laporan praktikum kimia organik keton
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN V
ALDEHID DAN KETON
OLEH
NAMA : SARTINI
NIM : F1C1 11 046
KELOMPOK : III
ASISTEN : RIMA MELATI
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
ALDEHID DAN KETON
1. A. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain :
1. Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi
senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi.
2. Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan
aldehid dan keton.
1. B. LANDASAN TEORI
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa
organik yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua
gugus alkil yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu
aldehid dapat berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat
dalam system mahluk hidup. Banyak aldehid dan keton mempunyai bau
khas, yang membedakannya umumnya aldehid berbau merangsang dan
keton berbau harum (Fessenden, 1986).
Aldehid dan keton bereaksi dengan alkohol membentuk masing-masing
heniasetal dan hemiketal. Karena monosakarida mempunyai baik, gugus
aldehid atau keton ditambah gugus alkohol, maka pembentukan
hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi didalam untuk menghasilkan
suatu struktur cincin atau lingkaran karena adanya tegangan sudut ikatan
struktur cincin beranggotakan 5 dan 6 lebih menguntungkan bagi gula
(Sulaiman, 1995).
Senyawa aldehid, keton dan ester mengalami reaksi pada gugus karbonil.
Gugus karbonil bersifat polar dan memiliki orbital hibrida sp2 sehingga
ketiga atom yang terikat pada atom karbon terletak pada bidang datar
dengan sudut ikatan 120°. Ikatan rangkap karbon-oksigen pada gugus
karbon terdiri atas satu ikatan σ dan satu ikatan π. Ikatan σ adalah hasil
tumpang tindih satu orbital sp2 atom karbon dengan satu orbital p atom
oksigen. Sedangkan ikatan π adalah hasil tumpang tindih orbital p atom
karbon dengan orbital p yang lain dari oksigen. Dua orbital sp2 lainnya dari
atom karbon digunakan untuk mengikat atom lain.atom oksigen gugus
karbonil masih memiliki dua orbital dan terisi dua buah elektron, kedua
buah elektron ini adalah orbital 2s dan 2p (Katja, 2004).
Minyak atsiri merupakan suatu minyak yang mudah menguap (volatile oil)
biasanya terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid,
keton dan berantai pendek. Salah satu contoh minyak atsiri adalah
minyak melati. Kandungan minyak atsiri dalam bunga melati merupakan
komoditi yang dapat dikategorikan komoditi eksklusif. Karena dalam 1
liter absolut bunga melati dapat mencapai harga 30.000.000 rupiah.
Namun, untuk memperoleh bahan baku minyak melati sangatlah mahal.
Akibatnya, banyak produsen yang melakukan pemalsuan minyak atsiri
khususnya minyak melati dengan menambahkan berbagai macam bahan
kimia sebagai campuran untuk memperoleh minyak melati campuran
(Wahyu, 2011).
Konsumsi alkohol terus menerus dapat mengakibatkan penyakit alkoholik,
yang dapat diketahui lebih awal dengan penentuan biomarker-biomarker
dari alkohol. Salah satu biomarker alkohol adalah enzim. Enzim yang
digunakan untuk mengoksidasi etanol adalah aldehid dehidrogenase
(ALDH). Bila ALDH tidak cukup tersedia maka asetaldehid yang bersifat
toksik sebagai hasil oksidasi etanol tidak dapat mengalami metabolisme
yang sempurna. Alkohol (etanol) yang diminum dapat mengalami reaksi
oksidasi menjadi asetaldehid oleh enzim alcohol dehidrogenase (ADH) dan
selanjutnya dioksidasi lagi menjadi asam asetat oleh aldehid
dehidrogenase (ALDH). Akumulasi asetaldehid dapat menyebabkan
berbagai penyakit hati (Suaniti, et al., 2011).
