laporan mikrobiologi - pengamatan morfologi fungi

14
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERCOBAAN VII “PENGAMATAN MORFOLOGI FUNGI” Disusun Oleh : NAMA : RUKMANA STAMBUK : G 301 12 008 KELOMPOK : III (TIGA) JURUSAN : KIMIA LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO 2013 113

Upload: rukmana-suharta

Post on 19-Jul-2015

862 views

Category:

Education


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

PERCOBAAN VII

“PENGAMATAN MORFOLOGI FUNGI”

Disusun Oleh :

NAMA : RUKMANA

STAMBUK : G 301 12 008

KELOMPOK : III (TIGA)

JURUSAN : KIMIA

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2013

113

Page 2: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jamur (fungi) banyak kita temukan disekitar kita. Jamur tumbuh

subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang

lembap. Beberapa ahli mikologi membagi jamur menjadi dua kelompok

berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast).

Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang

berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa

akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat

hidup jamur). Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler

(berinti satu), bentuknya bulat atau oval.

Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan

determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada

pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan

yaitu dengan pembuatan slide cultur atau hanging drop. Untuk pengamatan

morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan

mikroskopis.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui

morfologi fungi (kapang dan khamir) dengan metode pengamatan slide

cultur.

114

Page 3: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel

tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual

atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri,

karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik

lainnya yaitu melalui absorpsi (Gandjar, 1999).

Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang

disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium.

Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi meresap

menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam

reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas

yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi

dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan

fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan

fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen (Medhy, 2013).

115

Page 4: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang

membentuk dunia jamur atau regnum. Fungi umumnya multiseluler (bersel

banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan,

struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung

pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa

merupakan pembentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium yang menyusun

jalinan-jalinan semua menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang

tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma

dan sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa.

Septa umumnya mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom,

mitokondria dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi

adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa sinostik. Struktur hifa sinostik

dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan

pembelahan sitoplasma (Aqsha, 2013).

Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya

mempunyai ciri yang khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang

disebut miselium, atau berupa kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu.

Hanya golongan ragi (sacharomycetes) itu tubuhnya berupa sel-sel tunggal ciri

kedua adalah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa

heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan

bakteri di dalam evolusi (Waluyo, 2005).

Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh

melebihi jumlah spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan

116

Page 5: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

pendapat yang menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur

merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai

diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan talus (thallophyta), lengkapnya

thallophyta yang tidak berklorofil. Ganggang adalah thallophyta yang berklorofil

(Waluyo, 2005).

Jamur dibagi menjadi 2 yaitu khamir (Yeast) dan kapang (Mold). Khamir

adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir

mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang

paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam

ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau

lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau

berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun

dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-

sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak

dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubuh atau talus suatu

kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten,

istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang

dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri

yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma

bersama (Coyne, 2009).

Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam kelompok jamur,

anggotanya mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multi

seluler (benang-benang halus), tubuhnya tersusun atas hifa (jalinan benang-

117

Page 6: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

benang halus), eukariotik (mempunyai membran inti), tidak mempunyai klorofil

sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit dan simbiosis, dinding

selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk

glikogen dan protein, pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana

makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler

yang dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid lebih

singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan

membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan

benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan konidia. Sedangkan secara

seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora

askus atau basidium (Ita, 2013 ).

Jamur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan hewan,

makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh dan

berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini di Indonesia

diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah tersebut

dalam kehidupan memiliki peran masing-masing dihabitatnya baik yang

berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi manusia Jamur merupakan

organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil. Dalam klasifikasi

system tiga kingdom, jamur (fungi) dikelompokkan sendiri terlepas dari kelompok

plantae (tumbuhan) karena jamur tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan

dari selulosa (Yamin, 2013).

118

Page 7: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

Hari/ Tanggal : Sabtu, 14 Desember 2013

Pukul : 10.00 WITA - Selesai

Tempat : Laboratorium Biologi Dasar Jurusan Biologi FMIPA

UNTAD

3.2. Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

A. Alat

1. Jarum ose

2. Kaca preparat

3. Bunsen

4. Mikroskop

5. Pipet tetes

6. Incubator

B. Bahan

1. Medium PDA (Potato Dextrose Agar)

2. Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)

119

Page 8: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

3. Trichoderma sp

4. Alkohol 70%

5. Aquades steril

6. Spritus

7. Tissue

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah :

1. Mensterilkan kaca preparat dengan alkohol 70%.

2. Mengeringkan (mengelap) dengan tissue.

3. Mengambil inokulum/biakan Escherichia coli dengan jarum ose dan

meletakkan di atas kaca objek.

