laporan lapangan teknik eksplorasi

34
LAPORAN FIELD TRIP TEKNIK EKSPLORASI PT. MAKALE TORAJA MINING LEWIRSON TALEBONG D62111257 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSTAS HASANUDDIN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MAKASSAR 2014

Upload: lewirson-talebong

Post on 16-Oct-2015

405 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

  • LAPORAN FIELD TRIPTEKNIK EKSPLORASI PT. MAKALE TORAJA MINING

    LEWIRSON TALEBONGD62111257

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSTAS HASANUDDIN

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    MAKASSAR2014

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan YME, yang telah

    melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

    menyelesaikan laporan lapangan teknik eksplorasi ini tepat pada waktunya, walaupun

    penyajian dari isi laporan ini masih dalam bentuk yang sangat sederhana.

    Penyusunan laporan lapangan teknik eksplorasi ini sebagai salah satus yarat

    kelulusan mata kuliah Teknik Eksplorasi pada program Studi Teknik Pertambangan,

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

    Dalam menyelesaikan laporan lapangan teknik eksplorasi ini penulis tidak

    lepas dari bantuan seluruh pihak yang terkait. Atas segala bantuan, bimbingan dan

    dukungan serta saran-saran dalam menyusun laporan lengkap ini, penulis ingin

    menghaturkan rasa terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT selaku dosen

    pembimbing serta para asisten-asisten pada matakuliah Teknik Eksplorasi dan semua

    pihak yang turut membantu dalam pembuatan laporan ini.

    Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini

    masih jauh dari titik kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun dari segiisinya. Oleh

    karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

    dari para pembaca.

    Akhir kata besar harapan penulis semoga dengan adanya laporan lapangan

    teknik eksplorasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, yaitu menjadi acuan untuk

    terus menggali pengetahuan ataupun materi padaTeknik Eksplorasi baik bagi penulis

    sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan.

    Makassar, Januari 2014

    Penyusun

  • iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL i

    HALAMAN JUDUL ii

    KATA PENGANTAR iii

    DAFTAR ISI iv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Maksud dan Tujuan 2

    1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2

    1.4 Alat dan Bahan 3

    1.5 Peneliti Terdahulu 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tahapan Eksplorasi 5

    2.2 Tipe Endapan Daerah Sangkaropi 7

    BAB III METODE EKSPLORASI

    3.1 Metode Langsung 10

    3.1.1 Metode Langsung Permukaan 10

    3.1.2 Metode Langsung Bawah Tanah 13

    3.2 Metode Tidak Langsung 15

    3.2.1 Metode Geofisika 15

    3.2.2 Metode Geokimia 19

    BAB IV ANALISIS DATA

    4.1 Pemboran 21

    4.2 Deskripsi Daerah Penelitian 22

    4.3 Deskripsi Sampel 24

  • vBAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan 28

    5.2 Saran 28

    DAFTAR PUSTAKA

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk

    mendapatkan informasi secara rinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,

    kualitas dan sumberdaya terukur dari bahan galian disuatu wilayah. Dimana kegiatan

    ekplorasi ini terdiri dari dua metode yaitu metode langsung dan tidak langsung. Kegiatan

    eksplorasi ini dilakukan setelah mendapatkan informasi mengenai daerah yang prospek

    untuk ditambang guna memastikan atau membuktikan informasi mengenai daerah

    prospek tersebut.

    Berhubungan dengan itu, daerah Sangkaropi merupakan salah satu daerah yang

    memiliki prospek yang tinggi untuk endapan mineral-mineral berharga, sehingga

    dilakukan kegiatan eksplorasi untuk pengujian lebih lanjut. Sehubungan dengan

    kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh PT. Makale Toraja Mining di Sangkaropi, kami

    mahasiswa Teknik Pertambangan, Universitas Hasanuddin berkesempatan untuk melihat

    secara langsung dan belajar bagaimana kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh

    perusahaan tersebut dengan dilakukannya kuliah lapangan Teknik Eksplorasi di

    Sangkaropi, Toraja Utara.

  • 1.2 Maksud dan Tujuan

    Maksud diadakannya kuliah lapangan Teknik Eksplorasi ini adalah untuk belajar,

    melihat dan mempraktekkan secara langsung kegiatan eksplorasi.

