laporan penelitian new

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling utama dan pertama pada bayi baru lahir. ASI juga merupakan makanan yang terbaik bagi bayi baru lahir. ASI memiliki efek yang positif bagi bayi baru lahir dari segi gizi (kolostrum yang mengandung IgA, whei-casein, DNA dan asam amino dengan komposisi yang tepat), segi imunologik (pada ASI terdapat IgA, laktoferin, lisosim, BALT, GALT, MALT, serta faktor bifidus), segi psikologis (menimbulkan interaksi kasih sayang antara ibu dan anak), segi intelektual, segi neurologis (koordinasi saraf bayi saat bayi menghisap ASI), segi ekonomis, dan segi KB alami (Ong dkk, 2005). Antibodi, enzim, dan hormon yang terdapat dalam ASI membuat ASI dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas serta berperan dalam perkembangan saraf dan pertumbuhan (Hoddinott, 2008). ASI diketahui dapat melindungi bayi terhadap sindrom kematian secara mendadak (Ong dkk, 2005). ASI juga menghindarkan anak-anak dari obesitas. Hal ini bisa dlihat melalui prevalensi obesitas yang lebih tinggi pada kelompok anak yang tidak mendapat ASI eksklusif (4,5%) bila dibandingkan dengan kelompok anak yang mendapat ASI eksklusif (pada anak yang mendapat ASI eksklusif dua bulan saja sebesar 3,8%, pada anak yang mendapat ASI eksklusif 1

Upload: uvarani

Post on 26-Sep-2015

240 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan Penilitian

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling utama dan pertama pada bayi baru lahir. ASI juga merupakan makanan yang terbaik bagi bayi baru lahir. ASI memiliki efek yang positif bagi bayi baru lahir dari segi gizi (kolostrum yang mengandung IgA, whei-casein, DNA dan asam amino dengan komposisi yang tepat), segi imunologik (pada ASI terdapat IgA, laktoferin, lisosim, BALT, GALT, MALT, serta faktor bifidus), segi psikologis (menimbulkan interaksi kasih sayang antara ibu dan anak), segi intelektual, segi neurologis (koordinasi saraf bayi saat bayi menghisap ASI), segi ekonomis, dan segi KB alami (Ong dkk, 2005).

Antibodi, enzim, dan hormon yang terdapat dalam ASI membuat ASI dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas serta berperan dalam perkembangan saraf dan pertumbuhan (Hoddinott, 2008). ASI diketahui dapat melindungi bayi terhadap sindrom kematian secara mendadak (Ong dkk, 2005). ASI juga menghindarkan anak-anak dari obesitas. Hal ini bisa dlihat melalui prevalensi obesitas yang lebih tinggi pada kelompok anak yang tidak mendapat ASI eksklusif (4,5%) bila dibandingkan dengan kelompok anak yang mendapat ASI eksklusif (pada anak yang mendapat ASI eksklusif dua bulan saja sebesar 3,8%, pada anak yang mendapat ASI eksklusif selama 3 5 bulan sebesar 2,3%, sebesar 1,7% pada anak-anak yang mendapat ASI eksklusif selama 6 12 bulan, serta 0,8% pada anak-anak yang mendapat ASI eksklusif selama lebih dari 12 bulan) (Kries dkk, 2005). Hal inilah yang membuat ASI berbeda dengan susu formula, dimana susu formula hanya makanan saja.

Berdasarkan fakta-fakta yang disebutkan di atas, diketahui bahwa ASI ekslusif sangatlah penting. Hal ini yang mendasari bahwa Indonesia mentargetkan prevalensi ASI eksklusif sebesar 80%. Kenyataan yang terjadi di lapangan target ini belum dapat dicapai sampai saat ini, bahkan berdasarkan survei di Indonesia tentang ASI eksklusif ditemukan tren yang menurun dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari turunnya prevalensi ASI eksklusif yang didapatkan melalui survei selama sepuluh tahun, yakni dari tahun 1997 2007. Pada tahun 1997 didapatkan sebesar 40,2% dan penelitian berikutnya tahun 2003 didapatkan prevalensi sebesar 39,5%. Pada penelitian terakhir tahun 2007 ditemukan bahwa prevalensi ASI eksklusif turun menjadi 32% (Fikawati, 2010).

