96

Dosis 3 Rosela 2,36 ± 0,77 6,72 ± 5,63 7,76 ± 4,42 1,56 ± 0,92

Pada tabel di atas diketahui saat pengukuran 4 jam I rerata volume urin

kelompok kontrol positif paling banyak dibandingkan kelompok lainnya. Saat

pengukuran 4 Jam II, rerata volume urin kelompok kontrol negatif dan dosis 3

ekstrak etanol kelopak bunga rosela meningkat hampir sama dengan kelompok

kontrol positif. Pada saat yang sama, rerata volume urin kelompok dosis 1

ekstrak etanol kelopak bunga rosela justru menurun. Saat pengukuran 4 jam III,

rerata volume urin kelompok dosis 3 ekstrak kelopak bunga rosela meningkat

melebihi kelompok kontrol positif. Saat pengukuran 4 jam IV, rerata volume

urin sebagian besar kelompok mengalami penuruan kecuali pada kelompok

dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela yang terjadi sedikit peningkatan.

Penurunan drastis terlihat jelas pada kelompok dosis 3 ekstrak etanol kelopak

bunga rosela. Penjelasan di atas terlihat jelas pada Gambar 3 berikut ini.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Gambar 3. Grafik Volume Urin Tiap Kelompok pada Berbagai Waktu dan

Status Perlakuan

Secara garis besar, gambar di atas menunjukkan bahwa kelompok

kontrol negatif dan dosis 3 ekstrak kelopak bunga rosela mampu menghasilkan

volume urin yang sebanding dengan kelompok kontrol positif sedangkan

kelompok dosis 1 dan 2 ekstrak kelopak bunga rosela tidak. Volume urin

kelompok kontrol negatif dan dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela

meningkat drastis pada saat 4 jam II. Pada saat yang sama, volume urin

kelompok dosis 1 ekstrak kelopak bunga rosela

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 3. Perbandingan Rerata Volume Urin (ml) dan Intake Cairan (ml) Tiap

Kelompok selama 16 Jam

Kelompok

Rerata (ml)

Intake Cairan Volume Urin

Kontrol Negatif 32,00 15,76

Kontrol Positif 27,40 20,00

Dosis 1 Rosela 17,60 7,52

Dosis 2 Rosela 27,60 9,74

Dosis 3 Rosela 33,40 18,4

Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara rerata volume urin

dengan rerata jumlah intake cairan pada tiap-tiap kelompok. Secara garis besar,

peningkatan intake cairan akan mempengaruhi peningkatan volume urin yang

dihasilkan.

B. Analisis Data

Data (jumlah volume urin dan intake cairan) yang diperoleh selama 16

jam kemudian dianalisis dengan SPSS v.17.0 apakah memenuhi syarat uji

parametrik yaitu diuji homogenitas varians dan normalitasnya. Uji

homogenitas varians antar kelompok dilakukan dengan uji Levene sedangkan

uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk.

1. Intake Cairan

a) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data intake cairan disajikan pada tabel 3

berikut ini.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 4. Uji Normalitas Intake Cairan

Kelompok Nilai p

Kontrol Negatif 0,758

Kontrol Positif 0,153

Dosis 1 Ekstrak Rosela 0,795

Dosis 2 Ekstrak Rosela 0,402

Dosis 3 Ekstrak Rosela 0,533

Intepretasi dari uji normalitas data di atas adalah distribusi data

dari tiap-tiap kelompok adalah normal karena semua kelompok

mempunyai nilai p > 0,05.

b) Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas data intake cairan didapatkan nilai p =

0,709 (lampiran 4). Intepretasi dari uji homogenitas varians dimana p >

0,05 adalah berarti tidak ada perbedaan varians data yang bermakna antar

kelompok. Dengan kata lain, varians data intake cairan homogen.

Kedua uji statistik di awal menunjukkan bahwa distribusi data

normal dan varians data homogen sehingga syarat uji parametrik (uji

Anova) terpenuhi.

c) Uji Anova

Hasil uji anova menunjukkan nilai p = 0,081 (lampiran 4).

Intepretasi dari uji anova dimana p > 0,05 adalah tidak terdapat

perbedaan intake cairan yang bermakna antara kelompok perlakuan.

