laporan ssp n anti epileptika

22
STIMULAN SISTEM SYARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKA I. Tujuan 1. Mahasiswa mengerti dan memahami manifestasi stimulasi system syaraf pusat secara berlebih-lebihan pada mahluk hidup(tikus) 2. Mahasiswa memperoleh gambaran bagaimana menifestasi stimulasi berlebih-lebihan ini daat diatasi dan konsep farmakodinamik yang melandasinya 3. Mahasiswa sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan percobaan II. Dasar Teori Sifat pokok makhluk hidup adalah dapat terangsang (keterangsangan), yaitu kemampuan sel-sel tertentu untuk bereaksi terhadap suatu rangsang fisika atau kimia dengan suatu reaksi spesifik yaitu eksitasi. Disamping sel saraf, terdapat pengkhusussan sel reseptor dan sel otot. Rangsang dihantarkan ke sel-sel lain melalui neurit (misalnya dari perifer ke sistem saraf pusat dan sebaliknya). Pada dendrit tempat berakhirnya sebagian serabut saraf neuron lain, terjadi pengalihan rangsang. Dalam keadaan istirahat, antara lain bagian dalam suatu serabut saraf dan ruang ekstrasel terdapat perbedaan potensial, potensial (istirahat) membran, dari -60 sampai -100mV. Potensial membran dapat dibuktikan, jika suatu mikroelektrode ditusukkan ke dalam suatu sel saraf melalui membran dan diukur tegangan terhadap elektrode yang diletakkan di luar. Penyebab sifat kenegatifan dari bagian dalam sel terhadap sekitarnya adalah perbedaan distribusi ion-ion dalam kedua ruangan.

Upload: rigovonitra

Post on 23-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

STIMULAN SISTEM SYARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKAI. Tujuan

1. Mahasiswa mengerti dan memahami manifestasi stimulasi system syaraf pusat secara berlebih-lebihan pada mahluk hidup(tikus)

2. Mahasiswa memperoleh gambaran bagaimana menifestasi stimulasi berlebih-lebihan ini daat diatasi dan konsep farmakodinamik yang melandasinya

