laporan eksplorasi (repaired)

40
BAHAN GALIAN NIKEL PT CANE KECAMATAN PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR ACEH LAPORAN SURVEY TINJAU LOKASI

Upload: rifky-farhan

Post on 03-Dec-2015

324 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

cxvcbcx

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Eksplorasi (Repaired)

BAHAN GALIAN NIKEL PT CANE

KECAMATAN PEUKAN BADA

KABUPATEN ACEH BESAR

ACEH

LAPORAN SURVEY TINJAU LOKASI

Page 2: Laporan Eksplorasi (Repaired)

ii

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

KATA PENGANTAR

Laporan Survey Tinjau Lokasi Nikel Daerah Gampong Lambaro Neujid,

Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Aceh merupakan hasil interpretasi

awal yang dilakukan dengan melihat peta geologi dan topografi serta melakukan

tinjauan langsung keadaan lokasi di lapangan, dimulai dari tanggal 26 Oktober sampai

30 Oktober 2015, Laporan ini dibuat untuk menjelaskan gambaran besar keadaan

disana.

Survey tinjau prospeksi Nikel dilakukan dengan melihat singkapan Kondisi di

lapangan dan melakukan serangkaian uji. Proses dan aktivitas geologi bisa

menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan mineral. Yang dimaksud dengan

jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau material baik berupa mineral maupun

kumpulan mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis (berguna dan

mengguntungkan bagi kepentingan umat manusia).

Laporan Survey Tinjau ini dapat berjalan dengan baik atas kerjasama dengan

pihak Asia Pacific Nickel Pty. Ltd. (APN) dan semua pihak yang terkait, dengan ini

kami ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, 31 Oktober 2015

Behlul Idana

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 3: Laporan Eksplorasi (Repaired)

iii

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan 2

1.3 Metode Penelitian, Alat dan Pelaksana, dan Waktu Kerja 2

1.4 Lokasi dan Pencapaian Daerah Penelitian 3

BAB II KONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL MASYARAKAT 4

2.1 Kondisi Geografis 4

2.2 Kondisi Sosial Masyarakat 4

BAB III GEOLOGI UMUM DAERAH 6

3.1 Geologi Regional 6

3.1.1. Fisiologi 6

3.1.2. Stratigrafi 7

3.1.3  Struktur dan Tektonika 8

3.2 Genesa Pembentukan Nikel Laterite 8

BAB IV KEGIATAN SURVEY DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN 14

4.1 Tahap Persiapan Awal 14

4.2. Kegiatan Survey Dan Penyelidikan Umum 14

4.2.1. Survey Tinjau Topografi dan Morfologi 14

4.2.2. Penyelidikan Geologi 15

4.2.3. Penyelidikan Geofisika 15

4.2.4. Analisa Laboratorium 16

BAB V HASIL KEGIATAN SURVEY DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN 17

5.1 Penyelidikan Geofisika 18

5.2 Hasil Analisis Laboratorium 18

5.3 Kesimpulan 19

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 21

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 4: Laporan Eksplorasi (Repaired)

1

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan

Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan yang

maha esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang

banyak, karena itu pengeloloanya harus dikuasai oleh negara untuk memberi nilai

tambah secara nyatabagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadialan ( Undang Undang

Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009).

Nikel merupakan salah satu barang tambang yang sangat berharga dan memiliki

nilai jual tinggi di pasaran dunia karena memiliki manfaat yang begitu besar bagi

kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan logam anti karat, campuran dalam

pembuatan stainless steel, baterai nickel-metal hybride dan berbagai jenis barang

lainnya.

Survey tinjau merupakan tahapan eksplorasi Nikel yang paling awal dengan

tujuan mengidentifikasih daerah daerah yang secara geologis mengandung endapan

nikel yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi

tentang kondisi geografi, tataguna lahan, dan kesampaian daerah.

Prospeksi adalah kegiatan penyelidikan awal suatu daerah di upayakan

mendapatkan berbagai mineral berharga. Dapat disimpulkan bahwa Prospeksi

merupakan kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan endapan bahan

galian atau mineral berharga berdasarkan data geologi,geokimia,dan geofisika.