Dengan kata lain, intake cairan antar kelompok sama.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2. Volume Urin

a) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data volume urin dirangkum pada tabel 5

berikut ini.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Volume Urin

Kelompok

Nilai p

4 Jam I 4 Jam II 4 Jam III 4 Jam IV

Kontrol Negatif 0,845 0,157 0,301 0,264

Kontrol Positif 0,096 0,414 0,468 0,351

Dosis 1 Rosela 0,730 0,397 0,121 0,141

Dosis 2 Rosela 0,557 0,497 0,821 0,127

Dosis 3 Rosela 0,415 0,875 0,820 0,145

Interpretasi hasil uji normalitas adalah jika p > 0.05 berarti

distribusi data normal. Tabel 5 menunjukkan bahwa data volume urin 4

jam I, II, III dan IV mempunyai distribusi data normal.

b) Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas terhadap data volume urin dirangkum

dalam Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Volume Urin

Nilai p

Volume Urin 4 Jam I 0,756

Volume Urin 4 Jam II 0,027

Volume Urin 4 Jam III 0,025

Volume Urin 4 Jam IV 0,290

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Interpretasi uji homogenitas adalah jika p > 0,05 berarti varians

data antar kelompok homogen. Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa volume

urin 4 jam I dan IV antar kelompok tidak terdapat perbedaan yang

bermakna (varians datanya homogen) sedangkan volume urin 4 jam II

dan III terdapat perbedaan (varians data tidak homogen).

Data volume urin 4 jam I dan IV mempunyai varians data

homogen dan distribusi data normal sehingga data tersebut diuji statistik

dengan uji Anova sedangan data volume urin 4 jam II dan III mempunyai

varians data tidak homogen dan distribusi data normal sehingga data

tersebut diuji statistik dengan uji Kruskal-Wallis.

c) Uji Anova

Uji Anova digunakan untuk melihat adakah terdapat perbedaan

volume urin 4 jam I dan IV yang bermakna antar kelompok perlakuan.

Adapun hasil uji Anova dirangkum dalam tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Anova Volume Urin

Nilai p

Volume Urin 4 Jam I 0,000

Volume Urin 4 Jam IV 0,809

Intepretasi dari uji Anova dimana p < 0,05 adalah terdapat

perbedaan total volume urin yang bermakna antar kelompok perlakuan.

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa volume urin 4 jam I terdapat

perbedaan yang bermakna sedangkan volume urin 4 jam IV tidak. Data

volume urin 4 jam I selanjutnya diuji statistik dengan uji post-hoc untuk

mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan bermakna.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

d) Uji Post-Hoc

Hasil uji post-hoc volume urin 4 jam I dirangkum dalam tabel 8

berikut ini.

Tabel 8. Rangkuman Uji Post-Hoc Volume Urin 4 Jam I

Perbandingan Kelompok Nilai p

Negatif vs Positif 0,001

Negatif vs Dosis 1 0,277

Negatif vs Dosis 2 0,602

Negatif vs Dosis 3 0,602

Positif vs Dosis 1 0,000

Positif vs Dosis 2 0,000

Positif vs Dosis 3 0,000

Dosis 1 vs Dosis 2 0,563

Dosis 1 vs Dosis 3 0,563

Dosis 2 vs Dosis 3 1,000

Intepretasi uji post-hoc menunjukkan volume urin yang

dihasilkan oleh kelompok kontrol positif (hidroklorotiazid) paling banyak

dibandingkan kelompok perlakuan lainnya saat pengukuran 4 jam I.

e) Uji Kruskal-Wallis

Uji Kruskall-Wallis digunakan untuk melihat adakah terdapat

perbedaan volume urin yang bermakna antar kelompok perlakuan saat

pengukuran 4 jam II dan III. Adapun hasil uji Kruskal-Wallis dirangkum

dalam tabel 9 berikut ini.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Kruskal-Wallis

Nilai p

Volume Urin 4 Jam II 0,030

Volume Urin 4 Jam III 0,015

Intepretasi dari uji Anova dimana p < 0,05 adalah terdapat

perbedaan total volume urin yang bermakna antar kelompok perlakuan.

Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa volume urin 4 jam II dan III terdapat

perbedaan yang bermakna. Data volume urin 4 jam II dan III selanjutnya

diuji statistik dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok

mana yang memiliki perbedaan bermakna.

f) Uji Mann-Whitney

Hasil uji Mann-Whitney volume urin 4 jam II dan III dirangkum

dalam tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Rangkuman Uji Mann-Whitney

Perbandingan Kelompok

Nilai p

4 Jam II 4 Jam III

Negatif vs Positif 0,751 0,600

Negatif vs Dosis 1 0,009 0,075

Negatif vs Dosis 2 0,076 0,169

Negatif vs Dosis 3 0,754 0,116

Positif vs Dosis 1 0,009 0,016

Positif vs Dosis 2 0,075 0,028

Positif vs Dosis 3 0,917 0,465

Dosis 1 vs Dosis 2 0,172 0,530

Dosis 1 vs Dosis 3 0,076 0,021

Dosis 2 vs Dosis 3 0,295 0,021

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Intepretasi uji Mann-Whitney 4 jam II menunjukkan bahwa

volume urin yang dihasilkan oleh kelompok dosis 2 dan 3 ekstrak etanol

kelopak bunga rosela sebanding dengan kelompok kontrol positif

(hidroklorotiazid) yaitu nilai p > 0,05. Intepretasi uji Mann-Whitney 4

jam III menunjukkan bahwa volume urin yang dihasilkan oleh kelompok

dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela sebanding dengan kelompok

kontrol positif (hidroklorotiazid) yaitu nilai p > 0,05.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB V