1. C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Rak tabung
- Gelas kimia
- Elektromental
1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
- Formalin - Pereaksi Benedict
- Larutan glukosa - Pereaksi Schiff
- Aseton - Pereaksi Fehling
1. D. PROSEDUR KERJA
2. Uji benedict- Tabung 1 : larutan tetap berwarna merah
- Tabung 2 : merah menjadi ungu
- Tabung 3 : larutan tetap berwarna merah
1 ml Pereaksi Schiff
- ditambahkan masing-masing 5-10 tetes larutan glukosa untuk tabung 1, formalin untuk tabung 2, dan aseton untuk tabung 3.
- dikocok sampai homogen
- diamati perubahan yang nampak
- dimasukkan masing masing ke dalam tabung reaksi 1, 2, dan 3
1. Uji fehling1 ml Pereaksi Fehling A+B
- ditambahkan masing-masing 5-10 tetes larutan glukosa untuk tabung 1, formalin untuk tabung 2, dan aseton untuk tabung 3.
- dipanaskan
- diamati perubahan yang nampak
- Tabung 1 : biru menjadi merah dan
terdapat endapan merah bata
- Tabung 2 : biru menjadi abu-abu dan
terdapat endapan merah bata
- Tabung 3 : terbentuk dua lapisan
(bening dan biru)
- dimasukkan masing masing ke dalam tabung reaksi 1, 2, dan 3
1. Uji benedict1 ml Pereaksi Benedict
- ditambahkan masing-masing 5-10 tetes larutan glukosa untuk tabung 1, formalin untuk tabung 2, dan aseton untuk tabung 3.
- dipanaskan
- diamati perubahan yang nampak
- Tabung 1 : biru dan terdapat endapan
merah bata
- Tabung 2 : larutan tetap berwarna biru
- Tabung 3 : biru dan terdapat endapan
biru tua
- dimasukkan masing masing ke dalam tabung reaksi 1, 2, dan 3
1. E. DATA PENGAMATAN
1. Uji Schiff
No Perlakuan
Hasil Pengamatan
Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan
Pereaksi schiff Larutan berwarna merah
+ formalin
Pereaksi schiff
+ tetes glukosa
Pereaksi schiff
+ aseton
Larutan berwarna ungu
Larutan berwarna merah
Larutan tetap (merah)
Larutan berwarna merah
Larutan tetap (merah)
1. Uji Fehling
No Perlakuan
Hasil Pengamatan
Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan
1.
2.
3.
Fehling A + fehling B + formalinFehling A + fehling B + glukosa
Fehling A + fehling B + aseton
Larutan berwarna biruLarutan biru pekat
Larutan berwarna biru
Larutan tetap (biru)
Larutan berwarna biru dan terdapat dua lapisan
1. Atas : bening2. Bawah : biru pekat
Merah bata dan terdapat endapan merah bataAbu-abu dan terbentuk endapan merah bata
Larutan berwarna biru tua
Keterangan dari kiri ke kanan :
1. Fehling + glukosa2. Fehling + formalin3. Fehling + aseton
Gambar hasil pengamatan terhadap uji fehling
1. Uji Benedict
No Perlakuan
Hasil Pengamatan
Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan
1. Pereaksi benedict+ formalin
Larutan berwarna biruLarutan berwarna biru
Larutan tetap berwarna biruTerbentuk endapan
2.
3.
Pereaksi benedict
+ glukosa
Pereaksi benedict
+ aseton Larutan berwarna biru
merah bata
Larutan berwarna biru dan terdapat endapan biru tua
Keterangan dari kiri ke kanan :
1. Benedict + formalin2. Benedict + glukosa3. Benedict + aseton
Gambar hasil pengamatan terhadap uji fehling
1. F. PEMBAHASAN
Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua
senyawa ini apabila dioksidasi. Alhedid dan keton adalah senyawa-
senyawa yang mengandung gugus-gugus penting di dalam kimia oragnik.