    Tujuan dilakukannya kuliah lapangan Teknik Eksplorasi ini adalah untuk

    mengetahui sebaran mineral pada daerah Sangkaropi. Serta kesebandingannya dengan

    tipe endapan Kuroko.

    1.3 Letak, Waktu dan Kesampaian Daerah

    Kegiatan ini dilakukan selama 1 (satu) hari tepatnya pada tanggal 30 Desember

    2013. Daerah Sangkaropi terletak di Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan,

    sekitar 330 km sebelah utara Kota Makassar dan 35 km utara Makale (ibukota

    Kabupaten Tana Toraja). Secara geografis terletak pada koordinat 119o56-119o59 BT

    dan 2o51-2o53 LS.

    Daerah Sangkaropi ini dapat dijangkau dengan menggunakan mobil, dimana

    membutuhkan waktu sekitar 1 jam dari kecamatan Rantepao, Toraja Utara.

    Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi Daerah Sangkaropi

  • 1.4 Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan di lapangan antara lain :

    1. Buku lapangan

    2. Kompas geologi

    3. GPS

    4. Palu geologi

    5. Roll meter

    6. Peta Daerah penelitian

    7. Alat tulis menulis

    8. Kantong Sampel

    1.5 Peneliti Terdahulu

    Daerah penelitian telah dipetakan oleh beberapa peneliti terdahulu secara

    regional, diantaranya :

    1. De Koning knijff tahun 1914, melakukan penelitian tentang Formasi serpih

    Tembaga.

    2. Brower tahun 1922, menyelidiki tentang hubungan antara Formasi serpih

    Tembaga dengan Batugamping Eosen pada kaki Gunung Latimojong bagian

    Barat.

    3. Djuri dan Sudjatmiko tahun 1974, membuat peta geologi lembar Majene dan

    bagian Barat Palopo dengan Skala 1 : 25.000.

    4. Jumhani dan Hillman tahun 1979, meneliti tentang urutan stratigrafi daerah

    Tana Toraja dan sekitarnya.

  • 5. Sakae Ichihara, Ir. Yahya Sunarya dan Ir. Koswara Yudawinata tahun 1979,

    meneliti tentang endapan bijih di daerah Sangkaropi dan Rumanga.

    6. Tetsuo Yoshida, Chairullah Hasbullah,dan Tohru Ohtagaki tahun 1982, meneliti

    tentang endapan tipe Kuroko di daerah Sangkaropi.

    7. Embang Popang Samuel, 1996 Geologi dan zonasi Biostratigrafi satuan Tufa

    daerah Batu Tumonga kecamatan Sesean Kabupaten Tana Toraja.

    8. Sapta Ika yunita, 1996, Geologi dan zonasi Biostratigrafi Batugamping Suaya

    daerah Suaya Kecamatan Sesean Kabupaten Tana Toraja.

    9. Van Bemmelen (1949 dan 1970), membahas mengenai kondisi geologi Pulau

    Sulawesi.

    10. Sartono dan Astadireja (1981), mengemukakan suatu Laporan Pemetaan Geologi

    Kwarter Sulawesi Selatan

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tahapan Eksplorasi

    Eksplorasi pada cebakan cebakan mineral selalu dilakukan secara bertahap. Sistem

    bertahap ini dilakukan untuk mengurangi suatu resiko eksplorasi. Selain itu sistem ini

    dihubungkan dengan metode eksplorasi yang digunakan.

    Menurut Peters, 1978 dalam Koesomadinata, 2000 tahapan eksplorasi modern adalah

    suatu strategi eksplorasi modern meliputi 2 tahapan eksplorasi dengan sub-tahapannya, dimana

    pada setiap tahapan memberikan kesempatan untuk pengambilan keputusan serta

    penyempurnaan model eksplorasi serta petunjuk geologi yang lebih relevan. Tahapan ini dapat

    dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:

    Tahapan Rancangan Eksplorasi (Exploration Design Stage)

    Rancangan eksplorasi ini antara lain menyangkut tentang review literatur , geologi regional,

    citra landsat, interpretasi foto udara. Selain itu juga mencakup tentang model eksplorasi

    sebagai hipotesa kerja penentuan strategi dan pemilihan metoda eksplorasi.

    Tahapan Eksplorasi Tinjau Tingkat Strategis (Reconnaissance Exploration

    Stage Strategic Phase)

    Pada tahap ini dibagi menjadi 3 tahap antara lain :

    1. Penilaian Regional (Regional Apprasisal)

  • Penilaian regional ini berdasarkan data dan studi pustaka yang ada.