PEMBAHASAN

Volume urin selama 16 jam antara kelompok I (kontrol negatif), II (kontrol

positif), III (dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela), IV (dosis 2 ekstrak

etanol kelopak bunga rosela), dan V (dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela)

terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 3. Pengukuran 4 jam I menunjukkan bahwa

kelompok kontrol positif menghasilkan volume urin yang paling banyak

dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hasil ini sesuai dengan

pendapat Nafrildi (2007) yang menyatakan bahwa hidroklorotiazid bekerja mulai

dari 2 jam setelah pemberian secara oral. Pengukuran 4 jam I ini juga

menunjukkan bahwa kelompok dengan pemberian ekstrak etanol kelopak bunga

rosela belum memperlihatkan adanya efek diuresis.

Pengukuran 4 jam II menunjukkan bahwa volume urin kelompok kontrol

negatif, kontrol positif, dosis 2 dan 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela

mengalami peningkatan. Volume urin kelompok kontrol negatif meningkat

hampir menyamai volume urin kelompok kontrol positif sedangkan volume urin

kelomppk dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela meningkat sedikit melebihi

kelompok kontrol positif. Peningkatan volume urin pada kelompok kontrol negatif

terjadi karena aquades memiliki sifat sebagai diuretik fisiologis. Aquades akan

meningkatkan volume cairan intravaskular. Efek hemodinamik dari peningkatan

tersebut selanjutnya meningkatkan filtrasi glomerulus. Filtrasi glomerulus yang

meningkat akan mengakibatkan peningkatan volume urin (Sherwood, 2001).

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Peningkatan volume urin kelompok dosis 2 dan 3 ekstrak etanol kelopak bunga

rosela kemungkinan bisa terjadi karena kandungan flavonoidnya. Flavonoid

menyebabkan peningkatan ekskresi elektrolit seperti Na+ dan Cl- pada tubulus

sehingga menimbulkan efek diuresis (Chodera et al., 1991; Juniora et al., 2010).

Peningkatan volume urin pada kelompok dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga

rosela lebih tinggi dibandingkan kelompok dosis 2 kemungkinan disebabkan

kandungan flavonoidnya yang lebih banyak sehingga efek diuresis yang

dihasilkan juga lebih kuat. Saat pengukuran 4 jam II, volume urin kelompok dosis

1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela justru menurun. Hal ini kemungkinan

disebabkan intake cairan selama 4 jam II lebih sedikit dibandingkan intake cairan

selama 4 jam I sehingga urin yang dihasilkan berkurang. Pengukuran 4 jam II ini

juga menunjukkan bahwa kelompok dosis 2 dan 3 ekstrak etanol kelopak bunga

rosela memperlihatkan adanya efek diuresis sedangkan kelompok dosis 1 tidak..

Pengukuran 4 jam III menunjukkan bahwa volume urin kelompok kontrol

negatif, kontrol positif dan dosis 2 ekstrak etanol kelopak bunga rosela mengalami

penurunan sedangkan kelompok dosis 1 dan 3 meningkat. Penurunan volume urin

pada kelompok kontrol positif disebabkan masa kerja hidroklorotiazid sudah

mendekati akhir yaitu 12 jam (Nafrialdi, 2007). Penurunan volume urin pada

dosis 2 ekstrak etanol kelopak bunga rosela kemungkinan disebabkan kandungan

flavonoidnya sudah berkurang sehingga efek diuresis yang dihasilkan juga

menurun. Peningkatan volume urin kelompok dosis 3 ekstrak kelopak bunga

rosela kemungkinan menunjukkan bahwa kandungan flavonoid dalam dosis

tersebut masih banyak sehingga masih mampu menghasilkan efek diuresis.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Peningkatan volume urin kelompok dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela

kemungkinan disebabkan intake cairannya bertambah. Pengukuran 4 jam III

menunjukkan bahwa kelompok dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela masih

mampu menghasilkan efek diuresis dibandingkan dengan dosis 1 dan 2.

