laporan saponifikasi (repaired)

Upload: annisa-novita-nurisma

Post on 09-Oct-2015

128 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

satpros 2

TRANSCRIPT

LABORATORIUM SATUAN PROSES SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015

Praktikum: 14 Oktober 2014Penyerahan Laporan : 28 Oktober 2014

OlehKelompok : 1Nama: 1. Ambrianto Ghenatya (131424003) 2. Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) 3. Annisa Novita Nurisma (131424005)Kelas : 2 A TKPBDosen Pembimbing : Iwan Ridwan, ST, MT

PROGRAM STUDI D IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIHJURUSAN TEKNIK KIMIAPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG2014

Judul Praktikum : SAPONIFIKASI LEMAK (PEMBUATAN SABUN)Dosen Pembimbing : Iwan Ridwan ST, MT.Nama Praktikan : 1. Ambrianto Ghenatya(131424003) 2. Anindya Dwi Kusuma Marista(131424004) 3. Annisa Novita Nurisma(131424005)Tanggal Praktikum : Selasa, 14 Oktober 2014Tanggal Laporan : Selasa, 28 Oktober 2014

I. JUDUL PRAKTIKUMReaksi Saponifikasi

II. TUJUAN PRAKTIKUM1. Menjelaskan variable-variabel yang berpengaruh dalam saponifikasi.2. Menetukan komposisi yang tepat dalam pembuatan sabun padat dan bahan aditif yang ditambahkan.3. Menganalisis produk sabun padat yang didapat.

III. DASAR TEORISaponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain dari reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Secara teknis, reaksi saponifikasi menghidrolisis trigliserida dengan melibatkan basa (soda kausik NaOH). Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Dalam reaksi saponifikasi, minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utamanya. Dengan menggunakan satu atau dua tahap trigliserida dapat diubah menjadi sabun. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara pengendapan. Peristiwa ini disebut salting out oleh NaCl jenuh.Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol. Asam lemak terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus asam karboksilat pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom karbon yang berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari ikatan rangkap dua dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon memiliki gugus asam karboksilat yang melekat, maka dinamakan tri-gliserida. Apabila trigliserida direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida atau kalium hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut saponifikasi. Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun. Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai. Reaksi tersebut sebagai berikut :

Secara singkat reaksi ditulis sebagai berikut :C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCRTrigliserida biasanya disebut juga fat atau lemak jika berbentuk padat pada suhu kamar, dan disebut minyak (oil) bila pada suhu kamar berbentuk cair. Trigliserida tidak larut dalam air, hal ini dapat dibuktikan bila kita mencampurkan air dan minyak, akan terlihat keduanya tidak akan bercampur. Sabun disebut sodium stearat dengan rumus kimia C17H35COO Na+ dan merupakan hydrocarbon rantai panjang dengan 10 sampai 20 atom Carbon. Dapat digunakan untuk membersihkan karena kepala yang bersifat polar, merupakan komponen ionik yang larut dalam air dan tidak larut dalam larutan organik, yaitu minyak. Ekor dari molekul adalah kovalen dan larut dalam minyak tetapi tidak larut dalam air.Lemak dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun terdiri dari 7 asam lemak yang berbeda. Apabila semua ikatan karbon dalam asam lemak terdiri dari ikatan tunggal disebut asam lemak jenuh, sedangkan bila semua atom karbon berikatan dengan ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh dapat dikonversikan menjadi asam lemak jenuh dengan menambahkan atom hydrogen pada lokasi ikatan rangkap. Jumlah asam lemak yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh kelembutan pada sabun yang dibuat.Dalam air dan minyak sabun akan bersifat sebagai berikut : bila campuran ini diaduk, rantai sabun akan menguraikan minyak dalam air. Rantai hydrokarbon dilarutkan dalam tetesan minyak dan kepala CO2 pada permukaan air. Kotoran pada minyak dan bagian berminyak akan dijerat sehingga dapat dibersihkan. Mencuci tangan dan membersihkan pakaian kotor dalam air sabun mengakibatkan kotoran tertinggal dalam air sabun.Pada air sadah sabun tidak berbusa karena ion stearat bereaksi dengan calsium dan mag-nesium, sehingga menjadi keras dan membentuk komponen yang disebut scum yang tidak larut dalam calsium dan magnesium stearat, reaksi :