Fikawati menemukan berbagai alasan kegagalan ASI eksklusif, diantaranya adalah budaya memberikan makanan pralaktal, ASI tidak keluar, anak atau ibu sakit, ibu yang bekerja, dan ibu ingin mencoba susu formula (Fikawati, 2010). Dari hal ini ada faktor-faktor yang terlibat dalam kegagalan ASI eksklusif. Faktor-faktor ini bisa merupakan faktor eksternal (faktor yang bisa dimodifikasi) dan faktor biologis (faktor internal). Faktor eksternal meliputi: tempat persalinan, petugas penolong persalinan, sosial-ekonomi, dan pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI. Faktor biologis meliputi: produksi ASI yang kurang, bayi sulit menghisap, dan putting susu tidak menunjang.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan puskesmas Mengwi I di wilayah kerjanya didapatkan prevalensi ASI eksklusif sebesar 48,85%. Prevalensi ini lebih rendah daripada target ASI eksklusif di Indonesia, bahkan lebih rendah juga daripada target ASI eksklusif puskesmas (100%). Salah satu manfaat ASI adalah sebagai imunitas, aki tidak tercapainya ASI eksklusif di Puskesmas Mengwi I berdampak tingginya persentase penyakit infeksi pada balita terhadap keseluruhan kasus penyakit pada balita berdasarkan pencatatan oleh Puskesmas Mengwi periode Juni - November 2012 (71,3%). Desa Mengwi termasuk dalam wilayah kerja puskesmas dan dari data yang ada tahun 2012 sampai tahun 2013 terdapat 90 kasus ( kegagalan ASI eksklusif di desa ini dari 131 ibu balita yang ada di Desa Mengwi. Oleh karena itu penting untuk diadakan penelitian mengenai Karakteristik Ibu dan Distribusi Faktor Eksternal Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik ibu dan distribusi faktor eksternal kegagalan pemberian ASI eksklusif di Desa Mengwi, Kabupaten Badung, Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui karakteristik ibu dan distribusi faktor eksternal kegagalan pemberian ASI eksklusif di Desa Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.

1.3.2 Tujuan khusus

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.

Untuk mengetahui distribusi tempat melahirkan sebagai faktor eksternal kegagalan ASI eksklusif di Desa Mengwi Kabupaten Badung, Bali.

Untuk mengetahui distribusi petugas penolong saat persalinan sebagai faktor eksternal kegagalan ASI eksklusif di Desa Mengwi Kabupaten Badung, Bali.

Untuk mengetahui distribusi faktor sosio-ekonomi sebagai faktor eksternal kegagalan ASI eksklusif di Desa Mengwi Kabupaten Badung, Bali.

Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif sebagai faktor eksternal kegagalan ASI eksklusif di Desa Mengwi Kabupaten Badung, Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang karakteristik ibu dan distribusi faktor eksternal kegagalan pemberian ASI eksklusif di Desa Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, sehingga dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program puskesmas, khususnya dalam program Kesehatan Ibu Anak (KIA).

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandungan ASI (Air Susu Ibu)

ASI ekslusif adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0 6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi/aspek gizi (kolostrum yang mengandung IgA, whei-casein, DHA dan AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik (selain IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan 3 jenis leukosit yaitu BALT, GALT, MALT serta faktor bifidus) (Firmansyah, 2012),

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak dengan volume mencapai 150-300 ml/24 jam. Kolostrum disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi dan memiliki komposisi yang berubah dari hari ke hari. Kolostrum berupa cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dari ASI matur.

Kolostrum memiliki beberapa fungsi diantaranya: merupakan suatu laxative yang ideal untuk membersihkan meconium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya dan mencegah terjadinya jaundice. Protein yang terkandung dalam kolostrum utamanya adalah globulin, berbeda dengan ASI matur yang didominasi oleh kasein sehingga memberikan daya perlindungan terhadap infeksi.

Kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah disbanding ASI matur dengan total energi mencapai 59 kalori/100 ml kolostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi pada colostrum disbanding ASI matur, kadar vitamin A yang lebih tinggi membantu mencegah terjadinya penyakit mata. Karakteristk lain kolostrum diantaranya dapat menggumpal bila dipanaskan, pH alkalis dan lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol disbanding ASI matur. Pada kolostrum juga terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein dalam usus bayi menjadi kurang sempurna sehingga kada antibody pada bayi dapat meningkat (Siregar, 2004).