    2. Peninjauan Daerah (Area Reconnaissance)

    Peninjauan daerah ini dilakukan dengan melakukan survei daerah. Survei ini dapat

    menggunakan survei udara seperti surveidan analisa foto udara, survei dan analisa

    aeromagnetic. Sedangkan survei darat berupa lintasan lintasan dengan metoda

    geologi atau non geologi, pengambilan batuan perconto di sungai (stream sampling),

    dan sebagainya. Tahapan ini menghasilkan daerah daerah prospek dengan peta skala

    1 : 100.000 200.000.

    3. Pemilihan Sasaran (Target Selection)

    Tahap ini merupakan akhir dari semua tahapan eksplorasi tinjau tingkat strategis.

    Tahap ini menindaklanjuti tahap peninjauan daerah dengan sitem metoda geologi

    berupa : prospeksi batuan di sungai seperti float mapping and sampling, stream

    sediment sampling, dan rock sampling. Kadangkala bersamaan dengan pembuatan

    paritan, pemboran dangkal dan metoda geofisika seperti survei magnetic, gravitasi,

    seismik dan reflaksi seseuai dengan petunjuk geologi.

    Tahapan Eksplorasi Rinci Tingkat Taktis (Detail Exploration Stage Tactical

    Phase)

    Tahapan ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :

    1. Penyelidikan Permukaan Rinci (Detail Surface Investigation)

    Tahap ini berupa penciutan daerah prospek dengan peta skala 1:5000 1:1000.

    Kegiatan pada tahap ini antara lain berupa pemetaan geologi rinci , surve geokimia rinci,

    pembuatan paritan dan sumur uji dan survei geofisika rinci dan pengambilan beberapa

    contoh batuan hasil pemboran.

    2. Penyelidikan Bawah permukaan Rinci (Detail Subsurface Investigation)

  • Pada tahap ini berupa pembuatan terowongan eksplorasi, pengeboran core logging

    yang lebih rapat, pengukuran geophysical logging, penentuan cadangan pendahuluan

    dan pengambilan contoh secara sistimatis

    3. Penemuan / Bukan Penemuan (Discovery / Nondiscovery)

    Pada tahap ini faktor faktor teknik penambangan, teknik ekstraksi metalurgi,

    kebutuhan energi dalam penambangan serta penilaian ekonomis (feasibility studies)

    dilakukan agar dapat diketahui suatu prospek dapat ditambang atau tidak.

    Tahapan Evaluasi dan Pra Produksi ( Evaluation and Preproduction Stage)

    Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum dilakukan penambangan suatu daerah. Tahap

    ini berupa evaluasi keseluruhan dari kegiatan produksi. Selain itu tahap ini juga merancang

    kegiatan penunjang selama pertambangan seperti pembuatan jala, pembuatan kantor dan

    mess pekerja, pembuatan pelabuhan dan pabrik metalurgi.

    2.2 Tipe Endapan Daerah Sangkaropi

    Endapan tipe Kuroko di daerah ini merupakan endapan polimetalik Cu-Pb-Zn yang

    menunjukkan hubungan genetik yang sangat kuat dengan volkanisme-asam bawah laut

    berumur Miosen, dalam tufa hijau. Berdasarkan studi stratigrafi-volkanik dan paleontologi,

    diketahui bahwa volkanisme-asam bawah laut tersebut berhubungan dengan mineralisasi

    Kuroko di daerah Sangkaropi.

    Dari yang diketahui berdasarkan hasil studi global, endapan mineral Sangkaropi

    berhubungan dengan mineralisasi tipe Kuroko di Jepang, yang dinamakan sulfida masif tipe-

    Kuroko, yang merupakan tubuh-tubuh bijih sulfida masif dalam busur kepulauan moderen, di

  • Kuroko, timurlaut Jepang. Kesemua endapan tersebut berasosiasi dengan batuan volkanik yang

    dominan klastik-dasitik atau sebagian kecil andesitik.

    Di daerah Sangkaropi, endapan tipe Kuroko berasosiasi dengan zeolit dan kaolin di

    sepanjang zona sesar, dan berhubungan dengan alterasi tufa andesitik dan tufa dasitik. Tufa

    zeolit umumnya memiliki kilap lempungan (earthy luster) dan resisten. Walaupun sebagian tufa

    zeolit ini memperlihatkan warna (pastel shades) kuning, coklat, merah, atau hijau, tetapi

    umumnya berwarna putih atau abu-abu pucat.

