laporan lapangan petrologi ulvia

Upload: djamal-adi-nugroho-uno

Post on 05-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

laporan petrologi

TRANSCRIPT

LAPORAN LAPANGAN PETROLOGI

OLEH :

ULVIA S. ATIMA471 413 008

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI GORONTALO2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilaalamiin. Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Lapangan petrologi.Sholawat serta salam kepada nabi besar Muhammad SAW sebagai rahmat tanlil alamin, serta menjadi petunjuk terbaik dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.Laporan ini disusun sebagai tugas praktikum mata kuliah Petrologi sehingga harapannya dapat memenuhi syarat untuk mengikuti ujian akhir semester. Penyelesaian penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, menyampaikan terima kasih kepada Muhamad Kasim MT. selaku pembimbing praktikum sekaligus dosen pengampuh mata kuliah Petrologi dan teman-teman seperjuangan, atas dukungannya baik moril maupun materiil dalam penyusunan laporan ini.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu segala kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan, demi kesempurnan penulisan laporan selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat sebesar-besarnya khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.

Senin, 17 Juni 2014Penyusun

Ulvia S. Atima

DAFTAR ISIA. Halaman SampuliB.Kata Pengantarii

BAB I PENDAHULUAN11.1. Latar Belakang11.2. Maksud dan Tujuan11.3. Waktu dan Tempat Kegiatan11.4. Alat dan Bahan21.5. Penelitian Terdahulu21.6. Kesampaian daerah2

BAB II GEOLOGI REGIONAL32.1 Struktur Tektonik dan Geologi Daerah Penelitian32.2 Geomorfologi Daerah Penelitian42.3 Stratigrafi daerah Penelitian52.4 Struktur Geologi Daerah Penelitian..6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA73.1 Batuan Beku (Igneous Rock) 7 Jenis Batuan beku berdasarkan genetiknya7 Jenis Batuan beku berdasarkan kandungan silika8 Jenis Batuan Beku berdasarkan indeks warna93.2 Deskripsi Batuan Beku9 Warna10 Tekstur10 Hubungan Antar Kristal11 Struktur11 Komposisi mineral12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN13Stasiun 113Stasiun 215Stasiun 317Stasiun 419Stasiun 519Stasiun 620BAB VI PENUTUP23VI.I Kesimpulan23VI.2 Saran23DAFTAR PUSTAKA24LAMPIRAN251. Peta Lintasan dan Kerangka Geologi252. Peta Geomorfologi263. Peta Pola Aliran Sungai274. Peta Geologi285. Peta Analisi Struktur296. Catatan lapangan30DAFTAR PUSTAKA

_______, Buku pedoman geologi lapangan, 1995, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung, Bandung.Handoyo, Agus Harsolumakso. 2001. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Departemen Teknik Geologi, ITB, Bandung.Km Hmg Arc-Sinklin. 2010. Geologi Dasar. Departemen Pendidikan Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung.Sandi Stratigrafi Indonesia Edisi 1996, (revisi SSI 1973), Diterbitkan Oleh IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia).Setia Graha, Doddy, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova, Bandung. 2008. A Beginning To Understand Geology. Himpunan Mahasiswa Geologi UNPAD. Tidak diterbitkan. www.google.com

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Petrologi adalah salah satu cabang Ilmu Geologi yang mempelajari proses awal mula terbentuknya batuan, struktur batuan, tekstur batuan, komposisi mineral dalam batuan, dan kualifikasi batuan tersebut.Dalam suatu proses terbentuknya sebuah batuan, pasti akan mengakibatkan struktur, tekstur dan komposisi mineral yang berbeda dengan batuan yang terbentuk pada proses yang lain.Aspek pemberian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa-interpretasi mencakup tentang sumber asal (source) hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur (mengkristal). Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk batuan.Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

1.2. Maksud dan TujuanMemberikan pengetahuan khususnya sebagai mahasiswa geologi tentang berbagai jenis batuan, berdasarkan petrogenesa batuan tersebut, serta struktur dan tekstur yang dimiliki oleh batuan tersebut, sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis batuan di lapangan nantinya.Tujuan praktikum lapangan adalah untuk memenuhi materi dan praktikum lapangan pada mata kuliah Petrologi, mengetahui dan memahami alat-alat / instrument yang digunakan dalam suatu pengambilan sampel batuan serta beberapa cara dalam analisis dan sebagai bahan referensi/informasi tentang studi ilmu Petrologi. Mengetahui cara mendeterminasi batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya dan Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusun yang telah diketahui serta dapat mengetahui komposisi mineral pada batuan.