Ca2+ + 2St- CaSt2(s) (St-=ionstearat)Mg2+ + 2 St- MgSt2(s) (C17H35COO - )Tanpa ion stearat tidak mempunyai daya membersihkan.Salah satu pemecahan masalah dalam menggunakan larutan pembersih, yaitu tidak bereaksi dengan ion yang menyebab-kan kesadahan. Lemak dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun terdiri dari 7 asam lemak yang berbeda. Apabila semua ikatan karbon dalam asam lemak terdiri dari ikatan tunggal disebut asam lemak jenuh, sedangkan bila semua atom karbon berikatan dengan ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh dapat dikonversikan menjadi asam lemak jenuh dengan menambahkan atom hydrogen pada lokasi ikatan rangkap. Jumlah asam lemak yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh kelembutan pada sabun yang dibuat.

IV. Percobaan 4.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan selama praktikum saponifikasi adalah sebagai berikut :NoNama AlatSpesifikasiJumlah

1234567891011Penangas air Labu erlenmeyer Motor pengaduk Termometer Beker Glass Beker Glass Batang pengaduk Pengaduk jangkar Magnetic stirrer Hotplate Buret -250 mL--250 mL100 mL----50 buah1 buah3buah1 buah2 buah2 buah2 buah1 buah1 buah1 buah1 buah1 buah

Bahan-bahan yang digunakan selama praktikum saponifikasi adalah sebagai berikut:No Nama bahanSpesifikasiJumlah

12345678Minyak kelapa 2. Alkali (NaOH) 3. Air mendidih 4. NaCl 0,5. Amylum 6. Bahan tambahan (pewangi)Indikator p.p 1 tetes untuk 1 jenis analisa8. HCl

-------0,5 N20 mL10 gram10 mL1 gram0,5 gram0,4 cc5 ml50 mL

4.2 Prosedur Percobaan

1 mol NaOH10 ml air mendidih3 mol minyak kelapa (20 ml)Panaskan sampai T= 60oCPanaskan sampai T= 60oCReaktor Panaskan dan aduk sampai berubah menjadi seperti susu kental (T==60oC)0,1 g NaClPanaskan dan aduk selama 10 menit (T=60oC)0,5 g amylumPanaskan dan aduk selama 10 menit (T=60oC)0,4 cc parfumaduk selama 5 menit Masukkan ke dalam cetakan yang sudah diolesi prafin Uji kualitas sabun Asam lemak bebasAlkali bebasUlangi untuk perbandingan mol minyak kelapa dan NaOH1:4 , 1:5 , 1:6

Alkali bebasAsam Lemak Bebas

5 g sabun50 ml alcohol netralDidihkan selama 10 menit (reflux)Titrasi dengan NaOH 0,5N dengan ind. pp sampai berwarna merah sangat muda1 g sabun20 ml alcohol netralDidihkan selama 10 menitTitrasi dengan HCl 0,5N dengan ind. pp sampai tidak berwarna

4.3. Tabel DataPersiapan No Bahan Berat/VolumeMassa Molekul

1Larutan NaOH30 ml40 g/mol

2Minyak Kelapa80 ml202,824 g/mol

3NaCl0,4 gram58,5 g/mol

4Amylum2 gram

5Parfum2 ml-

4.4 Mencari Mol Minyak Kelapa Tabel Komposisi minyak KelapaNo. KandunganKomposisi

1AsamLaurat0.2%

2AsamMyristat1.1%

3AsamPalmitat44.0%

4AsamStearat4.5%

5AsamOleat39.2%

6AsamLinoleat10.1%

Berat Molekul Minyak KelapaBM rata-rataminyakkelapa= (0.2% x Mr Asam Laurat) + (1.1% x Mr Asam Myristat) + (44.0% x Mr Asam Palmitat) + (4.5% x Mr Asam Stearat) + (39.2% x Mr Asam Oleat) + (10.1% x Mr Asam Linoleat)= (0.2% x 144) + (1.1% x 168) + (44.0% x 192) + (4.5% x 192) + (39.2% x 192) + (10.1% x 192)= 202,824 gr/mol

