laporan praktikum biokimia kh

Upload: khumairahnila

Post on 02-Jun-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    1/38

    LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

    KARBOHIDRAT

    Dosen Pembimbing : Siti Imroatul Maslikah, S.Si., M.Si,

    Kelompok : 1

    Offering: A

    1. Endah Puspa Rini (130341603366)

    2.

    Endah Wahyuningtias (130341603381)

    3. Muhammad Fahrurrizal A. (130341603373)

    4. Nila Wahyuni (130341603392)

    5.

    Santy Faiqotul H (130341603399)

    6.

    Sovi Makhmudah (130341603393)

    UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN BIOLOGI

    2013

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    2/38

    KARBOHIDRAT

    TUJUAN

    Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia karbohidrat,

    mengetahui jenis-jenis karbohidrat, reaksi-reaksi identifikasi dan sifat-sifat karbohidrat dan

    membuktikan kandungan karbohidrat pada suatu zat berdasarkan reaksi-reaksi tertentu.

    DASAR TEORI

    Karbohidrat berfungsi sebagai penyedia energi yang utama. Protein dan lemak berperan

    juga sebagai sumber energi bagi tubuh kita, tetapi karena sebagian besar makanan terdiri atas

    karbohidrat, maka karbohidratlah yang terutama merupakan sumber energi utama bagi tubuh.

    Amilum atau pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa

    senyawa karbohidrat yang penting dalam kehidupan manusia. Molekul karbohidrat terdiri atas

    atom-atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan

    perbandingan 2:1 seperti pada molekul air. Dahulu orang berkesimpulan adanya air dalam

    karbohidrat. Karena hal ini maka dipakai kata karbohidrat, yang berasal dari kata karbon dan

    hidrat atau air. Walaupun pada kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul

    air, kata karbohidrat tetap digunakan. Senyawa karbohidrat tidak hanya ditinjau dari rumus

    empirisnya saja, tetapi yang penting ialah rumus strukturnya. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus fungsi yaitu gugus OH, gugus

    aldehida atau gugus keton. Struktur karbohidrat selain mempunyai hubungan dengan sifat kimia

    yang ditentukan dengan sifat fisika, dalam hal ini juga aktivitas optik. (McGilvery&Goldstein,

    1996)

    Jika kristal glukosa murni dilarutkan dalam air, maka larutannya akan memutar cahaya

    terpolarisasi ke arah kanan. Namun bila larutan itu dibiarkan beberapa waktu dan diamati

    putarannya, terlihat bahwa sudut putaran berubah menjadi semakin kecil, hingga lama-kelamaan

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    3/38

    menjadi tetap. Peristiwa ini disebut mutarotasi, yang berarti perubahan rotasi atau perputaran.

    (McGilvery & Goldstein, 1996)

    Sir Walter Norman Haworth (1883-1950) seorang ahli kimia Inggris yang pada tahun 1937

    memperoleh hadiah nobel untuk ilmu kimia, berpendapat bahwa pada molekul glukosa kelima

    atom karbon yang pertama dengan atom oksigen dapat membentuk cincin segi enam. Oleh

    karena itu, ia mengusulkan penulisan rumus struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin furan

    atau piran.

    Monosakarida

    Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas

    beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak

    menjado karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan

    dihidroksiaseton. Gliseraldehida disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan

    mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom

    karbon dan mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut

    tetrosa dengan rumus C4H8O4. Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu

    ketotetrosa. Pentosa adalah monosakarida yang mempunyai lima atom karbon. Contoh pentosa

    adalah ribosa dan ribulosa. Dari rumusnya kita dapat mengetahui bahwa suatu ketopentosa.

    Pentosa dan heksosa (C6H12O6) merupakan monosakarida yang penting dalam kehidupan.

    (McGilvery&Goldstein, 1996)

    1.

    Glukosa

    Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat

    dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-

    buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau

    konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini

    http://www.othe.org/goto/http:/2.bp.blogspot.com/_9MTK5JQmGDA/SuBc8SL2VvI/AAAAAAAAASI/HZkBeAnPThc/s1600-h/cincin+piran+dan+furan.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    4/38

    dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam

    sesudah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang

    menderita diabetes mellitus, jumlah glukosa darah lebih dari 130 mg per 100 ml darah

    (McGilvery&Goldstein, 1996). D-glukosa memiliki sifat mereduksi reagen Benedict,

    Haynes, Barfoed, gula pereduksi, memberi osazon dengan fenilhidrazina,

    difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan sakarat yang larut (Harper

    et al, 1979).

    2. Fruktosa

    Madu lebah selain mengandung glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah

    suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan

    karenanya disebut juga levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida

    mempunyai rasa manis. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga

    lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa

    dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dihidroksi benzene) dalam asam

    HCl. Dengan pereaksi ini, mula-mula fruktosa diubah menjadi hidroksimetilfurfural yang

    selanjutnya bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa yang berwarna merah.

    pereaksi Seliwanoff ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa. Fruktosa berikatan

    dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-hari sebagai

    pemanis, dan berasal dari tebu atau bit (McGilvery&Goldstein, 1996). D-fruktosa

    mempunyai sifat mereduksi reagen Benedict, Haynes, Barfoed (gula pereduksi),

    membentuk osazon dengan fenilhidrazina yang identik dengan osazon glukosa,

    difermentasi oleh ragi dan berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl

    (Harper et al, 1979).

    3. Galaktosa

    Monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam. Umumnya berikatan dengan glukosa

    dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa

    kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat

    memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan. D-galaktosa mempunyai sifat mereduksi

    reagen Benedict, Haynes dan Barfoed, membentuk osazon yang berbeda dengan dua

    monosakarida sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan reagen floroglusinol memberi

    warna merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat (Harper et al, 1979).

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    5/38

    Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas, galaktosa

    menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan asam

    sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa. Pembentukan asam musat ini dapat

    dijadikan cara identifikasi galaktosa, karena kristal asam musat mudah dimurnikan dan

    diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    4. Pentosa

    Beberapa pentosa yang penting diantaranya adalah arabinosa, xilosa, ribosa dan 2-

    deoksiribosa. Keempat pentosa ini adalah aldopentosa dan tidak terdapat dalam keadaan

    bebas di alam. Arabinosa diperoleh dari gum arab dengan jalan hidrolisis, sedangkan

    xilosa diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu. Xilosa terdapat pada

    urine seseorang yang disebabkan oleh suatu kelainan pada metabolisme karbohidrat.

    Kondisi seseorang sedemikian itu disebut pentosuria. Ribosa dan deoksiribosa merupakan

    komponen dari asam nukleat dan dapat diperoleh dengan cara hidrolisis. Dari rumusnya

    tampak bahwa deoksiribosa kekurangan satu atom oksigen dibanding dengan ribosa.

    (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Oligosakarida

    Senyawa yang termasukoligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa

    molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain,

    membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu yang terdiri

    atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul

    monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah disakarida.

    (McGilvery&Goldstein, 1996)

    1.Sukrosa

    Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu meupun dari bit.

    Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain, misalnya dalam buah nanas dan

    dalamwortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa.

    (McGilvery&Goldstein, 1996)

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    6/38

    Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom

    karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen.

    Kedua atom karbon tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus OH glikosidik atau

    atom karbon yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. .

