[1]laporan praktikum biokimia keperawatan

21
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEPERAWATAN HIDROLISIS AMILUM OLEH ENZIM AMILASE Kelompok III Herry Setiawan I1B108227 Ema Norsantri I1B108205 Ifa Hafifah I1B108214 Fatimatuzzahrah I1B108216 Melissa Effendie I1B108217 Nurullah Azmy I1B108220 Devi M. Siagian I1B108224 Fitri Shoufia I1B108226 Winda Anggraini I1B108231 Husnul Khatimah I1B108233 Raudhatul Jannah I1B108234

Upload: riiena-arinda

Post on 09-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEPERAWATAN

HIDROLISIS AMILUM OLEH ENZIM AMILASE

Kelompok III

Herry Setiawan I1B108227

Ema Norsantri I1B108205

Ifa Hafifah I1B108214

Fatimatuzzahrah I1B108216

Melissa Effendie I1B108217

Nurullah Azmy I1B108220

Devi M. Siagian I1B108224

Fitri Shoufia I1B108226

Winda Anggraini I1B108231

Husnul Khatimah I1B108233

Raudhatul Jannah I1B108234

Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat

BANJARBARU

Maret, 2009

Page 2: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

JUDUL PRAKTIKUM :

“ Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase “

TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut :

A. Tujuan Umum :

1. Memahami tujuan pencernaan makanan.

2. Memahami proses penceraan makanan di mulut.

3. Memahami proses absorpsi bahan makanan.

B. Tujuan Khusus :

1. Menyebutkan kandungan dan fungsi fisiologis saliva.

2. Menjelaskan proses pencernaan dan proses penyerapan/absorpsi bahan-

bahan makanan oleh mulut.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat Praktikum

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Peralatan gelas

2. Pipet tetes

3. Plat tetes

4. Waterbath

5. Pipet Ukur 5 ml dan 10 ml

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Saliva

2. NaCl 1%

3. NaOH 0,2 n

4. KH2PO4

5. CaCl 2 %

6. HCl 0,4 %

7. Methilen Blue 0,2 %

8. Asetaldehida 1 %

9. Pepsin 0,5 %

10. Benedict

Page 3: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

11. Larutan Iodine 0,02 N

12. Klorofenol Merah

13. Pati 1 %

14. Fehling

C. Cara Praktikum

1. Pengumpulan Saliva

- Cucilah mulut dengan berkumur untuk menghilangkan keasaman,

buanglah air kumuran ini. Ulangi sekali lagi dengan 10-15 ml aquadest

selama 2 menit, kumpulkan dalam gelas piala bersih.

- Ini adalah larutan saliva (air hangat suhu 380-400 C dapat digunakan ). Air

kran pada suhu kamar tidak memberikan hasil yang memuaskan. Adalah

menguntungkan penambahan 2 ml larutan Buffer Phosfat ( pH 6,7 ) dan 1

ml NaCl 1 %.

2. Pencernaan Amilum

Ke dalam tabung reaksi masukkan 5 ml larutan amilum 1 %. Tambahkan 5

ml larutan saliva di atas, campur dengan baik. Teteskan 2 tetes larutan iodine

0,02 N. Kemudian kerjakan sebagai berikut : teteskan 2 tetes larutan campuran

amilum dan saliva pada plat tetes. Amati yang terjadi. Ulangi percobaan tiap

30 detik hingga warna larutan iodine tidak berubah. Titik ini disebut

”achromic point”. Waktu yang diperlukan untuk mencapai titik ini disebut

”chromic periode”. Setelah di capai achromic point, lakukan uji fehling dan

barfoed dengan menggunakan sisa larutan. Amati yang terjadi. achromic point

pada umumnya diperoleh dalam waktu 5 menit, waktu ini akan lebih lama

apabila larutan salivanya lemah. Dekstrin dan glikogen mengikuti cara yang

sama selama pencernaan oleh saliva.

3. Uji Benedict

Masukkan 2,5 ml larutan benedict ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4

tetes larutan yang akan diperiksa. Campur dan didihkan selama 2 menit atau

masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit, dinginkan. Amati

yang terjadi.