Di Aceh, di Kabupaten Aceh Besar, di Kecamatan Peukan Bada terdapat formasi

batuan yang mengandung nikel yaitu formasi Caleu, merupakan daerah volcanic

yang kaya akan batuan beku yang diduga mengandung endapan nikel

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 5: Laporan Eksplorasi (Repaired)

2

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya survei tinjau di lokasi adalah untuk mendapatkan data

data berupa lokasi, sebaran formasi yang mengandung nikel dan data-data teknis

geologi lainnya. Sedangkan tujuan penyelidikan umum adalah menginventarisir

endapan nikel yang ada di daerah tersebut dengan menentukan lokasi-lokasi

keterdapatan nikel dan untuk mengetahui penyebaran dari nikel,serta melaporkan

daerah prospeksi berdasarkan hasil temuan dilapangan.

1.3 Metode Penelitian, Alat dan Pelaksana, dan Waktu Kerja

Penyelidikan yang dilakukan dalam eksplorasi pendahuluan ini berupa

pengumpulan data geologi lapangan, pengujian lokasi eksplorasi dengan uji tahanan

listrik dan pengambilan sampel tanah untuk analisis kimia.

Sedangkan peralatan yang digunakan sebagai berikut

Peta Topografi skala 1 : 50.000

Base map Peta Geologi Aceh Besar skala 1 : 250.000

Palu geologi 1 unit

Kompas geologi 1 unit

Pita ukur 100 m

Kamera digital 1 unit

GPS Handhelds 1 unit

Plastik Sampel

Alat Geolistrik

Laptop

Alat – Alat Tulis

Tenda Penginapan 3.5 x 2.5 m

Obat – Obatan ( P3K)

Peralatan Safety Eksplorasi

Pelaksana kegiatan eksplorasi dilakukan oleh tim eksplorasi PT Central Aceh

Nikel (CANE) yang berjumlah 7 orang dengan profil sebagai berikut.

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 6: Laporan Eksplorasi (Repaired)

3

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

Kegiatan eksplorasi dilakukan selama 5 hari dari tanggal 26 s.d 30 Oktober 2015.

1.4 Lokasi dan Pencapaian Daerah Penelitian

Secara administratif daerah penyelidikan terletak di Gampong Lambaro Neujid,

Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Secara geografis, lokasi

penyelikan terletak antara 0° 11' 53.00 "- 0° 15' 48,18" Lintang Selatan dan 117° 16'

31.40 " - 117° 18' 52.49" Bujur Timur seluas 9 hektar.

Untuk mencapai Kecamatan Peukan Bada, kabupaten Aceh Besar dari kota

Banda Aceh dapat dicapai dengan roda 2 atau roda 4,melewati jalan Banda Aceh –

Medan ( Jarak tempuh sekitar ± 20 Km, dengan waktu tempuh lebih kurang 35

menit).

BAB IIKONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL MASYARAKAT

2.1 Kondisi Geografis

2.1.1 Topografi dan Morfologi

Berdasarkan hasil interpretasi peta topografi dan pengamatan langsung di

lapangan secara umum, morfologi di lokasi eksplorasi merupakan daerah perbukitan

bergelombang lemah sampai perbukitan bergelombang sedang, dengan perbedaan

tinggi antara lembah dan puncak bukit berkisar antara 20 s.d 40 meter.

Sungai utama yang melintasi lokasi adalah Sungai Meutuah yang berada di

bagian selatan, dari hasil pengamatan maka sungai ini dapat dikelompokkan ke

dalam sungai berstadia muda menjelang dewasa. Tingkat erosi dan pelapukan yang

teramati juga cukup intensif dan ketebalan soil bisa lebih dari 2 meter.