4. Memfiksasi diatas lampu bunsen , setelah kering , menetesinya dengan

larutan methylen blue, dan membiarkannya selama 1-2 menit.

5. Mencuci objek dengan air yang mengalir hingga zat warnanya hilang.

6. Mengeringkan kaca preparat dengan tissue.

7. Mengamati objek dibawah mikroskop dan mencatat hasil pengamatan.

120

Page 9: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

No. Sampel Gambar Asli Gambar Literatur

1. Jamur tiram

(Pleurotus

ostreatus)

Pada medium PDA

2 Jamur

Thricoderma sp.

Pada medium PDA

121

Page 10: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

4.2. Pembahasan

Fungi (jamur) merupakan mikroorganisme yang mempunyai ciri yang

khas, yakni berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa.

Kumpulan dari hifa-hifa tersebut akan membentuk miselium. Fungi

merupakan mikroorganisme eukariotik yang memiliki spora, memproduksi

spora, tidak mempunyai klorofil sehinga tidak berfotosintesis, dan dapat

berkembangbiak secara seksual dan aseksual, serta tubuhnya berfilamen dan

memiliki dinding sel yang mengandung kitin, glukan dan selulosa.

Pada percobaan kali ini, dilakukan pengamatan morfologi fungi, yaitu

Pleurotus ostreatus (jamur tiram) dan Thricoderma sp dalam bentuk slide

culture.

Trichoderma sp. merupakan sejenis cendawan / fungi yang termasuk

kelas ascomycetes. Trichoderma sp. memiliki aktivitas antifungal. Suhu

optimum untuk tumbuhnya Trichoderma berbeda-beda setiap spesiesnya. Ada

beberapa spesies yang dapat tumbuh pada temperatur rendah ada pula yang

tumbuh pada temperatur cukup tinggi,kisarannya sekitar 7 °C – 41 °C.

Trichoderma yang dikultur dapat bertumbuh cepat pada suhu 25-30 °C,

namun pada suhu 35 °C cendawan ini tidak dapat tumbuh. Perbedaan suhu

memengaruhi produksi beberapa enzim seperti karboksimetilselulase dan

xilanase. Pada Trichoderma yang dikultur, Morfologi koloninya bergantung

pada media tempat bertumbuh. Pada media yang nutrisinya terbatas, koloni

tampak transparan, sedangkan pada media yang nutrisinya lebih banyak,

122

Page 11: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk dalam satu minggu,

warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa spesies dapat

diproduksi semacam bau seperti permen atau kacang.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok

Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri

umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk

setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.

Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal

dengan sebutan King Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur tiram memiliki

tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya

seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial

Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari

hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin,

diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu,

jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm

serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.

Klasifikasi kedua kelompok jamur diatas adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Jamur Tiram Tricoderma sp.Kerajaan : Fungi Fungi

Filum : Basidiomycota Ascomycota

Kelas : Homobasidiomyocetes Sordariomycetes

Ordo : Agaricales Hypocreales

Family : Tricholomataceae Hypocreaceae

Genus : Pleurotus Trichoderma

Spesies : Pleurotus ostreatus Trichoderma sp.

Kedua jenis fungi diatas diinkubasi selama 48 jam. Kedua fungi yang

diidentifikasi merupakan fungi dalam kelompok kapang (mold). Kapang

merupakan fungi yang pertumbuhannya seperti benang-benang dan

menghasilkan miselium. Jenis fungi ini bereproduksi dengan cara aseksual

pada saat proses pembentukan spora. Setelah pembentukan spora, maka akan

bereproduksi lagi secara seksual dan menghasilkan zigosporangia, askokarpus

123

Page 12: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

atau basidiokarpus. Selain itu kapang juga memiliki hifa yang dapat

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu hifa bersepta (memiliki dinding sekat) dan

tidak bersepta (tidak memiliki dinding sekat).

