ppt biotek ssp

22
PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI PADA TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccensis) Oleh: KELOMPOK KEHUTANAN Emban Ibnurusyd Mas’ud : P 01 002 09 006 Hasanuddin : P 01 002 09 014 Syamsul Bahri : P 01 002 09 031 Saharuddin : P 01 002 09 012 Nurhayati Hajar : P 01 002 09 0 Tugas Kelompok Dosen: Prof. Dr. Ir. Baharuddin, M.Sc. Wawasan Bioteknologi

Upload: emban-ibnurusyd-masud

Post on 01-Jul-2015

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPT BIOTEK SSP

PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI PADA TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccensis)

Oleh: 

KELOMPOK KEHUTANAN 

Emban Ibnurusyd Mas’ud : P 01 002 09 006

Hasanuddin : P 01 002 09 014Syamsul Bahri : P 01 002

09 031Saharuddin : P 01 002 09 012Nurhayati Hajar : P 01 002

09 0

Tugas KelompokDosen: Prof. Dr. Ir. Baharuddin, M.Sc.Wawasan Bioteknologi

Page 2: PPT BIOTEK SSP

Pendahuluan

Populasi Langka & Kurang

Perbanyakan dengan menggunakan teknologi

Kultur Jaringan

Page 3: PPT BIOTEK SSP

Permasalahan• Ketersediaan bibit yang terbatas.• Ekploitasi yang terus-menerus dan belum tersedianya

teknologi budidaya yang efisien.• Meskipun ada indikasi kuat terbentuknya gaharu dari

hasil penyuntikan (inokulasi) dengan menggunakan inokulan padat dan cair. Namun pembentukan gaharu tersebut perambatannya sangat lambat. Di samping itu hanya jenis jamur Fusarium sp . saja yang digunakan sebagai inokulum pembentuk gaharu.

• Penyuntikan (inokulasi) pada pohon gaharu dari alam belum optimal, karena pohonnya tinggi dan sulit untuk dijangkau.

Page 4: PPT BIOTEK SSP

Pembahasan

A. Gambaran umum GaharuGaharu adalah produk Hasil Hutan Bukan Kayu dalamBentuk gumpalan, serpihan atau bubuk yang memilikiarom keharuman khas bersumber dari kandunganbahan kimia berupa resin (α-β oleoresin).Komoditas gaharu telah cukup lama dikenal masyarakat umum.Beberapa jenis tanaman gaharu yang dikenal antaralain Aquilaria malaccensis, A. filaria, A. hirta, A,agalloccha, A. macrophylum dan beberapa puluhjenis lainnya.

Page 5: PPT BIOTEK SSP

B. Manfaat/Kegunaan Gaharu •Pengharum/pewangi ruangan alami, dengan cara dibakar yang banyak dilakukan oleh Masyarakat di Negara Timur Tengah. •Bahan baku industri parfum, wangian dan kosmetik. •Sebagai bahan pembuatan dupa (insence stick). Sebagai bahan baku pembuatan Kohdoh (untuk acara ritual masyarakat Jepang). •Sebagai bahan baku pembuatan minyak gaharu. •Sebagai bahan baku pembuatan aneka kerajinan gaharu. •Sebagai bahan pembuatan minuman (teh gaharu). •Bahan baku obat-obatan antara lain: anti asmatik, stimulan kerja saraf, perangsang seks, obat kanker, penghilang stress, obat malaria, anti mikrobia, obat sakit perut, penghilang rasa sakit, obat ginjal, obat lever dan obat diare.

Page 6: PPT BIOTEK SSP

C. Aplikasi Bioteknologi pada Pohon GaharuIstilah kultur in vitro dikenal juga dengan istilah kultur jaringan. Kultur in vitro merupakan metoda untuk mengisolasi dan memelihara bagian tumbuhan pada medium buatan secara aseptik. Kultur in vitro tumbuhan mencakup teknik-teknik dan metoda yang digunakan untuk penelitian disiplin botani dan memiliki beberapa tujuan praktis. Sebelum memulai perbanyakan tumbuhan dengan metoda kultur in vitro, dibutuhkan pemahaman yang jelas mengenai cara-cara dimana materi tumbuhan dapat ditumbuhkan dan dimanipulasi dalam botol kultur. Baik pertumbuhan yang diatur maupun yang tidak diatur dapat terjadi dalam pertumbuhan secara in vitro.