Mol Minyak Kelapa minyak= 0.832 gram/mlBerat minyak = x VBerat minyak= 0.8572 gram/ml x 20 ml= 16,64 gram

Mol minyak= = 0,0820 mol

Massa NaOH yang dibutuhkan

Minyak : NaOH = 1: 30,0820 mol : 0,2461 molMassa = Mr KOH x mol KOH = 40 g/mol x 0,2461 = 9,84 gram

Minyak : NaOH = 1:40,0820 mol : 0,3280 molMassa = Mr NaOH x mol KOH = 40 g/mol x 0,3280 = 13,12 gram

Minyak : NaOH = 1: 50,0820 mol : 0,4102 molMassa = Mr NaOH x mol KOH = 40g/mol x 0,4102 = 16,41 gram

Minyak : NaOH = 1: 60,0820 mol : 0,4920 molMassa = Mr NaOH x mol KOH = 40 g/mol x 0,4920 = 19,68 gram

Massa KOH yang dibutuhkan

(C17H35COO)3C3H5 + 3KOH 3(C17H35COO)Na + C3H5(OH)3

Minyak : KOH = 1: 30,0820 mol : 0,2461 molMassa = Mr KOH x mol KOH = 56 g/mol x 0,2461 = 13,7 gram

Minyak : KOH = 1:40,0820 mol : 0,3280 molMassa = Mr KOH x mol KOH = 56 g/mol x 0,3280 = 18,37 gram

Minyak : KOH = 1: 50,0820 mol : 0,4102 molMassa = Mr KOH x mol KOH = 56 g/mol x 0,4102 = 22,97 gram

Minyak : KOH = 1: 60,0820 mol : 0,4920 molMassa = Mr KOH x mol KOH = 56 g/mol x 0,4920 = 27,55 gram 4.5 Proses pencampuran, pemansan pada T = 60oC disertai dengan pengadukanBahanTempatPengamatanKeterangan

NaOH + airGelas kimia 100 mlLarutan berwarna bening.Pencampuran dilakukan dengan pengadukan dan pemanasan, dilakukan di lemari asam.

Larutan NaOH + minyak kelapaGelas kimia 250 mLCampuran membentuk 2 lapisan. Kemudian campuran berubah wujud seperti susu kental dan tidak ada minyak yang mengapung di atasnya dan berwarna kekuning-kuningan.Pencampuran dengan pengadukan selama 10 menit dan pemanasan T= 60OC.

Larutan sabun + NaClGelas kimia 100 mlCampuran masih berwujud kental dan mulai berubah warna menjadi putih.Pencampuran dengan pengadukan selama 10 menit disertai dengan pemanasan.

Larutan sabun + amilumGelas kimia 100 mlCampuran kental dan memadat.Pencampuran dengan pengadukan selama 10 menit.

Sabun + parfumGelas kimia 100 mlCampuran menjadi padat dan berbau harum.Pengadukan selama 5 menit.

4.6. Tabel Data Hasil AnalisaBahanpengamatanWaktu reaksi (detik)keterangan

Var.1Var.2Var.3Var.4

Minyak kelapa 20 ml + NaOH 2,28 g + 10 ml air mendidih(larutan A) Larutan menjadi kental660300180155

Larutan A + NaCl 0,1 gram(larutan B)Tidak terjadi perubahan yang siginifikan888354290220

Larutan B + amylum 0,5 gram

Larutan B + parfum 0,4 cc(larutan C)Larutan menjadi semakin kental1440900850750

Produk sabun dimasukkan ked dalam tempat yang sudah diolesi parafin18001070960840

V. Pengolahan Data Data Penentuan Alkali Bebas3.1 Table Titrasi Sabun (KOH)Titrasi ke-Mol minyak : mol KOH

1:31:41:51:6

Berat sample (gram)1 g1 g1 g1 g

V. Awal (ml)0 mL0 mL0 mL0 mL

V. Akhir (ml)1,4 mL4 mL6 mL7,5 mL

V. Titrasi (ml)1,4 mL4 mL6 mL7,5 mL

Warnabeningbeningbeningbening

3.2 Table Titrasi Sabun (NaOH) Titrasi ke-Mol minyak : mol NaOH

1:31:41:51:6

Berat sample (gram)1 g1 g1 g1 g

V. Awal (ml)0 mL0 mL0 mL0 mL

V. Akhir (ml)1,152,43,94,2

V. Titrasi (ml)1,152,43,94,2

Warnabeningbeningbeningbening

Data Penentuan Asam Lemak Bebas4.1 Table Titrasi Sabun (KOH)Titrasi ke-Mol minyak : mol KOH