    Oleh karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu 2+ atau Ag+

    dan juga tidak membentuk osazon. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari

    reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekuler. Glukosa

    memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan fruktosa ke kira. Oleh karena fruktosa

    memiliki rotasi spesifik lebih besar dari glukosa, maka campuran glukosa dan fruktosa sebagai

    hasil hidrolisis itu memutar ke kiri. Proses ini disebut inverse. hasil hidrolisis sukrosa yaitucampuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert. Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula

    invert dan dengan demikian madu mempunyai rasa lebih manis daripada gula. Apabila kita

    makan makanan yang mengandung gula, maka dalam usus halus, sukrosa akan diubaha menjadi

    glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase atau invertase. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    2.Laktosa

    Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-gluokosa, karena itu

    laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1

    pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya molekul laktosa

    mempunyai sifat mereduksi gugus OH glikosidik. Dengan demikian laktosa memiliki sifat

    mereduksi dan mutarotasi. Biasanya laktosa mengkristal dalam bentuk . Dalam susu terdapat

    laktosa yang sering disebut gula susu. Pada wanita yang seadng dalam masa laktasi atau masa

    menyusui, laktosa kadang-kadang terdapat dalam urine dengan konsentrasi yang sangat rendah.

    Dibandingkan dengan glukosa, laktosa memiliki rasa yang kurang manis. Apabila laktosa

    dihidrolisis kemudian dipanaskan dengan asam nitrat akan terbetuk asam musat.(McGilvery&Goldstein, 1996)

    3.Maltosa

    Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. ikatan yang terjadi

    ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    7/38

    mempunyai gugus OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi.

    Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan

    enzim. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum akan memberikan hasil akhir glukosa. Dalam tubuh

    kita amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amylase. maltosa ini kemudian

    diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa yang digunakan oleh tubuh. Maltosa mudah larut

    dalam air dan mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang manis daripada

    sukrosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Urutan tingkat rasa manis pada beberapa mono dan disakarida

    Polisakarida

    Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan

    oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida

    yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang

    menagdung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa

    berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat

    mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta.

    Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. beberapa polisakarida

    yang penting diantaranya adalah amilim, glikogen, dekstrin dan selulosa.

    (McGilvery&Goldstein, 1996)

    http://www.othe.org/goto/http:/3.bp.blogspot.com/_9MTK5JQmGDA/SuBdV9Bl2QI/AAAAAAAAASY/NBsxSRO98aY/s1600-h/Urutan+tingkat+rasa+manis+pada+beberapa+mono+dan+disakarida.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    8/38

    1.Amilum

    Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau

    dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian.

    (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa,

    yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-

    glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka.

    Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-

    glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan

    terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.

    Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1.000unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air

    dipanaskan, akan terbentuk suatu larutan koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi

    larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang

    membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah

    lembayung. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan

    glukosa. hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan dalam

    cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang

    terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi maltosa dalam

    bentuk maltosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    2.Glikogen

    Seperti amilum, glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses hidrolisis. Pada tubuh kita

    glikogen terdapat dalam hati dan otot. hati berfungsi sebagai tempat pembentukan glikogen dari

    glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah, sebagian diubah menjadi glikogen

    sehingga kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila kadar glukosa dalam

    darah menurun, glikogen dalam hati diuraikan menjadi glukosa kembalu, sehingga kadar glukosa

    darah normal kembali. Glikogen yang ada di dalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    9/38

    melakukan aktivitas sehari-hari. Dari alam glikogen terdapat pada kerang dan pada alga rumput

    laut. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan jalan menambahkan etanol. Endapan

    yang terbentuk apabila dikeringkan berbentuk serbuk putih. Dengan iodium, glikogen

    menghasilkan warna merah. Struktur glikogen serupa dengan struktur amilopektin yaitu

    merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    3.Dekstrin

    Pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang

    dikenal dengan nama dekstrin. jadi dekstrin adalah hasil antara proses hidrolisis amilum sebelum

    terbentuk maltosa. tahap-tahap dalam proses hidrolisis amilum serta warna yang terjadi pada

    reaksi dengan iodium adalah sebagai berikut :

    4.Selulosa

    Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan penbentuk dinding sel. Serat kapas boleh

    dikatakan seluruhnya adalah selulosa. Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan karena

    kita tidak mempunyai enzin yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam encer tidak dapat

    terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan

    D-glukosa. Selobiosa adalah suatu disakarida yang terdiri atas dua molekul glukosa yang

    berikatan glikosidik antara atom karbon 1 dengan atom karbon 4. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    http://www.othe.org/goto/http:/4.bp.blogspot.com/_9MTK5JQmGDA/SuBdgA1poxI/AAAAAAAAASg/rnwIIIPlG8s/s1600-h/tahap+hidrolisis+amilum.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    10/38

    Beberapa sifat kimia

    Berbeda dengan sifat fisika yang telah diuraikan, yaitu aktivitas optik, sifat kimia karbohidrat

    berhubungan erat dengan gugus fingsi yang terdapat pada molekulnya, yaitu gugus OH

    aldehida dan gugus keton. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    a. Sifat mereduksi

    Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi terutama dalam

    suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat

    maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau

    keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam

    misalnya ion Cu 2+ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu. Beberapa contoh

    diberikan sebagai berikut:

    Pereaksi Benedict

    Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan

    natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang

    kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat

    membuat peraksi benedict bersifat basa lemah. Endapat yang terbentuk dapat berwarna

    hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi

    karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi Benedict lebih banyak digunakan pada pemeriksaan

    glukosa dalam urine daripada pereaksi Fehling karena beberapa alasan. Apabila dalam

    urine terdapat asam urat atau kreatinin, kedua senyaea ini dapat mereduksi pereaksi

    Fehling, tetapi tidak dapat mereduksi pereaksi Benedict. Di samping itu pereaksi

    Benedict lebih peka daripada pereaksi Fehling. Penggunaan pereaksi Benedict juga lebih

    mudah karena hanya terdiri atas satu macam larutan, sedangkan pereaksi Fehling terdiri

    atas dua macam larutan. (McGilvery&Goldstein, 1996)

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    11/38

    Uji molisch

    Uji molisch merupakan uji kualitatif untuk menentukan adanya kabohidrat dalam suatu

    sampel. Untuk melakukan Uji molisch digunakan reagen kimia yang berupa larutan

    naftol dalam alkohol. Apabila suatu sampel tersebut mengandung kabohidrat maka

    larutan tersebut akan berubah menjadi warna merah unggu. Prinsip dari uji adalah asam

    sulfat (H2SO4) pekat akan mengdehidrasi senyawa yang ada dalam karbohidrat

    menghasilkan furfural dan derivat karbohidrat. Kondensasi dari hidroksi metal furfural

    (heksosa) atau furfural (pentosa) yang telah terbentuk akan bereaksi dengan alfa-naftol

    membentuk suatu cincin berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya

    cincin ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Alfa-naftol berfungsi

    sebagai indikator warna, sedangkan HSO berfungsi untuk menghidrolisis glukosa

    (heksosa) menjadi hidroksimetil fufural atau arabinosa (pentosa). Reaksi Molisch ini

    positif untuk semua karbohidrat ( Kusnawidjaya, 1983).

    a. Pada pentosa

    H O

    CH2OHHCOHHCOHHCOHC=O + H2SO4 CH +

    OH(Pentosa) ( Furfural ) (-naftol)

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    12/38

    b. Pada heksosa

    H

    CH2OHHCOHHCOHHCOHHCOHC=O + H2SO4

    Heksosa

    O

    H2C CH +

    OH OH

    5-hidroksimetil furfural -naftol

    Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut:

    O

    __SO3H

    H2C C OH

    (Cincin ungu senyawa kompleks)

    Untuk uji negatif pada uji molisch adalah tidak terbentuk cincin berwarna ungu karena

    tidak terjadi dehidrasi pada larutan uji oleh HSOyang tidak menghasilkan furfural dan

    derivat karbohidrat. Oleh karena tidak adanya furfural dan derivat karbohidrat yang

    terbentuk maka larutan alfa-naftol pun tidak akan memberikan reaksi terbentuknya cincin

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    13/38

    ungu. Uji molisch ini hanya uji secara umum untuk menguji ada tidaknya suatu bahan

    mengandung karbohidrat.

    b.