Page 4: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Sesuai hasil praktikum yang kami lakukan didapatkan :

Tabel 1. Pencernaan Amilum

Amilum + saliva

Yang telah diinkubasi 10

menit

(setiap 2 tetes)

Perlakuan Hasil

0 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

1 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

1 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

2 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

2 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

3 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

3 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

4 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

4 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

5 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

5 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

6 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

6 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

7 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

7 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

8 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

8 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

9 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

9 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

10 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

10 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

Page 5: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

11 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

11 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

12 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

12 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

13 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

13 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

14 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

14 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

15 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

15 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

16 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

16 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

17 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

17 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

18 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

18 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

19 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

19 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

20 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

20 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

21 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

21 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

22 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

22 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

23 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

23 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

24 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

24 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

25 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

25 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

Page 6: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

26 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

26 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

27 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

27 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

28 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

28 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

29 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

29 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

30 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua

30 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar

31 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar

31 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar

32 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar

32 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru tua memudar

33 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru muda

33 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru muda

34 Menit Diberikan 2 tetes iodine Biru muda

34 Menit 30 Detik Diberikan 2 tetes iodine Biru sangat muda

35 Menit Diberikan 2 tetes iodineTidak berubah

(kuning)

Tabel 2. Uji Benedict

Amilum + saliva

(Masing-masing 2,5

ml)

Perlakuan Hasil

Dalam 1 tabung,

warna biru cerahDididihkan selama 2 menit

Warna larutan pada

tabung setelah

dipanaskan tidak berubah

(tetap biru cerah) dan

terdapat sedikit endapan.

Page 7: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

B. Pembahasan

Sebagian besar bahan makanan dikonsumsi dalam bentuk yang tidak

segera dapat digunakan oleh organisme karena bahan makanan tersebut tidak bisa

diserap dari dalam saluran cerna sebelum terlebih dahulu dipecah menjadi

molekul-molekul yang lebih kecil. Proses pengurain bahan makanan yang terjadi

secara alami menjadi bentuk yang bisa diasimilasi merupakan proses pencernaan

(digesti). [1]

Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagaibiokatalis dalam sel

hidup. Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah (1) dapat meningkatkan

produk beribu kali lebih tinggi; (2) bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu

yang relatif rendah; dan (3) bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu.

Enzim telah banyak digunakan dalam bidang industri pangan, farmasi dan industri

kimia lainnya. Dalam bidang pangan misalnya amilase, glukosa-isomerase,

papain, dan bromelin, sedangkan dalam bidang kesehatan contohnya amilase,

lipase, dan protease. Enzim dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan

mikroorganisme.[2]

Saliva berperan penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan jaringan

rongga mulut melelui beberapa cara :

1. Aliran saliva membantu membuang bakteri patogen dan sisa-sisa metabolik

yang memberi dukungan bagi bakteri tersebut.

2. Saliva mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri misalnya

ion SCN- dan beberapa enzim proteolitik. Saliva mengandung antibodi (Ig

A).[2]

Proses pencernaan makanan diselenggarakan dengan bantuan enzim

pencernaan dan kelenjar pencernaan yang menghasilkan sekret tertentu untuk

mempermudah pencernaan dan dapat diserap tubuh. Berdasarkan hal diatas maka

praktikum ini dilakukan analisa kualitatif pada saliva dan empedu dimana

keduanya mempunyai peran dalam proses pencernaan.

Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis dan

sublingualis, selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil.[3]

Page 8: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

Kandungan saliva secara umum adalah air (99,5%), ion-ion organik

(Ca2+, K+, HCO3-. SCN-, I-), amilase salivarius dan enzim lipase lingual, serta

immunoglobulin A. Nilai ph saliva biasanya berkisar 6,8, dan bisa bervariasi

antara kedua sisi netralis tersebut. Sekresi sehari-hari normal saliva berklisar

antara 800 ml dan 1500 ml.[4]

Amilase pada saliva mampu melakukan hidrolisis amilum dan glikogen

menjadi maltosa, walaupun demekian makna enzim ini tidak begitu penting

karena waktu kontaknya dengan makanan begitu singkat. Amilase salivarius dapat

dihilangkan keaktifannya pada ph 4,0 atau kurang, sehingga kerja enzim ini untuk

mencerna makanan dalam mulut segera terhenti di dalam suasana lambung yang

asam. Sedangkan enzim lipase lingual pada manusia tidak mempunyai arti yang

penting.[4]

Taraf amylase adalah 355 u per liter dan lipase meningkat 79.6 u per liter.

