laporan pendahuluan pada decompensatio cordis ugd rsud subang

Upload: tegargalie-prehatini

Post on 13-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    1/16

    LAPORAN PENDAHULUAN PADA DECOMPENSATIO CORDIS UGD

    RSUD SUBANG

    LAPORAN PENDAHULUAN PADA DECOMPENSATIO CORDIS

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar BelakangDekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak

    dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu sindroma klinis

    berupa dispnu (sesak nafaS), fatik (saat istirahat atau aktivitas), dilatasi vena dan edema, yang

    diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi jantung.Insiden penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat. Dimana jenis penyakit gagal jantung

    yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart Failure (CHF). Di Eropa, tiap tahun

    terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Sedang pada anakanak yang

    menderita kelainan jantung bawaan, komplikasi gagal jantung terjadi 90% sebelum umur 1tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 515 tahun.

    Perlu diketahui, bahwa dekompensasi kordis pada bayi dan anak memiliki segi tersendiri

    dibandingkan pada orang dewasa, yaitu :1. Sebagian besar penyebab gagal jantung pada bayi dan anak dapat diobati (potentially curable).

    2. Dalam mengatasi gagal jantung tidak hanya berhenti sampai gejalanya hilang, melainkan

    harus diteruskan sampai ditemukan penyebab dasarnya.3. Setelah ditemukan penyebabnya, bila masih dapat diperbaiki maka harus segera dilakukan

    perbaikan.

    4. Lebih mudah diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik daripada gagal jantung pada

    orang dewasa.

    Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun.Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus dari penyakit gagal jantung ini

    pada tahun 1997 adalah 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat hingga mencapai puncak padatahun 2000 dengan 532 kasus. Karena itulah, penanganan sedini mungkin sangat dibutuhkan

    untuk mencapai angka mortalitas yang minimal terutama pada bayi dan anak-anak.

    Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi, tekanan darahtinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan stres. Akibat lanjut jika

    penyakit jantung tidak ditangani maka akan mengakibatkan gagal jantung, kerusakan otot

    jantung hingga 40% dan kematian.Menurut data yang diperoleh penulis hingga sekarang penyakit jantung merupakan pembunuh

    nomor satu (Sampurno,1993). WHO menyebutkan rasio penderita gagal jantung di dunia adalah

    satu sampai lima orang setiap 1000 penduduk. Penderita penyakit jantung di Indonesia kinidiperkirakan mencapai 20 juta atau sekitar 10% dari jumlah penduduk di Nusantara(www.depkes.go.id).

    B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

    Memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan dengan masalah penyakitjantung.

    2. Tujuan Khusus

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    2/16

    a. Memperoleh gambaran tentang pengkajian dengan masalah penyakit jantung.

    b. Memperoleh gambaran tentang masalah dan diagnosa keperawatan dengan masalah penyakit

    jantung.c. Memperoleh gambaran tentang rencana keperawatan dengan masalah penyakit jantung.

    d. Melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi proses tindakan keperawatan dengan masalah

    penyakit jantung.e. Melakukan evaluasi hasil yang dibahas melalui catatan perkembangan dengan masalahpenyakit jantung.

    f. Memperoleh gambaran tentang faktor penunjang dan faktor penghambat dalam penerapan

    asuhan keperawatan dengan masalah penyakit jantung.

    C. Metode PenulisanDalam penulisan makalah ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode

    ilmiah untuk menggambarkan hasil pengamatan secara sistematis.

    D. Sistematika PenulisanMakalah ini terdiri dari empat bab, yaitu :

    Bab I: Pendahuluan berisikan latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

    penulisan.Bab II: Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar penyakit.

    Bab III: Tinjauan kasus yang merupakan asuhan keperawatan mencakup pengkajian, diagnosa

    keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

    Bab IV: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. PengertianDecompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran

    darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994)

    Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi

    kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa tidak mampu

    memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Carleton,P.F dan M.M. ODonnell,

    1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997 ).Gagal jantung kongestif adalah keadaan yang mana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal

    jantung dan mekanisme kompensatoriknya (Carleton,P.F dan M.M. ODonnell, 1995 ;

    Ignatavicius and Bayne, 1997).Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi

    jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

    jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian

    ventrikel kiri.

    Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom klinis yangrumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan regulasi

    neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort intolerance), retensi

    cairan, dan memendeknya umur hidup (reduced longevity). Termasuk di dalam kedua batasantersebut adalah suatu spektrum fisiologi-klinis yang luas, mulai dari cepat menurunnya daya

    pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia atau bradikardia yang

    mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana proses terjadinya kelainan fungsi ini berjalansecara bertahap tetapi progresif {misalnya pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    3/16

    pressure atau. volume overload dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri, seperti

    hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).

    Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung tidak lagi mampumemompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh pada tekanan

    pengisian yang normal, padahal aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan

    normal.B. Anatomi dan Fisiologi Jantung

    1. Anatomi JantungBeban Awal

    Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel ataudiastolik. Meningkatnya beban awal sampai titik tertentu memperbanyak tumpang tindih antara

    filament-filamen aktin dan miosin, sehingga kekuatan kontraksi dan curah jantung meningkat.

