laporan praktikum pengling (repaired)

54
LAPORAN TETAP PENGETAHUAN LINGKUNGAN Disusun Oleh : Nama : Dian Sapta Novianti Nim : 11.231.105 Semester/Kelas : II/B Jurusan : Pendidikan Kimia Co. Ass : Husnul Aini LABORATORIUM BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: dian-sapta-novianti

Post on 04-Aug-2015

458 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

LAPORAN TETAP

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

Nama : Dian Sapta Novianti

Nim : 11.231.105

Semester/Kelas : II/B

Jurusan : Pendidikan Kimia

Co. Ass : Husnul Aini

LABORATORIUM BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(IKIP) MATARAM

2012

Page 2: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tetap Praktikum Pengetahuan Lingkungan atas Nama Dian Sapta

Novianti, Nim 11.231.105 dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti

Ujian Akhir Praktikum

Disahkan pada tanggal,…Juli 2012

Nama : Tanda Tangan

1. NUR AHILLAH, S.pd ( )

(Dosen Pembina Mata Kuliah)

2. ISRORUR ARHAM ( )

(Coordinator Praktikum Pengetahuan Lingkungan)

3. HUSNUL AINI ( )

(Co.Ass Kelas)

Mengesahkan:

Kepala Laboratorium Biologi

Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA

IKIP Mataram

(Fahrul Yadi,S.Pd)

Page 3: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan tetap ini, Sholawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad Sallallahu Aalaihi Wasallam, beserta keluarga , sahabat dan para

pengikutnya sampai akhir zaman.

Dengan selesainya laporan tetap ini, penulis menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat bermanfaat

kepada kami, rasa terimakasih itu penulis tujukan kepada:

1.Fahrul Yadi, S.Pd. selaku kepala laboratorium biologi yang memberikan

kepercayaan untuk melakukan praktikum dengan baik dan benar.

2.Seluruh Co.Ass Biologi, khususnya Husnul Aini, selaku Co.Ass kelas Kimia II

B yang telah penuh kesabaran, ketekunan, dan ketulusan hati untuk membimbing

kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini, tidak

luput dari kesalahan, kekeliruan, kejanggalan maupun kekurangan, Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan

laporan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis kembalikan semua

urusan ini. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. amin.

Mataram, Juli 2011

Penulis

Page 4: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ ii

KATA PENGANTAR................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................................. 2

C. Pelaksanaan ..................................................................................... 3

BAB II ACARA-ACARA

A. Rantai Makanan dan Jaring-jaring Makanan.................................... 4

1. Tujuan ........................................................................................ 4

2. Kajian teori................................................................................. 4

3. Alat dan Bahan........................................................................... 8

4. Hasil pengamatan........................................................................ 9

a. Tabel 1.1 tabel hasil pengamatan.......................................... 9

b. Pembahasan........................................................................... 11

B. Populasi Dekomposer....................................................................... 14

1. Tujuan......................................................................................... 14

2. Kajian teori.................................................................................. 14

3. Alat dan bahan............................................................................ 15

4. Hasil Pengamatan ...................................................................... 16

a. Tabel 1.2 tabel hasil pengamatan......................................... 16

b. Analisa Data.......................................................................... 16

Page 5: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

c. Pembahasan .......................................................................... 18

C. Ekosistem Kolam atau Sawah........................................................... 19

1. Tujuan ......................................................................................... 19

2. Kajian Teori................................................................................. 20

3. Alat dan Bahan........................................................................... 22

4. Hasil Pengamatan........................................................................ 23

a. Tabel 1.3 tabel hasil Pengamatan.......................................... 23

b. Pembahasan .......................................................................... 24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 26

B. Saran-saran.................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 6: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Pengetahuan lingkungan merupakan pengetahuan yang mengkaji

hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya dalam hubungannya

dengan kegiatan manusia serta berupaya untuk menjaga kelestarian

lingkungan hidup. Ada ahli yang memasukkan pengetahuan llingkungan

ke dalam lingkup “ilmu pengetahuan”, namun ada pula yang memasukkan

ke dalam lingkup “pengetahuan”. Masing-masing memiliki alasan sendiri-

sendiri.

Ilmu pengetahuan adalah suatu kegiatan mencari kebenaran dengan

obyek tertentu yang konkrit dengan kajian bidang yang khas dan memiliki

metode yang sistematis, obyektif, konsisten dan berlaku umum atau

universal. Sedangkan pengetahuan adalah pencarian kebenaran

berdasarkan pegalaman dan bidang kajian yang belum jelas serta belum

menggunakan metode yang sistematis, cenderung subyektif dan kurang

konsisten. Pengetahuan juga didapatkan melalui penafsiran atau

prasangka. Pada perjalanan waktu, setelah persyaratan-persyaratan

dipenuhi, kegiatan semula digolongkan pengetahuan bisa dimasukkan ke

dalam kegiatan ilmiah.

Ruang lingkup pengetahuan lingkungan itu sendiri meliputi segala

permasalahan yang melindungi manusia, terdiri dari lingkungn biotik,

abiotik, sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya.

Permasalahan lingkungan bukan merupakan permasalahan yang

baru, melainkan muncul sejak lahirnya bumi, hanya saja karena berbagai

sebab maka permasalahan ini tidak mencuat ke atas. Ada anggapan bahwa

masalah lingkungan hidup menjadi besar karena pada dasarnya teknologi

Page 7: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

bukan hanya dapat merusak lingkungan, tetapi teknologi juga bisa

dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran lingkungan.