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi serta volume semakin meningkat (Siregar, 2004).

3. Air Susu Matur

ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat bahwa ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi.

Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflavin dan karoten. Tidak menggumpal bila dipanaskan dan memiliki volume: 300 850 ml/24 jam. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus, cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T), enzim (lysozime, lactoperoxidese), protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein), Faktor resisten terhadap staphylococcus, komplemen ( C3 dan C4) (Siregar, 2004).

Kandungan ASI berbeda dengan kandungan air susu sapi dan kambing. ASI mengandung lebih banyak laktosa dan mengandung lebih sedikit protein dan lemak jika dibandingkan sengan susu sapi dan kambing.. ASI memiiki kandungan kasein 35% dan protein anti-infeksi. Jika dibandingkan dengan susu sapi yang kandungan kaseinnya mencapai 80%, ASI lebiih mudah dicerna oleh seorang bayi. ASI memiliki lipase dan asam lemak esensial yang tidak ada pada susu sapi. Kansungan zat besi pada ASI mencapai 50-70g/100ml. Pada kadar zat besi yang sama pada susu sapi, tingkat absorpsi zat besi ASI adalah 50% dan susu sapi hanya 10% (Soetjiningsih, 1995).

Tabel 1. Rekomendasi Nutrisi untuk Bayi Berumur Kurang dari 1 Tahun dan Kandungan Biokimia ASI (Del Ciampo, 2008)

Sumber: Del Ciampo, Del Luiz. 2008. Breastfeeding and infant growth. Contemporary Pediatrics. www.intechopen.com.

2.2 Fungsi ASI (Air Susu Ibu)

Bayi memiliki metabolism yang intens dan pertumbuhan yang pesat dalam 2 tahun kehidupan pertamanya, oleh karena itu bayi memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi. 30% energi digunakan hanya untuk tumbuh pada 4 bulan pertama, terjadi pengurangan 5% kebutuhan pada akhir tahun pertama kehidupan dan 2% saat berusia 3 tahun. Saat lahir, otak bertanggungjawab atas 65% dari basal metabolic rate dan berkurang 50% pada akhir tahun pertama kehidupan (Del Ciampo, 2008).

Ketika berada dalam kandungan, kebutuhan nutrisi immunologis dan endokrin disediakan oleh sistem maternal. Ketika bayi dilahirkan dari lingkungan yang steril, hangat dan protektif kebutuhan akan cairan, nutrisi, suhu badan maternal dan lingkungan yang steril tidak dapat terpenuhi. Masa transisi ini dipenuhi oleh keadaan yang mengancam bayi yang baru lahir.

ASI merupakan nutrisi yang sempurna karena mencegah terjangkitnya berbagai macam infeksi. Ibu yang terinfeksi akan membentuk antibodi untuk disalurkan ke dalam sekresi ASInya. Sel darah putih yang membentuk antibodi terhadap infeksi akan mengalir di sekitar jaringan payudara dan membentuk antibodi disana.

Aspek psikologik ASI diantaranya: interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu, ibu lebih terpuaskan secara emosional, bayi lebih jarang menangis, perhatian kepada bayi lebih meningkat dan kejadian kekerasan terhadap bayi dapat ditekan. Aspek manfaat ASI untuk kecerdasan dibuktikan dalam beberapa studi dimana anak yang mendapat ASI memiliki performa intelegensia yang lehih tinggi dibandingkan yang tidak, aspek neurologik (aktivitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi karena melatih rooting reflex, sucking reflex dan swallowing reflex pada bayi) (Soetjiningsih, 1995) (Firmansyah, 2012)..

Aspek penundaan kehamilan (metode amenorea laktasi) dimana terjadi reflek prolaktin. Prolaktin akan disekresikan setelah feeding untuk memperisapkan feeding berikutnya, Impuls sensoris di payudara ibu karena hisapan bayi menangsang aktivasi axis prolactin. Prolaktin diproduksi lebih banyak saat malam hari dan berperan dalam proses penekanan ovulasi. Selain itu saat menyusui akan terjadi reflek oksitosin yang bekerja sebelum atau selama feeding untung mebuat air susu mengalir.