Pengukuran 4 jam IV terlihat volume urin sebagian besar kelompok

perlakuan mengalami penurunan kecuali kelompok dosis 1 ekstrak etanol kelopak

bunga rosela. Hal ini terjadi karena efek dari pemberian perlakuan pada tiap-tiap

kelompok sudah berkurang. Penurunan tajam terjadi pada kelompok dosis 3

ekstrak etanol kelopak bunga rosela. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dua

hal yaitu kandungan flavonoid yang berkurang dan intake cairan pada saat

tersebut juga berkurang. Peningkatan volume urin kelompok dosis 1 ekstrak

etanol kelopak bunga rosela kemungkinan disebabkan intake cairan pada saat 4

jam IV sedikit bertambah.

Pada penelitian ini, intake cairan dapat berpengaruh terhadap volume urin

yang dihasilkan. Tabel 3 menunjukkan perbandingan rerata volume urin dengan

rerata intake cairan selama 16 jam tiap-tiap kelompok perlakuan. Tabel 3

menunjukkan bahwa intake cairan pada kelompok kontrol negatif dan dosis 3

ekstrak etanol kelopak bunga rosela lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol

positif. Hal ini kemungkinan besar menyebabkan pengeluaran urin pada kedua

kelompok tersebut meningkat sehingga menyamai kelompok kontrol positif.

Perbandingan rerata volume urin dengan intake cairan antara kelompok dosis 2

ekstrak kelopak bunga rosela dengan kelompok kontrol positif menunjukkan

bahwa dosis 2 ekstrak etanol kelopak bunga rosela belum efektif dalam

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

menghasilkan efek diuresis sebab volume urin yang dihasilkan lebih sedikit

padahal intake cairannya hampir sama. Perbandingan rerata volume urin dengan

rerata intake cairan antara kelompok dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela

dengan kelompok kontrol positif menunjukkan pengaruh intake cairan terhadap

volume urin yang dihasilkan.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya efek diuretik

pada tikus putih jantan saat 4 jam II setelah pemberian dosis 2 dan dosis 3 ekstrak

etanol kelopak bunga rosela. Hal ini terlihat dari dosis 2 dan 3 ekstrak kelopak

bunga rosela yang mempunyai rerata volume urin sebanding dengan kontrol

positif. Selanjutnya, efek diuretik dosis 3 ekstrak kelopak bunga rosela mampu

bertahan hingga 4 jam III sedangkan dosis 2 tidak. Pada penelitian ini, peneliti

membuat hipotesis yaitu dosis tertinggi ekstrak etanol kelopak bunga rosela

merupakan dosis yang paling efektif sebagai diuretik pada tikus putih jantan.

Hipotesis ini diterima sebab selama 16 jam, volume urin kelompok dosis 3 ekstrak

etanol kelopak bunga rosela sebanding dengan kelompok kontrol positif

(hidroklorotiazid) pada 4 jam II dan III sehingga dapat diasumsikan bahwa efek

diuresisnya lebih efektif dan bertahan lebih lama dibandingkan dosis lainnya.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Chodera (1991) yang menyatakan

bahwa flavonoid adalah salah satu dari sekian banyak zat kimia yang telah

terbukti secara eksperimental dapat berfungsi sebagai diuretik alami. Namun, hasil

penelitian ini masih perlu dibuktikan lagi kebenarannya sebab masih sedikit sekali

bukti-bukti dari penelitian sebelumnya mengenai efek diuretik dari kelopak bunga

rosela.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Kelemahan pada penelitian ini adalah data intake cairan hanya diukur pada

akhir penelitian (16 jam) padahal setiap 4 jam pengukuran intake cairan pada tiap-

tiap kelompok bisa saja berbeda. Oleh karena itu, hasil pengukuran total volume

urin tiap 4 jam tidak bisa dikaji ulang untuk dihubungkan dengan berapa banyak

intake cairan yang masuk pada tiap kelompok untuk tiap 4 jamnya. Selain itu,

penelitian ini terdapat data yang tidak akurat pada kelompok kontrol negatif

(aquades) dan dosis 2 ekstrak etanol kelopak bunga rosela. Pada uji statistik 4 jam

II dan III, perbandingan volume urin kelompok kontrol negatif tidak didapatkan

perbedaan yang bermakna dengan kontrol positif. Hal ini menyebabkan aquades

yang bersifat fisiologis tidak bisa dijadikan kontrol negatif sebagai pembanding

dengan kelompok lainnya. Pengukuran 4 jam II juga terlihat bahwa volume urin

pada kelompok dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela terjadi penurunan.

