laporan praktikum mikrobiologi

14
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, karena-Nya ”Laporan Praktikum Mikrobiologi – Pemeriksaan Feses” dapat terselesaikan. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan dalam blok sistem digestif ini. Saya harap penyusunan laporan ini dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman kami mengenai pemeriksaan feses, khususnya cara kerja dan mengintepretasikannya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan saya harapkan. Semoga Tuhan selalu memberikan petunjuk- Nya kepada kita semua di dalam melaksanakan tugas dan menerima amal ibadah kita. Amin

Upload: mc-yayan

Post on 04-Aug-2015

250 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua, karena-Nya ”Laporan Praktikum Mikrobiologi – Pemeriksaan Feses” dapat terselesaikan.

Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan dalam blok sistem

digestif ini. Saya harap penyusunan laporan ini dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman

kami mengenai pemeriksaan feses, khususnya cara kerja dan mengintepretasikannya.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan saya harapkan. Semoga Tuhan selalu

memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua di dalam melaksanakan tugas dan menerima amal

ibadah kita. Amin

Page 2: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Tinjauan Pustaka

Cacing Cambuk ( Trichuris trichiura )

Infeksi cacing cambuk (Trichuris trichiura) lebih sering terjadi di daerah panas, lembab dan

sering terjadi bersama – sama dengan infeksi Ascaris. Jumlah cacing dapat bervariasi, apabila

jumlahnya sedikit pasien biasanya tidak terpengaruh dengan adanya cacing ini.

a. Morfologi dan Daur Hidup

1. Morfologi

Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian

enterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian

posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina bentuknya membulat tumpul, sedangkan

pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon

asendens dan sekum (caecum) dengan satu spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti

cambuk masuk kedalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur

setiap hari antara 3000-10.000 butir.

Gambar 1. Cacing Trichuris trichiura dewasa (Kiri : betina, Kanan : jantan)

Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam

penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan

dan bagian dalamnya jernih.

Page 3: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Gambar 2. Telur Cacing Trichuris trichiura

2. Daur Hidup

Cacing betina dewasa dapat memproduksi sampai 20.000 telur per hari dan tidak infektif sampai

berkembang menjadi larva di dalam tanah selam 2-4 minggu. Telur yang dibuahi dikeluarkan

dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam

lingkungan yang sesuai, yaitu padatanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah

telur yang berisi larva dan merupakan bentuk yang infektif. Cara infeksi langsung bila secara

kebetulan hospes menelan telur matang. Sekali ditelan, larva akan berpenetrasi dibagian mukosa

epitel kripte di sekum. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk

kedaerah kolon, terutama sekum (caecum). Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa

pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina menetaskan telur kira-

kira 30-90 hari. Cacing dewasa yang panjangnya 4 cm, bisa bertahan di dalam host selama 1-2

tahun.

Gambar 3. Daur hidup Trichuris trichiura

Page 4: Laporan Praktikum Mikrobiologi

b. Patologi dan Gejala Klinis

Cacing Trichuris trichiura pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga

ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak, cacing ini tersebar di

seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus

akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam

mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus.

Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu rupanya cacing ini

menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia. Bila infeksinya ringan

biasanya asymtomatis (tanpa gejala). Bila jumlah cacingnya banyak biasanya timbul acute

diarrhea dengan feses yang berlendir, nyeri perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan

menurun.

c. Penegakan Diagnosis

Anamnesis : ditanyakan mengenai riwayat pekerjaan, sosial dan kegiatan

sehari-hari. Ditanyakan mengenai gejala yang ditimbulkan terakhir.

Pemeriksaan fisik : tidak terlalu spesifik

Pemeriksaan penunjang : gold standard untuk menemukan jenis telur T.trichiuria pada

mikroskopi feses. Trikuiris yang disentri perlu di DD dengan amebiasis dan bacilliary.

d. Pengobatan

Pilihan rekomendasi obatnya adalah albendazole 400 mg (atau mebendazole 200 mg) setiap hari

sampai 3 hari. Untuk anak dengan berat <10 kg, diberikan dosis setengah dari dosis awal. Atau

pirantel 11 mg/kgBB single dose.

e. Pencegahan

Pakai kakus standar dan bersih, meningkatkan PHBS dan mencuci sayur dan buah agar

mengganggu siklus hidupnya.

Pemeriksaan Feses

Ada beberapa macam pemeriksaan feses yang bisa kita lakukan, dalam hal ini kita melakukan

pemeriksaan feses secara kuantitatif dengan menggunakan metode natif, yakni menggunakan

cairan eosin 2% untuk melihat telur atau larva parasit yang ada di dalam feses, serta tambahan

larutan lugol atau iodine 2% untuk melihat adanya protozoa dalam feses.

Page 5: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Interpretasi yang dilakukan meliputi 2 hal, yakni makroskopis dan mikroskopis (untuk melihat

ada tidaknya telur, larva, kista, cacing maupun protozoa).

Pemeriksaan secara makroskopis dapat menilai keadaan feses normal atau abnormal.