2.2 Kondisi Sosial Masyarakat

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 7: Laporan Eksplorasi (Repaired)

4

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

Masyarakat suku asli yang berada di lokasi adalah Suku Aceh , sedangkan

pendatang berasal dari Jawa dan Sunda. Mata pencaharian masyarakat sebagian

besar adalah petani tradisional sedangkan sebagian kecil lainnya bekerja di

perusahaan kayu dan perkebunan.

Masyarakat didaerah peukan bada aceh besar memiliki sifat yang ramah, itu

terlihat saat kami sampai disana, tingkah polah masyarakat disana dalam berbicara,

adat sopan santun sangat baik dalam menjamu tamu dari luar, hal ini sangat

memudahkan kami dalam melakukan penyelidikan umum didaerah tersebut.

Pemanfaatan lahan pada umumnya masih berupa semak belukar, ladang

masyarakat (padi, karet, pisang, sawit, lamtoro, dll), serta pemukiman.

Penggunaan Lahan

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Jalan bekas ilegal logging

Pohon Karet

Pohon Aren

Page 8: Laporan Eksplorasi (Repaired)

5

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

BAB IIIGEOLOGI UMUM DAERAH

Berdasarkan geologi regional Aceh Besar (P3G Bandung,T.O.Simandjutak

dkk,1993), daerah penelitian berada pada formasi Caleu.Formasi Caleu ; Terdiri dari

satuan batuan batuan beku yang terhablur ulang dan terlapukkan.Formasi batuan ini

berumur Kapur Akhir-Paleosen Awal,terdiri dari satuan batuan sekis mika, sekis

glokofan, sekis amfibolit, sekis klorit, rijang berlapis, sekis genesaan, pualan dan

batugamping meta.Formasi ini berumur Paleosen.

3.1 Geologi Regional

3.1.1.  Fisiografi

Berdasarkan Peta geologi lembar Aceh Besar, secara morfologi daerah ini dapat

dibedakan menjadi empat satuan yaitu pegunungan, perbukitan, daerah kars dan dataran

rendah. Daerah pegunungan tersebar dibagian barat (peg.Angowala) dan bagian timur

(peg.Boro-boro) lembar dan sebagian P. kabaena (G.Sambapalulli). Ketinggian antara

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 9: Laporan Eksplorasi (Repaired)

6

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

600 dan 1550 m diatas muka laut dengan lereng yang umumnya curam. Perbukitan

terdapat ditiga daerah, dibagian barat lembar yang terbentang hampir Utara-Selatan,

dibagian timur lembar yang berbanjar Barat-Timur dan dibagian utara. ketinggiannya

berkisar dari 100 hingga 600 m diatas muka air laut.

            Pola aliran umumnya memperlihatkan percabangan dengan dasar lembah agak

datar dan memperlihatkan apengikisan kesamping lebih kuat. Daerah kars terdapat

dibeberapa bagian lembar ini terutama diantara Boepinang hingga Toari dan sebagian P.

Kabaena. Ketinggian mencapai hampir 700 m dari muka air laut dan di P. Kabaena

bahkan melebihi 1000 m. Satuan ini banyak dibentuk oleh Batugamping dengan pola

alirannya secara umum banyak percabangan dan setempat terdapat di bawah tanah.

Dataran rendah terluas menempati bagian tengah daerah pemetaan dan beberapa tempat

dekat pantai. Satuan ini berketinggian hingga sekitar 150 m dari muka ir laut. Pola

aliran umumnya sejajar, pada beberapa tempat memperlihatkan pengikisan kesamping

lebih kuat.