Secara struktural, aldehid dan keton dibedakan oleh substituen pada R’,
begitu pula dengan ester dan asam karboksilat
Sifat-sifat aldehid dan keton hampir mirip satu sama lain. Namun, karena
perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehid dan
keton maka menimbulkan adanya perbedaan sifat kimia yang paling
menonjol antara keduanya, yaitu aldehid cukup mudah teroksidasi
sedangkan keton sulit dan aldehid lebih reaktif dari pada keton terhadap
adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini merupakan karakteristik terhadap
gugus karbonil.
Pada percobaan ini, dilakukan untuk mengidentifaksi senyawa
berdasarkan perbedaan gugus fungsi dan mengidentifikasi secara kimia
senyawa golongan aldehid dan keton pada uji schiff, benedict, dan fehling.
Untuk dapat membandingkan senyawa golongan aldehid dan keton
digunakan bahan yang sama yaitu, formalin, glukosa, dan aseton.
Pereaksi schiff merupakan larutan dari fuchsin asam di dalam air yang
telah didekolorisasi oleh gas SO2. Komposisinya fuchsin, Na2S, 500 mL air
dan HCl. Digunakan untuk menguji aldehid. Pereaksi fehling merupakan
pencampuran larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH
dan kalium natrium tartrat. Pereaksi benedict merupakan larutan yang
mengandung Cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Jika
direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan dihasilkan Cu2O.
Pada perlakuan uji schiff, dimana warna pada larutan schiff berwarna
merah kemudian direaksikan dengan formalin dalam larutan
menghasilkan warna ungu. Perubahan warna tersebut menunjukkan
adanya senyawa aldehid pada larutan. Ketika pereaksi fehling direaksikan
dengan glukosa larutan tetap berwarna merah. Begitupun dengan aseton
yang warna larutannya tetap warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa
pada glukosa dan aseton tidak terkandung senyawa aldehid melainkan
senyawa keton. Namun, secara teori larutan schiff direaksikan dengan
glukosa warnanya berubah menjadi merah keungu-unguan yang artinya
senyawa glukosa merupakan gugus aldehid.
Pada uji fehling digunakan larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling
A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan
mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan
yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai
ion kompleks. Dari hasil pengamatan ini didapatkan antara pencampuran
fehling dengan formalin biru pekat dan sesudah pemanasan berubah
menghasilkan endapan merah, hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa didalam pencampuran larutan tersebut terdapat
senyawa aldehid. Hal ini disebabkan karena aldehid mampu mereduksi
ion tembaga (II) menjadi tembaga (I) oksida. Ketika pencampuran
pencampuran dengan aseton terdapat dua lapisan yaitu bening pada
lapisan atas dan biru pada lapisan bawah. Sesudah pemanasan warna
berubah menjadi biru tua. Hal ini sesuai dengan teori karena, aseton
merupakan gugus keton. Pencampuran pereaksi fehling dengan glukosa
warna yang dihasilkan tetap biru dan sesudah pemanasan berubah
menjadi merah dengan terdapat endapan merah bata pada larutan. Hal
ini bertentangan dengan teori karena pencampuran antara pereaksi
fehling dengan glukosa menghasilkan dua lapisan warna seperti pada
pencampuran dengan aseton dan setelah pemanasan tidak terdapat
endapan merah bata. Kesalahan ini dikarenakan glukosa tidak teroksidasi
dengan pereaksi fehling.
Pada uji benedict, jika benedict dipanaskan bersama larutan aldehid akan
terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami
reduksi menjadi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung
karena larutan benedict terdiri atas larutan tembaga sulfat (CuSO4),
Natrium karbonat (Na2SO3 ), dan Natrium sitrat. Pada pencampuran
pereaksi benedict dengan formalin larutan tidak mengalami pembentukan
endapan setelah dipanaskan. Hal ini bertentangan dengan teori karena
bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi menjadi
asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi Cu2O
yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Ketika pencampuran
dengan glukosa terjadi perubahan warna menjadi merah dan terdapat
endapan merah bata pada larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori
karena glukosa teroksidasi dengan pereaksi benedict sehingga senyawa
ini termaksud dalam gugus aldehid. Sedangkan pada pencampuran
dengan aseton, larutan tidak terjadi reaksi karena aseton tidak bisa
teroksidasi dengan pereaksi benedict.