Reflek oksitosin membuat ibu percaya diri dan menumbuhkan rasa saying dengan melihat dan mendengar suara bayi sehingga menghilangkan, khawatir, stres, nyeri dan keraguan. Dari aspek ekonomik, pemberian ASI dapat menghemat biaya dibandingkan dengan pembelian susu formula. serta Selain Aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak (sudden infant death syndrome/SIDS) (Soetjiningsih, 1995) (Edmond, 2006) (Firmansyah, 2012).

Pengaruh dari pemberian ASI eksklusif terhadap morbiditas dan mortalitas pada bayi telah banyak diungkapkan pada studi observasional pada tahun 1960 dan 1970. Studi menunjukkan glikan pada air susu manusia termasuk oligosakarida dalam bentuk bebas dan terkonjugasi merupakan mekanisme imun alami yang dapat menjelaskan bagaimana bayi yang mendapat ASI ekslusif terlindung dari penyakit diare.

Sebagai tambahan, ASI mengurangi paparan terhadap makanan dan minuman yang terkontaminasi dan berperan dalam penyediaan nutrisi yang adekuat. Resiko kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI lebih rendah jikan dibandingkan dengan metode pemberian makan lain pada bayi. Resiko diare pada pemberiaan ASI hanya 1%, pada pemberian ASI disertai cairan tambahan 3,2%, pada pemberian ASI ditambah dengan supplmen makanan resiko kejadian diare 13,3% dan pada payi yang tidak mendapat ASI kejadian diare mencapai 17,3% (Soetjiningsih, 1995) (Firmansyah, 2012).

Walaupun fakta telah menunjukkan ASI berkontribusi memberi dampak positif terhadap ketahanan bayi, praktek pemberian ASI terutama di Negara berkembang masih sangat rendah. Banyak studi mendukung rekomendasi WHO dengan memberi ASI ekslusif kepada bayi pada 6 bulan pertama kehidupan sebagai intervensi terhadap ketahanan bayi.

Kerugian yang dapat terjadi bila bayi diberikan makanan selain ASI diantaranya: dapat mengganggu ikatan ibu dan anak, kejadian diare persisten dan infeksi pernafasan lebih sering, terjadinya malnutrisi vitamin A, mortalitas lebih tinggi, kehamilan dapat terjadi lebih dini, alergi, intoleransi susu, penyakit kronis, dan overweight lebih mungkin terjadi, Skor intelegensia bayi tanpa ASI lebih rendah, dan pada ibu akan terjadi peningkatan resiko anemia, kanker ovarium dan kanker payudara (Soetjiningsih, 1995) (Firmansyah, 2012).

2.3 Faktor Penyebab Tidak Tercapainya ASI Eksklusif

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diiringi dengan pengenalan terhadap makanan tambahan secara bertahap pada tahun pertama dan kedua kehidupan bayi. Rekomendasi ini sering terabaikan, prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berusia kurang dari 4 bulan masih di bawah 40% pada sebagian besar Negara. Karena alasan ini, banyak negara menciptakan program untuk promosi ASI eksklusif. ASI hendaknya diinisiasi tidak lebih dari satu jam pasca melahirkan (Cattaneo et al, 2001) (Firmansyah, 2012).

Penelitian oleh Ong, et al (2005). pada wanita menyusui di Singapura mengungkapkan bahwa status pekerjaan tidak berpengaruh terhadap inisiasi menyusui akan tetapi dipengaruhi oleh durasi pekerjaan. 31% ibu yang tidak bekerja menyusui hingga 6 bulan jika dibandingkan dengan ibu yang bekerja yang hanya 20%. Ibu yang bekerja lebih cenderung berhenti menyusui pada bulan ke-2 sampai ke-4 daripada yang tidak terkait dengan pekerjaannya.

Penelitian dari Persard dan Mensinger, 2008 mengungkapkan beberapa faktor yang terkait dengan menyusui diantaranya: Perilaku menyusui yang positif, pendapatan rumahtangga yang lebih besar, memiliki keluarga dan orang terdekat yang mendukung aktivitas menyusi, kehadiran saat kelas menyusui dan pendidikan yang lebih tinggi.

