laporan pendahuluan.docx

28
LAPORAN PENDAHULUAN “ASMA BRONKIAL” Disusun Oleh : Armita Agustiningtyas Rahayu 201210461011001

Upload: armita-a-rahayu

Post on 11-Aug-2015

42 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASMA BRONKIAL”

Disusun Oleh :

Armita Agustiningtyas Rahayu

201210461011001

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHAATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

November 2012

LP ASMA BRONKIAL

A.Definisi

Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif

intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon

secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri

meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai

rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan

nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik

secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American

Thoracic Society).

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif

yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini

menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi

alveolus.

B. Fisiologi

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Trakea

Menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan

Bronkus kanan

Percabangan

Bronkus

Bronkus kiri

Percabangan

Alveoli

Paru-paru

Saluran bronkus yang masih sehat terkena

Sel NK mengeluarkan sitokin sebagai respon adanya

Saluran bronkus

Mukus >>

Obstruksi jalan nafas

Obstruksi jalan nafas

Sesak nafas

Tekanan O2

alveoli

O2 dalam darah menurun

Kerja nafas meningkat

Penurunan rasa nyaman

Masukan oral menurun

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

C.Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan

presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.

a. Faktor predisposisi

Genetik : Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,

meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya

yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya

mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.

Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah

terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan

foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran

pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.

Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora

jamur, bakteri dan polusi.

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya:

makanan dan obat-obatan.

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.

Contohnya perhiasan, logam dan jam tangan

Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin

merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.

Stress

Pemenuhan kebutuhan O2

terganggu

Pemenuhan kebutuhan

nutrisi terganggu

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus

serangan asma, selain itu juga bisa memperberat

serangan asma yang sudah ada.

Lingkungan kerja

Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti

Respiratory syncitial, parainfluensa, dsb.

Obat-obatan seperti beta blocker, salisilat, kodein, dsb.

Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap

rokok, semprot nyamuk, parfum, asap industri, dsb.

D. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat

diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh

faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk

bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)

dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan

dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi

terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui,

seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini

menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi

bronkhitis kronik dan emfisema.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat

diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Asma Intermiten

Gejala kurang dari 1x/minggu

Asimtomatik 

Gejala malam kurang dari 2 kali dalam sebulan

Nilai APE dan VEP1 > 80% dari nilai prediksi, variabilitas

< 20%

Obat yang dipakai agonis beta 2 hirup, bila berat dapat

ditambahkan kortikosteroid oral.

2. Asma Mild persistan

Gejala lebih dari 1x/minggu tapi kurang dari 1x/hari

Serangan dapat menganggu Aktivitas dan tidur

Gejala malam lebih dari 2 kali dalam sebulan

Nilai APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas

20-30%

Obat yang dipakai setiap hari kortikosteroid hirup dan

teofilin lepas lambat, agonisbeta 2 bila perlu

3. Moderate persistan

Gejala setiap hari

Serangan 2 kali/seminggu, bisa berahari-hari

Menggunakan obat setiap hari

Aktivitas & tidur terganggu

Gejala malam lebih 1 kali dalam seminggu

Nilai APE atau VEP1 antara 60-80% nilai prediksi,

variabilitas > 30%

Obat yang dipakai setiap hari kortikosteroid hirup +

LABA (Long Acting Beta Agonist)

4. Severe persistan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Gejala Kontinyu serta sering serangan

Aktivitas terbatas

Gejala malam sering serangan

Nilai APE atau VEP1 < 60% nilai prediksi, variabilitas

>30%

Obat yang dipakai seriap hari obat pencegahan;

kortikosteroid + (LABA dosis tinggi)

E.Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan

tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan

penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk

dengan menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot bantu

pernafasan bekerja dengan keras.

Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas,

mengi (whezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada

yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu

dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat,

gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent

chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,

tachikardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan asma

seringkali terjadi pada malam hari.

F.Patofisiologi

Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

G. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah,

penderita lebih nyaman dalam posisi duduk.

2. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.

3. Paru :

Spasme otot bronkus

Sumbatan mukus

Edema mukosa bronkus

Inflamasi dinding bronkus

Obstruksi sal. Nafas (bronchospasme

Penurunan kapasitas vital

Hipoksemia

MK: Ganggua

n pertukar

Asidosis

Penyempitan alveoli dan

Penyempitan jalan nafas

MK: Ketidakefektifan

pola nafas

Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan

oksigen

Retensi CO2

Hiperventilasi

Kadar CO2 dalam darah meningkat yang memberi rangsangan

Penurunan masukan oral

Asidosis

metabolik

MK: Ketidakseimban

gan nutrisi: kurang dari

Hiperventilasi

Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil

Keluarnya sekret ke dalam lumen bronkus

Sesak nafas

Tekanan partial

oksigen di alveoli

menurun

Oksigen pada

peredaran darah

menurun

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma

terdorong ke bawah.

Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi

memanjang.