Kandung kemih taraf creatinine adalah 3.36 mg per mililiter (297 ìmol per liter)

dan amylase kandung kemih tingkat 4258 u per liter. Pemeriksaan rasio amylase

dihitung kira-kira 3.6, satu nilai meyakini tidak pasti dengan buat-buatan dengan

akut pancreatitis tapi hal itu tidak mengesampingkan kemungkinan dengan

pancreatitis memanas.[5]

Enzim secara umum merupakan protein. Enzim tersebut bekerja untuk

mempercepat metabolisme di dalam organisme. Apabila terjadi kerusakan pada

struktur enzim maka metabolisme dapat terganggu yang selanjutnya dapat

menimbulkan penyakit. Dengan demikian enzim dapat digunakan untuk

memantau penyakit maupun kecenderungan genetik terhadap keadaan penyakit.

[6]

Sebagian besar reaksi-reaksi biologis tergantung pada biokatalisator.

Enzim merupakan biokatalisator yang merupakan suatu persenyawaan protein

yang dihasilkan oleh sel-sel hidup. Kerja enzim sama dengan katalisator tetapi

enzim sangat dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya (environment) . Karena

enzim suatu protein , jadi merupakan suatu amfolit sehingga kerjanya tergantung

ph larutan sekitarnya.[7]

Page 9: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati atau tururnannya.

Senyawa ini terdapat pada hewan dan tumbuhan .amilase dapat dibagi dalam tiga

golongan yaitu: [7]

1. Amilase yang dapat memecah pati secara acak dari tengah atau dari bagian

dalam molekulnya karenanya disebut endoamilase

2. Amilase yang menghidrolisis unit gula dari ujung pati karenanya disebut

eksoamilase

3. Glukoamilase yang dapat memisah glukosa dari terminal gula

nonpereduksi substrat pati.

Di alam terdapat 2 macam amilase yakni -amilase dan -amilase. Untuk

-amilase biasnya terdapat pada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan -

amilase ditemukan pada bakteri dan getah-getah cairan yang dikeluarkan manusia

(saliva, darah, urin).[8]

Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva yang terdiri

dari enzim ptialin (suatu amilase) yang disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim

ini menghidrolisis tepung menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil

lainnya yang mengandung 3-9 molekul glukosa seperti maltrotiosa dan limit

dekstrin yang merupakan titik cabang molekul tepung .[9]

Tahapan hidrolisis amilum dapat dilukiskan sebagai berikut: [10]

Amilum

Maltosa Amilodekstrin (dengan I2 berwarna ungu )

Maltosa Eritrodekstrin (dengan I2 berwarna merah)

Maltosa Akrodekstrin (dengan I2 tidak berrwarna)

Dekstrin sederhana

Maltosa

Page 10: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

Glukosa

Amilase tinggi tepung maizena diperoleh dari satu keanekaragaman

spesifik dari jagung yang kaya pada kanji resisten yang jenis 2, satu klasifikasi

berlandaskan struktur dan konformasi dari molekul kanji orang pribumi. Ketika

ini dimakan 50 sampai 70 persen dari kanji bukan dicerna pada usus halus. Pada

manusia sehat, tinggi amylose maizena kanji adalah ragi dan dikonversi ke asam

yang mengandung lemak rangkai pendek pada kolon.[11]

Enzim amilase menghidrolisis amilum menghasilkan satuan-satuan

maltosa sampai sebanyak kira-kira 60-70% dari total amilum serta sisanya

sebagai dekstrin.[10]

Amilosa merupakan polimer berantai panjang (tidak bercabang). Tetapi

berbentuk spiral.molekulnya terbentuk dari sejumlah 300-400 satuan glukosa

(monomer) dengan ikatan glikosidik (1,4) .enzim amilase dapat menghidrolilsis

sampai habis dengan produk akhir berupa maltosa, enzim ini mempunyai

kemampuan khusus dalam memutus rantai polisakarida pada ikatan glikosidik

(1,4) berselang satu (sehingga menghasilkan maltosa).[12]

Enzim amilase berfungsi memecah amilum menjadi sakarida yang

sederhana,di dalam tubuh dihasilkan oleh saliva dan pancreas. Enzim amilase

yang dihasilkan di pankreas menghidrolisis amilum menjadi glukosa sedangkan

enzim amilase yang ada di saliva hanya menghidrolisis amilum sampai menjadi

maltosa.

Enzim amilase pada saliva memiliki pH daerah optimum yaitu 6,7. Enzim

dapat bekerja dengan pada pH normal yaitu 5-9, dan akan mengalami denaturasi

bila bekerja melewati pH normal sehingga aktivitas katalistik hilang.

Pada praktikum ini digunakan larutan amilum yang dicampur dengan

saliva, dan ditambah dengan 2 tetes iodium untuk mendapat perubahan warna dari

biru menjadi tidak berwarna.

Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan iodium

karena larutan ini menampakkan perubahan warna (biru) dan bekerja spesifik

Page 11: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

pada substrat. Perubahan warna tersebut disebabkan karena adanya proses

adsorbsi molekul iodium yang masuk ke dalam aliran spiral amilosa .

Setelah beberapa lama, warna kembali bening seperti semula. Hal ini

disebabkan karena amilum akan dipecah oleh enzim amilase sehingga kehilangan

daya adsorbsi terhadap iodium.

Mencampurkan amilum dan iodium kedalam saliva harus bersamaan

untuk menghindari amilum terhidrolisis lebih dahulu oleh enzim amilase sehingga

bila terlambat ditetesi iodium akan tidak memberikan perubahan warna biru.

Sesuai hasil praktikum yang kami lakukan didapatkan ada kesalahan

teknis dalam praktikum sehingga campuran saliva dan amilum setelah diberi 2

tetes iodine mengalami perubahan warna sampai mencapai waktu 34 menit 30

detik. Dalam percobaan, hasil yang didapatkan setelah 30 detik pertama campuran

amilum dan saliva setelah ditambahkan 2 tetes iodine berwarna biru tua. Setelah

30 menit kemudian warna menjadi pudar dan pada 35 menit terakhir warnanya

tidak mengalami perubahan (terjadi achromic point). Perubahan warna baru

(achromic point) terjadi pada menit ke-35. Padahal achromic point pada umumnya

diperoleh dalam waktu 5 menit. Kesalahan teknisnya antara lain:

Amilum yang teroksidasi

Iodine yang teroksidasi (karena iodine terlalu lama diletakkan di plat tetes)

Kebersihan peralatan yang kurang

Kurang ketelitian dalam pengukuran

Larutan saliva milik probandus lemah

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa hasil yang diperoleh dari percobaan mengalami perbedaan

dengan teori. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari luar atau faktor

kereaktifan dari enzim. Faktor kereaktifan dari enzim bisa berubah atau menurun

akibat kelalaian dari praktikan atau pengaruh yang dilakukan oleh praktikan.

Page 12: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

Dalam hal ini faktor saliva juga amat menentukan hasil. Saliva yang baik

digunakan adalah saliva pada orang yang berpuasa

B. Saran

Pada dasarnya praktikum yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik

apabila praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan tersebut.

Page 13: [1]Laporan Praktikum Biokimia Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

1) Anonymous. 2008. Buku Ajar Biokimia Kedokteran. Banjarbaru : Bagian

Biokimia Kedokteran Fk Unlam.

2) Azmi, Johni. Penentuan Kondisi Optimum Aspergillus oryzae untuk

Isolasi enzim Amilase pada Medium Pati Biji Nangka (Arthocarphus

heterophilus Lmk). Jurnal Biogenesis. 2(2):55-58, 2006.

3) Murray, etc All. 1999. Biokimia Harper. Jakarta : Egc.

4) Suhartono, Eko. Buku Ajar Kimia Kedokteran I. Bagian Kimia Kedokteran

Fk-Unlam, Banjarbaru. 2003

5) Fernández-del Castillo, Carlos F. et al. Case 27-2003: A 36-Year-Old Man

with Recurrent Epigastric Pain and Elevated Amylase Levels. N Engl J Med

349;9 893.

6) Sukmariah Dan Kamianti. Kimia Kedokteran I. Binarupa Aksara, Jakarta.

1990

7) Winarno, F.G. Enzim Dan Pangan. Gramedia. Jakarta. 1983.

8) Suhartono, Eko. Modul Praktikum Kimia Kedokteran I. Bagian Kimia

Kedokteran Fk-Unlam, Banjarbaru. 2003

9) Guyton, Arthur C Dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9 .

Egc.Jakarta.1997

10) Suwandi, M. Kimia Organik. Fkui, Jakarta. 1989

11) Ramakrishna, B. S. Amylase-Resistant Starch Plus Oral Rehydration Solution

For Cholera. N Engl J Med 2000;342:308-13

12) Staf Pengajar Biokimia Keperawatan. 2009. Modul Praktikum Biokimia

Keperawatan Edisi I. Banjarbaru : Bagian Biokimia Kedokteran Fk Unlam.

Banjarbaru, 25 Maret 2009

Ketua Kelompok Dosen Praktikum

Herry Setiawan Drs. Eko Suhartono, M. Si.

NIM. I1B108227 NIP 132064912