3.1.2.  Stratigrafi

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur, secara regional di Lembar

Aceh Besar terdapat dua mandala (terrane) geologi sangat berbeda yang sering

bersentuhan yaitu Mandala Geologi Aceh Barat dan Anjungan Aceh Besar. Mandala

Geologi Aceh Barat dicirikan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malihan,

sedangkan anjungan Aceh Besar dicirikan oleh kelompok batuan sedimen pinggiran

benua yang beralaskan batuan malihan. Pada Mandala Geologi Aceh Besar batuan

tertua adalah batuan ultramafik yang merupakan batuan alas. Batuan ini bersama batuan

penutupnya yaitu batuan sedimen pelagos. Secara regional diberi nama lajur ofiolit

Aceh Besar. Batuan ultramafik terdiri dari peridotite, serpentinit, wherlit, harzburgit,

gabro, basal, mafik malihan yng disebut kompleks pongpangeo dikuasai oleh berbagai

jenis sekis dan sedimen malih. Selain itu terdapat sarpentinit dan sekis glaukopan yang

diperkiran batuan ini terbentuk dalam lajur penunjaman Benioff pada akhir kapur Awal

hingga paleogen (Simandjuntak, 1980, 1986). Hubungan antara ultramafik dengan

batuan malihan kompleks Pompangeo adalah sentuhan tektonik.

            Pada Neogen takselaras di atas kedua mandala yang saling bersentuhan tersebut

terendapkan kelompok Molasa Aceh. Batuan jenis Molasa yang tertua di lembar Aceh

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 10: Laporan Eksplorasi (Repaired)

7

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

Besar adalah Formasi Langkeu yang diperkirakan berumur Akhir Miosen Tengah.

Formasi ini terdiri dari batupasir dan konglomerat. Formasi Langkeu mempunyai

anggota konglomerat yang keduanya berhubungan menjemari. Diatasnya menindih

secara selaras batuan berumur Miosen Akhir hingga Pliosen yang terdiri atas Formasi

Eemoiko dan Formasi Boepinang. Formasi Eemoiko dibentuk oleh batugamping koral,

kalkarenit, batupasir gampingan dan napal. Formasi Boepinang terdiri atas batulempung

pasiran, napal pasiran dan batupasir. Secara takselaras kedua formasi ini tertindih oleh

Formasi Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga berumur

Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi Buara

dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat lensa konglomerat dan batupasir yang

belum padat. formasi ini masih memperlihatkan hubungan yang menerus dengan

pertumbuhan terumbu pada pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda di

daerah ini adalah endapan sungai, rawa, dan kolovium.

   

3.1.3  Struktur dan Tektonika.

Sejarah geologi dan perkembangan tektonik dilembar Aceh Besar tidak dapat

dipisahkan dengan evolusi tektonik Aceh secara keseluruhan. Kerumitan geologi Aceh

ini terutama bagian utara sangat menarik.

            Sesar Anggowala adalah merupakan sesar utama daerah ini, merupakan sesar

mendatar menganan (dextral). Sesar ini berarah baratlaut – tenggara, dan diduga

melanjut kearah utara dan bersambung dengan sesar matano dilembar malili

(Simandjuntak,drr.,1981), sesar ini diduga mulai giat kembali pada awal Tersier, akibat

pergerakkan tektonik, diantaranya pengaruh gerakan benua kecil (minikontinen) kearah

barat. Kekar dijumpai hampir pada semua batuan, terutama batuan beku (Kompleks

Ultramafik dan mafik), batuan sedimen malih Mezosoikum dan batuan malihan

(Kompleks pompangeo). Dalam batuan Neogen kekar kurang berkembang, kekar ini

diperkirakan terbentuk dalam beberapa masa, Sejarah pengendapan batuan didaerah ini

diduga sangat erat hubungannya dengan perkembangan tektonik daerah Indonesia

bagian barat, tempat lempeng Samudra Pasifik, lempeng Benua Australia, dan lempeng

Benua Eurasia saling bertubrukan. Kompleks Ultramafik dan mafik berasal dari batuan

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 11: Laporan Eksplorasi (Repaired)

8

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

kerak samudera yang merupakan batuan dasar di Geologi Aceh Besar yang diduga

berumur Kapur.

3.2  Genesa Pembentukan Nikel Laterite

Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik

pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai

dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan

yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia memiliki profil laterit (produk

pelapukan) yang tebal dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil

nikel laterit yang utama. Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit

dikendalikan oleh beberapa faktor yaitu, batuan dasar, iklim, topografi, airtanah,

stabilitas mineral, mobilitas unsur, dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap

tingkat kelarutan mineral.