Setelah dikaji ulang dengan hasil penelitian, tikus dalam kelompok tersebut ada

yang tidak menghasilkan volume urin sehingga hal ini akan mempengaruhi

jumlah rata-rata volume urin. Hasil ini kemungkinan bisa disebabkan faktor-faktor

seperti kesalahan dalam pengamatan, kondisi alat, atau karena intake cairan yang

berkurang.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian ini adalah dosis 260 mg/200 gr BB/2,5 ml ekstrak

etanol kelopak bunga rosela pada penelitian ini merupakan dosis yang paling

efektif sebagai diuretik terhadap tikus putih jantan.

B. Saran

Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, peneliti memberi saran

sebagai berikut:

1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi zat-zat yang

terkandung dalam kelopak bunga rosela yang berfungsi sebagai diuretik.

2. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai ekstrak kelopak bunga rosela

sebagai diuretik pada hewan uji yang sama atau lebih tinggi dengan metode

yang berbeda dan dosis yang lebih besar.

3. Sebaiknya intake cairan tiap pengukuran juga diukur.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

DAFTAR PUSTAKA

Anderson P., Knoben J., Troutman W. 2002. Handbook of Clinical Drug Data.

10th ed. Newyork: Mc Graw Hill Company, pp: 722-723.

Bustan N.M. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka

Cipta, pp: 31-9.

Chodera A., Dabrowska K., Sloderbach A., Skrzypazak L., Budzianawski J. 1991.

Effect of Flavonoid Fraction of Solidago virgaurea L. on Diuresis and

Levels of Electrolytes. http://www.sv.sbm.com/abstracts/solidago-AB.text

(7 Desember 2011)

Darmojo B. 2001. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hpertensi di Indonesia.

Jakarta: Medika, pp: (7) 442-448.

Fasoyiro S.B., Ashaye O.A., Adeola A., Samuel F.O. 2005. Chemical and

storability of fruit-flavoured (Hibiscus sabdariffa L.) drinks. World J. Agri.

Sci. 1(2): 165-168.

Guyton A.C., dan Hall J.E. 2008a. Penyakit ginjal dan diuretik. In: Luqman Y.R.,

Huriawati H., Andita N., Nanda W. (eds). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 421-429.

Guyton A.C., dan Hall J.E. 2008b. Pembentukan urin oleh ginjal. In: Luqman

Y.R., Huriawati H., Andita N., Nanda W. (eds). Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 324-

335.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Hapsara H. 2004. Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip Dasar,

Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Hirunpanich V., Utaipat A., Noppawan P.M., Nuntavan B., Hitoshi S., Angkana

H., Chuthamanee S. 2005. Antioxidant effect of aqueous extracts from dried

calyx of Hibiscus sabdariffa linn (roselle) in vitro using rat low density

lipoprotein (LDL). Bio. Pharm. Bull. 28(3): 481-484.

Hutapea JR (ed). 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Jakarta:

Bakti Husada. pp: 124-125.

Imono A.D., dan Nurlaila, 1986. Obat Tradisional dan Fitoterapi Uji Toksikologi.

Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, pp: 4-11.

Juniora A.G., Gasparottoa F.M., Boffoa M.A., Lourencoa E.L.B., Stefanellod

M.E.A., Salvadore M.J., Silva-Santosc J.E., et al. 2010. Diuretic and

potassium-sparing effect of isoquercitrin-an active flavonoid of Tropaeolum

majus L. Journal of Ethnopharmacology. 134 (2): 210-215.

Katno. 2004. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional. http://cintaialam.tripod.com/keamanan_obat%20tradisional.p-

df. (15 Januari 2011).

Katzung B.G. 2001. Tiazid. In: Agoes H.A (ed). Farmakologi Dasar dan Klinik.

Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 255-256.

Mardiah, Sawarni H., Ashadi R.W., Rahayu A. 2009. Budi Daya dan Pengolahan

Rosela si Merah Segudang Manfaat. Jakarta: Agromedia Pustaka, pp: 5-29.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Maryanto dan Fatimah. 2004. Pengaruh pemberian jambu biji (Psidium guajava

L.) pada lipidemia serum tikus (Sprague Dawley) hiperkolesterolemia.

Media Medika Indonesia. 39: 105-111

Mutschler E. 1991. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi

Edisi 5. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung, pp: 552-

553,566,570,571.

Nafrialdi. 2007. Diuretik dan Antidiuretik dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi

V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp:

392-96.

Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam

Toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Universitas

Gadjah Mada, pp: 94-152.

Okasha M.A.M., Abubakar M.S., Bako I.G. 2008. Study of the effect of aqueous

Hibiscus sabdariffa Linn seed extract on serum prolactin level of lactating

female albino rats. European Journal of Scientific Research. 22(4): 575-

583.

Olaleye M.T. 2007. Cytotoxicity and antibacterial activity of methanolic extract of

Hibiscus sabdariffa. J Med Plants Research. 1(1): 009-013.