    Hubungan ini dinyatakan dengan Hukum Starling, yaitu peregangan serabut-serabut miokardium

    selama diastol akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada sistol (Carleton,P.F dan M.M.ODonnell, 1995).

    Beban awal dapat meningkat dengan bertambahnya volume diastolik ventrikel, misalnya karena

    retensi cairan, sedangkan penurunan beban awal dapat terjadi pada diuresis. Secara fisiologis,peningkatan volume akan meningkatkan tekanan pada akhir diastol untuk menghasilkan

    perbaikan pada fungsi ventrikel dan curah jantung, namun pada ventrikel yang gagal,

    penambahan volume ventrikel tidak selalu disertai perbaikan fungsi ventrikel. Peningkatan

    tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan bendungan paru atau sistemik, edema akibattransudasi cairan dan mengurangi peningkatan lebih lanjut dari volume dan tekanan. Perubahan

    dalam volume intrakardia dan perubahan akhir pada tekanan bergantung pada kelenturan daya

    regang ruang-ruang jantung. Ruang jantung yang sangat besar, daya regangnya dapatmenampung perubahan volume yang relative besar tanpa peningkatan tekanan yang bermakna.

    Sebaliknya, pada ruang ventrikel yang gagal, yang kurang lentur, penambahan volume yang

    kecil dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang bermakna dan dapat berlanjut menjadi

    pembendungan dan edema ( Carleton,P.F dan M.M. ODonnell, 1995 ).Kontraktilitas

    Kontraktilitas menunjukkan perubahan-perubahan dalam kekuatan kontraksi atau keadaan

    inotropik yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan dalam panjang serabut. Pemberianobat-obat inotropik positif seperti katekolamin atau digoksin, akan meningkatkan kontraktilitas,

    sedangkan hipoksia dan asidosis akan menekan kontraktilitas. Pada gagal jantung terjadi depresi

    dari kontraktilitas miokardium ( Carleton,P.F dan M.M. ODonnell, 1995 ).Beban Akhir

    Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel yang harus dicapai untuk

    mengejeksikan darah sewaktu sistolik. Menurut Hukum Laplace , ada tiga variabel yang

    mempengaruhi tegangan dinding yaitu ukuran atau radius intraventrikel, tekanan sistolik

    ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri yang meningkatkan tahanan terhadap ejeksiventrikel dapat meningkatkan tekanan sistolik ventrikel, sedangkan retensi cairan dapat

    meningkatkan radius intraventrikel. Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel sebagai

    konsekuensi lain dari gagal jantung dapat mengurangi beban akhir ( Carleton,P.F dan M.M.ODonnell, 1995 ).

    2. Fisiologi JantungFisiologi otot jantungTerdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    4/16

    khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel

    berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama.

    Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekalisebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini menghambat

    irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus

    rangsangan bagi jantung.Fungsi umum otot jantungSifat Ritmisitas/otomatis

    Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar. Jantung

    dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Pada keadaan fisiologis, sel-sel miokardiummemiliki daya kontraktilitas yang tinggi.

    Mengikuti hukum gagal atau tuntas

    Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan

    berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung merupakan suatu sinsitium sehingga impulsjantung segara dapat mencapai semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan

    kekuatan yang sama. Kekuatan berkontraksi dapat berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu,

    misalnya serat otot jantung, suhu, dan hormon tertentu.Tidak dapat berkontraksi tetanik

    Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi jantung,

    merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.

    Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal ototBila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot tersebut akan

    berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan bertambah panjang bila volume

    diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu kekuatan kontraksiakan menurun kembali.

    C. Jenis-Jenis Gagal JantungManifestasi klinis gagal Jantung sangat beragam dan bergantung pada banyak faktor antara lain

    etiologi kelainan Jantung, umur pasien, berat atau ringannya, terjadinya secara mendadak atauberlangsung perlahan dan menahun, ventrikel mana yang menjadi pencetus (bahkan pada fase

    siklus Jantung mana terjadinya proses ini), serta faktor-faktor lain yang mempercepat terjadi

    gagal Jantung.1. Gagal Jantung Backward & Forward

    Hipotesis backward failure pertama kali diajukan oleh James Hope pada tahun 1832: apabila

    ventrikel gagal untuk memompakan darah, maka darah akan terbendung dan tekanan di atriumserta vena-vena di belakangnya akan naik. Hipotesis forward failure diajukan oleh Mackenzie,

    80 tahun setelah hipotesis backward failure. Menurut teori ini manifestasi gagal Jantung timbul

    akibat berkurangnya aliran darah (cardiac output) ke sistem arterial, sehingga terjadi

    pengurangan perfusi pada organ-organ yang vital dengan segala akibatnya.