Genesa Umum Nikel Laterit Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel – tembaga berasal dari mineral

pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat

nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel

laterit.

Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika

batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang

mudah larut akan terusir olehproses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan

mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan

konsentrasi sisa. Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan

kembali oleh material – material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan

tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat

fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang

masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil

seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai

dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral – mineral baru pada proses

pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992). Boldt (1967), menyatakan bahwa proses

pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana pada

batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 12: Laporan Eksplorasi (Repaired)

9

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah

dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara

luar dan tumbuh – tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin,

magnesium, besi, nikel dan silika kedalam larutan, cenderung untuk membentuk

suspensi koloid dari partikel – partikel silika yang submikroskopis. Didalam larutan besi

akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya

endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral – mineral seperti karat,

yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan

permukaan tanah. 

Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan

silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta

membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr,

Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan dan

pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di

zona limonit dan terikat sebagai mineral – mineral oxida / hidroksida, seperti limonit,

hematit, dan Goetit (Hasanudin, 1992).

Endapan bijih nikel laterit, yaitu bijih nikel yang terbentuk sebagai hasil

pelapukan batuan ultramafik dan terkonsentrasi pada zona pelapukan (Peters, 1978).

Zona konsentrasi laterit pada daerah penelitian adalah sebagai berikut:

> Surface

merupakan tanah penutup dan tidak memiliki kandungan nikel. Ketebalan rata-rata

0,06 meter.

> Pisolite Horison

merupakan zona laterit dengan kadar besi yang tinggi (> 50%), kandungan nikel dari

0,4% - 0,8%. Ketebalan rata-rata 6,36 meter

> Limonit (Ferralite) Horizon 

merupakan zona laterit dengan kadar nikel dari 0,8% - 2% dan kandungan besi 25%

- 50%. Ketebalan rata-rata 12,21 meter

>Saprolit Horizon

merupakan zona laterit dengan kadar nikel lebih dari 2% dan kandung besi 10% -

25%. Ketebalan rata-rata 2,2 meter

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 13: Laporan Eksplorasi (Repaired)

10

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

>Unweathered Ultramafik

merupakan batuan dasar (Harzburgit) yang belum mengalami pelapukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

A. Batuan asal

Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel

laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan

ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya

- mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti

olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan

memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

B. Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan

dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses

pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar

akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-

rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada

batuan.

C. Reagen-reagen kimia dan vegetasi

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-

senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang

mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia.

Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH

larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini,

vegetasi akan mengakibatkan: • penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah

dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan lebih

banyak • humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana

hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih

tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk

menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

D. Struktur

Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur

kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 14: Laporan Eksplorasi (Repaired)

11

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi

air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih

memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

E. Topografi

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-

reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan

sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam

melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya

terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini

menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah

yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak

daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

F. Waktu

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif

karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :

1) Iron Capping

merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping

mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat

mineral-mineral hematite, chromiferous.

2) Limonite Layer

fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil

menyelimuti seluruh area.Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat

hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral

manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite,

chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

3) Silika Boxwork

putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian

menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 15: Laporan Eksplorasi (Repaired)

12

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,

magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal

dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang

serpentinized.

4) Saprolite : campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims,

vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus

terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock.

Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer

yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai

kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur

batuan asal masih terlihat.

5) Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar

dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak

mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan

batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral

garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root

zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 16: Laporan Eksplorasi (Repaired)

13

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

Gambar 1.2.Genesa Pembentukan Endapan Nikel Laterite

BAB IVKEGIATAN SURVEY DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN

4.1. Tahap Persiapan Awal

Kegiatan persiapan dimaksudkan untuk membuat rencana kerja dan biaya selama penyelidikan dan survey lapangan.Kegiatan berlangsung dua hari,Pengumpulan data data awal dipakai untuk mendukung kegiatan survey ini berupa studi literatur dan laporan penyelidikan terdahulu..Adapun persiapan meliputi :

1. Rapat Kerja pembentukan tim dan koordinasi untuk survey lapangan yang terdiri dari 2 orang geologist,1 konsultan perencanaan tambang,dan 2 orang dari pihak management PT Millenium Resources sebagai calon pembeli dari IUP Nikel Laterite PT Surya Saga Utama.