Penulis lain mengungkapkan bahwa ada dua faktor penyebab gagalnya ASI eksklusif. Faktor-faktor ini bisa merupakan faktor eksternal (faktor yang bisa dimodifikasi) dan faktor biologis (faktor internal). Faktor eksternal meliputi: tempat persalinan, petugas penolong persalinan, sosial-ekonomi, dan pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI. Faktor biologis meliputi: produksi ASI yang kurang, bayi sulit menghisap, dan puting susu tidak menunjang (Anonim).

Dalam faktor sosio-ekonomi terdapat pendapatan yang dapat mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif secara tidak langsung. Pendapatan yang tidak mencukupi biasanya berpengaruh terhadap kurangnya asupan nutrisi untuk ibu yang menyusui. Diketahui ada kemungkinan kuantitas dan kualitas ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu saat menyusui, Jika ibu makan makanan dengan gizi yang adekuat maka kuantitas dan kualitas ASI juga akan baik. Biasanya ibu yang kurang gizi akan memiliki ASI yang tidak adekuat dalam kandungan protein dan mineralnya, meskipun kandungan laktoferin dan sIgA tetap memadai. (Permaesih et al, 2009)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kegagalan ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut meliputi: tempat persalinan, petugas penolong. Sosio-ekonomi, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI.

Tempat Persalinan

Penolong Persalinan

Sosio-ekonomi

Kegagalan ASI Eksklusif

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Alur Penelitian

Gambar 2. Alur Penelitian

BAB 4METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian diadakan di Desa Mengwi Kabupaten Badung, Bali pada tanggal 15 Maret 2013 25 Maret 2013

4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi deskriprif cross-sectional.

4.3 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami kegagalan ASI eksklusif di Desa Mengwi Kabupaten Badung, Bali

4.4Besar dan Cara Pengambilan Sampel

4.4.1 Besar sampel

Untuk menentukan besar sampel dalam mengolah data dengan cara deskriptif kategorik digunakan syarat besar sampel pada penelitian deskriptif kategorik, yakni:

N =

N: Jumlah yang diperlukan

Z: 1,96 pada confidence level 95%

P: Proporsi di populasi 51,15%

Q: (1 P) 48,85%

d: deviasi yang ditetapkan = 0.15

N =

N = 42,66 orang

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel minimal yang diperlukan sebesar 43 orang dan jumlah sampel ini telah dikonfirmasi dengan salah satu syarat besar sampel pada penelitian deskriptif kategorik P x N > 5. Dengan demikian sampel minimal sebesar 43 orang boleh digunakan. Namun, peneliti menetapkan besar sampel pada penelitian ini sebesar 50 orang.

4.4.2 Cara Pengambilan Sampel

Sampel dipilih dengan metode simple random sampling. Dari data yang ada dan telah dicatat oleh puskesmas Mengwi I tentang pemberian ASI eksklusif di Desa Mengwi dipilih 50 sampel secara acak berdasarkan nama-nama ibu yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif.

4.5 Responden penelitian

Ibu yang terpilih sebagai sampel diwawancarai mengenai tempat ibu melakukan persalinan, petugas yang membantu saat persalinan, sosio-ekonomi, dan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

4.6 Variabel Penelitian

1. Tempat persalinan

2. Petugas penolong persalinan

3. Sosio-ekonomi

4. Pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI

4.7 Definisi operasional variabel

1. Tempat melahirkan

Variabel tempat melahirkan dibagi menjadi dua kelompok, yakni: Rumah Sakit pemerintah, Rumah Sakit swasta, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan tempat lain.

2. Petugas penolong persalinan

Petugas penolong persalinan dibagi menjadi empat kategori, yaitu: dokter atau dokter spesialis kandungan, bidan, dukun beranak, dan lainnya.

3. Sosio-ekonomi

Faktor sosio-ekonomi ibu dilihat dari beberapa aspek, seperti: pekerjaan ibu dan pendapatan perkapita keluarga.