    Kedua hipotesis tersebut saling melengkapi, serta menjadi dasar patofisiologi gagal Jantung :Kalau ventrikel gagal mengosongkan darah maka menurut hipotesis backward failure :

    a. Isi dan tekanan (volume dan pressure) pada akhirfase diastolik (end- diastolicpressure)

    meninggi.b. Isi dan tekanan akan meninggi pada atrium di belakang ventrikel yang gagal.

    c. Atrium ini akan bekerja lebih keras (sesuai dengan hukum FrankStarling).

    d. Tekanan pada vena dan kapiler di belakang ventrikel yang gagal akan meninggi.e. Terjadi transudasi pada jaringan interstitial (baik pulmonal maupun sistemik)

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    5/16

    Akibat berkurangnya curah Jantung serta aliran darah pada jaringan/organ yang menyebabkan

    menurunnya perfusi (terutama pada ginjal dengan melalui mekanisme yang rumit), yang akan

    mengakibatkan retensi garam dan cairan serta memperberat ekstravasasi cairan yang sudahterjadi. Selanjutnya terjadi gejala-gejala gagal Jantung kongestif sebagai akibat bendungan pada

    jaringan dan organ.

    Kedua jenis kegagalan ini jarang bisa dibedakan secara tegas, karena kalau gagal Jantungkongestif, pada kenyataannya, kedua mekanisme ini berperan, kecuali pada gagal jantung yangterjadinya secara mendadak. Contoh forward failure : gagal ventrikel kanan akut yang terjadi

    akibat emboli paru yang masif, karena terjadinya peninggian isi dan tekanan pada ventrikel

    kanan serta tekanan pada atrium kanan dan pembuluh darah balik sistemik, tetapi pasien sudahmeninggal sebelum terjadi ekstravasasi cairan yang menimbulkan kongesti pada vena-vena

    sistemik. Baik backward maupun forward failure dapat terjadi pada infark jantung yang luas.

    Forward failure terjadi akibat berkurangnya output ventrikel kiri dan renjatan kardiogenik dan

    yang akan menimbulkan manifestasi berkurangnya perfusi jaringan/organ. Sedangkan backwardfailure terjadi karena adanya output yang tidak sama (inequal) antara kedua ventrikel, yang

    meskipun bersifat sementara berakibat terjadinya edema paru yang akut.

    Hipotesis backward dan forward failure yang klasik ini meskipun banyak celah kelemahannyaditinjau dengan perkembangan konsep patofisiologi gagal jantung saat ini, masih tetap dapat

    menjadi pegangan untuk menjelaskan patogenesis gagal jantung terutama bagi para edukator.

    2. Gagal Jantung Right-Sided dan Left-Sided

    Penjabaran backward failure adalah adanya cairan bendungan di belakang ventrikel yang gagalmerupakan petanda gagal jantung pada sisi mana yang terkena. Adanya kongesti pulmonal pada

    infark ventrikel kiri, hipertensi dan kelainan-kelainan pada katup aorta serta mitral menunjukkan

    gagal jantung kiri (left heart failure).Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, cairan yang terbendung akan berakumulasi secara

    sistemik : di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura dll, dan menjadikan gambaran klinisnya

    sebagai gagal jantung kanan (right

    heart failure).3. Gagal Jantung Low-Output dan High-Output

    Gagal Jantung golongan ini menunjukkan bagaimana keadaan curah Jantung (tinggi atau

    rendahnya) sebagai penyebab terjadinya manifestasi klinis gagal Jantung. Curah Jantung yangrendah pada penyakit jantung apa pun (bawaan, hipertensi, katup, koroner, kardiomiopati) dapat

    menimbulkan low-output failure. Sedangkan pada penyakit-penyakit dengan curah jantung yang

    tinggi misalnya pada tirotoksikosis, beri-beri, Pagets, anemia dan fistula arteri-vena, gagaljantung yang terjadi dinamakan high-output failure.

    4. Gagal Jantung Akut dan Menahun

    Manifestasi klinis gagal jantung di sini hanya menunjukkan saat atau lamanya gagal jantung

    terjadi atau berlangsung. Apabila terjadi mendadak, misalnya pada infark jantung akut yang luas,

    dinamakan gagal jantung akut (biasanya sebagai gagal jantung kiri akut). Sedangkan padapenyakit-penyakit jantung katup, kardiomiopati atau gagal jantung akibat infark jantung lama,

    terjadinya gagal jantung secara perlahan atau karena gagal jantungnya bertahan lama dengan

    pengobatan yang diberikan, dinamakan gagal jantung menahun.5. Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik

    Secara implisit definisi gagal jantung adalah apabila gagal jantung yang terjadi sebagai akibat

    abnormalitas fungsi sistolik, yaitu ketidak mampuan mengeluarkan darah dari ventrikel,dinamakan sebagai gagal jantung sistolik. Jenis gagal jantung ini adalah yang paling klasik dan

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    6/16

    paling dikenal sehari-hari, penyebabnya adalah gangguan kemampuan inotropik miokard.