1.3 Waktu dan Tempat KegiatanKegiatan praktikum lapangan untuk mata kuliah Petrologi dilaksanakan selama 1 hari, yaitu pada Hari Minggu, 1 Juni 2014, berlokasi di Labanu Kec. Tibawa, Propinsi Gorontalo, Adapun rangkaian kegiatan selama kegiatan Praktikum lapangan sebagai berikut : Pengambilan sampel batuan dan Penjelasan mengenai cara analisis Petrologi, geomorfologi daerah penelitian dan stratigrafi daerah penelitian.

1.4 Alat dan Bahan1. GPS2. Kompas3. Palu Geologi4. Kantong Sampel/sample Bag5. Sepatu Lapangan dan Topi lapangan6. Jaket Lapangan dan Jaket Hujan7. Alat tulis menulis (ATM)8. Loupe (pembesar)9. HCL

1.5 Penelitian TerdahuluBeberapa penelitian terdahulu, misalnya oleh PT. Tropic Endeavour (1971-1973) yang kemudian juga dilanjutkan oleh BHP Utah Pacific dan para peneliti lainnya (misal Lowder & Dow, 1978; Kavaliers, drr, 1992; Pereilo, 1993; dll) pada tahun-tahun berikutnya, telah melokalisir beberapa daerah prospek endapan tembaga porfiri dan emas, misalnya di daerah Tapadaa, daerah Tombuililato-Motomboto, daerah Atinggola dan di beberapa tempat lainnya, terutama pada batuan gunungapi Tersier. Pada saat ini banyak penduduk lokal yang menambang emas primer pada Formasi Bilungala di daerah suwawa dan di sebelah barat Bilungala. Mineralisasi pada batuan dasitan juga banyak dijumpai di sepanjang Sungai Bilungala sebagaimana ditunjukkan adanya pirit yang melimpah. Endapan belerang ditemukan dikawah Gunung Ambang, dengan cadangan sekitar 121.456 ton metrik (Hadian, drr., 1974).Adanya potensi tenaga panas bumi di daerah ini ditunjukkan oleh banyaknya mataair panas yang kemunculannya dikontrol oleh sistem sesar yang ada. Beberapa mataair panas yang telah diukur suhunya menunjukkan kisaran suhu dari 40oC sampai 80oC, misalnya mataair panas di Lombongo (50oC, di Binggele (81oC), di Hungayono (40oC) dan Tulabado (80oC). Mataair panas dijumpai tersebar pada daerah seluas sekitar 1 hektar, merupakan lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lapangan panas bumi.

1.6 Kesamapain daerah penelitianDaerah penelitian dijangkau dengan mobil, perjalanan dalam waktu 2-3 jam.

BAB IIGEOLOGI REGEONAL

2.5 Struktur Tektonik dan Geologi Daerah PenelitianGambar 2.1 Peta Geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi utara