Oppel M. 2007. Hibiscus tea may have cholesterol-lowering effects. Herbclip.

http://www.herbalgram.org (11 Januari 2011)

Perry J.M. 1980. Medicinal Plants of East and Southeast Asia: Attributed

Properties and Uses. Cambridge: MIT Press, pp: 334-360.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Prasongwatana V., Woottisin S., Sriboonlue P., Kukongviriyapan V. 2008.

Uricosuric effect of roselle (Hibiscus sabdariffa) in normal and renal-stone

former subjects. J Ethnopharmacol. 117(3): 491-495.

Price S.A., and Wilson L.M. 2006. Anatomi dan fisiologi ginjal dan saluran

kemih. In: Hartanto H., Susi N., Wulansari P., Mahanani D.A. (eds).

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2. Edisi 6.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 868-869.

Sherwood L. 2001. Sistem kemih. In: Santoso B.I. (eds). Fisiologi Manusia dari

Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 462-

502.

Siregar P., Wiguno P., Oesman R., Sidabutar R.P. 1987. Masalah penggunaan

diuretika. Cermin Dunia Kedokteran No. 47 Tahun 1987, pp: 25-27.

Suprapto. 1992. Bertanam Kedelai. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya, pp: 1-16.

Taufiqurohman M.A. 2009. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu

Kesehatan. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT

Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press) Universitas Sebelas Maret, p:

63.

Tjay T.H., dan Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting, Khasiat dan

Penggunaannya. Edisi V. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, pp: 661-

663.

Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Penerbit UGM

Press, pp: 561-564.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Widodo U. 1993. Kumpulan Data Klinik Farmakologik. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada Pess, pp: 561-567.

Wijayakusuma H. 2008. Ramuan Herbal Penurun Kolesterol. Jakarta: Pustaka

Bunda, pp: 15-16.

Wirawan.1995. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin. Cermin Dunia Kedokteran No.

30 Tahun 1995, pp: 35-38. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/file-

s/12_PenilaianHasilPemeriksaanUrin.pdf/12_PenilaianHasilPemeriksaanUri

n.html (15-5-2011)

Xiao J., Jiang X., Chen X. 2005. Antibacterial, anti-inflammatory, and diuretic

effect of flavonoids from Marchantia convoluta. African Journal.

Traditional, Complementary and Alternative Medicines. 2 (3): 244-252.

Yan K., and Wong J. 2009. Malvaceae – Fruit of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.).

http://www.flickr.com/photos/33623636@N08/4036311973/ (diakses tang-

gal 25 Maret 2011)

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Berat Badan (gram) Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

Tiap Kelompok

Tikus

Kelompok

Kontrol

Positif

Kontrol

Negatif

Dosis 1

Rosela

Dosis 2

Rosela

Dosis 3

Rosela

1 223,0 204,2 211,2 213,1 214,7

2 215,9 206,0 216,4 203,0 196,6

3 224,2 214,4 202,9 202,4 207,9

4 223,5 206,2 200,0 197,4 192,9

5 216,9 217,0 216,3 212,8 201,9

Rerata 220,7 209,6 209,4 205,7 202,8

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 2. Tabel Intake Cairan (ml) Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

Selama 16 jam

Tikus

Kelompok

Kontrol

Negatif

Kontrol

Positif

Dosis 1

Rosela

Dosis 2

Rosela

Dosis 3

Rosela

1 45 36 16 25 33

2 20 35 20 25 25

3 35 20 12 15 41

4 25 26 25 28 45

5 35 20 15 45 23

Rerata 32 28,6 17,6 27,6 33,4

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 3. Pengukuran Volume Urin (ml) Tikus Putih Jantan (Rattus