    Endapan bijih di daerah Sangkaropi diperkirakan merupakan tipe Kuroko (bijih hitam),

    yang merupakan campuran mineral-mineral sfalerit, galena, barit, kalkopirit, tetrahedrit, dan

    pirit. Genesisnya adalah terjadinya sirkulasi konveksi panas dari air laut yang masuk ke batuan

    volkanik (yang panas). Tingkat kelarutan gipsum menurun dengan bertambahnya temperatur,

    mengakibatkan terpresipitasinya gipsum dan anhidrit secara langsung dari air laut.

    Air laut yang tersirkulasi ke dalam batuan volkanik panas tersebut, menyebabkan

    terbentuknya larutan bijih, akibat terjadinya penurunan tingkat oksidasi dan pelarutan logam-

    logam dari batuan volkanik. Sedikit air magmatik atau air meteorik juga akan tercampur dengan

    sirkulasi air laut.

    Berdasarkan penampang (profil) geologi dan hasil analisis sinar-x, terlihat bahwa

    endapan bijih Kuroko tersingkap di dua lokasi, yaitu Rumanga dan Sangkaropi. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa posisi stratigrafi endapan Kuroko di daerah Sangkaropi ini adalah terletak di

    antara serpih coklat yang berinterkalasi dengan andesit (di bagian bawah) dan breksi tufa

    andesit (di bagian atas); sedangkan endapan Kuroko di daerah Rumanga terletak di antara

    breksi tufa andesit di bagian bawah dan tufa hijau di bagian atas.

  • Endapan Kuroko Sangkaropi dicirikan oleh tingginya kadar Cu (sekitar 1,10-6,91%),

    rendahnya Pb (sekitar 3,32%), dan sangat sedikitnya (lack of) Zn dan Ba. Sedangkan endapan

    Kuroko Rumanga dicirikan oleh tingginya kadar Pb (sekitar 3,82-9,80%), Zn (sekitar 2,32-

    26,50%), Ba (sekitar 1,50-58,20%), serta rendahnya Cu (sekitar 2,095-2,76%)

    Tinjaun umum Endapan Mineral Tipe Kuroko di Jepang

    Endapan mineral tipe Kuroko merupakan suatu endapan polimetalik stratabound tak

    termalihkan sampai termalihkan lemah, yang secara genetik berhubungan dengan aktifitas

    volkanik bawah laut selama periode Miosen, 13-13,5 juta tahun yang lalu. Istilah kuroko (kata

    dalam Bahasa Jepang yang berarti bijih hitam) umumnya diaplikasikan untuk 6 (enam)

    katagori mineralogi bijih (Guilbert dan Park, Jr., 1986):

    1. Bijih silisius (keiko) yang mengandung sulfida, terutama kalkopirit, terdiseminasi dalam

    batuan tersilisifikasi.

    2. Bijih kuning (oko) terutama pirit dengan sedikit kalkopirit dan kuarsa.

    3. Bijih hitam (kuroko) percampuran kuat antara sfalerit kaya besi berwarna gelap,

    galena, barit, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit; wurzit, enargit, tetrahedrit,

    markasit, serta sejumlah mineral lainnya yang ditemukan setempat dalam jumlah kecil.

    4. Urat (vein) dan massa-massa besar gipsum (sekkoko) yang saling berhubungan tetapi

    dalam tubuh yang terpisah-pisah, serta tubuh-tubuh besar barit.

    5. Zona stringer kaya kalkopirit dalam pipa-pipa di bawah bijih (ryukoko).

    6. Akhirnya, bijih sulfida yang dilapis-bawahi oleh rijang ferruginous (lapisan tetsusekiei)

  • BAB III

    METODE EKSPLORASI

    Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi selengkap

    mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat. Kegiatan eksplorasi sangat

    penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan

    bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan

    habis tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta

    cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan

    modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja dan

    kerusakan lingkungan.

    Tahapan eksplorasi Pemilihan Metode, metode eksplorasi yang digunakan umumnya

    dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

    3.1 Metode Langsung

    3.1.1 Metode Langsung Permukaan

    Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :

    A. Penyelidikan singkapan (out crop)

    Singkapan segar umumnya dijumpai pada :

  • 1. Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi

    pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan

    tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar

    2. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang

    umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang

    disebut gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan

    material ke permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat

    adanya gesekan antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan

    atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak

    tubuh batuan.