1:31:41:51:6

Berat sample (gram)5 g5 g5 g5 g

V. Awal (ml)0000

V. Akhir (ml)0000

V. Titrasi (ml)0000

WarnaMerah muda Merah mudaMerah mudaMerah muda

4.2 Table Titrasi Sabun (NaOH) Titrasi ke-Mol minyak : mol NaOH

1:31:41:51:6

Berat sample (gram)5 g5 g5 g5 g

V. Awal (ml)s0000

V. Akhir (ml)0000

V. Titrasi (ml)0000

WarnaMerah muda Merah muda Merah muda Merah muda

A. Perhitungan % alkali bebas (NaOH)

Variasi 1 ( minyak : NaOH = 1:3)Alkali bebas = x 100 % = x 100 = 2, 3%

Variasi 2 ( minyak : NaOH = 1:4)Alkali bebas = x 100 % = x 100 = 4,8%

Variasi 1 ( minyak : NaOH = 1:5)Alkali bebas = x 100 % = x 100 = 7,8%

Variasi 1 ( minyak : NaOH = 1:3)Alkali bebas = x 100 % = x 100 = 8,4 %

Perhitungan % alkali bebas (KOH)

Variasi 1 ( minyak : NaOH = 1:3)Alkali bebas = x 100 % = x 100 = 2, 8%

Variasi 2 ( minyak : NaOH = 1:4)Alkali bebas = x 100 % = x 100 = 8%

Variasi 1 ( minyak : NaOH = 1:5)Alkali bebas = x 100 % = x 100 =12 %

Variasi 1 ( minyak : NaOH = 1:3)Alkali bebas = x 100 % = x 100 = 15 %

B. Perhitungan % Asam Lemak BebasDari hasil praktikum, produk sabun yang dihasilkan tidak mengandung asam lemak bebas, hal ini ditunjukkan oleh pada saat penambahan indicator phenolphthalein larutan berubah warna menjadi warna merah muda .

Massa Sabun Secara Teoritis

(C17H35COO)3C3H5 + 3KOH 3(C17H35COO)Na + C3H5(OH)3Awal 0,0820 mol 0, 2461 mol - -Reaksi 0,0820 mol 0,0820 mol 0,0820 mol 0,0820 mol Sisa- 0,1641 mol 0,0820 mol 0,0820 mol

Berat sabun teori= mol x Mr sabun= 0,0820 x 918 gr/mol= 75,28 gram

Table hasil penimbangan produk sabun (NaOH)VariasiMassa sabun (gram)

114,08

214,26

314, 94

415, 88

variasi 1yield = x 100 % = x 100 % = 18, 70 %

variasi 2yield = x 100 % = x 100 % = 18, 94 %

variasi 3yield = x 100 % = x 100 % = 19,84 %

variasi 4yield = x 100 % = x 100 % = 21,09 %

Table hasil penimbangan produk sabun (KOH)VariasiMassa sabun (gram)