Masalah lingkungan yang mengkhawatirkan saat ini, sebenarnya

diakibatkan oleh terjadinya kepadatan penduduk, terutama pada abad 20

ini. Dengan semakin besarnya populasi manusia, kebutuhan makin

meningkat, dan untuk memenuhi kebutuhan itu umat manusia

mengekploitasikan lingkungannya. Dampak yang bisa ditimbulkan adalah

terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan, sebagai akibat adanya

hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik di dalam

lingkungan, adanya pencemaran dan kerusakan ligkungan itu kemudian

menjadi sebab timbulnya masalah-masalah yang lain baik dalam skala

regional maupun global.

Kenyataan yang ada pada saat ini menunjukkan bahwa pembangunan

yang dilakukan masih dapat berdampak negatif bagi lingkungan.

Sebagaimana disinggung tadi bahwa indikator utama dari adanya dampak

negatif itu adalah terjadinya pencemaran, kerusakan lingkungan, suhu

bumi semakin meningkat, dan sebagainya. Yang masih harus diusahakan

adalah mengurangi adanya dampak negatif tersebut hingga seminimal

mungkin, agar tidak menimbulkan dampak negatif yang justru menjadi

bumerang bagi manusia.

B. Tujuan

1. Mengenal lingkungan sekitar

2. Menambah pengetahuan tentang lingkungan hidup

3. Mengenal berbagai komponen biotik dan abiotik

4. Mengetahui tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup yang

meliputi individu, populasi, komunitas, dan ekosistem.

5. mengetahui kedudukan berbagai komponen biotik dan abiotik yang

terdapat pada suatu ekosistem.

Page 8: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

C. Pelaksanaan

1. Hari / tanggal : minggu, 24 Juni 2012

2. Waktu : 10.30 – 11.30

3. Tempat : Kebun Ayu Pantai Induk Kec. Gerung

Page 9: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

BAB II

ACARA-ACARA

A. Rantai Makanan dan Jaring-jaring Makanan

1. Tujuan

Mahasiswa dapat mengenal dan memahami proses terjadinya rantai

makanan sederhana yang terdapat di ekosistem buatan.

2. Kajian teori

a. Rantai makanan

Di dalam alam semesta ini hanya tumbuhan hijaulah yang

mampu menyusun zat makanan. Zat tersebut berupa karbohidrat,

disusun melalui proses yang disebut fotosintesis. Untuk

fotosintesis ini diperlukan energi cahaya matahari serta bahan CO2

dan air. Secara langsung maupun tidak langsung, semua organisme

heterotrofik bergantung pada tumbuhan, karena zat yang

diperlukan diperoleh dengan memakan tumbuhan. Sedangkan

organisme yang tidak memakan tumbuhan, zat makannya diperoleh

dengan memakan organisme lain. Dengan cara memakan dan

dimakan tersebut maka terjadilah perpindahan zat atau materi serta

energi dari satu makhluk hidup ke mkhluk hidup lainnya.

Perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan

dengan urutan tertentu disebut rantai makanan. Di mana rantai

makanan dibagi menjadi dua bagian yaitu rantai makanan

perumput dan rantai makanan detritus. Rantai makanan perumput

adalah proses makan dan dimakan yang dimulai dari tumbuhan

hijau sebagai produsen, herbivora, karnivora dan seterusnya,

sedangkan rantai makanan detritus adalah proses makan dan

dimakan yang dimulai dari organisme yang sudah mati atau

sampah organik.

Page 10: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Sebagai contoh, tanaman dimakan ulat. Selanjutnya ulat

dimakan burung. Oleh karena itu, terjadilah aliran materi dan

energi berturut-turut dari tanaman ke ulat kemudian ke burung.

Tiap dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi.

Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat

makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu

diduduki tumbuhan hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya

adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan,

yang biasanya disebut konsumen primer. Hewan pemakan

konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas

hewan-hewan karnivora.

Jumlah tingkat trofi antar daerah atau ekosistem yang satu

dengan ekosistem yang lainnya tidak selalu sama. Biasanya dalam

suatu ekosistem terdapat maksimal lima tingkat trofi.

Adapun fungsi organisme dalam suatu ekosistem dapat

dibedakan menjadi empat macam, yaitu :

1) Produsen, yaitu organisme yang dapat menyusun senyawa

organik atau membuat zat makanan sendiri. Yang termasuk

kelompok ini meliputi tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri,

dan ganggang. Karena organisme produsen mampu

menghsilkan zat makanan sendiri maka sering disebut

organisme autotrof.

2) Konsumen, yaitu organisme yang tidak mampu membuat zat

makanan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya,

organisme ini bergantung pada organisme lain. karena

makanannya bergantung pada organisme lain maka sering

disebut heterotrof. Konsumen yang makanannya berupa

tumbuhan disebut herbivora. Konsumen yang makanannya

hewan lain disebut karnivora. Konsumen yang makanannya

berupa segala (hewan dan tumbuhan) disebut omnivora.

Page 11: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Konsumen yang hidup dalam jaringan organisme lain disebut

parasit.