Page 7: PPT BIOTEK SSP

Persyaratan TumbuhSaat ini pohon gaharu terdapat di daerah Kalimantan, Sumatra dan Papua. Habitat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit, sampai ketinggian 750 meter diatas permukaan laut. Jenis Aquilaria tumbuh sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik merah kuning), tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar 80%. Suhu berkisar antara 22-28 derajat celsius, dengan curah hujan berkisar antara 2000 s/d 4000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah (1) lahan tergenang secara permanen, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (kedalaman kurang dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, dan (5) lahan yang ber-pH kurang dari 4,0

Page 8: PPT BIOTEK SSP

• Tahapan Kultur In VitroPerbanyakan melalui kultur in vitro dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu pembentukan secara tunas adventif, proliferasi tunas lateral, dan embriogenesis somatik. Profilerasi tunas lateral dapat dilakukan dengan cara mengkulturkan tunas aksilar atau tunas terminal ke dalam media yang mempunyai komposisi yang sesuai untuk ploriferasi tunas sehingga diperoleh tunas yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Mariska dan Sukmadjaja (2003), bahwa faktor perbanyakan dengan teknik kultur in vitro jauh lebih tinggi dari cara konvensional. Selain itu, teknologi ini juga lebih menjamin keseragaman, bebas penyakit, dan biaya pengangkutan yang lebih murah.

Page 9: PPT BIOTEK SSP

Tahapan Rekayasa Produksi Resin Gaharu secara Buatan:1. Isolasi jamur pembentuk.

Isolat jamur pembentuk diambil dari jenis pohon penghasil gaharu sesuai jenis dan ekologi sebaran tumbuh jenis pohon yang dibudidayakan.

2. Identifikasi dan skriningIsolat jamur pembentuk diidentifikasi berdasarkan

taksonomi dan morfologinya. Proses skrining dilakukan dengan menggunakan postulat koch untuk memastikan jamur yang memberikan respon pembentukan resin gaharu, berasal dari jamur yang diinokulasikan.

Page 10: PPT BIOTEK SSP

3. Teknis perbanyakan inokulumBiakan jamur pembentuk gaharu dapat diperbanyak pada

media cair dan padat. Diperlukan keteranpilan khusus dalam memperbanyak jamur agar proses kemurnian dan peluang masing-masing jenis jamur pembentuk gaharu akan memberikan respon yang berbeda apabila disuntik pada jenis pohon penghasil gaharu yang berbeda.4. Teknik induksi

Teknik induksi jamur pembentuk gaharu dilakukan pada batang pohon penghasil gaharu. Reaksi pembentukan gaharu akan dipengaruhi oleh daya tahan inang terhadap induksi jamur dan kondisi lingkungan. Respon inang ditandai oleh perubahan warna coklat setelah beberapa bulan disuntik. Semakin banyak jumlah lubang inokulum dibuat, maka semakin cepat pembentukan gaharu terjadi. Proses pembusukan batang oleh jamur lain dapat terjadi apabila teknik penyuntikan tidak dilakukan sesuai prosedur

Page 11: PPT BIOTEK SSP

5. PemanenanPemanenan resin gaharu dapat dilakukan minimum 1

tahun setelah proses induksi jamur pembentuk gaharu. Apabila ingin mendapatkan produksi resin gaharu yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka proses pemanenan dapat dilakukan 2-3 tahun setelah proses induksi jamur

Page 12: PPT BIOTEK SSP

Teknik Induksi (Suntikan Inukolan)Lubang dengan diameter 2 mm dan kedalaman 5 

mm, menjadi gerbang bagi penghasil cendawan gaharu.  Selama ini teknologi untuk menginokulasi gaharu dengan caramenggergaji batang sedalam 1 cm secara zig zag.