Sebelum melakukan pengamatan, terlebih dahulu dibuat preparat

sampel, ke dalam sebuah cawan petri steril dimasukkan kapas yang telah

dibasahi dengan air steril, gunanya untuk menjaga kelembaban di dalam

cawan petri. Setelah itu medium PDA ditetesi di atas kaca objek dalam cawan

petri dan ditunggu hingga memadat, kemudian hifa diletakkan di atas medium

pada kaca objek. Digunakan 2 batang lidi untuk menyangga kaca objek agar

sampel di atas kaca objek tidak mengenai kapas. Sebelum diamati di bawah

mikroskop, jamur diinkubasi terlebih dahulu selama 48 jam. Jamur diinkubasi

dalam keadaan cawan petri tertutup.

Berdasarkan pengamatan, diperoleh hasil bentuk morfologi Pleurotus

ostreatus (jamur tiram) yaitu memiliki hifa tidak bersepta, yaitu ditandai

dengan bentuk hifa yang tidak bercabang-cabang. Hifa aseptat atau hifa tidak

bersepta adalah hifa yang tidak mempunyai sekat atau septum. Istilah

lain dari hifa tipe ini adalah soenositik. Pada pengamatan mikroskopis terlihat

pada hifa yang membentuk miselium semu (pseudomiselium) serta

konidiospora yang berbentuk bulat dan berwarna hitam. Pada jamur ini

terdapat bagian-bagian yaitu sporangium yang berbentuk bulat yang berisi

spora. Sporangium akan pecah bila spora telah matang. Sporangiofor adalah

hifa yang tumbuh tegak lurus substrat yang berfungsi sebagai batang. Stolon

adalah hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat. Rhizoid

adalah hifa yang bercabang-cabang, membentuk seperti jangkar yang

berfungsi menyerap nutrisi. Hal telah sesuai literatur menurut Gandjar (2009)

yaitu hifa memiliki bagian seperti sporangium, sporangiofor, stolon dan

rhizoid. Sedangkan, pengamatan pada Thricoderma sp. menunjukkan hifa

yang bercabang, menandakan bahwa Thricoderma sp. merupakan jamur

dengan hifa bersepta. Menurut Gandjar (2009), ciri-ciri Trichoderma sp.

secara umum adalah hifa bersepta, konidiofor berbentuk salib, konidia

lonjong atau bulat telur dan warna koloni adalah hijau gelap. Thricoderma sp.

124

Page 13: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

merupakan fungi septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa

menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum

terdapat pori di tengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan

sitoplasma dari satu ruang ke ruang yang lain. Setiap ruang suatu hifa yang

bersekat tidak terbatasi oleh suatu membran. Hal ini menunjukkan bahwa

hasil yang diperoleh telah sesuai literatur.

BAB VPENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel

tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berreproduksi

seksual atau aseksual.

2. Hifa adalah komponen dasar yang membentuk tubuh fungi. Hifa adalah

struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa.

Kumpulan hifa dinamakan miselium.

3. Berdasarkan ada tidaknya dinding sekat, hifa dibagi atas 2 macam yaitu

hifa bersepta dan hifa tidak bersepta.

4. Pleurotus ostreatus (jamur tiram) merupakan jamur dengan hifa tidak

bersepta, sedangkan Thricoderma sp. merupakan jamur dengan hifa

bersepta.

5.2. Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan dibuat preparat fungi lebih

banyak, agar masing-masing kelompok bisa mengamati.

125

Page 14: Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi

Daftar Pustaka

Aqsha, 2013, Laporan Brhyophyta (http:aqshabiogger2010.blogspot.com201202 laporan-praktikum-brhyophyta.html-.html), Diakses pada- tanggal ----25------------Desember 2013, Palu.

Coyne, Mark S. Soil., 2009, Microbiology: An Exploratory Approach, Delmar Publisher, USA.

Gandjar, 2009, Mikrobiologi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ita, 2013, Laporan Mikrobiologi (http:itatrie.blogspot.com201210 laporanmikrobiologi-pengamatan--jamur.html), Diakses pada tanggal 25 Desember

----------2013, Palu.

Medhy, 2013, Pengamatan Morfologi (http:medhythedoctor.blogspot.com201302laporan-pengamatan-morfologi-jamur.html), Diakses tanggal 24 Desember

---------2013, Palu.

Waluyo, 2005, Pengantar Mikrobiologi, Tarsito, Bandung.

Yamin, 2013, Laporan Mikrobiologi (httpyaminanggri.blogspot.com201304lapora----------n-praktikum-mikrobiologi-umum_23.html), Diakses pada 24 Desember-----------2013, Palu.

126