    Sedangkan apabila abnor-malitas kerja jantung pada fase diastolik, yaitu kemampuan pengisian

    darah pada ventrikel (terutama ventrikel kiri), misalnya pada iskemia jantung yang mendadak,hipertrofi konsentrik ventrikel kiri dan kardiomiopati restriktif, gagal jantung yang terjadi

    dinamakan gagal jantung diastolik. Petanda yang paling nyata pada gagal jantung di sini adalah :

    fungsi sistolik ventrikel biasanya normal (terutama dengan pengukuran ejection fractionmisalnya dengan pemeriksaan ekokardiografi).

    D. EtiologiMekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-

    keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitasmiokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum

    ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi

    sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomyopati.

    Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisanventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel

    (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang

    paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguanpenghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (

    Price. Sylvia A, 1995).

    E. PatofisiologiKelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakitjantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas

    ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu

    ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat di lihat:

    1. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik.

    2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron, dan

    3. Hipertrofi ventrikel.Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.

    Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan

    beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurangefektif. Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik

    kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran

    katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Denyut jantuing dankekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Juga terjadi vasokonstriksi

    arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume darah dengan

    mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal,

    agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan.

    Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa :1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus.

    2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus.

    3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I.4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II.

    5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.

    6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    7/16

    bertambahnya tebal dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel

    miokardium; tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal

    jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial. Respon miokardium terhadapbeban volume, seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya tebal

    dinding.

    F. Manifestasi KlinisDampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sistem pulmonal antaralain :

    1. Lelah

    2. Angina3. Cemas

    4. Oliguri. Penurunan aktifitas GI

    5. Kulit dingin dan pucat

    Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :1. Dyppnea

    2. Batuk

    3. Orthopea4. Reles paru

    5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.

    Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :

    1. Edema perifer2. Distensi vena leher

    3. Hati membesar

    4. Peningkatan central venous pressure (CPV)

    G. KomplikasiKomplikasi dari decompensatio cordis adalah:

    1. Syok kardiogenik.

    2. Episode tromboemboli.3. Efusi dan tamporiade perikardium

    H. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut, dan gunamengkaji kompensaai sepperti hipertropi ventrikel

    2. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit

    jantung kotoner3. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran jantung

    4. esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.utuk menyajikan data

    tentang fungsi jantung

    I. Faktor Resiko

    1. Kebiasaan merokokYaitu bahwa rokok mengandung nikotin dan zat beracun yang berbahaya dan dapat merusak

    fungsi jantung. Nikotin pada rokok dapat meningkatkan faktor resiko kerusakan pembuluh darah

    dengan mengendapnya kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantungbekerja lebih keras.

    2. Hipertensi

    Yaitu meningkatnya tekanan darah sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknyatekanan diastolic akibat penyempitan pembuluh darah tersebut, aliran darah pada pembuluh

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    8/16

    koroner juga naik.

    3. Obesitas

    Yaitu penumpukan lemak tubuh, sehingga menyebabkan kerja jantung tida normal danmenyebabkan kelainan.

    4. Kolesterol tinggi

    Yaitu mengendapnya kolesterol dalam pembuluh darah jantung koroner menyebabkan kerjajantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh menjadi lebih berat.5. Diabetes Mellitus

    Karena kadar glukosa yang berlebih bisa menimbulkan penyakit yang agak berat dan bersifat

    herediter.6. Ketegangan jiwa/stres

    Stres terjadi bias meningkatkan aliran darah dan penyempitan pada pembuluh darah koroner.

    7. Keturunan

    8. Kurang makan sayur dan buah

    J. PencegahanPencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama pada kelompok

    dengan risiko tinggi.1. Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard.

    2. Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan.

    3. Pengobatan hipertensi yang agresif.

    4. Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung.5. Memerlukan pembahasan khusus.

    6. Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari.

    K. PenatalaksanaanPenatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk menunggu saat

    terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang potentially curable. Dasar

    pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :

    1. Non medikamentosa.Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja jantung

    dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benarbenar dengan tirah baring (bed rest)

    mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat.Sering tampak gejalagejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet umumnya

    berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. Penderita

    dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak80100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.

    2. Medikamentosa

    Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun parenteral yang

    masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung. Sampai edema atau asites hilang

    (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapatdimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat

    dimulai setelah diuretik dan ACE-inhibitor tersebut diberikan.

    Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) dimanadigitalis memiliki mamfaat utama dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Jika

    ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai

    untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studiyang menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    9/16

    Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi seperti Brain N atriuretic Peptide (Nesiritide)

    masih dalam penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac Resychronization Theraphy (CRT)

    maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah matimendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki status

    fungsional dan kualitas hidup, namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard,

    masih terkendala dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untukmengganti miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut.3. Operatif

    Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :

    a. Revaskularisasi (perkutan, bedah).b. Operasi katup mitral.

    c. Aneurismektomi.

    d. Kardiomioplasti.

    e. External cardiac support.f. Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.

    g. Implantable cardioverter defibrillators (ICD).

    h. Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.i. Ultrafiltrasi, hemodialisis.