Pendapatan perkapita keluarga didapatkan melalui pendapatan rata-rata setiap bulannya dikalikan dengan 12 kemudian dibagi jumlah anggota keluarga yang satu dapur dengan ibu. Pendapatan perkapita keluarga yang didapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: lebih kecil dari median pendapatan perkapita keluarga dan lebih besar dari sama dengan median pendapatan perkapita keluarga. Penentuan median pendapatan perkapita keluarga dibuat berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis deskripitif untuk nilai mediannya.

4. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dinilai melalui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang ASI yang diberikan kepada ibu. Terdapat 16 poin jawaban yang harus dijawab oleh ibu. Melalui jawaban-jawaban yang ada, ditentukan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI, yang dibagi menjadi tiga: tingkat pengetahuan baik, sedang, dan kurang. Jika bisa menjawab 75% jawaban yang telah ditentukan peneliti maka kategori tingkat pengetahuan ibu tentang ASI baik. Jika bisa menjawab 65 74% jawaban yang telah ditentukan peneliti maka kategori tingkat pengetahuan ibu tentang ASI sedang. Jika hanya bisa menjawab < 65%, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI tergolong kurang.

4.8 Cara dan alat pengumpulan data

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif, seperti: tempat persalinan, petugas penolong, sosio-ekonomi, dan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

4.9 Analisa Data

Data yang terkumpul akan diolah dengan bantuan perangkat lunak SPSS for Windows 17.0 dan data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif.

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Umum responden

Subjek dalam penelitian ini adalah para ibu-ibu balita yang telah gagal dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Mengwi dan telah terpilih berdasarkan sistem randomisasi. Seluruh subjek menyetujui secara sukarela untuk terlibat penelitian dengan memberikan persetujuan informed consent secara oral. Jumlah sampel minimal yang diperlukan dalam peneltian ini adalah 43 orang.

Pada proses randomisasi ditetapkan sampel sebanyak 50 orang. Dari 50 orang sampel yang diteliti didapatkan data tentang pekerjaan ibu balita, usia ibu balita, usia balita saat ini, tempat ibu melakukan persalinan, penolong persalinan saat itu, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga yang satu dapur, jumlah anggota keluarga satu dapur yang bekerja, pendapatan keluarga rata-rata setiap bulannya, indikator pengetahuan ASI, alas an ibu tidak memberikan ASI eksklusif, bulan saat ibu gagal memberikan ASI eksklusif, dan riwayat konseling tentang ASI. Usia rata-rata sampel yang termasuk dalam penelitian adalah 29,64 tahun. Usia balita dari ibu-ibu yang termasuk dalam sampel rata-ratanya adalah 12,26 bulan.

Tingkat pendidikan ibu dibagi menjadi tiga kategori. Pendidikan rendah meliputi tidak sekolah dan SD. Pendidikan sedang meliputi SMP dan SMA. Pendidikan tinggi meliputi diploma I, diploma II, diploma III, dan sarjana. Ibu dengan tingkat pendidikan rendah berjumlah lima orang (10%). Ibu dengan tingkat pendidikan sedang berjumlah 32 orang (64%). Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi berjumlah 13 orang (26%)

Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik Subjek

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Tingkat Pendidikan

Rendah

5

10

Sedang

32

64

Tinggi

13

26

5.2 Distribusi Tempat Persalinan Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Ibu-ibu yang gagal ASI eksklusif sebanyak 40 orang (80%) melakukan persalinan di rumah sakit. Ibu yang melakukan persalinan di rumah sakit swasta berjumlah 23 orang (57,5%), sedangkan ibu yang melakukan persalinan di rumah sakit pemerintah berjumlah 17 orang (42,5%). Sebanyak empat orang (8%) melakukan persalinan puskesmas. Ibu yang melakukan persalinan di pustu berjumlah empat orang (8%). Sebanyak dua orang (4%) melakukan persalinan di praktek bidan swasta.

Tabel 3. Distribusi Tempat Persalinan Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Karakteristik Subjek

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Tempat Persalinan

Rumah Sakit

40

80

Rumah sakit swasta

23

57,5

Rumah sakit pemerintah

17

42,5

Puskesmas

4

8

Pustu

4

8

Praktek bidan swasta

2

4

5.3 Distribusi Petugas Penolong Persalinan dari Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Sebanyak 34 orang (68%), proses persalinannya dibantu oleh dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis kandungan. Ibu-ibu yang proses persalinannya dibantu oleh bidan sebanyak 16 orang (32%).