3) Detritivora, yaitu organisme yang memakan partikel-partikel

organik atau detritus. Detritus ini merupakan hancuran jaringan

hewan dan tumbuhan yang melapuk. Yang termasuk di dalam

golongan detritivora ini antara lain cacing tanah, siput, lipan,

keluing, teripang, dan berbagai jenis heterotrof lainnya.

4) Dekomposer atau perombak, yaitu organisme yang bertugas

menghancurkan partikel-partikel organisme lain. dengan

merombak zat-zat sisa tersebut mereka memperoleh makanan

atau bahan organik yang diperlukan. Adanya perombak ini

memungkinkan sampah berukuran besar terpotong-potong

menjadi berukuran lebih kecil. Yang termasuk kelompok

dekomposer ini antara lain semut, cacing, bakteri, jamur dan

sebagainya.

Penerapan konsep interaksi kompetisi dan rantai makanan

dalam komunitas ini di dalam kehidupan sehari-hari amat banyak,

antara lain sebagai berikut.

1) Pemberantasan hama secara biologis, yaitu dengan

pengembangan predatornya, misalnya, memberantas kutu

loncat dengan kumbang koksi, memberantas kumbang tebu

dengan serangga, dan lain-lain.

2) Bercocok tanam dengan sistem tumpang sari, misalnya kacang

tanah dengan singkong, padi dengan jagung, dan cokelat

dengan kedelai.

Adanya interaksi antarindividu atau populasi di dalam suatu

komunitas akan memberikan beberapa nilai yang amat berguna

bagi pengembangan lingkungan hidup. Beberapa nilai tersebut

sebagai berikut.

Page 12: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

1) Keterbatasan daya dukung suatu areal pertanian, kolam, dan

lain-lain akan mendorong para petani untuk meningkatkan

produktivitasnya secara optimal.

2) Terjadi interaksi antarpopulasi akan memberikan dampak

terwujudnya keseimbangan alam. Peningkatan populasi salah

satu jenis akan mengganggu pertumbuhan populasi jenis

lainnya.

3) Adanya populasi suatu jenis spesies yang menjadi pemangsa

populasi spesies lain dapat menjadi pengendali populasi spesies

yang dimangsa atau dapat menjadi pembatas.

4) Adanya interaksi memungkinkan terjadinya suksesi dan

komunitas klimaks pada suatu ekosistem.

b. Jaring-jaring makanan

Pada hakikatya, setiap makhluk hidup didalam suatu ekosistem

merupakan sumber energi dan materi bagi makhluk hidup lainnya.

Dan suatu kenyataan bahwa setiap jenis makhluk hidup tidak

hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Hal ini terutama

pada makhluk pemakan segala atau omnivora, seperti manusia,

ayam, anjing, dan lain-lain.

Ayam tidak hanya memakan biji jagung saja, tetapi juga

memakan padi, cacing, belalang, jangrik, dan lain-lain. sebaliknya,

ayam tidak hanya dimakan musang saja, tetapi juga dimakan oleh

manusia, burung alap-alap, elang, dan lain-lain.

Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-

rantai makanan itu saling berhubungan satu sama lain sedemikian

rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring. Itulah sebabnya

maka disebut jaring-jaring makanan.

Adanya peristiwa makan dan dimakan antara komponen biotik

di dalam suatu ekosistem akan menyebabkan terjadinya

perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup yang satu ke

makhluk hidup yang lain. Perpindahan materi atau zat dan energi

Page 13: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lainnya

disebut aliran materi dan aliran energi.

Sumber energi primer bagi semua kehidupan di planet bumi ini

adalah energi cahaya matahari. Tak ada organisme selain

tumbuhan yang dapat memanfaatkan energi cahaya matahari untuk

aktivitas hidupnya. Di dalam tubuh, energy dapat berubah dari

bentuk yang satu ke bentuk lainnya. Setelah digunakan oleh

kehidupan, energi tak akan kembali ke matahari lagi tetapi lepas ke

alam bebas karena peristiwa radiasi dan tak dapat dimanfaatkan

oleh kehidupan. Perpindahan energi di dalam ekosistem disebut

airan energi. Transformasi energi hanya satu arah sehingga energy

tidak memiliki siklus energi.

Berbeda dengan energi, materi memiliki siklus. Sumber materi

primer adalah planet bumi ini. Setelah di serap oleh tumbuhan,

materi (air dan CO2) akan diubah menjadi karbohidrat. Sacara

beturut-turut zat tersebut akan berpindah-pindah melalui tubuh

organisme maka suatu ketika akan kembali ke bumi. Setelah

mengalami berbagai proses, akan kembali menjadi air atau CO2

yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan, selanjutnya akan

memasuki tubuh organisme lain. jadi, materi memiliki siklus

materi.

3. Alat dan bahan :

a. Alat

Alat tulis menulis

Kantong plastik dan stoples plastik untuk koleksi tumbuhan dan

hewan.

b. Bahan

Lokasi pengamatan (daratan)

Petunjuk untuk pengenalan taksonomi tumbuhan dan hewan.

Page 14: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

4. Hasil pengamatan

a. Tabel 1.1 tabel hasil pengamatan

NO   NAMA SPECIMEN  

  TUMBUHAN

ORGANISME

 (TIDAK HIDUP) HEWAN

1 Oryza sativa (padi)

daun kering/pelepah 

kelapa

Aurerochse sp. 