norvegicus) Tiap 4 Jam

4 jam I

Tikus

Kelompok

Kontrol

Negatif

Kontrol

Positif

Dosis 1

Rosela

Dosis 2

Rosela

Dosis 3

Rosela

1 1,1 5,1 1,0 2,1 3,1

2 3,1 5,0 3,2 1,3 1,4

3 3,1 4,0 1,3 2,0 3,2

4 2,1 5,2 2,2 3,1 2,1

5 4,2 8,1 2,1 3,3 2,0

Rerata 2,72 5,48 1,96 2,36 2,36

4 jam II

Tikus Jantan

Kelompok

Kontrol

Negatif

Kontrol

Positif

Dosis 1

Rosela

Dosis 2

Rosela

Dosis 3

Rosela

1 7,0 8,0 0,4 3,0 5,2

2 4,0 6,0 1,2 5,3 4,2

3 7,1 4,1 0 1,2 15,0

4 4,1 4,1 1,0 5,0 9,1

5 8,1 10,0 3,0 0,1 0,1

Rerata 6,06 6,44 1,12 2,92 6,72

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 jam III

Tikus Jantan

Kelompok

Kontrol

Negatif

Kontrol

Positif

Dosis 1

Rosela

Dosis 2

Rosela

Dosis 3

Rosela

1 4,0 6,0 1,0 4,2 7,4

2 2,1 6,2 1,4 3,0 3,0

3 7,3 3,1 1,2 1,1 14,0

4 2,1 3,4 3,3 2,0 10,0

5 6,3 8,1 3,0 2,1 4,4

Rerata 4,36 5,36 1,98 2,48 7,76

4 jam IV

Tikus Jantan

Kelompok

Kontrol

Negatif

Kontrol

Positif

Dosis 1

Rosela

Dosis 2

Rosela

Dosis 3

Rosela

1 5,0 5,1 4,0 1,1 2,2

2 0,2 2,2 1,0 2,1 0,2

3 4,2 1,1 2,1 0,3 2,1

4 0,4 1,0 4,1 1,1 1,0

5 3,3 1,2 1,1 5,3 2,3

Rerata 2,62 2,72 2,46 1,98 1,56

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 4. Uji Statistik Intake Cairan Selama 16 Jam

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IntakeCairan Kontrol Negatif .221 5 .200* .953 5 .758

Kontrol Positif .235 5 .200* .836 5 .153

Dosis 1 Rosela .225 5 .200* .958 5 .795

Dosis 2 Rosela .285 5 .200* .899 5 .402

Dosis 3 Rosela .208 5 .200* .920 5 .533

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

IntakeCairan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.539 4 20 .709

ANOVA

IntakeCairan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 765.200 4 191.300 2.436 .081

Within Groups 1570.800 20 78.540

Total 2336.000 24

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 5. Uji Statistik Volume Urin 4 Jam I

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Urin Kontrol Negatif .227 5 .200* .965 5 .845

Kontrol Positif .372 5 .023 .809 5 .096

Dosis 1 Rosela .190 5 .200* .949 5 .730

Dosis 2 Rosela .223 5 .200* .924 5 .557

Dosis 3 Rosela .232 5 .200* .901 5 .415

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Urin

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.471 4 20 .756

ANOVA

Urin

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 40.634 4 10.158 8.798 .000

Within Groups 23.092 20 1.155

Total 63.726 24

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Multiple Comparisons

Urin

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol Negatif Kontrol Positif -2.76000* .67959 .001 -4.1776 -1.3424

Dosis 1 Rosela .76000 .67959 .277 -.6576 2.1776

Dosis 2 Rosela .36000 .67959 .602 -1.0576 1.7776

Dosis 3 Rosela .36000 .67959 .602 -1.0576 1.7776

Kontrol Positif Kontrol Negatif 2.76000* .67959 .001 1.3424 4.1776

Dosis 1 Rosela 3.52000* .67959 .000 2.1024 4.9376

Dosis 2 Rosela 3.12000* .67959 .000 1.7024 4.5376

Dosis 3 Rosela 3.12000* .67959 .000 1.7024 4.5376

Dosis 1 Rosela Kontrol Negatif -.76000 .67959 .277 -2.1776 .6576

Kontrol Positif -3.52000* .67959 .000 -4.9376 -2.1024

Dosis 2 Rosela -.40000 .67959 .563 -1.8176 1.0176

Dosis 3 Rosela -.40000 .67959 .563 -1.8176 1.0176

Dosis 2 Rosela Kontrol Negatif -.36000 .67959 .602 -1.7776 1.0576

Kontrol Positif -3.12000* .67959 .000 -4.5376 -1.7024

Dosis 1 Rosela .40000 .67959 .563 -1.0176 1.8176

Dosis 3 Rosela .00000 .67959 1.000 -1.4176 1.4176

Dosis 3 Rosela Kontrol Negatif -.36000 .67959 .602 -1.7776 1.0576

Kontrol Positif -3.12000* .67959 .000 -4.5376 -1.7024

Dosis 1 Rosela .40000 .67959 .563 -1.0176 1.8176

Dosis 2 Rosela .00000 .67959 1.000 -1.4176 1.4176

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 6. Uji Statistik Volume Urin 4 Jam II

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Urin Kontrol Negatif .291 5 .193 .837 5 .157

Kontrol Positif .219 5 .200* .901 5 .414

Dosis 1 Rosela .272 5 .200* .898 5 .397

Dosis 2 Rosela .219 5 .200* .915 5 .497

Dosis 3 Rosela .206 5 .200* .970 5 .875

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Urin

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.436 4 20 .027

Test Statisticsa,b

Urin

Chi-Square 10.694

df 4

Asymp. Sig. .030

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Kelompok

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Test Statistics

Uji Mann-Whitney 4 Jam II Asymp. Sig (2-tailed)