    Pembentukan furfural

    Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil.

    Tetapi apabila dipanaskan dengan kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural

    atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan

    molekul air dari seatu senyawa. (McGilvery&Goldstein, 1996)

    Pentosa-pentosa hampir secara kuantitatif semua terdrhidrasi menjadi furfural. Dengan

    dehidrasi heksosa-heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural dan

    derivatnya dapat membentuk senyawa yang berwarna apabila direaksikan dengan

    naftol atau timol, reaksi ini dapat digunakan sebagai reaksi pengenal karbohidrat.

    Pereaksi Molisch terdiri atas larutan naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini

    ditambahkan pada larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati ditambahkan

    asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu

    akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan naftol.

    Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai

    reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu

    bukti bahwa tidak ada karbohidrat. (McGilvery&Goldstein, 1996). Tes ini berguna untuk

    mengetahui pengaruh asam terhadap sakarida. Satu cincin merah-ungu menunjukkan

    adanya karbohidrat (Harper et al, 1979).

    c. Pembentukan Osazon

    Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk

    osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazina berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai

    bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Pada reaksi

    antara flukosa dengan fenilhirazina, mula-mula terbentuk D-glukosafenilhidrazon,

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    14/38

    kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glukosazon. Glukosa, fruktosa dan

    amanosa dengan fenilhidrazon menghasilkan osazon yang sama. Dari struktur ketiga

    monosakarida tersebut tampak bahwa posisi gugus OH dan atom H pada atom karbon

    nomor 3,4, dan 5 sama. Dengan demikian osazon yang terbentuk memiliki struktur yang

    sama. (McGilvery&Goldstein, 1996).

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    15/38

    ALAT DAN BAHAN

    ALAT

    1 Tabung Reaksi

    2 Kaki Tiga

    3 Spiritus

    4 Penjepit tabung reaksi

    5 rak tabung reaksi

    6 Pipet tetes

    7 Kertas saring

    8 gelas ukur

    BAHAN

    1 Amilum

    2 HCl

    3 Asam sulfat pekat (H2SO4pekat)

    4 Serbuk Selulosa

    5 Kertas Filter

    6 Larutan naftol

    7 glukosa

    8 Larutan Iod

    9 NaOH

    10 Reagen Benedict

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    16/38

    CARA KERJA

    1. Uji Kelarutan dan Percobaan Molisch

    a Amilum

    b Selulosa

    c Monosakarida

    Ambil Larutan amilumBubuhi dengan

    beberapa tetes larutan

    naftol dalam alkohol

    Tuang lahan-lahan asam

    sulfat pekat melalui

    Hingga terjadi batasan

    cincin

    HASIL

    Sobek kertas filter atau

    serbuk selulosaMasukkan ke dalam 2cc

    air

    Teteskan larutan naftol

    Dan dengan asam sulfat

    pekat di batasi cincin

    HASIL

    Ambil Larutan glukosa

    1ml

    Tambah 2 tetes 10% naftol yang baru

    Campur aliran 1 ml

    H2SO4pekat

    Hingga membentuklapisan di cawan

    HASIL

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    17/38

    2 Percobaan Iod

    3 Percobaan Benedict

    4 Hidrolisis Selulosa

    Ambil Larutan amilum

    dalam 1-2ml

    Tambah 1 tetes larutan

    iod

    Bandingkan perubahan

    warna yang terjadi bila di

    panaskan, dinginkan dan ditambah NaOH

    HASIL

    Ambil Reagen benedict2ml

    Tambah 2 tetes larutan

    yang di periksa Panaskan dalam api

    selama 2-3 menit

    Amati perubahan warna

    yang terjadi

    HASIL

    Potong kertas saring

    secukupnyaBasahi dengan air Tambah asam sulfat

    pekat perlahan-lahan

    Di aduk dan di panaskan

    setelah itu tunggu sampai

    1 jam

    Ambil beberapa tetes

    larutan dan tes

    dengan Benedict

    HASIL

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    18/38

    5 Hidrolisis Amilum

    6 Uji Osazon

    Ambil suspensi amilum10ml

    Tambah 2,5 ml 1N HCl Panaskan pada apilangsung

    Setiap tiga menit tes

    larutan dengan tes iodium

    Tetap panaskan

    hingga terjadi

    perubahan warna

    HASIL

    Tabung reaksi diisi 0,5 ml

    larutan fenilhidrazin, Na-

    asetat kering dan

    ditambahkan 2 ml bahan uji

    Dikocok hingga

    homogen

    Dipanaskan dalam

    penangas air

    mendidih selama 30

    menit

    Apabila sudah dinginkelihatan warna

    kuning dan diperiksa

    dibawah mikroskop

    HASIL

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    19/38

    HASIL PENGAMATAN

    Uji molisch

    NO Bahan Uji Hasil Akhir Pengamatan

    1. Amilum (polisakarida) Terbentuk cincin ungu kehitaman (+)

    2. Selulosa (polisakarida) Terbentuk warna ungu kehitaman (+)

    3. Maltosa (disakarida) Terbentuk cincin ungu (+)

    4. Sukrosa (disakarida) Terbentuk warna ungu kehitaman (+)

    5. Fruktosa (monosakarida) Terbentuk cincin ungu (+)

    6. Glukosa (monosakarida) Terbentuk warna ungu lebih pekat dari sukrosa (+)7. Arabinosa (monosakarida) Terbentuk cincin ungu bening (+)

    8. Galaktosa (monosakarida) Terbentuk warna ungu lebih pekat dari arabinosa(+)

    9. Glikogen (polisakarida) Terbentuk cincin ungu (+)

    10. Laktosa (disakarida) Terbentuk warna ungu lebih pekat dari glikogen (+)

    Uji Iod

    No Bahan Pengamatan Polisakarida (+/-)