(sapi)

2

Psophocarpus

tetragonolobu

s(Kecipir) Sampah Galus-galus (ayam)

3 Zea mays (jagung) Jerami Baby rousa (anjing)

4

Glycine max 

(kedelai hitam)  Kotoran sapi

Phlaeoba fumosa

(belalang)

5

Musa paradisiaca

(Pisang)    Angsa

6

Ciperus rotundus

(rumput teki)  

Handeuleum

doleschallia-

polibete (ulat)

7

Imperata cylindrica 

(rumput alang-alang)  

Lumberucus

tubellus (cacing)

8

Carica sp. 

(Papaya)   Keong

9

Manihot utilissima

(Singkong)  

Disambiguasi sp.

(semut)

Rantai makanan prumput

Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-

galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer

Zea mays (jagung) → Galus-galus (ayam) → Baby rousa

(anjing) → dekomposer

Page 15: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Ciperus rotundus (rumput teki) → Aurerochse sp. (sapi) →

dekomposer

Carica sp.(Papaya) → Galus galus (ayam) → Baby rousa

(anjing) → dekomposer

Psophocarpus tetragono lobus (Kecipir) → Handeuleum

doleschallia-polibete (ulat) → Galus galus (ayam) → Baby

rousa (anjing) → dekomposer

Glycine max (kedelai hitam) → Galus galus (ayam) → Baby

rousa (anjing) → dekomposer

Musa paradisiaca (Pisang / daun pisang) → Handeuleum

doleschallia-polibete (ulat) → Galus galus (ayam) → Baby

rousa (anjing) → dekomposer

Oryza sativa (padi) → keong → angsa → dekomposer

Manihot utilissima (Singkong/daun singkong)→ Handeuleum

doleschallia-polibete (ulat) → Galus galus (ayam) → Baby

rousa (anjing) → dekomposer

Imperata cylindrical (rumput alang-alang) → Phlaeoba fumosa

(belalang) → Galus galus (ayam) → Baby rousa (anjing) →

dekomposer

Rantai makanan Detritus

Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby

rousa (anjing) → dekomposer

Daun kering/ pelepah kelapa → Disambiguasi sp. (semut) →

Galus galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer

Jerami → Aurerochse sp. (sapi) → dekomposer

Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → Galus galus

(ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer

Kotoran sapi → dekomposer

Jaring-jaring makanan

Page 16: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Padi rumput alang-alang jagung sampah

Belalang ulat sapi ayam cacing

anjing angsa

Ayam angsa anjing

anjing anjing

DEKOMPOSER

b. Pembahasan

Setelah melakukan pengamatan di Kebun Ayu, pantai

Induk, tepatnya di Kecamatan Gerung, saya melihat ada berbagai

tanaman seperti oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Carica sp.

(Papaya), tetragonolobus (Kecipir), Musa paradisiaca (Pisang),

Ciperus rotundus (rumput teki), Imperata cylindrica (alang-alang),

Manihot utilissima (Singkong), Glycine max (kedelai hitam) ; dan

hewan seperti Phlaeoba fumosa (belalang), Handeuleum

doleschallia-polibete (ulat), Galus galus (ayam), angsa, anjing,

sapi ; serta organisme (tak hidup) seperti sampah, kotoran sapi,

jerami dan daun kering/pelepah kelapa.

Dalam ekosistem tersebut, terdapat rantai makanan

perumput dan rantai makan detritus. Adapun rantai makanan

perumput adalah rantai makanan di mana rumput atau tumbuhan

yang menjadi produsennya.

Page 17: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

contoh :

Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-galus

(ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer

Pada contoh rantai makanan perumput di atas, yang

menjadi produsen adalah Oryza sativa (padi) kemudian Phlaeoba

fumosa (belalang) sebagai konsumen tingkat satu, Galus-galus

(ayam) sebagai konsumen tingkat dua, dan Baby rousa (anjing)

sebagai konsumen tiga.

Pada contoh rantai makanan perumput tersebut, Oryza

sativa (padi) dimakan oleh Phlaeoba fumosa (belalang), kemudian

Phlaeoba fumosa (belalang) dimakan oleh Galus-galus (ayam),

dan Galus-galus (ayam) kemudian dimakan oleh Baby rousa

(anjing). Setelah Baby rousa (anjing) mati maka materi-materi

yang ada pada Baby rousa (anjing) akan diurai oleh bakteri yang

disebut dekomposer.

Berbeda halnya dengan rantai makanan perumput, rantai

makanan detritus merupakan rantai makanan di mana yang menjadi

produsennya adalah organisme yang tak hidup.

Contoh :

Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby rousa

(anjing) → dekomposer

Pada contoh rantai makanan detritus di atas, yang menjadi

produsennya adalah sampah. Pada rantai makanan ini, sampah

dimakan oleh Lumberucus tubellus (cacing) yang menjadi

konsumen tingkat satu. Kemudian Lumberucus tubellus (cacing)

dimakan oleh angsa yang menjadi konsumen tingkat tiga. Setelah

itu,angsa dimakan oleh Baby rousa (anjing) yang menjadi

Page 18: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

konsumen tingkat empat. Dan setelah anjing mati, maka akan

diuraikan lagi oleh dekomposer.

Dari berbagai rantai makanan perumput dan rantai makanan

detritus, dapatlah dibuat jaring-jaring makanan. Di mana jaring-

jaring makanan merupakan kumpulan dari rantai makanan dengan

urutan tertentu.