Daerah penelitian/praktikum berada di daerah Tilayo. Daerah praktikum lapangan termasuk dalam peta geologi pada lembar kotamobagu. Sehingga tektonik dan struktur geologi yang bekerja di daerah penelitian tidak terlepas dari pengaruh lengan sulawesi bagian utara yang lain.Daerah pemetaan terletak di lengan utara Sulawesi yang merupakan busur gunungapi yang terbentuk karena adanya tunjaman ganda, yaitu Lajur Tunjaman Sangihe Timur di sebelah timur dan selatan Lengan Utara (Simanjutak, 1986). Penunjaman tersebut mengakibatkan terjadinya kegiatan magmatisma dan kegunungapian yang menghasilkan batuan plutonik dan gunungapi yang tersebar luas. Di Lembar ini Tunjaman Sulawesi Utara diduga aktif sejak Awal Tersier dan menghasilkan dan menghasilkan busur gunungapi Tersier yang terbentang dari sekitar Tolitoli sampai dekat Manado. Sedang Tunjaman Sangihe Timur diduga aktif sejak awal Kuarter dan menghasilkan lajur gunungapi Kuarter di bagian timur lengan utara Sulawesi dan menerus ke arah baratdaya hingga daerah Gunung Una-una.Berdasarkan peta geologi lembar kotamobagu, sulawesi; struktur geologi yang dapat diamati dilapangan dan pada citra penginderaan jauh antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya kurang beraturan, namun di bagian barat Lembar cenderung berarah lebih-kurang timur-barat. Sesar mendatar berpasangan dengan arah UUB-SST (sesar menganan) dan UUT-SSB (sesar mengiri). Sesar mendatar terbesar adalah Sesar Gorontalo yang berdasarkan analisis kekar penyertanya menunjukan arah pergeseran menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30 dapat diamati di beberapa tempat, khususnya pada batuan Gunungapi Bilungala.Daerah pemetaan telah mengalami lebih dari satu kali perioda tektonik kompresi yang menghasilkan lipatan. Bongkahan batuan terkersikkan berukuran 5 meter yang dijumpai di beberapa tempat di hulu Dutula Iya (cabang kiri Sungai Taludaa), dan diperkirakan berasal dari Formasi Tinombo menunjukan paling sedikit 2 kali perlipatan. Perlipatan tua menghasilkan lipatan isoklinal yang kemudian mengalami perlipatan ketat-terbuka oleh perlipatan yang lebih muda. Berdasarkan pengukuran jurus dan kemiringan pada perselingan batuan gunungapi dan sedimen di daerah Sungai Sogitia Kiki, Sungai Tombuililato maupun Sungai Bilungala didapatkan perlipatan terbuka dengan kemiringan sayap sekitar 30 dan sumbu berarah hampir timur-barat. Lava bantal yang dijumpai di Sungai Sogitia kiki juga menunjukan perlipatan terbuka.