Perkusi : hipersonor

Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan

degranulasi dari kristal eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel

cetakan) dari cabangbronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum,

umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang

tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

b. Pemeriksaan darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi

dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau

asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT

dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di

atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya

suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi

peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan

menurun pada waktu bebas dari serangan.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

2.Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.

Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi

pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan

peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang

menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka

kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di

hilus akan

bertambah.

Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka

gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran

infiltrate pada paru.

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks,

dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk

gambaran radiolusen pada paru-paru.

b. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai

alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada

asma.

c. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama

serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan

dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu

:

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi

right axis deviasi dan clock wise rotation.

Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni

terdapatnya RBB (Right bundle branch block).

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus

tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi

segmen ST negative.

d. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari

bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak

menyeluruh pada paru-paru.

e. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas

reversible, cara yang paling cepat dan sederhana untuk

diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan

dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan

sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol

(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20%

menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon

aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

spirometri tidak saja penting untuk menegakkan

diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat

obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa

keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan

obstruksi.

I. Penatalaksaan Umum

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:

Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

Mengenal dan menghindari faktro-faktor yang dapat

mencetuskan serangan asma.

Edukasi kepada penderita ataupun keluarganya mengenai

penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang

perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter

atau perawat yang merawatnnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologik:

Memberikan penyuluhan

Menghindari faktor pencetus

Pemberian cairan

Postural drainase dan Fisiotherapy dada

Beri O2

2. Pengobatan Farmakologi

a. Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas.

Terbagi dalam 2 golongan :

Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent)

- Fenoterol (berotec)

- Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam

bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang

berupa semprotan: MDI (Metered Dose Inhaler). Ada

juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup

(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau

cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma

serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi

aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk

selanjutnya dihirup.

Santin (teofilin)

Nama obat :

- Aminofilin (Amicam supp)

- Aminofilin (Euphilin Retard)

- Teofilin (Amilex)

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan

simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.

Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya

saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /

aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan

disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh

darah. Karena sering merangsang lambung bentuk

tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah

makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai

sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat

ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang

cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.

Supositoria ini digunakan jika penderita karena

sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya

muntah atau lambungnya kering).

b. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat

pencegah serangan

asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi

terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan

bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya

baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

c. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti

kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg

/ hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberikan

secara oral.

J. Pohon masalah penyakit

Pencetus: Alerge

n Olahra

ga

Imun respon menjadi

aktif

Pelepaasan mediator humoral Histamin

e SRS-A Serotoni

n

Bronkospasme

Edema mukosa

Sekresi meningkat

Inflamasi

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

K. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Riwayat kesehatan yang lalu:

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru

sebelumnya.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/

faktor lingkungan.

Kaji riwayat pekerjaan pasien.

Aktivitas

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit

bernapas.

Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan

bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Tidur dalam posisi duduk tinggi.

Pernapasan

Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap

aktivitas atau latihan.

Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang

ditempat tidur.

Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya:

meninggikan bahu, melebarkan hidung.

Adanya bunyi napas whezing (mengi).

Adanya batuk berulang.

Sirkulasi

Penghambat kortikosteroi

d

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Adanya peningkatan tekanan darah.

Adanya peningkatan frekuensi jantung.

Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/

sianosis.

Kemerahan atau berkeringat.

Integritas ego

Ansietas

Ketakutan

Peka rangsangan

Gelisah

Asupan nutrisi

Ketidakmampuan untuk makan karena distress

pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksia.

Hubungan sosal

Keterbatasan mobilitas fisik.

Susah bicara atau bicara terbata-bata.

Adanya ketergantungan pada orang lain.

Seksualitas

Penurunan libido

2. Diagnosa Keperawatan

1)Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi.

2)Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran

alveolar-kapiler.

3)Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebuutuhan

tubuh b.d faktor biologis (asma bronkial)

4) Intervensi

N

o

Tgl/

Jam

NOC NIC TT

D

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

1 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 1x24

jam status

pernafasan: jalan

nafas paten dengan

kriteia hasil sbb:

N

o

NOC Sco

re

1 RR dbn. 5

2 Irama

nafas

dbn.

5

3 Jalan

nafas

bebas

dari

sputum

4

4 Tidak

ada

suara

nafas

tambaha

n

4

Manajemen jalan nafas:

1. Auskultasi bunyi nafas,

catat adanya bunyi nafas

tambahan.

2. Monitor pernafasan dan

status oksigenasi

3. Instruksikan pasien

untuk melakukan batuk

efektif.

4. Posisikan pasien dengan

tepat; posisi untuk

mengurangi dispnea.

5. kaji derajat dispnea,

ansietas, distress

pernafasan, penggunaan

obat bantu, batuk.

6. Atur intake cairan untuk

mengoptimalkan

balance cairan.

7. Pertahankan polusi

lingkungan minimum,

contoh: debu, asap dll.