Contoh :

Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-

galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer

Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby rousa

(anjing) → dekomposer

Dalam peristiwa makan dan dimakan antara komponen biotik

di dalam ekosistem tersebut akan menyebabkan terjadinya

perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup yang satu ke

makhluk hidup yang lain. Perpindahan energy di dalam

ekosistem disebut aliran energi. Transformasi energi hanya satu

arah sehingga energi tidak memiliki siklus energi. Hal ini

disebabkan karena, setelah digunakan oleh kehidupan, energi tidak

akan kembali ke matahari lagi tetapi lepas ke alam bebas karena

peristiwa radiasi dan tidak dapat dimanfaatkan oleh kehidupan.

Berbeda dengan energi, materi memiliki siklus. Sumber materi

primer adalah planet bumi ini. Setelah diserap oleh tumbuhan,

materi (air dan CO2) akan diubah menjadi karbohidrat. Sacara

beturut-turut zat tersebut akan berpindah-pindah melalui tubuh

organisme maka suatu ketika akan kembali ke bumi. Setelah

Page 19: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

mengalami berbagai proses, akan kembali menjadi air atau CO2

yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan, selanjutnya akan

memasuki tubuh organisme lain.

B. Populasi Dekomposer

1. Tujuan

Untuk mengetahui popolasi dekomposer (cacing tanah) yang

membantu proses pelapukan di dalam tanah.

2. Kajian teori

Proses penguraian organisme mati (sisa-sisa tumbuhan maupun

hewan) disebut dekomposisi. Proses penguraian tersebut dilakukan

oleh dekomposer. Dekomposer merupakan organisme heterotrof,

artinya tidak dapat membuat makanan sendiri sehingga harus

mendapatkan makan dari organisme lain.

Dekomposer utama di alam adalah jamur dan bakteri, namun ada

juga organisme lain yang ikut berperan dalam proses tersebut, di

antaranya serangga tanah dan larvanya, semut, rayap dan cacing tanah.

Dekomposisi merupakan akibat dari proses dekomposisi

memperoleh energi untuk keperluan hidupnya. Peran proses ini sangat

vital, sebab jika tidak ada proses dekomposisi, di permukaan bumi ini

akan tertimbun kayu mati dan hewan sehingga tidak ada tempat

kehidupan baru. Dekomposer, terutama jamur dan bakteri,

mengeluarkan berbagai enzim yang diperlukan untuk proses kimia

spesifik. Berbagai enzim ini dimasukkan ke dalam organisme mati dan

sebagai, hasil dekomposisi diserap oleh dekomposer sendiri sebagai

makanannya dan sebagian lagi tinggal di dalam tanah.

Sebenarnya tidak ada satu jenis dekomposer yang mampu

melaksanakan dekomposisi secara total. Namun, populasi dekomposer

yang beraneka ragam jenisnya di alam mempunyai kemampuan yang

beraneka ragam pula sehingga dapat menyelesaikan proses

Page 20: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

dekomposisi secara tuntas. Antara berbagai dekomposer, tampaknya

terdapat pembagian tugas dalam melakukan proses dekomposisi.

Serangga tanah, semut dan rayap, berfungsi pada proses awal, yaitu

menghancurkan bahan-bahan yang ukurannya besar menjadi lebih

kecil untuk diuraikan lebih lanjut. Cacing berperan dalam

pencampuran lapisan tanah dan penyediaan udara untuk pernapasan

jasad renik (mikroba) melalui lubang-lubang yang dibuatnya di dalam

tanah. Bakteri berperan lebih banyak dalam dekomposisi daging

hewan. Sedangkan jamur lebih banyak berperan dalam penguraian

kayu.

Tidak semua bagian organisme mati dapat diuraikan dengan

kecepatan yang sama. Lemak, gula, dan protein mudah diuraikan.

Sedangkan selulosa, lignin, dalam kayu serta rambut dan tulang

hewan, sangat lambat diuraikan.

Kecepatan dekomposisi dipengaruhi oleh banyak faktor, di

antaranya temperatur dan kelembaban. Di kawasan tropik misalnya,

karena temperatur dan kelembabannya yang relatif tinggi sehingga

serasah yang digugurkan oleh tumbuhan tidak tertimbun terlalu lama

di lantai hutan, tetapi segera mengalami dekomposisi. Hal sebaliknya

terjadi di hutan-hutan beriklim sedang dan dingin.

3. Alat dan bahan

a. Alat

Botol koleksi

Pinset

Alat timbang

Penggaris

Alat tulis menulis

b. Bahan

Komunitas tumbuhan yang kaya dengan vegetasi penutup tanah

Formalin 40%

Page 21: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Air sabun (detergen)

