laporan sinusitis

17
SINUSITIS Pendahuluan Sinusitis merupakan penyakit yang telah dikenal luas oleh orang awam dan merupakan penyakit yang sering dikeluhkan. Keberhasilan terapi pada sinusitis tergantung dari berbagai faktor. Hal ini memerlukan manajemen penatalaksanaaan yang teliti,agar penyakit ini tidak berlanjut menimbulkan komplikasi. Anamnesis yang teliti, pemeriksaaan fisik, pemeriksaan penunjang yang memadai, pengetahuan tentang mikrobiologi sinus dan pengenalan terhadap faktor predisposisi merupakan hal yang penting. Anatomi Sinus paranasalis berkembang sebagai suatu rongga berisi udara di sekitar rongga hidung yang dibatasi oleh tulang wajah dan kranial. Terdapat 8 sinus paranasalis yaitu 4 disebelah kanan dan 4 disebelah kiri, yaitu sinus frontalis, sinus etmoidalis anterior dan posterior, sinus maksilaris serta sinus spheinodalis. 1

Upload: auliya-syifa

Post on 08-Jul-2016

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sinusitis

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sinusitis

SINUSITIS

Pendahuluan

Sinusitis merupakan penyakit yang telah dikenal luas oleh orang awam dan

merupakan penyakit yang sering dikeluhkan. Keberhasilan terapi pada sinusitis

tergantung dari berbagai faktor. Hal ini memerlukan manajemen penatalaksanaaan

yang teliti,agar penyakit ini tidak berlanjut menimbulkan komplikasi. Anamnesis

yang teliti, pemeriksaaan fisik, pemeriksaan penunjang yang memadai, pengetahuan

tentang mikrobiologi sinus dan pengenalan terhadap faktor predisposisi merupakan

hal yang penting.

Anatomi

Sinus paranasalis berkembang sebagai suatu rongga berisi udara di sekitar

rongga hidung yang dibatasi oleh tulang wajah dan kranial. Terdapat 8 sinus

paranasalis yaitu 4 disebelah kanan dan 4 disebelah kiri, yaitu sinus frontalis, sinus

etmoidalis anterior dan posterior, sinus maksilaris serta sinus spheinodalis.

A.Sinus Maksila

Merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume

6-8 ml, hingga mencapai maksimal 15 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk

segitiga. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infudibulum ethmoid.

1

Page 2: Laporan Sinusitis

Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah :

1. Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas,

yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring

dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus

sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.

2. Sinusitis maksila dapat menyebabkan komplikasi orbita.

3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase

kurang baik, lagi pula drainase juga harus melalui infidibulum yang sempit.

Infidibulum adalah bagian dari sinus ethmoid anterior dan pembengkakan akibat

radang atau alergi dapat menghalangi drainase sinus maksila, selanjutnya menyebabkan

sinusitis.

B. Sinus Frontal

Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari yang

lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Sinus frontal biasanya

bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum

atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus.

Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa

serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.

C. Sinus Ethmoid

Dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-

sinus lainnya. Berdasarkan letaknya, sinus ethmoid dibagi menjadi sinus ethmoid

anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus ethmoid posterior yang bermuara

di meatus superior.

Di bagian terdepan sinus ethmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut

resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel ethmoid yang terbesar

disebut bula ethmoid. Di daerah ethmoid anterior ada sebuah penyempitan yang

disebut infidibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau

peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan

di infidibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.

2

Page 3: Laporan Sinusitis

D. Sinus Sphenoid

Sinus sphenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersphenoid.

Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fossa serebri media dan kelenjar

hipofisis, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus

kavernosus dan arteri karotis interna dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan

fossa serebri posterior di daerah pons.

Fisiologi

Sinus paranasalis merupakan rongga berisi udara yang dilapisi mukosa

epithelium pseudostratified bersilia diselingi sel-sel goblet. Silia tersebut menyapu

cairan mukus ke arah ostia. Penyumbatan ostia sinus akan mengakibatkan

penimbunan mukus sehingga terjadi penurunan oksigenase sinus dan tekanan udara

sinus. Penurunan oksigenase sinus akan menyuburkan pertumbuhan bakteri anaerob.

Tekanan pada rongga sinus yang menurun akan menimbulkan rasa nyeri di daerah

sinus terutama sinus frontal dan sinus maksilaris.