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    A. Pengkajian1. Aktivitas dan Istirahat

    o Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.

    Mengeluh sulit tidur (keringat malam hari).o Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu, dispneu.

    2. Sirkulasi

    o Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital: kerusakan

    arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batukdengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.

    o Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras, takikardia.

    Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.3. Integritas Ego

    o Tanda: Menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan kematian,

    keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik.4. Makanan / Cairan

    o Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.

    o Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar krakela

    dan mengi.

    5. Neurosensoriso Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing

    o Tanda: Kelemahan

    6. Pernafasano Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.

    o Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah, gelisah.

    7. Keamanano Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    10/16

    o Tanda: Kelemahan tubuh

    8. Penyuluhan / pembelajaran

    o Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.o Tanda: Menunjukan kurang informasi.

    Menurut Brunner & Suddarth, 2002:

    Fokus pengkajian keperawatan untuk pasien gagal jantung ditujukan untuk mengobservasiadanya tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan paru dan tanda serta gejala sistemis Semua tandayang mengarah kesana harus dicatatt dan dilaporkan.

    Pernapasan. Paru harus diauskultasi dengan interval sesering mungkin untuk menentukan ada

    atau tidak adanya krekel dan wheezing. Krekel terjadi oleh gerakan udara melalui cairan, danmenunjukkan terjadinya kongesti paru. Frekuensi dan dalamnya pernapasan juga harus dicatat.

    Jantung. Jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi jantung S3 atau S4. Adanya tanda tersebut

    berarti bahwa pompa mulai mengalami kegagalan, dan pada setiap denyutan, darah yang tersisa

    didalam ventrikel makin banyak. Frekuensi dan irama juga harus dicatat. Frekuensi yang terlalucepat menunjukkan bahwa ventrikel memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pengisian, serta

    terdapat stagnasi darah yang terjadi di atria dan pada akhirnya juga di paru.

    Penginderaan/Tingkat Kesadaran. Bila volume darah dan cairan dalam pembuluh darahmeningkat, maka darah yang beredar menjadi lebih encer dan kapasitas transpor oksigen menjadi

    berkurang. Otak tidak dapat bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dan pasien mengalami

    konfusi.

    Perifer. Bagian bawah tubuh pasien harus dikaji akan adanya edema. Bila pasien duduk tegak,maka yang diperiksa adalah kaki dan tungkai bawah; bila pasien berbaring telentang, yang dikaji

    adalah sakrum dan punggung untuk melihat adanya edema. Jari dan tangan kadang juga bisa

    mengalami edema. Pada kasus khusus gagal jantung, pasien dapat mengalami edema periorbital,dimana kelopak mata tertutup karena bengkak.

    Hati diperiksa juga akan adanya hepatojugular refluks (HIR). Pasien diminta bernapas secara

    normal pada saat dilakukan penekanan pada hati selama 30 sampai 60 detik. Bila distensi vena

    leher meningkat lebih dari 1 cm,, maka tes ini positif menunjukkan adanya peningkatan tekananvena.

    Distensi Vena Juguler. JVD Juga harus dikaji. Ini dilakukan dengan mengangkat pasien dengan

    sudut sampai 45. Jarak antara sudut Louis dan tingginya distensi vena juguler ditentukan.(Sudut Louis adalah hubungan antara korpus sternum dengan manubrium). Jarak yang lebih dari

    3 cm dikatakan tidak normal. Ingat bahwa ini hanya perkiraan dan bukan pengukuran pasti.

    Haluaran Urin. Pasien bisa mengalami oliguria (berkurangnya haluaran urin kurang dari 100 dan400 ml/24 jam) atau anuria (haluaran urin kurang dari 100 ml/24 jam). Maka penting sekali

    mengukur haluaran sesering mungkin untuk membuat dasar pengukuran efektivitas diuretik.

    Masukan dan haluaran harus dicatat dengan baik dan pasien ditimbang setiap hari, pada saat

    yang sama dan pada timbangan yang sama.

    B. Diagnosa Keperawatan1. Diagnosa Utama:

    a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan dispnu akibat turunnya curah jantung.

    b. Kecemasan berhubungan dengan kesulitan napas dan kegelisahan akibat oksigenasi yang tidakadekuat.

    c. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan stasis vena.

    d. Potensial kurang pengetahuan mengenai program perawatan diri berhubungan dengan tidakbisa menerima perubahan gaya hidup yang dianjurkan.

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    11/16

    2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

    a. Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan

    retensi cairan interstisiil.b. Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan

    kongesti vena.