2.6 Geomorfologi Daerah Penelitian

Foto 2.1 Geomorfologi Daerah Penelitian

2.3. Stratigrafi Daerah Penelitian

TQpv : batuan gunungapi pinogu : Tuf, tuf lapili, breksi dan lava. Breksi gunungapi di peg. Bone G. mongadalia dan pusian bersusun andesit piroksin dan dasit. Tuf yang tersingkap di G lemibut dan G lolombulanan umumnya berbatuapung, kuning mudah, berbutir sedang sampai kasar, diselingi oleh lava bersusunan menengah sampai basah. Tuf dan tuf lapili disekitar S. Bone bersusunan andesitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin. Satuan ini secara umum temampatkan lemah sampai sedang, umurnya diduga pliosen-plistosen (john dan bird, 1973) atau tropic Endeavour 1973.Tmb : diorit bone : diorit kuarsa, diorite, granodiorit, granit. Diorit kuarsa banyak dijumpai didaerah s. Taludaa dengan keragaman diorite, granodiorit dan granit. Sedang granit utama dijumpai di daerah s. Bone. Satuan ini menerobos batuan gunungapi bilungala maupun formasi tinombo. Umur satuan ini sekitar miosen akhir.Tmts : Formasi tapadaka : Batupasir, grewake, batupasir, terkersikkan dan serpih. Batupasir berwarna kelabu muda hingga tua dan hijau, berbutir halus sampai kasar, mengandung batuan gunungapi hijau dan serpih merah, setempat-setempat gampingan. Batupasir yang tersingkap di Sungai Tapadaka mengandung urat kalsit 0,51 cm. grewake berbutir halus sampai kasar, bersudut sampai membulat tanggung, pejal, tersusun oleh plagioklas, augit, kuarsa, dan sedikit hematit dan magnetit. Batupasir yang tersingkap disebelah selatan Maela terkersikkan, hijau, kompak, mengandung feldspar serta sedikit pirit dan kalkopirit. Di daerah selatan dumisili ditemukan batupasir yang ke arah samping berganti menjadi batugamping (Tmtsl). Serpih berwarna kelabu sampai hitam, mengandung fosil spaerodinell subdehiscens, Sungai seminulina dan globorolalia acostensis sehingga umurnya adalah miosen awalmiosen akhir (Kadar, DG hubungan tertulis 1979).Tmtl : Anggota batugamping formasi tapakada : Batugamping kelabu terang, pejal, mengandung pecahan batuan gunungapi hijau. Batugamping ini sebagian membentuk lensa-lensa di dalam formasi tapadaka dan sebagian terlihat berganti fasies ke arah samping menjadi batupasir. Umur satuan ini adalah miosen awal-miosen akhir.Tmbv : Batuan gunungapi bilungala : Breksi, tuf, lava bersusunan andesit, dasit dan riolit. Zeolit dan kalsit sering dijumpai pada kepingan batuan penyusunan breksi. Tuf umumnya bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis buruk di beberapa tempat. Di daerah pantai selatan dekat Bilungala, satuan ini dikuasai lava dan breksi yang umumnya bersusunan dasit dan dicirikan oleh warna alterasi kuning sampai coklat, mineralisasi pirit, perkahan yang intensif serta banyak dijumpai batuan terobosan diorite. Propilitisasi, kloritisasi dan epidotisasi banyak dijumpai pada lava. Tebal satuan diperkirakan lebih 1000 m, sedangkan umurnya berdasarkan kandungan fosil dalam sisipan batugamping adalah Miosen bawah-miosen akhir. Nama satuan pertama kali diajukan oleh PT. tropic Endeavour, (1972).Tmbl : anggota batugamping batuan bilungala : batugamping kelabu mengandung fosil. Kumpulan fosil tersebut menunjukan umur miosen awal-miosen akhir.Tets : Formasi tinombo fasies sedimen : Serpih dan batupasir dengan sisipan batugamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah, getas, sebagian gampingan: rijang mengandung radiolaria. Batupasir berupa grewake dan batupasir kuarsa, kelabu dan hijau, pejal berbutir halus sampai sedang, sebagian mengandung pirit. Sisipan batugamping di S. Mayambak berwarna merah, pejal, berlapis baik. Satuan batuan ini diterobos oleh granit, diorit dan trakit seperti yang terlihat di S. Bayau. Satuan ini mempunyai hubungan menjemari dengan Formasi Tinombo fasies gunungapi. Umur formasi ini menurut rahmat (1976) adalah Eosen sampai Oligosen Awal, sedangkan menurut Sukamto (1973) dan brower (1934) adalah kapur akhir-miosen awal. Tebal formasi diduga lebih dari 1000 meter, sedangkan lingkungan pengendapanya adalah laut dalam.

