laporan pendahuluan.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
“ASMA BRONKIAL”
Disusun Oleh :
Armita Agustiningtyas Rahayu
201210461011001
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHAATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
November 2012
LP ASMA BRONKIAL
A.Definisi
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon
secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik
secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American
Thoracic Society).
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif
yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini
menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus.
B. Fisiologi
Trakea
Menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan
Bronkus kanan
Percabangan
Bronkus
Bronkus kiri
Percabangan
Alveoli
Paru-paru
Saluran bronkus yang masih sehat terkena
Sel NK mengeluarkan sitokin sebagai respon adanya
Saluran bronkus
Mukus >>
Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan nafas
Sesak nafas
Tekanan O2
alveoli
O2 dalam darah menurun
Kerja nafas meningkat
Penurunan rasa nyaman
Masukan oral menurun
C.Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik : Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya
yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya:
makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Contohnya perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Stress
Pemenuhan kebutuhan O2
terganggu
Pemenuhan kebutuhan
nutrisi terganggu
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada.
Lingkungan kerja
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti
Respiratory syncitial, parainfluensa, dsb.
Obat-obatan seperti beta blocker, salisilat, kodein, dsb.
Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap
rokok, semprot nyamuk, parfum, asap industri, dsb.
D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk
bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui,
seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Asma Intermiten
Gejala kurang dari 1x/minggu
Asimtomatik
Gejala malam kurang dari 2 kali dalam sebulan
Nilai APE dan VEP1 > 80% dari nilai prediksi, variabilitas
< 20%
Obat yang dipakai agonis beta 2 hirup, bila berat dapat
ditambahkan kortikosteroid oral.
2. Asma Mild persistan
Gejala lebih dari 1x/minggu tapi kurang dari 1x/hari
Serangan dapat menganggu Aktivitas dan tidur
Gejala malam lebih dari 2 kali dalam sebulan
Nilai APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas
20-30%
Obat yang dipakai setiap hari kortikosteroid hirup dan
teofilin lepas lambat, agonisbeta 2 bila perlu
3. Moderate persistan
Gejala setiap hari
Serangan 2 kali/seminggu, bisa berahari-hari
Menggunakan obat setiap hari
Aktivitas & tidur terganggu
Gejala malam lebih 1 kali dalam seminggu
Nilai APE atau VEP1 antara 60-80% nilai prediksi,
variabilitas > 30%
Obat yang dipakai setiap hari kortikosteroid hirup +
LABA (Long Acting Beta Agonist)
4. Severe persistan
Gejala Kontinyu serta sering serangan
Aktivitas terbatas
Gejala malam sering serangan
Nilai APE atau VEP1 < 60% nilai prediksi, variabilitas
>30%
Obat yang dipakai seriap hari obat pencegahan;
kortikosteroid + (LABA dosis tinggi)
E.Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan
tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan
penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk
dengan menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas,
mengi (whezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada
yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat,
gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent
chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachikardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan asma
seringkali terjadi pada malam hari.
F.Patofisiologi
Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah,
penderita lebih nyaman dalam posisi duduk.
2. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
3. Paru :
Spasme otot bronkus
Sumbatan mukus
Edema mukosa bronkus
Inflamasi dinding bronkus
Obstruksi sal. Nafas (bronchospasme
Penurunan kapasitas vital
Hipoksemia
MK: Ganggua
n pertukar
Asidosis
Penyempitan alveoli dan
Penyempitan jalan nafas
MK: Ketidakefektifan
pola nafas
Peningkatan kerja pernafasan
Peningkatan kebutuhan
oksigen
Retensi CO2
Hiperventilasi
Kadar CO2 dalam darah meningkat yang memberi rangsangan
Penurunan masukan oral
Asidosis
metabolik
MK: Ketidakseimban
gan nutrisi: kurang dari
Hiperventilasi
Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil
Keluarnya sekret ke dalam lumen bronkus
Sesak nafas
Tekanan partial
oksigen di alveoli
menurun
Oksigen pada
peredaran darah
menurun
Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma
terdorong ke bawah.
Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi
memanjang.
Perkusi : hipersonor
Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel
cetakan) dari cabangbronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum,
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang
tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi
dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau
asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT
dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di
atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya
suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi
peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
2.Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.
Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi
pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di
hilus akan
bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka
gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran
infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks,
dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk
gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama
serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan
dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu
:
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi
right axis deviasi dan clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus
tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi
segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari
bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversible, cara yang paling cepat dan sederhana untuk
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan
dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan
obstruksi.
I. Penatalaksaan Umum
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:
Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
Mengenal dan menghindari faktro-faktor yang dapat
mencetuskan serangan asma.
Edukasi kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter
atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Postural drainase dan Fisiotherapy dada
Beri O2
2. Pengobatan Farmakologi
a. Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan :
Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam
bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang
berupa semprotan: MDI (Metered Dose Inhaler). Ada
juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau
cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma
serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk
selanjutnya dihirup.
Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /
aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan
disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh
darah. Karena sering merangsang lambung bentuk
tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah
makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang
cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
Supositoria ini digunakan jika penderita karena
sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya
muntah atau lambungnya kering).
b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat
pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan
bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya
baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
c. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg
/ hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberikan
secara oral.
J. Pohon masalah penyakit
Pencetus: Alerge
n Olahra
ga
Imun respon menjadi
aktif
Pelepaasan mediator humoral Histamin
e SRS-A Serotoni
n
Bronkospasme
Edema mukosa
Sekresi meningkat
Inflamasi
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan yang lalu:
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/
faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
Aktivitas
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit
bernapas.
Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Tidur dalam posisi duduk tinggi.
Pernapasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang
ditempat tidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya:
meninggikan bahu, melebarkan hidung.
Adanya bunyi napas whezing (mengi).
Adanya batuk berulang.
Sirkulasi
Penghambat kortikosteroi
d
Adanya peningkatan tekanan darah.
Adanya peningkatan frekuensi jantung.
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/
sianosis.
Kemerahan atau berkeringat.
Integritas ego
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
Asupan nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernapasan.
Penurunan berat badan karena anoreksia.
Hubungan sosal
Keterbatasan mobilitas fisik.
Susah bicara atau bicara terbata-bata.
Adanya ketergantungan pada orang lain.
Seksualitas
Penurunan libido
2. Diagnosa Keperawatan
1)Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi.
2)Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran
alveolar-kapiler.
3)Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebuutuhan
tubuh b.d faktor biologis (asma bronkial)
4) Intervensi
N
o
Tgl/
Jam
NOC NIC TT
D
1 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 1x24
jam status
pernafasan: jalan
nafas paten dengan
kriteia hasil sbb:
N
o
NOC Sco
re
1 RR dbn. 5
2 Irama
nafas
dbn.
5
3 Jalan
nafas
bebas
dari
sputum
4
4 Tidak
ada
suara
nafas
tambaha
n
4
Manajemen jalan nafas:
1. Auskultasi bunyi nafas,
catat adanya bunyi nafas
tambahan.
2. Monitor pernafasan dan
status oksigenasi
3. Instruksikan pasien
untuk melakukan batuk
efektif.
4. Posisikan pasien dengan
tepat; posisi untuk
mengurangi dispnea.
5. kaji derajat dispnea,
ansietas, distress
pernafasan, penggunaan
obat bantu, batuk.
6. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
balance cairan.
7. Pertahankan polusi
lingkungan minimum,
contoh: debu, asap dll.
8. Kolaborasi: Berikan
obat sesuai dengan
indikasi bronkodilator.
2 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
jam status
pernafasan: ventilasi
adekuat dengan
kriteria hasil sebagai
Monitor pernafasan:
1. Monitor, kecepatan,
irma, kedalaman dan
usaha nafas.