113,23

213,46

314,87

414,96

variasi 1yield = x 100 % = x 100 % = 17,57 %

variasi 2yield = x 100 % = x 100 % = 17,88 %

variasi 3yield = x 100 % = x 100 % = 19,75 %

variasi 4yield = x 100 % = x 100 % = 19,87 %

VI. Pembahasan (Ambrianto Ghenatya -131424003)Penyabunan atau pembuatan sabun yang dikenal sebagai saponifikasi, menunjukan hidrolisis ikatan ester pada triasil-gliserol. Saponifikasi suatu ester dengan basa (NaOH) menghasilkan garam dari asam karboksilat atau asam lemak berantai panjang, yang merupakan sabun. Pembuatan sabun pada umumnya sangat sederhana yaitu dengan memanaskan campuran lemak atau minyak dengan NaOH sehingga terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium dari asam lemak (sabun). Kemudian campuran yang telah dipanaskan tadi didinginkan, campuran tersebut sudah tidak dalam bentuk senyawa minyak dan NaOH lagi tetapi sudah berubah menjadi produk garam Natrium dari minyak (sabun) dan hasil samping berupa gliserol yang masih bercampur. Untuk memisahkan antara sabun dan gliserol maka dalam percobaan ditambahkan NaCl 0,1 gram sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun kasar yang memisah dari gliserol, kemudian saring sehingga hasil sarimgan sudah dalam bentuk sabun yang terpisah dari gliserol.Ketika mereaksikan minyak dengan NaOH suhu optimum reaksi harus tercapai. Suhu optimum pada reaksi ini adalah sekitar 60oC, sehingga ketika akan mencampurkan NaOH dengan minyak, suhu dari larutan NaOH dan minyak harus mencapai 60oC. Hal ini terbukti ketika suhu minyak ataupun NaOH tidak sama dengan 60oC, campuran akan mengeras lebih dahulu sebelum reaksi berjalan sempurna. Gliserol (hasil samping) yang dihasilkan masih bercampur dengan sabun sehingga sulit dipisahkan meskipun campuran telah ditambahkna dengan NaCl. Bila dianalisis hal tersebut dapat terjadi karena suhu reaktor yang kurang panas dan ketidak konstanan suhu saat memasukan NaOH kedalam campuran.Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi Saponifikasi, antara lain:1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH Pada praktikum kali ini, konsentrasi NaOH divariasikan pada Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya, dimana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika basa yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lebih lama. 2. Suhu (T) Ditinjau dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (H negatif), maka dengan kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Jadi pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis (Levenspiel, 1972). 3. PengadukanPengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A (Levenspiel, 1987).4. Waktu Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah minyak yang tersabunkan.

Pembahasan Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004)Saponifikasi adalah mereaksikan suatu asam lemak/minyak dengan basa alkali sehingga terbentuk sabun dengan hasil samping yaitu gliserol. Minyak yang di gunakan pada percobaan kali ini yaitu minyak goreng kelapa sawit yang banyak mengandung asam oleat. Sedangkan basa alkali yang di gunakan yaitu NaOH karena NaOH dan minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan baku yang relatif banyak di temukan dan harganya ekonomis. Dalam pembuatan sabun, NaOH di buat berlebih sehingga semua minyak (trigliserida) bisa membentuk sabun. Asam oleat yang banyak terkandung di dalam minyak goreng kelapa sawit mempunyai rumus molekul C17H33COOH.Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :(C17H33COO)3C3H5+3 NaOH3 C17H33COO Na+C3H8O3Minyak kelapa sawit yang di gunakan dalam percobaan ini adalah sebanyak 20 ml,sedangkan NaOH yang di gunakan di variasikan konsentrasinya dengan perbandingan 1:3 , 1:4 , 1:5 dan 1:6. Sehingga untuk perbandingan mol 1:3 memerlukan NaOH sebanyak 9,84 gram yang di larutkan dalam 10 ml air .Perbandingan mol 1:4 memerlukan NaOH sebanyak 13,12 gram yang di larutkan dalam 10 ml air. Perbandingan mol 1:5 memerlukan NaOH sebanyak 16,41 gram yang di larutkan dalam 10 ml air. Dan untuk perbandingan mol 1:6 memerlukan NaOH sebanyak 19,68 gram yang di larutkan dalam 10 ml air. Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan maka semakin cepat proses saponifikasi yang terjadi.Pembuatan sabun dimulai dengan mencampurkan dua bahan baku di atas yaitu minyak goreng dengan NaOH kemudian di aduk-aduk hingga campuran bercampur rata dan wujudnya seperti susu kental yang tidak ada minyak di atasnya. Prinsip dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa,menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut dengantrace.Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan 0,1 gram garam NaCl yang berfungsi untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol. Jika kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi, maka produk sabun yang dihasilkan akan terlalu keras. Setelah 10 menit ditambahkan 0,5 gram amylum yang berfungsi untuk mengurangi kelembaban sabun.Setelah rata beri parfum sekitar 0,44 cc pada larutan tersebut. Kemudian gliserol yang sudah terpisah tersebut di pisahkan dari sabun. Jadi, pada hasil akhir, produk yang terbentuk hanya berupa sabun tanpa hasil samping berupa gliserol. Tetapi semakin tinggi konsentrasi NaOH, produk akan cepat padat pada saat penambahan NaCl. Padahal seharusnya produk sabun akan memadat saat pemberian amilum, hal ini menyebabkan kemungkinan adanya kandungan gliserol yang terdapat di produk sabun. Sabun yang dihasilkan dan di diamkan beberapa menit mulai mengeras. Uji kualitas yang dilakukan meliputi uji kandungan alkali bebas dan kandungan asam lemak bebas.Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapat kandungan alkali bebas sebesar 2,3 %, 4,8 %, 7,8 % dan 8,4 %sedangkan kandungan alkali bebas pada sabun menurut SNI seharusnya mengandung alkali bebas sebanyak 0,1 %. Kandungan alkali yang terdapat dalam sabun tersebut menandakan bahwa produk sabun yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik atau tidak, karena semakin besar kandungan/ kadar alkali dalam produk sabun yang dihasilkan maka kualitas produk yang dihasilkan pun semakin menurun kualitasnya. Namun, produk sabun yang bebas alkali tidak berarti kualitasnya lebih baik.Sabun bebas alkali justru dapat menyebabkan kerusakan kulit. Uji kualitas selanjutnya meliputi kadar asam lemak bebas. Ketika di tambahkan indikator PP larutan sabun berubah menjadi warna merah muda maka dapat di simpulkan PH dari sabun tersebut basa/Netral sehingga tidak mengandung asam lemak. Asam lemak yang terdapat dalam sabun menurut SNI seharusnya < dari 2,5. Berat sabun yang dihasilkan dalam percobaan yaitu sebanyak 14,08 g , 14,26 g, 14,94 g, dan 15,88 g sedangkan hasil sabun yang seharusnya menurut teori adalah sebanyak 75,28 g. Sehingga yield sabun yang didapatkan sebesar 18,70 %, 18,94 %, 19,84 %, 21,09 %.