    1 Amilum Terbentuk endapan berwarna biru

    kehitaman+

    Setelah dipanaskan berwarna bening sedikit

    kekuningan-

    Setelah didinginkan berwarna biru

    keunguan+

    Setelah ditetesi NaOH menjadi tidak

    berwarna-

    2 Maltosa Berwarna kekuningan tidak terbentuk endapan -

    3 Fruktosa Berwarna kekuningan tidak terbentuk endapan -

    4 Glukosa Berwarna kekuningan tidak terbentuk endapan -

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    20/38

    5 Arabinosa Berwarna kekuningan tidak terbentuk endapan -

    6 Galaktosa Berwarna kekuningan tidak terbentuk endapan -

    7 Glikogen Terdapat endapan berwarna coklat kemerahan +

    8 Laktosa Berwarna kekuningan tidak tebentuk endapan -

    Uji benedict

    No Larutan Uji Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan Keterangan

    1 Amilum 1 % Biru Tetap biru (-)

    2 Selulosa 1% Biru Tetap biru (-)

    3 Maltosa 1% Biru Merah (+)

    4 Sukrosa 1% Biru Hijau dan jingga (+)

    5 Fruktosa 1% Biru Merah (+)

    6 Glukosa 1% Biru Merah (+)

    7 Arabinosa 1% Biru Merah (+)

    8 Galaktosa 1% Biru Merah (+)

    9 Glikogen 1% Biru Tetap biru (-)

    10 Laktosa 1% Biru Merah (+)

    Keterangan :

    (+) : mengandung gula pereduksi

    (-) : tidak mengandung gula pereduksi

    Hidrolisis selulosa

    NO Langkah- Langkah Perubahan pada kertas saring

    1. Setelah ditambah H2SO4 Terbentuk cicncin berwarna hitam2. Setelah diaduk Larutan berwarna kuning kecoklatan

    3. Setelah dipanaskan Warna berubah kehitaman

    4. Setelah diuji dengan reagenBenedict

    Berwarna biru muda

    Keterangan Hasil uji negatif (-)

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    21/38

    Hidrolisis amilum

    A. Reagen Iodin

    Waktu Hasil pengamatan

    1. 3 menit Kuning kehitaman

    2. 6 menit Kuning kecokelatan

    3. 9 menit Kuning

    B. Reagen benedict

    Waktu Hasil pengamatan

    1. 3 menit Hijau muda

    2. 6 menit Hijau (+)

    3. 9 menit Hijau (++)

    4. 12 menit Hijau (+++)

    Keterangan : amilum + HCl sebelum dipanaskan keruh

    Amilum + HCl setelah dipanaskan bening

    Uji osazon

    No. Nama Bahan Hail Pengamatan Gambar Keterangan

    1.Glukosa

    Setelah dipanaskan kedalam penangas

    air selasma 30 menit dan didinginkanterbentuk endapan berwarna kuning

    dan setelah diamati dengan mikroskopterbentuk adanya kristal.

    (+)

    2. FruktosaTerbentuk endapan berwarna kuningkeemasan dan ketika diamati dengan

    mikroskop terbentuk adanya kristal.

    (+)

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    22/38

    3. Galaktosa

    Terbentuk endapan berwarna kuning

    keemasan dan ketika diamati dengan

    mikroskop terbentuk adanya kristal

    (+)

    4. Laktosa

    Terbentuk endapan berwarna kuningkeemasan dan ketika diamati dengan

    mikroskop tidak terbentuk adanya

    kristal.

    (-)

    5. MaltosaTerbentuk endapan berwarna kuningdan ketika diamati dengan mikroskop

    terbentuk adanya kristal.

    (+)

    6. SukrosaTerbentuk endapan berwarna kuningkeemasan dan ketika diamati dengan

    mikroskop tidak terbentuk adanyakristal.

    (-)

    7. Arabinosa

    Terbentuk endapan berwarna kuning

    keemasan dan ketika diamati dengan

    mikroskop terbentuk adanya kristal.

    (+)

    Keterangan :

    (+) = positif mengandung karbohidrat.

    (-) = tidak mengandung karbohidrat.

    Uji Osazon = Digunakan untuk mengetahui bentuk gugus glukosa.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    23/38

    ANALISIS DATA

    Uji molisch

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang pertama adalah pada amilum.

    Dimana percobaan dilakukan dengan larutan amilum dimasukkan beberapa tetes pada tabung

    reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan asam sulfat

    pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan hasil

    percobaan larutan amilum membentuk cincin ungu kehitaman, menandakan uji positif (+)

    adanya karbohidrat pada amilum.

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang kedua adalah pada selulosa. Dimana

    percobaan dilakukan dengan kertas selulosa disobek-sobek dan dimasukkan pada tabung reaksi.

    Kemudian ditambahkan 2 cc air dan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan asamsulfat pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan hasil

    percobaan sobekan kertas selulosa membentuk warna ungu kehitaman, menandakan uji positif

    (+) adanya karbohidrat pada kertas selulosa

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang ketiga adalah pada larutan maltosa.

    Dimana percobaan dilakukan dengan larutan maltosa dimasukkan beberapa tetes pada tabung

    reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan asam sulfat

    pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan hasil

    percobaan larutan maltosa membentuk cincin ungu, menandakan uji positif (+) adanya

    karbohidrat pada larutan maltosa.

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang keempat adalah pada larutan

    sukrosa. Dimana percobaan dilakukan dengan larutan sukrosa dimasukkan beberapa tetes pada

    tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan asamsulfat pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan hasil

    percobaan larutan sukrosa membentuk warna ungu kehitaman, menandakan uji positif (+)

    adanya karbohidrat pada larutan sukrosa.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    24/38

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang kelima adalah pada larutan fruktosa.

    Dimana percobaan dilakukan dengan larutan fruktosa dimasukkan beberapa tetes pada tabung

    reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan asam sulfat

    pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan hasil

    percobaan larutan fruktosa membentuk cincin ungu, menandakan uji positif (+) adanya

    karbohidrat pada larutan fruktosa.

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang keenam adalah pada larutan

    glukosa. Dimana percobaan dilakukan dengan larutan glukosa dimasukkan beberapa tetes pada

    tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan asam

    sulfat pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan hasil

    percobaan larutan glukosa membentuk warna ungu lebih pekat dari sukrosa, menandakan uji

    positif (+) adanya karbohidrat pada larutan glukosa .

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang ketujuh adalah pada larutan

    arabinosa. Dimana percobaan dilakukan dengan larutan arabinosa dimasukkan beberapa tetes

    pada tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan

    asam sulfat pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan

    hasil percobaan larutan arabinosa memrbentuk cincin ungu bening, menandakan uji positif (+)

    adanya karbohidrat pada larutan arabinosa.

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang kedelapan adalah pada larutan

    Galaktosa . Dimana percobaan dilakukan dengan larutan Galaktosa dimasukkan beberapa tetes

    pada tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan

    asam sulfat pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan

    hasil percobaan larutan Galaktosa membentuk warna ungu lebih pekat dari arabinosa,

    menandakan uji positif (+) adanya karbohidrat pada larutan Galaktosa.

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang kesembilan adalah pada larutan

    Glikogen . Dimana percobaan dilakukan dengan larutan Glikogen dimasukkan beberapa tetes

    pada tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan

    asam sulfat pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    25/38

    hasil percobaan larutan Glikogen membentuk cincin ungu, menandakan uji positif (+) adanya

    karbohidrat pada larutan Glikogen.

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan yang kesepuluh adalah pada larutan

    Laktosa. Dimana percobaan dilakukan dengan larutan Laktosa dimasukkan beberapa tetes pada

    tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan -naftol. Setelah itu dialirkan asam

    sulfat pekat sebanyak 1 ml melalui dinding tabung reaksi secara perlahan. Dan didapatkan hasil

    percobaan larutan Laktosa membentuk warna ungu lebih pekat dari glikogen, menandakan uji

    positif (+) adanya karbohidrat pada larutan Laktosa.