Tabel 4. Distribusi Petugas Penolong Persalinan Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Karakteristik Subjek

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Penolong Persalinan

Dokter

34

68

Bidan

16

32

5.4 Distribusi Pekerjaan Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Terdapat lima pekerjaan utama yang dimiliki oleh subjek penelitian. Subjek penelitian dengan pekerjaan ibu rumah tangga berjumlah 28 orang (56%). Subjek dengan pekerjaan pegawai swasta berjumlah 11 orang (22%). Yang bekerja sebagai pegawai swasta ada 8 orang (16%). Yang bekerja sebagai guru berjumlah dua orang (4%), sedangkan yang bekerja sebagai perawat berjumlah satu orang (2%).

Tabel 5. Distribusi Pekerjaan Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Karakteristik Subjek

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Pekerjaan

Ibu rumah tangga

28

56

Pegawai swasta

11

22

Wiraswasta

8

16

Guru

2

4

Perawat

1

2

5.5 Distribusi Tingkat Pendapatan Perkapita (Keluarga) Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Berdasarkan data yang telah diperoleh didapatkan median pendapatan perkapita keluarga sebesar Rp. 4.800.000,00. Pada penelitian ini didapatkan 27 orang (54%) ibu dengan pendapatan perkapita keluarga median pendapatan perkapita keluarga pada subjek penelitian. 23 orang (46%) ibu dengan pendapatan perkapita keluarga < median pendapatan perkapita subjek penelitian.

Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendapatan Perkapita Keluarga dari Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Karakteristik Subjek

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Median Pendapatan Perkapita Subjek Penelitian

27

54

< Median Pendapatan Perkapita Subjek Penelitian

23

46

5.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang ASI pada Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Dari penelitian ini didapatkan satu orang (2%) ibu dengan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI baik. Satu orang (2%) ibu dengan tingkat pengetahuan tentang ASI sedang. Ibu dengan tingkat pengetahuan ASI yang kurang berjumlah 48 orang (96%).

Tabel 7. Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang ASI dari Ibu-Ibu yang Gagal ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Karakteristik Subjek

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Tingkat Pengetahuan tentang ASI

Baik

1

2

Sedang

1

2

Kurang

48

96

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Distribusi Faktor Eksternal Penyebab Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Mengwi

Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 23 orang (57,5%) ibu melakukan persalinan di rumah sakit swasta. Berdasarkan hal ini, yang mendasari kegagalan ASI eksklusif adalah karena adanya paket susu formula yang diberikan setelah ibu menjalani proses persalinan. Fenomena ini dinyatakan oleh ibu-ibu yang melakukan persalinan di rumah sakit swasta, bahwa dia diberi susu formula setelah persalinan untuk diberikan kepada bayi.

Hampir sebagian besar ibu yang gagal ASI eksklusif (68%) proses persalinannya dibantu oleh dokter umum ataupun dokter spesialis. Hal yang kemungkinan berkontribusi terhadap kegagalan ASI eksklusif adalah kurangnya edukasi dan konseling dari dokter yang membantu persalinan ibu-ibu tersebut mengenai pentingnya ASI.

Pekerjaan yang memiliki distribusi terbanyak pada ibu-ibu yang gagal ASI eksklusif di Desa Mengwi adalah ibu rumah tangga, dengan jumlah 28 orang (56%). Hal yang mendasari kegagalan pemberian ASI eksklusif mungkin adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan manfaatnya sehingga mereka menganggap bahwa ASI eksklusif tidak terlalu penting untuk dilakukan. Kemungkinan lainnya adalah karena ibu-ibu ini terlalu sibuk mengurus pekerjaan rumahnya atau mungkin ada beberapa ibu menjalankan double role (selain ibu rumah tangga juga terlibat aktif di kegiatan-kegiatan masyarakat). Kemungkinan yang ketiga yang menjadi penyebab adalah budaya memberikan makanan padat setelah bayi berusia tiga bulan.