    C. PerencanaanPerencanaan menurut Brunner & Suddarth, 2002:Tujuan. Tujuan utama mencakup bertambahnya istirahat, penghilangan kecemasan, pencapaian

    perfusi jaringan yang normal, pemahaman mengenai program perawatan diri dan tidak terjadi

    komplikasi.Diagnosa Keperawatan 1) :

    Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan

    retensi cairan interstisiil

    Tujuan :Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi secara adekuat, PH darah normal, PO2 80-100 mmHg,

    PCO2 35-45 mm Hg, HCO331,2

    Tindakan:o Kaji kerja pernafasan (frekwensi, irama , bunyi dan dalamnya)

    o Berikan tambahan O2 6 lt/mnt

    o Pantau saturasi (oksimetri) PH, BE, HCO3 (dengan BGA)

    o Koreksi kesimbangan asam basao Beri posisi yang memudahkan klien meningkatkan ekpansi paru.(semi fowler)

    o Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan nafas dalam

    o Lakukan balance cairano Batasi intake cairan

    o Evaluasi kongesti paru lewat radiografi

    o Kolaborasi :

    RL 500 cc/24 jamDigoxin 1-0-0

    Furosemid 2-1-0Rasional

    o Untuk mengetahui tingkat efektivitas fungsi pertukaran gas.o Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas.

    o Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya proses

    pertukaran gas.

    o Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan.o Meningkatkan ekpansi paru

    o Kongesti yang berat akan memperburuk proses perukaran gas sehingga berdampak pada

    timbulnya hipoksia.o Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat meguranngi timbulnya odem sehinggadapat mecegah ganggun pertukaran gas.

    o Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.

    Diagnosa Keperawatan 2) :Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan

    kongesti vena.

    Tujuan :

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    12/16

    Stabilitas hemodinamik dapat dipertahanakan dengan kriteria : (TD > 90 /60), Frekwensi jantung

    normal.

    Tindakano Pertahankan pasien untuk tirah baring

    o Ukur parameter hemodinamik

    o Pantau EKG terutama frekwensi dan irama.o Pantau bunyi jantung S-3 dan S-4o Periksa BGA dan saO2

    o Pertahankan akses IV

    o Batasi Natrium dan airo Kolaborasi :

    ISDN 3 X1 tab

    Spironelaton 500-0

    Rasional

    o Mengurangi beban jantungo Untuk mengetahui perfusi darah di organ vital dan untuk mengetahui PCWP, CVP sebagai

    indikator peningkatan beban kerja jantung.o Untuk mengetahui jika terjadi penurunan kontraktilitas yang dapat mempengaruhi curahjantung.

    o Untuk mengetahui tingkat gangguan pengisisna sistole ataupun diastole. Untuk mengetahui

    perfusi jaringan di perifer.o Untuk maintenance jika sewaktu terjadi kegawatan vaskuler.

    o Mencegah peningkatan beban jantung

    o Meningkatkan perfusi ke jaringan

    o Kalium sebagai salah satu komponen terjadinya konduksi yang dapat menyebabkan timbulnyakontraksi otot jantung.

    Intervensi Keperawatan menurut Brunner & Suddarth, 2002:

    Bertambahnya Istirahat. Pasien perlu sekali beristirahat baik secara fisik maupun emosional.Istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, danmenurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga merangsang diuresis karena berbaring akan

    memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan

    oksigen. Frekuensi jantung menurun, yang akan memperpanjang periode diastole pemulihansehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.

    Posisi. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20 sampai 30 cm (8-10 inci) atau pasien didudukkan

    di kursi. Pada posisi ini aliran balik vena ke jantung (preload) dan paru berkurang, kongesti paruberkurang, dan penekanan hepar ke diafragma menjadi minimal. Lengan bawah harus disokong

    dengan bantal untuk mengurangi kelelahan otot bahu akibat berat lengan yang menarik secara

    terus-menerus.

    Pasien yang dapat bernapas hanya pada posisi tegak (ortopnu) dapat didudukkan di sisi tempattidur dengan kedua kaki disokong kursi, kepala dan lengan diletakkan di meja tempat tidur dan

    vertebra lumbosakral disokong dengan bantal (lihat GAMBAR 28-10).

    GAMBAR 28-10. Pasien dengan gagal jantung kongestif dapat berbaring dengan posisi sepertidalam gambar untuk mengurangi kesulitan bernapas dan mengurangi jumlah darah yang kembali

    ke jantung, yang dapat mengurangi kongesti paru.

    Bila terdapat kongesti paru, maka lebih baik pasien didudukkan di kursi karena posisi ini dapat

    memperbaiki perpindahan cairan dari paru. Edema yang biasanya terdapat di bagian bawah

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    13/16

    tubuh, berpindah ke daerah sakral ketika pasien dibaringkan di tempat tidur.

    Penghilangan Kecemasan. Karena pasien yang mengalami gagal jantung mengalami kesulitan

    mempertahankan oksigenasi yang adekuat, maka mereka cenderung gelisah dan cemas karenasulit bernapas. Gejala ini cenderung memburuk pada malam hari.