    Uji Iod

    Pada percobaan ini sampel yang akan di uji diteteskan peda pelat tetes lalu di tetesi

    reagen iod yaitu larutan IKI yang didapatkan hasil yaitu maltose, fruktosa, glukosa, arabinosa,

    galaktosa dan laktosa berwarna kekuningan. Hal ini menunjukkan reaksi negative uji iod pada

    sampel. Sedangkan pada amilum dan glikogen menunjukkan reaksi positif uji iod yang

    menghasilkan perubahan warna biru kehitaman peda amilum dan berwarna merah kecoklatan

    pada glikogen.

    Pada percobaan dengan sampel amilum dilakukan beberapa perlakuan selain dengan

    meneteskan reagen iod pada sampel, juga dilakukan pemanasan yang menghasilkan perubahan

    warna dari biru kehitaman menjadi bening kekuningan hal ini menunjukkan reaksi negative uji

    iod. Setelah itu sampel pada tabung reaksi di dinginkan yang menghasilkan perubahan warna

    dari bening kekuningan menjadi biru keunguan, hal ini menujukkan adanya reaksi positif uji iod

    pada sampel. Setelah dingin sampel dalam tabung reaksi di tetesi NaOH yang menyebabkan

    perubahan warna dari biru keunguan menjadi tidak berwarna (bening), hal ini menunjukkan

    reaksi neatif uji iod pada sampel amilum.

    Uji benedict

    Pada percobaan benedict digunakan bahan uji yaitu amilum,selulosa,maltosa,sukrosa,

    fruktosa, glukosa,arabinosa,galaktosa,glikogen dan laktosa. Sedangkan reagen yang digunakan

    yaitu larutan fehling A dan larutan fehling B. Pada percobaan benedict langkah pertama yaitu

    diambil 10 ml larutan fehling A dan10 ml larutan fehling B ke dalam tabung reaksi lalu kedua

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    26/38

    larutan dikocok sehingga menghasilkan warna biru. Setelah itu ditambahkan 8 tetes larutan yang

    akan diuji. Kemudian tabung reaksi dipanaskan dalam api secara langsung selama 2-3 menit.

    Adanya perubahan warna hijau, kuning, jingga atau merah menunjukkan reaksi yang positif.

    Prinsipnya larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai

    gugus keton bebas akan membentuk Cupro Oksida (Cu2O) yang berwarna kuning sampai merah.

    Tujuan dari percobaan benedict ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gula pereduksi pada

    bahan uji.

    Pada tabung pertama yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna biru

    setelah itu ditambahkan larutan amilum sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit.

    Setelah dipanaskan, larutan benedict dan amilum tidak menghasilkan perubahan warna atau

    campuran tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa amilum tidak mengandung gula

    pereduksi. Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna

    biru setelah itu ditambahkan larutan selulosa sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit.

    Setelah dipanaskan, larutan benedict dan selulosa tidak menghasilkan perubahan warna atau

    campuran tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa selulosa tidak mengandung gula

    pereduksi.

    Pada tabung reaksi ketiga yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna biru

    setelah itu ditambahkan larutan maltosa sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit.

    Setelah dipanaskan, larutan benedict dan selulosa menghasilkan perubahan warna menjadi

    merah. Hal ini menunjukkan bahwa maltosa mengandung gula pereduksi. Pada tabung keempat

    yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna biru setelah itu ditambahkan larutan

    sukrosa sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit. Setelah dipanaskan, larutan benedict

    dan sukrosa menghasilkan perubahan warna menjadi hijau dan jingga. Hal ini menunjukkan

    bahwa sukrosa mengandung gula pereduksi.

    Pada tabung kelima yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna birusetelah itu ditambahkan larutan frukrosa sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit.

    Setelah dipanaskan, larutan benedict dan frukrosa menghasilkan perubahan warna menjadi

    merah. Hal ini menunjukkan bahwa frukrosa mengandung gula pereduksi. Pada tabung keenam

    yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna biru setelah itu ditambahkan larutan

    glukosa sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit. Setelah dipanaskan, larutan benedict

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    27/38

    dan glukosa menghasilkan perubahan warna menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa

    glukosa mengandung gula pereduksi.

    Pada tabung ketujuh yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna biru

    setelah itu ditambahkan larutan arabinosa sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit.

    Setelah dipanaskan, larutan benedict dan arabinosa menghasilkan perubahan warna menjadi

    merah. Hal ini menunjukkan bahwa arabinosa mengandung gula pereduksi. Pada tabung

    kedelapan yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna biru setelah itu

    ditambahkan larutan galaktosa sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit. Setelah

    dipanaskan, larutan benedict dan galaktosa menghasilkan perubahan warna menjadi merah. Hal

    ini menunjukkan bahwa galaktosa mengandung gula pereduksi.

    Pada tabung selanjutnya yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna biru

    setelah itu ditambahkan larutan glikogen sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit.

    Setelah dipanaskan, larutan benedict dan glikogen tidak menghasilkan perubahan warna atau

    campuran tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa glikogen tidak mengandung gula

    pereduksi. Pada tabung reaksi terakhir yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang berwarna

    biru setelah itu ditambahkan larutan laktosa sebanyak 8 tetes lalu dipanaskan selama 2-3 menit.

    Setelah dipanaskan, larutan benedict dan laktosa menghasilkan perubahan warna menjadi

    merah. Hal ini menunjukkan bahwa laktosa mengandung gula pereduksi.

    Uji osazon

    Pada percobaan ini yang pertama dilakukan adalah menyiapkan tabung reaksi sebanyak 7

    buah. Kemudian siapkan bahan uji antara lain glukosa, fruktosa, galaktosa, laktosa, maltosa,

    sukrosa, dan arabinosa. Disetiap tabung ditambahkan fenilhidrazin sebanyak 0,5 ml dan juga

    seujung natrium asetat kering. Kemudian pada masing masing tabung diisi dengan bahan uji

    sebanyak 2ml. Setelah itu dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit dan didinginkan.

    Selanjutnya setelah terbentuk endapan diamatii dengan mikroskop untuk membuktikan adannya

    kristal-kristal yang terbentuk.

    Pada tabung yang berisi bahan uji glukosa dan maltosa terbentuk endapan berwarna

    kuning, dan ketika diamati dengan mikroskop terlihat adanya kristal. Untuk bahan uji fruktosa,

    galaktosa,dan arabinosa terbentuk endapan berwarna kuning keemasan dan menunjukkan adanya

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    28/38

    kristal setelah diamati dengan mikroskop. Namun pada tabung yang berisi laktosa dan sukrosa

    terbentuk endapan berwarna kuning keemasan tetapi setelah diamati dengan mikroskop tidak

    menunjukkan adanya kristal. Uji osazon ini menunjukkan positiif mengandung karbohidrat

    apabila setelah pengamatan dengan mikroskop menunjukkan adanya kristal kristal.

    Hidrolisis selulosa

    Pada percobaan hidrolisis selulosa digunakan bahan uji yaitu potong-potongan kertas

    saring sedangkan reagen yang digunakan yaitu H2SO4pekat, air dan larutan benedict. Langkah

    pertama yaitu potong-potongan kertas saring yang dibasahi dengan air kemudian secara

    perlahan-lahan ditambahkan asam sulfat pekat dan terbentuk cincin berwarna hitam, lalu

    potongan kertas diaduk dan larutan berwarna kuning kecoklatan. Setelah itu potongan kertas

    saring dipanaskan dan terjadi perubahan warna menjadi kehitaman. Kemudian potongan kertas

    saring di uji dengan benedict terjadi perubahan warna menjadi biru muda. Hal ini menandakan

    bahwa terdapatnya kandungan karbohidrat (selulosa) pada kertas tersebut.