Air pelarut

4. Hasil pengamatan

a. Tabel hasil pengamatan 1.2

NO PLOT   WARNA CACING   JUMLAH

    MERAH HITAM KUNING COKLAT  

1. 1  - 5 -  1 6

2. 2  -  -  - 2 2

3. 3  -  -  - 1 1

4. 4  -  -  - 1 1

5. 5  -  - 1 1 2

6. 6  -  -  - 1 1

7. 7  -  -  - 1 1

8. 8  -  -  - 1 1

9. 9  -  -  - 2 2

10. 10  -  -  - 1 1

b. Analisis data

DHitam = ∑ Hitam

∑ Y

= 5

(30 x 30 ) cm2 . 10

= 5

9000 cm2

= 5

0,9 m2

= 5,55 m2

Page 22: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Dkuning = ∑ Kuning

∑Y

= 1

(30 x 30 ) cm2 . 10

= 1

9000 cm2

= 1

0,9 m2

= 1,11 m2

DCoklat = ∑ coklat

∑Y

= 12

(30 x 30 ) cm2 . 10

= 12

9000 cm2

= 12

0,9 m2

= 13,33 m2

∑ D = DHitam + Dkuning + DCoklat

= 5,55 + 1,11 + 13,33

= 19,99

Dr Hitam = DHitam

∑ D X 100 %

= 5,55

19,99 X 100 %

= 28 %

Page 23: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Dr Kuning = DKuning

∑ D X 100 %

= 1,11

19,99 X 100 %

= 5 %

Dr Coklat = DCoklat

∑ D X 100 %

= 13,3319,99 X 100 %

= 67 %

c. Pembahasan

Untuk mengetahui populasi decomposer (cacing tanah) yang

membantu proses pelapukan di dalam tanah, langkah pertama yang

dilakukan adalah menentukan tempat yang cocok untuk mencari

populasi cacing tanah. Kemudian langkah selanjutnya adalah

menggali tanah yang telah dipilih tersebut sejumlah sepuluh

plot/galian seluas 30x30 cm. Jika cacing tanah di dalam plot

belum terlihat, maka masing-masing plot disiram dengan larutan

detergen. Kemudian diamati.

Adapun fungsi dari penyiraman larutan detergen tersebut

adalah untuk merangsang agar populasi cacing tanah yang terdapat

di dalam tanah dapat terangsang keluar. Hal ini disebabkan karena

cacing tanah merupakan organisme yang peka terhadap suasana

basa dan panas.

Kemudian jika cacing tanah muncul di permukaan tanah,

maka diambil satu persatu kemudian dimasukkan ke dalam wadah

yang telah disediakan, seperti botol koleksi atau kantong plastik.

Dalam pengambilan cacing tanah harus berhati-hati, tujuannya agar

Page 24: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

cacing tanah tidah putus/terpotong. Namun jika cacing tanah tidak

keluar, maka digali lagi sampai kedalaman 20 cm.

Selanjutnya setelah tahap pengambilan cacing tanah selesai,

maka barulah dikelompokkan dan dihitung dari segi warna yang

dimiliki oleh cacing tanah tersebut. Adapun jenis warna yang

diamati antara lain : cacing merah, cacing hitam, cacing kuning,

dan cacing coklat.

Berdasarkan hasil pegamatan, terdapat 5 ekor cacing hitam, 1

ekor cacing kuning, dan terdapat 12 ekor cacing coklat. Namun,

tidak ditemukan cacing warna merah dari masing-masing plot.

Sehingga berdasarkan analisis data yang telah diuraikan diatas,

terdapat 0% densitas relatif cacing merah, 28% cacing hitam, 5%

cacing kuning, dan 67% cacing coklat.

Dari hasil perhitungan tersebut, maka dapatlah diketahui

bahwa yang menempati kepadatan populasi cacing tanah yang

membantu proses pelapukan di dalam tanah adalah cacing yang

warna coklat.

Adapun cacing tanah berwarna merah disebabkan karena

adanya pigmen Chromatophora ; cacing tanah warna hitam+coklat

memiliki pigmen metaphora ; cacing tanah warna putih+kuning

memiliki pigmen lopophora ; dan cacing berwarna Kristal karena

memiliki pigmen Guanophora.

C. Ekosistem Kolam/sawah

1. Tujuan

Mahasiswa dapat mengenal komponen-komponen yang terdapat di

dalam ekosistem kolam/sawah dan kedudukannya dalam ekosistem

tersebut.

Page 25: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

2. Kajian teori

Ekosistem adalah kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan

lingkungannya. Suatu daerah dapat disebut ekosistem jika daerah

tersebut dihuni oleh mahkluk hidup. Dengan demikian, komponen

ekosistem terdiri atas makhluk hidup dan benda mati.

a. Komponen biotik

Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang terdiri atas

makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan, serta

mikroorganisme.

b. Komponen abiotik

Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri atas benda-benda

tidak hidup, seperti tanah, air, udara, cahaya, suhu, serta keadaan

yang terbentuk sebagai hasil interaksi dari berbagai benda tidak

hidup. Misalnya, kelembaban, arus angin, derajat keasaman, dan

arus air.

Jenis-jenis ekosistem

Di bumi indonesia terdapat tiga kelompok ekosistem utama, yaitu

ekosistem laut, ekosistem darat, dan ekosistem buatan.

a. Ekosistem laut

Ekosistem laut merupakan areal paling luas diantara ekosistem-

ekosistem utama lainnya. Kelompok ini mencakup ekosistem laut

dalam, pantai pasir dangkal atau litoral, serta daerah pasang surut.

- Ekosistem laut dalam

Ekosistem laut dalam merupakan ekosistem laut yan tidak

terjangkau oleh sinar matahari. Oleh sebab itu, pada ekosistem

ini tidak mungkin hidup produsen dan fotoautorof.

Komunitas yang ada pada ekosistem laut dalam kemungkinan

adalah hewan-ewan saprovora, kanivora, dan detrivora.

Karena terbatasnya sumber materi dn energi, maka

keanekaragaman jenis makhluk hidup pada ekosistem laut

dalam paling rendah dibandingkan ekosistem laut lainnya.