3. Mahasiswa sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan percobaanII. Dasar Teori

Sifat pokok makhluk hidup adalah dapat terangsang (keterangsangan), yaitu kemampuan sel-sel tertentu untuk bereaksi terhadap suatu rangsang fisika atau kimia dengan suatu reaksi spesifik yaitu eksitasi. Disamping sel saraf, terdapat pengkhusussan sel reseptor dan sel otot. Rangsang dihantarkan ke sel-sel lain melalui neurit (misalnya dari perifer ke sistem saraf pusat dan sebaliknya). Pada dendrit tempat berakhirnya sebagian serabut saraf neuron lain, terjadi pengalihan rangsang. Dalam keadaan istirahat, antara lain bagian dalam suatu serabut saraf dan ruang ekstrasel terdapat perbedaan potensial, potensial (istirahat) membran, dari -60 sampai -100mV. Potensial membran dapat dibuktikan, jika suatu mikroelektrode ditusukkan ke dalam suatu sel saraf melalui membran dan diukur tegangan terhadap elektrode yang diletakkan di luar. Penyebab sifat kenegatifan dari bagian dalam sel terhadap sekitarnya adalah perbedaan distribusi ion-ion dalam kedua ruangan. Dengan rangsang kimia atau fisika dapat terjadi perubahan potensial membran. Jika potensial membran menurun dalam jumlah tertentu akibat rangsang demikian (terdepolarisasi) dan dengan demikian melewati nilai ambang tertentu (potensial ambang), maka potensial membran mendadak menurun dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan untuk sementara bagian dalam saraf positif terhadap bagian luar dari membran. Akhirnya potensial membran lama dibentuk kembali (repolarisasi). Proses depolarisasi dan repolarisasi ini yang dapat diikuti sebagai perubahan potensial dalam waktu yang sangat singkat disebut potensial aksi. Dalam neuron, energi dialihkan dengan penghantaran saraf yang melibatkan proses elektrik murni. Proses hantaran sinaptik melibatkan pengalihan energi dari ujung cabang akson pada neuron yang satu ke neuron yang lain yang tidak saling berhubungan penghantaran impuls saraf melalui sambungan sinaptik adalah suatu proses kimia. Perubahan aktivitas listrik disebabkan oleh perubahan permeabilitas membran sel pascasinaptik, dan ini disebabkan pula oleh pelepasan transmiter. Bila zat transmiter bereaksi dengan reseptor pascasinaptik, zat itu dapat menimbulkan eksitasi atau hambatan. Kerja transmiter itu meningkatkan atau menurunkan secara selektif penghantaran ion atau permeabilitas membran terhadap ion. Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara spesifik atau secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat lain. Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif merupakan penghambat SSP yang bersifat umum sehingga takar lajak yang berat selalu disertai koma. Pembagian obat dalam kelompok yang merangsang dan kelompok yang menghambat SSP tidak tepat, karena psokofarmaka misalnya menghambat fungsi bagian SSP tertentu dan merangsang bagian SSP yang lain. Obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP) dapat bersifat merangsang atau mendepresi. Berdasarkan kegunaan terapeutiknya, obat SSP dapat dibagi dalam tiga golongan :1. Depresi SSP umumObat-obat ini menimbulkan efeknya dengan mendepresi secara tak selektif struktur sinaptik, termasuk jaringan prasinaptik, termasuk jaringan prasinaptik dan prasinaptik. Obat-obat ini menstabilkan membran neuron dengan mendepresi struktur pascasinaptik, disertai dengan pengurangan jumlah transmiter kimia yang dilepaskan oleh neuron prasinaptik.2. Perangsang DDP umumObat-obat ini melakukan kerjanya secara tak selektif dengan salah satu mekanisme berikut : merintangi hambatan pascasinaptik atau mengeksitasi neuron secara langsung. Eksitasi neuron secara langsung dapat dicapai dengan mendepolarisasi sel prasinaptik, meningkatkan pelepasan prasinaptik akan transmiter, melemahkan kerja transmiter, melabilkan membran neuron atau menurunkan waktu pulih sinaptik.3. Obat-obat SSP selektifObat golongan ini dapat berupa depresan atau perangsang. Kerja melalui berbagai mekanisme, dan mencakup obat antikejang, pelemas otot yang bekerja sentral, analgetika dan sedativa. Psikostimulansiadapat meningkatkan aktivitas spikis. Senyawa ini dapat menghilangkan rasa kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan. Senyawa ini tidak memiliki khasiat antipsikotik. Ketergntungan fisik tidak begitu kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai sangat kuat (amfetamin, kokain). Toleransi dapat terjadi misalnya pada amfetamin. Senyawa amfetamin dikelompokan bersal dari katekolamin atau efedrin. Dengan menghilangkan gugus hidroksil, sifat lipofil senyawa akan nyata meningkat, dengan demikian senyawa dapat melewati sawar darah-otak dengan baik. Zat ini dapat meningkatkan tekanan darah dan rate jantung, yang dapat menyebabkan stroke maupun serangan jantung. Kerjanya terutama disebabkan oleh pembebasan katekolamin, dengan demikian senyawa-senyawa ini merupakan simpatomimetika yang bekerja tidak langsung. Kerja stimulasi pusat, yang menentukan tanda-tanda klinisnya, amat besar. Disamping senyawa-senyawa ini juga mempunyai efek simpatomimetik perifer yang jelas. Pada pasien yang tidak lelah akan menimbulkan euforia ringan, meningkatkan rasa percaya diri, juga aktivitas. Pada pasien yang lelah, kelelahan dan kantuk akan hilang, kemampuan akan meningkat dan ini akan tetap selama beberapa jam. Karena sifat-sifat inilah amfetamin sering disalahgunakan sebagai obat doping. Pemakaian terapeutiknya sebetulnya tidak beralasan. Jika seandainya diperlukan, hanyalah boleh pada kelelahan yang amat sangat. Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat(SSP) yang relatif, mulai dari ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati , bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap merangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidut serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.Obat-obat depresi SSP umum dapat menimbulkan ketergantungan psikis maupun fisik. Taraf ketergantungan dan toleransinya berbeda-beda, karena masing-masing memiliki mekanisme kerja sendiri. Pada umumnya, ketergantungan sudah dapat timbul setelah 2 minggu penggunaan kontinu. Gejala withdrawal serius terutama timbul pada barbiturat dibandingkan senyawa benzodiazepam. Insidepresi penyalahgunaan senyawa barbiturat, benzodiazepin, dan sejenisnya melampaui daripada opioida.Ketergantungan fisik, Bila penggunaan lama obat dihentian, biasanya timbul gejala abstinensi, misalya kambuhnya keluhan semula tetapi secara lebih hebat, nightmares, dan lain-lain. Tubuh seolah-olah memprotes dengan nyata terhadap penghentian. Gejala-gejala ini dapat dielakkan dengan jalan mengurangi secara berangsur dosis obat, dan umumnya lenyap setelah beberapa hari. Efek ini mungkin disebabkan oleh kekurangan zat-zat endogen untuk menempati reseptor bagi zat ini di otak. Pada ketergantungan kronis, diperkirakan obat berfungsi memenuhi kekurangan akan zat endogen tersebut.Ketergantungan psikis, lazimnya gejala tersebut di atas disetrai gejala psikis, seperti perasaan takut dan gelisah, depresi atau reaksi psikotis. Guna melawan perasaan buruk itu, pasien terdorong oleh keinginan untuk mempertahankan perasaan nyaman yang diberikan oleh obat.Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama, namun secara kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data farmakokinetik yang berbeda. Hal ini yang menyebabkan aplikasi terapi golongan ini sangat luas. Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda.Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama: sedasi, hiposis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Walaupun benzodiazepin mempengaruhi aktivitas saraf pada semua tingkatan, namun beberapa derivat yang lain pengaruhnya lebih besar dari derivatnya yang lain, sedangkan sebagian lagi memiliki efek yang tak langsung. Penggolongan benzodiazepin : Obat-obat long-acting antara lain klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam, dan flurazepam. Obat-obat ini dirombak antara lain dengan jalan demetilasi dan hodrolsilasi menjadi metabolit aktif desmetildiazepam dan hidroksidiazepam. Obat-obat short-acting : oksazepam, lorazepam, lormetazepam, temazepam, loprazolam dan zopiclon. Obat-obat ini dimetabolisasi tanpa menghasilkan metabolit aktif yang memiliki kerja panjang. Obat ini layak digunakan sebagai obat tidur karena tidak berkumulasi saat penggunaan berulang kali dan jarang menimbulkan efek sisa, sebaliknya risiko yang lebih besar akan reboundinsomnia dan lebih cepat menimbulkan gejala abstinensi. Obat-obat ultra-short acting : triazolam, midazolam, dan estazolam. Risiko akan efek abstinensi dan rebound-insomnia lebih besar lagi pada obat-obat ini sehingga setidaknya jangan digunakan labih lama dari 2 minggu.Obat-obatan stimulan susunan saraf pusat adalah obat-obatan yang dapat bereaksi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap susunan saraf pusat. Efek perangsangan susunan saraf pusat baik oleh obat yang berasal dari alam ataupun sintetik dapat diperlihatkan pada hewan dan manusia. Perangsangan SSP oleh obat pada umumnya melalui dua mekanisme yaitu mengadakan blockade system penghambatan dan meninggika perangsangan sinaps. (Sunaryo, 1995). Yang termasuk obat stimulan SSP adalah amphetamine, methylphenidate, pemoline, cocaine, efedrin, amfetamin, metilfenidat, MDMA, dan modafinil. Stimulan yang paling ideal dan paling sering digunakan adalah dextroamphetamine (Dexedrine) , Obat-obat stimulan tersebut termasuk dalam kelompok II adalah obat yang termasuk golongan obat terlarang karena mengakibatkan pengguna menjadi orang yang bersifat dan berkelakuan melawan hukum dan ketagihan.(Sunardi, 2006)