Fungsi sinus paranasal :

a. Menghasilkan dan membuang mukus

b. Mengatur tekanan intranasal

c. Resonansi suara

d. Memanaskan dan melembabkan udara inspirasi

e. Bertindak sebagai shock absorben kepala untuk melindungi organ-organ yang

sensori.

f. Membantu pertumbuhan dan bentuk muka

g. Mempertahankan keseimbangan kepala.

Definisi

Sinusitis adalah suatu inflamasi mukosa satu atau lebih sinus paranasalis.

Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis

ethmoid, sinusistis frontal, dan sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus

disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut

pansinusitis.Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksila dan ethmoid.

3

Page 4: Laporan Sinusitis

Klasifikasi sinusitis dibuat berdasarkan :

1. Gejala kliniknya ( akut, subakut, kronik )

2. Lokasi anatomi yang terkena.

3. Organisme yang bertanggung jawab ( virus, bakteri, jamur )

4. Ekstra sinus yang terkena

5. Faktor yang memperberat/penyebab spesifik, misal : atopi, imunosupresi, atau

obstruksi osteomeatal.

Menurut Spector dan Benstein (1998) klasifikasi sinusitis adalah :

1. Sinusitis Akut : Gejala berlangsung selama 3-4 minggu, gejala yang ditimbulkan

meliputi infeksi saluran pernafasan atas yang menetap, adanya rhinorea yang

purulen, post nasal drip, anosmia, sumbatan hidung, nyeri fasial, sakit kepala,

demam dan batuk.

2. Sinusistis Kronik : Gejala timbul lebih dari 4 minggu. Beberapa penderita tidak

memberikan gejala yang khas sehingga umumnya ditemukan kelainan CT atau

MRI.

3. Sinusitis Rekuren : Bila episode sinusitis akut berulang hingga 3-4 kali dalam satu

tahun dan kemungkinan disebabkan oleh infeksi yang berbeda pada setiap

episodenya.

Etiologi

Agen etiologi sinusitis dapat berupa virus, bakteri atau jamur. Sinusitis virus

biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas.

Menurut beberapa penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis

akut adalah Streptococcus pneumonia (30-50%), Hemophylus influenzae (20-40%)

dan Moraxella catarrhalis (4%). Selain itu juga ditemukan dalam frekuensi yang

makin menurun antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus viridans, Neisseria

flavus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli. Pada anak, M.Catarrhalis

lebih banyak ditemukan (20%).

Pada sinusitis kronik, faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya

bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri negatif gram dan anaerob seperti

Peptostreptococcus, Corynebacterium, Bacteriodes dan Veillonella.

4

Page 5: Laporan Sinusitis

Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terbentuknya sinusitis adalah obstruksi mekanik, seperti

deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor di

dalam rongga hidung. Selain itu rhinitis kronis serta rhinitis alergi juga menyebabkan

obstruksi ostium sinus serta menghasilkan lendir yang banyak, yang merupakan

media untuk tumbuhnya bakteri. Faktor predisposisi yang lain adalah lingkungan

berpolusi, udara dingin serta kering yang dapat mengakibatkan perubahan pada

mukosa serta kerusakan silia.

A. Lokal maupun regional

Kegagalan transpor mukosilier karena udara yang dingin atau

kering, serta beberapa obat-obatan.

Infeksi gigi terutama bagian apikal, merupakan penyakit regional

yang paling sering menyebabkan sinusitis yang supuratif.

Adanya gangguan di hidung atau trauma wajah ( mid – face )

Kelainan septum yang berat, akan menyebabkan obstruksi

mekanik.

Khoanal atresia akan menyebabkan drainase hidung terganggu.

Edema karena infeksi traktus respiratorius bagian atas yang akan

menyebabkan obstruksi ostium sinus dan menyebabkan bakteri

masuk ke sinus sehingga menghasilkan sinusitis yang supuratif

Barotrauma atau perubahan tekanan akibat perjalanan di udara,

berenang atau menyelam, dapat menyebabkan edema ostium sinus.

Juga saat berenang, bakteri dapat masuk melalui air ke hidung dan

sinus.

Polip hidung, benda asing maupun tampon hidung dapat

menyebabkan gangguan ventilasi sinus.