Page 26: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

- Ekosistem pantai pasir dangkal

Ekosistem ini terletak di pantai yang tergenang air laut,

kecuali pada saat surut rendah. Daerahnya terbuka, jauh dari

pengaruh air sungai besar atau terdapat di antara dua dinding

batu terjal. Pantai pasir dangkal banyak terdapat di pantai

utara Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi. Vegetasi yang

dominan antara lain rumput laut dan ganggang.

b. Ekosistem darat

Sebelum manusia merajai muka bumi ini, sebagian besar

ekosistem darat merupakan ekosistem alam. Alam darat indonesia

secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu dataran

rendah, dataran tinggi/pegunungan, dan daerah gunung.

Berdasarkan kemampuan adaptasi terhadap masing-masing daerah

tersebut, di Indonesia terdapat tiga bentuk vegetasi utama yang

penting untuk megenal ekosistem darat alami, yaitu:

- Vegetasi daratan rendah atau pamah

Vegetasi pamah merupakan vegetasi paling besar diantara

vegetasi ekosistem drat alam lainnya. Daerah yang

dikategorikan daerah rendah adalah yang memiliki ketinggian

dari permukaan laut 0-300 m di atas permukaan laut.

- Vegetasi daratan tinggi atau pegunungan,

Pegunungan atau daratan tinggi adalah daerah yang

mempunyai ketinggian 300-1.500 m dari permukaan laut.

Ketinggian suatu daerah erat kaitannya dengan iklim suatu

daerah, yang sangat menentukan jenis vegetasinya.

Komunitas vegetasi yang berkembang di daerah pegunungan

antara lain tumbuhan pakuan yang amt menonjol, tumbuhan

bunga, tumbuhan membelit, serta tumbuhan lumut yang

populasinya amat tinggi.

- Vegetasi monsum atau gunung.

Page 27: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Vegetasi monsoon adalah komunitas vegetasi yang terdapat di

daerah hutan musim. Cirri khas vegetasinya adalah

menggugurkan daunnya pada musim kemarau dan daunnya

tumbuh pada musim penghujan.

c. Ekosistem buatan

Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai

usaha. Di antara usaha tersebuterat kaitannya dengan pengelolaan

lingkungan. Akibat dari usaha tersebutterbentuklah ekosistem

buatan. Di antara ekosistem buatan yang penting adal sebagai

berikut.

- Waduk, merupakan dam ataubendungan yang membentuk

ekosistem baru berupa waduk atau danau buatan. Substrat

dasar waduk itu umumnya berasal dari kebun, sawah, sungai,

lading, dan lahan lain yang kondisinya berbeda-beda. Setelah

terbentuk ekosistem baru, yaitu waduk, lambat laun akan

mengalami suksesi.

- Hutan tanaman, adalah hutan yang jeis vegetasinya

dibudidayakan manusia. Berbagai jenis tanaman yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi, misalnya jati, rasamala,

mahoni, karet dan kelapa sawit.

- agroekosistem, adalah ekosistem buatan daerah pertanian.

Berbagai agroekosistem yang dikembangkan di indonesia,

antara lain sawah tadah hujan, sawah irigasi, sawah surjan (di

daerah sring banjir), sawah rawa, dan sawah pasang surut.

Komunitas pada agroekosistem biasanya monokultur sehingga

ekosistem ini mudah goyah karena tingkat

keanekaragamannya rendah.

3. Alat dan bahan

a. Alat

1) Pentunjuk praktikum

Page 28: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

2) Kantong plastik

3) Alat tulis menulis

b. Bahan

1) Lokasi kolam/sawah

4. Hasil pengamatan

a. Tabel hasil pengamatan 1.3

NO

KOM

SATUAN

PRANAN DALAMJUM

PONEN

NAMAKOMPONEN EKOSISTEM

 

YANG

PoIndi

Pro

konsumen De LAH

DIAMATI

   

Pulasi

vidu

dusen 1 2 3

Komposer

1 BIOTIKOryza sativa

(PADI) √   √ ῀

   Zea mays (JAGUNG) √   √ ῀

   

Musa paradisiaca (PISANG) √   ῀

   

Manihot utilissima (UBI KAYU) √   √ ῀

    SIPUT √   √ ῀

   

Cocor nucifera (KELAPA) √   √ ῀

   

Carica papaya (PEPAYA)   √ √ 1

    JAMBU √   √ 3    BURUNG PIPIT √   √ 3

   

Lumberucus tubellus (CACING) √   √ √ 4

     IKAN √   √ √ 6    Disambiguas √   √ √ ῀

Page 29: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

i SP.  (SEMUT)

   

Phlaeoba fumosa

(BELALANG)   √ √ 1    CAPUNG   √ √ 1    KATAK   √ √ 12 ABIOTIK AIR        TANAH        SAMPAH        DAUN KERING        PASIR        MATAHARI        BATU        KAYU KERING    

b. pembahasan

Setelah melakukan pengamatan di ekosistem kolam dan

ekosistem sawah, saya melihat bahwa terdapat komponen biotik

seperti Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Musa paradisiaca

(pisang), Manihot utilissima (singkong), Disambiguasi sp. (semut),

Lumberucus tubellus (cacing), burung, dan komponen abiotik

seperti matahari, air, batu, tanah, sampah, dan daun kering.