Stimulan juga menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik, sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-duanya sekaligus. Beberapa stimulan menghasilkan sensasi kegirangan yang berlebihan, khususnya jenis-jenis yang memberikan pengaruh terhadap CNS. Stimulan dipakai di dalam terapi untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar rasa lelah, di dalam situasi yang menyulitkan tidur (misalnya saat otot-otot bekerja), untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh (phentermine), juga untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang yang didiagnosis sulit memusatkan perhatian (terutama ADHD).(Anonim, 2103).

Obat yang termasuk golongan obat stimulansia pada umumnya ada dua mekanisme yaitu: Memblokade system penghambatan dan meninggikan perangsangan synopsis. Sensasi yang ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih dan bisa berpikir lebih fokus. Otak menjadi lebih bertenaga untuk berpikir berat dan bekerja keras, namun akan muncul kondisi arogan yang tanpa sengaja muncul akibat penggunaan zat ini. Pupil akan berdilatasi (melebar). Nafsu makan akan sangat ditekan. Hasrat ingin pipis juga akan ditekan. Tekanan darah bertendensi untuk naik secara signifikan. Secara mental, pengguna akan mempunyai rasa percaya diri yang berlebih dan merasa lebih senang.

Obat stimulansia ini bekerja pada system saraf dengan meningkatkan transmisi yang menuju atau meninggalkan otak. Stimulan dapat meningkatkan denyut jantung, suhu tubuh dan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah menurunkan nafsu makan, pupil dilatasi, banyak bicara, agitasi dan gangguan tidur. Bila pemberian stimulant berlebihan dapat menyebabkan kegelisahan, panic, sakit kepala, kejang perut, agresif dan paranoid. Bila pemberian berlanjut dan dalam waktu lama dapat terjadi gejala tersebut diatas dalam waktu lama pula. Hal tersebut dapat menghabat kerja obat depresan seperti alcohol, sehingga sangat menyulitkan penggunaan obat tersebut. (Pendi, 2009) .Diazepam Benzodiazepin, pada hakikatnya, semua senyawa benzodiazepim memiliki daya kerja sebagai sedatif-hipnotis, antikonvulsif, dan daya relaksasi otot. Setiap efek ini dapat berbeda-beda kekuatannya padaiap derifat, yang juga memperlihatkan perbedaan jelas mengenai kecepatan resorpsi dan eliminasinya. Penggunaanaya, zat-zat yang sifat sedatif-hipnotisnya relatif lebih kuat dari sifat-sifat lainnya, terutama digunakan sebagai obat tidur. Penggunaan lainnya adalah sebagai spasmolitikum (zazt pelepas kejang), misalnya pada tetanus (khususnya klonazepam dan diazepam). Beberapa zat dengan daya antikinvulsif kuat digunakan pada epilepsi, khusunya klonazepam, juga diazepam dan nitrazepam (Tjay, 2007).Keutungan obat-obat ini dibandingkan dengan barbital dan obat tidur lainnya adalah tidak atau hamper tidak merintangi tidur-REM. Dahulu, obat ini diduga tidak menimbulkan toleransi, tetapi ternyata bahwa efek hipnotisnya semakin berkurang setelah pemakaian 1-2 minggu, seperti cepatnya menidurkan, serta memperpanjang dan memperdalam tidur (Tjay, 2007).