8. Kolaborasi: Berikan

obat sesuai dengan

indikasi bronkodilator.

2 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24

jam status

pernafasan: ventilasi

adekuat dengan

kriteria hasil sebagai

Monitor pernafasan:

1. Monitor, kecepatan,

irma, kedalaman dan

usaha nafas.

2. Kaji secara rutin kulit

dan membrane mukosa.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

berikut:

N

o

NOC Sco

re

1 Kemuda

han

bernafas

5

2 Ekspansi

dada

simetris

4

3 Tidak

ada

dispnea

saat

istirahat

4

4 Tidak

ada

dispnea

saat

aktivitas

4

3. Palpasi fremitus

4. Kaji tanda vital

5. Kolaborasi: Berikan

oksigen tambahan

sesuai dengan indikasi.

3 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan 2x24

jam status nutrisi:

intake makanan dan

cairan terpenuhi

dengan kriteria hasil:

N

o

NOC Sco

re

1 Intake

makanan

oral

5

2 Intake 5

Terapi nutrisi:

1. Kaji kebiasaaan diet.

2. Monitor intake makanan

dan cairan setiap hari.

3. Lakukan pehrawatan

mulut sebelum makan.

4. Kolaborasi: Berikan

oksigen tambahan

selama makan sesuai

indikasi.

Monitor nutrisi:

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

cairan 1. Monitor berat badan.

2. Monitor, lever energi,

kelemahan, dan

kelemahan

LP OKSIGENASI

A.Definisi

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai

intervensi medis, yang dapat untuk berbagai tujuan di kedua

perawatan pasien kronis dan akut. Oksigen sangat penting

untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi

jaringan sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.

B. Tujuan

1. Mengatasi kedaan hipoksemia.

2. Menurunkan kerja nafas dan kerja miokard

C.Indikasi terapi oksigen

Indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :

1. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas

darah

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh

berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui

peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya

kerja otot-otot tambahan pernafasan

3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung

berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui

peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

D. Macam-macam terapi

a. Terapi oksigenasi

1.Nasal kanula

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan

O2 secara kontinu dengan aliran 1 – 6 L/menit dengan

konsentrasi 24% - 44%.

Keuntungan

Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju

pernafasan teratur, klien bebas makan, bergerak,

berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.

Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari

44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat

mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm,

mengiritasi selaput lendir.

2. Sungkup muka sederhana

Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang

seling 5 – 8 L/menit dengan konsentrasi O2 40 – 60%.

Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter

atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang

besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi

aerosol.

Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari

40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran

rendah.

3. Rebreathing mask

Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi

yaitu 65–90% dengan aliran 8 – 12 L/menit

Keuntungan

Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka

sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir

Kerugian

Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika

aliran lebih rendahdapat menyebabkan penumpukan

CO2, kantong O2 bisa terlipat

4. Non Rebreathing mask

Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi

O2 mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 L/menit dimana

udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi

Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%,

tidak mengeringkan selaput lendir.

Kerugian

Kantong O2 bisa terlipat.

b. Nafas dalam

Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas

pernafasan abdominal (diafragma) dan purs lips breathing.

Tujuan pernafasan abdominal memungkinkan nafas dalam

secara penuh dengan sedikit usaha. Pursed lips breathing

membantu klien mengontrol pernafasan yang berlebihan.

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

c. Batuk efektif

Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan

sekret. Tujuannya yaitu untuk mengeluarkan sekret pada

saluran nafas.

d. Postural drainage

Postural drainage adalah suatu intervensi untuk

melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru

dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.

e. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada dalah suatu rangkaian tindakan

keperawatan yang terdiri atas perkusi,vibrasi,dan postural

drainage. Tujuannya yaitu secara mekanik dapat

melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus dan

meningkatkan efisiensi pola pernafasan.

f. Vibrasi

Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan

oleh tangan perawat yang diletakkan datar pdaa dinding

dada klien. Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk

meningkatkan turbelensi udara ekspirasi dan melepaskan

mukus yang kental.

g. Terapi Inhalasi

terapi inhalasi yaitu terapi dengan memanfaatkan uap hasil

kerja mesin nebulizer. Uap air yang berasal dari campuran

obat dan pelarutnya dipercaya dapat langsung mencapai

saluran pernafasan, sehingga efektif untuk mengatasi

masalah di daerah tersebut. Terapi inhalsi dianjurkan

diberikan kepada penderita asma.

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-

Bedah. Jakarta: EGC.

Ikhsanuddin Ahmad harahaf. (2004). Terapi Oksigen Dalam

Asuhan Keperawatan. Universitas Sumatera Utara.

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Jakarta: EGC.

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis Pendekatan

Holistik Volume 1. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Johnson, Marion, et.al. (2000). Nursing Outcomes

Classification (NOC). United states of America: Mosby.

Dochterman, Joanne McClaskey. (2004). Nursing

Interventions Classification (NIC). United states of America:

Mosby