    B. Tracing Float (penjejakan)

    Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran

    singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya

    dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan

    arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita

    mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang

    sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai,

    tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan

    maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak

    jauh dibawah over burden.

    C. Tracing dengan Panning (mendulang)

    Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral

    yang dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan

  • memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan lanjutan

    yaitu trencing atau test pitting.

    Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan

    cara trenching atau test pitting.

    Trenching (pembuatan parit)

    Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden

    yang tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang

    dapat dibuat hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak

    efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body

    dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak

    lurus dengan arah arus sungai.

    Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan

    perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.

    Test Pitting (pembuatan sumur uji)

    Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya

    dilakukan test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita

    harus ingat bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari

    bongkahan-bongkahan maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan

    sumur uji dan juga daerah yang hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena

    dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur

    batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita

    juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita harus dapat membuat sumur

    dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini juga akan

  • mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur uji

    yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran,

    keluarnya gas beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.

    3.1.2 Metoda Langsung Bawah Permukaan

    Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di permukaan

    atau pada eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik, karena pada

    eksplorasi langsung permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30 meter.

    Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan apabila keadaan permukaan

    memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah permukaan, sebab apabila permukaan tidak

    memungkinkan, misalnya permukaan itu tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak

    stabil, maka hal ini akan memberikan resiko yang besar jika dilakukan eksplorasi permukaan.

    Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan misalnya,

    pekerjaan harus berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan

    pengamatan dan proses sampling pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang

    memiliki singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan kita

    untuk menentukan strike atau dipnya, yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan

    adalah masalah biaya, dimana dalam pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar, hal

    ini bertujuan untuk menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya eksplorasi

    yang dilakukan hasilnya mengecewakan.

    Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft, Drift, Winse dan

    lain-lain.

  • Tunnel = suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus

    kedua kaki bukit.

    Shaft = suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan

    permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan serta alat-alat

    kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan.

    Drift = suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang

    arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan bijihnya (dalam

    pengeboran).

    Winze = lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari level ke arah level

    yang dibawahnya.

    Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur

    minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959 dengan menggunakan bor

    (RIG) permanen (tidak dapat dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem

    perkusif (tumbuk), pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft

    (+ 20 m) dengan bor lurus (vertical drilling).

    Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara bor

    yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan beberapa cara pengeboran

    yaitu dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di

    darat maupun di laut (on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada pemboran

    decara vertikal saja tetapi dapat dilakukan secara miring (kemiringan dapat mencapai 90o),

    apabila saat pengeboran kita menemukan batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata

    bor, maka dengan teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat dirubah

    arahnya (dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.

  • Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh (sampling)

    untuk diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air

    tanah, minyak bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan (pada

    kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling kita dapat

    membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui susunan

    batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara

    keseluruhan.

    3.2 Metode Tidak Langsung

    3.2.1 Metode tidak langsung cara geofisika

    Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan lokasi akumulasi

    bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan

    bumi. Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika diantaranya :

    Metode Gravitasi

    Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah satu

    benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung

    dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami

    gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang

    gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan

    bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi

    dari suatu daerah penyelidikan.

    Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu suatu

    alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar torsion balance, maupun

  • bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di

    berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh besarnya

    ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari batuan. Jadi

    kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu,

    seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar,

    meskipun tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali

    gravitasi.

    Metode Magnetik

    Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang

    magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan

    bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Setiap

    batang magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik permukaan bumi

    medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan

    intensitas.

    Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas

    dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki

    intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang

    mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga

    dengan segera dapat diketahui.

    Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi sebagai

    berikut :

    Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai

    Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan

  • Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai

    mineral ikutan

    Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit

    dalam jumlah cukup

    Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku

    yang mengandung mineral magnetik.

    Metode Seismik

    Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak

    dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat

    dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan

    kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan

    getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat

    penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara

    teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu

    ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan

    rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi

    struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan

    yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima

    gelombang yang dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.

    Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :

    1. Jenis batuan

    2. Derajat pelapukan

    3. Derajat pergerakan

    4. Tekanan

  • 5. Porositas (kadar air)

    6. Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

    H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih besar

    (dibandingkan) :

    1. Batuan beku basa : batuan beku asam

    2. Batuan beku : batuan sedimen

    3. Sedimen terkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi

    4. Sedimen unkonsolidasi : sedimen un-konsolidasi

    5. Soil basah : soil kering

    6. B. sedimen karbonat : batupasir

    7. Batuan utuh : batuan terkekarkan

    8. Batuan segar : batuan lapuk

    9. Batuan berat : batuan ringan

    10. Batuan berumur tua : batuan berumur muda

    Metode Geolistrik

    Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang

    dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan

    sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung

    ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.

  • Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem empat

    elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk memasukan

    arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C, dan dua

    elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi, elektrode ini

    disebut elektrode potensial atau potential electode disingkat P. ada beberapa cara dalam

    penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah cara

    Wenner dan cara Shlumberger.

    3.2.2 Metode tidak langsung cara geokimia

    Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada

    batuan, tanah, stream, air atau gas.

    Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang

    kontras terhadap lingkungannya atau background geokimia.

    Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada

    zona mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik

    atau batuan dengan titik lainnya.

    Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan

    mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses

    untuk membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.

    Gabungan keduanya

    Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.

  • Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta apa-

    apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :

    Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli

    1. Geologist

    2. Geophysist

    3. Exploration Geologist

    4. Geochemist

    5. Operator Alat, dll

    Rencana biaya

    Pemilahan waktu yang tepat

    Penyiapan peralatan atau perbekalan

    Sesampai di lapangan :

    1. Membuat base camp (perkemahan)

    2. Mencek peralatan atau perbekalan

    3. Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-langkah

    lebih lanjut

    4. Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan

    sebenatnya (bila perlu)

  • BAB IV

    ANALISIS DATA

    4.1 Pemboran

    Kegiatan awal pada awal pada pembongkaran batuan adalah pemboran, sebab pemboran

    bertujuan untuk membuat lubang tembak (blast hole) yang nantinya akan digunakan dalam

    peledakan. Penentuan lubang tembak yang tepat untuk kegiatan pembongkaran dapat

    menghemat penggunaan bahan peledak yang dibutuhkan untuk membongkar sejumlah

    material yang akan ditambang.

    Pada PT. Makale Toraja Mining (MTM) alat bor yang digunakan adalah XY-2 dengan

    sistem rotary drill. Mata bor yang sering digunakan umumnya berupa tricone bit untuk

    pemboran open hole (non coring) ataupun diamond bit untuk pemboran inti (coring). Dari

    informasi yang diperoleh, alat bor beroperasi sampai kedalaman 120 meter dengan diameter

    lubang tembak 2,5 inch. Sementara spasing yang digunakan tidak seragam, biasanya 3-4

    meter.

    Gambar 4.1 Mesin bor yang digunakan yaitu XY-2

  • 4.1.1 Peledakan

    Setelah melakukan pemboran, tahap selanjutnya adalah melakukan proses peledakan.

    Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam desain peledakan adalah diameter lubang bor,

    ketinggian jenjang, burden dan spacing, struktur batuan, fragmentasi, kestabilan jenjang, serta

    tipe bahan peledak yang digunakan. Adapun geometri peledakan pada PT. Makale Toraja

    Mining adalah sebagai berikut.

    - Tinggi jenjang 4,81 m

    - Diameter lubang bor 2,5 inch

    - Spacing 1,96 m

    - Burden 1,44 m

    - Kedalaman lubang bor 5,71 m

    - Panjang isian bahan peledak 4,42 m

    - Stemming 1,29 m

    - Subdrilling 0,9 m

    4.2 Deskripsi Daerah Penelitian

    Stasiun pertama terletak di tambang sangkaropi dengan cuaca yang cerah pada pukul

    08.30. Seperti yang terlihat di lapangan sudah banyak batuan yang hancur karena proses

    peledakan (blasting). Di stasiun ini ditemukan singkapan mineral yang termasuk dalam

    golongan sulfida karena mengandung belerang (S).

    Mineral yang dominan kami dapatkan adalah Chalcopyrite, Pyrite dan Bornite.

    Chalcopyrite adalah mineral yang memiliki warna kuning kecoklatan, Pirit adalah mineral yang

    memiliki sistem kristal yang sempurna dan berwarna kuning pucat.