    Menaikkan kepala tempat tidur dan membiarkan lampu menyala di malam hari sering sangat

    membantu. Kehadiran anggota keluarga cukup memberi rasa aman pada kebanyakan pasien.Oksigen dapat diberikan selama stadium akut untuk mengurangi kerja pernapasan dan untukmeningkatkan kenyamanan pasien. Morfm dengan dosis kecil dapat diberikan untuk dispnu yang

    berat dan hipnotis juga dapat diberikan untuk membantu pasien tidur.

    o Pada pasien dengan kongesti hepatik, hati tidak mampu melakukan proses detoksifikasi racunobat-obatan dalam jangka waktu yang normal. Oleh sebab itu obat-obat harus diberikan secara

    hati-hati.

    o Hipoksia serebral yang disertai retensi nitrogen merupakan masalah pada gagal jantung dan

    dapat menyebabkan pasien bereaksi negatif terhadap penenang dan hipnotik, ditandai denganadanya konfusi dan peningkatan rasa cemas.

    o Hindari penggunaan ikatan karena dapat menjerat, yang menyebabkan kerja jantung

    meningkat.Pasien yang tidak dapat tidur di tempat tidur di malam hari dapat duduk dengan nyaman di kursi.

    Posisi ini menyebabkan sirkulasi serebral maupun sistemik membaik, sehingga kualitas tidur

    menjadi lebih baik.

    Menghindari Stres. Pasien yang sangat cemas tidak akan mampu beristirahat dengan cukup. Stresemosional mengakibatkan vasokonstriksi, tekanan arteri meningkat, dan denyut jantung cepat.

    Memberikan kenyamanan fisik dan menghindari situasi yang cenderung menyebabkan

    kecemasan dan agitasi dapat membantu pasien untuk rileks. Istirahat dilanjutkan beberapa harihingga beberapa minggu sampai gagal jantung dapat dikontrol.

    Memperbaiki Perfusi Jaringan Normal. Penurunan perfusi jaringan yang terjadi pada gagal

    jantung adalah akibat tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnasi darah di jaringan

    perifer. Latihan harian ringan dapat memperbaiki aliran darah ke jaringan perifer. Oksigenasiyang adekuat dan diuresis yang sesuai juga dapat memperbaiki perfusi jaringan. Diuresis yang

    efektif dapat mengurangi pengenceran darah, sehingga meningkatkan kapasitas pengangkutan

    oksigen dalam sistem vaskuler. Istirahat yang memadai sangat penting untuk memperbaikiperfusi jaringan yang adekuat.

    o Bahaya yang dapat timbul pada tirah baring, adalah dekubitus (terutama pada pasien edema),

    flebotrombosis, dan emboli pulmoner. Perubahan posisi, napas dalam, kaus kaki elastik, danlatihan tungkai semuanya dapat memperbaiki tonus otot, sehingga membantu aliran balik vena

    ke jantung.

    Penyuluhon Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah. Setelah gagal jantung dapat

    terkontrol, pasien dibimbing untuk secara bertahap kembali ke gaya hidup dan aktivitas sebelum

    sakit sedini mungkin. Aktivitas kegiatan hidup sehari-hari harus direncanakan untukmeminimalkan periode apnu dan kelelahan. Berbagai penyesuaian kebiasaan, pekerjaan, dan

    hubungan interpersonal biasanya harus dilakukan. Setiap aktivitas yang menimbulkan gejala

    harus dihindari atau dilakukan adaptasi. Pasien dibantu untuk mengidentifikasi stres emosionaldan menggali cara-cara untuk menyelesaikannya.

    Biasanya pasien sering kembali ke klinik dan rumah sakit akibat kekambuhan episode gagal

    jantung. Hal tersebut tidak hanya menyebabkan masalah psikologis, sosiologis dan finansialtetapi beban fisiologis pasien akan menjadi lebih serius. Organ tubuh tentunya akan rusak.

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    14/16

    Serangan berulang dapat menyebabkan fibrosis paru, sirosis hepatis, pembesaran limpa dan

    ginjal, dan bahkan kerusakan otak akibat kekurangan oksigen selama episode akut.

    Memberikan penyuluhan kepada pasien dan melibatkan pasien dalam implementasi programterapi akan memperbaiki kerjasama dan kepatuhan. Kebanyakan kekambuhan gagal jantung

    terjadi karena pasien tidak mematuhi terapi yang dianjurkan, seperti tidak mampu melaksanakan

    terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet, tidak mematuhi tindak lanjut medis,melakukan aktivitas fisik yang berlebihan dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan.Pasien harus dubantu untuk memahami bahwa gagal jantung dapat dikontrol. Menyusun jadwal

    tindak lanjut medis secara teratur, menjaga berat badan yang stabil, membatasi asupan natrium,

    pencagahan infeksi, menghindari bahan berbahaya seperti kopi, tembakau, dan menghindarilatihan yang tidak teratur dan berat semuanya membantu mencegah awitan gagal jantung. Pada

    pasien denga penyakit kattup jantung, maka pembedahan untuk memperbaiki defek pada saat

    yang tepat dapat mempertahankan jantung dan mencegah kegagalan.

    Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung ditujukan pada 5 aspek : mengurangi beban kerja,memperkuat kontraktilitas miokard, mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan

    tindakan terhadap penyebab, faktor pencetus dan penyakit yang mendasari.