2. Pengurusan Surat Keterangan Izin Peninjauan(SKIP) beserta surat permohonan SKIP.

3. Berkoordinasi dengan Camat Peukan Bada,Geuchik Gampong Lambaru Neujid,dan Pemandu local.

4. Tahap pengajuan rencana kerja dan biaya kepada pihak manajemen.

4.2. Kegiatan Survey Dan Penyelidikan Umum

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 17: Laporan Eksplorasi (Repaired)

14

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

4.2.1. Survey Tinjau Topografi dan Morfologi

Kegiatan ini bertujuan untuk melihat morfologi dan topografi daerah

penelitian, karena peta topografi daerah ini yang memang belum tersedia dan

dengan melihat peta topografi dari peta Bakosurtanal setra SRTM dari kontur

Global Mapper dan google earth maka di plot titik titik elevasi secara umum

serta pengambilan beberapa foto yang menggambarkan formasi batuan di daerah

tersebut.

4.2.2. Penyelidikan Geologi

Survey Geologi dilakukan secara umum dengan melihat litologi/satuan batuan

yang ada didaerah ini,lebih khusus dilakukan penyelidikan dengan pengambilan

contoh dari lokasi.Tanah penutup (OB) rata rata 1.5 – 2.5 meter,dan dari

pengamatan serta pengkomparasian dengan profil nikel laterite belum

menyentuh zona transisi bahkan zona saprolite yang diinginkan.Luas area

prospek yang di lakukan pengamatan dan pengambilan contoh sampling zona

limonit ± 9 Ha.Endapan nikel yang terlihat terdapat di vein antara formasi

batuan gamping.

4.2.3. Penyelidikan Geofisika

Pengambilan data yang dilakukan di lapangan menggunakan alat geolistrik

konfigurasi Gradient Array. Dimana pada lokasi pengukuran, terdapat 4 buah

bentangan kabel dengan tiap bentang kabel terdiri dari 55 elektroda dan jarak

antar spasi elektroda adalah 24 meter. Pengukuran dimulai dengan mengalirkan

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 18: Laporan Eksplorasi (Repaired)

15

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

arus listrik ke dalam bumi melalui elektroda arus dan mengukur respon beda

potensial melalui elektroda potensial untuk mendapatkan hasil pengukuran

resistivitas di lapangan. Selain itu, pengumpulan berbagai macam literatur yang

berhubungan dengan kajian geologi daerah setempat seperti genesa

pembentukan nikel laterit yang dapat memudahkan dalam menganalisis

karakteristik dari tiap lapisan nikel laterit.

Hasil pengukuran resistivitas yang diperoleh di lapangan merupakan nilai

resistivitas semu yang mengangap bahwa bumi tidak terdiri dari beberapa

lapisan, sebagaimana yang dinyatakan dalam rumus berikut:

Ρa = 2π [(r 1 1 − r 1 2) − (r 1 3 − r 1 4)] ∆V/i

Ρa adalah resistivitas semu, ∆ V adalah beda potensial, i adalah arus dan r

adalah elektroda.

Karena yang diperoleh di lapangan adalah resistivitas semu, maka perlu

dilakukan proses inversi. Proses inversi bertujuan untuk mengubah nilai

resistivitas semu menjadi nilai resistivitas sebenarnya. Proses inversi akan

dilakukan dengan menggunakan program komputer Res2Dinv dan

menghasilkan penampang 2 dimensi.