  • Seperti yang dijelaskan Pak Hendrik selaku kepala teknik tambang bahwa luas daerah

    Sangkaropi yang ditambang oleh PT. Makale Toraja Mining (PT. MTM) untuk eksplorasi hanya

    200 Ha sedangkan untuk eksplotasi hanya 137 Ha. Pada proses eksplorasi, dilakukan pemboran

    dengan cara rotary dan jenis alat bor XY-2. Perusahaan ini untuk sementara hanya melakukan

    metode tambang Open Pit, yaitu metode tambang terbuka. Tapi tidak menutup kemungkinan

    akan dilakukan metode tambang bawah tanah atau underground mining. Menurut kepala teknik

    tambang di Sangkaropi ini, bahwa geologist telah memprediksi bahwa tambang di daerah ini

    dapat menghasilkan 30.000 ton bahan tambang dengan jangka waktu 5 tahun. Dari stasiun dua

    ini kita juga dapat melihat stockpile, yaitu gundukan bahan tambang yg akan dibawa ke tempat

    pengiriman. Bahan tambang ini dibawah ke pelabuhan di Palopo atau di Luwu untuk dikirim ke

    tempat yang telah direncanakan.

    Seperti yang di jelaskan oleh bapak dosen Dr. Ir. Irzal Nur, M.T. bahwa kita dapat

    melihat adit dari stasiun tiga ini. Adit adalah terowongan buntu tidak bercabang yang dibuat

    untuk mencari mineral ke daerah yang tidak terlihat dari luar. Di lokasi tambang ini dilakukan

    proses sampling dari tubuh bijih untuk melihat mineral-mineral yang ada. Mineral yang terdapat

    didaerah ini antara lain Azurite, Malachite, Chalcopyrite, dan Galena. Azurite merupakan mineral

    kabonat yang berwarna biru dan akan bereaksi jika di tetesi larutan HCL, Malachite juga

    merupakan mineral karbonat yang berwarna hijau terang yang seperti Azurite yang dapat

    bereaksi jika di tetesi HCL, Chalcopyrite adalah mineral yang memiliki warna kuning kecoklatan

    dan kilapnya logam, sedangkan Galena adalah salah satu mineral dengan warna abu-abu tua.

    Stasiun keempat terletak di daerah sangkaropi dan tiba pada pukul 12.10 WITA. Pada

    stasiun ini ditemukan mineral alterasi yang berupa mineral lempung.

  • Gambar 4.2 Mineral Lempung

    4.3 Deskripsi Sampel

    Berdasarkan sampel yang diambil pada tambang di daerah Sangkaropi, deskripsi

    sampelnya sebagai berikut:

    1. Pyrite (FeS2)

    Nama mineral : Pyrite

    Warna : Kuning keabu-abuan

    Sistem kristal : Isometrik

    Cerat : Abu-abu kehitaman

    Belahan : Buruk

    Pecahan : Tidak teratur

    Kekerasan : 6-6,5

  • Berat jenis : 5,2

    Rumus kimia : FeS2

    Genesis : Berasal dari pengendapan larutan hidrotermal atau sebagai mineral

    augite pada batuan sedimen yang terendapkan pada daerah reduksi

    (tertutup) karena bentuknya dan warnya yang indah, banyak orang

    mencari mineral ini. Pirit dapat ditemukan pada batuan beku berupa

    Andesit, Basalt. Dapat ditemukan pada batuan sedimen berupa batuan

    gamping dan pada batuan metamorf berupa Gneiss dan Schist.

    Manfaat :Digunakan dalam proses pembuatan besi pada bidang pertambangan.

    2. Azurite (Cu3(CO3)2(OH)2

    Nama mineral : Azurite

    Warna : biru laut

    Sistem kristal : Monoklin

    Cerat : biru

    Belahan : 1 arah

    Pecahan : konkoidal dan rapuh

    Kekerasan : 3,5-4

    Berat jenis : 3,7

    Rumus kimia : (Cu3(CO3)2(OH)2

  • Genesis : Azurite merupakan mineral tembaga sekunder yang ditemukan di

    deposit sulfida yang berasosiasi dengan batuan karbonat. Mineral ini

    terbentuk pada suhu yang lebih rendah dibanding Malacite.

    Manfaat : Azurite biasa digunakan merupakan bijih tembaga minor, batu

    ornamen, pigmen dan perhiasan.