Barbiturat

Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotika dan sedativa, tetapi penggunaannya dalam tehun-tahun terakhit sangat menurun karena adanya obat-obat dari kelompok benzodiazepin yang lebih aman. Yang merupakan pengecualian adalah fenobarbital, yang memiliki sifat antikonvulsif dan tiopental yang masih banyak digunakan sebagai anestetikum i.v. Barbitaldigunakan sebagai obat pereda untuk siang hari dalam dosis yang lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur. Faktor-faktor yang membatasi penggunaan barbiturat dan menyebabkan penggunaannya terdesak oleh benzodiazepin adalah : Toleransi dan ketergantungan cepat timbul menyangkut sifat menidurkannya pada dosis berulang laki dan lebih ringan mengenai khasiat anti-epilepsinya. Stadium REM (dengan mimpi) dipersingkat, yang berefek pasien mengalami tidur kurang nyaman. Efek paradoksal dapat terjadi dalam dosis rendah pada keadaan nyeri, yakni justru eksitasi dan kegelisahan Overdise barbital menimbulkan depresi sentral, dengan penghambatan pernapasan berbahaya, koma, dan kematian.Akibat induksi-enzim barbital juga mempercepat perombakan obat-obat lain, yang metabolisasinya berlangsung oleh sistem enzim yang sama, misalnya derivat kumarin, antikonseptiva oral, dan siklosporin. Sebaliknya efek barbital diperkuat oleh asam valproat.III. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan:

1. Jarum suntik ip2. Jarum suntik oral3. Tempat pengamatan

Bahan yang digunakan :

1. Luminal

2. Diazepam

3. NACl Fis

Hewan yang dipakai : Tikus

IV. Cara Kerja

1. Timbang tikus

2. Hitung VAO untuk masing-masing obat

3. Suntikkan secara peroral Nacl fisiologis4. Setiap 15 menit Amati parameter-parameter yang terjadi setelah pemberian obat selama 1 jam.

V. Hasil PengamatanHasil yang didapat adalah : Perhitungan VAO untuk NaCl fisiologis :VAO = 1 % X bb

KelObatDosisBbVaoParameter yang diamati

5-1515-3030-4545-60

ILuminal3,5mg/200g141g0,35mlA

Ak

JRAKAK

RAK

IILuminal4,2mg/200g231g0,69mlA V

JR EK

AKJR

AK

RJR

AK

RAK

R

IIIDiazepam0,56mg/200g185g0,51mlAK R

V GBGBA AK

JR R EKA JR

AK EK

IVDiazepam0,7mg/200g170g0,6mlV M

R EKAK GB EKRJR AK

R EK V

VDiazepam0,84mg/200g183g0,76mlA JR AK V M RA JR

AK R GB PKEK

VIKontrol1 % bb162g1,62mlA JR AK EKAKA AK RAK

Ket :

A : agresif

AK : aktifitas meningkat atau menurun

V : vasikulasi

M : menggigil

R : respirasi meningkat atau tidak

JR : jatuh dari rotaroad

PK : paralisa kaki

GB : gerak berputar

EK : ekor bergelombang

Pembahasan Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan saraf lainnya didalam tubuh biasanya bekerja dibawah kesadaran atau kemauan. Dalam percobaan ini praktikan dapat memahami obat-obat apa saja yang merangsang atau bekerja pada sistem saraf pusat.

Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat depresan saraf pusat, yaitu anastetik umum (memblokir rasa sakit), hipnotik sedativ (menyebabkan tidur), psikotropik (menghilangkan rasa sakit), opioid. Analgetik antipiretik antiinflamasi dan perangsang susunan saraf pusat. Anastetik umum merupakan depresan SSP, dibedakan menjadi anastetik inhalasi yaitu anastetik gas, anastetik menguap dan anestetik menguap dan anestetik parental. Pada percobaan hewan dalam farmakologi yang digunakan hanya anastetik menguap dan anastetik parental.