2.4. Struktur Geologi Daerah PenelitianStruktur geologi yang dapat diamati dilapangan dan pada citra pengindraan jauh antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya kurang beraturan, namun di bagian barat Lembar cenderung berarah lebih-kurang timur-barat. Sesar mendatar berpasangan dengan arah UUB-SST (sesar menganan) dan UUT-SSB (sesar mengiri). Sesar mendatar berpasangan dengan sesar Gorontalo yang berdasarkan analisis kekar penyertanya menunjukan arah pergeseran menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30 dapat diamati di beberapa tempat, khususnya pada batuan Gunungapi Bilungala. Daerah pemetaan telah mengalami lebih dari satu kali perioda tektonik kompresi yang menghasilkan lipatan. Bongkahan batuan terkersikkan berukuran 5 meter yang dijumpai di beberapa tempat di hulu dutula Iya (cabang kiri Sungai Taludaa) dan diperkirakan berasal dari formasi Tinombo menunjukan paling sedikit 2 kali perlipatan. Perlipatan tua menghasilkan lipatan isoklinal yang kemudian mengalami perlipatan ketat-terbuka oleh perlipatan yang lebih muda. Berdasarkan pengukuran jurus dan kemiringan pada perselingan batuan gunungapi dan sedimen di daerah S. Sogitia Kiki, S. Tombuililato maupun S. Bilungala didapatkan perlipatan terbuka dengan kemiringansayap sekitar 30 dan sumbu berarah hampir timur-barat. Lava bantal yang dijumpai di S. Sogitia kiki juta menunjukan perlipatan terbuka.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Batuan Beku (Igneous Rock) Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan maupun di atas permukaan. Magma merupakan cairan silikat kental dan pijar yang bersifat mobile dengan suhu berkisar 1500-2500C terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Jenis Batuan beku berdasarkan genetiknya:1. Batuan beku intrusif; Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di dalam bumi, disebut juga dengan batuan plutonik. Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh batuan beku intrusi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:a. Konkordan, yaitu intrusi sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya, antara lain: Sill: intrusi yang melembar (sheetlike) sejajar dengan batuan sekitar dengan ketebalan beberapa milimeter sampai beberapa kilometer. Laccolith: sill dengan bentuk kubah (planconvex) di bagian atasnya. Lopolith: bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12 dari lebar tubuhnya dengan bentuk seperti melensa dimana bagian tengahnya melengkung ke arah bawah karena elastisitas batuan di bawahnya lebih lentur. Phacolith: massa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu lipatan.

b. Diskordan, intrusi yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya, antara lain: Dike: intrusi yang berbentuk tabular yang memotong struktur lapisan batuan sekitarnya. Batholith: intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran >100km2, berbentuk tak beraturan, dan tak diketahui dasarnya. Stock: intrusi yang mirip dengan batholith, dengan ukuran yang tersingkap di permukaan 65% Batuan beku menengah: silika 65-52% Batuan beku basa: silika 52-45% Batuan beku ultrabasa: silika < 45%

Jenis Batuan Beku berdasarkan indeks warnaBerdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya (mafic), maka batuan beku terbagi atas: Leucocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 0-30% Mesocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 30-60% Melanocratic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 60-90% Hypermelanic: batuan beku dengan kandungan mineral mafic berkisar 90-100%

Reaksi Deret BowenPada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh N.L.. Bowen (Kanada) disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowens Reaction Series.Dari Deret Bowen ini dikenal dua kelompok mineral utama pembentuk batuan, yaitu: Mineral mafic, mineral-mineral utama pembentuk batuan yang bewarna gelap, hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu Magnesium dan Ferrum. (Mafic=Magnesium Ferric) yang termasuk mineral ini adalah: olivin, piroksen, amfibol, dan biotit. Mineral felsic, mineral-mineral utama pembentuk batuan beku yang bewarna terang, hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu feldspar + lenad (mineral-mineral feldsparthoid) + silika. Yang termasuk mineral ini adalah: plagioklas, kalium feldspar (potassium feldspar), muskovit dan kuarsa.

Mineral pembentuk batuan beku berdasarkan kejadiannya, dibedakan menjadi:1. Mineral Primer; Terjadi pada saat proses pembentukan batuan.2. Mineral Sekunder; Terbentuk pada saat setelah proses pembekuan batuan (leburan silikat) berakhir.

3.2 Deskripsi Batuan BekuDalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Ada beberapa sifat fisik batuan beku antara lain sebagai berikut.

1. Warna Warna Segar: adalah warna yang belum terkontaminasi oleh lingkungan sekitar (warna di bagian dalam batu). Warna Lapuk: adalah warna yang telah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar (warna dibagian luar batu).

2. TeksturTekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:

1. Granularitas (grain size) Afanitik: berbutir halus atau besar butiran (phenocryst) 5mm, dapat dilihat dengan mata telanjang.

a. Derajat kristalisasiUmumnya menunjukkan kecepatan pendinginan. Derajat kristalisasi terbagi tiga, yaitu: Holohyalin secara keseluruhan tersusun atas gelas/massa dasar. Hal ini terjadi karena pendinginan cepat. Hipokristalin yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal. Holokristalin yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Hal ini terjadi karena pendinginan lambat. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik. Bentuk kristalUmumnya menunjukkan rangkaian kristalisasi. Bentuk kristal terbagi tiga, yaitu: Euhedral: bentuk kristalnya masih utuh (apakah ia kubik, monoklin, triklin atau yang lainnya). Subhedral: bentuk kristalnya sebagian tidak utuh. Anhedral: bentuk kristalnya sudah tidak utuh lagi sehingga tidak dapat dilihat apakah ia kubik, monoklin, atau yang lainnya.