Komponen abiotik yang terdapat pada ekosistem tersebut akan

dimanfaatkan oleh produsen, seperti padi, pisang, jagung, ubi kayu,

kelapa, pepaya, dan jambu untuk berfotosintesis.

Selain itu, terdapat juga organisme konsumen, seperti semut,

belalang, capung, siput, katak, ikan, dan burung.

Hal ini membuktikan bahwa pada ekosistem kolam dan sawah

terdapat rantai makanan dan jaring-jaring makanan. sehingga

terjadilah siklus kehidupan timbal balik antara komponen biotik

dan abiotik. Selain itu, juga terjadi siklus energi untuk

kelangsungan hidup organisme-organisme yang terdapat pada

ekosistem kolam dan ekosistem sawah.

Organisme-organisme yang ada pada air kolam membuktikan

adanya siklus kehidupan yang bersifat kompleks dan sederhana.

Page 30: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Setiap organisme itu saling berhubungan dan terjadinya interaksi

antara produsen dan konsumen dan terakhir dimanfaatkan oleh

decomposer.

Dengan demikian, dalam pengamatan ekosistem kolam dan

sawah antara komponen biotic dan abiotik akan terjadi interaksi

timbale balik, ini disebabkan oleh antara organisme yang satu

dengan lainnya yang hidup sendiri dan saling membutuhkan. Dan

setiap organisme mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri di

dalam ekosistem kolam dan ekosistem sawah. Misalnya, padi

memiliki kedudukan sebagai prosusen, belalang sebagai konsumen

tingkat satu dan cacing sebagai dekomposer dan dapat juga

dikatakan sebagai konsumen tingkat satu karena cacing memakan

sampah pada rantai makanan detritus.

Page 31: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Acara I

Setelah melakukan pengamatan, saya dapat mengenal dan

memahami proses terjadinya rantai makanan sekaligus jaring-jaring

makanan sederhana.

Di mana rantai makanan ada dua, yaitu rantai makanan perumput

dan rantai makanan detritus.

Contoh rantai makanan perumput dan rantai makanan detritus dari

ekosistem yang terdapat di kebun ayu, pantai induk adalah sebagai

berikut :

a. Rantai makanan perumput

Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-

galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → dekomposer

b. Rantai makanan detritus

Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby

rousa (anjing) → decomposer

Adapun contoh dari jaring-jaring makanan adalah sebabgai

berikut :

Oryza sativa (padi) → Phlaeoba fumosa (belalang) → Galus-

galus (ayam) → Baby rousa (anjing) → decomposer

Sampah → Lumberucus tubellus (cacing) → angsa → Baby rousa

(anjing) → dekomposer

Page 32: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

2. Acara II

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa populasi

dekomposer (cacing tanah) yang membantu proses pelapukan di dalam

tanah. Diantaranya terdapat 5 ekor cacing hitam, 1 ekor cacing kuning,

dan terdapat 12 ekor cacing coklat. Sehingga berdasarkan analisis data,

terdapat 0% densitas relatif cacing merah, 28% cacing hitam, 5%

cacing kuning, dan 67% cacing coklat.

Maka dapatlah disimpulkan bahwa yang menempati kepadatan

populasi cacing tanah yang membantu proses pelapukan di dalam

tanah adalah cacing warna coklat.

3. Saya dapat menyimpulkan bahwa di dalam suatu ekosistem akan

terjadi suatu interaksi timbal balik antara komponen biotik dan abiotik.

Di mana masing-masing komponen biotik dan abiotik memiliki fungsi

dan kedudukan tersendiri.

B. Saran-saran

1. Agar menggunakan transportasi yang lebih baik dan agak besar,

sehingga teman-teman tidak saling berdesakan dan agar teman-teman

tidak ada yang mabuk darat.

2. Harap pada kakak Co.Ass, jika melakukan penilaian nantinya tidak

banyak mencoret laporannya. Namun coret seperlunya saja jika terjadi

kesalahan.

3. Terima ksaih….

Page 33: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohartono, Slamet dan Sri Handayani. 2007. Sains Biologi 1 SMA/MA

kelas x. Jakarta : Bumi Aksara.

Drs. Purnomo.Dkk. 2005. Biologi. Jakarta: Sunda Kelapa Muda Pustaka

Wikipedia Indonesia

Indun Kistinnah, dkk. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya

SMA X. Jakarta : BSE

Setiadi, D. dan P.D. Tjondronegoro. 1989. Dasar-dasar Ekologi. Bogor : IPB

Press

Krimbal, Jhonw,et. All. 1990. Biologiz. Jakarta:Erlangga.

Amien,Muhamad.1994. Biologi 2 SMU. Jakarta : DEPDIKDUP-pn Balai

pustaka

Page 34: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Cocor nucifera (KELAPA) Musa paradisiacal (PISANG)

Lumberucus tubellus (CACING) Oryza sativa (PADI)

Page 35: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

KAYU KERING Manihot utilissima

Carica papaya (PEPAYA) Aurerochse sp. (SAPI)

KEONG Psophocarpus tetragonolobus (KECIPIR)

Page 36: Laporan Praktikum Pengling (Repaired)

Phlacoba fumosa (BELALANG) Ciperus rotundus (RUMPUT TEKI)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Foto Dokumentasi Hasil Pengamatan

DAUN KERING Baby rousa (ANJING)

Galus galus (AYAM) JERAMI