Percobaan kali ini ingin diketahui bagaimana kerja dan efek suatu obat pada sistem saraf pusat. Mekanisme kerja dari anestetik umum adalah bahwa anestetik umum merupakan keadaan depresi umum yang sifatnya reversible dari banyak pusat SSP, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan yang agak mirip dengan pingsan. Anastetik umum ini digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan memblok reaksi serta menimbulkan relaksasi pada pembedahan.Adapun percobaan untuk obat penekan system saraf pusat dengan menggunakan luminal, diazepam dan NaCl fisiologis sebagai kontrol. Tikus ditimbang dan selanjutnya dihitung VAO nya dan kemudian disuntikkan obat luminal 0,3525 ml dan 0,693 ml pada masing-masing tikus,dan tikus yang lain disuntikkan diazepam dan sebagai kontrol disuntikkan NaCl fisiologis secara oral. Dari pemberian obat dan kontrol menimbulkan adanya beberapa respon dari tikus yaitu keagresifan dari tikus dan menunjukkan adanya peningkatan aktivitas,serta adanya otot yang lemah karena tikus terjatuh dari rotary road.

Mekanisme kerja dari luminal atau fenobarbital menghambat kejang kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja pada reseptor GABA, rekaman intrasel neuron korteks atau spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan respons terhadap GABA yang diberikan secara iontoforetik. Efek ini telah teramati pada konsentrasi fenobarbital yang sesuai secara terapeutik. Analisis saluran tunggal pada out patch bagian luar yang diisolasi dari neuron spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor GABA dengan meningkatkan durasi ledakan arus yang diperantarai reseptor GABA tanpa merubah frekuensi ledakan. Pada kadar yang melebihi konsentrasi terapeutik, fenobarbital juga membatasi perangsangan berulang terus menerus; ini mendasari beberapa efek kejang fenobarbital pada konsentrasi yang lebih tinggi yang tercapai selama terapi status epileptikus.

Mekanisme kerja dari obat diazepam adalah pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.Sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya dibagi dua golongan yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf perifer. Pada percobaan kali ini, dilihat bagaimana suatu obat bekerja pada sistem saraf pusat. Mekanisme kerja dari anestetik umum adalah bahwa anestetik umum dapat membentuk hidrat-hidrat dengan air yang stabil di bawah pengaruh protein-protein SSP. Faktor-faktor kesalahan pada percobaan ini adalah Kekurang cermatan praktikan dalam mengamati parameter-parameter pada hewan coba, Kurang hati-hati dalam pemberian obat, sehingga menyebabkan kematian hewan coba tikus, berat badan tikus dibawah standar, obat yang sudah tidak murni lagi atau kesalahan pemberian dosis ataupun obat yang diberikan tidak masuk seluruhnya.VI. Kesimpulan

Psikostimulansiadapat meningkatkan aktivitas spikis. Senyawa ini dapat menghilangkan rasa kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan. Senyawa ini tidak memiliki khasiat antipsikotik. Ketergntungan fisik tidak begitu kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai sangat kuat (amfetamin, kokain). Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat(SSP) yang relatif, mulai dari ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati , bergantung kepada dosis. Obat stimulansia ini bekerja pada system saraf dengan meningkatkan transmisi yang menuju atau meninggalkan otak. Stimulan dapat meningkatkan denyut jantung, suhu tubuh dan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah menurunkan nafsu makan, pupil dilatasi, banyak bicara, agitasi dan gangguan tidur

Obat-obat depresi SSP umum dapat menimbulkan ketergantungan psikis maupun fisik. Taraf ketergantungan dan toleransinya berbeda-beda, karena masing-masing memiliki mekanisme kerja sendiri Neurotransmitter dan obat-obatan yang mempunyai titik tangkap pada reseptor neuronal sinaptik, dapat meningkatkan atau menurunkan permeabilitas chanel ion dan merangsang atau menghambat messenger sitoplasmik. Obat-obat golongan antidepresan juga mempunyai titik tangkap pada neurotransmitter dengan cara menghambat reuptake. Obat-obat yang digunakan adalah luminal,diazepam dan NaCl fisiologis sebagai kontrol. Hewan yang digunakan pada praktikum ini adalah tikus dan pemberian obatnya peroral.Daftar Pustaka

Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta. Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.