Tumor hidung.

Sindroma imotil atau diskinesia silia.

B. Sistemik

Malnutrisi, terapi steroid jangka panjang, diabetes melitus yang

tidak terkontrol, diskrasia darah, kemoterapi, dan faktor lain yang

menyebabkan penurunan status metabolik.

Infeksi nosokomial dan adanya defisiensi imun yang berat.

Patofisiologi

5

Page 6: Laporan Sinusitis

Sinus paranasalis yang merupakan bagian dari saluran pernapasan bagian atas,

langsung berhubungan dengan nasopharynx. Sinus-sinus ini normalnya steril dari

mikroba. Karena pada nasopharynx banyak terdapat flora normal, sehingga bila

terjadi obstruksi dapat menyebabkan infeksi bakteri pada sinus.

Penyakit-penyakit yang mengobstruksi drainase dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan sinus paranasalis untuk berfungsi normal. Ostia sinus akan

tersumbat, dan menyebabkan kongesti mukosa. Sistem transport mukosiliaris menjadi

rusak, sehingga terjadi stagnasi dari sekresi dan kerusakan epitel, yang diikuti dengan

menurunnya tekanan oksigen dan pertumbuhan bakteri yang cepat.

Jadi, patofisiologi dari sinusitis berhubungan dengan tiga faktor yaitu patensi

dari ostia sinus, fungsi silia, kualitas dari sekresi nasal. Berikut tabel yang

memperlihatkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan patologi sinusitis :

Ostial patency Cilliary funstion MucusEdema:

Allergens

Infection

(viral/bacterial)

Polyps:

Atopy

Cystic fibrosis

Chronic infection

Structural factors:

Septal deviation

Hallers cell

Concha bulosa

Nasal packs

Nasal tube

Decreased cilliary beat

frequency

Cilliotoxins ( viral / bacterial )

Cold air

Loss of metachronous

coordination

Scarring

Synecchia

Loss of cilliated cell

Airway irritant/pollutant

Increased intranasal airflow

Inflammatory mediators

Viral / bacterial - mediated cell

death

surgical

Changes in quantityAllergens

Airway irritant / pollutant

Goblet cell metaplasia

Changes in quality

Abnormal water -electrolyte

transport

Dehydration

Cystic fibrosis

Pada deviasi septum akan menyebabkan cavum nasi menjadi sempit sehingga

dapat menutup lubang atau ostium dari sinus paranasal sehingga drainase sekret pada

sinus akan terhambat. Dengan terhambatnya drainase sekret pada sinus, hal itu akan

6

Page 7: Laporan Sinusitis

menyebabkan terbentuknya suatu lingkungan yang ideal pada sinus sebagai tempat

bakteri untuk berkembang biak yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya

sinusitis.

Secara singkat, patofisiologinya adalah sebagai berikut :

deviasi septum

cavum nasi sempit

menutup lubang atau ostium dari sinus paranasal

drainase sekret sinus terhambat

bakteri berkembang biak (causa etiologi)

sinusitis

Manifestasi Klinik

Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika

penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama,

yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, namun dapat pula

terbagi gejalanya menjadi :

1. Sinusitis akut : nyeri yang berhubungan dengan lokasi sinus yang terkena, nasal

obstruksi, nasal discharge dapat berupa mukopurulen berwarna kuning kehijauan,

gejala sistemik seperti panas, malaise, lethargi.

2. Sinusitis kronik : nasal discharge yang mukopurulen, nasal obstruksi yang jelas,

nyeri dan gejala sistemik jarang ada.

Pembagian berdasarkan sinus yang terkena:

7

Page 8: Laporan Sinusitis

Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, nyeri bisa

merambat ke dahi dan bahkan ke gigi. Nyeri dapat bertambah hebat bila

penderita mengejan atau membungkuk.

Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri di sekitar alis mata, makin siang makin

sakit kemudian menurun, nyeri juga bisa menyebar di seluruh kepala.

Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta

sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri

bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman, dan hidung

tersumbat.

Sinusitis sfenoidalis, ciri khasnya adalah sakit kepala di ubun-ubun, atau

kadang bisa menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Gejala lainnya adalah: tidak enak badan, demam, letih, lesu, batuk, yang

mungkin semakin memburuk pada malam hari dan hidung meler atau hidung

tersumbat.