Pada tahap selanjutnya, penampang 2 dimensi akan diinterpretasikan secara

geofisika untuk melihat kedalaman dan ketebalan lapisan nikel laterit dengan

berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi nilai resistivitas tersebut

seperti, kandungan air, kondisi fisik material, kandungan clay, mineralogi

batuan, dan sebagainya.

4.2.4. Analisa Laboratorium

Analisa laboratorium dilakukan pada sampel yang di ambil yaitu pada urat

nikel diantara batuan gamping. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan palu geologi. Analisa sampel dilakukan di laboratorium pusat

sumber daya geologi Bandung.

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 19: Laporan Eksplorasi (Repaired)

16

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

BAB VHASIL KEGIATAN SURVEY DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN

5.1 Penyelidikan Geofisika

Pada daerah penelitian terdapat empat lintasan pengukuran ERT, yaitu lintasan

N3, lintasan N4, lintasan N5 dan lintasan N6. Lintasan pengukuran tersebut terletak di

bagian barat – timur daerah penelitian. Setiap lintasan memiliki panjang 441 meter

dengan spasi antar elektroda 7 meter dan menggunakan Konfigurasi Gradient.

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 20: Laporan Eksplorasi (Repaired)

17

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

Berdasarkan gambar di atas, terdapat tiga

lapisan yaitu :

1. Lapisan pertama memiliki resistivitas 160 -700 ohm.meter.

2. Lapisan kedua dengan nilai resistivitas 0 – 260 ohm.meter.

3. Lapisan ketiga dengan nilai resistivitas 300 -700 ohm.meter.

Pada Gambar diatas dilihat bahwa lintasan N6 memiliki penampang resistivitas

mengikuti topografi daerah (heterogen). Oleh karena itu, lintasan N6 diberikan beberapa

contoh garis bantu untuk menentukan kedalaman dan ketebalan tiap lapisan tersebut.

Pada lapisan pertama terdapat enam garis bantu yaitu N61, N62, N63, N64, N65 dan

N66.

Lapisan pertama tidak dapat ditentukan kedalamannya karena lapisan pertama

berpatokan dari permukaan tanah (0 meter), sehingga yang ada hanya ketebalan lapisan.

Garis bantu N61 memiliki ketebalan 25 meter, garis bantu N62 memiliki ketebalan 15

meter, garis bantu N63 memiliki ketebalan 16 meter, garis bantu N64 memilki

ketebalan 10 meter, garis bantu N65 memiliki ketebalan 7 meter dan garis bantu N66

memiliki ketebalan 4 meter di bawah permukaan bumi. Dari keenam garis bantu di

peroleh ketebalan rata-rata untuk lapisan pertama yaitu 13 meter.

Pada lapisan kedua terdapat tiga garis bantu yaitu N63, N64 dan N65. Garis

bantu N63 memiliki kedalaman dari 16 meter sampai dengan 26 meter di bawah

permukaan bumi dengan ketebalan lapisan 10 meter. Garis bantu N64 memiliki

kedalaman dari 10 meter sampai dengan 41 meter di bawah permukaan bumi dengan

ketebalan lapisan 31 meter. Garis bantu N65 memilki kedalaman dari 7 meter sampai

dengan 36 meter dengan ketebalan lapisan 29 meter. Dari ketiga garis bantu di peroleh

kedalaman rata-rata untuk lapisan kedua yaitu 11 meter sampai dengan 34 meter di

bawah permukaan bumi dengan ketebalan rata-rata 23 meter.

Pada lapisan ketiga tidak dapat ditentukan ketebalannya karena mempunyai

batas bawah lapisan tak terhingga, sehingga yang ada hanya kedalaman lapisan. Pada

lapisan ketiga terdapat tiga garis bantu yaitu N63, N64 dan N65. Garis bantu N63

memiliki kedalaman 26 meter di bawah permukaan bumi. Garis bantu N64 memilki

kedalaman 41 meter. Garis bantu N65 memiliki kedalaman 36 meter di bawah

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 21: Laporan Eksplorasi (Repaired)

18

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

permukaan bumi. Dari ketiga garis bantu di peroleh kedalaman ratarata untuk lapisan

ketiga yaitu 34 meter di bawah permukaan bumi.