    Pada umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuaiberatnya keluhan. Terapi nonfarmakologi antara lain: diet rendah garam, mengurangi berat

    badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur

    (Nugroho, 2009). Beban awal dapat dikurangi dengan pembatasan cairan, pemberian diuretika,

    nitrat, atau vasodilator lainnya. Beban akhir dikurangi dengan obat-obat vasodilator, sepertiACE-inhibitor, hidralazin. Kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obat ionotropik seperti

    digitalis, dopamin, dan dobutamin (Sugeng dan Sitompul, 2003).

    D. ImplementasiImplementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)

    Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun /

    ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana

    dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapatbekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat

    memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan

    langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan olehperawat :

    1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan

    2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan3. Menyiapkan lingkungan terapeutik

    4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

    5. Memberikan asuhan keperawatan langsung

    6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

    Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, danmemodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan

    dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.

    Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilandan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat

    dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan

    atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasukmemastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    15/16

    sesuai dengan standar keperawatan.

    E. EvaluasiEvaluasi keperawatan ini disusun menurut Patricia A. Potter (2005)Evaluasi merupakan proses yang dilakuakn untuk menilai pencapaian tujuan atau menilai respon

    klien terhadap tindakan leperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi.

    Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.Dalam evalusi kuantitatif yang dinilai adalah kuatitas atau jumlah kegiatan keperawatan yangtelah ditentukan sedangkan evaluasi kualitatif difokoskan pada masalah satu dari tiga dimensi

    struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan yang dilakukan.

    Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :1. Mengumpulkan data keperawatan pasien.

    2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien.

    3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan

    menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku.

    Hasil yang diharapkan:

    1. Mengalami penurunan kelelahan dan dispnea.a. Mampu beristirahat secara adekuat baik fisik maupun emosional.

    b. Berada pada posisi yang tepat yang dapat mengurangi kelelahan dan dispnu.

    c. Mematuhi aturan pengobatan.

    2. Mengalami penurunan kecemasan.a. Menghindari situasi yang menimbulkan stress.

    b. Tidur nyenyak di malam hari.

    c. Melaporkan penurunan stres dan kecemasan.3. Mencapai perfusi jaringan yang normal.

    a. Mampu beristirahat dengan cukup.

    b. Melakukan aktivitas yang memperbaiki aliran balik vena; latihan harian sedang; rentang gerak

    ekstremitas aktif bila tidak bisa berjalan atau harus berbaring dalam waktu lama, mengenakankaus kaki penyokong.

    c. Kulit hangat dan kering dengan warna normal.

    d. Tidak memperlihatkan edema perifer.4. Mematuhi aturan perawatan diri.

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KesimpulanDari pembahasan diatas dapat kita ketahui, bahwa penyakit dekompensasi kordis masih

    merupakan masalah yang memiliki tingkat mortalitas yang tinggi terutama pada bayi dan anak,

    jika tidak ditangani dengan baik.

    Gagal jantung adalah kelainan patofisiologik yang mana jantung sebagai pompa tidak mampumemenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan akibat dari meningkatnya beban awal

    atau beban akhir atau menurunnya kontraktilitas miokard.

    Penanganan dari gagal jantung memerlukan perhitungan serta pertimbangan yang tepat agartidak memperburuk keadaan jantung dari penderita. Selain itu edukasi mengenai gagal jantung,

    penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya bila timbul keluhan dan dasar pengobatan

    sangatlah penting terutama bagi orang tua dan keluarga pasien agar dapat membantumemaksimalkan proses penyembuhan dan menurunkan angka mortalitas. Istirahat serta

  • 5/22/2018 Laporan Pendahuluan Pada Decompensatio Cordis Ugd Rsud Subang

    16/16

    rehabilitasi, pola diet, kontrol asupan garam, air, monitor berat badan adalah caracara yang

    praktis untuk menghambat progresifitas dari penyakit ini. Pada perjalanan jauh dengan pesawat,

    ketinggian, udara panas dan humiditas memerlukan perhatian khusus. Konseling mengenai obat,baik khasiat maupun efek samping.

    Transplantasi jantung sebagai alternatif lain memberikan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi,

    84% bertahan hidup sampai lima tahun dan 70% bertahan sampai 10 tahun. Hanya kendalanyapada fasilitas yang rumit dan biaya transplantasi yang mahal. Negara-negara tertentu saja yangdapat melakukan transplantasi seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Malaysia.

    B. SaranSaran sesuai dengan masalah yang telah disimpulkan oleh penulis, pada akhir makalah penulismemberikan saran bahwa untuk penaggulangan penyakit decompensatio cordis, masyarakat

    harus mengurangi kebiasaan merokok, pengurangan makanan berkolesterol tinggi, makanan

    berlebih yang menyebabkan obesitas, perbanyak makan sayur dan buah, kurangi stress dan

    lainnya yang telah tertulis dalam makalah guna memperkecil resiko decompensatio cordis.

    http://khakarangga.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-pada-decompensatio.html

    http://khakarangga.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-pada-decompensatio.htmlhttp://khakarangga.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-pada-decompensatio.htmlhttp://khakarangga.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-pada-decompensatio.html