Page 13: PPT BIOTEK SSP

Proses Inokulasi dan Ekstraksi pada Pohon Gaharu

1 2

8

43

567

9 10 11

Page 14: PPT BIOTEK SSP

Keterangan :1. A.Malaccensis yang dijadikan preparat proses inokulasi2. Pemotongan cabang, ranting dan daun3. Pemotongan spiral kulit pohon dan pelepasan kulit dari pohon4. Mengebor pohon sampai ke pembuluh kayu (xylem)5. Melubangi pohon tiap petak 6. Setelah dilubangi dan kulit pohon dilepas, siap untuk proses

inokulasi7. Pohon setelah di inokulasi, pohon akan menghitam ditandai

penumpukan resin/dammar kemudian dipahat membentuk serpihan.

8. Serpihan kayu gaharu yang siap diekstraksi9. Mesin pengekstrak minyak/ resin gaharu10. Hasil ekstrak resin gaharu11. Pemanfaatan resin gaharu dalam upacara keagamaan (dupa)

Page 15: PPT BIOTEK SSP

PUPUK HAYATI DI DALAMPENGELOLAAN GAHARU

1. Pengelolaan Limbah : Serasah dan Batang

2. Kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskular(CMA)

Page 16: PPT BIOTEK SSP

PUPUK HAYATI DI DALAMPENGELOLAAN GAHARU

Pengelolaan Limbah : Serasah dan Batang

Pola Kegiatan ini dilakukan dengan mengkolaborasikan limbah serasah daun dan batang dengans ampah-sampah organik rumah tangga

Keuntungannya :Pereduksian penggunaan pupuk kimia pada lahan masyarakat

Page 17: PPT BIOTEK SSP

PUPUK HAYATI DI DALAMPENGELOLAAN GAHARU

Kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskular(CMA)

Jenis CMA yang diinokulasi :

Entrophospora sp. Ames & SchneiderGlomus sp. ACA Tulasne & TulasneGlomus sp. ZEA Tulasne & Tulasne

Glomus clarum Nicholson & SchenkGigaspora decipiens Hall & Abbott

Page 18: PPT BIOTEK SSP

PUPUK HAYATI DI DALAMPENGELOLAAN GAHARU

Kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskular(CMA)

Proses inokulasi :

membuat lubang tanam untuk bibit tanaman penghasil gaharu kemudian dimasuki 10 g inokulum CMA. Selanjutnya,bibit

tanaman dan lubang ditutup tanah kembali. Adapun tindakan lanjutan yang perlu untuk dilakukan adalah melakukan

pemeliharaan tanaman itu sendiri meliputi penyiraman setiap hari, pembersihan gulma, dan pengendalian serangga

pengganggu.

Page 19: PPT BIOTEK SSP

PUPUK HAYATI DI DALAMPENGELOLAAN GAHARU

Kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskular(CMA)Fungsi :

meningkatkan tinggi dan diameter batang bibit tanaman penghasil gaharu

Page 20: PPT BIOTEK SSP

Kesimpulan

• Pohon Gaharu sangat potensial dibudidayakan. Harga dapat mencapai 30 juta/kg.

• Teknik perbanyakan pohon gaharu (Aquilaria spp.) secara in vitro dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu pembentukan secara tunas adventif, proliferasi tunas lateral, dan embriogenesis somatik. Tujuannya adalah mempercepat populasi tanaman gaharu.

• Proses inokulasi jamur Fussarium bertujuan untuk menginfeksi pohon gaharu sehingga proses pembentukan resin/ damar gaharu lebih cepat dibandingkan dengan cara alami.

Page 21: PPT BIOTEK SSP

Kesimpulan

. Penggunaan pupuk hayati pada tanaman gaharu dapat dilakukan melalui pengelolaan limbah serasah maupun batangnya yang kemudian dapat menjadi input dalam pembuatan pupuk hayati tersebut

• penerapan bioteknologi dapat dilakukan melalui melalui kolonisasi cendawan mikoriza arbuskula (Arbuskular Mycorrichal Fungi) pada bibit tanaman penghasil gaharu

• Pengembangan CMA di Indonesia masih minim dan perlu dilakukan penelitiandan pengembangan lebih lanjut

Page 22: PPT BIOTEK SSP