Sinusitis sphenoid dan ethmoid, dapat menyebabkan gejala nyeri di verteks,

occipital atau parietal, juga nyeri di nasal atau retrobulbar serta dapat menjalar ke

leher dan bahu. Infeksi dapat menyebar ke sinus lain karena ostium dari semua sinus

terletak dalam daerah sempit meatus media pada kompleks osteomeatal. Proses

inflamasi yang melibatkan semua sinus disebut pansinusitis.

Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan :

a. Edema mukosa dan eritem.

b. Tampak mukopurulen discharge.

c. Nyeri palpasi di lokasi sinus yang terkena seperti di pipi atau muka.

d. Periorbital edema.

e. Pada anak-anak, adakah nafas berbau.

f. Nasofaring : obstruksi adenoid, tumor, khoanal atresia, post nasal

discharge.

g. Telinga, hidung dan tenggorokan : otitis media atau otitis media serosa

h. Gigi : karies

8

Page 9: Laporan Sinusitis

Pemeriksaan Penunjang

- Transiluminasi, untuk sinus maksilaris dan frontalis. Bila pada

pemeriksaan transiluminasi tampak gelap di daerah infraorbita, mungkin

berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat

neoplasma di dalam antrum.

- Nasal endoskopi dapat melihat sinus dan mencari faktor predisposisi lokal.

- Sinoskopi dengan kultur, biposi ataupun lavage dapat dilihat melalui

anterior maxila puncture.

- Radiologi, posisi yang rutin dipakai adalah posisi Waters (untuk melihat

adanya kelainan di sinus maksila, frontal, dan ethmoid), P-A (untuk

menilai sinus frontal), dan posisi lateral (untuk menilai sinus frontal,

sfenoid, dan ethmoid). Tampak penebalan mukosa dan air fluid level

Penatalaksanaan

1. Terapi medikamentosa:

a. Antibiotika minimal 10 hari, biasanya dapat sampai 3 minggu atau lebih.

b. Dekongestan topikal dan sistemik, untuk oksigenase dan drainase pus

sinus dengan cara mengurangi edema mukosa.

c. Antihistamin, tidak dianjurkan pada pasien tanpa predisposisi alergi.

d. Analgesik

e. Humidifikasi, dapat berupa uap hangat atau dingin.

f. Mukolitik atau ekspektoran, untuk sekresi yang banyak.

g. Irigasi nasal dengan saline seperti prosedur proetz.

h. Terapi pembedahan

Untuk drainase sinus. Irigasi sinus terutama untuk sinus maksilaris, dilakukan

bila tampak mukopurulen pada pasien imunosupresi, sinusitis akut yang tidak sembuh

dengan terapi antibiotika.

Diagnosis Banding

1. Headache, Cluster

2. Headache, Migrain

3. Headache, Tension

9

Page 10: Laporan Sinusitis

4. Otitis Media

Komplikasi

Komplikasi akut

Orbital :

- Preseptal selulitis

- Orbital selulitis tanpa abses

- Orbital selulitis dengan sub atau ekstraperiosteal abses

- Orbital selulitis dengan intraperiosteal abses

- Trombosis sinus kavernosus

Intrakranial :

- Abses ekstradural, subdural, intraserebral

- Meningitis

- Ensefalitis

- Trombosis sinus kavernosus atau sinus sagitalis

Tulang :

- Osteitis / osteomielitis (Pott’s Puffy Tumour)

Komplikasi Kronik

Mococele/pyocele

Prognosis

Sinusitis biasanya memberikan prognosis yang baik bila sudah diberikan pengobatan

yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: Laporan Sinusitis

1. Soepardi E., Iskandar N. Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2004.

2. Adams G., Boies L., Higler P. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1997.

3. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Edisi ke delapan.

McGrawl-Hill. 2003.

4. Becker, W., Naumann, H., Pfaltz, C. Ear, Nose, and Throat Disease. Edisi ke dua.

Thieme. New York:1994.

5. Newlands, Shawn D. Bailey, Biron J. et al.. Textbook of Head and Neck Surgery-

Otolaryngology. 3rd edition. Volume 1. Lippincot: Williams & Wilkins. Philadelphia.

273-9. 2000.

11