1. G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Perbedaan senyawa aldehid dan keton di tinjau dari segi gugus
fungsinya adalah aldehid memiliki sekurang-kurangnya satu atom
hidrogen yang terikat pada atom karbonilnya. Sedangkan keton
memiliki dua gugus alkil yang terikat pada karbonilnya.
2. Aldehid mampu bereaksi dengan pereaksi fehling dengan baik, hal
ini di tunjukan oleh adanya endapan yang terbentuk. Sedangkan
keton tidak bereaksi dengan baik terhadap pereaksi benedict, fehling
maupun Schiff, hal ini karena keton tidak mampu teroksidasi
terhadap pereaksi yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J dan Fessenden, Joan S., 1986, Kimia Organik Jilid I,
Erlangga, Jakarta.
Katja, D.G., 2004, “Sintesis Alkohol Dari Senyawa Aldehida, Keton dan
Ester”,
Jurusan Kimia, FMIPA UNSRAT, Manado.
Kurniawan, Wahyu , 2011, “Deteksi Adanya Pemalsuan Minyak Melati
Dengan Menguji Putaran Optik Menggunakan Polimeter WXG-4”,
FakultasTehnik Universitas Ponegoro, Semarang.
Suaniti, N.M . A.A., Gede Sudewa Djelantik, I Ketut Suastika, dan I Nyoman
Mantik Astawa, 2011, “Aldehid Dehidrogenase Dalam Tikus Wistar
Sebagai Biomarker Awal Konsumsi Alkohol Secara Akut”, Jurusan Kimia
FMIPA UNUD, Kampus Bukit Jimbara, Bandung.
Sulaiman, A.H., 1995, Kimia Anorganik, USU Press: Medan
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1. Tuliskan reaksi-reaksi yang terjadi dari hasil percobaan ini !
2. Mengapa aldehid lebih mudah teroksidasi dibandingkan keton ?
3. Mengapa aldehid lebih reaktif terhadap reaksi adisi nuleofilik
dibandingkan dengan keton ?
JAWAB
1. Reaksi-reaksi yang terjadi
Reaksi aldehida dengan pereaksi schiff
Reaksi aldehida dengan pereaksi fehling menghasilkan endapan
merah bata dari Cu2O.
+ Cu2+ + NaOH H-COONa + Cu2O + 2H+
Reaksi aldehida dengan pereaksi benedict
+ Cu2+ + H2O + Na+ H-COONa + Cu2O + 2H+
1. Aldehid lebih mudah teroksidasi dibandingkan dengan keton karena
keberadaan atom hidrogen yang terikat pada ikatan rangkap C=O
dalam aldehid sedangkan pada keton tidak ditemukan hidrogen
seperti ini.
Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat mudah
teroksidasi. Atau dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang
kuat. Karena keton tidak memiliki atom hidrogen istimewa ini, maka keton
sangat sulit dioksidasi.
1. Aldehid lebih reaktif terhadap reaksi adisi nukleofilik dibandingkan
dengan keton karena salah satu tangan rantai karbon pada aldehid
mengikat atom hidrogen sehingga memiliki rantai atom karbon yang
pendek dibandingkan dengan keton yang kedua tangan atom
karbonnya mengikat gugus alkil. Sehingga dari struktur senyawa
aldehid yang memiliki rantai atom karbon yang pendek
mengakibatkan aldehid mudah bereaksi dengan reaksi adisi
nukleofilik karena sedikitnya penghalang pada ruang strukturnya.
Semakin mudah aldehid bereaksi maka aldehid akan semakin reaktif.
Sedangkan keton memiliki rantai atom karbon yang panjang sehingga
mengakibatkan sulitnya keton bereaksi dengan reaksi adisi nukleofilik
karena banyaknya penghalang pada ruang strukturnya. Oleh karena
itu, keton bersifat tidak reaktif.