    Hidrolisis amilum

    Pada percobaan hidrolisis amilum yang pertama dilakukan adalah mengambil larutan

    amilum sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya, ditambahkan HCl

    pekat sebanyak 2,5 ml. Kedua campuran ini kemudian dipanaskan selama 3 menit. Setelah

    pemanasan selama 3 menit dan diuji dengan reagen iodine dihasilkan perubahan warna menjadi

    kuning kehitaman. Setelah itu dipanaskan kembali, pada pemanasan menit ke 6 terjadi perubahan

    warna kuning kecokelatan dan setelah pemanasan 9 menit menghasilkan perubahan warna

    menjadi kuning ketika diuji dengan reagen iodine.

    Setelah menunjukkan hasil negative terhadap uji iodine, larutan dipanaskan kembali.

    Setelah pemanasan selama 3 menit dan diuji dengan reagen benedict menghasilkan perubahan

    warna menjadi hijau muda, setelah pemanasan selama 6 menit menghasilkan perubahan warnamenjadi hijau (+), setelah pemanasan 9 menit menghasilkan perubahan warna menjadi hijau (++)

    lebih tua dari sebelumnya, dan setelah pemanasan 12 menit akan menghasilkan perubahan warna

    menjadi hijau (+++) yang lebih tua lagi dari sebelumnya. Dari hasil pengamatan ini dapat

    disimpulkan sementara bahwa lamanya pemanasan mempengaruhi proses hidrolisis.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    29/38

    PEMBAHASAN

    Uji molisch

    Pada percobaan uji molisch yang kami lakukan menunujukkan semua larutan uji yaitu

    Fruktosa, Glukosa, Arabinosa, Galaktosa, Laktosa, sukrosa, maltosa , amilum, selulosa, maupun

    glikogen positif mengandung karbohidrat. Hasil uji yang positif ini berdasar prinsip kerja dalam

    uji molisch yaitu apabila suatu bahan mengandung karbohidrat bahan tersebut akan membentuk

    cincin ungu karena ikatan sakaridayang ada pada karbohidrat akan mengalami dehidrasi oleh

    H2SO4pekat yang akan menghasilkan furfural dan derivat (turunan) dari karbohidrat. Furfural

    inilah yang bereaksi dengan larutan -naftol yang kemudian akan membentuk cincing berwarna

    ungu. Oleh karena itulah uji molisch akan menunjukkan uji positif jika larutan yang diuji

    membentuk cicin berwarna ungu. Uji negatif terjadi jika tidak terbentuk cincin berwarna ungu

    pada larutan uji karena tidak terjadi dehidrasi pada larutan uji oleh HSO sehingga tidak

    menghasilkan furfural dan derivat karbohidrat. Oleh karena tidak adanya furfural dan derivat

    karbohidrat yang terbentuk maka larutan alfa-naftol pun tidak akan memberikan reaksi

    terbentuknya cincin ungu.

    Uji Iod

    Pada percoban ini diperoleh hasil maltose, fruktosa, glukosa, arabinosa, galaktosa dan

    laktosa mengalami reaksi negative ujiiod karena pada prinsipnya uji iod dilakukan untuk

    mendeteksi adanya polisakarida pada sampel, sedangkan sampel tersebut bukan termasuk

    polisakarida. Maltose dan laktosa adalah disakarida. Sedngkan fruktosa, glukosa, arabinosa dan

    galaktosa adalah monosakarida.

    Pada percobaan menggunakan glikogen dan amilum didapatkan hasil reaksi positif uji iod

    yang menghasilkan perubahan warna biru kehitaman pada amilm dan merah kecoklatan pada

    glikogen. Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorbsiberwarna yang spesifik. Sehingga membuktikan adanya polisakarida pada amilum dan glikogen.

    Pada amilum yang ditetesi reagen iod kemudian dipanaskan. Pemanasn pada polisakarida

    menyebabkan kumparan kumparan pada polisakarida rusak sehingga tidak dapat bereaksi dengan

    reagen iod. Warna kekuningan yang terbentuk pada saat dipenaskan adalah warna dari reagen iod

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    30/38

    itu sendiri. Setelah dingin meka kumparan kumparan polisakarida akan menyatu kembali

    sehingga dapat bereaksi kembali dengan iod yang menghasilkan perubahan warna menjadi biru

    keunguan. Setelah ditambahkan dengan NaOH berubah menjadi bening kembali karena Na+

    bereaksi dengan iod, hal ini menyebabkan iod tidak dapat beraksi dengan amilum yang hasilnya

    sampel amilum menjadi tidak berwarna.

    Uji benedict

    Monosakarida memiliki sifat dapat mereduksi ion Cu2+

    menjadi ion Cu+

    yang ada pada larutan

    Benedict sehingga menjadi Cu2O yang terbentuk endapan. Semakin meningkatnya konsentrasi

    glukosa pada uji Benedict ini, endapan yang terjadi makin banyak. Hal ini menandakan bahwa

    makin reduksi gula mereduksi larutan benedict. Pereaksi benedict berupa larutan yang

    mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Adanya natrium karbonat dan

    natrium sitrat membuat peraksi benedit bersifat basa lemah. Larutan fehling A dan fehling B

    adalah varian dari larutan yang secara esensial sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga

    (II) yang dikompleks dalam sebuah larutan basa. Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga

    (II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Berikut

    reaksi yang berlangsung:

    O O

    RCH + Cu2+ 2OH- RCOH + Cu2O

    Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

    Reaksi positif pada percobaan ini terdapat pada terbentuknya endapan merah bata

    didalam sampel hal ini ditandai karena adanya gula pereduksi pada laktosa, glukosa dan fruktosa.

    Gula pereduksi adalah golongan gula yang memiliki kemampuan untuk mereduksi suatu

    oksidator karena gugus aldehida dan keton nya bebas berada dalam keadaan kesetimbangan pada

    rantai terbuka.

    Pada percobaan benedict digunakan bahan uji yaitu amilum, selulosa, maltosa, sukrosa,

    fruktosa, glukosa, arabinosa, galaktosa, glikogen dan laktosa. Sedangkan reagen yang digunakan

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    31/38

    yaitu larutan fehling A dan larutan fehling B. Pada percobaan ini kesepuluh tabung reaksi yang

    telah diisi larutan fehling A dan fehling B lalu ditambahkan larutan karbohidrat kemudian

    dipanaskan selama 2 sampai 3 menit. Setelah dipanaskan kesepuluh tabung reaksi ada yang

    mengalami perubahan warna dan ada yang tidak mengalami perubahan warna. Pada tabung

    reaksi pertama yang berisi larutan fehling A dan B yang ditambahkan larutan amilum setelah

    dipanaskan tidak mengalami perubahan warna atau campuran tetap berwarna biru. Hal ini

    menunjukkan bahwa amilum tidak mengandung gula pereduksi karena gula pereduksi hanya

    terdapat pada monosakarida sedangkan amilum merupakan polisakarida. Amilum apabila di

    hidrolisis akan menghasilkan banyak monosakarida. Pada amilum atau pati, sekalipun terdapat

    glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun konsentrasinya sangatlah kecil,

    sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh penglihatan.

    Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang ditambahkan

    larutan selulosa setelah dipanaskan tidak mengalami perubahan warna seperti pada amilum. Hal

    ini menunjukkan bahwa selulosa tidak mengandung gula pereduksi. Selulosa merupakan

    polisakarida seperti halnya amilum, selulosa adalah salah satu komponen utama dari

    lignoselulosa yang terdiri dari unit monomer D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-glikosidik.

    Selulosa cenderung membentuk mikrofibril melalui ikatan inter dan intra molekuler sehingga

    memberikan struktur yang larut. Mikrofibril selulosa terdiri dari 2 tipe, yaitu kristalin dan amorf.

    Pada tabung reaksi ketiga yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang ditambahkan

    larutan maltosa setelah dipanaskan menghasilkan perubahan warna dari biru menjadi merah. Hal

    ini menunjukkan bahwa maltosa mengandung gula pereduksi. Warna merah bata yang terbentuk

    disebabkan oleh maltosa memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat mereduksi ion-ion

    tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan benedict (larutan fehling A dan fehling B) menjadi

    Cu2O yang berwarna merah bata.

    Berikut reaksi yang berlangsung:

    O O

    RCH + Cu2+2OH- RCOH + Cu2O

    Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    32/38

    Pada tabung reaksi keempat yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang

    ditambahkan larutan sukrosa setelah dipanaskan menghasilkan perubahan warna dari biru

    menjadi 2 lapisan yaitu hijau dan jingga. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa mengandung gula

    pereduksi. Seperti halnya maltosa, perubahan warna dari biru menjadi 2 lapisan yaitu hijau dan

    jingga, hal ini disebabkan oleh maltosa yang memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat

    mereduksi ion-ion tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan benedict (larutan fehling A dan B)

    menjadi Cu2O yang berwarna kuning sampai merah.

    Pada tabung reaksi kelima sampai kedelapan yang berisi larutan fehling A dan fehling B

    yang ditambahkan larutan fruktosa(tabung 5), glukosa(tabung 6), arabinosa (tabung 7) dan

    galaktosa (tabung 8), setelah dipanaskan menghasilkan perubahan warna dari biru menjadi

    merah. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa,glukosa,arabinosa,dan galaktosa positif

    mengandung gula pereduksi. Seperti halnya pada maltosa dan sukrosa , perubahan warna dari

    biru menjadi merah disebabkan oleh monosakarida yang memiliki gugus aldehid yang bebas

    sehingga dapat mereduksi ion-ion tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan benedict (larutan

    fehling A dan B) menjadi Cu2O yang berwarna merah.

    Pada tabung reaksi kesembilan yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang

    ditambahkan larutan glikogen setelah dipanaskan tidak mengalami perubahan warna seperti pada

    amilum dan selulosa. Hal ini menunjukkan bahwa glikogen tidak mengandung gula pereduksi.

    glikogen merupakan polisakarida seperti halnya amilum dan selulosa,

    Pada tabung reaksi terakhir yang berisi larutan fehling A dan fehling B yang ditambahkan

    larutan laktosa setelah dipanaskan menghasilkan perubahan warna dari biru menjadi merah. Hal

    ini menunjukkan bahwa laktosa mengandung gula pereduksi. Warna merah bata yang terbentuk

    disebabkan oleh laktosa memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat mereduksi ion-ion

    tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan benedict (larutan fehling A dan fehling B) menjadi

    Cu2O yang berwarna merah bata. Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosadan D-glukosa, karena itu laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi

    antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh

    karenanya molekul laktosa mempunyai sifat mereduksi gugusOH glikosidik.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    33/38

    Uji osazon

    Pada pembahasan kali ini adalah membahas mengenai uji osazon. Pembentukan osazon

    merupakan cara yang berguna untuk membentuk kristal-kristal derivat gula. Senyawa ini

    mempunyai susunan kristal, titik leleh dan waktu presipitasi yang khas dan sangat bermanfaat

    untuk identifikasi gula. Osazon diperoleh dengan menambahkan campuran fenilhidrazin

    hidroklorida dan natrium astetat kedalam larutan gula dan dipanaskan dalam penangas air yang

    mendidih. Tahap reaksi pembentukan aldosazon sedikit berbeda dengan tahap reaksi

    pembentukan ketoazon. Tiap jenis karbohidrat mempunyai bentuk kristal osazon yang spesifik

    dan juga titik cair yang kecepatan pembentukan yang berbeda. (Vaidya, 1994).

    Reaksi ini hanya menyangkut karbon karbonil (yaitu gugus aldehid atau keton) dan karbon yang

    berdekatan.

    Reaksi pembentukan osazon yang terlihat pada glukosa dan fruktosa adalah sebagai berikut :

    Aldosa + fenilhidrazin fenilhidrazon

    Fenilhidrazon + 2 fenilhidrazin Osazon + aniline + NH3 + H2O

    Dari dua bahan uji tersebut yaitu glukosa dan fruktosa menunjukkan bahwa adanya

    endapan kristal. Masing-masing karbohidrat memiliki bentuk dan warna endapan yang berbeda-

    beda. Pada glukosa endapan yang terbentiuk berwarna kuning, namun pada fruktosa warna

    endapan yang terbentuk adalah kuning keemasan. Begitu juga pada galaktosa, maltosa dan juga

    arabinosa. Endapan yang terbentuk pada galaktosa dan arabinosa adalah kuning keemasan dan

    maltosa berwarna kuning. Setelah diamati dengan mikroskop menunjukan adanya kristal-kristal.

    Kristal yang terlihat ada yang berbentuk garis-garis halus, ada yang seperti garis-garis putus yang

    didepan garis putus itu ada benjolan dan ada juga garis-garis yang bertumpuk-tumpuk. Laktosa

    dan sukrosa membentuk aldoazon karena memiliki gugus aldosa.

    Sukrosa sendiri merupakan molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu molekul

    glukosa dan satu molekul fruktosa. Laktosa dan fruktosa setelah diamati dengan mikroskop

    ternyata tidak menunjukkan adanya kristal-kristal.

    Dari hasil percobaan dapat dinyatakan bahwa uji osazon digunakan untuk

    mengidentifikasi monosakarida, disakarida, dan sebagian polisakarida. Karbohidrat ini

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    34/38

    mempunyai penampang yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan masing-masing bahan memiliki

    rantai hidrokarbon yang berbeda beda pula, ada yang rantai hidrokarbonnya lurus dan ada pula

    yamg bercabang.

    Hidrolisis selulosa

    Pada percobaan hidrolisis selulosa yang telah kami lakukan prinsipnya adalah selulosa

    yang merupakan polisakarida akan dihidrolisis atau dipecah menjadi monosakarida. Pertama-

    tama yaitu kertas saring yang dilarutkan dalam air bertujuan untuk membentuk selulosa yang

    kemudian ditambah dengan H2SO4 menghasilkan cincin berwarna hitam, menunjukkan bahwa

    selulosa mulai terhidrolisis oleh asam. H2SO4 akan mengdehidrasi senyawa yang ada dalam

    karbohidrat menghasilkan furfural (monosakarida) dan derivat karbohidrat. Kemudian ketika

    diaduk larutan uji akan berubah warna menjadi kuning kecoklatan, hal ini dikarenakan ikatan

    antara H2SO4 dengan ikatan 1-4 glikosidik akan terlepas sehingga warnanya akan berubah

    menjadi kuning kecoklatan. Setelah dipanaskan menghasilkan warna kehitaman pada laruran uji.