Pembahasan Annisa Novita Nurisma (131424005)Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol. Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Pada percobaan kali ini memiliki tujuan untuk mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida (KOH) dan natrium hidroksida (NaOH) dengan beberapa variasi perbandingan mol yang berbeda antara NaOH/KOH dengan minyak kelapa. Reaksi saponifikasi dengan menggunakan natrium hidroksida (NaOH) adalah sebagai berikut:CH3(CH2)14CO2 H + 3 NaOH 3 CH3(CH2)14CO2Na + C3H8O3 Reaksi penyabunan dengan menggunaka KOH adalah sebagai berikut:CH3(CH2)14CO2 H + 3 KOH 3 CH3(CH2)14CO2K + C3H8O3Pada dasarnya proses pembuatan sabun dengan menggunakan NaOH maupun KOH sama, yaitu mereaksikan NaOH/ yang telah dilarutkan dalam 10 ml air dengan minyak kelapa yang keduanya telah dipanaskan pada suhu 60oC, hal ini bertujuan agar pada saat pencampuran suhu campuran stabil pada 60oC. suhu campuran harus stabil pada 60oC hal ini untuk menghindari berkurangnya produk sabun yang terbentuk, karena kenaikan suhu akan mengurang produk sabun yang terbentuk. Setelah terbentuk campuran kental ditambahkan 0,1 g NaCl untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserin sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserin. Kemudian produk ditambahkan 0,5 g amilum dengan tujuan untuk mempercepat proses pengerasan sabun. Parfum ditambahkan kedalam sabun untui menambah aroma pada sabun. Produk akhir yang diperoleh adalah sabun yang berupa padatan. Proses pembuatan sabun menggunakan NaOH lebih cepat dibandingka dengan menggunakan KOH.Variasi perbandinga mol antara minyak kelapa dengan NaOH/KOH adalah 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6. Dari hasil percobaan menggunakan NaOH sabun yang terbentuk semakin banyak seiring dengan bertambahnya konsentrasi dari NaOH yaitu sebanyak 14,08 g ; 14,26 g; 14,94 g; dan 15,88 g sedangkan hasil sabun yang seharusnya menurut teori adalah sebanyak 75,28 g. Sehingga yield sabun yang didapatkan sebesar 18,70 %; 18,94 %; 19,84 % dan 21,09 %. Sabun yang dihasilkan tidak sesuai dengan perhitungan secara teoritis, hal ini dikarenakan oleh naiknya suhu pemanasan sehingga produk sabun yang dihasilkan berkurang.Setelah sabun terbentuk kemudian dilakukan uji kualitas sabun dengan menghitung % alkali bebas dan % asam lemak bebas. Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapat kandungan alkali bebas sebesar 2,3 %, 4,8 %, 7,8 % dan 8,4 % sedangkan kandungan alkali bebas pada sabun menurut SNI seharusnya mengandung alkali bebas sebanyak 0,1 %. Kandungan alkali yang terdapat dalam sabun tersebut menandakan bahwa produk sabun yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik atau tidak, karena semakin besar kandungan/ kadar alkali dalam produk sabun yang dihasilkan maka kualitas produk yang dihasilkan pun semakin menurun kualitasnya. Dari data diatas dapat diketahui bahwa produk sabun yang dihasilkan kualitasnya tidak terlalu baik, masih jauh dibawah standar yang sudah ditetapkan. Uji kualitas selanjutnya meliputi kadar asam lemak bebas. Ketika di tambahkan indikator PP larutan sabun berubah menjadi warna merah muda maka dapat di simpulkan PH dari sabun tersebut basa/Netral sehingga tidak mengandung asam lemak. Asam lemak yang terdapat dalam sabun menurut SNI seharusnya < dari 2,5, dari data tersebut dapat diketahui bahwa produk sabun yang dihasilkan sudah memenuhi standar syarat kandungan asam lemak bebas.Sedangkan dari hasil percobaan menggunakan KOH hamper sama dengan sabun yang menggunakan bahan NaOH yaitu 13,23 g ; 13,46 g; 14,87 g; dan 14,96 g sedangkan hasil sabun yang seharusnya menurut teori adalah sebanyak 75,28 g. Sehingga yield sabun yang didapatkan sebesar 17,57 %; 17,88 %; 19,75 % dan 19,87 %. Sabun yang dihasilkan tidak sesuai dengan perhitungan secara teoritis, hal ini dikarenakan oleh naiknya suhu pemanasan sehingga produk sabun yang dihasilkan berkurang.Setelah sabun terbentuk kemudian dilakukan uji kualitas sabun dengan menghitung % alkali bebas dan % asam lemak bebas. Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapat kandungan alkali bebas sebesar 2,8 %, 8 %, 12 % dan 15 %. Sabun yang dihasilkan pun tidak mengandung asam lemak bebas.Secara umum produk sabun yang dihasilkan yang menggunakan NaOH lebih banyak dibandingkan dengan yang menggunakan KOH. Sabun yang dibuat mengguanakan NaOH % alkali bebasnya lebih kecil dibandingkan yang menggunakan KOH.

VII. Kesimpulan Dari hasil praktikum dapat diperoleh hasi sebagai berikut : % yield produk sabun dengan reaktan NaOH dan KOHvariasi % yield (reaktan NaOH)% yield (reaktan KOH)

118,70 %17,57 %

218, 94 %17,88 %

319,84 %19,75 %

421, 09 %19,87 %

Uji kualitatif alkali bebas produk sabun dengan reaktan NaOH dan KOHvariasi % alkali bebas (reaktan NaOH)% alkali bebas (reaktan KOH)

12,32,8

24,88

37,812

48,415

Uji kualitatif asam lemak bebas produk sabun dengan reaktan NaOH dan KOHvariasi % asam lemak bebas (reaktan NaOH)% asam lemak bebas (reaktan KOH)

100

200

300

400

Produk sabun yang dihasilkan tidak mengandung asam lemak bebas

Daftar Pustaka

Said, G.1987.Bio Industri Penerapan Teknologi Fermentasi. PT Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta

Reynold,S.,&Stanley,R.2000.Chemistry 2000, year 11. Melbourne Oxford University Press.

Laporan Kerja Praktek di PT. Unilever Indonesia Tbk.