Keterangan: A: Anhedral B: Subhedral C: EuhedralGambar Bentuk kristalDitinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu: Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain. Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

2. Hubungan Antar KristalAdalah hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:a. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu: Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral. Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral. Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.b. Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

StrukturStruktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya: Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal. Columnar joint/joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu: Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

Komposisi mineralKomposisi mineral dapat ditentukan berdasarkan indeks warnanya, apakah leucocratic, mesocratic, melanocratic, atau hypermelanic. Komposisi mineral pembentuk batuan, misalnya: kuarsa, plagioklas, dll.Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu: Kelompok Granit-Riolit: berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat hornblende biotit muskovit dalam jumlah kecil. Kelompok Diorit-andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet, terutama tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan kuarsa biotit ortoklas dalam jumlah kecil. Kelompok Gabro-Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine plagioklas Ca, piroksen dan hornblende. Kelompok Ultra basa; terutama tersusun oleh olivine, piroksen. Mineral lain yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.

BAB IVPEMBAHASAN4.1 Stasiun 1

BAB VPENUTUP5.1. KesimpulanDaerah praktikum petrologi berada di daerah Labanu. Di daerah praktikum masuk dalam peta geologi pada lembar Kotamobagu. Sehingga baik tektonik maupun struktur geologi yang bekerja di daerah penelitian tidak terlepas dari pengaruh lengan sulawesi bagian utara yang lain.Berdasarkan peta geologi lembar kotamobagu, sulawesi; struktur geologi yang dapat diamati dilapangan dan pada citra penginderaan jauh antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya kurang beraturan, namun di bagian barat Lembar cenderung berarah lebih-kurang timur-barat. Sesar mendatar berpasangan dengan arah UUB-SST (sesar menganan) dan UUT-SSB (sesar mengiri). Sesar mendatar terbesar adalah Sesar Gorontalo yang berdasarkan analisis kekar penyertanya menunjukan arah pergeseran menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30 dapat diamati di beberapa tempat, khususnya pada batuan Gunungapi Bilungala.Daerah pemetaan telah mengalami lebih dari satu kali perioda tektonik kompresi yang menghasilkan lipatan. Bongkahan batuan terkersikkan berukuran 5 meter yang dijumpai di beberapa tempat di hulu Dutula Iya (cabang kiri Sungai Taludaa), dan diperkirakan berasal dari Formasi Tinombo menunjukan paling sedikit 2 kali perlipatan. Perlipatan tua menghasilkan lipatan isoklinal yang kemudian mengalami perlipatan ketat-terbuka oleh perlipatan yang lebih muda. Berdasarkan pengukuran jurus dan kemiringan pada perselingan batuan gunungapi dan sedimen di daerah Sungai Sogitia Kiki, Sungai Tombuililato maupun Sungai Bilungala didapatkan perlipatan terbuka dengan kemiringan sayap sekitar 30 dan sumbu berarah hampir timur-barat. Lava bantal yang dijumpai di Sungai Sogitia kiki juga menunjukan perlipatan terbuka.

5.2. SaranDalam pelaksanaan praktikum lapangan selanjutnya, hendaknya persiapannya lebih matang, terutama pada saat akan melakukan pengambilan sampel harus memperhatikan estimasi waktu, sehingga targetan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai. Selain itu, untuk kegiatan analisis sampel sebaiknya mahasiswa ikut berpartisipasi melakukan kegiatan analisis, sehingga mahasiswa menjadi lebih mengerti dan terampil dalam mengerjakan analisis, tidak hanya sekedar mendengar teori ataupun melihat proses yang sedang berlangsung.