    Hal ini menunjukkan bahwa ikatan dalam selulosa mulai terlepas akibat adanya proses

    pemanasan yang akan mempercepat proses hidrolisis. Pengujian menggunakan regaen benedict

    bertujuan untuk mengetahui bahwa hidrolisis atau pemecahan selulosa berhasil yaitu

    menghasilkan senyawa monosakarida dengan berdasarkan reduksi Cu2+

    menjadi Cu+oleh gugus

    aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan

    hijau, merah, orange atau merahbata serta adanya endapan. Namun hasil percobaan yang kami

    peroleh adalah negtif, kesalahan yang terjadi mungkin dikeranakan kurang lamanya proses

    pemanasan yang kami lakukan sehingga proses hidrolisis selulosa kurang sempurna. Oleh karena

    itu, ketika ditetesi dengan reagen benedict larutan uji tidak akan memberikan perubahan warna

    yang tepat.

    Hidrolisis amilum

    Pada percobaan ini digunakan amilum sebagai bahan uji. Mula-mula amilum ditambah

    dengan HCl. Kedua campuran ini berwarna putih keruh. Kemudian kedua campuran tersebut

    dipanaskan selama 3 menit pertama, dan di uji dengan iodine menghasilkan perubahan warna

    yang berbeda. Pengujian setelah pemanasan 3 menit menghasilkan perubahan warna menjadi

    kuning kehitaman. Hal ini menujukkan bahwa pada pemanasan 3 menit amilum belum banyak

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6115802929292284421http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6115802929292284421
  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    35/38

    terhidrolisis sehingga menghasilkan warna kuning kehitaman. Pada 3 menit berikutnya yakni

    setelah pemanasan 6 menit menghasilkan warna kuning kecokelatan. Perubahan warna yang

    terjadi ini menunjukkan amilum mulai terhidrolisis sehingga kandungan amilum mulai berkurang

    dan menghasilkan uji negative terhadap reagen Iodin. Setelah pemanasan selama 9 menit

    menghasilkan perubahan warna menjadi kuning. Hal ini menandakan bahwa amilum telah

    terhidrolisis sempurna sehingga menghasilkan uji negative terhadap reagen iodine.

    Setelah menghasilkan uji negative terhadap iodine, campuran amilum dengan HCl

    tersebut dipanaskan kembali selama 3 menit dan diuji dengan reagen benedict. Pada perlakuan

    tersebut diperoleh perubahan warna menjadi hijau muda. Sedangkan setelah pemanasan 6 menit

    dihasilkan perubahan warna menjadi hijau (+) , setelah pemanasan 9 menit perubahan warna

    yang terjadi menjadi hijau yg lebih tua dari sebelumnya (++), dan setelah pemanasan 12 menit

    menghasilkan perubahan warna menjadi hijau yang lebih tua lagi (+++). Dapat dilihat perubahan

    warna yang terjadi pada setiap waktu adalah berbeda. Semakin lama pemanasan, warna yang

    dihasilkan semakin gelap. Hal ini menunjukkan semakin lama pemanasan, amilum yang

    terhidrolisis menjadi monosakarida (glukosa) semakin banyak. Warna hijau yang dihasilkan

    menunjukkan bahwa amilum telah terhidrolisis menjadi glukosa sehingga positif terhadap uji

    benedict. Selain itu larutan amilum dan HCl yang awalnya putih keruh berubah menjadi jernih

    setelah pemanasan, hal ini juga menunjukkan hidrolisis sempurna amilum menjadi monosakarida

    (glukosa) telah terjadi.

    Pada percobaan amilum ditambah HCl dan dipanaskan ini , terjadi proses hidrolisis

    sebagai berikut :

    Amilum amilodekstrin eritrodekstrin akroodekstrin maltose glukosa

    (+iod) (+iod) (+iod) (+iod) (- iod) (- iod)

    Keterangan : (+iod) positif iodine

    (- iod) negatif iodine

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    36/38

    Pada praktikum ini, HCl berfungsi sebagai asam yang akan menghidrolisis amilum.

    Kemudian dipanaskan bertujuan untuk memecah molekul menjadi lebih kecil sehingga mudah

    dihidrolisis. Pemecahan atau hidrolisis dari amilum akan menghasilkan disakarida dan akhirnya

    menjadi menjadi molekul monosakarida selanjutnya oleh ragi glukosa dapat diubah menjadi

    alcohol.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    37/38

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan identifikasi karbohidrat dan

    kandungannya dapat dilakukan dengan uji iodine, uji molisch, uji osazon, uji benedict, hidrolisis

    selulosa, dan hidrolisis amilum.

    Berdasarkan uji molisch yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa amilum,selulosa,

    maltose,sukrosa,fruktosa,glukosa,arabinosa,galaktosa,glikogen dan laktosa positif terhadap uji

    molish sehingga semua bahan uji tersebut merupakan karbohidrat.

    Berdasarkan uji iodine yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa amilum dan

    glikogen positif terhadap uji iodine sehingga kedua bahan uji tersebut merupakan polisakarida.

    Berdasarkan uji osazon yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    maltosa,fruktosa,glukosa,arabinosa, dan galaktosa positif terhadap uji osazon sehingga bahan uji

    tersebut dapat membentuk kristal dengan karakteristik masing-masing.

    Berdasarkan uji benedict yang telah dilakukan dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    maltose,sukrosa,fruktosa,glukosa,arabinosa,galaktosa, dan laktosa positif terhadap uji benedict

    sehingga semua bahan uji tersebut merupakan gula pereduksi.

    Berdasarkan uji hidrolisis selulosa yang telah dilakukan dilakukan dapat disimpulkan

    bahwa selulosa dalam potong-potongan kertas saring dapat dihidrolisis menjadi monosakarida

    (glukosa) sehingga seharusnya menghasilkan uji positif terhadap benedict.

    Berdasarkan uji hidrolisis amilum yang telah dilakukan dilakukan dapat disimpulkan

    bahwa amilum dapat di hidrolisis dengan asam pekat (HCl) menjadi monosakarida sehingga

    menghasilkan uji positif terhadap benedict dan lamanya pemanasan juga mempengaruhi proses

    hidrolisis.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Biokimia Kh

    38/38

    DAFTAR PUSTAKA

    Hala, Yusminah dan hartono. 2011. Penuntun Biokimia Umum. Makassar: Jurusan Biologi

    FMIPA UNM.

    Harper, et al. 1979. Biokimia Harper. Jakarta : EGC

    Hart,Harold.1983.Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

    Hermanto, S.2012.Petunjuk Praktikum Biokimia 1. Jakarta : UIN Syahid.

    Kuchel, Philip. 2006.Biokimia. Jakarta: Erlangga

    Lehninger.1982.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta : Erlangga

    McGilvery&Goldstein. 1996.Biokimia : Suatu Pendekatan Fungsional. Surabaya : Airlangga

    University Press

    Murray, Robert. 1999.Biokimia Harper. Jakarta: EGC

    Poedjiadi, Anna. 1994.Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

    Yazid, Estien. 2006.Penuntun Praktikum Biokimia Yogyakarta: Andi Yogyakarta.