5.2 Hasil Analisis Laboratorium

Berikut Tabel Hasil Analisis sampel batuan yang mengandung nikel

Ada 2 sampel standar yang digunakan untuk program QC, yaitu sampel standar

limonit (LIM), dan bedrock (BRK). Berdasarkan evaluasi, maka diperoleh bias sekitar

17.41% Ni dan 1.58% untuk Fe untuk Standard Limonite. Sedangkan untuk bedrock

bias Ni berada di kisaran 2.78% untuk Ni dan 2.44% untuk Fe. Untuk standar limonite

terjadi bias yang cukup tinggi ini pada nilai Ni disebabkan oleh akurasi alat X-Ray

yang tidak bisa dikontrol dengan baik. Tetapi setidaknya dari data statistik

menunjukan bahwa data standard cukup presisi dan ini menunjukan bahwa pembacaan

alat X-Ray cukup stabil.

5.3 Kesimpulan

Berdasarkan penampang resistivitas, terdapat 3 lapisan profil nikel laterit secara

vertical yaitu lapisan limonit (atas) dengan nilai resistivitas 100 ohm.meter – 700

ohm.meter, lapisan saprolit (tengah) dengan nilai resistivitas 0 – 400 ohm.meter dan

lapisan bedrock (bawah) dengan nilai resistivitas 300 - 700 ohm.meter.

Ketebalan rata-rata untuk lapisan limonit berdasarkan keempat lintasan yaitu 15

meter. Kedalaman rata-rata untuk lapisan saprolit berdasarkan keempat lintasan yaitu 12

meter sampai dengan 45 meter di bawah permukaan bumi dengan ketebalan rata-rata 33

meter. Kedalaman rata-rata untuk lapisan bedrock berdasarkan keempat lintasan yaitu

45 meter di bawah permukaan bumi.

Pada kegiatan ini dilakukan pengiriman 1 sampel standar. Berdasarkan hasil

laboratorium dijumpai nilai unsur Ni yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 22: Laporan Eksplorasi (Repaired)

19

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

tingkat kontaminasi sampel dalam proses preparasi sangat baik. Hasilnya dapat dilihat

bahwa kandungan Ni pada sampel tergolong tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Butt, CRM., Zeegers, H.1992, Regolith Exploration Geochemistry in Tropical and

Subtropical Terrains, Handbook of Exploration Geochemistry, Elsevier:

Amsterdam

Djadjulit,A., Karim, A.,Hasanudin, D., Kelfas, Y.,Purwanto, H., Ukat., Sutisna, A .

1992, Pemantauan Penambangan Bijih Nikel di UPN Pomalaa, PT Aneka

Tambang Pomalaa, Kolaka, Sulteng. Laporan Teknik Penambangan no 36,

Direktorat Jendral Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Teknologi

Direktorat Proyek Penelitian Teknologi Pertambangan Jurusan Fisika-FMIPA

ITB: Bandung.

Lilik, H., dan Idam, A., 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium Fisika Bumi

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 23: Laporan Eksplorasi (Repaired)

20

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

Muhtar, G.A., Hamzah, M., Syamsuddin. 2014. Eksplorasi Nikel Menggunakan

Metoda Resistivity. Universitas Hasanuddin: Makassar

Sufriadin. 2013. Mineralogi, Geokimia dan Perilaku Leaching Pada Endapan Laterit

Nikel Soroako, Sulawesi Selatan. Program Pascasarjana Teknik Geologi

Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

LAMPIRAN

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 24: Laporan Eksplorasi (Repaired)

21

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 25: Laporan Eksplorasi (Repaired)

22

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

Prospeksi Bahan Galian Nikel

Page 26: Laporan Eksplorasi (Repaired)

24

23

PT. CENTRAL ACEH NICKEL, Peukan Bada, Aceh Besar

PETA LOKASI EKSPLORASI NIKEL

Prospeksi Bahan Galian Nikel