(p)

Kontrol Negatif vs Kontrol Positif 0,751

Kontrol Negatif vs Dosis 1 Rosela 0,009

Kontrol Negatif vs Dosis 2 Rosela 0,076

Kontrol Negatif vs Dosis 3 Rosela 0,754

Kontrol Positif vs Dosis 1 Rosela 0,009

Kontrol Positif vs Dosis 2 Rosela 0,075

Kontrol Positif vs Dosis 3 Rosela 0,917

Dosis 1 Rosela vs Dosis 2 Rosela 0,172

Dosis 1 Rosela vs Dosis 3 Rosela 0,076

Dosis 2 Rosela vs Dosis 3 Rosela 0,295

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 7. Uji Statistik Volume Urin 4 Jam III

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Urin Kontrol Negatif .228 5 .200* .878 5 .301

Kontrol Positif .225 5 .200* .910 5 .468

Dosis 1 Rosela .304 5 .147 .822 5 .121

Dosis 2 Rosela .227 5 .200* .962 5 .821

Dosis 3 Rosela .177 5 .200* .962 5 .820

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Urin

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.520 4 20 .025

Test Statisticsa,b

Urin

Chi-Square 12.356

df 4

Asymp. Sig. .015

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Kelompok

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Test Statistics

Uji Mann-Whitney 4 Jam III Asymp. Sig (2-tailed)

(p)

Kontrol Negatif vs Kontrol Positif 0,600

Kontrol Negatif vs Dosis 1 Rosela 0,075

Kontrol Negatif vs Dosis 2 Rosela 0,169

Kontrol Negatif vs Dosis 3 Rosela 0,116

Kontrol Positif vs Dosis 1 Rosela 0,016

Kontrol Positif vs Dosis 2 Rosela 0,028

Kontrol Positif vs Dosis 3 Rosela 0,465

Dosis 1 Rosela vs Dosis 2 Rosela 0,530

Dosis 1 Rosela vs Dosis 3 Rosela 0,021

Dosis 2 Rosela vs Dosis 3 Rosela 0,021

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 8. Uji Statistik Volume Urin 4 Jam IV

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Urin Kontrol Negatif .243 5 .200* .869 5 .264

Kontrol Positif .216 5 .200* .889 5 .351

Dosis 1 Rosela .245 5 .200* .831 5 .141

Dosis 2 Rosela .276 5 .200* .825 5 .127

Dosis 3 Rosela .321 5 .102 .832 5 .145

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Urin

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.340 4 20 .290

ANOVA

Urin

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4.746 4 1.187 .396 .809

Within Groups 59.908 20 2.995

Total 64.654 24

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 9. Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan

Mencit

20 g

Tikus

200 g

Marmot

400 g

Kelinci

1,5 kg

Kucing

2 kg

Kera

4 kg

Anjing

12 kg

Manusia

70 kg

Mencit

20 g

1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9

Tikus

200 g

0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0

Marmot

400 g

0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5

Kelinci

1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2

Kucing

2 kg

0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0

Kera

4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1

Anjing

12 kg

0,008 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1

Manusia

70 kg

0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0

(Ngatidjan, 1991)

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 10. Tabel Volume Maksimal Larutan Obat yang Dapat Diberikan pada

Berbagai Hewan

Hewan

Volume maksimal (ml) sesuai jalur pemberian

Intravena Intra

Muskular

Intra

Parenteral

Subkutan Per Oral

Mencit

(20-30 mg)

0,5 0,01 1,0 0,5-1,0 1,0

Tikus

(100 g)

1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0 5,0

Hamster

(50 g)

- 0,1 1,0-2,0 2,5 2,5

Marmot

(250 g)

- 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0

Merpati

(300 g)

2,0 0,5 2,0 2,0 10,0

Kelinci

(2,5 kg)

5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0

Kucing

(3 kg)

5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0

Anjing

(5 kg)

10,0-20,0 5,0 20,0-50,0 10,0 100,0

(Imuno dan Nurlaila, 1986)

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 11. Foto-Foto Penelitian

Ekstrak Dosis 1 Rosela Ekstrak Dosis 2 Rosela

Ekstrak Dosis 3 Rosela Larutan Hidroklorotiazid

Metabolic Cage Rats

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 12. Surat Keterangan Kelaikan Etik

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI DOSIS …/Uji... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 (Nafrialdi, 2007). Oleh sebab itu, penggunaan bahan-bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 13. Surat Keterangan Penelitian