Pada penelitian ini didapatkan 27 orang (54%) ibu dengan pendapatan perkapita keluarga median pendapatan perkapita keluarga pada subjek penelitian. Kegagalan pemberian ASI eksklusif dalam hal tingkat pendapatan adalah kecenderungan untuk memberikan makanan tambahan selain ASI ataupun susu formula pada keadaan ekonomi yang baik. Hal ini juga berkaitan dengan persepsi masyarakat jika ASI saja tidak cukup untuk diberikan pada balita yang berusia lebih dari tiga bulan.

Dalam hal tingkat pengetahuan tentang ASI ditemukan bahwa 96% subjek penelitian memiliki tingkat pengetahuan tentang ASI yang kurang. Sehingga mungkin hal ini berdampak malasnya mereka dalam memberikan ASI eksklusif karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pentingnya ASI eksklusif. Rendahnya pengetahuan tentang ASI ini di kalangan ibu-ibu balita di Desa Mengwi kemungkinan disebabkan karena kurangnya efektifitas metode penyuluhan tentang ASI eksklusif dan manfaat ASI oleh puskesmas, posyandu, ataupun pustu.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Kelemahan penelitian ini adalah deviasi dalam penelitian ini yang mencapai 15%. Kelemahan lainnya adalah uji coba untuk kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini hanya dilakukan sekali saja dan tidak dikajinya paritas pada ibu-ibu yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Mengwi.

BAB VII

PENUTUP

7.1 Simpulan

Dari penelitian tentang gambaran distribusi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan TUK ASI eksklusif di Desa Mengwi Kabupaten Badung, Bali dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang terbanyak pada ibu-ibu yang gagal ASI eksklusif di Desa Mengwi adalah ibu rumah tangga. Rumah sakit swasta merupakan tempat persalinan yang paling banyak dipilih oleh ibu-ibu balita, sedangkan penolong persalinan terbanyak yang menolong persalinan ibu-ibu balita adalah dokter (baik dokter umum maupun dokter spesialis kandungan).

7.2 Saran

Diperlukan edukasi tentang ASI eksklusif dan tentang pentingnya ASI serta kolostrum dengan metode yang sesuai sehingga edukasi yang dilakukan kepada ibu-ibu menyusui efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan pengetahuan pentingnya ASI eksklusif. Selain itu, diperlukan konsultasi yang efektif untuk mencarikan solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif di Desa Mengwi. Diperlukan edukasi terhadap para penolong persalinan agar memberikan informasi yang adekuat tentang ASI eksklusif dan manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adriano C, Giulio B, Giorgio S, 2001. Breastfeeding by objectives. European Journal of Public Health. 2001;11:397 401.

Anonim. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan ASI Eksklusif. Dalam: http://kti-skripsi-kebidanan.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan_5145.html?m=1.

Del Ciampo, Del Luiz. Breastfeeding and infant growth. Contemporary Pediatrics. www.intechopen.com. 2008. Akses: 8 Maret 2012.

Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S, Kirkwood BR. Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal mortality. Journal of Pediatrics. 2006;117(3): e380 386.

Fikawati S, Syafiq A. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini. Makara, Kesehatan. 2010;14(1):17 24.

Hoddinott P, Tappin D, Wright C. Breast Feeding. British Medical Journal. 2008;336:881 887.

Malini D. Persad Janell L. Mensinger. Maternal Breastfeeding Attitudes: Association with Breastfeeding Intent and Socio-demographics Among Urban Primiparas. Journal of Community Health. 2008;33:5360.

Nurhuda F, Mahmudah. Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif, Di Kabupaten Tuban. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 2012;1(1): 62 71.

Permaesih D, Hardinsyah, Setiawan B, Tanumihardjo SA. Kadar sIgA dan Lactoferrin Air Susu Ibu. Gizi Indonesia. 2009;32(1):1 9.

Ong G, Yap M, Ling Li F, Bee Choo T. Impact of working status on breastfeeding in Singapore. Evidence from the National Breastfeeding Survey 2001. European Journal of Public Health. 2005;15(4):424 430.

Von Kries R, Koletzko B, Sauerweld T, von Mutius E, et al. Breast Feeding and Obesity: Cross Sectional Study. British Medical Journal. 1999;319:147 150.

Siregar A. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. USU Digital Library. 2004. Akses: 8 Maret 2012

Soetjinngsih. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. 1999.

21