Bau :

Indol, Skatol dan Asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika

dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi

tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam

disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan

itu menjadi asam

Empat kriteria untuk infeksi oleh cacing parasit (Darwin Karyadi) :

Infeksi sangat ringan : 1-9 (15-149 butir telur)

Infeksi ringan : 10-24 (150-375 butir telur)

Infeksi sedang : 25-49 (375-749 butir telur)

Infeksi berat : > 50 (750 butir telur lebih)

Page 6: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Tabel kriteria warna Tabel hubungan intepretasi makros/mikros feses terhadap kemungkinan penyakit penyebab

Page 7: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Pendahuluan

A. Pelaksanaan Praktikum

Hari/tanggal : Sabtu, 10 Desember 2011

Waktu : 10.00-13.00 WITA

Tempat : Laboratorium Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Mataram

B. Alat dan Bahan

Alat

Botol spesimen feses

Objek glass 2 buah

Cover glass 4 buah

Tusuk gigi 2-4 buah

Tissue

Mikroskop

Bahan

Feses 1 dan feses 2 (segar)

Pewarna eosin 1-2%

Pewarna lugol 1-2%

C. Cara kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Mengecek label spesimen feses yang akan diteliti

3. Membuka wadah yang berisi feses patologis

4. Menilai pemeriksaan feses secara makroskopis (warna, konsistensi, bau, lendir, darah,

dan cacing jika ditemukan)

5. Mencatat hasil pengamatan

6. Menyiapkan preparat feses

7. Meneteskan (1 tetes) bahan pewarna eosin dan lugol pada kedua sisi objek glass dengan

jarak yang cukup

8. Mengambil spesimen feses secukupnya dengan menggunakan tusuk gigi

9. Menutup wadah yang berisi feses “1”

10. Mengoleskan di atas tetesan pewarnaan eosin secara merata

Page 8: Laporan Praktikum Mikrobiologi

11. Mengambil spesimen feses secukupnya dengan tusuk gigi yang baru atau menggunakan

ujung lain dari tusuk gigi sebelumnya

12. Mengoleskan kembali di atas tetesan pewarnaan lugol secara merata

13. Menutup sediaan dengan cover glass secara hati-hati

14. Mengulangi prosedur yang sama pada spesimen feses 2

15. Setelah itu, memeriksa kedua preparat feses di bawah mikroskop dengan perbesaran

maksimal (10x100)

16. Mencatat hasil pengamatan

17. Merapikan, membersihkan dan membuang sisa alat dan bahan kembali.

Contoh gambar preparat feses

Page 9: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Pembahasan

A. Hasil pengamatan

Makroskopis

Spesimen feses 1 Spesimen feses 2 (segar)

1. Warna : berwarna coklat tua

2. Konsistensi : padat, lunak dan berbentuk

bulat

3. Bau : berbau normal (indol)

4. Darah : tidak ada

5. Lendir : tidak berlendir

(tidak ditemukan cacing)

1. Warna : berwarna coklat kekuningan

2. Konsistensi : padat, lunak namun tidak

beraturan

3. Bau : berbau normal (indol)

4. Darah : tidak ada

5. Lendir : tidak berlendir

(tidak ditemukan cacing)

Mikroskopis

Preparat feses 1 Preparat feses 2 (segar)Eosin Lugol Eosin Lugol

Didapatkan telur jenis Trichuris trichiuria dengan ciri :Ukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti barel drum dengan penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.

Tidak ditemukan cacing pada seluruh lapang pandang, hanya ditemukan benda asing, debridemen maupun semacam serat

Tidak ditemukan telur maupun larva pada seluruh lapang pandang, hanya ditemukan benda asing, debridemen maupun semacam serat

Tidak ditemukan cacing pada seluruh lapang pandang, hanya ditemukan benda asing, debridemen maupun semacam serat

B. Gambar Hasil Pengamatan

Page 10: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Preparat feses 1 Preparat feses 2 (segar)Eosin Lugol Eosin Lugol

C. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini, kami hanya melakukannya secara kualitatif dengan tidak menghitung jumlah telur atau parasit yang ada. Ada dua spesimen feses yang digunakan, dengan intepretasi makroskopis spesimen pertama (1) tidak didapatkan darah maupun lendir dan bau serta warnanya masih dalam batas normal, serta konsistensinya padat lunak, pada spesimen kedua (2) yang masih segar, juga tidak ditemukan lendir, darah, bau, warna normal dan konsistensi padat lunak. Pada pemeriksaan mikroskopis, preparat feses (1) ditemukan telur Trichuris trichiuria pada pewarnaan eosin, sedangkan pada pewarnaan lugol tidak ditemukan cacing, telur maupun kelainan. Dalam hal ini preparat positif mengandung parasit dan dianggap patologis. Pada preparat (2), tidak ditemukan telur maupun larva pada pewarnaan eosin, begitu juga pada pewarnaan lugol sehingga dianggap normal.

Page 11: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Daftar Pustaka

Guandalini, S. (2004). Textbook of pediatric gastroenterology and nutrition. London & New

York: Martin Dunitz Book

Levinson, W. (2004). Review of medical microbiology and immunology, 9th ed. USA:

McGrawHill LANGE

Behrman, Kliegman, et al. (2007). Nelson textbook of pediatrics, 18th ed. Philadelphia -USA:

Saunders Elsevier

Papadakis, M.A, & McPhee, S.J. (2010). Currrent medical diagnosis & treatment, 49th ed. USA:

McGrawHill LANGE

Brooks, G.F., Butel, J.S., et al. (2008). Jawets, Melnick, & Adelberg : mikrobilogi kedokteran, ed

23. Jakarta : EGC