Louisa, Melva dan Hedi R. D . (2007). Perangsang Susunan Saraf Pusat. Farmakologi dan Terapi. Editor: Gunawan, S.G. Edisi ke-5. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 247-248.Katzung.B.G(1997), Farmakologi Dasar Dan Klinik, Jakarta: EGC

Kee.J.L(19960, Pendekatan Proses Keperawatan , Jakarta : EGCMycek, Marry J. et al., 2001,Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Widya Medika. Jakarta pp 123 128. Tjay, T. H. dan Rahardja. K., 2000,Obat-obat Penting. Edisi Kelima Cetakan kedua. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Diskusikan kejangan yang diamati?

Jawaban :

Tipe kejangan yang diamati adalah kejangan ionik dan klonik. Dimana kematian terjadi apabila kejangan tonik yang meliputi pola keseluruhan otot kerangka, termasuk otot pernapasan, sehingga kematian mahluk hidup terjadi akibat tidak bernafas. Kesukaran bernafas merupakan kejangan apabila ikut terlibat otot- otot pernafsan

2. Diskusi apakah menurut saudara barbital sama efektif dengan diazepamuntuk mengatasi stimulan ssp oleh pentetrazol?

Jawaban:

Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai antikonvulsi, paling sering digunakan pada serangan grand mal. Contoh golongan fenobarbital dan piramidon. Dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan kaki dan tangan tak sadar disertai jeritan, mulut berbusa dan mata membeliak dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.

3. Obat-obat lain apakah yang dapat menggantikan peranan diazepam dalam praktikum ini?

Jawaban:

Golongan hidantoin , adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua jenis epilepsi. Contoh : Fenitonin Golongan Barbiturat sangat efektif anti konvulsif , paling sering digunakan pada serangan grand mal. Contoh: piramidon Golongan Benzodiazepine , memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsif yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang aktif klorazepam, klobazepam Golongan asam Valproat terutama efektif untuk terapi antiepilepsi umum tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek antikonvulsif asam valproat didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid4. Diskusikan apa saja kriteria farmakodinamik untuk suatu obatantiepilepsi sehubungan dengan isu apakah diazepam cukup baik sebagai antiepileptik

Jawaban :

Kriteria farmakodinamik untuk obat antiepileptika adalah memberikan efek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi pada system ssp. Obat antiepileptika hendaknya bisa berefek saat digunakan dalam dosis rendah bahkan dosis terendah.

5. Diskusikan cara lain untuk mengevaluasi efek suatu antuepileptika prospektif

Jawaban :

Cara untuk mengevaluasi antiepileptik adalah degan mencobakan pada hewan pengujian yang telah diinduksi dengan pentetrazol ( obat yang dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan kejang) ataupun seperti dalam praktikum menggunakan amfetamin sebagai pengindusi kejang sehingga didapat hasil bahwa obat tersebut dalam dosis yang telah dtentukan dapat memberikan efek yang diinginkan.Sehingga didapatkan perbandingan efektifitas obat dengan sebagai konesentrasi dan dosis, dan juga pemakaian dalam jangka waktu yang lama.

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

STIMULAN SISTEM SYARAF PUSAT DAN ANTI EPILEPTIKA

Oleh :NOVIA JUMAIDAH

(1201067)

Tanggal praktikum : 14 Mei 2014Dosen : Adriani Susanty, M.Farm.,Apt

Asisten :Deri Islami

Marisa Syaputri HarahapPROGRAM STUDI S1

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

PEKANBARU

2014