    3. Galena (PbS)

    Nama mineral : Galena

    Warna : Abu-abu

    Sistem kristal : Isometrik

    Cerat : Abu-abu

    Belahan : Sempurna

    Pecahan : konkoidal dan rapuh

    Kekerasan : 2,5

    Berat jenis : 7,58

    Rumus kimia : PbS

    Genesis : Terbentuk karena proses Hydrotermal pada endapan mesotermal pada

    suhu 200-3000C. Umumnya terdapat pada batuan sedimen dan metamorf.

    Manfaat : Digunakan dalam produksi perak dan timbal

    4. Kalkopirit (CuFeS2)

    Nama mineral : Kalkopirit

    Warna : Kuning Terang

    Sistem kristal : Tetragonal

    Cerat : Hitam Kehijauan

    Belahan : Tidak Jelas

  • Pecahan : Konkoidal

    Kekerasan : 3,5-4

    Berat jenis : 4,28

    Rumus kimia : CuFeS2

    Genesis : Terbentuk dari persenyawaan unsur Cu ,Fe dan S yang terjadi karena

    proses hidrotermal,yang mana magma yang berupa unsur volatil berupa

    gas dan uap yang mengandung unsur S , Fe, dan Cu tersebut bereaksi

    dengan unsur yang berasal dari larutan hidrotermal.

    Manfaat : Merupakan mineral penting sumber bijih tembaga (80%) dan by-

    product dari bijih emas dan perak.

    5. Malachite (Cu2(CO3)(OH)2)

    Nama mineral : Malachite

    Warna : Hijau- Hijau kehitaman

    Sistem kristal : Monoklin

    Cerat : Putih

    Belahan : 2 arah

    Pecahan : Tidak rata

    Kekerasan : 3,5-4

    Berat jenis : 3,75-3,95

    Rumus kimia : Cu2(CO3)(OH)2

    Genesis : Ditemukan pada zona oksidasi endapan tembaga, yang terbentuk dari

    reaksi antara sulfida dengan karbonat. Terutama pada daerah yang

    terdapat batugamping

  • Manfaat : merupakan bijih tembaga dan sebagai ornamen hiasan bangunan

    setelah dipoles dan berharga.

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan kuliah lapangan adalah sebagai

    berikut:

    1. Metode Eksplorasi yang dilakukan pada tambang di daerah Sangkaropi adalah

    metode langsung dan tidak langsung.

    2. Tipe endapan bijih di Sangkaropi memiliki kesamaan dengan tipe endapan bijih

    kuroko yang berada di Jepang.

    3. Mineral-mineral yang dapat ditemukan di Sangkaropi adalah Kalkopirit, Pirit, Kuarsa,

    Gipsum, Tetrahedrit, Bornit, Barit, Azurit, Malakit, Galena, Spalerit, Mangan, Zeolit,

    Kaolin

    5.2. Saran

    Saran ini disampaikan untuk semua pihak agar kuliah lapangan kali ini menjadi bahan

    pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan khususnya di bidang teknik eksplorasi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Dhadar, J.R. 1999.EksplorasiEndapanBahanGalian. GSB. Bandung.

    Guilbert, John M. & Charles F. Park Jr. 1986.The Geology of Ore Deposits.New York:W.H. Freeman and Company.

    Marjoribanks, R. 2010. Geological Methods in Mineral Exploration and Mining.Heidelberg, Berlin: Springer-Verlag

    Maskuri, F. 2010. IdentifikasiBahanGalianDalamMetodeEksplorasiAwal. JurnalIlmiahMTG, Vol. 2 no. 5.

    Moon, C.J., Evans, A.M. 2006. Introduction to Mineral Exploration. Oxford: BlackwellPublishing

    Pirajno F. 1992. Hydrothermal mineral deposits: Principles and fundamental conceptsfor the exploration geologist. Berlin: Springer-Verlag.

    Sawkins, F.J. 1990. Metal deposits in relation to plate tectonics. Berlin: Springer, 2nd.ed.

    Sillitoe, R.H. 1997.Characteristics and controls of the largest porphyry copper-gold andepithermal gold deposits in the circum-Pacic Region. Australian: Journal ofEarth Sciencas.

    SAMPUL DKK.pdfBAB I.pdfBAB II.pdfBAB III.pdfBAB IV.pdfDaftar pustaka.pdf