2. Kaji secara rutin kulit
dan membrane mukosa.
berikut:
N
o
NOC Sco
re
1 Kemuda
han
bernafas
5
2 Ekspansi
dada
simetris
4
3 Tidak
ada
dispnea
saat
istirahat
4
4 Tidak
ada
dispnea
saat
aktivitas
4
3. Palpasi fremitus
4. Kaji tanda vital
5. Kolaborasi: Berikan
oksigen tambahan
sesuai dengan indikasi.
3 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
jam status nutrisi:
intake makanan dan
cairan terpenuhi
dengan kriteria hasil:
N
o
NOC Sco
re
1 Intake
makanan
oral
5
2 Intake 5
Terapi nutrisi:
1. Kaji kebiasaaan diet.
2. Monitor intake makanan
dan cairan setiap hari.
3. Lakukan pehrawatan
mulut sebelum makan.
4. Kolaborasi: Berikan
oksigen tambahan
selama makan sesuai
indikasi.
Monitor nutrisi:
cairan 1. Monitor berat badan.
2. Monitor, lever energi,
kelemahan, dan
kelemahan
LP OKSIGENASI
A.Definisi
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai
intervensi medis, yang dapat untuk berbagai tujuan di kedua
perawatan pasien kronis dan akut. Oksigen sangat penting
untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi
jaringan sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.
B. Tujuan
1. Mengatasi kedaan hipoksemia.
2. Menurunkan kerja nafas dan kerja miokard
C.Indikasi terapi oksigen
Indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :
1. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas
darah
2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh
berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui
peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya
kerja otot-otot tambahan pernafasan
3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung
berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui
peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
D. Macam-macam terapi
a. Terapi oksigenasi
1.Nasal kanula
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
O2 secara kontinu dengan aliran 1 – 6 L/menit dengan
konsentrasi 24% - 44%.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari
44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat
mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm,
mengiritasi selaput lendir.
2. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang
seling 5 – 8 L/menit dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter
atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat
ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran
rendah.
3. Rebreathing mask
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi
yaitu 65–90% dengan aliran 8 – 12 L/menit
Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika
aliran lebih rendahdapat menyebabkan penumpukan
CO2, kantong O2 bisa terlipat
4. Non Rebreathing mask
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi
O2 mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 L/menit dimana
udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%,
tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.
b. Nafas dalam
Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas
pernafasan abdominal (diafragma) dan purs lips breathing.
Tujuan pernafasan abdominal memungkinkan nafas dalam
secara penuh dengan sedikit usaha. Pursed lips breathing
membantu klien mengontrol pernafasan yang berlebihan.
c. Batuk efektif
Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan
sekret. Tujuannya yaitu untuk mengeluarkan sekret pada
saluran nafas.
d. Postural drainage
Postural drainage adalah suatu intervensi untuk
melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru
dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
e. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada dalah suatu rangkaian tindakan
keperawatan yang terdiri atas perkusi,vibrasi,dan postural
drainage. Tujuannya yaitu secara mekanik dapat
melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus dan
meningkatkan efisiensi pola pernafasan.
f. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan
oleh tangan perawat yang diletakkan datar pdaa dinding
dada klien. Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbelensi udara ekspirasi dan melepaskan
mukus yang kental.
g. Terapi Inhalasi
terapi inhalasi yaitu terapi dengan memanfaatkan uap hasil
kerja mesin nebulizer. Uap air yang berasal dari campuran
obat dan pelarutnya dipercaya dapat langsung mencapai
saluran pernafasan, sehingga efektif untuk mengatasi
masalah di daerah tersebut. Terapi inhalsi dianjurkan
diberikan kepada penderita asma.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah. Jakarta: EGC.
Ikhsanuddin Ahmad harahaf. (2004). Terapi Oksigen Dalam
Asuhan Keperawatan. Universitas Sumatera Utara.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis Pendekatan
Holistik Volume 1. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Johnson, Marion, et.al. (2000). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United states of America: Mosby.
Dochterman, Joanne McClaskey. (2004). Nursing
Interventions Classification (NIC). United states of America:
Mosby